Abstrak— Sampah yang dihasilkan di suatu wilayah
berpotensi untuk menghasilkan Gas Rumah Kaca (GRK). Perlu dilakukan penelitian dalam upaya menentukan skenario yang memiliki potensi emisi GRK terkecil jika diterapkan pada Kecamatan Rungkut. Metode yang dilakukan adalah Life Cycle
Assessment (LCA). Perhitungan emisi yang dihasilkan dihitung
dengan pendekatan IPCC (Intergoverment Panel on Climate
Change) dengan satuan emisi GRK Gg/tahun. Emisi GRK yang
dihitung adalah karbondioksida (CO2), Metana (CH4) dan
Nitrogen Oksida (N2O). Perhitungan emisi GRK dilakukan
dengan tiga skenario. Skenario pertama adalah kondisi dimana tidak ada reduksi. Skenario kedua adalah kondisi dimana terdapat reduksi sampah oleh bank sampah dan komposter. Skenario ketiga adalah kondisi eksisiting yaitu reduksi oleh bank
sampah, komposter, rumah kompos dan pengepul. Hasil
penelitian komposisi sampah di Kecamatan Rungkut yaitu 65,46% sampah basah, 12,6% plastik, 7,6% kertas, 6,29% diapers, 1,41% kain, 1,35% kaca, 0,99% logam, 0,72% kayu, 0,37% B3, 0,27% karet dan 2,81% sampah lainnya. Hasil perhitungan emisi Gas Rumah Kaca pada skenario 1 yaitu CO2
sebesar 1,0117 Gg/tahun, CH4 sebesar 7,8083 Gg/tahun dan N2O
sebesar 9,5177 Gg/tahun. Emisi GRK pada skenario 2 menghasilkan emisi CO2 0,9798 Gg/tahun, CH4 sebesar 7,8012
Gg/tahun dan N2O sebesar 9,5178 Gg/tahun. Skenario ketiga
menghasilkan emisi CO2 sebesar 0,8813 Gg/tahun, CH4 sebesar
7,8445 Gg/tahun dan N2O sebesar 9,7299 Gg/tahun.
Kata Kunci : Emisi, Gas Rumah Kaca, IPCC, Komposisi Sampah, Pengangkutan dan Skenario
I. PENDAHULUAN
ermasalahan sampah adalah kemudahan masyarakat untuk membuang sampah. Selain mengurangi nilai estetika, akibat yang lebih berbahaya dari timbulan sampah adalah kontribusi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) berkontribusi menyumbang emisi GRK sebesar 3-4% sehingga berpotensi terhadap pemanasan global (Global Warming Potential) (Eggleston, et al., 2006) [1]. Semakin banyak sampah yang dibuang langsung ke TPA, akan menimbulkan semakin banyak GRK yang dihasilkan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan sampah yang tepat.
Demi lingkungan yang sehat, baik limbah kota dan industri harus dikelola sesuai dengan pengelolaan hirarki sampah yaitu pencegahan, minimisasi, recovery, pembakaran dan penimbunan. (Banar, et al., 2008) [2]. Timbulan sampah yang
ada pada Kecamatan Rungkut sendiri cukup besar pengaruhnya dilihat dari jumlah penduduk yang mencapai 109.796 jiwa dengan luas area 21,08 km2 (Monografi Kecamatan Rungkut, 2012). Kepadatan penduduk di kecamatan ini mencapai 5.209 jiwa/km2. Nilai kepadatan yang kecil, membuat dibutuhkannya pengelolaan sampah yang tepat guna agar dapat meminimalisir jumlah timbulan sampah.
Menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2008, pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah. Berdasarkan (Agency, 2006) [3], pengelolaan sampah dapat banyak mengurangi emisi gas rumah kaca. Pengurangan timbulan sampah di sumber sampah dengan daur ulang maupun upaya lainnya, dapat mengurangi emisi GRK pada saat kegiatan manufacturing dan mengurangi emisi CH4 di landfill. Upaya reduksi sampah yang dilakukan
masyarakat Kecamatan Rungkut adalah komposting dan penggunaan fasilitas bank sampah. Namun hanya sebagian masyarakat saja yang menerapkannya, sehingga jumlah timbulan sampah masih besar.
LCA (Life Cycle Assessment ) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi beban lingkungan yang terkait dengan proses, produk atau aktivitas, dengan mengidentifikasi serta mengukur energi dan bahan yang digunakan maupun limbah yang dilepaskan ke lingkungan (Al-Salem and Lettieri, 2009) [4]. Metode LCA dipakai dengan penerapan beberapa skenario merupakan konsep dan teknik yang dapat digunakan untuk menganalisa serta mengevaluasi berbagai alternatif yang dapat diterapkan melalui beberapa skenario-skenario yang akan diterapkan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA Benowo Kota Surabaya sehingga dapat mengurangi emisi GRK.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak dari sampah pemukiman di Kecamatan Rungkut. Dampak yang dimaksudkan adalah terbentuknya gas dari timbulan sampah pemukiman. Semakin banyaknya timbulan sampah, maka semakin banyak pula gas yang dihasilkan. Metode yang dilakukan dalam perhitungan emisi Gas Rumah Kaca adalah pendekatan metode Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dengan tiga skenario yang digunakan.
Skenario pertama adalah kondisi dimana tidak ada reduksi. Skenario kedua adalah kondisi dimana terdapat reduksi sampah oleh bank sampah dan komposter. Skenario ketiga adalah kondisi eksisiting yaitu reduksi oleh bank sampah,
POTENSI GAS RUMAH KACA
PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK
DI KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA
Rizqiniyah Isnaini dan Susi A. Wilujeng
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: rizqiniyah09@mhs.enviro.its.ac.id; wilujeng@enviro.its.ac.id
komposter, rumah kompos dan pengepul.
Penelitan karakteristik dan komposisi sampah dilakukan di empat LPS. LPS sampah pasar (LPS1) diwakili oleh Depo Rungkut Kidul (Pasar Pahing). LPS yang terdapat Rumah Kompos di area pelayanan (LPS2) diwakili oleh LPS Kebun Bibit Wonorejo. LPS yang terdapat reduksi bank sampah dan komposter di area pelayanan (LPS3) diwakili oleh Depo Rungkut Alang-alang. LPS yang hanya memiliki fasilitas bank sampah (LPS4) diwakili oleh Depo Medokan Ayu.
Data primer didapatkan melalui empat kegiatan penelitian yaitu penyebaran kuisioner, data sampling, data observasi lapangan dan pelaksaan routing.
A. Kuisioner
Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini ada empat macam. Pertama kuisioner bank sampah ditujukan kepada petugas operasional pada masing-masing bank sampah dengan tujuan untuk mengetahui berapa besar peran bank sampah pada masyarakat. Kuisioner kedua adalah kuisioner material recovery, ditujukan kepada pengepul yang ada di lokasi penelitian dengan tujuan untuk mengetahui potensi pengepul dalam mereduksi sampah. Kuisioner ketiga adalah kuisioner LPS, ditujukan kepada petugas operasional LPS dan bertujan untuk mengetahui kapasitas dan segala hal kegiatan yang dapat terjadi di LPS. Kuisioner terakhir adalah kuisioner pengangkutan, ditujukan kepada petugas pengangkut sampah dan bertujuan untuk mengetahui frekuensi pengangkutan, jadwal pegangkutan, spesifikasi truk, bahan bakar truk dan kegiatan yang dapat menghambat pengangkutan.
B. Data Sampling
Data sampling berupa karakteristik dan komposisi sampah didapat dengan cara melakukan sampling di Kecamatan Rungkut selama 8 hari. Komposisi sampah diukur melalui pemilahan di empat LPS yang telah ditentukan. Pemilahan sampah terdiri dari plastik (HDPE, LDPE, PET, PP, PS stereofoam, PP bag, campuran aluminium dan lainnya), sampah basah (sisa makanan dan sampah kebun), kertas (koran, hvs/duplek, karton, kertas minyak, tisu, tetra pack dan lainnya), logam (besi, kaleng, non besi dan kabel), kaca (botol kaca dan kaca lain), kain, karet, diapers, kayu, B3 dan sampah lainnya. Karakteristik sampah yang dianalisis hanya karakteristik fisik sampah. Karakteristik fisik meliputi densitas timbulan dan komposisi sampah.
C. Data Observasi Lapangan
Pengamatan visual (secara langsung) dan terjadwal kondisi pengelolaan maupun pengolahan sampah yang sudah diterapkan di Kecamatan Rungkut.
D. Pelaksanaan Routing
Routing dilakukan untuk mengetahui jumlah emisi yang dihasilkan dalam kegiatan transportasi pengelolaan sampah. Transportasi yang dimaksudkan adalah berangkatnya truk sampah dari garasi menuju LPS yang kemudian ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan kata lain adalah kegiatan pengangkutan sampah sepenuhnya Semua LPS dalam
Kecamatan Rungkut dipilih dalam routing. Berikut ini adalah tata cara pelaksanaan routing yang dilakukan.
1. Sebelum routing dilakukan, harus mengetahui dimana truk sampah tersebut parkir (pool). Jika terdapat pool, maka routing dilakukan dari pool sampai ke TPA.
2. Routing dilakukan dengan mengikuti truk pengangkut sampah dibantu dengan alat GPS untuk mengetahui jarak dan waktu yang dibutuhkan. Waktu yang dicatat adalah :
a. Waktu perjalanan dari pool menuju LPS (T1)
b. Waktu perjalanan berangkat truk menuju TPA (h1)
c. Waktu perjalanan kembali menuju LPS (h2)
d. Waktu perjalanan kembali ke pool (T2)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Timbulan, Komposisi dan Densitas Sampah Kecamatan Rungkut
Timbulan sampah di Kecamatan Rungkut sebesar 0,32 kg/jiwa.hari (Putri, 2010). Jumlah penduduk sebanyak 109.796 jiwa, maka didapatkan nilai timbulan sampah total adalah 35.134,72 kg/hari. Timbulan sampah pada setiap kelurahan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Timbulan Sampah Setiap Kelurahan No Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Timbulan Sampah (kg/hari) 1 Kalirungkut 24.783 7.930,56 2 Rungkut Kidul 14.752 4.720,64 3 Medokan Ayu 21.015 6.724,80 4 Wonorejo 14.593 4.669,76 5 Penjaringansari 17.978 5.752,96 6 Kedung Baruk 16.675 5.336,00 Total 109.796 35.134,72
Kecamatan Rungkut memiliki delapan LPS/depo. Empat diantaranya adalah LPS/depo yang ditunjuk sebagai perwakilan pengambilan komposisi dan densitas sampah. Empat LPS/depo lainnya adalah LPS Rungkut Harapan, LPS Penjaringansari, LPS Kendalsari dan LPS Kedung Baruk. Keempat LPS tersebut, melayani wilayah yang memiliki nasabah bank sampah dan wilayah dengan menggunakan komposter hanya LPS Rungkut Harapan. Dari karakteristik tersebut, dapat disamakan dan digolongkan bahwa persentase komposisi dan angka densitas timbulan maupun komposisi dari LPS Rungkut Harapan sama dengan Depo Rungkut Alang-alang. LPS Penjaringansari, Kendalsari dan Kedung Baruk memiliki karakteristik persentase komposisi serta angka densitas yang sama dengan Depo Medokan Ayu.
Nilai komposisi sampah Kecamatan Rungkut yang paling besar adalah sampah basah. Sampah basah memiliki persentase sebesar 65,46%. Sampah plastik memiliki persentase 12,68%. Komposisi lainnya yaitu sampah kertas sebanyak 7,66%, diapers 6,29%, kain 1,41%, kaca 1,35%, logam 0,99%, kayu 0,72%, B3 0,37%, karet 0,27% dan lainnya 2,81%.
Gambar 1 Komposisi Sampah Kecamatan Rungkut Tabel 2 Nilai Densitas Rata-rata Setiap LPS/depo No LPS/depo
Densitas sampah (kg/m3) 1 Depo Rungkut Alang-alang 187,29
2 Depo Medokan Ayu 190,89
3 Depo Rungkut Kidul (Pasar
Pahing) 216,49 4 LPS Wonorejo 204,46 5 LPS Rungkut Harapan 187,29 6 LPS Penjaringansari 190,89 7 LPS Kendalsari 190,89 8 LPS Kedung Baruk 190,89 Rata-rata (kg/m3) 194,89
Densitas sampah timbulan dilakukan dengan memasukkan 100 kg timbulan sampah acak (homogen) ke dalam bak densitas dengan ukuran 100cmx100cmx50cm. Sehingga volume dari kotak densitas sebesar 500 L. Setelah timbulan sampah tersebut dimasukkan, kemudian dihentakkan sebanyak tiga kali setinggi 20 cm di atas permukaan tanah. Setelah dihentakkan diukur nilai penurunan tinggi timbulan sampah dengan mengurangi nilai tinggi awal dan akhir. Nilai densitas sampah diketahui dengan merata-rata nilai densitas sampah yang dianalisa selama 8 hari.
Nilai densitas pada empat LPS/depo berkisar dari 187,29 kg/m3 sampai dengan 216,49 kg/m3. Densitas timbulan Kecamatan Rungkut sebesar 194,89 kg/m3.
B. Potensi Reduksi Bank Sampah
Reduksi bank sampah terbesar terdapat pada Kelurahan Wonorejo yaitu sebesar 13,63%. Urutan nilai reduksi sampah selanjutnya dari kedua hingga kelima adalah Kelurahan Kedung Baruk 2,82%, Rungkut Kidul 2,44%, Kalirungkut 1,47%, Medokan Ayu 0,94% dan Penjaringansari 0,68%. Nilai persentase ini didapatkan dari jumlah nasabah bank sampah (KK) dibanding dengan jumlah KK dari masing-masing kelurahan.
Buku besar bank sampah adalah buku keluar masuknya sampah dari bank sampah tersebut. Dari buku besar, didapat upaya reduksi sampah setiap harinya per komposisi. Massa sampah masuk di bank sampah adalah aluminiium 0,009 kg/hari, besi 0,72 kg/hari, besi campuran 1,09 kg/hari, botol
kaca 7,50 kg/hari, duplek putih 1,04 kg/hari, duplek warna 26,37 kg/hari, kaleng 0,47 kg/hari, kardus 56,87 kg/hari, kertas HVS 14,38 kg/hari, koran 76,50 kg/hari, majalah/buku 3,95 kg/hari, plastik lainnya 2,39 kg/hari, PET dan PP 79,02 kg/hari, seng 3,57 kg/hari dan seng campuran 0,11 kg/hari. C. Potensi Reduksi Komposter
Tiga kelurahan yang menggunakan komposter dalam upaya reduksi sampah yaitu Kelurahan Kalirungkut, Rungkut Kidul dan Wonorejo. Dua jenis komposter yang dipakai yaitu komposter volume 50 L dan 120 L. Jumlah komposter di Kecamatan Rungkut sebanyak 5 untuk komposter 50 L dan 217 buah untuk komposter 120 L. Data jumlah komposter dan volume komposter dikalikan dengan densitas sampah basah tiap LPS wilayah komposter, digunakan dalam perhitungan massa sampah masuk komposter tiap harinya. Sampah di komposter pada wilayah Depo Rungkut Alang-alang sebesar 0,92 kg/hari, LPS Wonorejo 37,05 kg/hari dan LPS Rungkut Harapan 56,99 kg/hari. Sehingga reduksi oleh komposter Kecamatan Rungkut sebesar 94,95 kg/hari.
D. Potensi Reduksi Rumah Kompos
Dua rumah kompos yang ada di Kecamatan Rungkut yaitu Rumah Kompos Kebun Bibit Wonorejo dan Rungkut Asri. Pada Rumah Kompos, sampah yang diterima setiap harinya yaitu sebanyak 6 m3. Nilai tersebut didapat dari hasil wawancara dan berdasar pada luas rumah kompos ini. Menurut Umarie (2012) [5], densitas yang ada di rumah kompos sebesar 250 kg/m3. Komposisi yang ada di rumah kompos ini yaitu 56% sampah batang, 26% daun, 17% ranting, 0,8% plastik dan 0,2% kertas. Sampah yang masuk Setiap harinya yaitu 1.813 kg. Sampah yang masuk menggandung sampah yang tidak dapat dikomposkan yaitu batang 1.360 kg, ranting 60 kg, plastik 4 kg dan kertas 1,5 kg.
Pada Rumah Kompos Kebun Bibit Wonorejo, sampah yang diterima setiap harinya yaitu sebanyak 6 m3. Nilai tersebut didapat dari hasil wawancara dan berdasar pada luas rumah kompos ini. Menurut Umarie (2012), densitas yang ada di rumah kompos sebesar 225 kg/m3. Komposisi yang ada di rumah kompos ini yaitu 50% sampah batang, 26% daun, 23% ranting, 0,8% plastik dan 0,2% kertas. Sampah yang masuk Setiap harinya yaitu 1.638 kg. Sampah yang masuk menggandung sampah tidak dapat dikomposkan yaitu 1.200 kg batang, 84 kg ranting, 4,5 kg plastik dan 3 kg kertas. Sampah yang dapat dikomposkan yaitu berupa sampah daun sebanyak 346,5 kg. Sampah daun yang dikomposkan mengalami penyusutan sebanyak 69,3 kg, sehingga kompos yang dihasilkan adalah 277,2 kg.
Sampah masuk rumah kompos dari pemukiman hanya dilayani oleh Rumah Kompos Rungkut Asri yaitu sebesar 375 kg/hari. Jumlah penduduk terlayani Rumah Kompos Rungkut Asri adalah 39535 jiwa. Sehingga didapatkan nilai reduksi sampah kebun oleh rumah kompos 0,0095 kg/orang.hari. E. Potensi Reduksi Pengepul
Pengepul yang ada di Kecamatan Rungkut ada 15 unit. Jenis sampah yang diterima dan dijual pada pengepul ini adalah plastik HDPE, LDPE, PET, koran, HVS, buku, kardus,kaleng, besi, plastik lainnya dan beberapa jenis sampah Total Plastik 12,68% Total Sampah Basah 65,46% Total Kertas 7,66% Total Logam 0,99% Total Kaca 1,35% Kain 1,41% 0,27%Karet Diapers 6,29% Kayu 0,72% Lainnya 2,81% B3 0,37%
yang juga diterima namun tidak banyak orang menjualnya yaitu botol kaca, kabel, karet dan logam. Pengepul dapat menerima sekitar 5 kwintal sampai 2 ton sampah setiap harinya. Barang/sampah yang didapat dari warga sekitar, bank sampah, pemulung dan beberapa industri rumahan.
Massa ter-recovery oleh pengepul setiap LPS/depo yaitu pada Depo Rungkut Alang-alang sebesar 77 kg/hari, Depo Medokan Ayu 48,50 kg/hari, Depo Rungkut Kidul (Pasar Pahing) 108,00 kg/hari, LPS Wonorejo 49,00 kg/hari, LPS Rungkut Harapan 18,75 kg/hari, LPS Penjaringansari 29,33 kg/hari, LPS Kendalsari 16,25 kg/hari dan LPS Kedung Baruk 53,50 kg/hari. Sehingga didapatkan total reduksi oleh pengepul di Kecamatan Rungkut sebesar 400,33 kg/hari. F. Persentase Total Reduksi Sampah
Persentase total reduksi sampah dari fasilitas pengepul, rumah kompos, bank sampah dan komposter dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Persentase Reduksi Sampah Kecamatan Rungkut Kelurahan Potensi Reduksi (%) Pengepul Rumah kompos Bank sampah Komposter Kalirungkut 2,71% 2,96% 0,08% 0,01% Medokan Ayu 2,87% 0% 0,06% 0% Rungkut Kidul 2,24% 2,96% 0,70% 0,79% Wonorejo 7,71% 0% 4,41% 0,52% Penjaringan-sari 17,99% 0% 0,19% 0% Kedung Baruk 4,27% 0% 0,26% 0% Rata-rata 6,30% 0,99% 0,95% 0,22% G. Kegiatan Pengangkutan
Kegiatan pengangkutan yang dimaksud adalah kegiatan pengangkutan sampah dari LPS/depo menuju TPA Benowo dan pengangkutan sampah dari sumber sampah ke rumah kompos. Analisa pengangkutan dilakukan pada delapan LPS/depo pada Kecamatan Rungkut dengan ikut serta semua truk yang sedang melakukan kegiatan pengangkutan. Analisa ini dilakukan dengan bantuan software“Speed Tracker” di iOS smartphone.
Dengan semua data yang diperoleh pada kegiatan pengangkutan, didapatkan jarak truk tiap harinya dengan melihat banyaknya ritasi. Ritasi pada Depo Rungkut Alang-alang sebanyak 3 rit/hari, LPS Rungkut Harapan 1 rit/hari, Depo Rungkut Kidul (Pasar Pahing) 3-4 rit/hari, LPS Kendalsari 1 rit/hari, LPS Penjaringansari 2 rit/hari, Depo Medokan Ayu 1 rit/hari, LPS Kebun Bibit Wonorejo 1 rit/hari dan LPS Kedung Baruk 2 rit/hari.
Pengangkutan dari sumber sampah ke rumah kompos juga diperhitungkan dalam penelitian ini. Rumah Kompos Rungkut Asri menerima sampah penyapuan jalan dari wilayah Surabaya Timur khususnya wilayah Kecamatan Rungkut. Alat transportasi yang digunakan ada berbagai macam dari gerobak berkapasitas 1,5 m3 sampai truk berkapasitas 6 m3. Pada
Rumah Kompos Rungkut Asri, sampah masuk dari kawasan Rungkut Asri, Rungkut Alang-alang, Rungku Lor, Rungkut
Kidul, Rungkut Industri, Tenggilis dan Jemursari. Pada Rumah Kompos Kebun Bibit Wonorejo, sampah yang masuk berasal dari Wonorejo, Kedung Baruk, MERR Gunung Anyar dan Kebun Bibit Wonorejo itu sendiri.
Tabel 4 Jarak Truk Sampah setiap LPS/depo
LPS/depo Jarak
(km/hari) Depo Rungkut Alang-alang 124,6
Depo Medokan Ayu 66,8
Depo Rungkut Kidul (4x trip) 266,1 Depo Rungkut Kidul (3x trip) 200,7 Depo Rungkut Kidul (rata-rata) 233,4
LPS Wonorejo 66,8 LPS Rungkut Harapan 64,9 LPS Penjaringansari 126,9 LPS Kendalsari 67 LPS Kedung Baruk 117,8 Total 868,20
Total jarak yang dibutuhkan dalam pengangkutan Rumah Kompos Rungkut Asri sebesar 21,25 km/hari dengan bahan bakar terpakai 1,3 L/hari. Pada Rumah Kompos Kebun Bibit Wonorejo, jarak yang dibutuhkan sebesar 10,5 km/hari dengan bahan bakar terpakai 0,43 L/hari.
H. Perhitungan Emisi GRK
Timbulan sampah pada setiap skenario memiliki nilai yang berbeda-beda. Pada skenario 1, timbulan sampah adalah timbulan sampah terlayani pada setiap LPS/depo tanpa ada upaya reduksi. Skenario kedua adalah timbulan sampah terlayani dikurangi dengan timbulan sampah yang masuk dalam upaya reduksi bank sampah dan komposter. Pada skenario ketiga, timbulan sampah terlayani dikurangi dari upaya reduksi bank sampah, komposter, rumah kompos dan pengepul.
Tabel 5 Massa Sampah pada Setiap Skenario
No LPS/depo Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 1 Depo Rungkut Alang-alang 6.618,59 6.611,20 6.351,36 2 Depo Medokan Ayu 6.052,32 6.048,56 6.000,06 3 Depo Rungkut Kidul (Pasar Pahing) 3.776,51 3.766,79 3.546,84 4 LPS Wonorejo .202,78 3.958,60 3.909,60 5 LPS Rungkut Harapan 2.530,24 2.449,84 2.350,87 6 LPS Penjaringansari 4.314,72 4.303,91 4.274,58 7 LPS Kendalsari 1.438,24 1.438,24 1.421,99 8 LPS Kedung Baruk 4.268,80 4.254,69 4.201,19 Total (kg/hari) 33.202,21 32.831,83 32.056,50
Perbedaan jumlah timbulan sampah pada setiap skenario berbeda-beda. Skenario satu dan skenario dua memiliki selisih sebesar 370,38 kg/hari. Sedangkan skenario satu dan tiga
memiliki selisih 1.145,71 kg/hari. Selisih timbulan sampah dari skenario dua dan tiga adalah 775,53 kg/hari. Timbulan sampah pada setiap skenario dapat dilihat pada tabel 5.
Rumus yang digunakan untuk menghitung emisi GRK sampah yang dibuang ke TPA menurut IPCC (2006) adalah :
1. Perhitungan CH4 dan N2O
a. Nilai DOC
DOC = DOC1 x W1
Dimana :
DOC1 = Nilai DOC pada sampah jenis i (sesuai dengan
standar IPCC tahun 2006)
Wi = Komposisi sampah (sesuai dengan hasil penelitian)
b. Mass of Decomposable DOC DDOCm = W x DOC x DOCf x MCF
Dimana :
DDOCm = Massa DOC yang terdekomposisi, Gg
DOCf = Fraksi DOC yang dapat terdekomposisi
W = Massa sampah yang dibuang, Gg c. Emisi CH4 Setiap Jenis Sampah
Lo = DDOCm x F x (16/12)
Dimana :
Lo = Potensi gas CH4 yang terbentuk, Gg CH4
F = Fraksi terbentuknya CH4 dilandfill
16/12 = Rasio berat molekul CH4/C
d. Total Emisi CH4
= �∑ Jumlah CH4 x,Tx − RT� × (1 − OX)...(1) Dimana :
Emisi CH4 = Emisi CH4 pada tahun T, Gg
T = Tahun pembuangan sampah x = Kategori sampah atau jenis/bahan
RT = Gas CH4 yang diambil kembali pada tahun T,
Gg
OXT = Fakrot oksidasi pada Tahun T (fraksi)
Nilai MCF yang digunakan adalah 0,8 karena TPA Benowo merupakan kategori TPA tidak terkelola dan tinggi tumpukan > 5 m. Nilai DOCF = 0,5, F = 0,5 dan OX = 0.
Emisi Karbondioksida
= 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 𝐸𝐸𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 × �1−𝐹𝐹𝐹𝐹 + 𝑂𝑂𝑂𝑂� ×4416... (2) Keterangan:
F = Fraksi dari CH4 di TPA
OX = Faktor oksidasi
44 = MR dari CO2 (kg/kg-mol)
16 = MR dari CH4 (kg/kg-mol)
Rumus yang digunakan untuk menghitung emisi GRK sampah yang dibuang ke TPA adalah :
Emisi CH4
ECH4= ∑ (Mi× EFi) × 10−3− R
i ...(3) Dimana :
Emisi CH4 = Emisi CH4 pada tahun T, Gg CH4
Mi = Massa bahan organik i yang dikomposkan, Gg
EF = Faktor emisi pengolahan i g CH4/kg sampah
diolah
i = komposting atau anaerobic digestion R = jumlah total CH4 yang di-recovery Gg CH4
Emisi N2O
EN2O = ∑ (Mii × EFi) × 10−3...(4)
Dimana :
Emisi N2O = Emisi N2O pada tahun T, Gg N2O
Mi = massa bahan organik i yang dikomposkan, Gg
EF = Faktor emisi pengolahan i g CH4/kg sampah
diolah
i = komposting atau anaerobic gigestion. EF CH4 = 4, EF N2O = 0,3 Emisi CO2 = 𝑏𝑏𝑚𝑚𝑏𝑏𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑘𝑘𝑚𝑚𝑏𝑏𝐸𝐸𝑚𝑚𝑘𝑘 × 𝐹𝐹𝐸𝐸 𝐶𝐶𝑂𝑂2(𝑚𝑚𝑚𝑚ℎ𝑢𝑢𝑚𝑚)𝐾𝐾𝑘𝑘 =𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 𝐶𝐶𝑂𝑂2 1000 × 0,9072(𝑀𝑀𝑀𝑀𝐶𝐶𝑂𝑂2 𝐸𝐸 𝑚𝑚𝑚𝑚ℎ𝑢𝑢𝑚𝑚)...(5) Persamaan rumus tersebut dipakai dalam perhitungan emisi GRK dalam penelitian ini. Emisi GRK pada emisi LPS yaitu emisi CH4 0,4761 Gg/tahun dan CO2 0,6547 Gg/tahun. Emisi
GRK pada emisi pengepul yaitu emisi CH4 0,0049 Gg/tahun
dan CO2 0,0068 Gg/tahun. Emisi GRK pada emisi rumah
kompos yaitu emisi CH4 0,00056 Gg/tahun, CO2 0,0994
Gg/tahun dan N2O 0,00004 Gg/tahun. Emisi GRK pada emisi
komposter yaitu emisi CH4 0,00012 Gg/tahun, CO2 0,0095
Gg/tahun dan N2O 0,00001 Gg/tahun. Emisi GRK pada emisi
bank sampah yaitu emisi CH4 0,0070 Gg/tahun dan CO2
0,0096 Gg/tahun.
Untuk Emisi GRK pengangkutan, memakai persamaan rumus 6 sampai 9.
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝑚𝑚 = ∑ [𝐹𝐹𝑢𝑢𝑚𝑚𝐹𝐹𝑚𝑚 𝑚𝑚× 𝐸𝐸𝐹𝐹𝑚𝑚]...(6) Dimana :
Emission = Emisi dari CO2
Fuela = Bahan bakar terjual (TJ)
EFa = Faktor emisi (kg/TJ). Nilai ini sama dengan nilai
dari karbon konten
a = Tipe bahan bakar (petrol, diesel, gas alam, LPJ dan sebagainya)
Persamaan untuk metode Tier 1 untuk memperkirakan CH4
dan N2O dari kendaraan jalan dapat dinyatakan sebagai :
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝑚𝑚 𝐶𝐶𝐶𝐶4 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑢𝑢 𝑁𝑁2𝑂𝑂 = ∑ [𝐹𝐹𝑢𝑢𝑚𝑚𝐹𝐹𝑚𝑚𝑚𝑚 × 𝐸𝐸𝐹𝐹𝑚𝑚]...(7) Dimana :
Emission = Emisi CH4 atau N2O
EFa = Faktor emisi (kg/TJ).
Fuela = Bahan bakar terpakai (TJ) (direpresentasikan dari
bahan bakar yang terjual)
a = Tipe bahan bakar (petrol, diesel, gas alam, LPJ dan sebagainya)
Persamaan emisi dari Tier 2 adalah :
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝑚𝑚 = ∑𝑚𝑚,𝑏𝑏,𝑐𝑐�𝐹𝐹𝑢𝑢𝑚𝑚𝐹𝐹𝑚𝑚,𝑏𝑏,𝑐𝑐× 𝐸𝐸𝐹𝐹𝑚𝑚,𝑏𝑏,𝑐𝑐�...(8) Dimana :
Emission = Emisi dalam kg EFa,b,c = Faktor emisi (kg/TJ).
Fuela,b,c = Bahan bakar terpakai (TJ) (direpresentasikan
dari bahan bakar yang terjual)
a = Tipe bahan bakar (petrol, diesel, gas alam, LPJ dan sebagainya)
b = Tipe kendaraan
c = Teknologi pengaturan emisi
Persamaan rumus tersebut dipakai dalam perhitungan emisi GRK pengangkutan. Emisi GRK pada emisi pengangkutan LPS ke TPA yaitu emisi CO2 0,2186 Gg/tahun, CH4 7,32
Gg/tahun dan N2O 9,52 Gg/tahun. Emisi GRK pada emisi
0,0080 Gg/tahun, CH4 0,0488 Gg/tahun dan N2O 0,07
Gg/tahun.
I. Perhitungan Emisi GRK Setiap Skenario
Emisi GRK yang dihasilkan yaitu emisi CO2 sebesar
1,011665 Gg/tahun, CH4 sebesar 7,808304 Gg/tahun dan N2O
sebesar 9,517740 Gg/tahun. Emisi GRK terbesar ada pada emisi N2O.
Skenario dua menghasilkan emisi GRK yaitu emisi CO2
sebesar 0,979791 Gg/tahun, CH4 sebesar 7,801176 Gg/tahun
dan N2O sebesar 9,517750 Gg/tahun.
Nilai dari ketiga emisi GRK yaitu emisi CO2 sebesar
0,881313 Gg/tahun, CH4 sebesar 7,844481 Gg/tahun dan N2O
sebesar 9,729948 Gg/tahun.
Tabel 6 Perbandingan Emisi GRK Jenis Emisi GRK Skenario
1 2 3 Emisi Sampah (Gg/tahun) CO2 0,793094 0,761219 0,654698 CH4 0,488740 0,481612 0,476144 N2O 0 0,000010 0,000051 Emisi Pengangkutan (Gg/tahun) CO2 0,218572 0,218572 0,226615 CH4 7,319564 7,319564 7,368337 N2O 9,517740 9,517740 9,729896
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai emisi CO2 dan CH4
sampah tertinggi terdapat pada skenario 1. Hal ini disebabkan tidak adanya upaya reduksi yang dilakukan pada skenario ini. Sampah yang terbentuk langsung dibuang ke LPS yang kemudian dilakukan pengangkutan ke TPA. Jumlah biomass yang terdegradasi secara anaerobik memiliki nilai yang tinggi sehingga emisi CO2 dan CH4 yang terbentuk menjadi tinggi.
Menurut IPCC, emisi N2O dapat terbentuk pada kegiatan
komposting sedangkan pada skenario ini tidak ada kegiatan komposting. Hal ini menyebabkan tidak terbentuknya emisi N2O sampah pada skenario ini. Emisi pengangkutan yang
dihasilkan lebih kecil dari skenario 3. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya upaya reduksi sehingga tidak ada kegiatan pengangkutan selain pengangkutan sampah dari LPS ke TPA.
Skenario kedua memiliki nilai emisi CO2 dan CH4 sampah
lebih kecil dibanding dengan skenario 1 dan lebih besar dengan skenario 3. Emisi N2O sampah pada skenario ini lebih
kecil dari skenario 3 dan lebih besar dari skenario 1 karena adanya kegiatan komposting pada komposter. Pada emisi kegiatan pengangkutan, nilai emisi GRK sama dengan skenario 1 dan lebih kecil dari skenario 3. Hal tersebut dikarenakan pada skenario 2 kegiatan upaya reduksi yang dilakukan tidak menimbulkan emisi pengangkutan. Pengangkutan dilakukan dengan gerobak sampah maupun kendaraan yang tidak menimbulkan emisi GRK.
Emisi GRK sampah pada skenario ketiga merupakan emisi CO2 dan CH4 paling kecil, mengingat sampah yang dibuang
sudah banyak tereduksi dari berbagai kegiatan. Namun, adanya kegiatan komposting memalui komposter mandiri dan rumah kompos membuat timbulnya emisi N2O pada skenario
ini. Emisi N2O sampah memiliki nilai paling besar dari dua
skenario lainnya. Beberapa upaya reduksi sampah yang dilakukan juga menimbulkan emisi pada sektor pengangkutan.
Emisi yang dihasilkan terbentuk pada kegiatan rumah kompos. Hal tersebut membuat nilai emisi GRK pada kegiatan pengangkutan paling tinggi dari kedua skenario lainnya.
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
1. Emisi GRK pengelolaan sampah di Kecamatan Rungkut meliputi emisi CH4, CO2 dan N2O.
a. Emisi GRK skenario 1
Pada skenario 1 yang merupakan skenario tanpa reduksi, nilai dari emisi CO2 sampah sebesar 0,793094
Gg/tahun. Emisi untuk CH4 dan N2O sampah sebesar
0,488740 Gg/tahun serta 0 Gg/tahun. Emisi Pengangkutan CO2, CH4 dan N2O berturut-turut
adalah sebesar 0,218572 Gg/tahun, 7,319564 Gg/tahun serta 9,517740 Gg/tahun.
b. Emisi GRK pada skenario 2
Skenario dua yaitu skenario dengan reduksi bank sampah dan komposter memiliki nilai emisi sampah CO2, CH4, N2O berturut-turut sebesar 0,761219
Gg/tahun, 0,481612 Gg/tahun serta 0,000010 Gg/tahun. Emisi Pengangkutan CO2, CH4 dan N2O berturut-turut
adalah sebesar 0,218572 Gg/tahun, 7,319564 Gg/tahun serta 9,517740 Gg/tahun.
c. Emisi GRK pada skenario 3
Skenario ketiga dengan kondisi eksisting yang memperhitungkan bank sampah, komposter, rumah kompos dan pengepul. Skenario ini memiliki nilai emisi sampah CO2, CH4, N2O berturut-turut sebesar
0,654698 Gg/tahun, 0,476144 Gg/tahun serta 0,000051 Gg/tahun. Emisi Pengangkutan CO2, CH4 dan N2O
berturut-turut adalah sebesar 0,226615 Gg/tahun, 7,368337 Gg/tahun serta 9,729896 Gg/tahun.
2. Skenario yang diterapkan adalah skenario 3 dengan mengganti kendaraan pengangkutan rumah kompos.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Eggleston, S., Buendia, L., Miwa, K., Ngara, T. and Tanabe, K. 2006. IPCC Guidlines for National Greenhouse Gas Inventories. the Institute for Global Environmental Strategies (IGES).
[2] Banar, M., Cokaygil, Z. and Ozkan, A. 2008. Life cycle assessment of solid waste management options for Eskisehir, Turkey. Waste Management XXX, XXX-XXX. [3] Agency, U. S. E. P. 2006. Solid Waste Management and
Greenhouse Gases. United States Environmental Protection Agency.
[4] Al-Salem, S. M. and Lettieri, P. 2009. Life Cycle Assessment (LCA) of Municipal Solid Waste Management in the State of Kuwait. European Journal of Scientific Research 34, 395-405.
[5] Umarie, W. I. 2012. Potensi Pencemaran Lingkungan Dari Pengolahan Sampah Di Rumah Kompos Surabaya Timur. Tugas Akhir. Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.