• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERHATIAN SEKOLAH TERHADAP AKHLAK SISWA. DI MTsN 6 TANAH DATAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERHATIAN SEKOLAH TERHADAP AKHLAK SISWA. DI MTsN 6 TANAH DATAR"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERHATIAN SEKOLAH TERHADAP AKHLAK SISWA

DI MTsN 6 TANAH DATAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

VEGI SANTIKA SARI NIM 13101162

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

VEGI SANTIKA SARI, NIM. 13 101 162judul skripsi “Perhatian Sekolah terhadap Akhlak Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 6 Tanah Datar”. JurusanPendidikan Agama Islam FalkultasTarbiyah Dan IlmuKeguruan,

Institut Agama Islam negeri (IAIN) Batusangkartahun 2018

Pembahasan skripsi ini bertitik tolak dari permasalahan sikap, bertingkah laku baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial, bagaimana sikap, tingkah laku siswa saat proses pembelajaran berlangsung, dalam pergaulan baik sesama teman sebaya maupun yang lebih tua dan juga dalam melaksanakan tugas . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa dalam lingkungan sekolah dan sosial, dalam proses pembelajaran, dengan teman sebaya dan dalam melakasanakan tugas di MTsN 6 Tanah Datar

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research), dengan menggunakan metode Deskriftif Kualitatif, yaitu teknik pengumpulan data menggunakan tiga cara yaitu Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Adapun informan utama dalam penelitian ini adalah guru, Kepala sekolah, dan Wakil kepala seolah dan siswa di MTsN 6 Tanah Datar. Keabsahan data menggunakan Trianggulasi. Teknikanalisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles dan Huberman.

Berdasarkan hasilpenelitian diperoleh data bahwa, sekolah dan guru di MTsN 6 Tanah Datar pada perhatian sekolah dan guru terhadap akhlak siswa sekolah dan guru telah berupaya memberikan perhatian semaksimal mungkin kepada khusus khusunya dalam pembinaan akhlak, karakter dan sikap siswa yaitu, budaya sekolah yang diterpakan dalam lingkungan sekolah dan lingkungan sosial siswa juga yaitu, Budaya Senyum Salam Sapa Sopan Santun (5S),Saling Hormat Dan Toleran, perhatian dalam ibadah (Sholat Dhuha) yang terdapat dalam penilaian sikap, Berpakian Rapi dan Bersih yang tertuang dalam tata tertib sekolah, pendekatan Emosional lebih ditekankan oleh guru kepada siswa yang dirasa perlu perhatian khusu, pemberian reward (hadiah/pengahargaan), punishmen (hukuman) untuk pemberian Reward dan Punishment ini juga sudah terdapat dalam tata tertib sekolah yang ada di MTsN 6 Tanah Datar.

(6)

vi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Pertanyaan Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 9

F. Defenisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Perhatian ... 11

1. Pengertian Perhatian ... 11

2. Macam-Macam Perhatian ... 12

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perhatian ... 16

B. Sekolah ... 18

1. Pengertian Sekolah ... 18

2. Fungsi Sekolah dalam Pembinaan Karakter dan Akhlak... 20

3. Tanggung Jawab Sekolah dalam Pembinaan Karakter dan Akhlak ... 21

4. Manajemen Sekolah dalam Pembinaan Karakter dan Akhlak... 24

5. Fungsi Peraturan Sekolah dalam Pembinaan Karakter dan Akhlak ... 27

C. Akhlak ... 28

1. Pengertian Akhlak, Karakter, Nilai, Etika dan Moral... 28

(7)

vii

3. Macam-Macam Akhlak ... 34

4. Ruang Lingkup Akhlak ... 40

D. Siswa ... 46

1. Pengertian Siwa ... 46

2. Tugas dan Tanggung Jawab Siswa ... 47

3. Tugas dan Tanggung Jawab Siswa ... 48

4. Kebutuhan Siswa ... 49

5. Pengaruh Lingkungan Terhadap Siswa ... 51

6. Perbedaan Perhatian Sekolah dengan Perhatian Guru ... 51

E. Penelitian yang Relevan ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 54

B. Latar dan Waktu Penelitian ... 54

C. Instrumen Penelitian... 54

D. Sumber Data ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ... 57

G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum ... 60 B. Temuan Khusus ... 62 C. Pembahasan ... 62 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87 B. Implikasi ... 88 C. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA ... 90

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu ujung tombak dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia. Melalui pendidikan diharapkan seseorang dapat menjadi SDM yang mempunyai daya saing kompetitif, handal, kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, dalam program pendidikan banyak mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa sebagai calon SDM yang handal untuk masa akan datang. (QS Al-Alaq Ayat 1-5)



















































1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Agus Abdurrahim Dahlan, 2006: 459)

Q.S Al-Alaq ayat 1-5 berisi perintah untuk membaca dan memahami serta mempelajari ilmu. Perintah yang dimaksud dalam ayat ini bersifat umum, tidak tertuju kepada ilmu tertentu saja, dengan demikian kewajiban untuk menuntut ilmu menyangkut ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat qauniyah. (Qurais Shihab, 2012: 621) Allah memerintahkan hamba-Nya untuk membaca dan memahami, sehingga manusia mengetahui apa yang sebelumnya tidak diketahui.

Ahmad D. Marimba, menjelaskan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sehingga terbina

(9)

kepribadian yang utama, suatu kepribadian yang seluruh aspeknya sempurna dan seimbang. Untuk mewujudkan kesempurnaan tersebut dibutuhkan bimbingan yang serius yang sistematis dari pendidik.

Hasan Langgulung, Mengemukakan bahwa pendidikan sebenarnya dapat di tinjau dari individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Manusia mempunyai berbagai bakat dan kemampuan yang kalau dikelola secara cerdas bisa berubah menjadi emas dan intan.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS BAB I mengatakan, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Ramayulis, 2002: 31-32).

Dalam UU SISDIKNAS Pasal 3 dijelaskan mengenai tujuan pendidikan Nasional adalah “Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, Berakhlak mulia, seha, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU SISDIKNAS, 2011: 7).

Lembaga pendidikan adalah suatu sistem peraturan yang bersiafat abstrak, suatu kopetensi yang terdiri dari kode-kode, norma-norma, ideologi-ideologi dan sebagainya, baik tertulis ataupun tidak, termasuk perlengkapan material dan organisasi simbolik: kelompok manusia yang terdiri dari individu-individu yang dibentuk dengan sengaja atau tidak, untuk mencapai tujuan tertentu dan tempat-tempat kelompok itu melaksanakan peraturan-peraturan tersebut adalah: masjid, sekolah, kutub dan sebagainya.

Menurut (Hoy & Miskel, 2005 dalam Supardi) Sekolah merupakan sebuah sistem organisasi. Dan organisasi merupakan sistem sosial. Sebuah sistem sosial, terdiri dari beberapa komponen yaitu: struktur, individu, budaya dan politik. Menurut Mizberg (1971) dalam (Evers & Lakomski, 2001) dikutip kembali oleh

(10)

Supardi, struktur organisasi adalah kaidah bagaimana anggota-anggota organisasi diberikan tugas-tugas tertentu dan melakukan koordinasi antar mereka, dan mereka secara individu mempunyai pandangan yang berbeda mengenai tugas dalam organisasi. (Supardi, 2013: 1).

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berada di tengah-tengah masyarakat hanya akan berhasil bila ada kerja sama dan dukungan yang penuh pengertian dari masyarakat dan keluarga. Sekolah merupakan suatu kesatuan dari pribadi-pribadi yang berinteraksi. Pribadi-pribadi yang bertemu disekolah tergabung dalam bagian-bagian melakukan hubungan organisasi yang bersistem. Sistem sekolah terwujud dengan munculnya cara interaksi sosial dirincikan oleh: (1) memiliki suatu penghuni yang tetap, (2) memiliki struktur politik atau kebijakan umum tentang kehidupan sekolah, (3) memiliki inti jaringan hubungan sosial, (4) mengembangkan perasaan atau semangat kebersamaan sekolah, (5) memiliki suatu jenis kebudayaan atau subkebudayaan tersendiri. (Hamzah B. Uno, 2016: 230).

Sekolah merupakan tempat pembinaan akhlak bagi siswa yang dilakukan baik secara akedemik maupun non akademik, dari akhlak tercela ke akhlak terpuji dalam sebuah lembaga pendidikan formal khuhus di madrasah tsanawiyah. Akhlak merupakan bagian pendidikan yang sangat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, baik individu ataupun berhubungan dengan sosial masyarakat. Akhlak yang mulia memberikan motivasi dalam kehidupan. oleh karena itu nilai-nilai yang terkandung dalam agama perlu diketahui, dipahami, diyakini, dan diamalkan oleh manusia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga dapat menjadi manusia yang utuh. Akhlak yang sempurana juga mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam hidup manusia, Baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam

(11)

mencapai kebahagiaan lahiriah dan rohaniah. (Hasanuddin Sinaga Zahruddin, 2004: 15).

Secara sederhana Akhlak Islami diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. kata islam yang berbeda dibelakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat. Dengan kata lain akhlak islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai- nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai yang bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai universal itu.

Dalam islam, karakter atau akhlak memiliki kedukukan yang penting dan dianggap memiliki fungsi yang vital dalam memandu kehidupan masyarakat. Sebagimana firman Allh Swt dalam Q.S An-Nahl ayat 90 sebagi berikut:



































Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Ayat diatas menjelaskan tentang perintah Allah menyuruh manusia agar berbuat adil, yaitu menunaikan kadar kewajiban berbuat baik dan terbaik, berbuat kasih sayang pada ciptaannya dengan bersilaturrahmi pada mereka serta menajuhkan diri dari berbagai bentuk perbuatan buruk yang menyakiti sesama dan merugikan orang lain. Dengan demikian setiap manusia harus mendapatkan pembinaan akhlak menjadi insan yang senantiasa berkahlak mulia. Menurut moh. Amin bahwa:

“Akhlak adalah suatu kekeuatan yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam al akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam al akhlak yang buruk)”. (Moh. Amin, 1987: 9)

(12)

Pendidikan akhlak berlangsung pada tiga lembaga pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TK,SD/MI,SMP/MTS,SMA/MA dan perguruan tinggi melalui pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler, kokulikuler dan pembiasaan. Pada pendidikan nonformal berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan dan lembaga pendidikan lain melalui pembelajaran. Sedangkan pendidikan informal pendidikan akhlak berlangsung dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa di dalam keluarga terhadap anak-anak yang menjadi tanggungjawabnnya. (Muclas Sanami, 2011: 19-20)

Mengenai akhlak mulia ini, Rasulullah Saw pernah bersabda:

ُز اٌََثَّذ َح ٍرِهاَع ىُبَأ اًََرَب ْخَأ ٍذَّوَحُه ُيْب ِ َّاللَّ ُذْبَع اٌََثَّذَح

ٍراَسََ ِيْب ِءاَطَع ْيَع َنَلْسَأ ِيْب ِذََْز ْيَع ٌرَُْه

ْلاَو ْنُكاََِّإ َلاَق َنَّلَسَو ِهَُْلَع ُ َّاللَّ ًَّلَص ٍَِّبٌَّلا َّىَأُهٌَْع ُ َّاللَّ ٍَِضَر ٌِِّرْذُخْلا ٍذُِعَس ٍِبَأ ْيَع

ََ ىُلُجُ

َه ْيِه اٌََل اَه ِ َّاللَّ َلىُسَر اََ اىُلاَقَف ِتاَقُرُّطلاِب

َسِل ْجَُوْلا َّلَِّإ ْنُتَُْبَأ ْرِإ َلاَقَف اَهُِف ُثَّذَحَتًَ ٌّذُب اٌَِسِلاَجُ

ُّدَرَو يَرَ ْلْا ُّفَكَو ِرَصَبْلا ُّضَغ َلاَق ِ َّاللَّ َلىُسَر اََ ِقَِرَّطلا ُّقَح اَهَو اىُلاَق ُهَّقَح َقَِرَّطلا اىُطْعَأَف

ٍُْهٌَّلاَو ِفوُرْعَوْلاِب ُرْهَ ْلْاَو ِم َلََّسلا

ِرَكٌُْوْلا ْيَع

“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad telah mengabarkan kepada kami Abu 'Amir telah menceritakan kepada kami Zuhair dari Zaid bin Aslam dari 'Atha` bin Yasar dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan." Mereka (para sahabat) berkata; "Wahai Rasulullah, Itu kebiasaan kami yang sudah biasa kami lakukan karena itu menjadi majelis tempat kami untuk bercakap-cakap." Beliau bersabda: "Jika kalian tidak mau meninggalkan majelis seperti itu maka tunaikanlah hak jalan tersebut." Mereka bertanya: "Apa hak jalan itu?" Beliau menjawab: "Menundukkan pandangan, menyingkirkan halangan, menjawab salam dan amar ma'ruf nahi munkar.

(13)

Berdasarkan keterangan hadits di atas dapat dipahami bahwa betapa banyak hal yang harus dijauhi oleh seorang muslim khusunya, ini bertujuan agar terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan kaffah agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan dan pewaris Nabi. Dismping itu, mengajak orang lain untuk mengerjakan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran merupakan suatu perbuatan mulia yang harus ditanamkan dalam hati.

Jadi dapat disimpulkan bawah akhlak disini adalah bagian terpenting dalam pendidikan yang berkenaan dnegan sikap atau nilai yang dilakasanakan sesuai ajaran islam atau bersifat islami yang berkenaan dengan kehidupan sosial yang mana nilai-nilai yang terkandung dalam agama perlu diketahui, dipahami, diyakini, dan diamalakan oleh manusia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga dapat menjadi manusia yang utuh. Akhlak yang sempurana juga mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam hidup manusia, Baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam mencapai kebahagiaan lahiriah dan rohaniah. Sekolah telah menerapkan akhlak islami tapi akhlak islami tersebut belum diterpakan semuananya oleh siswa. Contohnya: ketika sekolah menerapkan buku kontrol sholat siswa yang mana itu termasuk kedalam penilaian sikap siswa, namun hanya sebagaian siswa yang melaksanakan sholat wajib tersebut, dan pendidik hanya memberikan teguran kepada siswa yang tidak melakasanakan sholat.

Sikap siswa pada saat ini jika dilihat sangat bervariatif, dari observasi yang penulis lakukan ada beberapa hal yang unik terjadi dalam diri si anak, mulai dari kegiatan pelaksanaan sholat sunah dhuha yang setiap hari dilakukan hanya 2 lokal jika dilihat kegiatan ini bukan jadi sebuah kegiatan penunjang lagi dalam sebuah sekolah melainkan menjadi sebuah kegiatan wajib yang harus dilakukan dalam sebuah sekolah, ini juga merupakan proses pelatihan terhadap diri si anak, namun

(14)

masih banyak anak yang merasa enggan untuk melakukannya, berkaitan dengan itu kesadaran akan mematuhi peraturan sekolah juga masih minim untuk beberapa siswa masih memakai atribut yang tak seseuai dengan keperlun sekolah (gelang, celana pensil, tidak memakai dalaman baju, kaus kaki belang) yang tak diberlakukan untuk lingkungan sekolah, keluar masuk kelas tanpa izin, tidur saat jam pelajaran bahkan juga anak-anak tersebut tidak memerhatikan saat guru menjelaskan pelajaran, kurang memerhatikan kebersihan diri, juga masih ada yang sholat 5 waktunya bolong sebagaimna ini termasuk dalam penilai sikap dalam rapor. Padahal jika dilihat anak-anak seusia itu adalah suatu proses belajar untuk membentuk jati dirinya.

Kondisi seperti ini sangat mengkawatirkan jika tidak segera ditindak lanjuti terutama jika berkaitan dengan perhatian sekolah.Meskipun sekolah merupakan madrasah kedua bagi si anak, tapi saat anak sudah diserahkan oleh orang tua ke pihak sekolah, sekolah bebas memberikan sanksi terhadap anak yang melanggar peraturan sekolah sesuai dengan bobot pelanggaran yang dilakukan. Dalam penelitian ini penulis ingin melihat sejauh mana bentuk perhatian sekolah dan strategi/usaha yang dilakukan sekolah untuk menindak lanjuti akhlak siswa yang tidak sesuai.

Untuk itu berdasarkan uraian yang bahwa pendidikan merupakan proses pengembangan aspek kepribadian manusia, yang salah satunya ada nilai, dan sikapnya. Selanjutnya sekolah beserta guru yang juga mengajarkan di dalamnya pembentuk akhlak yang baik, dan guru juga merupakan pemberi teladan bagi siswa yang mana ini berkaitan dengan pendidikan karakter dan pendidikan akhlak, di lihat dari sikap siswa yang kurang disiplin, kurang menghargai mengghargai guru dan temannya yang ingin belajar ini memperihatkan bahwa karakterdan akhlak siswa masih kurang, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Perhatian Sekolah Terhadap Akahlak Siswa di Madrasah Tsanawiyah

(15)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah serta fenomena-fenomena atau permasalah yang ada,

1. Kurangnya kedisplinan siswa terhadap ibadah. 2. Kurang kesadaran diri siswa dalam kebersihan.

3. Kurangnya kepedulian siswa terhadap sesama (Teman Sebaya) .

4. Cara berbicara yang kurang mencerminkan seorang siswa yang berkarakhlak baik.

5. Kurangnya kesadaran siswa dalam melaksanakan kewajibannya

C. Pertanyaan Penelitian

Adapunpertanyaanpenelitianyaitusebagaiberikut:

1. Bagaimana bentuk Perhatian Sekolah terhadap Akhlak Siswa di MTsN 6 Tanah Datar?.

2. Apa saja bentuk Perhatian Guru terhadap Akhlak Siswa di MTsN 6 Tanah Datar?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk :

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk Perhatian Sekolah terhadap Akhlak Siswa di MTsN 6 Tanah Datar?.

2. Untuk mengetahui bentuk Perhatian Guru terhadap Akhlak Siswa di MTsN 6 Tanah Datar ?

(16)

E. Manfaat dan Luaran Penelitian

1. Manfaat Penelitian

a. Sebagai salah satu sumbangan pemikiran penulis terhadap “Perhatian Sekolah terhadap Akhlak Siswa di MTsN 6 Tanah Datar”.

b. Sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana Strata I (S1) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

c. Sebagai panduan bagi guru di berbagai lembaga sekolah, peneliti, maupun pihak lain yang berkepentingan dalam melakukan perhatian sekolah terhadap Akhlak Siswadi MTsN 6 Tanah Datar.

2. Luaran Penelitian

a. Sebagai pengembangan wawasan yang penulis terima dalam perkuliahan di IAIN Batusangkar.

b. Sebagai masukan atau sumbangan pemikiran bagi mahasiswa PAI yang ingin membuat masalah ini lebih lanjut.

c. Sebagai panduan bagi guru di berbagai lembaga sekolah, peneliti, maupun pihak lain yang berkepentingan dalam melakukan perhatian sekolah terhadap Akhlak Siswadi MTsN 6 Tanah Datar.

F. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami proposal skripsi ini, maka peneliti mencoba menjelaskan istilah yang terdapat dalam proposal skripsi ini sebagai berikut

Perhatian adalah Perhatian merupakan suatu pemusatan tenaga/kekuatan jiwa

tertuju pada suatu objek yang banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan juga keaktifan jiwa yang diarahakan pada suatu objek baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Berpijak pada pengertian diatas harusnya sekolah memiliki sikap yang aktif dalam memerhatikan anak didiknya

(17)

bukan hanya dalam belajar saja tapi dalam setiap hal yang dilakukan oleh si anak baik itu positif atau bahkan negatif sekalipun. (Wasty, 2003: 13)

Sekolah berasal dari bahasa Belanda school, bahasa Jerman die Scrule,

Bahasa Inggris School yang artinya sama dengan Sekolah, yaitu suatu lembaga pendidikan

Akhlak menurut pendekatan etimologi, perkataan ”Akhlak”berasal dari

bahasa arab jama‟ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti,perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuian dengan perkataan ”Khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “Khaliq” yang berarti pencipta dan “Makhluk” yang berarti diciptakan. (Mustafa, 2005: 11)

Jadi akhlak yang penulis maksud sesuatu yang melekat pada diri individu untuk menjadi tindak tanduk individu dalam berbuat. sehingga mempengaruhi perilaku individu tersebut. Oleh sebab itu perlu pembinaan akhlak yang baik oleh keluaga, sekolah maupun masyarakat yang ada disekitar lingkungan individu tersebut.

Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri

melalui pendidikan tertentu (UU SISDIKNAS, Pasal 1 ayat 4 No 20 Tahun 2003). Dalam pendidikan islam yang menjadi peserta didik bukan hanya anak-anak, melainkan juga orang dewasa yang masih berkembang, baik fisik maupun psikis. Sebuatan untuk peserta didik ini beragam. dilingkungan sekolah atau madrasah ia disebut santri dan siswa. Pada tingkat pendidikan tinggi, ia disebut mahasantri dan dilingkungan pesantren disebut santri, sedangkan dimajelis Ta‟lim ia disebut jamaa‟ah (anggota). (Suharsimi Arikunto, 1990: 124)

(18)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Perhatian

1. Pengertian Perhatian

Perhatian sangat dibutuhkan oleh anak-anak terutama yang sedang menempuh pendidikan, khususnya anak-anak remaja, yang secara psikologis sangat membutuhkannya. Tidak hanya perhatian dari keluarga saja sekolah juga mempunyai peran penting tehadap akhlak anak remaja di sekolah.

Adapun perhatian tersebut berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhandan gejala perhatian berhubungan dengan fungsi-fungsi jiwa yang lain.

Terdapat beberapa pengertian tentang perhatian, sebagai berikut: a. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Perhatian adalah hal

memperhatikan, apa yang diperhatikan, minat. (KBBI, 2005 : 857) b. Menurut Sumadi Suryabrata, “Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis

tertuju pada suatu objek, serta banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilaksanakan. (Sumadi, 2004: 14) c. Menurut Bimo Walgito, “Perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi

dari seluruh aktivitas individu yang diajukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. (Bimo, 2003: 56)

d. Menurut Abdul Aziz Abdul Majid, Perhatian adalah suatu usaha untuk mengerti atau satu-satunya usaha untuk menyatakan suatu dengan mempertimbangkan dari sudut pandang akibatnya pada proses kognitif.” e. Menurut Slameto menyatakan bahwa perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungan. Perhatian yaitu mengerah pada indera atau

(19)

sistem presepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu. Perhatian adalah minat. (Slameto, 2010 : 105)

f. Menurut Al-Ghazali perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju pada sesuatu objek (benda/hal) atau sekelompok objek. (Fuad Hasan, 2008: 63)

g. Menurut Jalaludin Rahmat, perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsenstrasikan diri pada salah satu alat indra kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perhatian merupakan salah satu faktor psikologis yang mempunyai sifat-sifat yang menonjol, baik dari dalam individu maupun luar individu yang dapat membantu dalam interkasi belajar mengajar. (Jalaludin Rahmat, 2000: 52)

h. Menurut Ramayulis, Perhatian merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat membantu terjadinya interaksi dalam proses belajar-mengajar. (Ramayulis, 1994 : 175)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Perhatian adalah kesadaran atau keaktifan jiwa yang diarahkan pada satu objek atau tujuan yang diarahkan sehingga menyebabkan reaksi atau aktivitas– aktivitas tertentu terhadap suatu objek yang dapat membantu terjadinya interaksi dalam proses belajar-mengajar.

2. Macam-macam Perhatian

Siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, juga memiliki perhatian berbeda-beda pula. Menurut Abu Ahmadi (Perhatian), perhatian dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:

1) Dari segi intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalam batin, maka dapat dibedakan menjadi:

(20)

a) Perhatian Intensif

Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai perhatian intensif. Salah satunya dalam buku “Psikologi Pendidikan” Sumadi Suryabrata menyatakan bahwa:

Perhatian intensif adalah banyaknya kesadaran yang menyertai sesuatu aktifitas atau pengalaman batin, berarti maka intensiflah perhatiannya.

b) Perhatian tidak Intensif

Menurut Wasty Soemanto, “Perhatian tidak intensif adalah perhatian yang kurang diperkuat oleh rangsang atau beberapa keadaan yang menyertai aktivitas atau pengalaman batin. (Wasty, 2003: 35) 2) Dari segi Timbulnya, perhatian dibedakan menjadi 2 yaitu :

a) Perhatian Spontan

Menurut Wasty Soemanto, “Perhatian Spontan adalah perhatian yang tidak disengaja atau tidak sekehendak subyek” (wasty, 1983: 35) begitu juga pendapat dari sumadi Suryabrata. “Perhatian Spontan adalah perhatian tak sekehendak, perhatian tak disengaja”. (Sumadi, 2006: 15).

Perhatian spontan terjadi pada anak dalam kegiatan proses belajar, akan memberikan manfaat besar kepada si anak dan tersimpan dalam kenangan. Kejadian spontan akan masih diingat oleh anak ketika anak butuh ingin mengingtanya lagi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perhatian spontan adalah perhatian yang timbul secara langsung atau dengan sendirinya tanpa apa adanya penrencanaan terlebih dahulu.

b) Perhatian tidak Spontan

Menurut Sumadi Suryabrata “Perhatian sehendak adalah perhatian yang disengaja, perhatian refleksif. (Sumadi, 2006 :15). Adapun menurut Wasty Soemanto, “Perhatian Refleksif atau tidak spontan

(21)

adalah perhatian yang disengaja atau sehendak subjek. Pengertian-pengertian diatas dapat digaris bawahi bahwa perhatian tidak spontan adalah perhatian yang disengaja oleh subjek terhadap objeknya. 3) Atas dasar objek yang dikenal perhatian

a) Perhatian terpancar yaitu perhatian pada suatu saat dapat tertuju pada bermacam-macam objek.

b) Perhatian terpusat yaitu perhatian yang terpusat hanya dapat tertuju pada obyek yang sangat terbatas. (Sumadi, 2004: 14)

4) Ditinjau dari segi banyaknya objek yang dicakup oleh perhatian pada saat yang bersamaan, maka perhatian dibedakan menjadi:

a) Perhatian yang sempit ialah perhatian individu pada suatu saat yang hanya memerhatikan objek yang sedikit. (Baharrudin, 2007: 180) b) Perhatian individu pada suatu saat dapat memperhatikanobjek yang

banyak sekaligus. (Baharrudin, 2007: 180)

5) Baharrudin mengaitkan perhatian yang sempit dan luas tersebut menjadi dua, sebagai berikut:

a) Perhatian Konsentratif (perhatian memusat) yaitu perhatian yang hanya ditujukan kepada suatu objek (masalah) tertentu. Misalnya: seorang mahasiswa yang sedang berkonsentrasi mempelajari mata kuliah sejarah

b) Perhatian Distributif (perhatian terbagi-bagi), yaitu perhatian yang ditunjukkan pada beberapa objek dalam waktu yang lama. Dengan sifat distributif ini orang dapat membagi-bagi perhatiannya kepada beberapa arah dengan sekali jalan atau dalam waktu yang bersamaan. Misalnya: orang yang sedang menyetir, guru yang sedang mengajar dan sebagainya. (Baharrudin, 2007: 180)

6) Abu Ahmadi menyatakan bahwa perhatian juga dibagi menjadi perhatian statis dan dinamis

(22)

a) Perhatian Statis adalah perhatian yang tetap terhadap sesuatu. Ada orang yang dapat mencurahkan perhatian kepada sesuatu seolah-olah tidak berkurang kekuatannya. Dengan perhatian yang tetap itu maka dalam waktu yang agak lama orang dapat melakukan sesuatu dengan perhatian yang kuat

b) Perhatian Dinamis adalah perhatian yang mudah berubah-ubah, mudah bergerak, mudah berpindah dari objek yang satu ke objek yang lain. Supaya perhatian terhadap sesuatu tetap kuat, maka tiap-tiap kali perlu diberi perangsang baru.(Abu Ahmadi, 2003: 148) 7) Perhatian Fiktif dan Fluktuatif

a) Perhatian Fiktif (perhatian melekat) yaitu perhatian yang mudah dipusatkan pada suatu hal dan boleh dikatakan bahwa perhatiannya dapat melekat lama pada objeknya. orang yang bertipe perhatian biasanya teliti sekali dalam mengamati sesuatu, bagian-bagiannya dapat ditangkap, dan apa yang dilihatnya dapat diuraikan secara objektif.

b) Perhatian Fluktuatilf (bergelombang) orang yang mempunyai perhatian tipe ini pada umumnya dapat memperhatikan bermacam-macam hal sekaligus, tetapi kebanyakan tidak seksama. Perhatiannya sangat subjektif sehingga yang melekat padanya hanyalah hal-hal yang dirasa penting bagi dirinya. (Sumadi, 2004: 14)

(23)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian

Sebuah perhatian tidak timbul begitu saja dari diri seseorang. Abu Ahmadi menyatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perhatian, yaitu:

a. Pembawaan

Adanya pembawaan tertentu yang berhubung dengsn objek yang direaksi maka sedikit atau banyak akan timbul perhatian terhadap objek tertentu.

b. Latihan dan Kebiasaan

Meskipun dirasa tidak ada bakat pembawaan tentang sesuatu bidang, tetapi karena suatu hasil dari pada latihan atau kebiasaan dapat menyebabkan mudah timbulnya perhatian terhadap bidang tertentu. c. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan itu mempunyai tujuan yang harus dicurahkan kepadanya.Dengan demikian perhatian terhadap hal-hal tersebut pasti ada, demi tercapainya suatu tujuan.

d. Kewajiban

Di dalam kewajiban terkandung tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang yang bersangkutan dan menyadari atas kewajiban sekaligus menyadari pula atas kewajibannya itu. Maka demi terlaksananya suatu tugas, apa yang menjadi kewajibannya akan dijalankan dengan penuh perhatian.

e. Keadaan Jasmani

Sehat tidaknya jasmani, segar tidaknya badan sangat mempengaruhi perhatian terhadap suatu objek.

(24)

f. Suasana Jiwa

Keadaan batin, perasaan, fantasi dan fikiran, seperti kegaduhan, keributan, kekacauan, temperature, sosial ekonomi, serta keindahan dapat mempengaruhi perhatian.

g. Suasana disekitar

Adanya bermacam-macam perangsang dil lingkungan sekitar, seperti kegaduhan, keributan, kekacauan, temperatur, sosial ekonomi, keindahan dan sebagainya dapat mempengaruhi perhatian individu. h. Kuat tidaknya perangsang

Jika suatu objek memberikan perangsang yang kuat, kemungkinan perhatian terhadap objek itu besar.sebaliknya jika objek itu memberikan perangsang yang lemah, perhatiannya juga tidak begitu besar. (Abu Ahmadi, 2003: 150)

Jadi dapat disimpulkan bahwa banyak sekali faktor yang mempengaruhi perhatian meliputi pembawaan, latihan, kebiasaan, kebutuhan, kejiwaan, keadaan jasamani, suasana jiwa, suasana lingkungan sekitar atau kuat tidaknya rangsangan yang dapat menimbulkan seuatu perhatian.

Lebih lanjut F. Patty, M.A. dkk., dalam bukunya Pengantar Psikologi Umum menjelaskan bahwa perhatian dapat dipengaruhi oleh bebrapa faktor, baik faktor objektif maupun faktor subyektif. Yang dimaksud faktor obyektif adalah sifat dari benda atau obyek yang menarik perhatian kita terlepas dari kemauan dab pengalaman. Sedangkan faktor subyektif adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan, kondisi diri pribadi, sikap batin tertentu yang memeperhatikan obyek tersebut.

(25)

a) Yang termasuk dalam faktor obyektif

1) Perangsang yang berubah-ubah menarik perhatian kita 2) Perangsang yang kuat menarik perhatian kita

3) Perangsang yang luar biasa kuat menarik perhatian kita 4) Perangsang yang tiba-tiba menarik perhatian kita

5) Benda-benda yang mempunyai bentuk tertentu akan lebih menarik perhatian kita dari pada yang bentuknya tidak tertentu 6) Benda-benda yang berhubungan dengan kebutuhan dasar kita

biasanya menarik perhatian

b) Yang termasuk dalam faktor-faktor subyektif antara lain: 1) Pekerjaan yang sedang kita lakukan menentukan perhatian 2) Keinginan menemukan perhatian

3) Minat menentukan perhatian 4) Mode menentukan perhatian

5) Keadaan yang dibayang-bayangkan mengarahkan perhatian kepada sesuatu yang ada hubungannya dengan keadaan itu 6) Kebiasaan menentukan pilihan.(F. Patty, M.A. dkk, Surabaya:

Usaha Nasional, 1982: 95-96)

B. Sekolah

1. Pengertian Sekolah

Sekolah berasal dari bahasa Belanda School, bahasa Jerman die Scrule, Bahasa Ingrris School yang artinya sama dengan Sekolah, yaitu suatu lembaga pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari, kata sekolah mempunyai banyak arti. Sekolah dapat diartikan sebagai gedung tempat belajar, waktu berlangsungnya pelajaran, dan usaha menuntut pelajaran kegiatan belajar mengajar. Terlepas dari pengertian ini sekolah merupakan lembaga pendidikan formal sebagai tempat belajar siswa. Sekolah mempunyai dua aspek penting, yaitu aspek individu dan aspek sosial. Di suatu pihak, pendidikan sekolah bertugas mempengaruhi mencipakan

(26)

kondisi yang memungkinkan perkembangan pribadi anak secara optimal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut dapat merekam segala fenomena yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya, sekolah memberi informasi dan penjelasan kepada peserta didik terhadap antologis suatu peristiwa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sekolah berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar yang menjadi tumpuan harapan orang tua, masyarakat dan pemerintah karena sekolah memberikan pelayanan pendidikan, pengajaran dan pelatihan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan afektif (nilai dan sikap) bagi peserta didik. (Kamus Besar Bahasa Indonesia v1.1 )

Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai tugas dan fungsi untuk penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan berbagai proses. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara tertib, teratur, dan sistematis sehingga usaha untuk menghasilkan manusia terdidik dan terampil yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan dan kemajuan suatu institusi. Sekolah bukan hanya sekadar tempat mencari ijazah. Sekolah bukan hanya sekedar tempat mencari nilai. Sekolah adalah tempat untuk belajar. Belajar mengenai berbagai mata pelajaran, belajar mengenai kehidupan sosial, dan belajar mengenai hidup. Sekolah adalah tempat untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan baru. Sekolah harus mampu mencermati kebutuhan peserta didik yang bervariasi, keinginan tenaga kependidikan yang berbeda, kondisi lingkungan yang beragam, harapan masyarakat yang menitipkan anaknya pada sekolah agar kelak bisa mandiri, serta tuntutan dunia kerja untuk memperoleh tenaga yang produktif, potensial, dan berkualitas. (E. Mulyasa, 2011: 54)

(27)

Jadi sekolah merupakan rumah kedua dalam menuntut ilmu setelah rumah (keluarga) dimana sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang memiliki program yang terstrukruk untuk di jalankan dalam setiap proeses pendidikan yang akan berlangsung maupun yang sedang berlangsung, sekolah juga tempat pembentukan sikap, karakter, moral, jiwa anak dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

2. Fungsi Sekolah dalam Pembinaan Karakter dan Akhlak

Anak yang telah menyelesaikan sekolah diharapkan sanggup melakukan pekerjaan sebagai mata pencaharian atau setidaknya mempunyai dasar keterampilan untuk mencari nafkahnya. Hal ini bukan berarti sekolah hanya ingin memenuhi kebutuhan pragmatis, tetapi pandangan ini berangkat dari persoalan dan problematika yang dihadapi secara azasi dalam kehidupan manusia. Manusia terdorong dan bergairah untuk melanjutkan sekolah diantarannya beranggapan bahwa semakin tinggi pendidikannya, semakin tinggi pula harapan memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Menurut Philip Robinson, anak-anak kelas buruh yang melanjutkan pelajaran bermatabat tinggi telah melestarikan mitos persamaan kesempatan sekaligus menyembunyikan keadaan sebenarnya, tentang ketimpangan-ketimpangan kesempatan. Bukan hanya masalah pekerjaan, tetapi sekolah sangat berpengaruh dalamkehidupan manusia. Hal ini dapat dilihat dari fungsi-fungsi sekolah.

Menurut David Poponoe, sebagaimana dikutip dari ST. Vembriarto, bahwa fungsi pendidikan itu ada empat, yaitu: 1. Transmisi kebudayaan masyarakat. 2. Menolong individu memilih dan melakukan peranan social, 3. Menjamin integrasi sosila. 4. Sebagai sumber inovasi social. Menurut Bogardus, Fungsi pendidikan sekolah ada dua yaitu: 1. Menolong anak untuk menjadi melek huruf, mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektualnya. 2. Mengembangkan pengertian inteusnya.

(28)

Menurut ST. Vembriarto, fungsi pendidikan sekolah adalah: 1. Transmisi kebudayaan, 2. Integrasi social, 3. Inivasi, 4. Seleksi dan alokasi. 4. Mengembangkan kepribadian anak. Menurut S. Nasution fungsi pendidikan sekolah adalah: 1. Sekolah memberikan keterampilan dasar. 2. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib. 3. Sekolah mempersiapkan anak-anak suatu pekerjaan. 4. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan. 5. Sekolah mampu memecahkan masalah-masalah sosial. 6. Sekolah mentransisi kebudayaan. 7. Membentuk manusia yang sosial. 8. Sekolah merupakan alat transformasi kebudayaan. Dari beberapa pendapat ini, dapat dipahami bahwa fungsi pendidikan sosial adalah 1. Transmisi dan transformasi kebudayaan. 2. Peranan manusia sosial. 3. Membentuk kepribadian sebagai dasar keterampilan. 4. Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan. 5. Integrasi sosial. (Moh Padil dan Triyo Supriyanto, 2010:148-150)

Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat tokoh diatas dapat di simpulkan bahwa sekolah berfungsi sebagai tempat transmisi kebudayaan yang mana disekolah lah semua budaya dari masing-masing individu akan terlihat dan terjadi baik atau buruknya itu, tempat pembentukan sosial anak, tempat untuk belajar terhadap penyelesaian masalah dan juga mengembangkan kepribadian anak ke arah yang lebih posotif.

3. Tanggung Jawab Sekolah dalam Pembinaan Karakter dan Akhlak

Tanggung jawab utama pada sekolah ada pada pendidik. Pendidik adalah profil manusia yang setiap hari didengar perkataannya, dilihat dan mungkin ditiru perilakunya oleh murid-muridnya disekolah. Para pendidik sepantasnya merupakan manusia pilihan, yang bukan hanya memiliki kelebihan ilmu pengetahuan, melainkan memiliki tanggung jawab yang berat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Saling memberi dalam ilmu pengetahuan merupakan sikap pendidik yang sesuai

(29)

dengan kehendak Allah. Oleh karena itu, seorang pendidik harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Beriman kepada Allah Swt dan beramal saleh 2. Menjalankan ibadah dengan taat

3. Memiliki sikap pengabdian yang tinggi pada dunia pendidikan 4. Ikhlas dalam menjalankan tugas pendidikan

5. Menguasai ilmu yang diajarkan kepada anak didiknya 6. Frofesional dalam menjalankan tugasnya

7. Tegas dan berwibawa dalam menghadapi masalah yang akan dialami murid-muridnya.

Syarat bagi para pendidik yang cukup penting dalam menunjang pendidikan dan pengajaran adalah sebagai beikut:

1. Selalu mendengarkan pendapat anak didiknya

2. Mengarahkan dan mengembangkan minat serta bakat para siswanya 3. Berpakaian yang rapi dan sopan dalam melakukan tugasnnya 4. Datang selalu tepat waktu

5. Tidak tidur atau menguap di dalam kelas

6. Tidak memiliki cacat tubuh yang mencolok, misalnya tunanetra 7. Memberikan pelajaran dengan metode yang tepat

8. Tidak otoriter didalam kelas

9. Senantiasa memberikan peluang dan kesempatan kepada siswanya untuk mengajukan pertanyaan

10. Menyelesaikan jam pelajaran tanpa dikurangi dan ditambahi 11. Sabar dalam menghadapi kenakalan anak didiknya

12. Melakukan kajian rasional yang mendalam untuk berusaha menjelaskan aspek-aspek mendasar dalam pendidikan

13. Memahami perkembangan mentalitas atau emosionalitas anak didiknya, karena perkembangan tersebut akan mempengaruhi cara belajar anak didiknya. Masa pubertas yang dialami oleh anak didik

(30)

akan memberi dampak pada perjalanan sekolahnya sehingga guru atau pendidik dituntut memiliki kemampuan membimbing, mengarahkan, dan memotivasi anak didiknya agar pendidikannya tidak terputus ditengah jalan

14. Selalu berbicara dengan bahasa yang santun

Al-Ghazali menekankan, dalam menjalankan kebijakannya, para pendidik harus cermat mengamati berbagai persoalam yang timbul. Pendidik memiliki empat kecakapan berikut:

1. Kecakapan menyusun rancangan kerja. Kecakapan ini memungkinkan seseorag menemukan cara terbaik untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki.

2. Kecakapan yang tajam. Hal ini diperlukan untuk menyelesaikan setiap perbedaan pendapat.

3. Kejernihan pikiran dan analisis. Dengan kemampuan ini, seseorang dapat menerapkan hal yang benar untuk meraih hasil yang terbaik dan memecahkan problem tertentu.

4. Ketajaman berfikir. Dengan kemampuan ini, seseorang bisa mendapatkan kebenaran secara langsung berdasarkan pengalaman, tanpa terjebak oleh argumentasi yang salah. (Tatang, 2012: 86-88) Jadi tanggung jawab sekolah yang paling utama itu ada pada pendidik, dimana pendidik merupakan sosok figur yang akan ditiru oleh anak didiknya, baik buruk setiap sikap anak didiknya ini juga tergantung bagaimana figur yang ia contoh, tidak menutup kemngkinan juga bahwa anak setiap maslah itu juga datang pada anak didik itu sendiri.

(31)

4. Manajemen Sekolah dalam Pembinaan Karakter dan Akhlak

Henry Simamora mengemukakan Kita sering mendengar bahwa banyak sekolah-sekolah unggulan atau menjadi unggul karena manajemen sekolahnya bagus. Manajemen sekolah sebagai bagian tugas dari manajemen pendidikan, memiliki beberapa bidang garap. Secara ringkas, bidang garapan manajemen pendidikan sebagai aspek statis dalam manajemen sekolah yang meliputi: manajemen peserta didik, manajemen kurikulum, manajemen pendidik dan kependidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen pembiayaan dan manajemen komunikasi dengan masyarakat atau humas. Manajemen peserta didik adalah penataan dan pengaturan aneka kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik. Penataan ini dimulai sejak masuk pertama kali sampai peserta didik yang bersangkutan keluar atau lulus dari sebuah sekolah termasuk pembentukan peraturan sekolah bagi peserta didik. Ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa manajemen peserta didikmerupakan kegiatan pencatatan peserta didik, mulai dari proses penerimaan hingga peserta didik tersebut lulus dari sekolah bersangkutan disebabkan karena sudah purna belajar atau sebab lain. Manajemen peserta didik secara umum dibagi dalam empat kegiatan penting yaitu: penerimaan peserta didik, ketatausahaan peserta didik, pencatatan bimbingan dan penyuluhan dan pencatatan prestasi belajar.

Sekolah juga diharuskan mempunyai catatan tata tertib, yaitu catatan atau peraturan yang bukan hanya diperlukan bagipeserta didik saja, tetapi juga untuk guru dan karyawan. Tata tertibini secara singkat memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Aturan-aturan yang bersifat fisik/lahiriah seperti kebersihan badan, pakaian, dan alat-alat pelajaran.

b. Aturan-aturan tingkah laku seperti sikap terhadap guru, kepala sekolah, karyawan tata usaha dan sebaagainya.

(32)

c. Aturan-aturan ketertiban seperti kehadiran dalam pembelajaran, model pembelajaran dan sebagaianya. Dibutuhkan pengorganisasian yang baik dalam menjalankan semua peraturan sekolah. Karena jika sudah teroganisasidengan baik maka pelaksanaanya pun juga akan baik.

Pengorganisasian memiliki tiga elemen penting yang menonjol yaitu: komitmen manajemen puncak terhadap manajemen sumberdaya yang ada, departemen sumberdaya yang tangguh, dan administrasi lini staf yang terintegrasi dengan baik. (Henry Simamora, 2004: 25)

Menurut Hadari Nawawi, pengorganisasian adalah sistem kerjasama sekelompok orang, yang dilakukan dengan pembidangan dan pembagian seluruh pekerjaan atau tugas dengan membentuk sejumlah satuan atau unit kerja yang menghimpun pekerjaan sejenis dalam satu satuan unit kerja.(Hadari Nawawi,2005: 63)

Disamping pengorganisasian diperlukan juga koordinasi antara satu pihak dengan yang lainnya berjalan dengan baik sehingga tidak terjadi salah paham antara satu dengan yang lain. Koordinasi merupakan suatu proses mengintegrasikan, menyingkronisasikan, dan menyederhanakan pelaksanaan tugas secara terus menerus guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sementara menurut Suharsimi Arikunto, pengkoordinasian merupakan suatu usaha yang dilakukan pimpinan untuk mengatur, menyatukan, menserasikan, mengintegrasikan semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahan. (Agus Wibowo, 2013: 59.)

Berdasarkan dua pendapat diatas dapat dipahami bahwa koordinasi merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk mengatur, menyingkronisasi, mengintegrasikan semua kepentingan dan kegiatan yang dilakukan oleh bawahan guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Kegiatan ini menjadi sangat penting dilakukan seorang pemimpin sebelum membentuk peraturan atau kebijakan-kebijakan yang lain agar:

(33)

a. Diperoleh kekuatan yang menyatukan gerak, sehingga dapat harmonis dan tercapai hasil secaraefektif dan efisien.

b. Tidak terdapat kesimpang-siuran kegiatan atau kebijakan yang telah ditetapkan.

c. Tidak terdapat konkurensi antar bagian dan sebaliknya terjalin hubungan yang baik dan saling membantu. Seorang pemimpin dapat melakukan pengkoordinasian dengan berbagai cara, baik yang bentuknya langsung pada kegiatan melaksanakan tugas ataupun secara tidak langsung berupa koordinasi yang menunjang. (Suharsimi Arikunto, 2008: 12)

Selain itu, komunikasi menjadi faktor penting dalam menentukan sebuah kebijakan dan dalam mengatursegala aktifitas yang ada. Dengan adanya komunikasi yang baik tujuan bisatercapai secara efektif dan efisien. Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian atau penerimaan pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan maupun bahasa non verbal atau bahasa isyarat dalam sebuah organisasi atau lembaga, komunikasi sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan lembaga untuk mensosialisasikan kebijakan-kebijakan yang telah diputuskan guna kepentingan mencapai tujuan bersama tanpa adanya konflikinternal maupun eksternal. (Husaini Usman, 2009: 420)

Jadi dalam sebuah sekolah sebuah kata manajemen juga diperlukan agar setiap kegiatan yang dilaksankan oleh sekolah ataupun yang akan dilaksanakan agar dicapai sesuai keinginan juga diperlukan management yaitu kerjasama yang diakukan oelh semua anggota sekolah agar semua hal yang di terapkan dan dijalankan dalam sekolah tersebut dapat berjalan baik dan sesuai dengan waktu pencpaiannya jika semua anggota berperan dan ikut serta didalamnya.

(34)

5. Fungsi Peraturan Sekolah dalam Pembinaan karakter dan Akhlak

Menurut Elizabeth B. Hurlockperaturan mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk disiplin dan bermoral.

a. Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak prilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut. Misalnya: anak belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolah, bahwa menyerahkan tugas yang dibuatnya sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat diterima di sekolah untuk menilai prestasinya.

b. Peraturan membantu mengekang prilaku yang tidak diingikan. Bila merupakan peraturan keluarga bahwa tidak seorang anak pun boleh mengambil mainan atau milik saudaranya dan izin sipemilik, anak segera belajar bahwa hal ini dianggap prilaku yang tidak diterima karena mereka dimarahi atau dihukum bila melakukan tindakan terlarang ini. Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi penting diatas, peraturan itu harus dimengerti, diingat dan diterima oleh si anak. Bila peraturan-peraturan diberikan dalam kata-kata yang tidak dimengerti atau hanya sebagian dimengerti, peraturan itu tidak berharga sebagai pedoman prilaku dan gagal mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Jika misalnya anak diberitau untuk tidak mengambil mainan Albert tanpa izin Albert, anak-anak itu mungkin tidak mengerti bahwa peraturan ini berlaku bagi semua anak dalam keluarga atau kelompok sekolah, dan bukan bagi Albert saja Atau anak itu tidak mengerti bahwa peraturan untuk tidak bermain di jalan berarti semua jalanan, bukan hanya jalan didepan rumah keluarganya. Bahkan jika anak-anak mengerti suatu peraturan, mereka mungkin tidak mengingatnya. Sebagai contoh, bila mereka diberitahu suatu peraturan sewaktu mereka sedang sibuk bermain, perhatian mereka tidak cukup

(35)

besar untuk mengingatnya beberapa jam kemudian atau hari kemudian. (Elizabeth B. Hurlock, 1978: 85)

Dari defenisi diatas dapat disimpulakan bahwa peraturan sekolah juga diperukan dalam setiap lembaga pendidikan baik formal, in formal maupun non formal, namun pada pendidikan formal setiap peraturan di buat terstruktur untuk bisa diterapkan dan dijalankan dalam lingkungan sekolah tersebut, setiap peraturan selalu memiliki sanksi bagi sipelanggar baik berubah sanksi yang mendidik maupun yang membangun terhadap si pelanggar.

C. Akhlak

1. Pengertian Akhlak, Karakter, Nilai, Etika dan Moral

Akhlak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Akhlak berarti budi

pekerti, tabiat, kelakuan dan watak. (Tim Penyusunan Mutu, 2013: 923) Akhlakmenurut pendekatan etimologi, perkataan ”Akhlak” berasal dari bahasa arab jama‟ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuian dengan perkataan ”Khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “Khaliq” yang berarti pencipta dan“Makhluk” yang berarti diciptakan. (Mustafa, 2005: 11) Akhlak, menurut bahasa perkataan Akhlak berasal dari bahasa arab jamak dari bentuk mufrodhatnya “Khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai tingkah laku, atau tabiat. (Mustafa, 2005: 11)

Sedangkan defenisi akhlak menurut beberapa Para Ahli ialah :

a. Pengertian Akhlak menurut Abu Hamid Al Ghazali: Akhlak adalah suatu sifat yang terpatri dalam jiwa yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirkan dirinya dan merenung terlebih dahulu.

b. Pengertian Akhlak menurut Muhammad bin Ali Asy Syarif Al Jurjani: Akhlak adalah sesuatu sifat baik atau buruk yang tertanam kuat dalam

(36)

diri yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa perlu brfikir dan merenung.

c. Pengertian Akhlak menurut Ahmad Bin Mushthafa: Akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-kenis keutamaan keutamaan itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan: kekuatan berfikir, kekuatan marah, dan kekuatan syahwat.

d. Pengertian Akhlak menurut Ibnu Maskawih: Akhlak adalah “Hal liam-mafni daa’iyatun lahaa ila af aaliha min goiri fikrin walaa ruwiyatin’ yakni sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. (Bukhari Umar, 2010:118)

e. Menurut Ahmad Amin Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan atau suatu yang menjadi kebiasaan.

f. Abdul Karim Zaidan mengatakan bahwa Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan timbanganyaseseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkan. (Deswita, 2010: 3-4)

Dari beberapa pendapat diatas dapt disimpulkan bahwa Akhlak sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan perbuatan-perbuatan baik atau buruk secara spontan tanpa memerlukan pikiran dan dorongan dari luar. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka tindakan atau perbuatan itu dinamakan akhlak yang baik, sebaliknya jika tindakan spontan itu buruk, maka disebut akhlak yangburuk.

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berprilaku yang khas

tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap

(37)

mempertanggungjawabkan setiap akibat dan keputusannya. Lickona mengemukakan karakter merupakan “campuran kompitibel dari seluruh kebaikan yang didefenisikan oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana dan kumpulan orang yang berakal sehat yang ada dalam sejarah”.(Lickona, 1991: 81) Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat dan estetika.Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Fathurrohman,dkk mengemukakan bahwa karakter adalah kualitas atau sifat baik berdasarkan norma yang dapat dijadikan identitas individu sebagai hasil pengalaman belajar. (Fathurrohman,Suryana, dkk, 2013: 18)

Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi

kehidupan manusia. (Chabib Thoha, 1996: 61) khususnya mengenai kebaikan dan tindak kebaikan suatu hal, Nilai artinya sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagu kemanusiaan. (Purdaminta, 1999 : 677). Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, idela, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya pengertian benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan sosial penghayatan yang dikehendaki, disenangi, dan tidak disenangi. (Mansur Isna, 2001 : 98) Adapun pengertian nilai menurut pendapat beberapa para ahli antara lain:

1) Menurut Milton Rekeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghadiri suatu tindakan, atau memiliki dan dipercayai. (Una Kastawisastra, 1980 :1)

2) Menurut Lauis D. Kattsof yang dikutip Syamsul Maarif mengartikan nilai sebagai berikut: Pertama, nilai merupakan kualitas empiris yang

(38)

tidak dapat didefenisikan, tetapi kita dapat mengalami dan memahami secara langsung kualitas yang terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-mata subjektif, melainkan ada tolak ukur yang pasti terletak pada esensi objek ittu. Kedua, nilai sebagai objek dari suatu kepentingan, yakni suatu objek yang berada dalam kenyataan maupun pikiran. Ketiga, nilai sebagai hasil dari pemberian nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi kehidupan. (Syamsul Maarif, 2007: 114)

3) Menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku. (Chabib Thoha, 1996: 61)

Dari pendapat para ahli diatas dapat dipahami bahwa nilai merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek yang menyangkut segala sesuatu baik atau yang buruk sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat

Etika adalah dari segi etimologi etika berasal dari bahasa Yunani yaitu

ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak(moral) atau etika yang berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Dengan demikian individu yang berprikau baikdapat disebut sebagai individu yang berkarakter. Karakter di sini dimaknai sifat yang positif. Hal ini sejalan firman Allah Swt dalam QS Al-Qalam ayat 4

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter merupakan kombinasi ciri khusus orang atau tempat tempat tertentu yang

(39)

membuatnya berbeda dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah sifat-sifat kejiawaan, akhlak atau budi pekerti, nilai-nilai yang unik dan baik yang terpatri dalam diri dan terjewantahkan dalam perilaku yang membedakan seseorang degan yang lain. Nilai-nilai yang unik, baik itu kemudian dalam desain induk pembangunan karakter bangsa 2010-2025 dimaknai sebagai nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata kehidupan baik.

Scerenko dalam Samani dan Haryanto mendefenisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental seseorang, suatu kelompok atau bangsa. (Samani Muchlas Haryanto, 2013: 42)

Moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak

dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam KamusBesar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.

Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu sama lainnya, kita dapat mengatakan bahwa antara etika dan moral memiliki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuata manusia untuk selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.

Namun dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan, yaitu:

a. Kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaraan moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam masyarakat.

(40)

b. Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.

Sedangkan dalam hubungan etika, moral dengan akhlak yang dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. (Deswita, 2010: 23-29)

Persamaan Akhlak, Karakter, Nilai, Etika dan Moral adalah sama-sama membahas baik buruk prilaku yang dilakukan oleh seseorang dalam bertindak dan berprilaku. Sedangkan perbedaan Akhlak, adalah akhlak meneliti perbuatan dengan ajaran agama Al-Qur‟an dan sunnah Karakter, merupakan cara bersikap dan betingkah laku dimana setiap keputusan yang diambil bisa berhubungan dengan Tuhan Yang maha Esa, manusia, lingkungan dan diri sendiri. Nilai, merupakan sebuah esensi yang bersifat abstak yang menggunakan logika yang bersifat empirik. Etika dengan teoritis, menggunakan tolak ukur pikiran atau dengan pertimbangan akal pikiran. Dan moral menggunakan adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat menjalankan ukurannya bersifat praktis.

2. Dasar Hukum Akhlak

Pribadi Rasulullah Saw Adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk pribadi yang Akhlakul Kharimah. Allah Berfirman dalam QS Al-Isra 21:

























(41)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

Dasar hukum akhlak adalah Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Dari ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Rasulullah adalah sebaik-baiknya teladan, di dalam kehidupan kita harus mencontoh dan meneladani Rasulullah Saw.

3. Macam-Macam Akhlak

Secara garis menurut Hamzah Ya‟cub Akhak terbagi menjadi dua bagian yaitu pertama akhlak Mahmudah, yaitu segala tingkah laku terpuji. Kedua akhlak mazmumah adalah segala tingkah laku yang tercela.

a. Akhlak Terpuji ( Al-Akhlak Al-Mahmudah/Karimah)

1) Pengertian Akhlak Terpuji

Menurut Al-Ghazali berakhlak mulia atau terpuji artinya menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam ajaran islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakukan dan mencintainya.

Akhlak suatu perbuatan yang mendekati atau menaati perintah dan rasulnya yaitu:

a) Amanah adalah suatu pertanggung jawaban yang dapat dibebankan atas manusia, amanah terhdap terlaksananya suatu kewajiban.

b) Benar atau Jujur, artinya sesuai antara perkataan dan perbuatan. Atau memberi tahukan (menyatakan) sesutu yang susuai dengan apa-apa yang terjadi. Contohnya : mengatakan yang sebenarnya terjadi kepada guru, disaaat ada teman yang berkelahi.

(42)

c) Ikhlas artinya melakukan segala sesuatu kebaikan semata- mata karena Allah Swt (Keridhoan-Nya).

d) Malu adalah sifat yang menimbulkan keenggaan melakukan sesuatu yang rendah atau kurang sopan.

e) Sabar adalah tahan atas apa yang tidak disenangi dengan ridho dan menyerahkan diri kepada Allah Swt.

Menurut Hamka ada beberapa yang mendorong seseorang untuk berbuat baik, diantaranya:

a) Karena bujukan atau ancaman dari orang lain b) Mengharap pujian atau karena takut mendapat cela c) Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani) d) Mengharap pahala dan surga

e) Mengharap pujian dan takut azab Allah Swt.

f) Mengharap keridhoan Allah Swt semata. (Deswita, 2012: 35-36)

Berbicara tentang akhlak mulia, maka rujukan kita adalah Rasulullah Saw, karena beliau adalah the walking and the living Qur’an, contoh nyata aktualisasi Al-Qur‟an. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS Al-ahzab ayat 21 yaitu:





































“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

QS Al-ahzab ayat 21 berisi himbauan untuk semua umat manusia bahwa telah ada dalam diri Rasulullah Saw suri tauladan yang baik

(43)

dan hendaknya ia menjadi contoh untuk semua umatnya untuk menjadi lebih baik dalam bersikap, bertindak, beramal dan sebagainya.

2) Macam–macam Akhlak Mahmudah a) Akhlak terhadap Allah Swt

Akhlak terhadap Allah Swt adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah. dia memiliki sifat-sifat terpuji, malaikat dan manusia pun tidak akan mampu menjangkau hakikatnya. (Ridwan A. Malik, 2001:10).

Akhlak kepada Allah Swt juga dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia sebagai mahkluk, kepada tuhan sebagai Khalik. (Abudin Nata, 2012: 149)

b) Akhlak kepada Sesama Manusia

Banyak sekali rincian yang dikemukan Al-Quran berkaitan denga perlakuan terhadap manusia. Petunjuk menganai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan hal negatif seperti: Membunuh, menyakiti badan, mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.

c) Akhlak terhadap Lingkungan

Segala sesuatu yang ada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Dalam pandangan islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan pencapaiannya.

Referensi

Dokumen terkait

Informasi dari penelitian ini dapat dipergunakan oleh petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan dan untuk mengembangkan panduan perawatan mandiri

Menurut Sugiyono (2012) wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

helainya, sehingga memudahkan disasak (apabila rambut klien ingin disasak). Teknik penyasakan ada dua macam, yaitu penyasakan secara menenun dan penyasakan secara menopang.

Keberadaan kelompok tani di Desa Meraka Kecamatan Lambuya Kabupaten Konawe sejak tahun 1998 sampai sekarang telah banyak membawa manfaat terhadap pengembangan

Berdasarkan teori, pada transformasi temperatur yang lebih tinggi akan dihasilkan matrik ausferit yang lebih kasar yang dinamakan ausferit atas yang menampilkan

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural, dan Budaya Etis Organisasi terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi

Kartini kartono (2014:104) pada dasarnya anak-anak remaja yang ikut- ikutan mengambil bagian dalam aksi-aksi perkelahian beramai-ramai antar geng dan antar sekolah,