• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

7

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Bagian ini adalah pembahasan teori-teori yang digunakan dalam perancangan aplikasi basis data penjualan berbasis desktop PT. Komeya International :

2.1.1 Data

Dalam sebuah sistem informasi, data merupakan salah satu komponen yang sangat penting agar sistem informasi tersebut dapat berjalan. Di dalam sistem informasi, data disimpan didalam sebuah tempat penyimpanan (storage) atau yang lebih dikenal dengan database dan database dikelola oleh DBMS. Menurut Connolly dan Begg (2015, p. 68), data adalah komponen yang paling penting dalam DBMS, berasal dari sudut pandang end-user.

Data bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan antara mesin dengan pengguna.Selain sebagai komponen yang penting dalam sistem informasi dan juga DBMS, menurut R. Kelly Rainer dan Casey G. Cegielski (2012,p. 26) data adalah penjelasan dasar benda, kejadian, fakta, aktivitas, dan transaksi yang dicatat, diklasifikasi dan disimpan tetapi tidak diorganisir untuk menyampaikan arti tertentu. Berdasarkan pengertian menurut ahli diatas, maka dapat disimpulkan, data adalah sekumpulan kejadian, fakta, transaksi yang nantinya diolah untuk menjadi suatu informasi dan data merupakan komponen yang paling penting dalam sebuah lingkungan DBMS.

2.1.2 Database

Data transaksi yang terjadi setiap harinya dalam sebuah organisasi / perusahaan perlu disimpan untuk kebutuhan informasi di masa depan. Untuk menyimpan data tersebut, diperlukan tempat penyimpanan (storage) yang disebut dengan database.

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 63) Database adalah kumpulan dari data logikal yang saling berhubungan berserta dengan deskripsinya, yang di rancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari sebuah organisasi.

(2)

2.1.3 Database Management System (DBMS)

Bagian ini akan membahas penjelasan Database Management System ( DBMS)

2.1.3.1. Pengertian DBMS

Sebuah database memerlukan pengelolaan yang baik agar database tersebut memiliki data yang berkualitas. Pada umumnya database dikelola oleh DBMS (Database Management System). Menurut Connolly & Begg (2015, p. 64) Database Management System atau DBMS adalah suatu sistem software yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, memelihara dan mengontrol akses ke database.

Pengertian lain menurut Munjtir & Aljahdali (2013), Database Management Systems adalah sebuah kumpulan program yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan, memodifikasi dan mengambil informasi dari sebuah database. Sedangkan Menurut Jr., Prince, & Cegielski (2013, p. 149) Database Management Systems adalah seperangkat program yang menyediakan tools bagi pengguna untuk menambah, menghapus, mengakses, modifikasi, dan menganalisa data yang di simpan di lokasi tunggal. Berdasarkan pengertian – pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa DBMS merupakan alat / tools yang berisi kumpulan program yang memudahkan pengguna dalam mengelola ( menambah, memodifikasi, dan menghapus ) database.

Sebuah DBMS memiliki beberapa komponen yang saling berhubungan sehingga DBMS tersebut dapat berjalan. Menurut Connolly & Begg (2015, p. 66-69) terdapat 5 komponen dalam lingkungan DBMS yaitu : Hardware, software, data, Procedure dan people.

1. Hardware

DBMS dan aplikasi membutuhkan Hardware untuk beroperasi. Hardware dapat mencakup mulai dari komputer personal sampai pada sebuah mainframe atau jaringan pada komputer. Beberapa DBMS hanya dapat berkerja pada Hardware atau operasi sistem tertentu, namun sudah cukup banyak DBMS yang dapat beroperasi dengan berbagai spesifikasi Hardware dan juga sistem operasi.

(3)

Komponen dari software terdiri dari software DBMS SQL Server Management Studio (MySQL), Crystal Report untuk database itu sendiri dan program aplikasi memakai visual studio dengan bahasa pemograman vb.net , bersama dengan sistem operasi.

3. Data

Data merupakan komponen yang paling penting dalam sebuah lingkungan DBMS. Hal ini dapat dilihat dari gambar dimana data menjadi jembatan antara komponen mesin dan juga komponen manusia.

4. Procedure

Instruksi dan aturan yang harus disertakan dalam merancang dan menggunakan database dan DBMS tersebut.

5. People

Merupakan sumber daya manusia yang berfungsi untuk menghubungkan antara software dan Hardware. Kelima komponen tersebut merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuat lingkungan DBMS dan saling berhubungan. Apabila salah satu komponen tersebut tidak ada, DBMS tidak dapat berjalan dengan maksimal.

2.1.3.2. Keuntungan DBMS

Dalam menerapkan DBMS, perusahaan pasti mengharapkan dapat merasakan keuntungan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan mengingat biaya yang diperlukan dalam menerapkan DBMS cukup tinggi. Menurut Connolly & Begg (2015, p. 75), menerapkan DBMS dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan menggunakan DBMS yang dapat dirasakan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut :

1. Mengontrol redudansi / pengulangan data 2. Konsistensi data

3. Mendapat informasi yang lebih banyak dengan jumlah data yang sama 4. Pembagian data dimana setiap user dalam Perusahaan yang memiliki hak akses ke dalam Database dapat melihat dan juga menggunakan data yang terdapat di dalam database ( sharing of data )

(4)

6. Meningkatkan keamanan data dengan membatasi hak akses ke dalam database.

7. Dengan adanya integrasi memungkinkan DBA untuk menentukan standar yang diperlukan di dalam DBMS seperti menentukan format data yang akan masuk ke dalam database yang berasal dari beberapa departemen di dalam perusahaan.

8. Skala ekonomi

9. Adanya keseimbangan terhadap konflik kebutuhan dari setiap user 10. Meningkatkan aksesbilitas dan respon dari data

11. Meningkatkan produktivitas

12. Meningkatkan pemeliharaan melalui data tetap 13. Meningkatkan ketepatan data

14. Adanya fasilitas backup dan recovery services untuk mencegah hilangnya data ketika terjadi masalah di database.

2.1.3.3. Kerugian DBMS

Selain keuntungan yang dapat dirasakan perusahaan, DBMS juga memiliki beberapa kelemahan yang dapat membawa dampak negatif pada perusahaan dalam penerapannya. Menurut Connolly & Begg (2015, p. 78), penggunaan DBMS juga dapat membawa dampak negatif kerugian bagi perusahaan. Kerugian dalam penggunaan DBMS antara lain :

1. Kompleksitas

2. Membutuhkan size storage yang cukup besar 3. Biaya untuk DBMS cukup besar

4. Adanya biaya tambahan untuk Hardware 5. Biaya konversi

6. Terdapat penurunan perfoma pada beberapa aplikasi untuk memaksimalkan DBMS.

(5)

7. Kemungkinan gagal implementasi yang cukup besar karena banyak faktor. 2.1.3.4. Fungsi DBMS

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 97) fungsi dari DBMS adalah : 1. Data storage, retrieval, and update

Sebuah DBMS harus melengkapi pengguna dengan kemampuan untuk menyimpan, mengambil, dan memperbarui data dalam database.

2. A user-accessible catalog

Sebuah DBMS harus dilengkapi dengan katalog di mana terdapat deskripsi item data yang disimpan dan dapat diakses oleh pengguna.

3. Transaction support

Sebuah DBMS harus memberikan suatu mekanisme yang akan memastikan dengan baik bahwa semua update sesuai dengan transaksi yang diberikan dibuat atau tidak.

4. Concurrency control services

Sebuah DBMS harus dilengkapi dengan mekanisme untuk memastikan bahwa database diperbaharui dengan benar ketika beberapa pengguna memperbaharui database secara bersamaan.

5. Recovery services

Sebuah DBMS harus dilengkapi dengan mekanisme untuk memulihkan (recovery) database apabila database rusak.

6. Authorization services

Sebuah DBMS harus dilengkapi dengan mekanisme yang dapat memastikan bahwa hanya pengguna yang diberikan otoritas akses saja yang dapat mengakses database.

7. Support for data communication

Sebuah DBMS harus mampu berintegrasi dengan perangkat lunak komunikasi.

8. Integrity services

Sebuah DBMS harus menyediakan sarana untuk memastikan bahwa data dalam database dan data perubahan mengikuti aturan-aturan tertentu.

(6)

9. Services to promote data independence

Sebuah DBMS harus mencakup fasilitas untuk mendukung kemandirian program dari struktur yang sebenarnya dari database.

10. Utility services

Sebuah DBMS harus menyediakan kumpulan layanan utilitas sehingga DBA dapat mengelola database lebih efektif.

2.1.4 Database Language

Untuk membuat sebuah database dari model yang sudah di buat, dibutuhkan bahasa untuk mentransformasikan model tersebut kedalam bentuk fisikal. Menurut Connolly & Begg (2015, p. 89) bahasa yang digunakan untuk membuat sebuah database terbagi menjadi 2 bagian : yaitu Data Definition Language ( DDL ) dan Data Manipulation Language ( DML ).

2.1.4.1. Data Definition Language ( DDL )

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 90) DDL adalah sebuah bahasa yang memungkinkan DBA ( Database Administrator ) dan pengguna untuk menjelaskan dan menamakan entitas, atribut, dan juga relasi yang dibutuhkan untuk aplikasi, bersama dengan integritas yang berhubungan dan batasan keamanan. DDL digunakan untuk mendefinisikan skema atau melakukan modifikasi terhadap yang sudah ada. DDL tidak dapat digunakan untuk memanipulasi data.

2.1.4.2. Data Manipulation Language ( DML )

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 90) DML adalah sebuah bahasa yang menyediakan seperangkat operasi untuk mendukung proses manipulasi data yang dasar pada data yang ada di dalam database.

Biasanya operasi manipulasi data terdiri dari : a. Memasukan data baru ke dalam database.

b. Melakukan modifikasi terhadap data yang disimpan ke dalam database. c. Mengambil data yang terdapat di dalam database.

(7)

2.2 Database System Development Life Cycle

DBMS memiliki siklus sama seperti sebuah sistem informasi. Siklus hidup sebuah pengembangan sistem database dimulai dengan merencanakan database, melakukan perancangan database sesuai dengan kebutuhan, sampai ke tahap maintenance. Menurut Connolly & Begg (2015, pp. 347-370), sebuah sistem database merupakan komponen dasar dari sistem informasi sebuah organisasi / perusahaan sehingga database life cycle memiliki hubungan yang sangat erat dengan system information life cycle.

(8)

2.2.1. Database planning

Menurut Connolly & Begg (2015 p. 347)Database Planning adalah merencanakan bagaimana tahapan lifecycle dapat direalisasikan menjadi efisien dan efektif. Dalam Database Planning terdapat 3 tahapan dalam merumuskan sebuah strategi, yaitu :

a. Mengidentifikasikan rencana dan tujuan perusahaan dengan menentukan kebutuhan dari sistem informasi.

b. Mengevalauasi dari sistem informasi yang berjalan untuk menentukan keunggulan dan juga kelemahannya.

c. Melakukan penilaian terhadap kesempatan dari teknologi informasi yang mungkin dapat menghasilkan keuntungan kompetetif.

2.2.2. System definition

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 350) System definition adalah tahapan dalam database lifecycle untuk menentukan ruang lingkup dan batas-batas dari sistem database,termasuk pandangan utama pengguna ( user views ), penggunanya, dan area aplikasi. User Views merupakan bagian dari merupakan bagian dari system definition untuk mendefinisikan kebutuhan dari database system dilihat menurut pandangan dari jabatan pekerjaan tertentu ( seperti Manager atau Supervisor ) atau berdasarkan bidang dalam perusahaan ( seperti marketing, personnel, atau stock control ).

2.2.3. Requirements collection and analysis

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 350) Requirement collection and analysis adalah proses pengumupulan dan menganalisa informasi mengenai bagian – bagaian dari organisasi yang harus dibantu oleh sistem database, kemudian informasi ini digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan sistem yang baru akan dibangun 2.2.4. Database design

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 354) database design merupakan proses dalam membuat design yang akan membantu mewujudkan misi dan juga tujuan dari perusahaan untuk membangun sebuah sistem database. Menurut (Connolly & Begg, 2015, p. 354) terdapat 4 pendekatan utama dalam membangun sebuah database, yaitu :

(9)

a. Bottom – Up

Pendekatan ini dimulai dengan tingkat yang paling dasar dari atribut ( yaitu, properti dari entitas dan juga hubungan ), dengan analisis dari hubungan antara atribut yang dikelompokan kedalam suatu relasi yang merepresentasikan tipe dari entitas dan hubungan antara entitas.

b. Top – Down

Pendekatan top – down biasanya digunakan untuk membangun sebuah database yang lebih kompleks. Pendekatan ini dimulai dengan mengembangkan model data yang mengandung beberapa entitas high – level dan juga relasi, kemudian menggunakan pendekatan top – down untuk mengidentifikasikan entitas lower – level, relasi, dan juga atribut yang berhubungan.

c. Inside – Out

Pedekatan ini berhubungan dengan pendekatan bottom – up, perbedaannya adalah pendekatan ini pertama kali megidentifikasi entitas utama dan kemudian menyebar untuk memperhatikan hal lain seperti entitas, relasi dan juga atribut lain yang berhubungan dengan entitas yang sudah di identifikasikan pertama kali.

d. Mixed Strategy

Pendekatan ini menggunakan kedua pendekatan sebelumnya yaitu bottom – up dan top – down untuk beberapa bagian dari model sebelum akhirnya menggabungkan kedua bagian tersebut menjadi satu.

Menurut Connolly & Begg (2015, pp. 356 – 359 ), terdapat 3 fase dalam merancang sebuah database, yaitu :

a. Conceptual Database Design

Conceptual Database Design adalah proses membangun sebuah model dari data yang digunakan di dalam sebuah perusahaan, yang berdiri sendiri terhadap semua pertimbangan fisikal.

b. Logical Database Design

Logical Database Design adalah proses membangun sebuah model dari data yang digunakan oleh perusahaan berdasarkan sebuah model data

(10)

yang spesifik, tetapi bersifat independen terhadap DBMS dan pertimbangan fisikal lainnya.

c. Physical Database Design

Physical Database Design adalah proses dalam membuat penjelasan dari implementasi database pada tempat penyimpanan cadangan; hal ini menggambarkan dasar dari relasi, file organisasi, dan juga indeks yang digunakan untuk mengefesiensikan dalam pengaksesan data, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan batasan dan juga sistem keamanan. 2.2.5. DBMS Selection

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 359), DBMS Selection adalah proses memilih DBMS yang tepat yang dapat mendukung sistem database yang dibuat. Langkah – langkah yang perlu dilakukan dalam memilih DBMS adalah :

a. Menentukan kriteria dari DBMS berdasarkan kebutuhan dari perusahaan. b. Membuat daftar pendek dua atau tiga produk untuk dibandingkan c. Melakukan evaluasi terhadap setiap produk yang memenuhi kriteria. d. Merekomendasikan DBMS yang dipilih dan melakukan laporan terhadap hasil dari evaluasi produk DBMS tersebut.

2.2.6. Application Design

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 363), Application Design adalah proses perancangan antar muka pengguna dan aplikasi yang akan menggunakan database.Application Design biasanya dilakukan secara bersamaan dengan database design pada database system development lifecycle.

2.2.7. Prototyping

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 367), prototyping adalah proses membangun sebuah model kerja dari sebuah sistem database. Prototype merupakan sebuah model kerja yang biasanya tidak memiliki semua fitur seperti yang ada pada sistem final. Tujuan dari mengembangkan prototype database ini adalah memungkinkan pengguna untuk menggunakan prototype untuk mengidentifikasikan fitur dari sistem dapat bekerja dengan baik atau masih kurang, dan jika memungkinkan dapat disarankan untuk melakukan peningkatan atau menambahkan fitur baru pada sistem database.

(11)

2.2.8. Implementation

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 367), Implementation adalah merealisasikan perancangan fisikal dari database dan aplikasi. Implementasi database dapat diselesaikan dengan menggunakan DDL ( Data Definition Language ) pilihan dari DBMS atau menggunakan GUI ( Graphic User Interface ), dimana kedua hal terebut mendukung fungsi yang sama pada saat menyembunyikan low – level DDL statements. DDL statements ini berfungsi untuk membuat struktur database dan file database kosong.

2.2.9. Data conversion and loading

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 368), tahap ini merupakan tahap pemindahan data yang ada kedalam database baru dan mengubah aplikasi yang sudah berjalan untuk dioperasikan pada database baru. Tahapan ini dibutuhkan jika database baru akan menggantikan database yang lama. DBMS di masa sekarang biasanya sudah memiliki fitur untuk memasukan data yang ada ke dalam database baru dan secara otomatis mengkonversinya sesuai dengan format yang ada di dalam database.

2.2.10 Testing

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 368)Testing adalah proses untuk menjalankan sistem database yang sudah dirancang dengan tujuan untuk menemukan error. Sebelum sistem digunakan di dalam perusahaan, sistem database harus melalui tes secara menyeluruh. Agar tahapan ini dapat berhasil, tahapan ini perlu dilakukan secara hati – hati dan juga terencana dengan menggunakan data asli sehingga semua proses pengujian dapat berjalan dengan lancar.

2.2.11. Operational maintenance

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 369) operational maintenance merupakan proses untuk memonitor dan perawatan sistem database setelah proses instalasi. Pada tahap sebelumnya, sistem database telah di implementasi dan juga di lakukan pengujian. Tahap selanjutnya adalah melakukan perawatan yang melibatkan aktivitas berikut :

a. Memantau performa dari sistem. Jika performa mengalami penurunan dibawah tingkat yang bisa diterima, melakukan pengorganisasian ulang dari database mungkin perlu dilakukan.

(12)

b. Perawatan dan upgrading dari sistem database ( jika dibutuhkan ). 2.3. Entity - Relationship Modeling

Dalam melakukan perancangan sebuah database dibutuhkan model yang merepresentasikan data yang akan disimpan di dalam database tersebut. Menurut Connolly & Begg (2015, p. 405) EntityRelationship ( ER ) Model adalah pendekatan top-down pada perancangan database yang dimulai dengan mengidentifikasikan data penting yang disebut dengan entitas dan hubungan antara data harus di representasikan di dalam model. Setelah menentukan entitas dan juga hubungan antara data tersebut, selanjutnya adalah menambahkan detil seperti informasi yang berisi tentang isi dari entitas tersebut yang dinamakan attributes.

2.3.1 Tipe Entitas

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 406), Tipe Entitas adalah sekumpulan data object yang memiliki properti yang sama, dimana sudah diidentifikasikan oleh perusahaan yang memiliki keberadaan yang tetap. Sebuah tipe entitas bisa berupa objek yang nyata ( bias disentuh ) dan bisa berupa konseptual ( abstrak ). Sebuah objek yang dapat diidentifikasikan secara unik dari sebuah entitas disebut entity occurance

Tipe Entitas diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : a. Strong Entity

Menurut Connolly & Begg(2015, p. 417) sebuah entitas yang keberadaannya tidak bergantung dengan entitas lain disebut dengan Strong Entity ( entitas kuat ). Karakteristik dari Strong Entity adalah setiap entity occurrence dapat di identifikasikan secara unik dengan dengan menggunakan atribut yang menjadi primary key dari entitas tersebut.Pada gambar 2.4 yang menjadi strong entity adalah entitas Client karena memiliki primary key.

b. Weak Entity

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 417) sebuah entitas yang keberadaannya harus bergantung dengan entitas lain. Karakteristik dari weak entity

(13)

adalah setiap entity occurrence tidak dapat diidentifikasikan secara unik hanya dengan menggunakan atribut yang berhubungan dengan tipe entitas tersebut. Sebagai contoh, pada gambar 2.4 entitas preference tidak memiliki primary key sehingga entitas tersebut tidak dapat mengidentifikasi setiap kejadian pada entitas preference hanya menggunakan atribut dari entitas tersebut. Entitas tersebut hanya dapat di identifikasikan secara unik melalui hubungan dengan entitas lainnya yaitu entitas Client.

2.3.2. Relationship Types

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 408)Relationship Types adalah sekumpulan hubungan yang memiliki arti dan menghubungkan antar setiap tipe entitas. Setiap Relationship type diberikan nama yang menjelaskan fungsinya.

2.3.3 Atribut

Setiap entitas yang terdapat di dalam database memiliki beberapa atribut yang dapat menjelaskan entitas tersebut. MenurutConnolly & Begg (2015, p. 413),atribut adalah properti dari suatu entitas atau tipe relationship. Attribute domain adalah kumpulan dari beberapa nilai yang boleh memiliki satu atau lebih atribut. Setiap atribut berhubungan dengan kumpulan dari beberapa nilai disebut domain. 2.3.3.1. Simple Attributes

Menurut Connolly & Begg (2015, p.413) Simple Attributes adalah sebuah atribut yang terdiri dari satu komponen tunggal dengan keberadaan yang independen. Simple attributes tidak dapat dibagi lagi ke dalam komponen yang lebih kecil. Contoh dari simple attributes adalah posisi/jabatan dan gaji di dalam entitas karyawan.

2.3.3.2. Composite Attributes

Menurut Connolly & Begg (2010, p. 414), Composite Attributes adalah sebuah attribut yang terdiri dari beberapa komponen dan setiap komponen memiliki keberadaan yang independen. Contoh dari composite attributes adalah atribut alamat yang terdapat pada entitas Cabang. Atribut alamat memiliki nilai 163 Main St. Glasgow, G11 9QX. Nilai atribut tersebut dapat dibagi menjadi Jalan ( 163 Main St), Kota ( Glasgow ), dan kode pos ( G11 9QX ).

2.3.3.3. Single – Valued Attributes

Menurut (Connolly & Begg, 2015, p. 414), single valued attributes adalah sebuah atribut yang memiliki nilai tunggal untuk setiap kejadian pada entitas

(14)

tersebut. Contoh dari single – valued attributes adalah atribut BranchNo yang terdapat pada entitas Branch. Atribut BranchNo hanya memiliki satu nilai tunggal untuk setiap kejadiannya ( contoh : B003 ).

2.3.3.4. Multi – Valued Attributes

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 414), multi – valued attributes adalah sebuah atribut yang memiliki nilai lebih dari satu untuk setiap kejadian dari entitas tersebut. Contoh dari multi – valued attributes adalah atribut telNo pada entitas Branch. Pada Branch B003 dapat memiliki 2 nomor telepon yaitu 0141-3392178 dan 0141-3394439 sehingga atribut telNo masuk ke dalam kategori multi – valued attributes.

2.3.3.5. Derived Attributes

Menurut Connolly & Begg ( 2015, p. 414), derived attributes adalah sebuah atribut yang merepresentasikan nilai yang diturunkan dari nilai sebuah atribut yang berhubungan dengan atribut tersebut atau dengan beberapa atribut dan tidak perlu berasal dari entitas yang sama.

2.3.3.6. Keys

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 415) candidate key adalah sejumlah atribut yang bersifat unik yang dapat mengidentifikasi setiap kejadian dari suatu tipe entitas.Primary key adalah candidate key yang dipilih secara unik untuk mengidentifikasi setiap kejadian dari suatu tipe entitas. Composite key adalah candidate key yang terdiri dari dua atau lebih atribut. Foreign key adalah atribut atau beberapa atribut, dalam satu relasi yang cocok dengan candidate key dari beberapa hubungan yang mungkin sama.

2.3.3.7 Structural Constraints

Menurut Connolly & Begg (2015, p. 419) sebuah constraint harus mencerminkan batasan pada tiap hubungan seperti kenyataannya. Contoh dari constraint seperti setiap property yang ingin disewakan harus memiliki owner dan setiap branch harus memiliki staff. Tipe utama dari constraint pada hubungan disebut multiplicity. Menurut Connolly & Begg (2015, p. 419), multiplicity adalah jumlah kemungkinan terjadinya kejadian pada sebuah tipe entitas yang mungkin berhubungan dengan kejadian tunggal dari sebuah tipe entitas yang berhubungan melalui hubungan tertentu. Multiplicity biasanya menggunakan binary relationship.

(15)

• One – to – One ( 1 : 1 ) Relationship

One – to one relationship adalah multiplicity yang menggambarkan hubungan antara dua entitas dimana kejadian pada entitas A hanya boleh memiliki satu hubungan pada kejadian di entitas B. Sebaliknya, satu kejadian pada entitas B hanya boleh memiliki paling banyak satu hubungan dengan kejadian pada entitas B.

• One – to – Many ( 1 : * ) Relationship

One – to many relationship adalah multiplicity yang menggambarkan hubungan antara dua entitas dimana satu kejadian pada entitas A bisa memiliki hubungan dengan beberapa kejadian ( lebih dari satu ) pada entitas B. Sebaliknya, satu kejadian pada entitas B, hanya dapat memiliki minimal satu hubungan dengan entitas A.

• Many – to – Many (* : *) Relationship

Many – to – many relationship adalah multiplicity yang menggambarkan hubungan antara dua entitas dimana kejadian pada entitas A dapat memiliki hubungan lebih dari satu pada kejadian di entitas B. Sebaliknya, kejadian B juga dapat memiliki hubungan lebih dari satu dengan kejadian pada entitas B

2.4. Normalization

Menurut Connolly & Begg(2015, p. 452), Normalisasi adalah sebuah teknik untuk menghasilkan set dari hubungan dengan properti yang diinginkan, berdasarkan kebutuhan data dari perusahaan. Normalisasi sendiri bertujuan untuk mengidentifikasi set dari hubungan yang cocok untuk mendukung persyaratan dari data perusahaan. Karakterisitik dari set hubungan yang cocok yaitu :

• Jumlah atribut minimal yang diperlukan untuk mendukung kebutuhan data perusahaan.

• Atribut dengan yang berhubungan dengan functional dependency ditemukan dalam relasi yang sama.Functional dependency menggambarkan hubungan antar atribut dalam suatu relasi.

• Redundansi minimal dengan setiap atribut diwakili hanya sekali,kecuali atribut yang membentuk bagian dari foreign keys.

(16)

Menurut Connolly & Begg (2015 ,pp. 464 - 474) tahapan dari proses normalisasi adalah sebagai berikut :

a. UNF ( Unnormalized Form )

UNF adalah sebuah tabel yang berisi satu atau lebih grup yang berulang. Tahap ini merupakan transformasi dari sumber data ke dalam bentuk kolom dan baris. Grup yang berulang yang dimaksud adalah atribut – atribut yang multi – valued dimana satu kejadian memiliki lebih dari satu nilai.

b. 1NF (First Normal Form)

1NF adalah sebuah hubungan dimana setiap pertemuan antara baris dan kolom memiliki satu dan hanya satu nilai.

c. 2NF ( Second Normal Form )

2NF adalah hubungan pada first normal form dan setiap non – primary – key attribute memiliki ketergantungan secara penuh dengan primary key. Normalisasi dari 1NF ke bentuk 2NF adalah dengan menghapus partial dependence yang ada pada tabel 1NF.

d. 3NF ( Third Normal Form )

3NF adalah hubungan yang terdapat di dalam first dan second normal form dan atribut yang bukan non – primary – key memiliki ketergantungan transitif pada primary key. Pada 3NF, normalisasi yang dilakukan pada tabel 2NF adalah dengan menghapus ketergantungan transitif pada atribut. Transitive dependency adalah sebuah kondisi dimana A, B, dan C adalah atribut dari relasi sehingga jika A → B dan B → C, maka C adalah transitif bergantung pada A melalui B.

2.5 Metodologi Perancangan Database

Metode yang dilakukan dalam perancangan database adalah terdiri dari beberapa tahap yaitu;

• Conceptual Database Design

Proses membangun atau mendesain sebuah model data yg digunakan dalam perusahaan secara independen dalam semua keputusan fisikal

(17)

Proses desain model data yang digunakan oleh perusahaan berdasarkan spesifik data model akan tetapi indenpenden sebagian DBMS atau keputusan fisikal lainnya

• Physical Database Design for relational databases

Proses menghasilkan script atau implementasi database di secondary storage yang berisi mengenai base relation, file organization, dan index untuk mencapai akses data yang efesien, dan integrity constraint dan security measures.

2.6 Tools yang dipakai : DFD

Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan darimana asal data dan kemana tujuan data yang keluar dari sistem, dimana data di simpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut, dan interaksi antara data yang tersimpan dan proses yang dikenakan pada data tersebut. DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir atau dimana data tersebut akan di simpan DFD merupakan alat yang digunakan metodologi pengembang sistem yang terstuktur. Kelebihan utama pendeketan aliran data adalah:

1. Kebebasan dari menjalankan implementasi teknis sistem

2. Pemahaman lebih jauh mengenai keterkaitan satu sama lain dalam sistem dan subsistem.

3. Mengkomunikasikan pengetahuan sistem yang ada dengan pengguna melalui data flow diagram.

4. Menganalisis sistem yang diajukan untuk menentukan apakah data-data dan proses yang diperlukan sudah ditetapkan.

DFD terdiri dan context diagram dan diagram rinci (DFD leveled). Context diagram berfungsi memetakan model lingkungan (menggambarkan hubungan antara entitas luar, masukan dan keluaran sistem), yang dipresentasikan dengan lingkaran tunggal yang mewakili keseluruhan sistem. DFD leveled menggambarkan sistem sebagai jaringan kerja antara fungsi yang berhubungan satu sama lain dengan aliran dan penyimpanan data, model mi hanya memodelkan sistem dan sudut pandang fungsi.

(18)

Dalam DFD leveled akan terjadi penurunan level dimana dalam penurunan level yang lebih rendah harus mampu mempresentasikan proses tersebut ke dalam spesifikasi proses yang jelas.

2.7. Metode Penelitian Waterfall Model

Menurut Pressman (2010, p. 39), model waterfall adalah model klasik yang bersifat sistematis, berurutan dalam membangun software. Nama model ini sebenarnya adalah “Linear Sequential Model”. Model ini sering disebut dengan “classic life cycle” atau model waterfall. Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan berurutan. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. Waterfall adalah suatu metodologi pengembangan perangkat lunak yang mengusulkan pendekatan kepada perangkat lunak sistematik dan sekuensial yang mulai pada tingkat kemajuan sistem pada seluruh analisis, design, kode, pengujian dan pemeliharaan. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada metodologi Waterfall adalah ;

A. Communication

Pada tahap ini akan dilakukan inisiasi proyek, seperti menganalisis masalah yang ada dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu dilakukan juga requirements gathering, dimana akan dikumpulkan requirement dari user melalui analisis kuisioner.

B. Planning

Tahap ini merupakan tahap dimana akan dilakukan estimasi mengenai kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk membuat sebuah sistem. Selain itu, penjadwalan dalam proses pengerjaan juga ditentukan pada tahap ini. C. Modeling

Kemudian mulai masuk pada tahap perancangan dimana perancang menerjemahkan kebutuhan sistem kedalam representasi untuk menilai kualitas sebelum tahap selanjutnya dikerjakan. Tahap ini lebih difokuskan pada atribut program, seperti struktur data, arsitektur perangkat lunak, dan detail prosedur.

(19)

D. Construction

Tahap ini merupakan tahap dimana perancangan diterjemahkan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh mesin. Setelah itu dilakukan pengetesan / pengujian terhadap sistem yang telah dibuat.

E. Deployment

Setelah proses pengkodean dan pengujian selesai, dilakukan pengiriman yang artinya implementasi kepada masyarakat luas. Pada tahap ini juga dilakukan pemeliharaan, perbaikan, dan pengembangan agar sistem tersebut tetap dapat berjalan sebagaimana fungsinya.

2.8. Interaksi Manusia dan Komputer (IMK)

Menurut Shneiderman dan Plaisant (2010, p. 22), Interaksi Manusia dan Komputer adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia, serta studi fenomena-fenomena besar yang berhubungan dengannya.

2.8.1 Delapan Aturan Emas (8 Golden Rules)

Menurut Shneiderman dan Plaisant (2010, p88), “Eight Golden Rules” terdiri dari :

1. Berusaha untuk konsisten (strive for consistency)

Berusaha membuat urutan yang konsisten dari tindakan yang diperlukan dalam situasi yang sama. Tata letak, kapitalisasi, font, warna yang digunakan semua harus konsisten.

2. Melayani kegunaan universal (cater to universal usability)

Melayani kebutuhan pengguna yang beragam dan memfasilitasi transformasi konten. Menambahkan fitur untuk pemula seperti penjelasan, dan fitur untuk para ahli, seperti shortcut dapat memperkaya desain antarmuka dan meningkatkan kualitas sistem.

3. Umpan balik yang informatif (offer informative feedback)

Untuk setiap tindakan yang dilakukan user harus terdapat umpan balik dari sistem. Untuk tindakan yang sering dan kecil, umpan balik yang diberikan akan sederhana, sedangkan untuk tindakan yang jarang dan besar, umpan balik yang diberikan harus lebih substansial.

(20)

4. Desain dialog yang menghasilkan penutupan (designing dialogs to yield closure)

Urutan tindakan harus memiliki awalan, tengah, dan akhiran. Umpan balik informatif pada penyelesaian tindakan, dapat memberikan indikator untuk mempersiapkan tindakan selanjutnya.

5. Mencegah kesalahan (prevent errors)

Merancang suatu sistem yang mencegah user membuat suatu kesalahan yang serius. Jika user membuat kesalahan, antarmuka harus dapat mendeteksi kesalahan, dan menawarkan instruksi sederhana, konstruktif, dan spesifik untuk pemulihan.

6. Memungkinkan tindakan pembalikan yang mudah (permit easy reversal of actions)

Tindakan yang dilakukan harus dapat kembali ke tindakan sebelumnya. Fitur ini mengurangi kecemasan karena user tahu bahwa kesalahan tidak dapat dibatalkan, dan mendorong eksplorasi pilihan asing. 7. Dukungan pusat kendali internal (support internal locus of control)

User yang berpengalaman menginginkan sensasi bahwa mereka bertanggung jawab atas antarmuka dan antarmuka menanggapi tindakan mereka.

8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek (reduce short-term memory loss) Manusia yang memiliki kapasitas terbatas untuk memproses informasi dalam ingatan jangka pendek, mengharuskan desainer menghindari antarmuka dimana pengguna harus mengingat informasi dari satu layar, dan kemudian menggunakan informasi tersebut pada layar yang lain.

2.9. Lima Faktor Manusia Terukur

Demi tercapainya tujuan dari IMK, maka perancangan interface sebaiknya tidak lupa untuk mengikutsertakan evaluasi terhadap lima (5) faktor terukur dari manusia sebagai berikut (Shneiderman & Plaisant, 2010, pp32-33):

1. Waktu untuk belajar

Ukuran berapa lama seorang user untuk mempelajari fungsi-fungsi di dalam sebuah aplikasi hingga pada akhirnya dapat menggunakan dengan baik.

(21)

2. Kecepatan performa

Ukuran berapa lama suatu fungsi atau serangkaian tugas di dalam aplikasi tersebut dilakukan.

3. Tingkat error yang dilakukan pengguna

Ukuran berapa banyak dan jenis error yang dilakukan oleh user di dalam melakukan serangkaian tugas.

4. Daya ingat pengguna

Ukuran berapa lama user mempertahankan ingatan dan pengetahuannya setelah beberapa jam, hari, atau bahkan mingu. 5. Kepuasan subjektif

Ukuran seberapa puas user atas berbagai aspek dari suatu sistem.

2.10 Flow Chart Diagram

Menurut Krismiaji (2010, p. 71), Flowchart (Bagan Alir) merupakan teknik analitis yang di gunakan untuk menjelaskan aspek-aspek sistem informasi secara jelas, tepat, dan logis. Bagan alir menggunakan serangkaian simbol-simbol standar untuk menguraian prosedur pengolahan transaksi yang digunakan oleh sebuah perusahaan, sekaligus menguraikan aliran data dalam sebuah sistem

(22)

Tabel 2.1 Tabel Komponen Flow Chart

2.11. User Aceptance Test

Menurut Hambling dan Goethem (2013, p15), User Acceptance Test (UAT) merupakan tahap akhir pengujian perangkat lunak pada pengguna yang dilakukan sebelum perangkat lunak tersebut diperkenalkan kepada sebuah organisasi. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan sistem yang baru melakukan apa yang telah ditetapkan dan memenuhi kebutuhan bisnis yang dibutuhkan.

(Janssen, 2010) Ada beberapa tahap dalam melakukan User Acceptance Test yaitu: 1. Planning

(23)

2. Designing Test Cases

Bentuk pengujian pada tahap ini dirancang agar mencakup keseluruhan fungsi-fungsi sistem yang dibutuhkan pengguna. Pengujian tersebut dirancang dengan menggunkan bahasa yang sederhana agar mudah dimengerti dan tutur kata agar proses pengujian dapat berjalan lebih mudah bagi para pengguna.

3. Selection of testing team

Pemilihan pengguna yang dijadikan sasaran proses pengujian yangmana merupakan pengguna akhir pada dunia nyata.

4. Executing test cases & documenting

Bentuk pengujian yang telah dirancang diterapkan secara langsung terhadap pengguna yang telah menjadi sasaran sebelumnya.

5. Bug fixing

Menanggapi kesalahan-kesalahan yang ditemukan oleh pengguna dalam proses pengujian dengan tujuan agar code sistem yang dibuat bug-free.

6. Sign off

Ketika semua kesalahan yang ditemukan telah diperbaiki, pengguna diindikasikan telah menerima sistem yang dibuat karena sudah menunjukan telah memenuhi kebutuhan pengguna dan siap dikembalikan ke perusahaan untuk ditindak lanjuti.

2.12. Teori Pendukung

Berikut ini merupakan kumpulan dari teori-teori ini diambil dari pengetahuan para ahli dengan melakukan penelitian untuk mendapatkan pengertian tentang ruang lingkup pada penulisan ini.

2.12.1 Penjualan

Salah satu kegiatan utama dalam sebuah perusahaan adalah melakukan penjualan baik itu barang maupun jasa. Penjualan adalah interaksi yang terjadi antara kedua belah pihak ( penjual dan pembeli ) untuk melakukan pertukaran antara uang dengan barang / jasa yang ditawarkan oleh penjual baik secara tunai maupun kredit. Menurut (Kotler & Armstrong, 2006, p. 457) Penjualan merupakan sebuah proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjualan dipenuhi, melalui antar pertukaran informasi dan kepentingan. Sedangkan menurut Reeve, Warren, &

(24)

Duchac (2012, p. 256) penjualan adalah total jumlah yang dibayarkan pelanggan untuk barang yang dijual termasuk dalam penjualan tunai dan penjualan non – tunai.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah suatu kegiatan penjualan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pembeli dan penjual dimana pembeli membayarkan total jumlah untuk barang yang dijual baik secara kredit ataupun tunai.

2.12.2 Piutang

Di dalam transaksi penjualan yang terjadi di dalam sebuah perusahaan sering terjadi transaksi piutang. Menurut Sugiono, Soenarno, & Kusumawati (2010, p. 161) piutang adalah semua tagihan kepada seseorang ataupun badan usaha atau kepada pihak lainnya dalam satuan mata uang yang timbul sebagai akibat transaksi di masa lampau. Sedangkan menurut Reeve, Warren, & Duchac (2012, p. 262) piutang adalah semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa piutang adalah harta perusahaan yang timbul karena terjadinya transaksi penjualan barang / jasa secara kredit yang dihasilkan perusahaan.

2.12.3 Kredit

Dalam transaksi penjualan barang / jasa biasanya terdapat istilah pembayaran kredit. Menurut Reeve (2012, p. 262) kredit adalah jumlah waktu yang diberikan kepada pembeli untuk membayar barang / jasa yang sudah dibeli kepada penjual (biasa disebut pembayaran rekening). Menurut (Karmawan, 2011) tujuan dari pemberian kredit adalah berupa keuntungan dalam bentuk bunga yang diterima. Dengan demikian tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank dalam mengembangkan tugas sebagai agent of development adalah untuk:

• Menyukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan. • Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

(25)

• Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kredit adalah pemberian pinjaman secara berangsur kepada pembeli untuk membayar barang / jasa yang sudah dibeli dari penjual.

Gambar

Gambar 2.1 Database Life Cycle Connoly & Begg
Tabel 2.1 Tabel Komponen Flow Chart

Referensi

Dokumen terkait

Demikian pula, pertanyaan apakah yang dimnaksud dengan ilmuilmu sosial akan memperoleh jawaban yang umumnya sepaham dan berbagai ahli bidang keilmuan itu seperti politik,

« Shalat lima waktu yang diwajibkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba, barangsiapa yang melaksanakannya dan tidak menyia-nyiakan sedikit pun dariya karena meremehkan haknya,

Penggolongan umur menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna (p=0,3) antara subyek penelitian yang tinggal di perdesaan dan perkotaan, subyek penelitian sebagian

tempat kerja yang aman, bersih dan sehat Sebagian besar Rumah Sakit kurang menggalang kemitraan untuk meningkatkan upaya pelayanan yang bersifat Preventif dan Promotif Isu

Adapun tujuan dalam penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis pelaksanaan Layanan SMS Banking di Bank Nagari Cabang Pembantu Syariah

Berdasarkan hasil pembasahan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagaia berikut. Ada hubungan positif dan signifikan antara pola pemanfaatan smartphone dengan

Toko B memberikan diskon 10% untuk setiap baju sedangkan toko A memberi harga khusus jika seseorang membeli baju lebih dari satu buah, seseorang akan memperoleh diskon 40% untuk

Sistem ekonomi dimana pemerintah memiliki kendali yang  besar dalam perekonomian suatu negara, antara lain kepemilikan bisnis, laba, alokasi sumber daya serta