• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS BERBAGAI K0NS5P PSNILAIAN. Dalam bab yang lalu telah diuraikan empat konsep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS BERBAGAI K0NS5P PSNILAIAN. Dalam bab yang lalu telah diuraikan empat konsep"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I V

ANALISIS BERBAGAI K0NS5P PSNILAIAN

Dalam bab yang lalu telah diuraikan empat konsep pokok yang hingga saat ini telah dikembangkan dalam bi-dang penilaian pendidikan Measurement, Congruence , Educational System Evaluation dan Illumination. Konsep Measurement dikembangkan sekitar tahun 1920, konsep

Congruence sekitar tahun 1942, sedangkan konsep Educat-ional System Evaluation sekitar tahun 1967. Konsep yang terbaru, yaitu Illuminative Model, mulai dikenal seki -tar tahun 1970, melalui tulisan M. Parlett (Levy,1976, h . 7 ) ,

Sesuai dengan judulnya, bab ini1dimaksudkan un-tuk menganalisis keempat konsep atau model yang telah dikeroukakan di atas. Dengan menganalisis disini dimak

-sudkan adalah memeriksa keserasian antara pandangan ma-sing-masing konsep/model dan sejumlah kriteria tertentu. Penggunaan kriteria didalam menganalisis berbagai kon-sep penilaian di atas sangat penting, karena,tanpa ber-sumber pada kriteria tertentu sukar bagi kita untuk me-nyatakan apakah suatu konsep itu tepat atau sesuai atau

baik.

Sehubungan dengan itu, dalam menganalisis berba-bagai konsep penilaian di atas akan ditempuh prosedur kerja sebagai berikut s

(2)

104

Pertama, mengembangkan kriteria yang akan d i j a d i kan dasar dalam mengadakan analisis. Pengembangan kriteria ini merupakan hal yang cukup sulit karena krite -ria selalu menyangkut persoalan nilai yang kadang - ka-dang sifatnya relatif.(Stufflebeam et a l , 1 9 7 2 . h . 1 8 - 1 9 ) . Sekalipun demikian, kriteria ini sangat diperlukan se-bab tanpa kriteria sukar bagi kita untuk melakukan ana-l i s i s yang terarah.

Kedua, merangkum pandangan-pandangan dasar ten-tang penilaian yang dikeniukakan oleh keempat konsep

yang telah dibahas dalam bab yang l a l u . Ini diperlukan untuk melihat kembali pandangan-pandangan tentang hake-kat, ruang lingkup dan pendekatan penilaian dari ma-sing-masing konsep sebagai dasar untuk mengadakan a n a l i s i s .

Ketiga y mencocokkan pandangan dari masing - masing konsep tadi dengan kriteria yang telah dikembangkan.

Langkah yang ketiga ini dimaksudkan untuk memeriksa ke-serasian antara berbagai pandangan yang dikeraukakan dan kriteria. Hasil analisis ini akan dijadikan dasar bagi pengembangan suatu konsep penilaian yang akan dibahas dalam bab yang akan datang.

1. Kriteria Analisis

Langkah pertama yang harus ditempuh dalam menganalisis berbagai konsep penilaian adalah mengem-bangkan kriteria yang akan dijadikan landasan. Dalam

(3)

rangka pengembangan kriteria i n i , pertanyaan yang perlu dijawab sekarang adalah sumber apakah yang akan dijadi-kan dasar dalam mengembangdijadi-kan kriteria tersebut.

Dalam bab II telah diuraikan dengan cukup terpe-rinci peranan penilaian dalam proses pengembangan kuri-kulum. Dari rumusan peranan tersebut dapat disimpulkan mengapa penilaian itu perlu dan untuk apa saja penilai-an itu diperlukpenilai-an. Lebih jauh l a g i , perpenilai-anpenilai-an penilaipenilai-an yang telah dirumuskan dalam bab II tersebut menggambar-kan berbadai dimensi dari kegiatan penilaian dalam pro-ses pengembangan kurikulum, yaitu :

a. fungsi-fungsi yang harus dipenuhinya; b. sifat-sifat yang harus dimilikinya; dan c. n i l a i praktis yang dirasakan dari padanya.

Berhubung yang akan dikembangkan disini adalah kriteria untuk menganalisis konsep-konsep penilaian da-lam kaitannya dengan kepentingan pengembangan kurikulum, tepat kiranya bila peranan penilaian dalam pengembangan kurikulum dijadikan sumber utama dalam penyusunan krite ria tersebut. Untuk ini perlu kita tinjau kembali rumus, an peranan penilaian yang telah dipaparkan dalam bab II yang l a l u .

a. Tinjauan singkat mengenai perangn penilaian

Ada tiga peranan pokok yang perlu dipenuhi o-leh kegiatan penilaian dalam proses pengembangan

(4)

ku-106

rikulum :

1) menghasilkan informasi yang tepat mengenai kele-mahan-kelemahan yang masih terdapat dalam masing-masing komponen bahan kurikulum, rencana kegiatan, dan sarana penunjangnya, untuk kepentingan pengam bilan keputusan tentang bagian - bagian mana dari setiap komponen yang masih memerlukan penyempurna an sebelum dicobakan di sekolah-sekolah.

2) menghasilkan informasi yang tepat mengenai proses pelaksanaan dan hasil belajar yang dicapai selama kurikulum sedang dicobakan, untuk kepentingan pengambilan keputusan tentang bagian-bagian mana dari proses pelaksanaan, bahan kurikulum, rencana kegiatan dan sarana penunjangnya yang masih memer lukan penyempurnaan lebih lanjut.

3) menghasilkan informasi yang tepat mengenai keselu ruhan hasil yang dicapai oleh kurikulum pada a,-khir masa pengembangan, untuk kepentingan penyim-pulan tentang kebaikan dan kelemahan kurikulum ba. ru tersebut dan tindak lanjut proses pengembangan kurikulum yang perlu ditempuh.

Dari rumusan peranan penilaian di atas, kini dikembangkan sejumlah kriteria yang akan dijadikan dasar dalam menganalisis berbagai konsep penilaian yang telah diuraikan dalam bab I I I yang l a l u .

(5)

Kriteria yang dijadikan dasar

Dalam uraian yang lalu telah dikemukakan bah-wa dari rumusan peranan penilaian dalam proses pe-ngembangan kurikulum, dapat kita simpulkan berbagai dimensi yang perlu mendapat perhatian dalam kegiatan penilaian, yaitu J fungsi-fungsi yang harus dipenuhi, nya, sifat-sifat yang harus dimilikinya, dan n i l a i praktis yang dirasakan dari padanya.

1) Fungsi-fungsi harus dipenuhi

Fungsi-fungsi yang harus dipenuhi penilai-an disini dihubungkpenilai-an dengpenilai-an rupenilai-ang lingkup tugas yang harus dicakupnya, secara vertikal maupun ho-rizontal.

Secara vertikal, penilaian itu perlu dila-kukan pada setiap tahap dari proses pengembangan kurikulum yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan penyimpulan.

Secara horizontal* penilaian itu diharap -kan mencakup berbagai dimensi'program yaitu : a)

bahan/rencana kegiatan/sarana penunjang; b) pro -ses pelaksanaan; dan c) hasil yang dicapai.

Pencerminan dari fungsi-fungsi di atas, se Cara vertikal maupun horizontal, terkandung dalam rumusan peranan penilaian yang telah dirangkumkan dalam bagian yang l a l u .

(6)

108

2) Sifat-sifat yang harus dimilikinya

Ada sekurang-kurangnya dua hal yang perlu di-perhatikan berkenaan dengan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh penilaian :

Pertama, informasi yang dihasilkan dari ke-giatan penilaian harus betul-betul relevan dengan tu juan diadakannya penilaian tersebut. Dalam rumusan peranan penilaian, jelas dikemukakan untuk kepenting an atau keperluan apa informasi itu diperoleh.

Kedua, informasi yang dimaksudkan i t u hendak-nya menggambarkan situasi yang sedekat mungkin de-ngan keadaan yang sesungguhnya. Karena itu dalam ru-musan peranan penilaian digunakan ungkapan 'informa-si yang tepat1, untuk menggambarkan maksud di atas.

3) Nilai praktis yang dira.sakan

Ada dua hal pokok yang terutama akan ditekan-kan sehubungan dengan nilai praktis dari kegiatan p,e nilaian i n i :

Pertama, penilaian hendaknya lebih dirasakan sebagai suatu bantuan bagi pihak yang d i n i l a i , bukan sebagai 'ancaman1. Dalam rumusan peranan penilaian hal ini dinyatakan dalam sasaran dari pengambilan ke putusan yaitu penyempurnaan program dan perencanaan kegiatan selanjutnya.

Kedua, informasi hasil penilaian hendaknya te lah tersedia pada waktu informasi i t u diperlukan. Da,

(7)

lam rumusan peranan penilaian selalu dinyatakan kapan keputusan dan penyempurnaan program itu dilaku -kan, agar dapat ditetapkan kapan penilaian dilakukan dan hasilnya disampaikan, untuk keperluan penyempurna an program.

Dari uraianuraian di atas, kini dapat ditetap -kan sejumlah kriteria yang a-kan dijadi-kan dasar di da-lam menganalisis keempat konsep penilaian yang telah di. uraikan dalam bab yang l a l u .

Kriteria yang dimaksud mencakup : a) kesinambung an (continuity), b) keluasan (multi-dimensional) > c) ke tepatan sasaran ( v a l i d i t y ) , d) ketepatan v e r i i i & a s i j e c t i v l t y ) , e) kemanfaatan hasil (usefulness), dan f)da. patnya diterima (acceptability), dengan penjelasan

ma-sing-masing kriteria sebagai berikut :

a) Kesinambungan (Continuity)

Kriteria i n i mengandung arti bahwa penilaian itu diperlukan dalam setiap tahap pengembangan kuri-kulum, yang mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan dan penyimpulan hasil pengembangan.

Dalam uraian tentang peranan penilaian pada bab II dikemukakan bahwa penilaian dan penyempurnaan yang dilakukan pada tahap perencanaan, akan membantu mengurangi banyak kelemahan-kelemahan yang mungkin

(8)

110

ikut mencegah dikeluarkannya biaya-biaya yang seha-rusnya tidak diperlukan (Chew Tow Yow,1976,h.60-51). Disamping itu, penilaian dan penyempurnaan yang di-lakukan dalam tahap pelaksanaan, disamping berfung-si mencegah hal-hal yang dapat merugikan para berfung-siswa, juga akan lebih memantapkan program yang sedang di-kembangkan tersebut untuk mendapatkan penilaian me-nyeluruh pada akhir fase pengembangan. Akhirnya, pe nilaian yang menyeluruh pada akhir fase pengembang-an akpengembang-an menentukpengembang-an strategi pengembpengembang-angpengembang-an lebih lpengembang-an- lan-jut yang perlu ditempuh dalam usaha pengembangan ku rikulum, untuk mencegah kemungkinan gagalnya usaha tersebut pada waktu diterapkan dalam skala yang le-bih luas.

b) Keluasan (multi-dimensionality)

Kriteria ini mengandung arti bahwa penilaian untuk keperluan penyempurnaan program maupun penyim pulan kebaikan kurikulum secara menyeluruh, perlu diarahkan pada berbagai dimensi kurikulum yang bersangkutan yaitu input, proses dan hasil yang dica -p a i .

Ketiga dimensi di atas saling berkaitan satu dengan yang lain dalam proses pengembangan kurikulu lum sehingga kelengkapan informasi mengenai ketiga dimensi tersebut sangat diperlukan dalam menentukan

(9)

bagian-bagian mana dari program kurikulum yang perlu diperbaiki. Kekurangan-kekurangan yang terlihat da-lam proses pelaksanaan mungkin disebabkan oleh ku-rang trampilnya petugas pelaksana tapi mungkin juga disebabkan oleh kurang realistisnya rencana yang te-lah ditetapkan. Disini terlihat perlunya informasi mengenai input dan proses itu dihubungkan satu sama lainnya, dalam rangka pengambilan keputusan mengenai penyempurnaan program. Disamping i t u , hubungan anta-ra proses dan hasil yang dicapai juga perlu dianalisis untuk melihat faktorfaktor yang mungkin menye -babkan tidak tercapainya suatu tujuan tertentu, fak-tor mana mungkin terletak pada proses pelaksanaannya

(Stufflebeam et a l , 1 9 7 2 , h . 2 3 0 ) .

Dengan kata l a i n , semakin luasnya informasi yang kita kumpulkan melalui kegiatan penilaian, sema. kin besar kemungkinannya kita dapat menentukan

ba-gian-bagian mana dari program kurikulum yang perlu diperbaiki.

c) Ketepatan Sasaran (validity')

Mengingat peranan yang diharapkan dari peni-l a i a n dapeni-lam rangka pengembangan kurikupeni-lum sudah cu-kup j e l a s , maka strategi yang ditempuh dalam-penilai, an ini hendaknya tepat agar mengenai sasaran yang di. tuju. Dalam bidang measurement telah diajukan suatu definisi baru mengenai validitas suatu test yang

(10)

di-112

pandang lebih memuaskan dari pada d e f i n i s i yang ter-dahulu :

validity : the extent to which a test does the job for which it is used. This definition is more satisfactory than the traditional 'eztent

to which a test measures what it is supposed to measure1 since the validity of a test is always

specific to the purposes for which the test is u s e d . ( M i t c h e l , h . 8 ) .

Dalam perumusan kriteria i n i , pengertian vali ditas untuk test di atas juga berlaku untuk penilai-an. Jadi strategi penilaian dalam rangka pengembangan kurikulum hendaknya mengpengembangandung ciri ypengembangang memung -kinkan tercapainya tujuan yang diinginkan dari peni-laian tersebut yaitu untuk kepentingan :

- penyempurnaan input, proses dan hasil yang dicapai pada setiap tahap pengembangan; dan - penyimpulan tentang kebaikan kurikulum seca ra menyeluruh dan penentuan langkah-langkah selanjutnya yang perlu ditempuh.

d) Ketelatan Verifikasi (obnectivity)

Kriteria ini mengandung arti bahwa cara yang ditempuh dalam proses penilaian hendaknya- memungkin-kan dihasilmemungkin-kannya informasi yang obyektif.

Dengan obyektif disini dimaksudkan terdapat a, danya kesesuaian hasil pengamatan diantara berbagai penilai mengenai obyek pengamatan yang sama (Stuffle bead et a l , 1 9 7 2 , h . 2 8 ) . Atau, dengan kata l a i n terdapat adanya konsistensi hasil penilaian antara peni

(11)

-l a i yang satu dan peni-lai-peni-lai yang -l a i n .

Tanpa memiliki obyektifitas yang memadai, su-kar bagi penilaian untuk dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi penyempurnaan kurikulum.

e) Kemanfaatan Hasil (usefulness)

Luasnya informasi yang dihasilkan belum menja-min dapatnya informasi tersebut dimanfaatkan secara optimal bagi penyempurnaan kurikulum yang sedang di-kembangkan. Suatu informasi yang sangat berguna se-ring kali tidak' dapat dimanfaatkan karena informasi

tersebut terlambat dihasilkannya.

Dalam membahas konsep penilaian, Anderson m e -ngemukakan bahwa : "evaluation information should be provided in time to be useful for the decisions. This polnt may seem gratuitous but the number of unused — and unusable — evaluation reports on shelves is dusty

testimony to the need to spell it out" (Anderson e t a l j l 9 7 5 h . 1 3 6 ) . Keterlambatan semacam ini tentu saja membuat kegiatan penilaian menjadi hal yang hanya mem buang-buang tenaga dan biaya saja.

f) Dapatnya Diterima (aeceptability)

Untuk dapat memainkan peranan yang sesungguh -nya, yaitu untuk kepentingan perbaikan program, jenis data dan cara penyajian data yang ditempuh hendaknya sedemikian rupa sehingga pengembang kurikulum

(12)

merasa-kan bahwa informasi hasil penilaian

memban-tu penyempurnaan program yang ada.

Dengan kata l a i n , penilaian oleh be£ bagai pihak akan dipandang sebagai mekanis-me penunjang yang konstruktif dan bukan di-rasakan sebagai ancaman ( S c r i v e n , 1 9 7 l , h . 2 9 ) . Dengan cara demikian, penilaian akan dirasa kan sebagai suatu kebutuhan dari dalam, bu-kan keharusan dari luar.

Demikianlah telah kita tetapkan 6 kriteria yang akan digunakan dalam menganalisis empat konsep penilaian yang telah dikemukakan. Sebelum sampai

pa-da analisis tersebut, pa-dalam bagian berikut ini akan kita rangkumkan terlebih dahulu pandangan dari berba

gai konsep tentang hakekat, ruang lingkup dan pende-katan penilaian.

Rangkuman Pandangan Berbagai Konsep Penilaian

a. Hakekat Penilaian

Rangkuman pandangan berbagai konsep menge-nai hakekat penilaian dapat dilihat dalam matriks di bawah ini s

K o n s e p Hakekat Penilaian

(13)

pengukuran tingkah laku siswa untuk mengungkapkan perbedaan individual maupun kelompok. - Hasil penilaian digunakan ter

utama untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pendidikan dan perbandingan efektifitas antara dua atau lebih program /metode pendidikan.

2) Congruence - Penilaian pada dasarnya meru-pakan pemeriksaan kesesuaian atau congruence antara tu.iuan pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk melihat sejauh mana perubahan hasil pendidikan telah terjadi.

- Hasil penilaian diperlukan da. lam rangka penyempurnaan

pro-gram, bimbingan pendidikan dan pemberian informasi kepa-da pihak-pihak di luar pendi-dikan.

3 ) Educational Sys- - Penilaian pada dasarnya adalah tem Evaluation perbandingan antara

(14)

perform-116

ance setiap dimensi program dan k r i t e r i a , yang akan bera-khir dengan suatu deskripsi dan .iudgment.

- Hasil penilaian diperlukan un tuk penyempurnaan program dan penyimpulan hasil program se-cara keseluruhan.

4 ) Illumination - Penilaian pada dasarnya meru-pakan studi mengenai :

pelak-sanaan program, pengaruh faktor lingkungan, kebaikanke -baikan dan kelemahan program serta pengaruh program terhadap perkembangan hasil bela

-3ar.

- Penilaian lebih didasarkan pa. da .iudRment, yang hasilnya di perlukan untuk penyempurnaan program.

Ruang Lingkup Penilaian

(15)

bawah ini :

K o n s e p Ruang Lingkup

1) Measurement - Obyek penilaian d i t i t i k berat kan pada hasil belajar teruta. ma dalam aspek kognitif dan khususnya yang dapat diukur dengan alat penilaian yang ob yektif dan dapat dibakukan. - Jenis data yang dikumpulkan

dalam penilaian adalah data obyektif khususnya skor hasil test.

2 ) Congruence - Obyek penilaian di t i t i k berat; kan pada hasil belajar dalam bentuk k o g n i t i f , psikomotorik maupun n i l a i dan sikap.

- Jenis data yang dikumpulkan a dalah data obyektif khususnya skor hasil test.

3 ) Educational System Evaluation

-- Obyek penilaian mencakup - in-put (bahan, rencana, peralat-a n ) , proses dperalat-an hperalat-asil yperalat-ang di.

(16)

118

capai dalam arti yang lebih luas.

- Jenis data yang dikumpulkan meliputi baik data obyektif maupun data subyektif (judg-ment data)

4 ) lllumination - Obyek penilaian mencakup la-tar belakang dan perkembang-an program, proses pelaksperkembang-ana an, hasil belajar dan kesu -litan-kesulitan yang dialami. - Jenis data yang dikumpulkan

pada umumnya data subyektif (judgmental d a t a ) .

c. Pendekatan

Sehubungan dengan perbedaan pandangan menge -nai hakekat dan ruang lingkup penilaian diantara ber bagai konsep di atas, masingmasing konsep mengacu -kan pendekatan yang berbeda-beda pula dalam pelaksa-naan penilaian. Rangkuman pendekatan yang diajukan o leh: masing-masing konsep dapat d i l i h a t dalam matriks berikut :

(17)

K o n s e p P e n d e k a t a n

1) Measurement - menempatkan 'kedudukan' setiap siswa dalam kelompoknya mela lui pengembangan norma kelom -pok dalam penilaian hasil bela

Jar.

~ membandingkan hasil belajar an tara dua atau lebih kelompok yang menggunakan program/meto-de pengajaran yang berbeda-be-da, melalui analisis secara kuantitatif.

- teknik penilaian : test yang

- disusun dalam bentuk obyektif,

yang terus dikembangkan untuk menghasilkan alat penilaian

yang reliable dan valid.

2 ) Congruence - menggunakan prosedur pre- and post-assessment dengan menem-puh langkah-langkah pokok se-bagai berikut :

penegasan tujuan

(18)

120

penggunaan hasil penilaian - analisis hasil penilaian

dila-kukan secara bagian demi bagi-an.

- teknik penilaian : test dan teknikteknik penilaian l a i n -nya yang cocok untuk menilai berbagai jenis tingkah laku yang terkandung dalam tujuan pendidikan.

- kurang menyetujui diadakannya penilaian perbandingan antara dua atau lebih program.

3) Educational

System Evaluation.

- membandingkan performance se-tiap dimensi program dengan kriteria intern.

- membandingkan performance pro-gram dengan menggunakan krite-ria ekstern, yaitu performance 3) Educational

System Evaluation.

program yang l a i n

- teknik penilaian : test, obser vasij wawancara, angket dan a-nalisis dokumen.

(19)

4) Illumination - menggunakan prosedur yang di-sebut progressive focussins; dengan langkah-langkah pokok:

orientasi

pengamatan yang lebih ter-arah

analisis sebab-akibat. - bersifat kualitatif-terbuka,

dan fleksibel-eklektif.

- teknik penilaian : observasi, wawancara, angket, analisis dokumen dan bila perlu menca-kup pula test.

Demikianlah secara singkat telah digambarkan kembali pandangan keempat konsep penilaian di atas me -ngenai hakekat, ruang lingkup dan pendekatan yang ditem puh dalam penilaian pendidikan. •

Dengan bertolak dari kriteria yang telah ditetap kan pada bagian yang l a l u , dalam bagian yang akan

da-tang akan dicoba untuk menganalisis keserasian pandangan masingmasing konsep penilaipandangan tersebut dengpandangan kri -t e r i a .

(20)

i

i i

i ;

122 j

3• Keserasian jpandan^an masing-masing konsep dengan kri- j t

teria ?

i.

Dalam bagian yang lalu telah kita tetapkan e- j nam kriteria yang akan dijadikan dasar dalam mengana [ l i s i s pandangan berbagai konsep penilaian yaitu : ke i sinambungan, keluasan, ketepatan sasaran, ketepatan j

i'

v e r i f i k a s i kemanfaatan hasil dan dapatnya diterima. t Untuk setiap kriteria di atas akan dianalisis j sejauh mana: masing-masing konsep penilaian serasi de } ngan ketentuan yang terkandung dalam kriteria yang 5

bersangkutan. f i

a. Kesinambungan \ Konsep Measurement menitik beratkan peni - [

laiannya pada saat kurikulum sudah dilaksanakan f untuk melihat hasil belajar yang dicapai siswa a- J

taupun untuk membandingkan program yang satu de- jj ngan program yang lain ditinjau dari hasil bela - |

i

jar yang dicapai. Penilaian pada saat kurikulum l

5

sedang direncanakan kurang mendapat perhatian da- \ ri konsep i n i . . [

Seperti halnya konsep Measurement, konsep i Congruence pun menitik beratkan penilaiannya pada

saat kurikulum sudah dilaksanakan untuk melihat J sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan telah dica - f 'pai oleh para siswa« Sebelum kurikulum dilaksana- \

(21)

assessment tapi hasilnya hanya digunakan untuk ke -pentingan perbandingan dengan hasil post-assessment dalam rangka menilai sejauh mana perubahan tingkah -laku telah terjadi. Dengan kata l a i n , penilaian yang

sesungguhnya baru terjadi setelah kurikulum atau pro" gram yang bersangkutan selesai dicobakan (Stuffle-beam et a l » 1 9 7 2 , h . l 3 ) .

Konsep Bducational System Svaluation menekan-kan pentingnya penilaian pada berbagai tahap

pengem-bangan kurikulum, tidak hanya pada saat kurikulum sji dah selesai dilaksanakan. Pengertian formative eva-luation dari Scriven, misalnya, dimaksudkan sebagai penilaian pada saat kurikulum sedang disusun dan di-cobakan, untuk keperluan penyempurnaan bahan kuriku-lum yang bersangkutan ( B l o o m , l 9 7 l , h . 1 1 7 ) . Demikian pula dengan empat tahap penilaian yang diajukan oleh Provus dalam pembahasannya mengenai discrepancy mo-del menunjukkan dilakukannya penilaian mulai dari t a. hap penyusunan design kurikulum sampai dengan sele -sainya pelaksanaan kurikulum di lapangan. Konsep yang diajukan Stake maupun Stufflebeam pun mengarah pada gagasan yang sama dimana penilaian itu diperlu-kan pada berbagai tahap dalam proses pengembangan ku rikulum.

Konsep Illumination, bila kita tinjau dari se gi pendekatan yang diajukan yaitu progressive focuss

(22)

i n g , lebih menekankan penilaiannya pada saat kuriku-lum sedang dilaksanakan di lapangan. Perbedaannya d.e ngan konsep Measurement dan Congruence adalah bahwa penilaian yang dilakukan menurut konsep Illumination

berlangsung secara kontinue selama proses pelaksana-an kurikulum tersebut berlpelaksana-angsung. Dengpelaksana-an kata l a i n , konsep ini tidak menekankan penilaiannya hanya pada akhir proses pelaksanaan kurikulum melainkan dan te_r utama selama kurikulum sedang dalam proses pelaksana an.

Keluasan

Konsep Measurement membatasi obyek penilaian-nya terutama pada hasil belajar siswa khususpenilaian-nya ha-s i l belajar dalam aha-spek kognitif (pengetahuan) yang dapat d i n i l a i dengan alat penilai yang obyektif dan dapat dibaktikan. Dimensi-dimensi l a i n dari kurikulum seperti bahan kurikulum, sarana penunjangnya serta proses pelaksanaan kurikulum di k e l a s , tidak terma -suk ruang lingkup penilaian dari konsep i n i . Dengan kata l a i n dimensi-dimensi yang tidak dapat atau su-kar diukur dengan alat yang baku, dan hanya dapat di n i l a i melalui judgment, tidak dijadikan obyek peni -laian karena pada dasarnya konsep ini memandang .judg ment sebagai cara yang kurang dapat diterima dalam proses penilaian (Stufflebeam et a l , 1 9 7 2 , h . 1 1 - 1 2 ) . Bahkan dalam menilai hasil belajarpun, tidak semua

(23)

aspek hasil belajar dijadikan obyek penilaian. Seperti telah disinggung di atas, yang terutama d i n i l a i adalah hasil belajar dalam aspek pengetahuan yang menurut kon sep i n i dapat diukur (measurable) dengan alat penilai-an ypenilai-ang obyektif dpenilai-an dapat dibakukpenilai-an.

Sejalan dengan pandangan konsep Measurement, konsep Congruence pun cenderung untuk membatasi obyek penilaian pada aspek hasil belajar siswa. Dengan kata l a i n , yang langsung dinilai dalam konsep ini adalah tu juan atau hasil yang dicapai oleh kurikulum dimana ti-dak termasuk kedalamnya cara yang ditempuh untuk menca pai tujuan tersebut : "the curriculum evaluators take prlde in their assertion that they are evaluating the ends of instruction and not the means towards those e n d s " ( G l a s s , 1 9 7 1 , h . l 0 7 ) . Perbedaannya dari konsep Mea surement adalah bahwa hasil belajar yang menjadi obyek penilaian dalam konsep Congruence ini tidak terbatas hanya pada aspek pengetahuan, tapi mencakup berbagai aspek hasil belajar seperti ketrampilan dan sikap, se-jauh aspek-aspek ini tercantum sebagai tujuan yang i-ngin dicapai oleh kurikulum yang bersangkutan. Sebagai konsekwensinya, alat penilaian yang diperlukan, menu -rut konsep i n i , tidak terbatas pada test tertulis s a j a ,

tapi juga test perbuatan (performance t e s t ) , observasi, test lisan dan sebagainya.

(24)

-126

sep Educational System Evaluation menjadikan seluruh di_ mensi kurikulum atau program sebagai obyek penilaiannya. Dalam buku yang berjudul Improving Educational Assess -ment, Stake menegaskan bahwa :

As evaluators, we should make a record of a l l the following j what the author or teacher or school board intends to do, what-is provided on the way in an environraent. the transaction between teacher and learner, the student's progress, the side effects, and last and most important - the merits and short-comings seen by person from divergent view point.

( L e w y , l S 7 6 , h . l O ) .

Dengan kata l a i n , konsep ini menekankan pentingnya peni laian terhadap dimensi kurikulum/program secara menyelu ruh yang mencakup input, proses maupun hasil yang dica-pai. Sehubungan dengan i t u , jenis data yang dikumpulkan dalam proses penilaian mencakup baik data obyektif (ha-sil test) maupun data subyektif (judgmental d a t a ) . Demi_ kian pula teknik penilaian yang digunakan tidak hanya

terbatas pada test tapi juga mencakup angket, wawancara, observasi dan analisis dokumen t e r t u l i s .

Konsep Illuaination, ternyata banyak persesuaian nya dengan konsep yang baru saja kita bicarakan, dalam hal keluasan dari kegiatan penilaian. Konsep yang tera-khir ini memandang latar belakang program, proses pelak-sanaannya dan hasil yang dicapai sebagai obyek yang per lu dicakup dalam kegiatan penilaian. Yang tidak ditekan kan secara eksplisit didalam.konsep i n i adalah penilai-an terhadap bahpenilai-an-bahpenilai-an kurikulum ypenilai-ang dikembpenilai-angkpenilai-an

(25)

se-perti buku-buku pelajaran dan media pendidikan l a i n nya. Sehubungan dengan obyek penilaian yang dicakup nya, konsep ini menekankan pentingnya penggunaan da, ta obyektif maupun subyektif dalam proses penilaian sekalipun dewasa ini mereka lebih banyak mengguna -kan data subyektif, yang dikumpul-kan melalui

berba-gai cara penilaian.

Ketepatan Sasaran

Konsep Heasurement kurang memberikan sumbang an bagi penyempurnaan kurikulum pada setiap tahap £e ngembangan, Disamping kurang memadainya ruang ling -kup dan kesinambungan proses penilaian, data hasil belajar yang dihasilkan oleh konsep ini hanya men cerminkan kedudukan setiap individu didalam kelom -poknya. I n i berarti bahwa data hasil belajar yang dimaksudkan di atas tidak mencerminkan sejauh mana tujuan pendidikan yang diinginkan telah dapat dica-pai." Kelemahan ini bahkan diakui pula oleh Ebel s "Ebel (1962) has maintained that the essential roean ing of a studentfs performance is lost when it is said that he performs better than some particular percentage of his peers, unless it also can be spe-cified precisely just what it is that he can do

bet-ter than they" ( T h o r n d i k e , l 9 7 1 , h . 5 4 1 ) , Sumbangan yang diberikan oleh konsep ini dalam hubungan

(26)

de-128

ngan tujuan diadakannya penilaian kurikulum terletak pada pendekatannya dalam membandingkan efektifitas an-tara dua atau lebih program/metode pengajaran.

Konsep Congruence memberikan sumbangan yang rel a t i f relebih besar terhadap proses penyempurnaan kuri -kulum dibandingkan dengan konsep Measurement. Pertama, karena informasi hasil belajar yang dijadikan umpan-ba l i k bagi proses penyempurnaan kurikulum mencakup segi yang lebih luas yaitu pengetahuan, ketrampilan dan si-kap. Kedua, karena informasi yang dihasilkan dari

ke-giatan penilaian memang menggambarkan bagian-bagian ma. na dari tujuan yang masih belum tercapai. Sekalipun de mikian, berhubung penilaian dibatasi hanya pada aspek hasil belajar setelah program dilaksanakan, informasi hasil penilaian tidak memungkinkan dilakukannya penyem purnaan bahan kurikulum dan proses bela jar-menga jar pa. da tahap perencanaan dan pelaksanaan, sesuai dengan a-pa yang dikemukakan oleh Stufflebeam di bawah ini :

Thus, the definition of evaluation in congruence terms, relating outcomes to objectives, focused too much attention on behaviors as the ultimate criterion and sbaped evaluation, in practice at l e a s t , as a terminal process that yielded informal ion only after the process, curriculum program, or whatever had run a full cycle. (Stufflebeam et a l , 1 9 7 2 , h . 1 3 ) .

Dengan kata l a i n konsep Congruence i n i telah mu l a i mengintegrasikan penilaian dengan pengembangan ku-rikulum tapi belum memungkinkan diadakannya

(27)

penyempur-naan kurikulum secara bertahap dalam keseluruhan pro ses yang ditempuhnya»

Konsep Educational System Svaluation memung -kinkan terlaksananya proses penyempurnaan kurikulum dalam setiap tahap pengembangan, melalui penilaian -nya terhadap berbagai dimensi kurikulum dalam berba-gai tahap pengembangan» Disamping i t u , konsep inipun memungkinkan diperolehnya gambaran secara menyeluruh tentang kebaikan kurikulum yang baru dibandingkan de, ngan kurikulum yang ada ( G l a s s , 1 9 7 l , h . l 0 7 ) . Dengan demikian konsep penilaian ini tidak hanya menghasil-kan kesimpulan tentang sejauh mana kurikulum baru

tersebut telah mencapai tujuannya, tapi juga sejauh mana kurikulum baru tersebut lebih baik dibandingkan dengan kurikulum yang ada.

Konsep Illumination memungkinkan diperbaiki -nya proses pelaksanaan dan hasil yang dicapai selama kurikulum yang bersangkutan sedang dilaksanakan.

Data yang dikumpulkannya cukup luas termasuk kedalam -nya faktor-faktor yang diperkirakan menyebabkan

ter-jadinya situasi yang terlihat di lapangan. Penilaian terhadap keseluruhan situasi yang ada memungkinkan dihubungkannya faktor yang satu dengan faktor yang lain yang akhirnya akan menghasilkan input yang le-bih jelas bagi keperluan perbaikan program.(Farlett and Hamilton,1972,h.31-32). Keterbatasan dari konsep

(28)

ini adalah bahwa strategi penilaian yang ditempuh

-nya tidak memungkinkan dilakukan-nya penyempurnaan terhadap bahan kurikulum pada tahap disiapkannya ba. ha a tersebut.

d. Ketepatan V e r i f i k a s i

Konsep Keasurement menghasilkan alat penilai,

an yang obyektif dan baku, dan i n i merupakan kele

bihan yang menonjol dari konsep Measurement diban -dingkan dengan konsep-konsep yang l a i n .

Pengembang-an alat penilaiPengembang-an yPengembang-ang valid dPengembang-an reliable merupakPengembang-an

pusat perhatian dari konsep i n i , sehingga banyak yang berpandangan bahwa penilaian menurut konsep

i-ni merupakan "the science of instrument development and interpretation" (Stufflebeam et a 1 , 1 9 7 2 , h . 1 4 ) .

Alat-alat penilaian yang belum dibakukan dianggap kurang dapat mencapai tujuan penilaian yang

sesung-guhnya .

Konsep Congruence juga menekankan pentingnya dikembangkan alat penilaian yang obyektif. Salah sa. tu langkah yang penting dalam' pengembangan alat pe-nilaian untuk menilai tingkat pencapaian tujuan pen didikan adalah "determining how far the ratlng or

summarizing methods are objective when u s e d b y different p e r s o n s . ( T y l e r , 1 9 5 0 , h . 1 1 7 ) . Sekalipun demi -kian, berhubung aspek hasil belajar yang d i n i l a i ti

(29)

dak hanya terbatas pada pengetahuan tapi juga meli puti ketrarapilan dan sikap, tingkat obyektifitas a lat penilaian yang digunakan dalam konsep ini rela.

t i f lebih rendah dibandingkan dengan yang diguna -kan dalam konsep Measurement.

Berhubung jenis data yang ingin dikumpulkan mencakup data obyektif maupun data subyektif, mas,a lah obyektifitas alat penilaian -- khususnya dalam pengumpulan data subyektif — merupakan persoalan yang perlu mendapat perhatian dalam konsep Sducat-ional.System Svaluation. Mereka menyadari akan kelemahan i n i , tapi d i l a i n pihak mereka tetap ber -pandangan bahwa adanya unsur subyektifitas dalam proses pengumpulan judgmental data tidak mengurangi pentingnya data t e r s e b u t . ( G l a s s , 1 9 7 1 , h . 1 0 8 ) . Kare-na itu pengguKare-naan pedoman wawancara, angket dan ob

servasi yang berstruktur dikembangkan dengan lebih seksama untuk mengurangi efek subyektifitas sampai seminimal mungkin.

Diantara konsep-konsep penilaian yang telah kita bicarakan, kiranya konsep Illurnination yang paling 'lemah* ditinjau dari segi obyektifitas

pengamatan. Disamping data yang mereka kumpulkan pada umumnya data yang bersifat subyektif, dalam penggunaan alat pengumpulan data pun mereka

(30)

-132

mahan dari segi obyektifitas ini mereka coba menga-tasinya — dalam batas-batas tertentu — dengan mengadakan cross-check diantara data-data yang di-peroleh.

Kemanfaatan Hasil

Baik konsep Measurement maupun Con^ruence ku rang memungkinkan dihasilkannya informasi yang di-perlukan pada waktunya karena kegiatan penilaian d,i lakukan setelah program dilaksanakan di lapangan.

Perbaikan-perbaikan terhadap bahan kurikulum dan strategi pelaksanaannya baru dapat dilakukan sete-lah program selesai dilaksanakan dan d i n i l a i . Ini merupakan salah satu kelemahan dari kedua konsep pe. nilaian di atas.

Berbeda dengan kedua konsep yang terdahulu , konsep Educatlonal System Evaluation, memberikan ke mungkinan yang besar bagi kegiatan penyempurnaan program pada waktunya karena penilaian dilakukan pa. da setiap tahap. Dengan demikian, informasi hasil penilaian dapat langsung digunakan sebagai umpan-ba l i k untuk keperluan perbaikan sistem sebelum pro-gram kegiatan dilanjutkan ke tahap berikutnya. Se-bagai contoh, buku pelajaran yang banyak mengandung kelemahan akan dapat diperbaiki terlebih dahulu da-lam tahap perencanaan sebelum buku tersebut

(31)

terlan-jur dicobakan pada para siswa di sekolah.

Konsep Illumination, juga memberikan kesempa.t an kepada pengembang kurikulum untuk mengadakan per-baikan-perbaikan yang diperlukan selama program ma-sih dalam proses pelaksanaan dalam skala k e c i l . Pen^ amatan dan analisis hasil pengamatan dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkatj sebagaimana yang dikemukakan oleh Stufflebeam there is no appreci-able lag between data collection and judgment, no wait while data are being processed.(Stufflebeam et

a l , 1 9 7 2 , h . 1 4 ) . Keterbatasan yang masih terlihat

da-lam konsep ini adalah tidak adanya penilaian dan in-formasi hasil penilaian pada tahap perencanaan

keti-ka kurikulum sedang disusun.

Dapatnya Diterima

Efek dari pendekatan penilaian yang digunakan o leh konsep Measurement kurang dirasakan sebagai

ban-tuan oleh pihak pengembang kurikulum, karena inform_a si hasil penilaian kurang menunjukkan bagian -bagian mana dari hasil dan proses belajar yang perlu

disem-purnakan. Sebaliknya, penilaian yang dilakukan untuk membandingkan hasil belajar yang dicapai oleh kuriku lum baru dengan hasil yang dicapai oleh kurikulum yang ada, akan lebih banyak dirasakan sebagai 'ancam an1 dari pada sebagai bantuan.

(32)

134

Berbeda dengan konsep Measurement, pendekatan pe nilaian yang digunakan oleh konsep Congruence akan le-bih dirasakan sebagai bantuan oleh pihak pengembang ku-rikulum. Pertama, karena informasi yang dihasilkan mem-berikan petunjuk tentang bagian-bagian mana dari tujuan pendidikan yang belum dicapai'oleh para siswa. Kedua, konsep ini cenderung untuk tidak membandingkan hasil kurikulum baru dengan kurikulum yang ada. Dengan kata l a i n , penilaian yang dilaksanakan menurut konsep ini le bih bersifat formatif dalam arti untuk kepentingan per-baikan program pengajaran ( C r o n b a c h , l 9 7 l , h . l 3 ) .

Pendekatan penilaian yang digunakan oleh konsep Educational System Evaluation dalam banyak hal akan djL rasakan sebagai bantuan oleh pihak pengembang kurikulum. Dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan program, misal-nya, informasi hasil penilaian akan sangat bermanfaat bagi penyempurnaan bahan kurikulum, rencana kegiatan dan proses pelaksanaan. Sekalipun demikian, pada tahap penyimpulan, konsep ini menekankan pula pentingnya eva-luasi itu diakhiri dengan suatu "overall judgment of the relative worth of the program" ( G l a s s , l 9 7 l , h . l 0 5 ) . Untuk i n i , kegiatan membandingkan kurikulum yang baru dengan kurikulum yang lama perlu diadakan, hal mana se-ringkali dirasakan sebagai 'ancaman1 bagi kurikulum yang .bersangkutan. - . •

(33)

penilaian yang digunakan oleh konsep Illumina

t-ion akan lebih dirasakan sebagai bantuan oleh pi_ hak pengembang kurikulum. Pertama, karena pihak penilai lebih banyak berpartisipasi dalam kegiat. an-kegiatan pelaksanaan yang berlangsung seharihari. Kedua, karena hasil penilaian yang disam -paikan lebih banyak mengandung informasi dan sa-ran-saran yang diperlukan bagi penyempurnaan pe-laksanaan program.

Rangkuman Hasil Analisis

Dari hasil analisis yang dilakukan pada ba-gian yang l a l u , kini dapat kita tarik kesimpulan ine ngenai keserasian masing-masing konsep di atas di-tinjau dari keenam kriteria yang kita gunakan, se-bagai berikut :

a. Konsep Measurement mengandung beberapa kelemahan ditinjau dari kriteria kesinambungan, keluasan , ketepatan sasaran, kemanfaatan hasil dan dapat -nya diterima, bila dihubungkan dengan peranan-nya dalam proses pengembangan kurikulum. Segi yang merupakan kekuatan dari konsep ini terletak pada

tingkat obyektifitas data yang diperoleh dari ha s i l pengukuran, sebagai hasil dari dikembangkan-nya alat-alat penilaian yang obyektif dan baku.

(34)

156

b. Konsep Congruence memperlihatkan kelemahan yang sa-ma dengan konsep Measurement ditinjau dari kriteria kesinambungan dan kemanfaatan h a s i l . Dari segi ke-luasan dan ketepatan sasaran, konsep ini lebih baik dibandingkan dengan konsep Measurement sekalipun be lum memadai dibandingkan dengan konsep Educational System Evaluation maupun Illumination. Dilihat dari segi obyektifitas dan dapatnya diterima, konsep Congruence ini tergolong cukup baik.

c. Konsep Educational System Evaluation memperlihatkan banyak kelebihan dibandingkan dengan konsep-konsep yang l a i n ditinjau dari segi kesinambungan, keluas-an, ketepatan sasarkeluas-an, dan kemanfaatan h a s i l . Dari segi obyektifitas, konsep ini r e l a t i f lebih lemah dibandingkan dengan konsep Measurement dan Congru r ence, sedangkan dari segi dapatnya diterima, konsep inipun relatif lebih lemah dibandingkan dengan

kon-sep Congruence dan Illumination.

d. Akhirnya, konsep Illumination tergolong cukup kuat ditinjau dari segi kesinambungan, keluasan, ketepa_t an sasaran dan kemanfaatan, sekalipun tidak sekuat konsep Educational System Evaluation. Kelebihannya dari konsep Educational System Evaluation terletak pada segi dapatnya diterima. Kelemahan konsep ini

(35)

dibandingkan dengan konsep-konsep yang l a i n terletak pada obyektifitas data yang diperoleh, mengingat kon-sep ini banyak melibatkan .judgmental data dalam pro-ses penilaiannya.

Dalam bab yang akan datang, hasil analisis yang disimpulkan di dalam bab" ini akan ditinjau serta dibahas lebih lanjut sebagai dasar bagi pengembangan konsep penilaian yang akan disarankan nanti.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam lingkungan yang diciptakannya ini, baik lingkungan nyata maupun lingkungan abstrak manusia berinteraksi, sehingga dari satu sisi manusia menjadi bagian

Penelitian ini bertujuan untuk evaluasi turnover agen sebagai akibat perubahan kebijakan yang terjadi di kantor agen CommSpirit Commonwealth Life. Metode yang

Dalam beberapa kasus, menjadi social entrepreneur dalam konteks ini mengabdi sebagai volunteer atau amil lembaga zakat belumlah menjadi pilihan utama sebagian

Secara umum manfaat penelitian ini adalah dalam rangka pengembangan ilmu pangan terutama dalam bidang mikrobiologi pangan, dan secara khusus penelitian ini dilaksanakan

untuk melikuidasi persekutuan, seperti penagihan piutang, konversi aset non kas menjadi kas, pembayaran kewajiban  persekutuan, dan distribusi laba bersih yang

Hal ini juga dipengaruhi oleh karakteristik ibu hamil yang dapat mempengaruhi kepatuhan dalam mengkonsumsi dtablet bei (Fe), dimana kurangnya daya beli makanan sumber zat besi (Fe)

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dikelas, tidak hanya tergantung dalam penguasaan bahan ajar atau penggunaan metode pembelajaran, tetapi proses pembelajaran yang baik

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Urusan Ketahanan Pangan dan Urusan Kelautan dan Perikanan Tahun 2016 disusun sebagai salah satu bentuk