• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN. penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, metode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN. penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, metode"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Bab ini menguraikan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari: Jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, variabel dan defenisi operasional, metode pengukuran, metode analisis data, dan pertimbangan etik.

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dalam kelompok pra eksperimen tanpa pembanding menggunakan teknik one group pre test dan post test. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi protokol Caring pada penerimaan pasien baru terhadap perilaku Caring perawat di ruang rawat inap.

Rancangan penelitian yaitu mengambil sampel pasien yang baru pertama kali di rawat inap, kemudian dilakukan pre test kepada sampel yaitu pasien tentang perilakuCaring perawat saat menerima pasien di ruang rawat inap. Setelah mendapat hasil pre test, dilakukan intervensi kepada responden yaitu perawat Intervensi yang dilakukan berupa sosialisasi dan roleplay protokol Caring saat penerimaan pasien baru. Setelah intervensi selama dua minggu dilakukan post test kepada responden pada saat penerimaan pasien baru untuk mengetahui pengaruh aplikasi protokol Caring pada penerimaan pasien baru.

(2)

24

Skema 3.1. Rancangan Penelitian

Keterangan :

O1 : Pengukuran Kemampuan Awal Kelompok Experimen dengan memberikan kuesioner kepada pasien baru di ruang rawat inap dan mengukur perilaku Caring perawat saat menerima pasien baru

O2 : Pengukuran Kemampuan Akhir Kelompok Experimen dengan memberikan kuesioner kepada pasien yang baru pertama kali di rawat inap dan melakukan observasi perilaku Caring perawat saat menerima pasien baru

X : IntervensiProtokol Caring pada penerimaan pasien baru dilakukan sosialisasi dan roleplay protokol penerimaan pasienbaru

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan, dengan pertimbangan karena di usianya yang ke lima Rumah sakit ini sudah terakreditasi dalam lima pelayanan dasar dan sudah mampu menjadi sebuah Rumah Sakit yang diperhitungkan di kota Medan serta terbuka menerima perubahan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Selain itu RSU Bunda Thamrin Medan belum pernah ada penelitian tentang

(3)

aplikasi protokol Caring perawat pada penerimaan pasien baru. Penelitian ini akan dilakukan mulai dari tanggal 4 Juli 2016 hingga 3 Agustus 2016.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kasus atau masalah yang akan diteliti (Polit & Beck,2012). Populasi pada penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSU Bunda Thamrin saat dilakukan survey awal berjumlah 150 orang juga pasien yang di rawat inap.

Metode pengambilan sampel yang dipergunakan adalah probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberi peluang atau kesempatan bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel dengan cara simple random sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria sampelnya adalah perawat dengan latar belakang pendidikan minimal Diploma Tiga Keperawatan mempunyai masa kerja lebih dari empat bulan di ruang rawat inap.Kriteria sampel untuk pasien adalah minimal berusia 17 tahun dan baru pertama kali di rawat inap di RSU Bunda Thamrin Medan.

Untuk membuat estimasi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan power analysis. Menurut Polit dan Hungler (1999) power analysis ini bertujuan untuk menetapkan ukuran sampel, sehingga menunjukkan hasil yang lebih signifikan selain itu dapat juga menentukan kekuatan uji statistik. Pada penelitian ini peneliti menetapkan nilai α sebesar 0,05, γ sebesar 0.80, dan 1-β sebesar 0.30.Maka sampel penelitian ini sesuai dengan tabel power analysis adalah berjumlah 44 orang.

(4)

26

3.4 Metode dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri, dengan menggunakanmetode dan alat sebagai berikut :

3.4.1. Metode Pengumpulan Data

Metode yang di pakai dalam pengumpulan data adalah pasien report dan observasi. Pasien Report yaitu kuesioner yang dibagikan kepada pasien baru yang bersedia menjadi responden sebelum dilakukan intervensi dan kemudian kuesioner ini akan diberikan lagi kepada pasien baru setelah dilakukan intervensi.

3.4.2. Alat

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat: kuesioner dan lembar checklist observasi.

1. Kuesioner

Terdiri dari 2 buah kuesioner yaitu kuesiner data demografi dan kuesioner pengukuran perilaku Caring perawat.Kuesioner ini disusun peneliti berdasarkan Sepuluh Carative Faktor Perilaku Caring menurut Swanson yang juga telah diaplikasikan ke protocol Caring penerimaan pasien baru. 2. Checklist observasi tentang perilaku Caring perawat

Format checklist observasi untuk mengukur perilaku Caring perawat diadopsi dari Caring Behavior Inventory terdiri dari 24 item. Instrumen ini menggunakan 6 poin skala likert yaitu: tidak pernah (1), Hampir Tidak Pernah (2), Kadang-Kadang (3), Sering (4), Hampir Selalu (5), Selalu (6)

(5)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat, dengan identifikasi sebagai berikut yaitu variabel bebas adalah protokol Caring perawat, dan variabel terikat adalah perilaku Caring perawat.

Perilaku Caring perawat adalah perilaku perawat saat menerima pasien baru di ruang rawat inap dengan menyambut pasien dengan ramah dan mengerti akan kebutuhan pasien. Perilaku Caring perawat diukur dengan menggunakan 2 instrumen yaitu dengan menggunakan instrument kuesioner dab lembar observasi. Instumrn kuesioner perilaku Caring terdiri dari 15 item dengan dua pilihan jawaban yaitu dilakukan (2) dan tidak dilakukan (1).Instrumen mempunyai skala rasio. Perilaku Caring diukur menjadi beberapa kategori yang diantaranya Perilaku Caring baik (26-30), Perilaku Caring cukup (21-25), dan Perilaku Caring kurang (15-20). Lembar observasi terdiri dari 5 item dengan dua pilihan jawaban yaitu dilakukan (2) dan tidak dilakukan (1). Lembar observasi memiliki skala rasio. Perilaku Caring diukur menjadi beberapa kategori yang diantaranya Perilaku Caringbaik (9-10), Perilaku Caring Cukup (7-8), dan Perilaku Caringkurang (5-6). Data akan ditunjukkan dalam disribusi Mean,Standar Deviasi,Frekwensi dan Persentase.

3.6. Protokol Caring

Panduan praktik Protokol Caring: panduan praktik protokol Caring akan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan beberapa referensi buku dan jurnal penelitian. Panduan ini berisi tentang pengertian Caring, keuntungan berperilaku Caring, panduan protokol model Caring berdasarkan 10 faktor carative Watson

(6)

28

meliputi: 1) Pembentukan sistem nilai humanistik, 2) Kepercayaan – harapan, 3) Pengembangan sensitivitas pada diri sendiri dan orang lain, 4) Pengembangan rasa saling percaya, hubungan Caring, 5) Promosi dan penerimaan ekspresi pada perasaan positif dan negatif, 6) Menggunakan suatu pemecahan masalah yang kreatif, 7) Melakukan pengajaran transpersonal, 8) Memberikan suatu lingkungan yang mendukung, melindungi, dan perbaikan mental, fisik, sosial, dan spiritual, 9) Membantu memenuhi kebutuhan dasar dengan kepuasan, dan 10) Mengizinkan kekuatan eksistensial-fenomenologi-spiritual.

3.7. Validitas dan Reliabilitas 3.7.1 Validitas

Uji validitas terlebih dahulu dilakukan sebelum pengumpulan data, dengan tujuan kuesioner dan lembar checklist observasi yang dipersiapkan layak untuk digunakan sebagai alat ukur mewakili variabel yang ada dalam penelitian. Uji validitas instrumen penelitian ini menggunakan validitas constract (construct validity). Uji validitas akan dilakukan oleh tiga orang ahli.

3.7.2 Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya dengan tepat dengan menggunakan methode Cronbach’s Alpha dengan ketentuan jika nilai r – alpha > 0,60 maka pernyataan dinyatakan reliabel (Polit & Beck, 2012).

(7)

3.8. Metode Analisis Data

Setelah semua data dikumpul, maka peneliti melakukan analisa data dan melalui beberapa tahap. Pertama, memeriksa kelengkapan identitas dan data responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah terisi. Setelah itu, mengklarifikasi dan mentabulasikan data yang telah dikumpulkan serta dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

3.8.1. Analisa data univariat

Analisa statistik univariat akan menguji frekuensi atau rata-rata nilai dari variabel-variabel (Polit & Beck, 2012). Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat, dimana data untuk menampilkan data demografi, dalam bentuk tabel frekuensi, persentase, mean, dan standar deviasi (SD), rentang.

3.8.2. Analisa data bivariat

Analisa statistik bivariat digunakan dalam menggambarkan hubungan diantara dua variabel (Polit & Beck, 2012). Uji hipotesis menggunakan Independent t-test. Uji tersebut untuk menguji efektivitas protokol Caringpada kelompok intervensi, dengan nilai yang signifikan (p). Untuk menginterpretasikan nilai signifikan (p), jika nilai p kurang dari atau sama dengan nilai α (0.05) berarti perbedaan yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa alternatif (Ha) diterima dan dapat diinterpretasikan sebagai adanya perbedaan perilaku Caring pada kelompok intervensi dan jika nilai p lebih dari nilai α (0.05) berarti perbedaan yang tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa

(8)

30

alternatif (Ha) ditolak dan dapat diinterpretasikan sebagai tidak terdapatnya perbedaan perilaku Caring pada kelompok intervensi.

3.8.3. Asumsi uji statistik pada penelitian quasi-eksperimen

Dalam statistik parametrik, diperlukan asumsi tentang distribusi variabel-variabel dan estimasi sebuah parameter. Misalnya distribusi variabel-variabel yang normal. Data yang digunakan bersifat rasio atau interval. Distribusi frekuensi, Scatter plots juga dapat memberikan informasi apakah asumsi terpenuhi atau tidak (Polit & Beck, 2012). Asumsi pada uji perbedaan akan dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan tes parametrik, berada pada distribusi yang normal dengan menampilkan kurva normal dan linear serta homogen.

Dalam menguji kenormalan data dapat dilakukan dengan tiga cara meliputi: melihat grafik histogram dan kurva normal, menggunakan nilai Skewness dan standar errornya, dan uji Kolmogorov-Smirnov dengan nilai kemaknaan (p) > 0.05. Dalam menguji homogenitas dan varians dilakukan dengan Levene test dengan kemaknaan (p) > 0.05.

3.9. Pertimbangan Etik

Proposal yang telah dibuat dan disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara (etical clearance). Izin dalam pengumpulan data akan didapatkan dari direktur Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan. Tujuan dan prosedur dalam penelitian ini akan dijelaskan pada staf perawat rumah sakit.

(9)

Setelah terdata dan ditetapkan sebagai kelompok intervensi dan kontrol, sampel diinformasikan tentang tujuan dan prosedur penelitian. Pada kelompok intervensi, waktu yang digunakan dan aktivitas akan didiskusikan secara individu. Untuk memastikan pemahaman penuh pada sampel. Sampel akan diyakinkan tentang kerahasiaan hasilnya. Data akan dijaga dan dihapus setelah penelitian ini selesai. Data akan ditulis tanpa nama (anonymity). Di samping itu, responden diinformasikan tidak ada risiko fisik ketika berpartisipasi dalam penelitian ini (maleficience). Responden bebas untuk menolak dalam berpartisipasi setiap saat selama dalam penelitian ini (autonomy). Selain itu juga, mereka diinformasikan tidak ada dikenakan biaya selama berpartisipasi dan akan diberikan penghargaan (beneficience)

(10)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian adalah untuk menguji aplikasi protokol Caring terhadap perilaku Caring perawat. Bab ini menunjukkan hasil penelitian. Hasil tersebut berdasarkan 44 pasien baru masuk dan perawat di ruang rawat Inap RSU Bunda Thamrin Medan.Hasil menunjukkan tiga bagian meliputi: deskripsi lokasi penelitian, data demografi responden, perilakuCaringperawat, dan hasil analisis.

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di ruang rawat inap RSU Bunda Thamrin Medan.Lokasi penelitian ini dipilih karena diusianya yang ke lima RSU Bunda Thamrin sudah terakreditasi dalam lima pelayanan dasar dan sudah mampu menjadi sebuah Rumah Sakit yang diperhitungkan di kota Medan serta terbuka menerima perubahan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.Selain itu RSU Bunda Thamrin belum pernah ada penelitian tentang Aplikasi Protocol Caring Perawat pada Penerimaan Pasien baru.

Jumlahpasien yang masukuntukrawatinapmulaidari bulan april adalah 2428 pasien dengan rata rataperbulansebanyak 809 pasien.Pasien yang datang terdiridaripasienbarudanadajuga yang sebelumnyasudahpernah di rawatinap di RSU BundaThamrin Medan.

(11)

Ruang rawat inap sebanyak 137 kamar yang terdiri dari 6 kamar kelas 3, 11 kamar kelas 2, 43 kamar kelas 1,40 kamar VIP, 24 kamar SVIP dan 13 kamar Executive.Ruang rawat inap tersebar di lantai 3,lantai 5,lantai 6 dan lantai 7 untuk gedung 1 dan lantai 5,lantai 6 dan lantai 7 untuk gedung 2.

4.2. Data Demografi Responden

Data yang berhubungan dengan karakteristik demografi pada responden (pasien baru) ditunjukkan oleh Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Hasil menunjukkan bahwa pasien pada kedua kelompok adalah perempuan (52.72%) pada pre aplikasi dan (63.64%) pada post aplikasi. Pada kategori umur responden pada kelompok pre aplikasi adalah 41-50 tahun (29.55%) dan > 50 tahun (36.36%) pada kelompok post aplikasi. Responden dari kedua kelompok mempunyai suku batak (54.55% pada kelompok pre aplikasi dan 50.00% pada kelompok post aplikasi). Pada kedua kelompok tersebut, responden mempunyai pendidikan SMP/SMA (54.55% pada kelompok pre aplikasi dan 63.64% pada kelompok post aplikasi. Kebanyakan status pernikahan pada kedua kelompok adalah belum menikah (70.54% pada kelompok pre aplikasi dan 77.27% pada kelompok post aplikasi). Pada kedua kelompok, status pekerjaaannya adalah bekerja (56.82 pada kelompok pre aplikasi dan 61.36 pada kelompok post aplikasi).

Data yang berhubungan dengan karakteristik demografi perawat ditunjukkan pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. lebih dari 80% menunjukkan responden perawat adalah perempuan. Sebagian besar umur responden perawat berada pada kategori 25-35 tahun, dimana pada pre aplikasi dan post aplikasi sebesar 61.36%. Mayoritas responden dari kedua kelompok mempunyai

(12)

34

pendidikan D3 Keperawatan (75.00% pada kelompok pre aplikasi dan 86.36% pada kelompok post aplikasi). Pada kategori suku, kebanyakan dari mereka mempunyai suku batak (77.27% pada pre aplikasi dan 68.18 pada post aplikasi). Mayoritas pada kedua kelompok belum menikah, dimana pada kelompok pre aplikasi 75% dan pada kelompok post aplikasi sebesar 81.82%. pada kategori lama bekerja perawat, kelompok pre aplikasi dan post aplikasi perawat berada pada 2-5 tahun (72.73% dan 77.27%).

Tabel 4.1.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Pasien Pre Aplikasi Protokol Caring Pada Penerimaan Pasien Baru Tahun 2016 (N=44)

Karakteristik f % Umur < 21 5 11.36 21-30 11 25.00 31-40 3 6.82 41-50 13 29.55 > 50 10 22.73 Jenis kelamin Laki-laki 20 45.45 Perempuan 23 52.27 Suku Batak 24 54.55 Jawa 14 31.82 Melayu 1 2.27 Lain-lain 5 11.36 Tingkat pendidikan SMP/SMA 24 54.55 D3 4 9.09 S1 14 31.82 S2 2 4.55 Status pernikahan Menikah 31 70.45 Belum menikah 12 27.27 Duda 1 2.27 Status pekerjaan Bekerja 25 56.82 Tidak bekerja 16 36.36 Mahasiswa 2 4.55 Pensiun 1 2.27

(13)

Tabel 4.2.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Pasien Post Aplikasi Protokol Caring Pada Penerimaan Pasien Baru Tahun 2016 (N=44)

Karakteristik f % Umur < 21 3 6.82 21-30 13 29.55 31-40 6 13.64 41-50 6 13.64 > 50 16 36.36 Jenis kelamin Laki-laki 16 36.36 Perempuan 28 63.64 Suku Batak 22 50.00 Jawa 12 27.27 Melayu 1 2.27 Lain-lain 1 2.27 Tingkat pendidikan SMP/SMA 28 63.64 D3 1 2.27 S1 15 34.09 Status pernikahan Menikah 34 77.27 Belum menikah 10 22.73 Status pekerjaan Bekerja 27 61.36 Tidak bekerja 7 15.91 Mahasiswa 3 6.82 Pensiun 7 15.91

(14)

36

Tabel 4.3.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Perawat Pre Aplikasi Protokol Caring Pada Penerimaan Pasien Baru Tahun 2016 (N=44)

Karakteristik f % Umur < 25 13 29.55 25-35 27 61.36 > 35 4 9.09 Jenis kelamin Laki-laki 3 6.82 Perempuan 41 93.18 Suku Batak 34 77.27 Jawa 3 6.82 Aceh 1 2.27 Lain-lain 6 13.64 Tingkat pendidikan D3 33 75.00 S1 11 25.00 Status pernikahan Menikah 11 25.00 Belum menikah 33 75.00 Lama bekerja < 2 Tahun 10 22.73 2-5 Tahun 32 72.73 > 5 Tahun 2 4.55

(15)

Tabel 4.4.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Perawat Post Aplikasi Protokol Caring Pada Penerimaan Pasien Baru Tahun 2016 (N=44)

Karakteristik f % Umur < 25 16 36.36 25-35 27 61.36 > 35 1 2.27 Jenis kelamin Laki-laki 8 18.18 Perempuan 36 81.82 Suku Batak 30 68.18 Jawa 13 29.55 Minang 1 2.27 Tingkat pendidikan D3 38 83.36 S1 6 13.64 Status pernikahan Menikah 8 18.18 Belum menikah 36 81.82 Lama bekerja < 2 Tahun 9 20.45 2-5 Tahun 34 77.27 > 5 Tahun 1 2.27 4.3. PerilakuCaring perawat 4.3.1. Pre aplikasi protokolCaring

PerilakuCaring perawat pada penerimaan pasien baru di ruang rawat inap pre aplikasi protocol Caring didapatkan hasil untuk perilakuCaring yang “baik” berdasarkan kuesioner sebanyak 37 responden (84 %) sedangkan berdasarkan observasi didapatkan sebanyak 41 responden (93 %).

Nilai mean perilaku Caring berdasarkan kuesioner pada pre aplikasi protokol Caring adalah 12.50 (SD= 2.08) dan 1.98 (SD=1.38) pada perilaku Caring berdasarkan observasi. Nilai minimum perilaku Caring perawat pada penerimaan

(16)

38

pasien baru berdasarkan kuesioner berada pada nilai 21 (1 orang) sedangkan pada observasi berada pada nilai 5 (9 orang). Data perilakuCaring perawat yang berdasarkan kuesioner dan observasi ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.5.

Distribusi Mean dan Standar Deviasi Perilaku Caring Berdasarkan Kuesioner dan Observasi Sebelum Aplikasi Protokol Caring Tahun 2016 (n=44)

Variabel M SD

Pre Aplikasi

Perilaku Caring berdasarkan kuesioner 12.50 2.08 Perilaku Caring berdasarkan observasi 1.98 1.38

4.3.2.Post aplikasi protokol Caring

PerilakuCaring perawat pada penerimaan pasien baru di ruang rawat inap post aplikasi protocol Caring didapatkan hasil untuk perilakuCaring yang “baik” berdasarkan kuesioner sebanyak 43 responden (97,7 %) sedangkan berdasarkan observasi didapatkan sebanyak 41 responden (93 %).

Nilai mean perilaku Caring berdasarkan kuesioner pada post aplikasi protokol Caring adalah 14.45 (SD= 4.75) dan 1.10 (SD=0.70) pada perilaku Caring berdasarkan observasi. Data perilaku Caring perawat yang berdasarkan kuesioner dan observasi ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.6.

Distribusi Mean dan Standar Deviasi Perilaku Caring Berdasarkan Kuesioner dan Observasi Sesudah Aplikasi Protokol Caring Tahun 2016

Variabel M SD

Pre Aplikasi

Perilaku Caring berdasarkan kuesioner 14.45 4.75 Perilaku Caring berdasarkan observasi 1.10 0.70

(17)

4.4. Pengaruh Aplikasi Protokol Caring Pada Penerimaan Pasien Baru di Ruang RawatInap Terhadap Perilaku Caring Perawat

PerilakuCaring perawat berdasarkan kuesioner dengan menggunakan

Paired t-test menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang

signifikanperilakuCaringantara kelompok pre test dan post test (t=-4.81, p= 0.00) (Tabel 4.3.)

Tabel 4.7.

Pengaruh Aplikasi Protokol Caring Berdasarkan Kuesioner Pada Kelompok

Pre Test dan Post Test(n=44)

Kelompok Perilaku Caring berdasarkan kuesioner Mean (SD) min-max t p (1-tailed) Pre test 12.50 (2.08) 6-15 -4.81 0.00* Post test 14.45 (1.10) 10-15 *p<0.05

Perilaku Caring perawat berdasarkan observasi dengan menggunakan Paired t-test menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikanperilakuCaringantara kelompok pre test dan post test (t=-11.01, p= 0.00) (Tabel 4.4.)

Tabel 4.8.

Pengaruh Aplikasi Protokol CaringBerdasarkan Observasi pada Kelompok

Pre Test dan Post Test

Kelompok Perilaku Caring berdasarkan observasi Mean (SD) min-max t p (1-tailed) Pre test 1.98 (1.38) 0-5 -11.01 0.00* Post test 4.75 (0.70) 1-5 *p<0.05

(18)

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian tentang perilakuCaring perawat,pengaruh aplikasi protocol Caring pada penerimaan pasien baru di ruang rawat inap dan keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian yang akan diuraikan dibawah ini.

Data Demografi Responden

Data yang berhubungan dengan karakteristik demografi perawat ditunjukkan pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. lebih dari 80% menunjukkan responden perawat adalah perempuan. Sebagian besar umur responden perawat berada pada kategori 25-35 tahun, dimana pada pre aplikasi dan post aplikasi sebesar 61.36%. Mayoritas kedua kelompok mempunyai pendidikan D3 Keperawatan 75.00% pada kelompok pre aplikasi dan 86.36% pada kelompok post aplikasi. Pada kategori suku, kebanyakan dari mereka mempunyai suku batak (77.27% pada pre aplikasi dan 68.18 pada post aplikasi). Mayoritas pada kedua kelompok belum menikah, dimana pada kelompok pre aplikasi 75% dan pada kelompok post aplikasi sebesar 81.82%. pada kategori lama bekerja perawat, kelompok pre aplikasi dan post aplikasi perawat berada pada 2-5 tahun (72.73% dan 77.27%). Hal ini juga didukung oleh penelitian Prompahakul et al. (2011), yang menunjukkan bahwa pengalaman, pengetahuan dan tingkat pendidikan perawat mempengaruhi perilaku Caring perawat (91,6%). Valizadeh et al. (2012) menemukan bahwa pengalaman perawat sangat berpengaruh terhadap perilaku

(19)

Caringnya kepada pasien. Artinya semakin tinggi pendidikan perawat dan lamanya bekerja membuat perawat memiliki perilakuCaring yang baik.

5.1. Demografi Perawat

Hasil penelitian menunjukan umur perawat berada pada kategori 25-35 tahun (61.36) hal ini menunjukkan usia tenaga perawat pada usia produktif dan telah memasuki tahap pemantapan pilihan karir, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Dessler (2008). Tenaga perawat pada usia ini merupakan aset bagi rumah sakit karena mempunyai kinerja dan produktifitas yang baik bagi pelayanan keperawatan, pada usia ini tenaga perawat mempunyai kematangan jiwa, lebih bijaksana dan berfikir lebih rasional hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Siagian (2010), sehingga diharapkan tenaga perawat pada usia ini memiliki perilakuCaring karena Caring membutuhkan interaksi, kasih sayang, empati, perilaku menolong secara langsung, koping, pengurangan stres yang spesifik, sentuhan, pengasuhan, bantuan, pengawasan dan perlindungan, Leininger (1977) dalam Morrison dan Burnard (2009)

Hasil penelitian menunjukan 80% perawat adalah perempuanhal ini menunjukan bahwa profesi perawat identik dengan profesi yang membutuhkan insting mengasihi dan ketulusan dalam merawat yang tercermin dalam naluri seorang ibu (mother instinct). Profesi perawat lebih diminati oleh perempuan dibandingkan laki-laki karena perempuan lebih memiliki naluri untuk merawat diri sendiri dan secara kodrati perempuan memiliki kepekaan dan secara tabiat perempuan lebih intuitif.

(20)

42

Hasil penelitian ditemukan pendidikan lama bekerja perawat pada kelompok pre aplikasi dan post aplikasi perawat berada mayoritas dari kedua kelompok mempunyai pendidikan D3 Keperawatan (75.00% dan 86.36%), dan lama bekerja pada 2-5 tahun (72.73% dan 77.27%), hal ini menunjukan bahwa pendidikan dan pengalaman kerja perawat menentukan perilakuCaringCaring dalam melaksanakan tugasnya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Penelitian ini sejalan dengan Mizuno et al (2005) yang menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap perilakuCaring perawat dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja. Perawat yang memiliki pendidikan dan pengalaman kerja memiliki Caring pada pasien.Hal ini juga didukung oleh penelitian Prompahakul et al (2011), menyatakan pengalaman, pengetahuan dan tingkat pendidikan perawat mempengaruhi perilaku Caring perawat (91,6%). Hal yang serupa juga dinyatakan Valizadeh et al (2012) menemukan bahwa pengalaman perawat sangat berpengaruh terhadap perilaku Caringnya kepada pasien.Pengalaman bekerja dapat membentuk seorang perawat berperilaku Caring yang baik sesuai dengan persepsi pasien, terutama kemampuan perawat dalam berkomunikasi dengan pasien. Komunikasi perawat dapat menjadi salah satu kunci sukses dalam melakukan asuhan keperawatan. Perawat yang bersifat Caring dalam membina hubungan dengan orang lain juga harus menunjukkan sikap empati dan mudah didekati serta mau mendengarkan orang lain. Perawat tersebut lebih peka, mudah bergaul, sopan dan mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang lain (Morison & Burnard,2009)

(21)

Nasir & Muhith (2011) menyatakan Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat yang sangat dipengaruhi oleh variabel individu, organisasi, dan psikologis.Perilaku Caring tidak dapat terbentukdalam waktu yang singkat karena perilaku merupakan interaksi dari pengetahuan, persepsi dan motivasi dari individu tersebut dalam melakukan Caring, sehingga pembelajaran pada berbagai unsur Caring hendaknya telah dibangun sejak perawat dalam masa pendidikan.

5.2. PerilakuCaring perawat.

5.1.1.PerilakuCaring perawat pre aplikasi Protocol Caring.

Penilaian perilakuCaring perawat pada penerimaan pasien baru di ruang rawat inap dari kuesioner didapatkan data sebanyak 84% responden (pasien) mengatakan bahwa perawat sudah berperilakuCaring sedangkan dari data observasi sebanyak 20,45 % responden (perawat) belum memperlihatkan perilakuCaring pada penerimaan pasien baru.

Tabel 5.1.

Distribusi Mean dan Standar Deviasi Perilaku Caring Berdasarkan Kuesioner dan Observasi Sebelum Aplikasi Protokol Caring Tahun 2016 (n=44)

Variabel M SD

Pre Aplikasi

Perilaku Caring berdasarkan kuesioner 12.50 2.08 Perilaku Caring berdasarkan observasi 1.98 1.38

(22)

44

Penerapan perilaku Caring perawat yang belum optimal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti yang dibantu kepala ruang Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan. Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam memberikan asuhan keperawatan sebagian besar perawat tida memperkenalkan diri pada pasien, tidak menjelaskan perannya pada pasien, jarang menyediakan waktu khusus untuk mengkaji secara mendalam masalah yang dialami pasien, terutama terkait dengan masalah psikologis, jarang membantu pasien untuk kegiatan ibadah dan kurang memberikan motivasi terhadap masalah yang dihadapi pasien. Sebagian kecil perawat masih ada yang kurang memberikan perhatian penuh pada pasien, kurang ramah, tidak menjelaskan prosedur tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Perilaku Caring perawat yang belum optimal ini dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan diantaranya kurang maksimalnya motivasi dan kesadaran perawat untuk menerapkan perilaku Caring, kurangnya pemahaman perawat akan karatif Caring serta rutinitas pekerjaan perawat. Ketidakoptimalan perilaku Caring perawat ini, merupakan hal yang kurang positif bagi pelayanan keperawatan dirumah sakit, karena Caring merupakan etik dan ideal moral dari keperawatan yang memerlukan kualitas interpersonal dan humanistik (Watson 2005, dalam Tomey & Alligood, 2006). Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien seharusnya lebih meningkatkan kepeduliannya pada pasien dengan cara memberi perhatian, rasa nyaman, dukungan, kepercayaan, yang ditunjukkan dengan kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan dan memahami klien (Potter & Perry, 2009). Belum optimalnya perilaku Caring perawat ini juga dapat mempengaruhi kualitas

(23)

pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien, serta dapat berdampak terhadap kepuasan pasien. Perilaku perawat yang baik akan meningkatkan penilaian pasien terhadap kualitas pelayanan yang diberikan (Wijono, 1999). Perilaku perawat yang diharapkan pasien adalah perilaku yang Caring, yaitu perhatian dan perlakuan perawat terhadap pasien dengan baik. Pendekatan dan perilaku Caring perawat juga merupakan dasar dari proses interpersonal perawat – pasien (Sitorus, 2009). Oleh karena itu, penerapan perilaku Caring perawat ini perlu mendapatkan perhatian khusus dan pengelolaan yang lebih baik dari rumah sakit. Perilaku Caring dapat diterapkan dengan baik, bila perawat memiliki pemahaman yang baik tentang perilaku Caring tersebut. Pemahaman perawat tentang perilaku Caring dapat diperoleh salah satunya melalui pelatihan, karena pelatihan merupakan metode terorganisasi yang memastikan bahwa seseorang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk tujuan khusus yaitu mereka mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas kerja (Marquis & Huston, 2010).

5.1.2.PerilakuCaring perawat post aplikasi Protokol Caring

PerilakuCaring perawat pada penerimaan pasien baru di ruang rawat inap terjadi peningkatan post aplikasi protocol Caring. Peningkatan ini dapat dilihat berdasarkan penilaian baik dari kuesioner maupun berdasarkan observasi.

PerilakuCaring perawat pada penerimaan pasien baru di ruang rawat inap post aplikasi protocol Caring didapatkan hasil untuk perilakuCaring yang “baik” berdasarkan kuesioner sebanyak 43 responden (97,7 %) sedangkan berdasarkan observasi didapatkan sebanyak 41 responden (93 %).

(24)

46

Nilai mean perilaku Caring berdasarkan kuesioner pada post aplikasi protokol Caring adalah 14.45 (SD= 4.75) dan 1.10 (SD=0.70) pada perilaku Caring berdasarkan observasi. Data perilaku Caring perawat yang berdasarkan kuesioner dan observasi ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 5.2.

Distribusi Mean dan Standar Deviasi Perilaku Caring Berdasarkan Kuesioner dan Observasi Sesudah Aplikasi Protokol Caring Tahun 2016

Variabel M SD

Pre Aplikasi

Perilaku Caring berdasarkan kuesioner 14.45 4.75 Perilaku Caring berdasarkan observasi 1.10 0.70

Hasil penelitian tentang penerapan perilaku Caring perawat di Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan ini, menunjukkan bahwa pelatihan dan bimbingan perilaku Caring dapat meningkatkan penerapan perilaku Caring perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Peningkatan ini dapat terlihat dari perilaku perawat dalam penerapan sepuluh karatif Caring Watson, terutama pada karatif empat tentang membina hubungan saling percaya, karatif lima tentang pengekspresian perasaan positif dan negatif, karatif tujuh tentang belajar mengajar, serta karatif delapan tentang menyediakan lingkungan yang mendukung. Beberapa item pernyataan dari ke empat karatif ini sebagian besar tidak diterapkan oleh perawat pelaksana di sebelum mendapatkan pelatihan dan bimbingan perilaku Caring, tetapi sesudah perawat mendapatkan pelatihan dan bimbingan perilaku Caring, ke empat karatif ini sudah diterapkan oleh sebagian besar perawat. Empat karatif diatas sangat penting dalam membina hubungan interpersonal perawat dengan pasien, dimana hubungan saling percaya

(25)

antara perawat dan pasien akan meningkatkan penerimaan terhadap perasaan positif dan negatif antara perawat – pasien serta perawat harus menerima perasaan pasien serta memahami perilaku mereka. Perawat juga harus menyediakan waktu untuk pasien mengekspresikan perasaannya, memberikan informasi pada pasien tentang kesehatannya serta perawat harus menciptakan lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit pasien (Tomey & Alligood, 2006; Asmadi, 2008). Penerapan karatif Caring perawat pada pasien dilakukan secara interpersonal dimana perawat memulai dengan menjalin hubungan yang lebih familiar dengan pasien diantaranya seperti memanggil nama pasien sesuai dengan nama kesenangannya, perawat memperkenalkan diri dan menjelaskan perannya, merespon panggilan pasien dengan cepat, membantu pasien untuk menjalankan ibadah, lebih perhatian dan peduli terhadap masalah yang dihadapi pasien baik secara bio, psiko, sosio spiritual. Hal ini sesuai dengan pendapat Watson (1979, dalam Tomey & Alligood, 2006) yang menyatakan bahwa seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diantaranya harus berdasarkan pada nilainilai kemanusiaan, mampu meningkatkan sensitivitas terhadap diri pribadi dan orang lain, membina hubungan saling percaya, memahami ekspansi klien secara emosional maupun intelektual, menciptakan lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit individu. Oleh karena itu perilaku Caring harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam, dan Caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan ketulusan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

(26)

48

pada pasien. Berdasarkan hasil penelitian diatas, perawat dapat menerapkan karatif Caring dengan optimal diperlukan bimbingan yang maksimal dan supervisi yang rutin supaya perawat terbiasa dan menjadikan Caring sebagai budaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Glembocki & Dunn (2010) tentang membangun budaya Caring melalui pelatihan, menginformasikan adanya peningkatan pengetahuan perawat tentang perilaku Caring sebelum dan sesudah pelatihan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Sutriyanti (2009), Muttaqin (2008) yang menyatakan bahwa ada peningkatan yang bermakana antara perilaku Caring perawat sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan dan bimbingan perilaku Caring. Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian (2009) yang menyatakan bahwa pelatihan dapat membantu pegawai/ perawat untuk bekerja dan berperilaku lebih baik, membuat keputusan lebih baik, serta meningkatkan kemampuan dan percaya diri dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dalam pekerjaan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Watson (1985 dalam George, 1990) yang menyatakan bahwa Caring merupakan karakteristik interpersonal yang tidak diturunkan melalui genetik tetapi dipelajari melalui suatu pendidikan sebagai budaya profesi. Watson (1979, dalam Tomey & Alligood, 2006) menyatakan bahwa struktur ilmu Caring dibangun dari sepuluh faktor karatif yang dikenal dengan Watson’s Ten Carative Factors yang merupakan panduan dalam pemberian asuhan keperawatan dan dapat mendukung proses penyembuhan klien. Perilaku Caring harus ditanamkan dan menjadi budaya yang melekat disetiap diri perawat, karena Caring merupakan inti dalam praktek keperawatan (Dwidiyanti, 2007). Penerapan perilaku Caring pada klien

(27)

memerlukan pengembangan pengetahuan, ketrampilan, keahlian, empati, komunikasi, kompetensi klinik, keahlian teknik dan ketrampilan interpersonal perawat, serta adanya rasa tanggung jawab perawat untuk menerapkannya pada klien. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dijelaskan dalam Morrison & Burnard (2009) yang menyatakan bahwa Caring merupakan sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi tertentu pada klien. Aktivitas peran ini diterapkan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan berupa kehadiran, sentuhan kasih sayang, selalu mendengarkan dan memahami klien (Potter & Perry, 2009).

5.2. Pengaruh AplikasiProtokol Caring padaPenerimaan Pasien Baru terhadap PerilakuCaring Perawat di Ruang Rawat Inap.

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh aplikasi protocol Caring pada penerimaan pasien baru terhadap perilakuCaring perawat di ruang rawat inap sebelum (pre aplikasi) dengan sesudah aplikasi (post aplikasi) protocol Caring dengan penilaian kuesioner pre test dan post test (t=-4.81, p= 0.00) dan penilaian observasi pre test dan post test (t=-11.01, p= 0.00), sehingga dengan hasil p= 0.00 dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil pengaruh aplikasi protokol Caring terhadap perilakuCaring perawat pada penerimaan pasien baru di ruang rawat inap mengalami peningkatan berdasarkan kuesioner maupun observasi. PerilakuCaring perawat pada penerimaan pasien baru menjadi “Baik” di karenakan kepatuhan perawat dalam melaksanakan protocol Caring yang dibangun/dilakukan sebagai panduan atau pedoman dalam membangun dan

(28)

50

membentuk kultur Caring pada rumah sakit (Luk,2009). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa ada pengaruh Aplikasi Penerimaaan Pasien baru berbasis perilaku Caring perawat mempunyai hubungan dengan tingkat kepuasan pasien diruang rawat inap rumah sakit. Pernyataan ini didukung teori yang dikemukan oleh Potter dkk., (2009) bahwa sikap perawat yang berhubungan dengan Caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang dan selalu mendengarkan klien. Sentuhan Caring suatu bentuk komunikasi non verbal yang dapatmempengaruhi kenyamanan klien, meningkatkan harga diri klien, memperbaiki orientasi tentang kenyataan (Watson, 1994) dalam Potter dkk.,(2009). Semakin baik perilaku Caring perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan, pasien atau keluarga semakin senang dalam menerima pelayanan, berarti hubungan terapeutik perawat-klien semakin terbina. Berdasarkan hasil wawancara dengan , responden ditemukan bahwa merasa puas dengan perawat yang ramah, mudah senyum, sopan dan memberi perhatian. Pernyataan responden tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa Caring merupakan praktik keperawatan dimana perawat membantu klien pulih dari sakitnya. Kehadiran, kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, sikap mau mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat kepada klien akan membentuk suasana keterbukaan dan saling mengerti, serta perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur keperawatan akan memberikan rasa aman pada klien (Potter., 2009). Teori lain mengatakan bahwa perawatan yang efektif hanya mungkin dilakukan oleh seorang perawat yang menaru minat terhadap orang lain, tanpa menghiraukan umur, jenis

(29)

kelamin, latar belakang dan status sosial ekonomi (Singgih dkk.,2012). Menurut Morrison., (2008) bahwa keperawatan dan Caring adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dan pada saat yang sama mengindikasikan bahwa beberapa aktivitas praktik dilakukan dalam proses Caring di lingkungan keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku Caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien, namun masih terdapat 6,2% yang kurang puas dengan perilaku Caring perawat. Hal ini dapat disebabkan oleh pengalaman dan faktor demografi responden dalam menerima pelayanan perawat. Pernyataan ini didukung teori yang dikemukakan oleh Singgih., (2012) bahwa seorang pasien yang pada masa sehat terbiasa hidup dengan pelayanan yang sepenuhnya dipusatkan pada pemuasan semua keinginan, tentu sewaktu mendapat perawatan akan menuntut perlakuan yang sesuai dengan yang diperolehnya dalam hidup sehari-hari. Kepuasan pasien dapat diukur dengan indikatorindikator: kepuasan terhadap akses layanan, mutu layanan kesehatan dan kepuasan terhadap proses layanan kesehatan termasuk hubungan antar manusia (Pohan, 2006). Pada penelitian ini terdapat 3,1% yang mempunyai persepsi kurang baik tentang perilaku Caring perawat (kurang Caring) namun merasa puas. Hal ini dapat disebabkan oleh cara perawat dalam hubungannya dengan pesien/ keluarga. Pernyataan ini didukung teori bahwa perawat yang dapat meyakinkan pasien/keluarga akan memperoleh kepercayaan daripasien, sehingga secara tidak langsung dapat membantu membentuk sikap positif pasien terhadap perawat (Singgih dkk.,2012). Ada orang sakit yang ingin selalu diperhatikan dan menarik perhatian perawat, ada pula pasien yang sungkan dan segan untuk memanggil dan

(30)

52

meminta bantuan perawat (Singgih dkk.,2012). Dari beberapa teori dan hasil penelitian tentang perilaku Caring perawat dengan kepuasan pasien sangat erat hubungannya karena perlakuan perawat sebagai provider dimana pelayanan perawat harus dapat dirasakan dan memberi dampak yang positif terhadap pasien sebagai customer (pelanggan) pelayanan keperawatan di rumah sakit (Sitorus, 2011). Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome) layanan kesehatan. Dengan demikian, kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan dari peningkatan layanan kesehatan. Analisis survei kepuasan pasien yang berkesinambungan akan menghasilkan informasi baik untuk inovasi organisasi ataupun sikap personel dengan tujuan baik kearah peningkatan kepuasan pasien ataupu peningkatan mutu layanan kesehatan (Pohan, 2006).

Watson (2007) menyatakan bahwa Caring merupakan landasan moral yang menyeluruh, sebuah komitmen yang tertinggi dan terdalam untuk tetap melaksanakan integritas dan menjaga hubungan dengan pasien,keluarga, masyarakat dan dunia keperawatan. Penampilan dan sambutan awal perawat merupakan hal pertama yang diperhatikan pasien, kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama (Sitorus, 2011).

Untuk dapat menyambut pasien (responden) maka perawat (responden) membutuhkan sebuan panduan atau protocol untuk dapat mengaplikasikan Caring pada penerimaan pasien baru.Dengan adanya protocol Caringpada penerimaan pasien baru maka diperoleh adanya peningkatan perilakuCaring perawat pada penerimaan pasien baru di ruang rawat inap.

(31)

5.3. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam melakukan penelitian ini adalah pengambilan sampel menggunakan simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada pasien yang sesuai dengan kriteria dan mendapat persetujuan.Sehingga memiliki kelemahan yaitu belum tentu mewakili dari populasi yang ada.Sebaiknya untuk penelitian berikutnya dilakukan tehnik pengambilan sampling dengan menggunakan random sampling, sehingga sampel yang diambil dapat mewakili populasi yang ada.

Peneliti mengalami keterbatasan pada sampel perawat dimana perawat yang telah bekerja lebih dari empat bulan banyak yang belum memiliki baju seragam dan banyak juga yang memakai baju seragam yang sebenarnya sudah tidak layak lagi. Kondisi baju seragam kerja yang tidak baik ini menyebabkan perawat tidak percaya diri pada saat melakukan protocol Caring pada penerimaan pasien baru.Keterbatasan ini sudah disampaikan kepada pihak SDM Rumah Sakit agar mempercepat pengadaan baju seragam sehingga tidak mempengaruhi kinerja perawat.

Desain yang digunakan peneliti terbatas hanya mengetahui ada tidaknya pengaruh aplikasi protocol Caring terhadap perilakuCaring perawat dengan membandingkan hasil sebelum (pre test) dan sesudah (post test) aplikasi protocol Caring.Penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan pada satu kelompok saja yaitu kelompok intervensi, sedangkan untuk kelompok kontrol tidak dilakukan penelitian. Sebaiknya untuk desain penelitian kuasi eksperimen, dilakukan juga pada kelompok control sebagai kelompok pembanding.

(32)

54

Dalam penyusunan lembar observasi perilakuCaring perawat saat menerima pasien baru, peneliti hanya menggunakan beberapa bagian dari kuesioner perilakuCaring perawat saat menerima pasien baru sehingga kurang mewakili pengaruh aplikasi perilakuCaring perawat saat menerima pasien baru. Sebaiknya dalam pembuatan checklist observasi perilakuCaring perawat lebih banyak lagi faktor-faktor yang dimasukkan agar pengaruh aplikasi protocol Caringlebih dapat diidentifikasi.

(33)

Pengaruh Aplikasi Protokol Caring pada Penerimaan Pasien Baru terhadap PerilakuCaring Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Medan menunjukan ada perbedaan antara perilakuCaring perawat yang belum menjalankan protokol Caring dengan perilakuCaring perawat yang telah menjalankan protokol Caring. Ada peningkatan yang signifikan pada perawat setelah menerima protokol Caringp = 0.000.

Hasil penelitian didapatkan bahwa perilakuCaring perawat pada penerimaan pasien baru pre aplikasi protocol Caring berdasarkan kuesioner didapatkan 1 orang dengan nilai minimum (21) sedangkan pada observasi didapatkan 9 orang dengan nilai minimum (5). PerilakuCaring perawat pada penerimaan pasien baru mengalami peningkatan menjadi 1 orang dengan nilai minimum (25) pada kuesioner dan 3 orang dengan nilai minimum (8)

Hasil perbedaan perilakuCaring perawat pada penerimaan pasien baru pre dan post aplikasi protocol Caring mengalami peningkatan yang signifikan berdasarkan penilaian kuesioner dan juga observasi.

(34)

56

6.2. SARAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh aplikasi protokol Caring pada penerimaan pasien baru terhadap perilakuCaring perawat, sehingga peneliti ingin menyarankan agar protocol Caring pada penerimaan pasien baru dapat dilakukan dalam praktek keperawatan di semua ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan.

Dengan adanya pengaruh aplikasi protocol Caring pada penerimaan pasien baru, peneliti juga mengharapkan agar protocol Caring diajarkan kepada semua perawat pada masa orientasi pegawai baru. Pegawai baru satu persatu dilatih dan dilakukan rollplay sehingga pada saat di pelayanan dapat dilaksanakan dengan baik.

Peneliti mengharapkan bagi penelitian keperawatan,agar penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam praktek keperawatan yang mengaplikasikan Caring. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih mempertimbangkan jumlah sampel yang akan dijadikan responden serta menggunakan kuasi eksperimen lebih baik dengan menggunakan dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebagai pembanding, menggunakan random sampling dan melakukan perlakuan pada responden.

Referensi

Dokumen terkait

Materi pelatihan sumber daya manusia merupakan materi atau kurikulum yang sesuai dengan tujuan pelatihan sumber daya manusia yang hendak dicapai oleh perusahaan dan materi

Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi dan merupakan bagian dari pendidikan yang menyangkut

Hasil analisis uji warna mie dengan penambahan ekstrak abu jerami dan ekstrak kunyit yang menggunakan analisis sidik ragam, menunjukkan perbedaan yang nyata antar

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kehidupan penuh rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

Karakteristik energi gelombang Kelvin di tropopause pada kondisi La Nina hampir sama dengan saat kondisi Normal yaitu menguat di atas wilayah sekitar kepulauan Indonesia, tetapi

Janita (2009:4) menyatakan merek menjadi sebuah kontrak kepercayaan antara perusahaan dan konsumen, karena merek menjamin adanya konsistensi bahwa sebuah produk

Penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Monica (2016) dan Wismaryanto (2013) yang menyatakan bahwa ROA

Pandangan terhadap revolusi yang digambarkan oleh Orwell dalam novel ini merupakan suatu yang pesimistik, karena menurutnya sebuah revolusi yang dilakukan dengan cara