• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. (kemelaratan) bagi sebagian orang. Kaum miskin tetap ada dan fakta pun tetap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. (kemelaratan) bagi sebagian orang. Kaum miskin tetap ada dan fakta pun tetap"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan dari kondisi tertentu menjadi kondisi yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi umat manusia. Saat pembangunan berusaha menciptakan kemakuran bagi seluruh masyarakat, pada saat yang sama pembangunan pun menciptakan suatu kondisi yang sebaliknya (kemelaratan) bagi sebagian orang. Kaum miskin tetap ada dan fakta pun tetap menunjukkan bahwa pembangunan tidak dapat membantu mereka.

Begitu pula yang terjadi dengan kaum kelompok usia anak. Dalam tinjauan sosiologis, banyak fakta menunjukkan bahwa hak-hak dasar anak banyak yang belum terpenuhi. Angka kematian bayi yang masih tinggi bertentangan dengan pemenuhan hak hidup anak yang seharusnya dijamin oleh negara; kasus-kasus busung lapar menunjukkan bahwa hak tumbuh kembang anak masih mengalami gangguan dalam pemenuhannya; kasus-kasus penjualan dan kekerasan terhadap anak, trafficking anak, eksploitasi seksual dan ekonomi anak yang mana melanggar hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan dan rendahnya akses anak-anak terhadap proses pengambilan keputusan menunjukkan hak partisipasi anak belum terpenuhi (Shalahuddin, 2010; KPPA, 2011a).

Menurut Raharjo (dalam KPPA, 2011a), salah satu faktor yang diyakini sebagai penyebab terjadinya hal tersebut adalah karena orang dewasa tidak punya keinginan yang kuat untuk mendengar suara anak, anak tidak diberi ruang, kesempatan dan waktu untuk turut berpartisipasi mengenai hal-hal yang

(2)

menyangkut diri mereka. Banyak orang dewasa beranggapan bahwa segala sesuatu yang cocok bagi mereka cocok pula untuk anak-anak. Namun, faktanya anak mempunyai ‘dunia’ tersendiri yang tidak mudah dimengerti oleh orang dewasa.

Berdasarkan beberapa hal di atas, dan sesuai tujuan pembangunan itu sendiri, partisipasi anak dalam menentukan kepentingan dan kebutuhannya baik mencakup kehidupan pribadi maupun sosialnya merupakan suatu keharusan. Seperti diketahui bersama, pembangunan dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bermanfaat bagi kebaikan umat manusia, termasuk kelompok usia anak. Partisipasi anak dalam pembangunan sangat menentukan kualitas hasil dan manfaat pembangunan bagi anak-anak serta berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak.

Partisipasi, menurut Rogers dan Shoemaker (dalam Harun & Ardianto, 2011), adalah tingkat keterlibatan anggota sistem sosial dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi anggota sistem sosial dalam pembuatan keputusan berhubungan positif dengan kepuasan mereka terhadap keputusan inovasi kolektif. Ini berarti bahwa semakin tinggi partisipasi anggota masyarakat, khususnya anak-anak, dalam proses pengambilan keputusan, semakin besar pula tingkat kepuasan mereka terhadap keputusan.

Partisipasi juga merupakan suatu upaya aktif dari individu yang terlibat dalam bentuk tenaga, pemikiran, ataupun materi. Hal ini mengindikasikan bahwa individu tersebut tidak hanya sebagai penerima manfaat dari kegiatan pembangunan namun juga ikut merencanakan, menentukan, melaksanakan,

(3)

memantau dan mengevaluasi kegiatan pembangunan. Begitu pula dengan kegiatan pembangunan atau pengembangan masyarakat yang di dalamnya termasuk pengembangan untuk kelompok usia anak. Anak perlu mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan dirinya dan kehidupan sosial kemasyarakatan di lingkungannya, sehingga anak mampu mengidentifikasi masalahnya dan menentukan kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan anak (dirinya). Hal tersebut yang dapat membantu proses tumbuh-kembang anak menjadi lebih optimal dan terjamin, baik dari segi fisik maupun sosialnya (Shalahuddin, 2010).

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak (2011) menekankan bahwa implementasi partisipasi anak bertujuan menjamin agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, baik segi fisik, mental, maupun sosial. Termasuk di dalamnya juga adalah upaya mengembangkan potensi dan kreativitas anak yang bersangkutan, baik pada aspek pemikiran maupun keterlibatannya di dalam kegiatan (pembangunan). Terpenting dari semua itu adalah diperlukannya suatu kesadaran bersama bahwa yang paling mengetahui masalah, kebutuhan dan keinginan anak adalah anak itu sendiri1.

Di samping itu, potensi dan kreativitas anak harus dikembangkan untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan pada setiap kebijakan yang berimplikasi pada nasib anak. Selama ini partisipasi anak masih belum mendapat perhatian yang memadai, baik dari kalangan pemerintah maupun masyarakat pada umumnya. Terjadinya hal ini dimungkinkan karena adanya pemahaman banyak

1

Hal ini dikemukakan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak RI dalam acara peringatan “Hari Anak Nasional dan Menuju Kota Layak Anak”, lihat Harian Kompas, Edisi 23 Juli 2011.

(4)

pihak yang menganggap bahwa cara berpikir anak masih belum matang, sehingga dianggap belum mampu untuk ikut serta berpartisipasi dalam pembangunan (KPPA RI, 2011).

Masalah rendahnya partisipasi anak dalam proses pembangunan dipengaruhi oleh beberapa aspek, antara lain dapat ditinjau dari sisi: (1) kebijakan pemerintah, dan (2) kondisi sosial-budaya. Kesadaran tentang pentingnya partisipasi anak dalam setiap proses pembangunan selama ini masih terbatas dipahami dengan baik pada tingkat pemerintahan pusat saja.

Sementara pada tingkat pemerintahan daerah di beberapa tempat tampaknya kesadaran semacam ini masih belum memadai. Dua hal yang diduga sebagai penyebabnya adalah, pertama, kurangnya sosialisasi peraturan, dalam hal ini Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak2 (Permeneg PP dan PA), terkait dengan partisipasi anak. Kedua, masih kurangnya pengetahuan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan semangat dari Permeneg PP dan PA, bahkan hingga ketika Petunjuk Teknis pelaksanaannya dikeluarkan.

Sementara itu, ditinjau dari aspek sosial budaya, dukungan orang dewasa kepada anak-anak belum memadai bagi terwujudnya partisipasi anak secara optimal. Hal ini dapat dijumpai pada beberapa institusi di masyarakat seperti

2

Kebijakan pemerintah secara khusus tentang partisipasi anak tertuang dalam Permeneg PP & PA No. 3 Tahun 2011 Tentang Kebijakan Partisipasi Anak Dalam Pembangunan, serta Permeneg PP & PA No. 4 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kebijakan Partisipasi Anak Dalam Pembangunan. Pada dasarnya, kedua kebijakan ini menguraikan upaya pemerintah dalam mengupayakan partisipasi anak dalam pembangunan beserta mekanisme pelaksanaannya, termasuk salah satunya adalah dibentuknya Forum Anak. Melalui forum ini, diharapkan menjadi ruang sekaligus wadah bagi pengembangan partisipasi anak, yang saat ini tengah dikembangkan oleh pemerintah secara berjenjang dari tingkat daerah kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional.

(5)

keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya secara luas. Di tingkat keluarga, misalnya lazim dijumpai orang tua yang berpandangan bahwa seorang anak seharusnya tunduk di bawah keinginan dan arahan mereka. Sementara itu, suara anak dianggap belum penting karena tingkat pemikirannya yang belum matang. Hal serupa juga masih terjadi di institusi pendidikan. Di sekolah, misalnya beberapa guru masih sulit menerima sikap kritis—yang tentu saja timbul karena keingintahuannya—dari murid-muridnya. Beberapa kalangan menganggap bahwa kurikulum pendidikan belum mengakomodasi hal-hal yang memungkinkan tumbuhnya partisipasi anak di dalam lingkungannya.

Kondisi serupa juga masih ditemui pada berbagai institusi sosial-politik-budaya yang ada di masyarakat saat ini. Realitas paling mudah diamati dari hal ini adalah belum dilibatkannya anak-anak dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), dalam semua tingkatan pelaksanaannya. Dengan demikian, berbagai keinginan, harapan, dan aspirasi anak secara luas menyangkut diri dan kehidupannya tidak memperoleh sambutan dari lingkungannya. Dari berbagai hal yang dianggap sebagai faktor sosial budaya ini, dipandang secara simultan turut mempengaruhi kondisi partisipasi anak.

Dengan mengacu pada Permeneg PP & PA RI No. 3 Tahun 2011 beserta petunjuk pelaksanaannya melalui Permeneg PP & PA RI No. 4 Tahun 2011, partisipasi anak dapat dipahami sebagai upaya memberi kesempatan, ruang dan wadah bagi anak untuk menyampaikan aspirasi, pendapat dan keinginannya. Sebagai upaya konkret dan sungguh-sungguh dari pemerintah dalam mewujudkan

(6)

tercapainya partisipasi anak dalam pembangunan adalah dibentuknya Forum Anak seperti dicantumkan dalam peraturan tersebut.

Forum Anak merupakan organisasi atau lembaga sosial yang digunakan sebagai wadah pengembangan bagi anak3 (khususnya dalam hal partisipasi anak), yang anggotanya merupakan perwakilan dari kelompok anak atau kelompok kegiatan anak, dikelola oleh anak-anak dan dibina oleh pemerintah. Forum Anak dalam artian tersebut, bermakna sebagai wadah atau sarana yang digunakan untuk pertemuan, tempat berkumpul anak atau kelompok kegiatan anak dalam membahas berbagai hal yang berhubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban anak. Di samping itu, juga menjadi tempat anak-anak untuk belajar, berinteraksi sosial dengan sesama teman sebayanya, mengenali masalah dan mencari solusi dengan cara yang dipilih anak-anak4.

Bagi pemerintah sendiri, Forum Anak bermakna sebagai media untuk mendengar dan memenuhi aspirasi, suara, pendapat, keinginan dan kebutuhan anak dalam proses pembangunan. Forum Anak dibentuk dan dibina oleh pemerintah secara berjenjang dalam rangka memenuhi hak partisipasi anak. Hal tersebut secara tegas telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 03 tahun 2011

3

Anak, (dalam konsep keanggotaan Forum Anak) yaitu anak-anak dengan rentang usia 13 sampai 18 tahun. Namun demikian anak-anak yang aktif berpartisipasi biasanya mereka yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pendapat, keinginan, dan kebutuhannya secara verbal(dikutip dari “Buku Saku Pemenuhan Hak Partisipasi Anak”, 2011, Jakarta: Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia)

4

Sumber tertulis diambil dari Buku Pedoman Pengembangan Forum Anak Nasional, 2012a, Jakarta: Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KPPA), untuk stakeholders yang terkait di bidang anak. Sementara itu, sumber tidak tertulis didapatkan dari hasil wawancara dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Provinsi DIY.

(7)

tentang Kebijakan Partisipasi Anak Dalam Pembangunan. Pengembangan Forum Anak merupakan implementasi dari peraturan menteri tersebut.

Forum Anak diperlukan karena suara, aspirasi, kebutuhan dan kepentingan anak diperlukan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap proses pembangunan nasional5. Hal itu menjadi penting, tidak hanya dikarenakan 35 (tiga puluh lima) persen dari jumlah penduduk Indonesia adalah usia anak6, tetapi juga karena adanya perintah undang-undang di bidang partisipasi anak. Di samping itu, juga adanya komitmen masyarakat internasional dan kondisi objektif bahwa anak-anak menghadapi berbagai kesenjangan sosial yang membuat mereka dalam kondisi rentan sehingga suara dan aspirasi anak mutlak didengar dan direspon secara sungguh-sungguh dan proporsional dalam setiap tahapan pembangunan.

Ada beberapa alasan utama, mengapa pemerintah terus berupaya dalam mengembangkan dan membina Forum Anak. Alasan pertama, perlunya partisipasi anak dalam pembangunan. Perlunya partisipasi anak dalam pembangunan dan kehidupan sosial masyarakat merupakan amanah undang-undang, yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, pasal 4 yang menyatakan bahwa:“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat

5

Lebih lanjut dapat dibaca dalam penjelasan dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 04 tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kebijakan Partisipasi Anak Dalam Pembangunan.

6

Informasi mengenai data tersebut dikutip dari buku saku berjudul “Pemenuhan Hak Partisipasi Anak”, yang diedarkan oleh Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KPPA, 2011).

(8)

kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.” Selanjutnya, Forum Anak juga merupakan media sekaligus wadah untuk memenuhi hak partisipasi anak tersebut, seperti tertuang dalam pasal 10 Undang-Undang ini bahwa: “setiap anak berhak untuk menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima dan mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai kesusilaan dan kepatutan.” Demikian pula pada pasal 24 UU ini dengan jelas menyatakan bahwa:”Negara dan Pemerintah menjamin anak untuk dapat mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak.”

Alasan kedua, perlunya wadah bagi anak untuk mengembangkan potensi dan kreativitas anak, baik secara pemikiran maupun di dalam kegiatan. Kemampuan anak juga harus dikembangkan dan digerakkan untuk bisa berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan, khususnya terhadap setiap kebijakan yang berakibat atau berhubungan dengan kepentingan anak. Selama ini masih banyak keputusan orang dewasa yang ditujukan untuk anak, namun ternyata tidak sepenuhnya sesuai dengan kepentingan anak. Padahal pihak yang paling mengetahui masalah, kebutuhan dan keinginan anak adalah anak itu sendiri.

Oleh sebab itu, pemerintah terus mengembangkan dan membina Forum Anak agar anak memiliki wadah, sarana dan kesempatan yang luas untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan kehidupan sosial kemasyarakatan di

(9)

lingkungannya sebagai bagian dari proses tumbuh kembang, pematangan wawasan dan kemampuan anak.

Alasan ketiga, pemenuhan hak anak secara kolektif. Meskipun pemenuhan hak anak telah dijamin oleh undang-undang dan berbagai konvensi internasional, namun tidak dengan sendirinya hak tersebut terpenuhi. Penyebabnya adalah di samping masih terbatas pemahaman aparatur pemerintah terhadap undang-undang tersebut, terdapat juga pemahaman yang berbeda-beda di antara instansi pemerintahan, khususnya di tingkat daerah, dalam hal pemenuhan hak anak. secara individu, setiap anak dapat saja menuntut haknya, tetapi akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan secara kolektif.

Oleh karena itu, pemerintah membentuk Forum Anak sebagai salah satu upaya pemerintah dalam menjamin terpenuhinya hak anak secara kolektif. Dengan demikian, Forum Anak merupakan media bagi anak-anak dalam menyuarakan aspirasinya, sekaligus wadah menuntut bila terdapat hak-haknya yang belum terpenuhi.

Dari ketiga alasan yang telah ditunjukkan di atas, tampak jelas diperlukannya suatu wadah formal bagi anak-anak untuk turut serta berpartisipasi dalam pembangunan. Forum Anak yang secara resmi dibentuk oleh pemerintah menjadi penting karena peranannya dalam dua hal, yaitu: pertama, forum ini dapat menjadi wadah yang dapat menjembatani kepentingan anak-anak dan kepentingan orang dewasa, khususnya pemerintah. Kedua, Forum Anak menjadi media komunikasi dalam membangun pengertian antara anak-anak, orang dewasa,

(10)

orang tua, pemerintah dan masyarakat dalam memenuhi hak anak, khususnya hak partisipasi anak.

Dalam proses pengembangan sekaligus pembinaan Forum Anak, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun lembaga non pemerintah7 juga diikutsertakan. Dalam proses tersebut, pemerintah dan lembaga non pemerintah bersama-sama berupaya dalam memfasilitasi dan memberikan akses bagi Forum Anak. Salah satu diantaranya, adalah dengan memfasilitasi dengan stimulan kegiatan.

Pada prinsipnya kegiatan Forum Anak ditentukan oleh anak-anak sendiri, mereka (pemerintah dan lembaga non pemerintah) hanya berperan sebagai fasilitator. Kegiatan yang difasilitasi, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anak, baik secara individu maupun kolektif. Beberapa kegiatan yang disupport sekaligus menjadi kegiatan di dalam pembinaan dan penguatan Forum Anak, meliputi: (1) sosialisasi KHA8 dan UUPA9, (2) pemberian akses untuk mengikuti musrenbang, (3) pelatihan untuk pengembangan organisasi/forum, (4) pelatihan untuk pengembangan bakat, minat dan kemampuan anak, (5) kongres anak (tingkat kabupaten, provinsi dan nasional), (6) pertemuan Forum Anak di tingkat yang lebih tinggi, (7) kemitraan dengan unit kerja pemerintah yang menangani anak.

7

Lembaga non pemerintah yang terkait dengan bidang anak, misalnya Unicef, Unesco, LSM lokal/internasional yang bekerja di bidang anak, LBH Anak, KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia).

8 KHA singkatan dari Konvensi Hak-Hak Anak yang merupakan perjanjian antar bangsa-bangsa tentang hak-hak anak sedunia. KHA disetujui PBB pada tahun 1989 dan telah diratifikasi oleh lebih dari 150 negara di dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri telah lebih dari sepuluh tahun yang lalu telah memutuskan untuk mengakui konvensi ini.

9 UUPA singkatan dari Undang Perlindungan Anak, yakni berpijak pada Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

(11)

Pemerintah dan lembaga non pemerintah, berperan tidak hanya mengembangkan Forum Anak sebagai organisasi namun seharusnya juga kualitas pengembangan anak (dalam hal ini pengembangan partisipasi anak) dalam Forum Anak. Partisipasi anak, khususnya di dalam kegiatan Forum Anak, akan lebih baik jika selalu mendapatkan dampingan dari orang dewasa (tidak hanya pemerintah dan lembaga non pemerintah, tetapi juga masyarakat), mengingat kondisi psikologis anak yang belum stabil. Dalam hal ini, orang dewasa sebaiknya berperan selaku fasilitator yang memiliki fungsi mengarahkan (bukan mendikte), membimbing, memotivasi, dan menjembatani komunikasi anak.

Pengembangan anak melalui Forum Anak sebagai bentuk pemenuhan hak partisipasi anak khususnya dalam pembangunan, juga diimplementasikan oleh pemerintah di tiap-tiap provinsi di Indonesia. Menurut hasil wawancara dengan Staf Bidang Perlindungan Anak pada Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM)10, 33 (tiga puluh tiga) provinsi di seluruh Indonesia, termasuk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengimplementasikan kebijakan dari Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 03 tahun 2011 tentang Kebijakan Partisipasi Anak Dalam Pembangunan.

Forum Anak Daerah Istimewa Yogyakarta (FAD) telah diinisiasi dan dibentuk oleh pemerintah provinsi melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) Provinsi DIY, pada tahun 2008. Dalam proses inisiasi tersebut, BPPM juga mengajak serta Lembaga Non Pemerintahan, seperti LPA

10

Sumber dari wawancara dengan Ibu Santi dan Antik, staf bidang Perlindungan Anak pada Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) Provinsi DIY, tahun 2012.

(12)

(Lembaga Perlindungan Anak) Yogyakarta, dan LSM yang bekerja di bidang anak (SOS Children’s Village). Untuk selanjutnya, proses pengembangan, pembinaan dan penguatan terhadap FAD dilakukan oleh BPPM bersama lembaga non pemerintah tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, partisipasi anak dalam kegiatan Forum Anak perlu mendapat perhatian lebih lanjut agar keberlanjutan Forum Anak terus terjaga, dan hal tersebut yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian tentang partisipasi anak (sebagai wujud dari pengembangan/pemberdayaan anak) dalam kegiatan Forum Anak.

1.2 Perumusan Masalah

Pengembangan dan pembinaan Forum Anak telah menjadi program nasional dari pemerintah khususnya Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, dan telah diimplementasikan di 33 provinsi di Indonesia, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Anak-anak, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), telah diberikan ruang sekaligus wadah untuk pengembangan anak (khususnya pengembangan partisipasi anak) oleh pemerintah maupun lembagan non pemerintah (misalnya, LSM) selaku orang dewasa yang berwujud Forum Anak. Namun faktanya, antusiasme anak-anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan Forum Anak, mengalami fluktuasi semangat atau antusiasme yang cenderung belum stabil dari waktu ke waktu.

(13)

Berdasarkan hasil wawancara pada saat pra-survei penelitian, didapatkan informasi bahwa dalam menggerakkan dan menumbuhkan kesadaran partisipasi anak, khususnya dalam kegiatan Forum Anak, bukanlah sesuatu yang mudah dilaksanakan atau implementasinya banyak mengalami beberapa kendala dan hambatan. Mengingat masing-masing anak memiliki tingkat emosional atau psikologis yang tidak sama. Terkadang seorang anak, dalam suatu waktu, bisa memiliki semangat yang sangat tinggi (sangat antusias) bahkan terkadang tampak sikap euforia dari anak-anak tersebut. Namun, di waktu yang berbeda, semangat atau antusiasnya sering menurun.

Baik anak-anak sebagai pengurus maupun anggota Forum Anak, tidak jarang mengalami penurunan antusiasme dalam berkegiatan di Forum Anak. Pada akhirnya, mereka pun kemudian jarang melibatkan diri dalam berbagai kegiatan di Forum Anak. Padahal, pada saat awal pembentukan kepengurusan Forum Anak, tercatat banyak anak yang antusias untuk bergabung dan melibatkan diri dalam beberapa kegiatan di Forum Anak.

Sementara itu, kondisi lainnya11, adalah antusiasme anggota untuk berpartisipasi dalam kegiatan Forum Anak terlihat sangat tinggi hanya ketika pada saat hari pelaksanaan kegiatan tiba (hari H). Namun, ketika perencanaan dan evaluasi kegiatan, antusiasme untuk berpartisipasi dalam kedua tahap tersebut tampaknya masih kurang. Hal itu terlihat ketika diadakannya rapat perencanaan/persiapan ataupun evaluasi kegiatan, dari seluruh peserta (anggota

11

Informasi didapatkan berdasarkan hasil kunjungan lapangan pada saat pra-survei penelitian. Kunjungan dilakukan dengan menghadiri tiga rapat pertemuan persiapan pelaksanaan kegiatan yang berbeda.

(14)

Forum Anak) yang diundang, seringkali tidak sepenuhnya hadir dalam kegiatan tersebut.

Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pengurus dan anggota Forum Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta serta para pendamping dari Forum Anak12, mengindikasikan bahwa naik turunnya antusiasme anggota Forum Anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan Forum Anak, tampaknya dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu: (1) masalah waktu, (2) motivasi individu, (3) dukungan orang tua, (4) kegiatan di sekolah, dan (5) pendampingan/pembinaan. Beberapa hal tersebut yang tampaknya akan mempengaruhi keaktifan anggota Forum Anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan penguatan Forum Anak.

Sementara itu, menurut Slamet (1989) dalam Soemarto (2009) bahwa partisipasi pengurus ataupun anggota dalam suatu organisasi ataupun asosiasi (perkumpulan) sangat berperan penting, salah satunya dalam mencapai suatu tujuan organisasi/asosiasi. Begitu pula dengan Forum Anak, yang tidak hanya sebagai wadah atau sarana untuk pengembangan anak tetapi juga sebagai suatu organisasi “Forum Anak”. Tentunya, tanpa partisipasi pengurus dan anggota dalam kegiatan penguatan Forum Anak, bisa dipastikan Forum Anak tersebut tidak akan berjalan efektif dalam menjalankan perannya.

Oleh karena itu, mengacu pada latar belakang dan hasil pra-survei penelitian, maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah: apa bentuk kegiatan dalam penguatan Forum Anak, serta bagaimana wujud partisipasi anak

12

(15)

dalam kegiatan Forum Anak, dan faktor yang terkait dengan partisipasi anak dalam kegiatan Forum Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan permasalahan utama penelitian tersebut kemudian dapat dibuat beberapa pertanyaan rinci penelitian sebagai berikut.

1. Apa saja bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Forum Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta?

2. Bagaimana wujud dan tingkat partisipasi anggota Forum Anak dalam kegiatan Forum Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta?

3. Sejauh mana faktor internal (usia, sikap, motivasi) dan eksternal (peranan pendamping, kegiatan ekstrakurikule/les, persetujuan dari orang tua) berpengaruh terhadap partisipasi anggota Forum Anak dalam kegiatan Forum Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah, sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Forum Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis wujud dan tingkat partisipasi anggota Forum Anak dalam kegiatan Forum Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor internal dan eksternal yang

berpengaruh terhadap partisipasi anggota Forum Anak dalam kegiatan Forum Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(16)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan bahan referensi mengenai pengembangan anak (khususnya dalam hal partisipasi anak) melalui Forum Anak. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi stakeholders yang bekerja di bidang anak:

1. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat DIY dalam pengembangan anak melalui Forum Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Kantor Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Masyarakat Daerah Tingkat Kabupaten di DIY dalam pengembangan anak melalui Forum Anak Tingkat Kabupaten.

3. Pendamping dan fasilitator Forum Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaga Non Pemerintahan, seperti: LPA Yogyakarta, LSM SOS Children’s Village, Fasilitator Anak), sebagai referensi dalam menggerakkan dan menumbuhkan partisipasi anak.

4. Kelompok Kegiatan Anak dan Forum Anak dalam pengembangan anak melalui Forum Anak.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang menitikberatkan pada kajian partisipasi anak telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan tema, tujuan, lokasi, dan hasil penelitian yang berbeda-beda. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh: (1) Handayani (2012) tentang partisipasi anak dalam pemenuhan ekonomi rumah tangga

(17)

keluarga miskin dengan mengambil lokasi di Kota Makasar, Sulawesi Selatan; (2) Iryani (2011) tentang partisipasi anak dalam pekerjaan home industry camilan pothil di Kabupaten Magelang; (3) Fauzani (2008) tentang analisis partisipasi anak untuk bersekolah pada jenjang wajib belajar 9 tahun di Provinsi Sumatera Barat; (4) Ersado (2005) tentang partisipasi anak dalam kegiatan ekonomi dan sekolah di Provinsi Jawa Timur; (5) Yuliyanti (2005) tentang partisipasi anak petani dalam pendidikan dasar di Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo; (6) Yulia (2010) meneliti tentang pengaruh pola asuh terhadap partisipasi Anak Usia Dini (AUD) di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Melati di Kota Ciamis.

Berdasarkan hasil studi literatur (atas kajian sejenis) yang telah dilakukan, fokus penelitian dengan judul “Partisipasi Anak Anggota Forum Anak dalam Kegiatan Penguatan Forum Anak Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta” belum pernah dilakukan oleh peneliti yang lain.

Pertimbangan tersebut didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut: (1) kegiatan penguatan Forum Anak yang telah dilaksanakan sejak tahun 2008 belum dilakukan penelitian atau kajian atas implementasi dan dampaknya, baik dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat maupun dari kalangan akademisi; (2) penelitian ini memiliki perbedaan mendasar dari keenam penelitian sebelumnya yaitu dari segi: tujuan, metode, lokasi, dan masalah penelitian.

Sementara itu, penelitian yang terkait aktivitas anak dalam organisasi sosial seperti Pramuka, OSIS, Karang Taruna, dan sebagainya masih sangat terbatas dan tidak terpublikasikan. Originalitas dan spesifikasi studi ini dibandingkan dengan

(18)

studi-studi lain yang telah dilakukan sebelumnya secara rinci dijelaskan pada Tabel 1.1.

(19)

Tabel 1.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Partisipasi Anak Anggota Forum Anak dalam Kegiatan Penguatan Forum Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta No. Peneliti, Tahun Sumber & Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian Perbedaan 1 Handayani, 2012 Tesis: Partisipasi anak dalam pemenuhan ekonomi rumah tangga keluarga miskin di Kota Makasar, Provinsi Sulawesi Selatan Untuk mengetahui bentuk-bentuk partisipasi anak dalam membantu ekonomi keluarga dan mengetahui respon orang tua dalam membentu perekonomian keluarga Deskriptif Kualitatif • Orang tua melakukan eksploitasi terhadap anak dengan dalih membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga/ekonom i keluarganya; • pola asuh juga berpengaruh pada partispasi anak dalam pemenuhan ekonomi rumah tangga. Tujuan penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, dan masalah penelitian 2 Iryani, 2011 Jurnal: Partisipasi Anak dalam Meningkat kan Kesejahtera an Ekonomi Keluarga di Kecamatan Candimuly o, Kabupaten Magelang Untuk mengetahui dan mengkaji faktor-faktor yang mendasari anak bekerja dan bagaimana partisipasi yang dilakukan anak untuk dapat membantu keluarga meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui pekerjaan home industry camilan pothil. Deskriptif kualitatif • Partisipasi anak dalam pekerjaan home industry camilan pothil dilatarbelakang i oleh adanya faktor motivasi membantu meningkatkan taraf ekonomi keluarga sehari-hari. • Pekerjaan sebagai buruh home industry camilan pothil ini dilakukan dengan penuh kesadaran karena mereka merasa ikut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup rumah tangga. • Salah satu Tujuan penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, dan masalah penelitian

(20)

rekomendasi dari riset ini adalah perlunya hubungan dan kerjasama aktif antara orangtua anak dengan masyarakat dan pemerintah setempat dalam mengontrol jam kerja anak. • Tujuannya adalah agar anak-anak tetap mendapatkan haknya sebagai anak. 3 Fauzani, 2008 Tesis: Analisis Partisipasi Anak Untuk Bersekolah Pada Jenjang Wajib Belajar 9 Tahun di Provinsi Sumatera Barat • Untuk menganalisis karakteristik individu dan rumah tangga terhadap partisipasi anak usia 15 – 18 tahun menamatkan SLTP di Provinsi Sumatera Barat. • Menganalisis faktor-faktor individu dan rumah tangga terhadap partisipasi anak usia 15-18 tahun dalam menamatkan SLTP di Provinsi Sumatera Barat Metode Kuantitatif (Statistika Deskriptif dan Inferensial ) Faktor-faktor individu dan rumah tangga yang berpengaruh positif pada partisipasi anak usia 15-18 tahun dalam menamatkan SLTP, antara lain: jenis kelamin, status bekerja anak, jenis kelamin kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pendapatan, dan lokasi. Tujuan penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, dan masalah penelitian 4 Ersado, 2005 Penelitian Hibah: Partisipasi anak dalam Kegiatan Ekonomi dan Sekolah di Provinsi Jawa Timur • Mengkaji karakteristik anak yang berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dan sekolah di Provinsi Jawa Timur. • Mendapatkan Metode Kuantitatif Faktor-faktor yang yang berpengaruh positif pada partisipasi anak dalam kegiatan ekonomi dan sekolah antara lain: usia, jenis

Tujuan penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, dan masalah penelitian

(21)

faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anak dalam kegiatan ekonomi dan sekolah. kelamin, sikap, motivasi, status ekonomi, jumlah anggota rumah tangga. 5 Yuliyanti, 2005 Tesis: Faktor-faktor yang mempengar uhi tingkat partisipasi pendidikan anak di Desa Alasombo dan Desa Grogol Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo • Mengetahui tingkat partisipasi anak petani yang berada pada usia wajib belajar dalam menempuh jenjang pendidikan dasar di Desa Alasombo dan Desa Grogol. • Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi anak petani yang berada pada usia wajib belajar dalam menempuh jenjang pendidikan dasar di Desa Alasombo dan Desa Grogol. Metode Survai Faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan anak di Desa Alasombo adalah umlah tanggungan keluarga dan Desa Grogol adalah faktor jarak yaitu semakin jauh jarak yang ditempuh semakin sedikit jumlah anak yang bersekolah maka semakin rendah tingkat pendidikan anak. Tujuan penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, dan masalah penelitian 6 Yulia, 2010 Tesis: Meningkat kan Partisipasi Anak Usia Dini (AUD) melalui pendekatan pola asuh. Studi Kasus Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Melati di Kota Ciamis. Untuk mengetahui bentuk pola asuh, tingkat partisipasi anak usia dini dan menganalisis dampak yang dilakukan oleh orang tua terhadap tingkat partisipasi anak di PAUD, Kota Ciamis. Metode Kualitatif (Pendekata n Field Research) • Bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di PAUD Melati 1-7, mayoritas menerapkan pola asuh yang bersifat demokratis, sehingga anak lebih terbuka, mandiri, kerjasama dan dapat diarahkan dengan baik. • Tingkat partisipasi anak

(22)

usia dini di PAUD Melati 1-7 sudah baik dari partisipasi anak, orang tua maupun tenaga pengajar, khususnya partisipasi anak yang paling baik adalah keaktifan di dalam kelas. • Dampak pola asuh yang dilakukan oleh orang tua terhadap tingkat partisipasi anak di PAUD Melati terjadi pada perkembangan kognitif anak, perkembangan motorik, hubungan dengan teman sebaya dan terhadap perkembangan seni dan kreativitas.

Gambar

Tabel 1.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Partisipasi Anak   Anggota  Forum Anak dalam Kegiatan Penguatan Forum Anak di Daerah Istimewa  Yogyakarta  No

Referensi

Dokumen terkait

Harus dapat menampilkan peran yang dibawakan barongsai. Saat melewati jembatan tersebut, langkah barongsai menjadi pelan, barongsai yang tadinya lincah menjadi

1. Timbulnya pengaruh faktor X4 yakni kelangkaan terhadap material di MalukuTengah adalah disebabkan karena material pokok tidak terdistribusi didalam wilayah lokasi

Menurut Sofjan Assauri (1998:25), pengendalian dan pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kepastian produksi dan operasi yang dilaksanakan

Pada tulisan ini akan diuraikan tentang definisi dan transformasi wavelet, bagaimana wavelet digunakan sebagai alat analisis (tools) dalam terapan matematika, serta ranah

Selain itu, pada uji regresi pun telah didapatkan hasil bahwa jumlah dan volume Tempat Penampungan Sampah Sementara secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap

Begitupula dengan tanaman tanpa pemupukan nitrogen, pada umur 30 hst jumlah daun tanaman meningkat dengan pemberian pupuk kandang ayam 10 ton ha -1 namun tidak

Uji hipotesis terdiri dari uji-t yang digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas IX D sebagai kelas eksperimen dan kelas IX G

Hasil yang diperoleh dari pengajuan hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungaan antara persepsi terhadap kualitas produk dengan intensi membeli