• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, STUDI PSIKOLOGIS SASTRA, DAN BIOGRAFI PENGARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, STUDI PSIKOLOGIS SASTRA, DAN BIOGRAFI PENGARANG"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, STUDI PSIKOLOGIS SASTRA, DAN BIOGRAFI PENGARANG

2.1 Definisi Novel

Istilah novel berasal dari bahasa Italia, yakniNovellayang berarti sebuah kisah atau sepotong cerita.Dalam bahasa Jerman istilah novel disebut dengan Novelle, sedangkan dalam bahasa Yunani novel disebut dengan Novellus. Istilah tersebut kemudianmasuk ke Indonesia dan dikenal denganistilah Novel. Secara harfiah Novel berarti “sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa”. (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:9).

Menurut Burhan Nurgiyantoro (1995:2) Novel merupakan jenis dan genre prosa dalam karya sastra. Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut sebagai fiksi. Karya fiksi menyarankan pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan,khayalan, sesuatu yang tidak ada dan tidak terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.

Henry Guntur Tarigan(2003:164) mengatakan bahwa novel merupakan prosa fiksi dengan panjang tertentu, yang isinya antara lain: melukiskan para tokoh, gerak serta adegan peristiwa kehidupan nyata representatif dengan suatu alur atau suatu keadaan yang yang kompleks. Novel merupakan jenis karya sastra yang tentunya menyuguhkan nilai yang berguna bagi masyarakat pembaca.

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia saat ini. Hal ini dikarenakan bentuk karya sastra ini paling banyak beredar dan daya

(2)

adalah genre sastra yang berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna, juga kebanyakan mengandung unsur suspense dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.

Setiap karya sastra fiksi (novel) memiliki unsur-unsur yang mendukung, baik unsur dari dalam sastra itu sendiri (unsur intrinsik) maupun unsur dari luar (unsur ekstrinsik) yang secara tidak langsung mempengaruhi cerita pada karya sastra tersebut.

2.1.1 Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang ikut membangun dan mempengaruhi terciptanya karya sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam unsur intrinsik adalah sebagai berikut.

a. Tema

Tema adalah gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita. Tema-tema yang terdapat dalam sebuah cerita biasanya tersurat (langsung dapat terlihat jelas dalam cerita) dan tersirat (tidak langsung, yaitu pembaca harus menyimpulkan sendiri). Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi umum, lebih luas, dan abstrak. Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita (Burhan Nurgiyantoro, 2009:68).

Dick Hartoko dan B.Rahmanto (1986:67) mengatakan tema merupakan struktur karya sastra yang mempunyai peran penting dalam suatu cerita. Biasanya pengarang merumuskan tema sebelum menulis cerita karya sastra karena gagasan

(3)

yang sudah dibuat pengarang akan dikembalikan dan cerita yang dibuat tidak keluar dari tema. Tema dapat didefinisikan suatu gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Burhan Nurgiyantoro, 1994:68)

Didalam sebuah novel dapat ditemukan lebih dari satu tema yaitu tema utama dan tema tambahan, akan tetapi tema tambahan tersebut haruslah bersifat menopang dan berkaitan dengan tema utama untuk mencapai efek kepaduan. Hal tersebut disebabkan adanya plot utama dan sub-sub yang menampilkan satu konflik utama dan konflik-konflik pendukung/tambahan (Burhan Nurgiyantoro, 1994:12).

Menurut Mohammad Najid (2003:28) tema terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Tema mayor : tema pokok, tema utama, yaitu permasalahan dominan yang menjiwai cerita.

2. Tema minor : tema bawahan, yaitu persoalan-persoalan kecil yang mendukung keberadaan tema mayor.

Pada intinya tema adalah dasar cerita, yakni pokok persoalan yang mendominasi suatu karya sastra, sebagaimana dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan (2003:125), tema adalah pandangan hidup tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra.

Sesuai dengan kisah yang ada dalam novel “100 Kai Naku Koto”, novel ini berceritakan tentang kehidupan tokoh utama Fujii saat berada di Tokyo. Fujii

(4)

merupakan seorang pemuda pekerja keras dan penyayang, namun Fujii harus menghadapikisah percintaan yang menyedihkan didalam hidupnya.Kekasih Fujii ternyata menderita penyakit Kanker yang mematikan, hal inilah yang kemudian membuat kondisi psikologis Fujii mulai terganggu. Dan yang menjadi fokus cerita dalam novel 100 Kai Naku Koto ini adalah lika-liku kehidupan dan perjuangan Fujii dalam merawat dan memperjuangkan kekasihnya sampai kekasihnya tersebut meninggal dunia.

b. Plot / Alur Cerita

Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi (Atar Semi, 1993:43). Abraham dalam Siswanto (2008:159) mengatakan bahwa plot atau alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku.

Mohammad Najid (2003 : 20) mengatakan bahwa susunan alur dalam sebuah prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian :

1. Bagian awal : berisi informasi penting yang berkaitan dengan hal-hal yang diceritakan pada tahap-tahap berikutnya. Informasi-informasi tersebut dapat berupa pengenalan latar, pengenalan tokoh, dan penciptaan suasana.

2. Bagian tengah : menyajikan konflik yang sudah mulai dimunculkan. Konflik bisa terjadi secara internal (konflik batin) maupun eksternal (konflik sosial).

(5)

3. Bagian akhir : merupakan tahap peleraian. Berbagai jawaban atas berbagai persoalan yang dimunculkan dalam cerita terlihat alternatif penyelesaiannya.

Menurut Aminuddin (2000:90), pada umumnya alur pada cerita prosa fiksi disusun berdasarkan urutan sebagai berikut:

1. Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokohnya.

2. Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian yang dialami sang tokoh.

3. Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin hebat. 4. Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul.

5. Peleraian, pada bagian ini persoalan demi persoalan mulai terpecahkan. Menurut urutannya, alur terbagi dalam tiga jenis yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, peristiwa kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita itu berakhir. Sedangkan alur mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir kemudian kembali ke peristiwa pertama, kedua, dan seterusnya sampai kembali pada peristiwa terakhir tadi. Sementara alur campuran adalah dimana pengarang membuat suatu cerita dengan menggunakan alur maju dan alur mundur.

Berdasarkan penjelasan diatas,novel “100 Kai Naku Koto” adalah novel yang menggunakan alur campuran, karena pada bagian awal novel ini menceritakan kisah tokoh Fujii dewasa saat berada di Tokyo, kemudianpada bagian tengah novel ini menceritakan kembali kisah Fujii remaja saat berada

(6)

didesa, dan pada bagian akhir novel ini pengarang melanjutkan kembali dengan kisah percintaan Fujii saat berada di Tokyo.

c. Tokoh

Tokoh dalam karya sastra adalah sosok yang memiliki peran penting dalam bertugas menjalankan alur cerita pada suatu karya sastra.Mohammad Najid (2003 : 23) mengatakan bahwa suatu peristiwa dalam prosa fiksi selalu didukung oleh sejumlah tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh, sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh disebut penokohan. Oleh karena itu, penokohan merupakan unsur cerita yang tidak dapat ditiadakan. Dengan adanya penokohan, sebuah cerita menjadi lebih nyata dan lebih hidup. Melalui penokohan pula, seorang pembaca dapat dengan jelas manangkap wujud manusia atau makhluk lain yang perikehidupannya sedang diceritakan pengarangnya.

Tokoh tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema, tokoh juga menepati posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Herman. J. Waluyo (2002:165) menyatakan bahwa istilah penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh dengan cerita yang lain, watak tokoh-tokoh, dan bagaimana pengarang menggambarkan watak tokoh-tokoh itu.

Burhan Nurgiyantoro (1994: 176-194) membedakan tokoh berdasarkan sudut pandang dan tinjauannya dapat dikategorikan dalam beberapa jenis penamaan sekaligus.

(7)

a) Tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak dipentingkan dalam cerita, dalam keseluruhan cerita pemunculannya lebih sedikit.

b) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang disebut hero. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik, tokoh antagonis adalah tokoh yang tidak disukai oleh pembaca.

c) Tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas sisi kepribadian yang diungkapkan pengarang, misalnya baik saja atau buruk saja. Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki berbagai sisi kehidupan dan jati diri yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya.

d) Tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami pengembangan perwatakan sebagai akibat terjadinya konflik, sedangkan tokoh dinamis adalah tokoh yang mengalami pengembangan perwatakan.

Tokoh utama dalam novel “100 Kai Naku Koto” ini bernama Fujii. Fujii merupakan seorang pemuda pekerja keras dan sangat penyayang. Namun semasa Fujii tinggal didesa ia merupakan seorang pemuda yang tidak suka bersosialisasi, bahkan ia hanya menghabiskan waktunya untuk mengerjakan soal-soal latihan ujian masuk Universitas sendirian di dalam kamarnya. Fenomena anti sosial ini

(8)

disebut dengan Hikikomori. Namun setelah Fujii merantau ke Tokyo, ia mulai membuka diri untuk bergaul dan akhirnya memiliki seorang kekasih.

Tokoh-tokoh tambahan yang terdapat didalam novel 100 Kai Naku Koto ini ialah Yoshimi, Ishiyama-san, Orang tua Fujii, Orang tua Yoshimi, dan teman-teman sekantor Fujii.

d. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita(Aminuddin, 2000:96). Herman. J. Waluyo (2002: 184) menyatakan bahwa point of view adalah sudut pandang dari mana pengarang bercerita, ataukah ia hanya sebagai orang yang terbatas. Point of view juga berarti dengan cara bagaimanakah pengarang berperan, apakah melibatkan langsung dalam cerita sebagai orang pertama, apakah sebagai pengobservasi yang terdiri di luar tokoh-tokoh sebagai orang ketiga. Pengarang yang bercerita selalu menceritakan sesuatu yang ada kaitannya dengan dirinya sendiri.Terdapat beberapa jenis sudut pandang, yaitu:

1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri.

2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Pengarang ikut melibatkan diri dalam cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut sudut pandang orang pertama pasif.

3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita. Pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal.

(9)

Dalam hal ini, sudut pandang Nakamura Kou dalam novel 100 Kai Naku Koto hanya sebagai seorang pengarang yang menceritakan kisah orang lain dalam segala hal. Nakamura Kou sebagai pengarang yang hanya menjadi pengamat yang berada diluar cerita.

2.1.2 Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Burhan Nurgiyantoro 1995:23). Secara lebih khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangunan cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Meski demikian, unsur ekstrinsik menentukan dan berpengaruh terhadap totalitas sebuah karya sastra yang dihasilkan. Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang, dan lain-lain diluar unsur intrinsik.

2.2 Setting Novel “100 Kai Naku Koto”

Latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa (Suroto, 1989:94). Menurut Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro (1995:216), latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Latar atau setting dapat membuat sebuah cerita lebih konkret dan jelas, memberikan kesan realistis kepada pembaca, serta menciptakan suasana seolah-olah benar-benar tejadi. Burhan Nurgiyantoro (2009:227) mengatakan setting dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga

(10)

unsur ini membahas permasalahan yang berbeda-beda tetapi pada kenyataannya tetap saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

2.2.1 Latar Tempat

Menurut Burhan Nugiyantoro (2009:251), latar tempat menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi di mana cerita yang dikisahkan itu terjadi. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa suatu tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, atau mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas.

Deskripsi tempat secara teliti dan realistis sangat penting untuk membuat pembacaseolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadidi tempat seperti yang diceritakan dalam cerita tersebut. Adapun latar tempat terjadinya peristiwa dalam novel 100 Kai Naku Koto iniadalah mengambil latar tempat negara Jepang khususnya daerah Tokyo, Akasaka, dan Chiba.

2.2.2 Latar Waktu

Burhan Nurgiyantoro (1995:230) mengatakan bahwa latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu yang digambarkan oleh Nakamura Kou dalam novel 100 Kai Naku Koto ini adalah Jepang pada masa sekarang. Hal ini terlihat oleh tata kota, aktifitas masyarakat, serta gambaran bangunan dan trasportasi yang digambarkan oleh pengarang pada novel ini.

(11)

2.2.3 Latar Sosial

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2009: 233-234), Latar sosial-budaya menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, ada istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

Latar sosial yang digambarkan pengarang Nakamura Kou dalam novel 100 Kai Naku Koto adalah ketika Jepang sudah menjadi negara maju, modern dan memiliki tingkat kesibukan yang tinggi. Ini terlihat dari keseharian tokoh Fujii yang sering bekerja lembur dan dituntut untuk bekerja cepat, serta dari keadaan Tokyo yang sudah modern dengan bangunan yang tinggi, rumah sakit yang memiliki alat-alat canggih, serta keadaan stasiun kereta api yang selalu padat dan super sibuk.

Novel ini secara keseluruhan menceritakan perjuangan kisah cinta Fujii dalam menjaga dan merawat kekasihnya Yoshimi yang menderita penyakit Kanker.

2.3 Kajian Psikologis Sastra

Karya sastra, baik novel, drama, dan puisi, di zaman modern ini sarat dengan unsur-unsur psikologi sebagai manifestasi kejiwaan pengarang, para tokoh fiksional dalam kisahan, dan pembacanya (Minderop, 2010: 53).

(12)

Menurut Abu Ahmadi (1979:1) psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etiologis (menurut arti kata) psikologis artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya.

Menurut Bimo Walgito (1997:9), psikologi merupakan ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku dan aktivitas-aktivitas manusia. Tingkah laku aktivitas manusia tersebut merupakan manifestasi dari kehidupan jiwanya.Jiwa tidak dapat dilihat, diraba, ataupun disentuh. Jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yang hanya dapat dipahami melalui hasil yang ditimbulkan dari tingkah laku dan aktivitas yang dilakukan.

Menurut Atar Semi (1989:46), pendekatan psikologi adalah penelaahan sastra yang menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra. Segi-segi psikologis ini mendapat perhatian dalam penelaahan dan penelitian sastra karena timbulnya kesadaran pengarang yang dengan sendirinya juga menjadi kritikus sastra. Dapat dikatakan bahwa psikologi sastra merupakan salah satu pendekatan sastra yang menekankan pada segi-segi kejiwaan yang dideskripsikan melalui tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra, dimana tokoh-tokoh tersebut hanya ditampilkan secara fiksi. Dengan demikian dapat dilakukan kajian lintas disiplin ilmu antara sastra dan psikologi, karena psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional yakni sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain.

Menurut Ratna (2004:350), “Psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis”. Artinya, psikologi

(13)

turut berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastr dengan bekerja dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi sangat erat hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan “Psikologi Sastra”. Artinya, dengan meneliti sebuah karya sastra melalui pendekatan psikologi sastra, secara tidak langsung kita telah membicarakan psikologi karena dunia sastra tidak dapat dipisahkan dengan nilai kejiwaan yang mungkin tersirat dalam karya sastra tersebut.

Wellek dan Warren (1995:90) mengungkapkan bahwa istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Pertama, studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Kedua, psikologi sastra merupakan studi proses kreatif. Ketiga, psikologi sastra merupakan studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Keempat, psikologi sastra merupakan studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca.

Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu menggambarkan kekacauan batin manusia, karena hakekat manusia itu adalah perjuangan dalam menghadapi kekalutan batinnya sendiri baik yang terlihat gejalanya dari luar maupun yang tidak terlihat. Oleh karena itu, kajian tokoh harus ditekankan pada aspek kejiwaan dan tentu saja tidak lepas dari teori psikologi.

(14)

2.4 Kognisi Depresi Aaron Beck

Aaron Temkin Beck adalah seorang Psikiater yang lahir di Providence, Rode Island. Beck menyelesaikan BA di Brown University dan mendapatkan M.D. dalam bidang Psychiatry di Yale University pada tahun 1964. Pada awalnya Beck adalah seorang psychoanalyst dan banyak melakukan research on the psychoanalytic treatment of depression. Kemudian Beck mulai mempelajari pendekatan kognitif sebagai treatment bagi mereka penderita depresi. Beck memformulasikan teori kognitif untuk gangguan depresi dan melakukan observasi klinis dan studi empiris terhadap pikiran dan keyakinan para penderita depresi. Beck mencatat bahwa pola pikir orang yang mengalami depresi ditandai dengan cara pandang yang negatif terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkugannya. Beck menyatakan bahwa pikiran-pikiran negatif tersebut adalah hasil dari bias dalam proses informasi yang pada akhirnya mengakibatkan kesimpulan yang bias pula.

Sebagai makhluk hidup yang berakal manusia pasti memiliki berbagai masalah dalam hidupnya. Dalam menghadapi berbagai masalah hidup tersebut, tak sedikit pula kita akan mengalami suatu kondisi yang disebut depresi. Depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tak berdaya (Jonatan Trisna dalam Hadi Pranowo, 2004:15).

Enos D. Martindalam Wilkinson (1995:24) menyebutkan beberapa jenis depresi yaitu:

1. Normal Grief Reaction (rasa sedih sebagai reaksi normal atas suatu ‘kehilangan’). Jenis ini juga disebut depresi exogenous (depresi raktif).

(15)

Depresi ini terjadi karena faktor dari dalam dirinya umumnya sebagai reaksi dari ‘kehilangan’ sesuatu atau seseorang, misalnya pension, kematian seseorang yang sangat dikasihi, dll.

2. Endogenous Depression. Penyebabnya datang dari dalam tetapi belum jelas. Bisa karena gangguan hormon, gangguan kimia dalam otak atau susunan saraf. Sering terjadi secara bertahap (cyclical).

3. Neurotic Depression (depresi neurotik). Depresi ini terjadi setelah mengalami peristiwa menyedihkan tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Depresi pada tahap ini terjadi apabila depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbun untuk waktu yang lama. Penderitanya bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi.

Hadi Pranowo (2004:32) mengatakan bahwa untuk menemukan penyebab depresi kadang-kadang sulit sekali karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya bekerja pada saat yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab depresi tersebut dapatlah disimpulkan beberapa faktor utama yang mempengaruhi depresi yaitu:

1. Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Archibald Hart menyebutkan empat macam kehilangan yaitu: - Kehilangan abstrak yaitu kehilangan harga diri, kasih sayang,

harapan atau ambisi.

- Kehilangan sesuatu yang konkrit misalnya rumah,mobil, orang atau bahkan binatang kesayangan.

(16)

- Kehilangan hal yang bersifat khayal, tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang lain.

- Kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang seperti kekhawatiran saat menunggu hasil tes kesehatan atau menunggu hasil tes ujian.

2. Reaksi terhadap stress. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup. 3. Kondisi kesehatan. Terlalu lelah dan capek karena pengurasan tenaga baik

secara fisik maupun emosi. Selain itu seperti kanker, jantung, masalah tiroid, sakit kronis, dan lain sebagainya.

4. Gangguan atau serangan dari kuasa kegelapan dan makhluk halus.

5. Trauma dan kesedihan terhadap peristiwa buruk. Trauma, seperti kekerasan atau penganiayaan fisik atau emosional bisa memicu depresi. Duka setelah kematian seorang teman atau orang yang dicintai yang berlarut-larut dapat menyebabkan depresi.

6. Obat-obatan dan zat terlarang. Banyak resep obat yang dapat menyebabkan gejala depresi. Hal ini bukannya meperbaiki kondisi seseorang, tapi malah meperburuk. Alcohol atau penyalahgunaan zat terlarang pada umumnya juga dapat menyebabkan orang depresi.

Stuart Gail W dalam (http://muhashidayatasis.blogspot.com/2011/08/ gangguan-alam-perasaan.html) juga mengatakan ada empat sumber utama penyebab depresi/stress yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan:

a. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri.

(17)

b. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempengaruhi masalah-masalah individu saat ini. c. Ketegangan peran memengaruhi perkembangan depresi, terutama pada

wanita.

d. Perubahan fisiologis yang diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik (seperti infeksi, neoplasma, ketidakseimbangan metabolik) dapat mencetuskan gangguan alam perasaan. Bermacam-macam obat anthipertensi dan penyalahgunaan zat adiktif adalah faktor pencetus yang lazim. Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering disertai dengan depresi.

Pada umumnya penderita depresi dapat dikenali melalui beberapa gejala, misalnya:

1. Secara fisik mereka memiliki beberapa gangguan seperti: gerakan jadi lamban, tidur tidak nyenyak, nafsu makan menurun atau bahkan meningkat, gairah seksual menurun bahkan bisa hilang sama sekali. Pusing, mulut kering, jantung berdebar cepat biasanya menyertai penderita depresi.

2. Kehilangan perspektif dalam hidup. Pandangannya terhadap hidup,pekerjaan dan keluarga menjadi kabur. Aaron Beck menggambarkan hal ini sebagai “segi tiga kognitif dari depresi”. Segi tiga kgnitif tersebut adalah:

a. Pandangan negatif terhadap dunia/lingkungan: cenderung melihat kekalahan, kerugian dan penghinaan.

(18)

b. Pandangan negatif terhadap diri sendiri: menganggap diri kurang baik, tidaklayak dan tidak berharga.

c. Pandangannegatif terhadap masa depan: penuh dengan kesukaran, frustasi dan kerugian.

3. Perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis, marah dan sering muncul tak menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati.

4. Beberapa gejala psikologis seperti kehilangan harga diri, menjauhkan diri dari masalah atau hidupnya sendiri bahkan menjadi peka secara berlebihan sering dialami oleh mereka yang mengalami depresi.

5. Pikiran dilusi. Pada depresi yang sangat parah muncul pikiran-pikiran dilusi yang bisa merugikan, misalnya “seseorang akan membunuh saya” atau “seseorang akan meracuni saya”.

Dalam (http://id.wikipedia.org/wiki/Depresi_(Psikologi)) dikatakan bahwa menurut Diagnostic and Statistical Manual IV – Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika lima atau lebih gejala dibawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang, sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.

1. Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa

(19)

sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).

2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain).

3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan).

4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari

5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat).

6. Perasaan lelah atau kehilangan kakuatan hampir setiap hari.

7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari.

8. Berkurangnya kemampuan untuk berfikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain).

9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.

(20)

Gejala-gejala tersebut juga harus menyebabkan gangguan jiwa yang cukup besar dan signifikan sehingga menyebabkan gangguan nyata dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau area penting dalam kehidupan seseorang.

Beck dalam Wilkinson (1995:26) mengatakan banyak orang beranggapan bahwa pikiran yang sedih lebih merupakan akibat dari penyebab satu depresi. Namun, baru-baru ini telah dikemukakan bahwa gagasan itu sendiri (kognisi depresif) yang merupakan penyebab utama depresi, atau yang memperburuk keadaan dan memelihara kondisi tersebut. Jadi, seseorang yang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya, dunia, dan masa depan kemungkinan lebih mudah menderita penyakit depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif.

Kognisi depresi dapat dibagi menjadi tiga bagian: 1. Pikiran, misalnya “saya gagal sebagai orang tua”.

2. Harapan, misalnya “saya tidak bahagia kecuali semua orang menyukai saya”.

3. Distorsi, misalnya menarik kesimpulan tanpa ada bukti. “Orang tidak suka bicara dengan saya karena saya membosankan”.

Dalam (http://scribd.com/com/doc/49313688/PENDEKATAN-TERAPI-KOGNITIF.html) dikatakan bahwa teori kognitif Aaron Beck juga menghubungkan pengembangan depresi dengan adopsi dari cara berfikir yang terdistorsi secara negatif di awal kehidupannya. Konsep ini dikenal dengan istilah ‘segi tiga kognitif dari depresi’ (cognitive triad of depression). Aspek dari segi tiga tersebut adalah:

(21)

a. Pandangan negatif tentang diri sendiri, seperti memandang diri sendiri tidak berharga, penuh kekurangan, tidak adequte, tidak dapat dicintai, dan kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai kebahagiaan.

b. Pandangan negatif terhadap lingkungan,seperti memandang lingkungan memaksakan tuntutan yang berlebihan atau memberikan hambatan yang tidak mungkin diatasi sehingga terus-menerus menyebabkan kegagalan dan kehilangan.

c. Pandangan negatif terhadap masa depan, seperti memandang masa depan tanpa harapan dan meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi lebih baik. Memandang masa depan hanyalah kegagalan dan kesedihan yang berkelanjutan serta kesulitan yang tidak pernah selesai.

Berbagai jenis distorsi kognitif yang diasosiasikan dengan depresi:

a. Cara berfikir “semua atau tidak sama sekali”, memandang kejadian secara hitam putih. Yang ada hanya benar-salah atau baik-buruk.

b. Generalisasi yang berlebihan, mempercayai bahwa bila suatu peristiwa negatif terjadi maka hal itu cenderung akan terjadi lagi pada situasi yang serupa dimasa depan.

c. Filter mental, berfokus hanya pada detail-detail negatif dari suatu peristiwa dan dengan sendirinya menolak unsur-unsur positif dari semua yang pernah dialami.

(22)

e. Tergesa-gesa membuat kesimpulan, membentuk interpretasi negatif mengenai suatu peristiwa meskipun kurang bukti.

f. Membesar-besarkan suatu kesalahannya dan mengecilkan suatu kebaikannya.

g. Penalaran emosional, menginterpretasikan perasaan dan peristiwa berdasarkan emosi dan bukan pada pertimbangan-pertimbangan rasional berdasarkan bukti yang ada.

h. Pernyataan-pernyataan keharusan, menciptakan perintah personal. Dengan menciptakan harapan yang tidak realistis dapat menyebabkan seseorang menjadi depresi saat gagal mencapainya.

i. Memberi label dan salah melebel, meletakkan lebel negatif pada diri sendiri dan orang lain.

j. Melakukan personalisasi, kecenderungan untuk mengkonsumsi bahwa diri kita bertanggung jawab atas masalah dan perilaku orang lain.

Berangkat dari teori Aaron Beck dan teori depresi dari pakar psikologis lain yang mendukung penelitian inilah penulis akan menganalisis penyebab gangguan psikologis dan gangguan psikologis apa yang dialami oleh tokoh utama Fujii dalam novel 100 Kai Naku Koto yang digambarkan oleh Nakamura Kou sebagai pengarang novel ini.

2.5 Riwayat Hidup Nakamura Kou

Nakamura Kou lahir di Prefektur Gifu, Jepang pada tahun 1969. Pada tahun 2002 ia mulai debut dengan novel yang berjudul Rirekisho dan berhasil memenangkan penghargaan Bunshun. Novelnya yang berjudul menjadi nominator dalam ajang Penghargaan Akutagawa yang bergengsi. Novel lainnya dengan judul

(23)

Guru-guru Mawaru Suberidai mendapatkan penghargaan Noma literary Newcomer. Karyanya yang lain adalah Zettai, Saikyou no Uta, Boku ga Suki na Hito ga Yoku Nemuremasu youni.

Novel 100 Kai Naku Koto adalah novel romance fiksi karya Nakamura Kou yang diterbitkan pertama kali di Jepang pada tahun 2005. Novel ini kemudian diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun 2013 dengan judul Crying 100 Times.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka (“ POJK No.

Positioning dari Juice Stick Freeze adalah menjadikan es stik sebagai makanan kekinian yang unik dan mampu bersaing dengan produk lain dengan mengngunggulkan cita

Bila Kelompok Usaha memutuskan bahwa tidak terdapat bukti objektif atas penurunan nilai pada evaluasi individual atas piutang usaha, baik yang nilainya signifikan atau

metalinde kükürt, oksijen, fosfor, karbon oran ı azalt ı larak ta çatlama önlenmektedir.. geriye do ğ ru elektrot yava ş ça çekilerek ark söndürülür. Ayr ı ca i ş parças

Qtrap digunakan untuk mendeteksi email-email yang masuk apakah mengandung kata-kata tertentu yang dilarang atau tidak. Jika mengandung kata-kata yang dilarang, maka program ini

Sedangkan masing-masing lokasi dapat disimpulkan juga bahwa kelimpahan tumbuhan tertinggi dilokasi pertama (konservasi) untuk tingkat herba adalah species Setaria

No. Persebaran Penduduk Desa Negeri Katon Berdasarkan Jenis kelamin.. Persebaran Penduduk Yang Sudah Bekerja ... Persebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...

mengaitkan ilmu baru yang mereka dapat dengan pengalaman mereka sebelumnya. Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Belajar bermakna berarti mengonstruksi informasi