• Tidak ada hasil yang ditemukan

JARINGAN KOMUNIKASI DAN PERAN PEREMPUAN DALAM MEMPERTAHANKAN BUDAYA RUDAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JARINGAN KOMUNIKASI DAN PERAN PEREMPUAN DALAM MEMPERTAHANKAN BUDAYA RUDAT"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

JARINGAN KOMUNIKASI DAN PERAN PEREMPUAN

DALAM MEMPERTAHANKAN BUDAYA RUDAT

(Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan)

ANNA GUSTINA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Jaringan Komunikasi dan Peran Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat; Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan adalah karya Saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

(3)

ABSTRAK

ANNA GUSTINA. Jaringan Komunikasi dan Peran Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat; Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan. Dibimbing oleh Hj. AIDA VITAYALA S. HUBEIS dan SUTISNA RIYANTO SUBARNA.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menggambarkan bentuk jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat serta mengkaji peran-peran khusus yang ada dalam jaringan tersebut, (2) Mengkaji peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon, (3) Mengkaji hubungan antara jaringan komunikasi masyarakat dengan peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon.

Penelitian ini dilaksanakan pada masyarakat desa Negeri Katon, kecamatan Negeri Katon, kabupaten Lampung Selatan. Data primer dikumpulkan melalui metode survei, sosiometri dan wawancara mendalam. Metode survei dilakukan dengan alat bantu kuesioner terhadap 97 responden, dan metode sosiometri untuk analisis jaringan komunikasi, wawancara mendalam dilakukan untuk mengumpulkan data secara kualitatif. Hubungan antar peubah dianalisis dengan uji statistik koefisien korelasi Rank Spearman dan uji Regresi Linier Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Dalam struktur jaringan komunikasi hanya terbentuk sebuah klik yang besar, 2) Peran khusus yang ada dalam jaringan hanya star dan neglectee, 3) Peran perempuan dalam proses penyebaran informasi dan proses pelaksanaan prosesi budaya Rudat memiliki peranan yang cukup signifikan terutama pada tahap persiapan prosesi, sedangkan untuk dua tahap lainnya (tahap pelaksanaan dan tahap akhir prosesi) peran perempuan masih, 4) Ada hubungan yang signifikan antara jaringan komunikasi dengan peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya Rudat di desa Negeri Katon.

(4)

ABSTRACT

ANNA GUSTINA. Communication Network and The Role of Women On Maintaining The Rudat Culture; Case Study Upon The People of Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, South Lampung. Under the direction of Hj. AIDA VITAYALA S. HUBEIS and SUTISNA RIYANTO SUBARNA.

The objective of the research was (1) describing the configuration of communication network related to the dissemination of information about the rudat culture and examining its specific roles in the network (2) examining the role of women in the process of dissemination of information about the rudat culture and the ceremony in Desa Negeri Katon. (3) examining the relation between the peoples communication network and the role of women in the process of dissemination of information about the rudat culture and the ceremony in Desa Negeri Katon.

The Research was held upon the people of Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, South Lampung, Primary data had been collected by methods of survey, sociometri and indepth interview. The survey was held by means of sets of questionnaire asked to 97 respondent, the sociometri used to analize the communication network, and the depth interviews was used in collecting qualitative data. The intervariable relation then analized using statistical test correlational coefficient rank spearman and the multilinear regression test.

The results shown that 1) the structure communication network composes a mere great clique 2) the specific roles in the network are star and neglectee, 3) there are significant connection between its communication network with the roles of woman in the process of dissemination of information

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bumi (Lampung Utara) pada tanggal 21 Agustus 1976. Penulis merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan H. Zainal Abidin Gani dan Hj. Alina.

Tahun 1988 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Kalianda, kemudian tahun 1991 menyelesaikan pendidikan di SLTPN 1 Tanjung Karang. Tahun 1994 penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas 9 Tanjung Karang, pada tahun yang sama penulis diterima di jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro Semarang dan menyelesaikan pendidikannya pada Januari 1999.

Sejak tahun 2000 penulis diangkat sebagai staf pengajar di jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila. Tahun 2001 penulis menikah dengan Ahmad Rudy Hendra Akuan, SH dan kini dikaruniai dua orang putra (M. Reinaldi Akuan dan M. Haikal Keitaro Akuan).Tahun 2005 penulis mendapat tugas belajar di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Program Pascasarjana IPB dengan sponsor BPPS dan selesai Agustus tahun 2007.

(6)

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1.Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penyusunan kritik atau tujuan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2.Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

(7)

JARINGAN KOMUNIKASI DAN PERAN PEREMPUAN

DALAM MEMPERTAHANKAN BUDAYA RUDAT

(Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan)

ANNA GUSTINA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Penelitian : Jaringan Komunikasi dan Peran Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat

(Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan)

Nama : Anna Gustina

NPM : P 054050101

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S. Hubeis Ir. Sutisna Riyanto Subarna,MS

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Dr.Ir.H. Sumardjo, MS Prof.Dr.Ir.H.Khairil A. Notodiputro,MS

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. atas rahmat dan karunia-Nya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis dengan judul Jaringan Komunikasi dan Peran Perempuan dalam Mempertahankan Budaya Rudat (Studi Pada Masyarakat Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan), disusun salah satu syarat bagi mahasiswa Sekolah Pascasarjana pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan untuk memperoleh gelar Magister Sains.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S.Hubeis selaku Ketua Komisi Pembimbing

sekaligus dosen Pembimbing Akademik dan Ir. Sutisna Riyanto Subarna, MS selaku anggota komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran serta masukan dengan sabar sejak persiapan hingga dalam menyelesaikan penelitian ini.

2. Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh selaku penguji, yang telah memberikan saran, kritik yang sangat membangun berkaitan dengan penyempurnaan tesis ini. 3. Dr. Ir. H. Sumardjo, MS selaku Ketua Program Studi serta seluruh staf

pengajar yang telah membekali ilmu bagi penulis selama menempuh pendidikan Magister di program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

4. Rektor Universitas Lampung, Dekan FISIP Unila beserta seluruh jajarannya, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Unila beserta rekan-rekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas support, doa dan sarannya.

5. Kepala Desa dan Seluruh warga desa Negeri Katon atas dukungan, bantuan dan persaudaraannya.

6. Orang tua H. Zainal Abidin Gani dan Hj. Alina, mertua Gunung Iskandar Akuan dan (Almh) Ratna Djuwita, Kakak-kakak dan Adik-adik atas dukungan dan doanya selama penulis menyelesaikan pendidikan Magister. 7. Suami A.Rudy Hendra Akuan dan kedua buah hati M.Reinaldi Akuan dan

M. Haikal Kaitaro Akuan atas dukungan, pengertian dan kasih sayangnya. 8. Keluarga besar di Lampung dan di Bogor.

9. Teman-teman KMP 2005 (Selly, Ucok, Alief, Ponti, Haris, Etik, Badri, Iksan dan lainnya), Ellyta KMP 2004, Melati, Wawan serta rekan-rekan KMP’06 lainnya atas diskusinya, dukungan, persahabatan dan persaudaraan serta kebersamaannya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan penelitian ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis harapkan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat. Amin.

Bogor, Agustus 2007

(11)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ………. ii DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR... ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang………... 1 Perumusan Masalah………... 3 Tujuan Penelitian ………... 3 Kegunaan Penelitian ………... 4 TINJAUAN PUSTAKA ... 5 Konsep Komunikasi ... 5 Jaringan Komunikasi ... 6 Budaya Rudat ... 13 Karakteristik Individu ... 15 Peran Perempuan ... 16

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 18

Kerangka Pemikiran ………..……...……… 18

Hipotesis Penelitian ………...……….. 19

METODOLOGI PENELITIAN ... 20

Desain Penelitian ... 20

Penentuan Lokasi Penelitian ... 20

Metode Pengambilan Sampel ... 21

Definisi Operasional ... 21

Data dan Instrumentasi ... 25

Validitas dan Reliabilitas ... 26

Pengolahan Data ... 27

Analisis Data ... 27

(12)

Kondisi Umum Wilayah Penelitian ... 29

Letak dan Luas Daerah ... 29

Demografi ... 29 Sosial Budaya ... 31 Pelestarian Budaya ... 31 Karakteristik Responden ... 32 Umur ... 33 Jenis Kelamin ... 33 Pendidikan ... 34

Akses Terhadap Media ... 34

Terpaan Media ... 36

Karakteristik Informasi ... 39

Jaringan Komunikasi ... 40

Deskripsi Sosiogram... 40

Saluran Komunikasi ... 48

Analisis Jaringan Komunikasi ... 55

Tingkat Individu ... 55

Tingkat Klik ... 56

Tingkat Sistem ... 57

Peran Perempuan ... 59

Hubungan Antar Peubah ... 63

Hubungan Karakteristik Individu dengan Jaringan Komunikasi ... 64

Hubungan Karakteristik Informasi dengan Jaringan Komunikasi.. 65

Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Peran Perempuan ... 67

KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

Kesimpulan ... 69

Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Persebaran Penduduk Desa Negeri Katon Berdasarkan Jenis kelamin.. 29

2. Persebaran Penduduk Yang Sudah Bekerja ... 30

3. Persebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 30

4. Persebaran Responden Berdasarkan Apakah Pernah Mengalami Kesulitan dalam Memeperoleh Informasi Rudat ... 32

5. Persebaran Responden Berdasarkan Umur ... 33

6. Persebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 33

7. Persebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34

8. Persebaran Responden Berdasarkan Akses Terhadap Media ... 35

9. Persebaran Responden Berdasarkan Pernah/tidaknya menonton TV, Mendengarkan Radio dan Membaca Koran ... 36

10. Persebaran Responden Berdasarkan Yang Pernah/Tidak Menyaksikan Budaya Rudat di TV,Radio dan Koran ... 37

11. Persebaran Responden Berdasarkan Intensitas Informasi ... 39

12. Ciri-ciri Star dalam Jaringan Komunikasi ... 45

13. Persebaran Responden Berdasarkan Banyaknya Saluran Komunikasi Yang Digunakan ... 49

14. Persebaran Responden Berdasarkan Dari Siapa Responden Pertama Kali Memperoleh Informasi Mengenai Budaya Rudat ... 50

15. Persebaran Responden Berdasarkan Alasan Memilih Seseorang Sebagai Sumber Informasi Mengenai Budaya Rudat ... 51

16. Persebaran Responden Berdasarkan Apakah Sudah Memahami Informasi Mengenai Budaya Rudat Yang Mereka Terima ... 52

17. Persebaran Responden Berdasarkan Apa Yang Dilakukan Bila Tidak Memahami Informasi Yang Mereka Terima ... 53

18. Persebaran Responden Berdasarkan Hal Yang Dilakukan Setelah Memperoleh Informasi Mengenai Budaya Rudat ... 54

19. Derajat Keterhubungan Individu ... 55

(14)

21. Rincian Kegiatan Budaya Rudat... 60

22. Persebaran Responden Berdasarkan Apakah Perempuan Layak Berperan Aktif Dalam Prosesi Rudat ... 62

23. Tingkat Peran Perempuan Dalam Mempertahankan Budaya Rudat ... 63

24. Hubungan Karakteristik Individu dengan Jaringan Komunikasi ... 64

25. Hubungan Karakteristik Informasi dengan Jaringan Komunikasi ... 66

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Komponen-komponen dasar dari model konvergen ... 8 2. Skema kerangka pemikiran... 19 3. Sosiogram Jaringan Komunikasi Masyarakat Dalam Mempertahankan

Budaya Rudat... 42 4. Sosiogram Jaringan Komunikasi Perempuan dalam Mempertahankan

Budaya Rudat ……… 47

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1) Peta Wilayah Penelitian ... 74 2) Kuesioner………... 75 3) Daftar Nama Responden ... 82 4) Derajat Koneksi Dan Derajat Integrasi Responden Serta

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya sehari-hari butuh hidup bermasyarakat, berkelompok dan diakui eksistensinya sebagai anggota suatu kelompok. Untuk menjadi anggota suatu kelompok, setiap individu harus melakukan komunikasi dengan individu lainnya (Liliweri, 1997). Karena itu dalam suatu masyarakat pastilah terdapat struktur jaringan komunikasi yang pertumbuhannya relatif stabil, sebab perilaku orang-orang yang ada dalam jaringan tersebut dapat diprediksikan (Setiawan, 1989). Hal ini didasari bahwa terbentuknya sikap seorang individu merupakan akumulasi dari informasi mengenai sesuatu yang diperoleh individu tersebut sebagai hasil dari pertukaran informasi dengan individu lainnya. Rogers dan Kincaid (1981), menyatakan bahwa proses pertukaran informasi tersebut merupakan inti dari aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh para partisipan komunikasi tersebut guna mencapai saling pengertian dan pemahaman secara bersama tentang sesuatu hal.

Proses pertukaran informasi tersebut akan membentuk suatu hubungan komunikasi yang terpola di antara para partisipan dalam suatu rangkaian jaringan yang interaktif. Hal inilah yang menciptakan suatu ‘jaringan komunikasi’ dalam masyarakat. Melalui analisis jaringan komunikasi suatu masyarakat sangat memungkinkan untuk dapat memahami struktur sosial masyarakat tersebut sebagai suatu proses komunikasi (Setiawan, 1989). Adapun struktur jaringan komunikasi itu sendiri di antaranya memiliki konfigurasi yang terdiri dari star, liason, isolate dan gate keeper. Sebagai salah satu kelompok masyarakat adat yang ada di daerah Lampung, masyarakat desa Negeri Katon merupakan masyarakat yang termasuk masyarakat Lampung yang beradat Pepadun, secara keseluruhan masyarakat adat Lampung itu terbagi menjadi dua golongan adat, yakni masyarakat golongan adat Pepadun dan masyarakat golongan adat Peminggir (Hadikusuma, 1988). Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat desa Negeri Katon masih mempertahankan, mempercayai dan memegang teguh budaya yang menjadi warisan nenek moyangnya. Hal tersebut ternyata mempengaruhi tingkah laku mereka sehari-hari.

(18)

Salah satu budaya yang dimiliki masyarakat di desa Negeri Katon yang sampai saat ini masih ada dan dilaksanakan adalah budaya rudat yang merupakan budaya masyarakat yang berbentuk kesenian yang diaplikasikan dalam bentuk tarian, senandung dan tabuhan. Tarian, senandung dan tabuhan tersebut mengandung makna dan doa-doa yang diperuntukkan terutama bagi keluarga yang melaksanakannya dan masyarakat desa tersebut pada umumnya. Rudat dilaksanakan pada saat ada masyarakat yang melaksanakan upacara perkawinan adat ataupun khitanan dengan tujuan agar pihak keluarga yang melaksanakannya khususnya pengantin atau anak yang dikhitan diberikan keselamatan dan berkah dalam kehidupannya dikemudian hari. Selain itu apabila suatu keluarga melaksanakan acara rudat yang menyertai upacara perkawinan atau khitanan, maka derajat keluarga tersebut juga akan terangkat di mata masyarakat sekitarnya.

Masih eksisnya budaya rudat dalam masyarakat desa Negeri Katon, diasumsikan salah satu di antaranya disebabkan masih kuatnya interaksi jaringan komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat dalam masyarakat desa Negeri Katon. Sebenarnya budaya rudat juga kerap dilaksanakan oleh beberapa masyarakat di desa-desa yang juga mayoritas masih dihuni oleh masyarakat yang beradat Pepadun, namun demikian khusus pelaksanaan rudat di desa Negeri Katon memiliki sedikit perbedaan, yaitu pada salah satu tahap dari tiga tahapan prosesi Rudat yakni tahap pelaksanaan prosesi oleh masyarakat desa Negeri Katon, hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Padahal pada kelompok masyarakat lainnya, tahap itu dapat dilakukan pula oleh kaum perempuan dan hal tersebut menurut hasil pra survei (wawancara) dengan tokoh adat setempat sebenarnya sah dan diperbolehkan menurut aturan adat yang berlaku.

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini diarahkan untuk mengetahui bagaimanakah bentuk jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat, peran-peran khusus yang ada dalam jaringan tersebut serta peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon.

(19)

Perumusan Masalah

Manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain, itu artinya untuk dapat berhubungan dengan orang lain maka manusia harus melakukan komunikasi dalam suatu sistem sosial masyarakat, diasumsikan tidak dapat dihindari pasti akan terbentuk pula suatu jaringan komunikasi masyarakat tersebut. Hal ini didasari bahwa sesuai kodratnya sebagai makhluk sosial, sebagaimana dalam kehidupan masyarakat lainnya, dalam hal pemeliharaan kebudayaan suatu masyarakat hanya bisa dilakukan bila adanya komunikasi antara orang-orang dalam masyarakat tersebut. Seperti halnya dalam pelestarian kebudayaan rudat pada masyarakat adat di desa Negeri Katon, kecamatan Negeri Katon, Lampung Selatan, individu-individu dalam sistem tersebut melakukan komunikasi dan interaksi.

Bertitik tolak dari fenomena di atas, dirumuskanlah masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran bentuk jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat serta peran-peran khusus yang ada dalam jaringan tersebut ?

2. Bagaimanakah peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon ?

3. Adakah hubungan antara jaringan komunikasi masyarakat dengan peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon ?

Tujuan Penelitian

Masih eksisnya keberadaan budaya rudat dalam kehidupan masyarakat desa Negeri Katon di antaranya diasumsikan karena masih eksisnya jaringan komunikasi masyarakat dalam menyebarkan informasi mengenai budaya rudat dalam masyarakat desa Negeri Katon. Dalam pelaksanaan budaya rudat di desa Negeri Katon juga diasumsikan masih dipengaruhi oleh sistem kekerabatan patrilineal, hal ini tampak dari keterlibatan atau peran perempuan yang sangat sedikit, terutama dalam proses pelaksanaan ritual rudat.

(20)

1. Menggambarkan bentuk jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat serta mengkaji peran-peran khusus yang ada dalam jaringan tersebut

2. Mengkaji peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon.

3. Mengkaji hubungan antara jaringan komunikasi masyarakat berkaitan dengan penyebaran informasi tentang budaya rudat dengan peran perempuan dalam proses penyebaran dan pelaksanaan budaya rudat pada masyarakat desa Negeri Katon.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi: 1. Pihak yang berkepentingan dalam upaya mempertahankan dan melestarikan

budaya rudat, dalam hal ini masyarakat dan pemerintah daerah Lampung; 2. Pengembangan penelitian ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses yang mana paratisipan-partisipannya saling membuat dan saling bertukar tanda informasi dari seseorang kepada yang lainnya dari waktu ke waktu (Gonzales dalam Jahi, 1993). Konsep komunikasi ini menjelaskan bahwa proses komunikasi sebenarnya merupakan proses pertukaran informasi (sharing of information) di antara para partisipan. Kemudian Rogers dan Kincaid (1981) dan Rogers (1983) menjelaskan proses komunikasi sebagai suatu proses pertukaran informasi secara terus menerus, dimana informasi merupakan akumulasi dari informasi-informasi sebelumnya yang akhirnya akan menimbulkan kesamaan pengertian di antara paratisipan. Sementara Littlejhon (2001) memberikan definisi komunikasi sebagai suatu proses yang membuat adanya kesamaan bagi dua individu atau lebih, yang semula dimonopoli oleh satu atau beberapa individu saja.

Kemudian Kincaid dan Schramm (1987) memberikan definisi komunikasi sebagai suatu proses saling membagi atau menggunakan informasi secara bersama dan saling berhubungan di antara partisipan dalam proses informasi. Selanjutnya masih menurut Kincaid dan Schramm (1987) dikatakan bahwa untuk dapat berkomunikasi dengan baik, setiap partisipan dituntut tidak hanya memahami proses komunikasi, tetapi juga harus mampu menerapkan pengetahuannya secara kreatif. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa proses komunikasi pada hakekatnya bukan hanya proses pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi, tetapi juga merupakan seni bergaul atau berinteraksi. Melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan pengalamannya kepada orang lain sehingga pengalaman tersebut dapat menjadi pengetahuan atau informasi bagi orang lain yang tidak mengalaminya sendiri. Tubbs dan Moss (1996) mengemukakan bahwa melalui komunikasi, Manusia dapat menyampaikan informasi atau pesan, pendapat, ide, konsep, pengetahuan, perasaan, sikap dan perbuatannya kepada orang lain secara timbal balik baik sebagai sumber komunikasi (penyampai pesan) maupun sebagai penerima pesan.

(22)

Petersen, et al. dalam Mulyana dan Rakhmat (2000) menyatakan bahwa komunikasi adalah pembawa proses sosial. Komunikasi adalah alat yang dimiliki manusia untuk mengatur, menstabilkan dan memodifikasi kehidupan sosialnya. Proses sosial bergantung pada penghimpunan, pertukaran dan penyampaian pengetahuan. Pada gilirannya pengetahuan itu bergantung pada komunikasi. Muhammad (1995) menyatakan bahwa komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan komunikasi orang dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dimana pun manusia itu berada.

Dari beberapa pengertian di atas, sesuai dengan area penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan interaksi antara seseorang atau lebih dengan orang lain dalam suatu sistem sosial yang di dalamnya terjadi pertukaran informasi atau pesan, pendapat, ide, konsep, pengetahuan, perasaan, sikap, keterampilan dan perbuatannya kepada orang lain secara timbal balik, baik sebagai sumber (penyampai pesan) maupun sebagai penerima pesan sehingga tercapai adanya kesamaan makna dan tujuan terhadap apa yang dipertukarkan tersebut.

Jaringan Komunikasi

Secara sederhana, seperti yang dikemukakan oleh Beebe dan Masterson (1994) jaringan komunikasi didefinisikan sebagai “siapa berbicara dengan siapa atau kepada siapa.” Kemudian menurut Gonzales (dalam Jahi, 1993) jaringan komunikasi dinyatakan sebagai hubungan siapa dengan siapa yang dapat diilustrasikan dalam sebuah sosiogram yang berguna untuk menelusuri jaringan informasi ataupun difusi suatu inovasi. Selanjutnya Devito (1997) memberikan definisi jaringan komunikasi sebagai suatu saluran atau jalan tertentu yang digunakan untuk meneruskan pesan di satu orang pada orang lain.

Berkaitan dengan terbentuknya jaringan komunikasi, Rogers dan Rogers (1983) menjelaskan bahwa istilah jaringan dalam konteks komunikasi yang mengacu pada suatu pengelompokkan sejumlah individu atau lainnya yang berinteraksi satu sama lain menurut pola hubungan tertentu dari waktu ke waktu. Berdasarkan

beberapa definisi jaringan komunikasi yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi jaringan komunikasi yang terkait

(23)

dengan penelitian ini, yakni suatu rangkaian hubungan antara individu dalam suatu sistem sosial, sebagai akibat terjadinya pertukaran informasi diantara individu tersebut sehingga membentuk suatu pola jaringan komunikasi.

Menurut Kincaid dan Rogers (1981) dalam mempelajari tingkah laku manusia berdasarkan proses komunikasi yang terjadi di antara partisipan dalam suatu sistem adalah melalui suatu pendekatan analisis jaringan komunikasi. Analisis jaringan komunikasi merupakan suatu metode penelitian untuk mengidentifikasikan struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana hubungan mengenai aliran atau jaringan komunikasi dianalisis dengan menggunakaan beberapa jenis hubungan interpersonal sebagai unit analisisnya. Kincaid dan Rogers (1981);Rogers dan Rogers (1983) mengemukakan bahwa kumpulan individu yang saling berhubungan melalui jaringan informasi yang disebut sebagai jaringan komunikasi memiliki tingkat struktur tertentu yang sudah stabil. Berdasarkan hal tersebut, Krech, et al. (1962); Rogers dan Rogers (1983) menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan ada banyak sekali kemungkinan hubungan antar individu dalam kelompok yang terbentuk dan hubungan yang akan membentuk jaringan komunikasi.

Muhammad (1995) menyatakan bahwa untuk mengetahui jaringan komunikasi serta peranan individu di dalamnya digunakan analisis jaringan. Dari hasil analisis jaringan dapat diketahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan suatu kelompok dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam organisasi. Penelitian mengenai analisis jaringan komunikasi dan peran perempuan dalam mempertahankan budaya rudat akan memakai model konvergensi sebagai salah satu landasan teori. Model konvergensi memunculkan suatu model komunikasi yang bersifat menyeluruh. Adapun dasar penggunaan model konvergensi dalam penelitian ini khususnya berkaitan dengan upaya menganalisis jaringan komunikasi, tidaklah cukup bila hanya menggunakan landasan teori yang bersifat

linier atau hanya berfokus pada efek yang diterima oleh khalayak saja; tetapi juga harus mempertimbangkan hal-hal dan hubungan yang terjadi di antara partisipan komunikasi, proses komunikasi yang terjadi sumber informasi, termasuk orang lain yang tidak termasuk dalam partisipan

(24)

komunikasi, interprestasi terhadap informasi yang dipertukarkan serta perubahan tingkah laku para partisipan dalam proses komunikasi (Setiawan, 1989). Selain itu, model konvergensi ini juga menyatakan bahwa adanya informasi dan saling pengertian merupakan suatu komponen yang dominan dalam suatu jaringan komunikasi.

Bila hal ini dikaitkan dengan penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa proses penyebaran informasi mengenai budaya Rudat pada diri masing-masing individu dalam masyarakat pada awalnya dari ada atau tidaknya perasaan (tertarik atau tidak tertarik) terhadap keberadaan budaya Rudat. Kemudian perasaan itu diinterpretasikan secara nyata hingga mencapai suatu tingkat pemahaman yang baik dalam diri individu, yang dapat menimbulkan suatu kepercayaan terhadap keberadaan budaya rudat tersebut, dari sini diharapkan dapat mendatangkan suatu aksi yang berguna untuk menciptakan suatu informasi pada proses komunikasi selanjutnya.

Komponen-lomponen dari model konvergensi itu terbagi menjadi tiga level “reality”, yaitu : level fisik,level psikologi dan level sosial. Informasi yang dibagi oleh dua orang atau lebih dalam proses komunikasi bisa mengarahkan kepada individual understanding, mutual understanding dan collective action:

Gambar 1 Komponen-komponen dasar dari model komunikasi konvergen

Interpreting Perceiving INFORMATION Perceiving Interpreting

Action Action Collective Action Mutual agreement MUTUAL UNDERSTANDING Believing Believing Understanding Understanding PHYSICAL REALITY PSYCHOLOGICAL REALITY B PSYCHOLOGICAL REALITY A SOCIAL REALITY A & B Sumber: Rogers dan Kincaid, 1981

Dari model konvergensi tersebut, jika dihubungkan dengan fokus penelitian ini maka dapat diketahui bahwa apabila hubungan komunikasi telah terjadi dalam jaringan komunikasi masyarakat di desa Negeri Katon dalam mempertahankan

(25)

budaya rudat, sehingga pemindahan dan penerimaan informasi yang kemudian lambat laun akan berpengaruh pada orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Secara garis besar pengaruh dari proses komunikasi ada dua macam, yaitu pengaruh pada pola pikir dan pola tingkah laku (Setiawan,1989).

Untuk dapat menganalisis pola pikir dan pola tingkah laku individu, harus melihat pada karakteristik masing-masing individu yang terlihat dalam proses komunikasi, sifat kelompok, dan sifat lingkungan dimana proses komunikasi itu berlangsung. Hal ini sangat dimungkinkan karena adanya pengaruh dari informasi yang diterima individu dari lingkungan sekitarnya akan dapat mempengaruhi pola pikir dan pola tingkah laku masyarakat di desa Negeri Katon. Asumsi ini didasari juga oleh adanya teori Langkah yang memandang bahwa pengaruh atau efek suatu media dalam bentuk-bentuk langkah-langkah atau tahap-tahap. Teori multi media merupakan salah satunya yang dapat digunakan untuk melihat pengaruh khalayak (DeVito, 1996). Banyaknya tahap-tahap yang harus dilalui dalam penerimaan informasi itu tergantung pada :

• Tujuan suatu informasi

• Banyaknya media yang menyebarkan informasi

• Isi pesan yang disampaikan; apakah berkenan bagi khalayak atau melibatkan kepentingan khalayak (Depari & Mac Andrews,1992).

Sampai saat ini masih cukup banyak media massa yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan budaya rudat dengan melihat dari berbagai sudut pandang, dimana dalam hal ini media bekerja dalam konteks sosial. Selain itu diasumsikan pula bahwa peranan opinion leader dalam kehidupan masyarakat desa Negeri Katon masih cukup besar, terutama berkaitan dengan penyebaran informasi mengenai budaya rudat. Hal ini didasarkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar aktivitas masyarakat di desa Negeri Katon berkaitan erat dengan budaya rudat yang ternyata masih berkaitan erat dengan agama Islam sebagai agama yang dianut oleh hampir seluruh masyarakat desa Negeri Katon. Untuk menganalisis bagaimana hubungan perilaku komunikasi ada tiga tipe analisis hubungan yang dapat digunakan:

a. Pada tingkat jaringan komunikasi personal

Tingkat jaringan komunikasi personal merupakan tingkat terbawah, ciri struktural yang penting adalah derajat dimana seseorang terintegrasi dengan

(26)

individu-individu lainnya dalam jaringan komunikasi. Intergrasi jaringan komunikasi personal ialah derajat dimana hubungan-hubungan komunikasi ada di antara anggota jaringan individual jaringan komunikasi. Semakin besar jumlah hubungan ini, maka semakin besar derajat integrasi hubungan jaringan komunikasi khususnya secara individual. Derajat integrasi pada jaringan komunikasi ini berhubungan dengan peranan khusus komunikasi dalam suatu sistem, misalnya liason dan topik-topik percakapan yang berbeda.

b. Pada tingkat klik

Pada tingkat klik, berbagai variabel struktural yang dapat dipertimbangkan untuk diukur adalah: (1). Keterhubungan klik, yakni derajat para anggota suatu klik berhubungan satu sama lainnya, melalui arus komunikasi (2). Kedominan klik, yakni derajat dimana pola-pola hubungan komunikasi antar klik tidak memungkinkan adanya kesamaan (3). Keterbukaan klik, yakni derajat dimana anggota-anggota suatu klik saling bertukar infomasi dengan klik-klik yang ada di luarnya (4). Keintegrasian klik dalam jaringan yang lebih luas, dapat diukur dengan ada tidaknya penghubung yang menghubungkan klik dengan jaringan yang lebih luas.

c. Pada tingkat sistem

Pada tingkat sistem, kita dapat melakukan beberapa analisis: (1). Keterbukaan sistem, yakni derajat dimana klik-klik dalam suatu sistem berkaitan dengan sistem lainnya melalui arus komunikasi (2). Kedominan sistem, yakni derajat dimana pola-pola hubungan komunikasi antar klik dalam suatu sistem sosial yang tidak memungkinkan adanya kesamaan (3). Keterbukaan sistem, yakni derajat di mana anggota-anggota suatu klik saling bertukar infomasi dengan lingkungannya.

Jadi pada hakekatnya, suatu jaringan komunikasi adalah hubungan-hubungan yang bersifat homofili, yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan hubungan dengan orang yang mempunyai atribut yang sama dengan dirinya. Namun demikian bukan berarti suatu jaringan komunikasi hanya dapat terjadi pada orang-orang yang memiliki atribut yang sama saja, karena hubungan komunikasi yang terjadi dalam jaringan akan mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku orang-orang yang terlibat didalamnya. Dalam penelitian mengenai jaringan komunikasi, biasanya terdapat beberapa prosedur penelitian, yaitu :

(27)

a. Tahap pengidentifikasian klik-klik yang terdapat dalam keseluruhan sistem b. Tahap pengidentifikasian peranan khusus yang ada dalam jaringan, seperti

star, liason, gate keeper.

c. Tahap pengukuran berbagai indeks ukuran struktur komunikasi pada individu, klik atau sistem (Setiawan,1989).

Selanjutnya dinyatakan bahwa analisis jaringan komunikasi memberikan informasi mengenai bermacam-macam fungsi yang terdapat dalam jaringan komunikasi. Fungsi-fungsi tersebut oleh Setiawan (1989) digambarkan sebagai konfigurasi sosiometris, yang terdiri dari :

• Star (Bintang), yaitu orang yang merupakan pemusatan jalur komunikasi dari beberapa orang dalam jaringan. Contohnya :

• Liason (penghubung), yaitu orang yang menghubungkan dua klik atau lebih dalam suatu sistem jaringan komunikasi. Contohnya :

Individu yang berperan sebagai liason dapat memperlancar proses komunikasi dalam suatu sistem jaringan dan para liason berada di luar antara kedua klik yang dihubungkannya.

Star

(28)

• Isolate (pemencil), yaitu orang yang berada dalam lingkungan atau sistem, tetapi tidak menjadi anggota jaringan. Contohnya :

• Neglectee, yaitu orang yang memilih tetapi tidak dipilih. Contohnya :

• Gate keeper, yaitu orang yang berada dalam suatu struktur jaringan komunikasi, yang memungkinkan dia melakukan kontrol arus komunikasi. Contohnya :

Dalam hal ini gate keeper mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah suatu informasi penting atau tidak untuk disampaikan kepada publik.

Selanjutnya, Rogers dan Kincaid (1981) membedakan pola atau model jaringan komunikasi ke dalam jaringan personal jari-jari (radial personal network) dan jaringan personal saling mengunci (interlocking personal network). Model jaringan personal saling mengunci mempunyai derajat integrasi yang tinggi, terdiri dari individu yang homofili namun kurang terbuka terhadap lingkungannya serta informasi bersifat memusat dan menyebar. Sedangkan jaringan personal jari-jari mempunyai derajat integrasi yang rendah, namun mempunyai sifat keterbukaan terhadap lingkungannya. Krech, et al. (1962) dalam Devito (1997) menyatakan bahwa bentuk umum dari struktur jaringan komunikasi yang terbentuk pada suatu

isolate

(29)

sistem terdiri dari lima yaitu: lingkaran, semua saluran, rantai, roda, dan bentuk Y. Seperti terlihat dalam gambar berikut :

Lingkaran Semua Saluran Rantai Roda Y

Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin, semua anggota kelompok berada dalam posisi yang sama. Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran, kecuali orang yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Srutuktur roda mempunyai pemimpin yang jelas, yaitu posisinya di pusat. Struktur Y relatif kurang tersentralisasi dbandingkan dengan struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan pola yang lainnya.

Selain itu dalam jaringan komunikasi juga dikenal istilah yang mengungkapkan hubungan antar manusia dalam berbagi informasi, yaitu (1) tingkat keeratan (Connectedness Index) adalah derajat keeratan hubungan antara anggota jaringan yang satu dengan yang lainnya, (2) tingkat keragaman (Diversity Index) adalah sedikit banyaknya hubungan komunikasi yang terjadi antara anggota jaringan komunikasi, (3) tingkat integrasi (Integration Index) adalah keadaan anggota suatu jaringan yang dapat berhubungan dengan anggota lain dalam jaringan yg ditunjukkan langkah-langkah hubungan komunikasi, (4) tingkat keterbukaan (Openness Index) adalah tingkat keterbukaan hubungan anggota-anggota klik terhadap individu lain yang berada di luar klik tersebut dalam suatu jaringan komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981).

Rudat

Rudat merupakan salah satu seni budaya atau tradisi adat istiadat suku Lampung, baik suku Lampung Pepadun maupun suku Lampung Sebatin (Hadikusuma, 1988). Dalam pelaksanaannya rudat diadakan dalam bentuk upacara arak-arakan dengan diiringi rebana dan mendendangan lagu-lagu, salawat serta pembacaan hadorot dari kitab hadra. Pembacaan hadorot ini dilakukan secara

(30)

bersautan, terutama bila dilakukan pada acara perkawinan, yaitu antara pihak pengantin laki-laki dengan pihak pengantin perempuan, hal ini dilakukan sepanjang perjalanan pengantin dari balai adat setelah melakukan acara adat lainnya hingga menuju ke rumah tempat sang mempelai laki-laki atau perempuan. Pada kesempatan tersebut, biasanya dilakukan acara seserahan antara pihak keluarga pengantin perempuan kepada pihak keluarga pengantin laki-laki. Dalam acara seserahan tersebut, biasanya pihak keluarga pengantin perempuan membawa beberapa barang-barang rumahtangga untuk diberikan kepada kedua mempelai sebagai tanda sayang keluarga perempuan kepada sang pengantin. Pengantin yang diarak diharapkan kehidupan rumahtangganya kelak dapat membentuk keluarga yang sakinah mawaddah dan warohmah serta memiliki derajat yang baik di dalam lingkungan sosialnya.

Jika prosesi rudat dilakukan pada acara khitanan, arak-arakan rudat ini dipakai untuk mengiringi anak yang dikhitan untuk keliling desanya sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa ia telah di khitan dan mohon doa restu dari warga desa atas khitanan tersebut, agar anak yang dikhitan dapat menjadi anak yang soleh serta dapat dibanggakan oleh orang tua, keluarga dan masyarakatnya. Selanjutnya, pada saat arak-arakan rudat yang mengiringi anak yang dikhitan hampir kembali sampai di tempat tinggalnya, juga dilakukan acara penerimaan pihak ”kelama” (saudara laki-laki dari ibu anak yang dikhitan) dari anak yang dikhitan oleh keluarga si penyelenggara acara. Sebab dalam budaya Lampung, jika anak laki-laki dikhitan maka pihak ”kelama” akan melakukan kunjungan ke acara tersebut secara adat, yang dalam budaya Lampung disebut dengan ”manjau kelama.”

Pelaksanaan prosesi rudat ini sebenarnya dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dengan jumlah peserta pelaksana inti prosesi adalah 40 sampai dengan 50 orang. Dari jumlah tersebut kemudian dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu: kelompok yang bertugas sebagai penabuh rebana, kelompok yang bertugas sebagai penari dan kelompok kecil yang bertugas untuk berpantun atau melantunkan syair-syair atau salawat nabi. Di beberapa daerah Lampung yang juga melaksanakan budaya rudat tidak langsung mengharuskan pelaksanaan prosesi rudat ini dilakukan hanya oleh kaum laki-laki, namun dapat juga dilakukan oleh kaum perempuan saja atau campuran antara kaum laki-laki dan kaum perempuan. Namun demikian,

(31)

berdasarkan hasil wawancara prasurvai dengan tokoh adat di desa Negeri Katon, khusus pelaksanaan budaya rudat di tempatnya, hanya dapat dilaksanakan oleh kaum laki-laki, hal ini disebabkan oleh berbagai alasan. Salah satu alasan yang kerapkali diungkapkan terutama yang berkaitan dengan sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat Lampung yakni patrilineal.

Budaya rudat yang dilakukan oleh masyarakat Lampung di desa Negeri Katon sebenarnya hampir sama dengan budaya Rudat yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah Kalimantan, hanya ada beberapa perbedaan dalam pelaksanaan ritualnya, namun secara umum maksud dan tujuannya hampir sama.

Karakteristik Individu

Karakteristik individu akan sangat mempengaruhi atau menentukan perilaku komunikasi seseorang (Nelly, 1988). Adapun yang dimaksud dengan karakteristik individu adalah ciri-ciri atau sifat yang dimiliki seorang individu yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam lingkungannya. Karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya (Lionberger, 1960 dalam Saleh, 1988), selain itu ditambahkan pula oleh McLeod dan O’keefe bahwa variabel seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, kepemilikan media dan status sosial merupakan indikator yang bisa digunakan untuk menjelaskan mengenai perilaku komunikasi seorang individu (Mcleod dan O’Keefe, 1972 dalam Saleh, 1988), yang dimaksud perilaku komunikasi di sini adalah aktivitas individu dalam masyarakat guna mencari informasi dan memilih saluran komunikasi yang tersedia dalam kaitannya dengan peneyebaran informasi mengenai budaya rudat.

Adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik individu dengan keikutsertaannya dalam jaringan komunikasi terlihat dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, selain itu adanya terpaan media juga memperlihatkan adanya hubungan dengan keikutsertaan individu dalam jaringan. Hal ini tampak di antaranya dalam penelitian Sopiana (2002) yang menunjukkan adanya hubungan antara umur, pendidikan, luas lahan dan terpaan media terhadap perilaku (pengetahuan dan pelaksanaan) petani usaha tebu. Media massa sebagai salah satu saluran komunikasi berperan penting dalam mengubah perilaku individu dalam berkomunikasi. Terpaan

(32)

media ini bisa memiliki pengaruh langsung, segera dan sangat menentukan terhadap khlayaknya. Di samping itu pula media dapat bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya pengetahuan seseorang

Peran Perempuan

Istilah peran merupakan hasil konseptual perilaku manusia pada tingkat yang relatif abstrak. Ia terbentuk dari berbagai teori (interdisiplin), yanag variabel-variabelnya berasal dari kebudayaan (culture), masyarakat (society) dan kepribadian (personality) (Sarbin, 1954 dalam Sarwono, 1984). Selanjutnya Sarbin mendefinisikan peran sebagai berikut: ”A role is a patterned sequence of learned actions or deeds performed by a person in an interaction situasion.” Sementara Suhardono (1994) mengungkapkan bahwa peran adalah suatu fungsi yang dibawa seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur social.

Konsep peran menunjuk pada organisasi tindakan dalam suatu tipe hubungan interaksi khusus (Jhonson, 1990), ada dua dimensi peran, yaitu hak dan kewajiban. Tindakan yang diharapkan akan dilaksanakan oleh seseorang merupakan tanggung jawab suatu peran; tindakan atau respons orang lain merupakan hak. Konsep peran berkaitan dengan konsep status. Status menunjukkan pada posisi seseorang dalam suatu hubungan interaksi, bukan pada prestise yang terdapat pada seseorang (Jhonson, 1990). Berkaitan dengan konsep peran, Biddle dan Thomas (1966) dalam Sarwono (1984), mengemukakan unsur-unsur konsep peran, yakni: (1) orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial, (2) perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut, (3) kedudukan orang-orang dan perilaku, (4) kaitan antara orang dan perilaku.

Sementara Harahap (1951) dalam Purwadarminto, (1989) mengartikan wanita sebagai perempuan atau orang perempuan. Istilah perempuan dalam masyarakat masih lebih sering digunakan, masyarakat yang menyukai istilah perempuan berasal dari kata ”empu” yang mengandung makna istimewa. Selanjutnya berkaitan dengan peran perempuan Sarwono, 1984 mengemukakan bahwa peran perempuan adalah perilaku yang diberikan kepada seorang perempuan yang mempunyai kedudukan sebagai isteri, ibu, ibu rumah tangga, individu atau anggota masyarakat. Artinya seorang perempuan dalam kehidupannya baik dalam keluarga, sebagai anggota dari

(33)

kelompok sosialnya harus dapat menjalankan perannya dengan baik agar keberadaannya dapat diakui oleh lingkungan sosialnya.

Mengacu pada uraian di atas terkait dengan penelitian mengenai budaya Rudat, maka dapat disimpulkan bahwa konsep peran perempuan, paling tidak mencakup tiga hal penting, yaitu: (1) peran perempuan yang dilakukan, yakni perilaku yang diperlihatkan seorang perempuan yang menduduki suatu posisi tertentu, (2) peran yang dirasakan seorang perempuan, yakni perilaku yang dirasakan seorang perempuan yang berhubungan dengan posisi tertentu yang dipegangnya dalam sistem sosial menurut caranya sendiri atau lingkungan sekitarnya yang khas, (3) peran yang diharapkan, yakni sejumlah peranan yang diharapkan dari pemegang posisi tertentu.

(34)

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran

Budaya rudat sebagai salah satu budaya asli masyarakat Lampung pepadun dan sebatin keberadaannya sampai saat ini masih tetap eksis dalam kehidupan masyarakat di desa Negeri Katon. Berbagai upaya untuk melestarikan budaya rudat terus dilakukan oleh para tokoh adat desa setempat, salah satunya melalui pengenalan dan pemberian informasi tentang budaya rudat bagi generasi muda. Hal ini dimaksudkan agar kelak budaya rudat yang diaplikasikan dalam prosesi upacara adat perkawinan dan khitanan tidak punah. Berkaitan dengan proses pengenalan dan pemberian informasi mengenai budaya rudat dari generasi ke generasi dalam sistem kemasyarakatan di desa Negeri Katon dibutuhkan proses komunikasi yang bersifat timbal balik, yaitu proses pertukaran informasi dan saling mempengaruhi di antara individu dalam kelompok dan lingkungannya. Hubungan yang terbentuk berupa hubungan yang bersifat interpersonal dan berlangsung secara interkatif. Berdasarkan hubungan komunikasi yang terjalin itu akan terbentuk suatu jaringan komunikasi masyarakat yang berkaitan dengan persebaran budaya rudat.

Secara prosedural analisis jaringan komunikasi pada penelitian ini adalah peubah jaringan komunikasi pada tingkat individu, yang meliputi; derajat koneksitas individu dan derajat intergritas individu. Disamping itu juga dianalisis struktur jaringan komunikasi yang kelak akan terbentuk dan peranan khusus apa saja yang ada dalam jaringan itu dan saluran komunikasi yang digunakan. Sedangkan berkaitan dengan karakteristik informasi yang diukur adalah intensitas informasi. Untuk karakteristik individu yang diukur adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, akses terhadap media dan terpaan media. Sedangkan untuk mengukur peubah peran perempuan dalam budaya rudat diukur melalui: seberapa besar peran perempuan dalam turut menyebarkan informasi mengenai budaya rudat dan perannya dalam penyiapan, pelaksanaan dan tahap akhir prosesi budaya Rudat.

Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka pemikiran yang dapat di susun dalam penelitian ini adalah:

(35)

Gambar 2: Skema kerangka pemikiran

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran dan berbagai paradigma yang berkaitan peubah-peubah terpilih yang berkaitan dengan jaringan komunikasi dan peran perempuan dalam mempertahankan budaya rudat, dirumuskan beberapa hipotesis berikut:

Hipotesis 1: Ada hubungan antara karkteristik informasi dan karakteristik individu dengan jaringan komunikasi dalam mempertahankan budaya Rudat Hipotesis 2 : Ada hubungan antara jaringan komunikasi dengan peran perempuan

dalam mempertahankan budaya Rudat

X2 Karakteristik informasi X2.1 Intensitas informasi Y1 Jaringan komunikasi Y1.1 Struktur komunikasi Y1.2 Saluran Komunikasi Y1.3 Derajat koneksitas Y1.4 Derajat integrasi Y2

Peran perempuan dalam penyebaran informasi dan prosesi upacara rudat :

Y2.1 Peran perempuan dalam tahap penyiapan prosesi rudat

Y2.2 Peran perempuan dalam tahap pelaksanaan prosesi

rudat.

Y2.3 Peran perempuan dalam tahap akhir prosesi rudat X1 Karakteristik Individu X1.1 Umur X1.2 Jenis Kelamin X1.3 Tingkat Pendidikan X1.4 Akses terhadap media X1.5Terpaan media

(36)

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sebagai penelitian deskriptif korelasional dengan melakukan analisis terhadap semua peubah dan hubungan antar peubah. Penelitian ini terdiri dari tiga peubah yaitu peubah bebas, peubah antara dan peubah tidak bebas. Peubah bebas terdiri dari karakteristik individu dan karakteristik informasi. Untuk karakteristik informasi dalam penelitian ini terlihat dari: intensitas informasi, sedangkan untuk karakteristik individu terdiri dari: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, akses terhadap media dan terpaan media. Peubah antara nya adalah jaringan komunikasi yang terdiri dari struktur komunikasi, saluran komunikasi, derajat koneksitas individu dan derajat integrasi individu. Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan peubah jaringan komunikasi yang ditekankan pada struktur komunikasinya. Struktur komunikasi di sini meliputi tiga tingkat yaitu tingkat individu, tingkat klik dan tingkat sistem. Sedangkan peubah tidak bebasnya adalah peran perempuan dalam mempertahankan budaya rudat.

Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa di desa Negeri Katon budaya rudat masih eksis dilakukan oleh masyarakatnya terutama pada acara upacara perkawinan dan khitanan. Letak desa Negeri Katon yang terletak 30 km dari ibukota provinsi Lampung sangat memungkinkan masuknya budaya luar, tahap pelaksanaan prosesi Rudat di desa Negeri Katon hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, padahal di tempat lain Rudat dapat dilakukan oleh kaum perempuan juga, masyarakat desa Negeri Katon sehari-harinya banyak yang bekerja di luar desa Negeri Katon dan memiliki kedudukan/status sosial yang baik dalam pekerjaannya serta telah memiliki tingkat pendidikan yang relatif cukup baik. Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yaitu bulan Desember 2006 sampai dengan bulan Februari 2007.

(37)

Metode Pengambilan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh warga desa Negeri Katon yang berumur minimal 21 tahun, pernah terlibat langsung dalam persiapan dan prosesi upacara rudat minimal tiga kali dalam tiga tahun terakhir secara berturut-turut. Berdasarkan kriteria tersebut hasil prasurvai diketahui populasi penelitian ini sebanyak 97 orang.

Dari jumlah tersebut diambil seluruhnya (total sampel) sebagai sampel penelitian.

Sebagai unit analisis pada penelitian ini adalah individu, yang meliputi personal network yang dilakukan masyarakat dalam memperoleh informasi mengenai Rudat. Sedangkan yang dianalisis adalah hubungan yang terjadi antar individu yang terlibat dalam jaringan komunikasi.

Definisi Operasional

Peubah yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional guna mendapatkan pengertian dan pemahaman yang sama terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Karakteristik Individu adalah aspek personal seseorang yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, akses terhadap media dan terpaan media yang meliputi:

a. Umur,adalah jumlah usia responden yang dihitung sejak yang bersangkutan lahir sampai wawancara dilakukan. Diukur dalam skala rasio. Kategori umur terdiri dari: umur muda, yaitu < 40 tahun; umur sedang, yaitu 41-55 tahun; umur tua, yaitu > 56 tahun.

b. Jenis Kelamin, adalah jenis kelamin responden. Dalam kategori laki-laki dan perempuan.

c. Tingkat pendidikan, adalah tingkat pendidikan formal tertinggi responden hingga saat dilakukan wawancara. Diukur dalam skala ordinal. Kategori tingkat pendidikan terdiri dari: rendah, jika tidak tamat SD atau tamat SD; sedang, yaitu jika tamat SLTP; tinggi, yaitu jika tamat SLTA atau perguruan tinggi.

d. Akses terhadap media, diukur berdasarkan akses responden terhadap media atau alat komunikasi yang dimiliki seperti televisi, radio, telepon, majalah, buletin dan koran dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat

(38)

dalam enam bulan terakhir. Di ukur dalam skala ordinal. Kategori akses terhadap media terdiri dari: rendah, yaitu tidak memiliki akses terhadap media; sedang, yaitu memiliki akses terhadap1-2 media; tinggi, yaitu memiliki akses terhadap > 3 media.

e. Terpaan media, adalah berkaitan dengan informasi mengenai budaya Rudat yang diperoleh responden melalui media massa baik cetak maupun elektronik, diukur dengan berapa kali responden membaca atau mendengarkan atau menonton media massa yang berkaitan dengan budaya rudat dalam enam bulan terakhir. Di ukur dalam skala nominal. Kategori terpaan media terdiri dari: rendah, yaitu tidak pernah membaca atau menonton atau mendengarkan media dalam enam bulan terakhir; sedang, yaitu pernah membaca atau menonton atau mendengarkan media 1-2 kali dalam enam bulan terakhir; tinggi, yaitu pernah membaca atau menonton atau mendengarkan media >3 kali dalam enam bulan terakhir.

2. Karakteristik informasi; didefinisikan sebagai derajat perbedaan pengetahuan mengenai budaya rudat antara responden yang satu dengan yang lain dalam suatu situasi tertentu. Karakteristik informasi yang tercakup dalam penelitian ini adalah: Intensitas informasi, didefinisikan sebagai kedalaman pemahaman responden terhadap informasi mengenai budaya Rudat yang diterima dari sumber informasi. Intensitas informasi diukur berdasarkan total skor jawaban pertanyaan tentang kedalaman informasi mengenai budaya Rudat, yang ditunjukkan dengan semakin paham dan mengertinya responden, sehingga menambah pengetahuan atau tidak setelah responden menerima informasi tersebut.

3. Jaringan Komunikasi; menggambarkan interaksi antara individu yang satu dengan yang lain berkaitan dengan upaya memperoleh dan memberikan informasi mengenai budaya Rudat, dari data jaringan yang diperoleh dapat dilihat :

a. Struktur komunikasi; didefinisikan sebagai susunan dari unsur-unsur yang teridentifikasi, yang dapat dikenali dalam jaringan informasi yang terpola dalam suatu sistem masyarakat. Struktur komunikasi ditunjukkan oleh matriks sosiometri dan sosiogram. Sosiogram merupakan diagram atau bagan pilihan komunikasi yang dilakukan sampel dalam penelitian ini. Berdasarkan

(39)

jawaban dari sampel tersebut maka diidentifikasikan siapa saja yang akan menempati peran-peran khusus dalam jaringan, seperti star/opinion leader, isolate, bridge, liaison dan berapa jumlah klik yang terbentuk dalam jaringan. Selain itu juga dianalisis struktur jaringan komunikasi pada tiga tingkatan, yaitu tingkat individu, tingkat klik dan tingkat sistem, dimana :

ƒ Pada tingkat individu yaitu responden sebagai perseorangan, terdiri dari derajat koneksi inividu dan derajat integrasi individu.

ƒ Pada tingkat klik yaitu sebagai bagian dari sistem dimana anggota-anggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya di luar klik dalam atau luar sistem, terdiri dari derajat integrasi klik dan derajat keterbukaan klik.

ƒ Pada tingkat sistem yaitu seluruh responden di dalam jaringan komunikasi, tediri dari tingkat keterbukaan klik.

Secara rinci tentang definisi operasional dan pengukuran struktur jaringan komunikasi ini dapat dilihat dalam Tabel 1:

(40)

Tabel1 Definisi konseptual dan pengukuran struktur jaringan komunikasi

Indikator Definisi Konseptual Pengukuran 1. Tingkat Individu 1. Keterhubungan individu (individual connectedness) 2. Integrasi individu (individual integration)

Tingkat hubungan individu dengan individu lainnya dalam suatu sistem

Tingkat hubungan dari masing-masing anggota jaringan komunikasi personal

Jumlah hubungan nyata antar individu dengan anggota jaringannya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi.

Jumlah hubungan tidak langsung di antara individu di dalam sistem dibagi dengan kemungkinan hubungan yang mungkin terjadi.

2. Tingkat Klik

1. Keterhubungan klik (Clique connectedness)

2. Integrasi klik (Clique integration)

3. Keterbukaan klik (Clique openness)

Tingkat hubungan antar satu klik dengan klik lain dalam suatu sistem

Tingkat hubungan suatu klik dengan klik yang terhubungkan dengan klik lainnya

Tingkat hubungan antara anggota klik dengan klik anggota lain di luar klik.

Jumlah hubungan antara satu klik dengan klik lain dalam sistem dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi.

Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap) antara klik dengan klik lainnya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi.

Jumlah hubungan anggota klik yang melintasi batas klik dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi.

3. Tingkat Sistem

1. Keterbukaan Sistem (System Openness)

Tingkat hubungan anggota sistem dengan individu lain diluar sistem

Jumlah hubungan dari anggota sistem yang melintasi batas sistem dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin terjadi

b. Saluran komunikasi, yaitu berkaitan dengan banyaknya saluran komunikasi yang digunakan. Di ukur dengan skala ordinal. Kategori banyak; > 5 saluran komunikasi; sedang; 3-4 saluran komunikasi; sedikit 1-2 saluran komunikasi 4. Peran perempuan; didefinisikan sebagai perilaku seorang perempuan yang

mempunyai kedudukan sebagai isteri, ibu rumahtangga atau anggota masyarakat dalam bentuk peranserta mereka dalam menyampaikan informasi kepada orang lain, memotivasi masyarakat melaksanakan budaya rudat, menghubungkan individu-individu yang ingin memperoleh informasi lebih lanjut tentang budaya

(41)

rudat, berpartisipasi secara aktif dalam prosesi acara, mulai dari tahap penyiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Pengukuran tingkat peran perempuan dalam mempertahankan budaya rudat dalam setiap item pertanyaan diukur menggunakan skala ordinal yaitu: tidak pernah diberi skor 1; jarang diberi skor 2; selalu diberi skor 3. Skor masing-masing item jawaban, selanjutnya dijumlahkan sebagai bahan guna menentukan kategori tingkat peranannya.

Data dan Instrumentasi

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan metode survai, observasi, sosiometri dan wawancara mendalam (Indepth Interview). Metode survai dan wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Selain itu peneliti juga melakukan observasi lapangan dan memanfaatkan data-data tertulis lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian, termasuk hasil-hasil penelitian terdahulu yang sejenis. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu :

1. Survai pendahuluan, yakni tahap awal dengan melakukan pengamatan dan penelitian pendahuluan guna mengumpulkan data-data yang berguna untuk memperkuat permasalahan yang terjadi sehingga peneliti yakin penelitian ini perlu dan dapat dilaksanakan.

2. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara

3. Pengumpulan data sekunder, yaitu data-data pendukung yang berkaitan dengan penelitian.

Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah indeks yang menunjukan sejumlah mana suatu alat pengukur (dalam hal ini kuesioner) betul-betul dapat mengukur apa yang perlu diukur (Singarimbun dan Effendi, 1989). Guna mendapatkan alat atau instrumen yang valid, maka kuesioner disusun dengan cara :

1. Mendefinisikan konsep yang diukur secara operasional

2. Mempertimbangkan teori, kenyataan yang ada dan cara-cara yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu mengenai topik sejenis guna mendapatkan data dan informasi tentang hal yang sama.

(42)

3. Menyesuaikan isi pertanyaan dan pernyataan dengan situasi dan kondisi responden

4. Melakukan diskusi dan memperhatikan nasehat pembimbing.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas juga menunjukkan konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun, 1989). Dalam penelitian ini guna menentukan reliabilitas alat ukur yang digunakan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba kuesioner pada masyarakat yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden. Jumlah masyarakat untuk uji coba sebanyak 15 orang.

Teknik penghitungan reliabilitas menggunakan teknik belah dua, yaitu dengan membagi item (pernyataan/pertanyaan) berdasarkan nomer genap-ganjil. Kemudian skor total kedua belahan dikorelasikan dengan teknik korelasi product moment, dengan rumus:

N ( X Y) – ( X Y ) r .tt =

(N X - ( X) ( X Y - ( Y ) Dimana : N = jumlah responden

X = total belahan pertama Y = total belahan kedua

Nilai korelasi yang diperoleh, kemudian dikoreksi kembali untuk mencari nilai korelasi keseluruhan pernyataan, dengan menggunakan rumus :

2 (r .tt)

r.tot = 1+ r.tt

dimana : r.tot = angka koefisien reliabilitas keseluruhan item r.tt = angka korelasi kedua belahan.

Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh kemudian diolah melalui tahap-tahap:

(43)

• Editing

Kegiatan memeriksa atau memilih kembali jawaban responden untuk mengetahui kelengkapan dan kejelasannya.

• Koding

Kegiatan mengelompokkan jawaban responden, menentukan kategori • Penyusunan Tabulasi

Yaitu dengan menyusun jawaban-jawaban yang sama (identik) dalam bentuk tabel

Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah: 1. Analisis Sosiometri

Analisis ini digunakan untuk melihat jaringan komunikasi masyarakat dalam mempertahankan budaya rudat. Cara yang digunakan adalah dengan membuat matriks hubungan komunikasi yang terjadi dalam masyarakat terlebih dahulu, hal ini didapat dari jawaban atas pertanyaan sosiometris yang diajukan dalam kuesioner, selanjutnya dibuat sosiogram. Melalui sosiogram ini akan terlihat pola hubungan antar individu dalam masyarakat desa Negeri Katon dalam mempertahankan budaya Rudat dan peranan masing-masing individu dalam jaringan komunikasi tersebut. 2. Analisis Struktur Jaringan Komunikasi

Guna mengetahui tingkat keterhubungan rata-rata hubungan antar individu dalam jaringan komunikasi dihitung dengan cara:

Jumlah hubungan nyata antar individu

dengan anggota dalam sistem

Tingkat keterhubungan =

Jumlah hubungan yang mungkin terjadi dalam sistem

Jumlah kemungkinan hubungan dalam jaringan ini dirumuskan:

N (N-1) Jumlah kemungkinan hubungan dalam jaringan =

(44)

Dimana: N = Jumlah anggota dalam sistem

N-1 = Jumlah anggota dikurangi 1, karena tidak mungkin seseorang menunjuk dirinya sendiri sebagai sumber informasi

Tingkat integrasi individu dihitung dengan cara:

Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap)

dalam suatu sistem

Tingkat integritas =

Jumlah hubungan yang mungkin terjadi

dalam sistem

Indeks keterbukaan sistem dalam jaringan komunikasi dihitung dengan cara:

Jumlah hubungan dari anggota

Sistem yang melintasi batas sistem

Tingkat keterbukaan =

Jumlah hubungan yang mungkin terjadi di luar sistem

3. Analisis Hubungan

Data mengenai hubungan antara karkteristik informasi dan karakteristik masyarakat dengan jaringan komunikasi dalam mempertahankan budaya Rudat, hubungan antara jaringan komunikasi dengan peran perempuan dalam mempertahankan budaya Rudat di analisis dengan menggunakan analisis rangking dari Rank Spearman.

(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah Penelitian Letak dan Luas Daerah

Kecamatan Negeri Katon merupakan salah satu dari 24 kecamatan yang berada di Daerah Tingkat II Kabupaten Lampung Selatan. Luas wilayah kecamatan Negeri Katon 278.123 Ha. Secara administrasi Kecamatan Negeri Katon terdiri dari 12 desa, yang salah satu diantaranya adalah Desa Negeri Katon yang memiliki luas 3600 ha, terdiri dari 92 ha tanah sawah, 631 ha tanah ladang, 1200 ha tanah perkebunan rakyat, 1641 ha tanah perkebunan negara dan 62 ha permukiman. Desa Negeri Katon memiliki batas wilayah yaitu: Utara berbatasan dengan desa Halang Ratu, sebelah selatan berbatasan dengan desa Kalirejo, kemudian sebelah barat berbatasan dengan desa Pujo Rahayu dan sebelah timur berbatasan dengan desa Tanjung Rejo.

Jarak Desa Negeri Katon dengan ibukota kecamatan sejauh 2 km, jarak dengan ibukota kabupaten Lampung Selatan adalah 120 km sedangkan jarak dengan ibukota propinsi 45 km. Sarana perhubungan di daerah penelitian sangat memadai dan lancar, karena letak Desa Negeri Katon berada hanya 1 km dari jalan raya utama yang menghubungkan Kabupaten Lampung Selatan-Kabupaten Tanggamus, sehingga akses transpotasi baik dari ibukota kabupaten maupun dari ibukota propinsi serta ibukota kecamatan ke daerah penelitian sangat lancar.

Demografi

Berdasarkan data desa Negeri Katon tahun 2006 diketahui Desa Negeri Katon saat ini dihuni oleh 2.298 orang dengan rincian tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1 Persebaran penduduk desa Negeri Katon berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Prosentase (%)

Laki-laki 1.136 49,4

Perempuan 1.162 50,6

Jumlah 2.298 100,0

Sumber: Data Desa Negeri Katon 2006

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa persebaran penduduk desa Negeri Katon berdasarkan jenis kelamin dapat dikatakan seimbang antara laki-laki dan

(46)

perempuan. Dari total jumlah penduduk desa Negeri Katon tersebut, diketahui bahwa hanya 615 orang (26,8 persen) penduduk yang telah memiliki pekerjaan tetap. Dari penduduk yang sudah bekerja tersebut mayoritas berprofesi sebagai petani. Ragam pekerjaan penduduk desa Negeri Katon yang sudah bekerja dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2 Persebaran penduduk yang sudah bekerja berdasarkan pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Prosentase (%)

Petani 361 58,6 Buruh 184 30,0 Pegawai Negeri 20 3,2 Swasta 30 4,9 Pedagang 16 2,6 Montir 1 0,2 Perawat/Bidan 2 0,3 Dokter 1 0,2 Jumlah 615 100,0

Sumber: Data Desa Negeri Katon 2006

Tingkat pendidikan penduduk desa ini cukup beragam dengan sebagian besar berpendidikan tamat SD dan SLTP. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat desa Negeri Katon akan pentingnya pendidikan sekolah/formal sudah cukup baik. Persebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3 Persebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang)

Prosentase (%)

Belum sekolah 385 16,7

Tidak pernah sekolah 169 7,3

Pernah sekolah tapi tidak tamat SD/sederajat 293 12,7

SD/sederajat 699 30,4 SLTP/sederajat 415 18,1 SLTA/sederajat 298 13,0 D-1,D-2 & D-3 25 1,1 S-1 13 0,6 S-2 1 0,1 Jumlah 2.298 100,0

Sumber: Data Desa Negeri Katon 2006

Meskipun data pendidikan penduduk menunjukkan adanya kesadaran yang sudah cukup baik akan pentingnya pendidikan, namun penduduk yang tidak pernah sekolah

(47)

di desa ini pun relatif banyak yaitu 169 orang, yang umumnya generasi tua yang pada zamannya tidak dapat bersekolah dikarenakan masalah situasi dan kondisi pada saat itu, di samping disebabkan oleh faktor ekonomi. Fasilitas pendidikan yang ada di desa Negeri Katon saat ini adalah:

™ 1 (satu) buah gedung Sekolah Dasar (SD)

™ 1(satu) buah gedung Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP)

Sosial Budaya

Seperti umumnya kehidupan sosial budaya masyarakat adat di daerah Lampung, masyarakat adat di desa Negeri Katon juga memiliki beragam budaya antara lain budaya pengangkatan anak secara adat, budaya perkawinan adat, budaya menyambut kelahiran anak, ritual panen raya dan budaya adat lainnya. Keberadaannya ritual-ritual budaya tersebut sampai saat ini masih eksis dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Masyarakat desa Negeri Katon mayoritas beragam Islam, hanya dua keluarga yang beragama selain Islam. Kedua keluarga tersebut bukan merupakan masyarakat asli desa Negeri Katon (masyarakat pendatang), yang dikarenakan pekerjaan/profesi mereka membuat mereka menetap untuk sementara waktu di desa Negeri Katon.

Pelestarian Budaya Rudat

Rudat sebagai salah satu ritual budaya masyarakat Lampung yang sampai saat ini masih dilaksanakan, harus tetap dipertahankan keberadaannya. Upaya pelestarian budaya Rudat ini memang tidak mudah, salah satunya disebabkan beragamnya suku bangsa yang ada di daerah Lampung yang memungkinkan masyarakat mengenal dan akrab dengan budaya dari daerah lain yang dibawa oleh masyarakat pendatang. Salah satu contoh yang dapat menjadi penghambat dalam melestarikan budaya Rudat yaitu kemudahan masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai Rudat. Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 87.7 persen responden tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai budaya Rudat, karena menurut mereka disekitar tempat tinggalnya terdapat cukup banyak tokoh adat dan tokoh masyarakat yang dapat dimintai informasi mengenai budaya Rudat. Persebaran responden berdasarkan

Gambar

Gambar 1 Komponen-komponen dasar dari model komunikasi konvergen
Gambar 2: Skema kerangka pemikiran
Tabel 1 Persebaran penduduk  desa Negeri Katon  berdasarkan jenis    kelamin
Tabel 2 Persebaran penduduk yang sudah bekerja berdasarkan pekerjaan  Jenis Pekerjaan  Jumlah (Orang) Prosentase  (%)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kepribadianpun memiliki beberapa unsur yang dimiliki dalam konsep kepribadian tersebut, yakni : pengetahuan, perasaan , dan dorongan naluri (Koentjaraningrat. Cosplayer

Pancasila merupakan ideologi Negara yang memiliki sumber nilai anti korupsi yang mampu mengikat setiap masyarakat Indonesia, tapi sekarang persoalannya adalah arah

[r]

Buah pepaya yang masih mengkal memiliki efek menggugurkan kandungan, sedangkan buah pepaya yang sudah matang berkhasiat untuk melancarkan gangguan sistem pencernaan, selain itu

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tahap pertama, kedua dan ketiga, variabel yang memiliki nilai p&gt;0,05 dikeluarkan secara bertahap, sehingga pada tahap keempat dapat

The purpose of try out is to test or measure validity or reliability of research instrument. The researcher would try out the instrument before it applied to give pre test to the

60 Umbulharjo Yogyakarta

Prinsip ini memberikan tuntutan bagi setiap pihak yang melakukan kegiatan pemanfaatan hutan, termasuk perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan