• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI

METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP

KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG

SEMESTER I TAHUN 2011/2012

Oleh: Winarni

SD Negeri 01 Nglurup Kecamatan Sendang Tulungagung

Abstrak. Pembelajaran matematika merupakan bagian yang penting dari pendidikan secara

keseluruhan, karena dengan pengajaran matematika anak dilatih berfikir secara kritis, kreatif, cermat dan teliti secara bertindak secara logis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran metode demonstrasi dalam upaya peningkatan prestasi belajar bidang studi matematika. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Nglurup Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2011/2012 yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Nopember 2011. Kelas yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah kelas IV Semester 1 SDN 1 Nglurup Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung dengan jumlah siswa sebanyak 14 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan tergolong berhasil. Terbukti dari hasil rata-rata sebelum siklus 67,36 dan pada nilai rata-rata siklus I yaitu 76,64 menjadi 85,21 di akhir siklus II. Serta ketuntasan belajar siswa yang meningkat dari 78,57% pada siklus I menjadi 92,86% pada siklus II. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika di kelas IV SDN 1 Nglurup menunjukkan respon yang positif dengan hasil respon 1,76.

Kata Kunci: prestasi belajar, matematika, metode demonstasi

Kebutuhan manusia akan pendidikan meru-pakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan ma-nusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Tujuan pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur serta moral yang baik.

Adapun tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan menge-mbangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan keba-ngsaan. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang berlangsung lama dan sa-ngat komplek yang mana di dalam pendi-dikan menunjukkan proses bimbingan terha-dap siswa. Dalam rangka meningkatkan mu-tu pendidikan, UNESCO telah mempersiap-kan pendidimempersiap-kan manusia abad XXI, yaitu pe-serta didik perlu dilatih untuk bisa berpikir, berbuat atau melakukan sesuatu, menghayati hidupnya menjadi seorang pribadi sebagai-mana yang ia inginkan, belajar secara man-diri juga perlu bejar untuk hidup bersama orang lain (Atmadi dan Setiyaningsih, 2000). Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses menyampaikan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembe-lajaran secara efektif dan efisien. Berhasil

(2)

tidaknya suatu pembelajaran tergantung ke-pada faktor guru dalam menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Tujuan pembela-jaran pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik.

Pendidik dalam dunia pendidikan ha-rus dapat membantu siswa untuk mengem-bangkan semua potensi yang dimiliki oleh siswa. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan perlu adanya upaya-upaya dalam penyeleng-garaan pendidikan, seperti peningkatan inter-aksi timbal balik antara siswa dan guru. Interaksi timbal balik tersebut dapat berupa perlakuan khusus pada saat proses belajar mengajar berlangsung atau pemberian um-pan balik terhadap hasil yang dicapai siswa. Yang dimaksud dengan interaksi timbal balik guru murid adalah respon langsung maupun tidak langsung dalam proses belajar meng-ajar dari guru ke siswa atau dari siswa ke guru. Umpan balik perilaku guru dapat diwujudkan dalam bentuk membantu setiap anak yang mengalami kesulitan belajar seca-ra individual dengan caseca-ra memberikan puji-an, kritikan dan arahan serta tanggapan ter-hadap hasil pekerjaan siswa selama proses belajar mengajar.

Keberhasilan mengajar guru tidak ha-nya ditentukan pada penguasaan penge-tahuan guru tentang ilmu yang diajarkan te-tapi ditentukan faktor-faktor antara lain: tuju-an, metode dan cara menerapkan dalam proses belajar mengajar. Karena masing-ma-sing metode mengajar mempunyai kelemah-an dkelemah-an kelebihkelemah-an maka untuk mencapai hasil yang memuaskan antara metode yang satu dengan metode yang lain perlu panduan me-ngajar yang tepat, sehingga dapat digunakan metode yang lain untuk saling melengkapi dengan yang lain.

Pengaturan kondisi dalam pembe-lajaran merupakan suatu hal yang penting guna meningkatkan prestasi belajar. Dalam menciptakan suatu tujuan pembelajaran se-orang guru dituntut mampu menciptakan kondisi belajar yang optimal dalam arti luas seorang guru diharapkan mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengen-dalikan dalam suasana yang menyenangkan. Pengaturan berkaitan dengan penyampaian pesan pengajaran atau dapat pula berkaitan dengan penyediaan kondisi belajar. Bahan pelajaran dan waktu belajar itu sebenarnya dijabarkan untuk program belajar murid-mu-rid dengan kemampuan belajar rata-rata. Apabila bahan pelajaran ini sama untuk disa-jikan kepada anak didik yang lebih cepat kemampuan belajarnya, maka anak tersebut akan menguasai dalam waktu yang lebih pendek. Sebaliknya apabila bahan pelajaran yang sama itu disajikan ini kepada anak yang lebih lamban, dalam artian kurang mampu untuk menguasai dalam belajar, maka waktu yang dibutuhkannya lama (Darmodihardjo, 1982).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi peser-ta didik dan dari sisi guru. Dari sisi peserpeser-ta didik, hasil belajar merupakan tingkat per-kembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut ter-wujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesai-kannya bahan pelajaran.

Belajar merupakan suatu proses pem-belajaran diri menjadi manusia yang berilmu dan lebih maju dengan berbagai pengalaman belajar. Akan tetapi, ketika seseorang ingin hasil yang maksimal, maka dalam proses

(3)

belajar mengajar harus ada yang namanya suatu usaha dan yang baik untuk menuju proses pembelajaran yang baik.

Aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan yaitu kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa dan metode yang digunakan. Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam hubungannya dengan pendidikan tersebut disebut kegiatan belajar mengajar. Dalam melaksanakan proses bel-ajar mengbel-ajar diperlukan metode yang tepat agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode yang digunakan harus sesuai dengan materi dan menunjang kegiatan belajar mengajar.

Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas ialah arit-matika, aljabar, geometri dan analisis dimana arti dari aritmatika mencakup antara lain teori bilangan dan statistik. Selain itu, matematika adalah ratunya ilmu (matematice is the queen

science) maksudnya antara lain ialah bahwa

matematika tidak tergantung pada bidang studi lain, misalnya bahasa, dan agar dapat dipahami orang dengan tepat harus meng-gunakan simbol dan istilah yang cermat yang disepakati secara bersama.

Obyek langsung dalam matematika ialah fakta, keterampilan proses dan aturan (principal) untuk mempelajari obyek-obyek langsung dan dalam mempelajari topik-topik dalam matematika tidak dapat sembarangan. Topik dalam matematika tersusun secara hi-rarki mulai dari yang mendasar sampai pada yang paling sukar. Setiap orang yang ingin belajar matematika dengan baik harus melalui jalur-jalur pasti yang telah tersusun secara logis. Selain itu, setelah anak memahami fakta, keterampilan konsep dan

aturan obyek-obyek langsung ia harus dilatih dan difahamkan juga.

Pembelajaran matematika merupakan bagian yang penting dari pendidikan secara keseluruhan, karena dengan pembelajaran matematika anak dilatih berfikir secara kritis, kreatif, cermat dan teliti serta bertindak secara logis. Dengan demikian perlu diperha-tikan bagaimana cara agar anak didik dapat menyerap materi ajar matematika semak-simal mungkin, sehingga anak didik dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Terdapat beberapa masalah yang me-nyebabkan sebagian besar siswa kurang ter-tarik pada mata pelajaran matematika dianta-ranya: (1) siswa merasa takut pada mata pelajaran matematika, (2) siswa sulit mema-hami dan menerapkan pokok bahasan mate-matika, (3) sebagian guru kurang tepat dalam memilih dan menerapkan metode pembe-lajaran yang digunakan dan (4) sebagian guru masih belum menggunakan metode pem-belajaran yang bervariasi.

Berdasarkan kondisi yang telah di-uraikan di atas, maka untuk lebih mewujud-kan fungsi dan tujuan matematika sebagai salah satu wahana sumber daya manusia per-lu dikembangkan iklim belajar yang kons-truktif bagi berkembangnya potensi kreatif siswa sehingga lahir gagasan baru dalam pembelajaran harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik sedangkan peserta didik harus selalu berusaha melakukan kegiatan yang lebih ba-nyak daripada guru. Peran guru harus mem-bimbing, mengarahkan materi pelajaran se-hingga siswa lebih banyak memahami aktivi-tas belajar dari sisi konsep serta kemanfa-atannya dalam kehidupan sehari-hari mau-pun dalam belajar yang aktif dan kreatif.

(4)

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru perlu memperhatikan semua aspek pribadi siswa seperti potensi fisik dan jiwa (lambat, cepat), tingkat perkembangan pengalaman belajar, latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan sosial budaya, bakat, minat kepribadian dan harapannya serta proyeksi yang diterapkan masyarakat, pemerintah untuk masa depannya (Gunawan, 1996).

Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar memperlihatkan bagaima-na jalannya suatu proses terjadinya sesuatu (Sudjana, 2010). Oleh karena itu metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para peserta didik untuk mencari jawaban segan usaha sendiri berdasarkan fakta yang dilihat. Dengan kata lain metode demonstrasi adalah dimana seorang guru ataupun peserta didik memperagakan langsung suatu hal yang kemudian diikuti oleh peserta didik sehingga ilmu atau ketrampilan yang didemons-trasikan lebih dapat bermakna dalam ingatan masing-masing peserta didik.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilak-sanakan di SDN 1 Nglurup Kecamatan Sen-dang Kabupaten Tulungagung Tahun Pe-lajaran 2011/2012 yang dilaksanakan dalam bulan Oktober sampai bulan Nopember 2011 pada mata pelajaran matematika. Sedangkan kelas yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah Kelas IV Semester I dengan jumlah siswa sebanyak 14 siswa. Penelitian dilakukan mulai dari (1) perencanaan tindak-an, (2) pelaksanaan tindaktindak-an, (3) pemantauan (observasi), (4) refleksi pada setiap tindakan yang dilakukan, dan (5) evaluasi (Arikunto, 2009:16). Instrumen penelitian berupa tes, observasi, angket dan catatan lapangan.

Penelitian terdiri dari 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Dalam penelitian guru bertindak sebagai penyampai materi pembelajaran dan dibantu oleh rekan guru sebagai pengamat/observer. Hal ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya pe-ningkatan belajar pada siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika melalui metode demonstrasi.

Dalam menentuan keberhasilan pro-ses yang dilakukan selama penelitian, diten-tukan dengan menggunakan lembar obser-vasi yang. Dimana penilaian menggunakan format skor. Arikunto (1997) membagi skor penilaian menjadi 5 kategori, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kategori Penilaian Lembar Observasi Penilaian skor Kategori

86 – 100 Sangat baik 76 – 85 Baik 60 – 75 Cukup baik 50 – 59 Kurang baik

0 – 49 Sangat kurang baik

Untuk mencari persentase nilai rata-rata setelah dilakukan observasi dilakukan dengan menggunakan rumus.

𝑁𝑅 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑥 100% NR adalah persentase nilai rata-rata setelah dilakukan observasi.

Data yang sudah didapat dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adala menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan dan mereduksi data yang melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklarifikasian di dalamnya.

(5)

Kegiatan penelitian dilaksanakan se-banyak 2 kali, yaitu siklus I dan siklus II. Da-lam penelitian dilakukan dengan meng-umpulkan data yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika. Pada siklus I evaluasi terhadap tindakan kelas dilakukan dengan menggunakan observasi dan tes. Melalui observasi diharapkan perilaku siswa di kelas yang berkaitan dengan pembelajaran materi pelajaran dapat diamati. penelti mengukur produk pembelajaran dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh siswa.

Di samping pengukuran nilai siswa, dalam pengukurannya juga diperhitungkan daya serap dan ketuntasannya. Dilihat dari perilaku siswa, nampak siswa menjadi lebih aktif.

Tabel 2 Nilai siswa siklus I

No Nama Siswa Nilai % Ketuntasan T TT

1 Diki Kurniawan 75 T 2 Andi Rutanto 66 TT 3 Dika Riyawan 64 TT 4 Erisha Tri W. 70 T 5 Feri Agustian 71 T 6 Luki Nur A. 87 T 7 Maya Amelia A. 87 T 8 Ony Fa’iz A. 83 T 9 Aisah N. 85 T 10 Adi Yuwono 85 T 11 Anggi Shaifa H. 89 T 12 Arta Dwi C. 78 T 13 Dery Allansyah 65 TT 14 Dia Putri P. 70 T Jumlah 1075 11 3 Rata-rata 76.79 78.57 21.43

Proporsi siswa dalam metode de-monstrasi pada siklus I baru mencapai 62,50%, artinya proporsi siswa dalam kegiat-an proses pembelajarkegiat-an di kelas sudah me-nunjukkan aktivitas yang “baik“. Hal ini sejalan dengan proporsi yang diberikan guru dalam proses pembelajaran yang menunjuk-kan proporsi aktivitas yang baik dengan

persentase 64,06%.

Dari hasil obervasi diketahui bahwa prestasi belajar belum mencapai keriteria yang telah ditentukan yaitu dengan tingkat ketuntasan belajar siswa yang masih men-capai 78,57% dari ketuntasan minimal yang telah ditentukan sebesar 85%. Melihat hasil prestasi belajar siswa inilah, peneliti perlu melakukan tindakan perencanaan lebih lanjut pada siklus selanjutnya.

Dari hasil tindakan siklus I hasil tes masih rendah. Oleh karena itu perlu dilaku-kan tindadilaku-kan siklus II. Adapun hal-hal yang direncanakan dalam pembelajaran ini adalah: (a) guru harus menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sera memberikan per-hatian kepada siswa secara merata, (b) guru mengurangi dominasi dalam kegiatan diskusi serta lebih menggunakan bahasa yang komunikatif, dan (c) guru memberikan ke-sempatan secara luas kepada siswa untuk mendemonstrasikan bangun ruang secara bergilir.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan keaktifan siswa di kelas menjadi lebih baik, sudah ada interaksi yang relevan, baik interaksi siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru, selain itu siswa sudah tidak canggung lagi dalam men-demonstrasikan alat peraga bangun ruang. Dengan demikian prestasi siswa dalam proses pembelajaran meningkat sangat baik.

Sesuai dengan perencanaan evaluasi hasil tindakan yang telah dirancang nampak-nya keberhasilan metode demonstrasi dalam mata pelajaran matematika mangalami pe-ningkatan baik yang dilihat dari respon yang ditunjukkan siswa maupun prestasi akhir yang dicapai. Berikut ini peneliti tampilkan tabulasi data prestasi belajar siswa pada siklus II sebagai berikut

(6)

Tabel 3 Nilai Siswa Siklus II

No Nama Siswa Nilai % Ketuntasan T TT

1 Diki Kurniawan 87 T 2 Andi Rutanto 75 T 3 Dika Riyawan 70 T 4 Erisha Tri W. 86 T 5 Feri Agustian 86 T 6 Luki Nur A. 94 T 7 Maya Amelia A. 86 T 8 Ony Fa’iz A. 88 T 9 Aisah N. 90 T 10 Adi Yuwono 86 T 11 Anggi Shaifa H. 100 T 12 Arta Dwi C. 92 T 13 Dery Allansyah 69 TT 14 Dia Putri P. 84 T Jumlah 1075 1193 13 Rata-rata 76.79 85.21 92.86

Aktivitas siswa dalam KBM di kelas sudah mencapai 70,83%. Artinya siswa memberikan proporsi aktivitas yang sangat baik pada siklus II selama pembelajaran ber-langsung. Hal ini tentu berkat guru dalam memberikan proporsi aktivitas yang sangat baik dalam melaksanakan metode pembela-jaran dan perubahan perencanaan tindakan dengan persentase sebesar 70.31%.

Dari analisis data yang diperoleh, hasilnya sesuai dengan yang diharapkan dan sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Pe-ningkatan prestasi siswa dapat ditunjukkan dengan hasil sebagai berikut. (a) Terjadi pe-ningkatan nilai rata-rata dari sebelum siklus 67,36 dan pada nilai rata-rata siklus I yaitu 76,64 menjadi 85,21 pada akhir siklus II. (b) Ketuntasan belajar siswa dapat meningkat dari 78,57% pada siklus I menjadi 92,86% pada siklus II. (c) Respon terhadap pembela-jaran matematika di kelas IV SDN 1 Nglurup menunjukkan respon yang sangat positif dengan hasil respon 1,76

Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peranan metode demons-trasi dalam upaya untuk meningkatkan pres-tasi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika pada siswa kelas IV SDN 1 Nglurup, maka tindakan yang dilakukan ter-golong berhasil.

Keberhasilan tersebut jika digambar-kan melalui sebuah grafik peningkatan hasil belajar sebagai berikut.

Gambar 1 Grafik Peningkatan hasil belajar siswa

Penerapaan metode demonstrasi bisa membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, karena bisa berani untuk ber-bicara, terlatih untuk melakukan percobaan, berani untuk mengajukan dan menjawab per-tanyaan. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran guru seharusnya menggunakan model pembelajaran yang bisa membuat sis-wa aktif, sehingga sissis-wa tidak hanya diam dan mendengarkan dalam mengikuti pembe-lajaran yang cenderung membuat siswa menjadi bosan dan pasif. Hal ini juga sesuai dengan tujuan metode demonstrasi yakni agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan menga-dakan percobaan sendiri. Siswa juga dapat terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah. De-ngan demonstrasi siswa menemukan bukti

(7)

kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama dua siklus yang ma-sing-masing siklus terdiri dari dua kali per-temuan dan berdasarkan dari seluruh pem-bahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran peneliti membimbing dan me-ngarahkan guru dalam menerapkan metode demonstrasi melalui kegiatan diskusi. Dalam kegiatan diskusi guru bertindak sebagai fasi-litator dan motivator dalam pembelajaran.

Terjadi peningkatan nilai rata-rata dari sebelum siklus 67,36 dan pada nilai rata-rata siklus I yaitu 76,64 menjadi 85,21 pada akhir siklus II. Ketuntasan belajar siswa dapat meningkat dari 78,57% pada siklus I menjadi 92,86% pada siklus II. Respon terhadap pembelajaran matematika di kelas

IV SDN 1 Nglurup menunjukkan respon yang positif dengan hasil respon 1,76.

Saran

Kepada guru yang melakukan metode demonstrasi hendaknya divariasi dengan kegiatan tanya jawab untuk membangun pemahaman siswa.

Dalam metode demonstrasi peneliti juga mempersiapkan alat peraga yang men-dukung pembelajaran. Sehingga bagi guru yang menggunakan metode serupa untuk menggunakan benda-benda yang sesuai dengan materi sifat-sifat bangun ruang.

Guru disarankan memberi kesempa-tan kepada siswa untuk mendemonstrasikan alat peraga secara bergantian.

Dengan menggunakan metode de-monstrasi dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa harus sering mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan sifat-sifat bangun ruang sederhana.

DAFTAR RUJUKAN

Atmadi,A & Setiyaningsih, Y. 2000.

Trans-formasi Pendidikan. Jakarta: Kanisius.

Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian

Su-atu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rine-ka Cipta.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Darmodihardjo, D. 1982. Psikologi

Penga-jaran. Jakarta: Grasindo.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gunawan, U. 1996. Peningkatan Mutu

Pro-ses Belajar Mengajar Sekolah Dasar.

Bandung: Siger Tengah

Sudjana, N. 2008. Penilaian Hasil Belajar

Mengajar. Bandung: PT. Remaja

Gambar

Tabel 2 Nilai siswa siklus I  No  Nama Siswa      Nilai   % Ketuntasan T TT  1  Diki Kurniawan  75  T     2  Andi Rutanto  66     TT  3  Dika Riyawan  64     TT  4  Erisha Tri W
Tabel 3 Nilai Siswa Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan semakin panjang perkuatan dan semakin besar jarak pondasi dari tepi lereng maka nilai daya dukung akan semakin meningkat yang dibuktikan

Pada lapis 3 dan lapis 2 termasuk kategori lebih baik karena sesuai dengan kriteria, yaitu tegak lurus mengikuti bentuk desain dan hasilnya sama sedangkan untuk lapis

Interface google map pada sopir angkutan kota Menerim a data koordinat posisi penumpa ng Informasi data koordinat lokasi penumpang Report data pada interface

Beberapa bulan setelah mengambil alih kewenangan untuk mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) tersebut, Dispenda Kabupaten Barito Kuala

- istilah"Republik Demokrasi Jerman"berarti wilayah Republik Demokrasi Jerman termasuk laut wilayah dan daerah-daerah laut yang berbatasan atas mana Republik

Laporan akuntabilitas kinerja Tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar dimanfaatkan merupakan media penyampaian informasi kepada publik utamanya para

Penduduk Gresik menekuni pekerjaan di luar pertanian (off farm) karena memang keadaan geografi yang tidak mendukung. Masyarakat bekerja sebagai pengrajin dan pedagang

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan panjang berat teripang kelas Holothuroidea yang diperoleh di Perairan Tanjung Tiram