i
KARAKTERISASI CEBAKAN MINERAL SULFIDA BERDASARKAN
HASIL METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DAN INDUKSI
POLARISASI DAERAH JAMPANG KABUPATEN SUKABUMI
DikaAriesandra
1, Dadan Dani Wardhana
2*, Mimin Iryanti
3*1,2Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Pendidikan Indonesia (UPI), Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung 40154, Indonesia
3 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jl. Sangkuriang, Bandung, Indonesia
Dikafisika97@gmail.com
ABSTRAK
Daerah Jampang Kabupaten Sukabumi termasuk ke dalam formasi Jampang yang didominasi dengan batuan gunung api pembawa sulfur, sehingga daerah tersebut sangat berpotensi mineral sulfida pembawa logam bernilai ekonomis tinggi seperti emas, perak, tembaga, nikel, timah dan logam lainnya. Oleh karena itu, banyak kegiatan eklplorasi yang dilakukan di daerah penelitian. Untuk mengurangi persentasi kegagalan dan kerugian ketika dilakukan pemboran pemanfaatan, maka digunakan metode geolistrik resistivitas dan Induksi polarisasi untuk melakukan karakteristisasi cebakan mineral sulfida. Hasil dari metode resistivitas dan induksi polarisasi berupa penampang 2D dari variasi nilai reisitivitas dan chargeabilitas yang diinversi menggunakan perangkat lunak res2dinv. Nilai yang diperoleh bervariasi, untuk resistivitas diperoleh rentang nilai 0 sampai >10.000 Ωm, sedangkan variasi nilai chargeabilitas diperoleh rentang 0 sampai 500 msec. Mineral sulfida di daerah penelitian merupakan hasil alterasi yang menyebabkan mineralisasi. Zona alterasi yang terdapat di daerah penelitian diantaranya alterasi silsifikasi yang ditandai dengan nilai resistivitas tinggi (≥10.000 Ωm) dikarenakan terdapat intrusi batuan beku seperti andesit, basalt dan batuan tuffa vulkanik yang tersedimentasi pada batupasir berasosiasi dengan kuarsa yang membentuk urat dan membawa mineral sulfida seperti pirit dan kalkopirit sehingga menujukkan nilai chargeabiltas yang tinggi pula (≥250msec). Zona alterasi argilik pun mendominasi pada daerah ini yang menyebabkan mineralisasi, ditandai dengan nilai resistivitas rendah (<100 Ωm) didominasi dengan batuan teralterasi kuat seperti shale yang berasosiasi dengan mineral sulfida yang diindikasikan dengan nilai chargeabilitas tinggi. Dari karakteristik tersebut disimpulkan bahwa daerah penelitian termasuk ke dalam endapan hipotermal dengan karakteristik cebakan yang terbentuk berupa urat dan mineralisasi terjadi di dekat intrusi.
Kata Kunci: Cebakan mineral sulfida, metode resistivitas, metode induksi polarisasi, zona alterasi, mineralisasi.
ii ABSTRACT
Characterization of sulfide Mineral Deposits Based On Result of Geoelectric Methode Resistivity And Induced Polarization Of Jampang Area Sukabumi District.
ABSTRACT
Jampang area at Sukabumi district belong to the formation Jampang dominated by volcanic rocks sulfur carrier, so that the area is a potential carrier of metal sulphide minerals of high economic value such as gold, silver, copper, nickel, tin and other metal. Therefore, a lot of exploration activities in rhe area of research. To reduce the percentage of failure and loss when done drilling utilization, then use the method of geolelectric resistivity and induced polarizationto characterize sulphide mineral deposits. Result of resistivity and induced polarization method is pseudosection 2D variation value of resistivity and chargeability were inverted using the software Res2DInv. Values obtained varied, for resistivity values obtained range of 0 to >10.000Ωm, while variations chargeability values obtained range from 0 to 500msec. Sulphide minerals in the area of research is the result of alteration which causes the mineralization. Alteration zones located in the research area include silsifikasi alteration zone are characterized by high resistivity values (>10.000Ωm) because there are igneous intrutions such as andesite, basalt, and tuff volcanic rocks in sedimentary rock like sandstone associated with quartz veins that form and bring the sulphide minerals that shows the high chargeability value(>250msec). Argilic alterasion zone also dominated at research area causes mineralization, with low resistivity value (<100 Ωm) dominated by alteration rocks such as shale associated with sulphide minerals indicated by high chargeability value. From the characteristic of the research area cocluded than the area include in the hypothermal deposits with characteristic that are formed in theform of vein deposits and mineralization occurs near the intrusion.
Keyword : sulphide mineral deposits, resistivity method, induced polarization method, alteration zone, mineralization.
PENDAHULUAN
Daerah Jampang Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah yang kaya akan sumber daya alamnya terutama mineral sulfida. Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa tim peneliti yang melakukan penelitian di beberapa daerah di sekitar Jampang. Mineral sulfida merupakan mineral pembawa bijih logam yang bernilai ekonomis tinggi seperti besi, timah hitam, tembaga, emas dan perak, sehingga sangat bermanfaat baik pada bidang industri juga kebutuhan investasi
seperti perhiasan. Daerah penelitian kali ini pun dilakukan di daerah Jampang, dikarenakan daerah ini memiliki sungai yang hulu sungainya satu garis dengan sungai lain seperti Ciemas, Cikotok dan daerah lainnya. Selain itu daerah penelitian banyak masyarakat sekitar yang mencari logam yang bernilai ekonomis tinggi dengan cara pendulangan.
Cebakan mineral sulfide terbentuk secara tersebar sehingga tidak jarang kegiatan eksploitasi mengalami kerugian
iii akibat kesalahan menentukan leak titik
pengeboran pemanfaatan. Oleh karena itu digunakan metode geolistrik resistivitas dan induksi polarisasi untuk mendapatkan penampang kondisi bawah permukaan tanah agar dapat diketahui karakteristik cebakan mineral sulfide yang terbentuk, sehingga dengan mudah diketahui tipe seperti apa endapan hidrotermal yang terbentuk dan mineral sulfide apa yang berasosiasi di daerah tersebut. Hasil penampang resistivitas dan chargeability yang diperoleh dapat digunakan sebagai titik acuan letak pengeboran pemanfaatan. Tujuan
Mengetahui karakteristik cebakan mineral sulfide di daerah Jampang Kabupaten Sukabumi berdasarkan interpretasi penampang bawah permukaan dari anomali nilai resistivitas dan
chargeability batuan, sehingga dapat diketahui mineral sulfide yang berasosiasi dengan batuan di daerah penelitian.
Metode resistivitas adalah salah satu metode geofisika yang bertujuan mempelajari sifat fisis batuan atau objek yang terdapat di bawah permukaan. Metode ini bertujuan menggambarkan distribusi nilai resistivitas di bawah permukaan bumi dari hasil pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi. Parameter fisis yang didapatkan berupa nilai resistivitas semu. Metode ini menganggap bahwa bumi bersifat homogeny isotropis yang sesungguhnya bumi bersifat heterogen anisotropis, oleh karena itu parameter yang didapatkan berupa nilai resistivitas semu (ρ) dengan satuan Ωm. Untuk mencari nilai resistivitas semu digunakan rumus:
(1)
Dengan merupakan beda potensial pada elektroda potensial dalam satuan volt, I merupakan arus dengan satuan ampere dan K adalah faktor geometri. Faktor geometri didapatkan sesuai dengan konfigurasi elektroda pada saat pengukuran.
Konfigurasi elektroda yang digunakan yaitu konfigurasi elektroda dipole-dipole, karena elektroda ini mampu memberikan penampang secara vertikal dan horizontal seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Konfigurasi Dipole- dipole
(Irwan idrus, 2011)
Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektroda potensial dan elektroda arus tetap, kemudian untuk pengukuran kedalaman (n) selanjutnya dengan memindahkan elektroda arus diikuti dengan pemindahan elektroda potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektroda arus di titik terakhir di lintasan tersebut. Konfigurasi elektroda dipole-dipole memiliki faktor geometri berikut:
(2)
Sehingga untuk mengetahui resistivitas semu dengan menggunakan konfigurasi dipole-dipole, didapatkan persamaan dibawah ini:
(3)
Besar kecilnya nilai resistivitas batuan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti, porositas, permeabilitas, salinitas, air elektrolit, nbatuan lempung dan kandungan mineral konduktif yang terdapat dalam batuan. Berikut adalah tabel nilai resistivitas batuan:
iv
Tabel 1. Nilai Resistivitas Batuan Sumber: Telford dkk., 1990
Metode induksi polarisasi merupakan metode geolistrik yang pada pinsipnya sama yaitu melihat respon dari batuan permukaan tanah setelah diinjeksikan arus dari permukaan. Metode induksi polarisasi terbukti mampu menutupi kekuranngan dari metode resistivitas dalam kasus indentifikasi keberadaan mineral di dalam batuan. Efek polarsasi terinduksi merupakan elemen dasar yang terjadi pada metode IP, dimana ketika elektroda arus (C1,C2 atau A,B) dialiri arus listrik searah (DC) maka pada elektroda potensial (P1,P2 atau M,N) akan menglami beda potensial, ketika sumber arus dimatikan pada waktu t0 maka nilai beda potensial tidak langsung
kembali ke nol, melainkan secara perlahan mengalami peluruhan menuju nol dalam waktu tertentu. Lamanya peluruhan bergantung pada mineral sulfida yang terdapat pada pori batuan, peluruhan tersebut ditujukkan oleh gambar 2.
Gambar 2. Grafik Penurunan beda
potensial
Sumber: Keller and Frischnecth, 1996
Penurunan beda potensial terhadap waktu tersebut merupakan keluaran dari metode pengukuran IP yang disebut dengan chargeability. Setiap penurunan beda potensial diukur dengan mengintegrasikan beda potensial ketika arus dimatikan (t0) dan waku ketika arus
kembali nol (t1). Sehingga chargeability
dirumuskan sebagai berikut:
(4)
Besar kecilnya nilai chargeability tergantung pada penyebaran atau difusi ion-ion menuju mineral-mineral logam dan pergerakan ion-ion di dalam pore-filling
electrolyte. Oleh karena itu, semakin besar
nilai chargeability maka semakin besar potensi daerah tersebut akan mineral sulfidanya. Berikut adalah Tabel 2 yang menunjukkan variasi nilai chargeability batuan
Tabel 2. Nilai Chargeability Batuan Sumber: Telford dkk., 1990
Cebakan mineral sulfide merupakan endapan mineral yang mengandung logam seperti besi, tembaga, timah, seng dan lainnya yang berasosiasi dengan unsur sulfur atau belerang (S), terbentuk akibat adanya mineralisasi yang diakibatkan oleh alterasi batuan. Alterasi merupakan proses pengubahan komposisi batuan yang diakibatkan oleh aktifitas hidrotermal seperti intrusi fluida hidrotermal atau fluida magmatik pembawa mineral sulfide yang mengisi rekahan atau pori batuan sehingga terbentuk intrusi batuan beku yang membentuk singkapan di atas permukaan. Singkapan tersebut biasanya berupa urat kuarsa berasosiasi dengan
v sulfida. Untuk mengetahui jenis mineral
sulfide apa saya yang terdapat di suatu tempat maka harus dilakukan karakterisasi cebakan mineral sulfide di suatu tempat, sehingga diketahui mineral sulfide apa saja yang berasosiasi dengan endapan tersebut. Contoh mineral sulfide pembawa bijih yang memiliki nilai ekonomis diantaranya Bornit dan Kalkopirit merupakan sumber bijih tembaga, Galena merupakan sumber timah hitam, Sfalerit merupakan bijih sumber logam seng, pirit merupakan bijih sumber besi namun terkadang pembawa emas, dan mineral sulfide lainnya. Endapan mineral dibagi menjadi tiga (Lindgreen, 1933), yaitu:
1. Endapan hipotermal, Asosiasi mineral yang terbentuk berupa mineral sulfida seperti pirit, kalkopirit, galena dan sfarefit.
2. Endapan mesotermal, Asosiasi mineral yang terbentuk berupa mineral sulfida Au, Cu, Ag, Sb dan oksida Sn.
3. Endapan epitermal, Asosiasi logam mineralnya emas (Au) dan (Ag) dengan mineral pengotornya kalsit, kuarsit dan kuarsa.
METODE
Metode penelitian difokuskan pada pengolahan data resistivitas dan induksi polarisasi hasil pengukuran oleh tim peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan menggunakan perangkat lunak Res2DInv dan Rockwork 15. Lokasi daerah penelitian ditunjukkan oleh gambar 3.
Gambar 3. Lokasi Daerah Penelitian dan
Peta Lintasan
Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), 2009
Seperti pada Gambar 3, lintasan yang digunakan sebanyak 6 lintasan dengan masing–masing panjang lintasan sejauh 1050 meter, dengan spasi 25 dan menggunakan 42 elektroda. Data yang diperoleh penulis merupakan data sekunder yang memiliki informasi nilai resistivitas semu dan nilai chargeability semu dari batuan di daerah penelitian. untuk mendapatkan nilai resistivitas dan
chargeability sebenarnya maka diperlukan
inversi dengan perangkat lunak. Berikut secara sngkat pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv dan Rockwork 15.
1. Pre-Processing
Proses ini merupakan proses mempersiapkan data sekunder. Data yang didapatkan merupakan data dengan format .STG sehingga diperlukan AGI Administrator untuk mengubah format menjadi format .DAT. Setelah format .DAT diperoleh maka selanjutnya dilakukan pembuatan notepad sebagai input dari Res2DInv. Notepad yang dibuat memuat informasi nama lintasan, spasi elektroda, konfigurasi yang digunakan (dipole-dipole = 3), nilai resistivitas semu, nilai chargeability semu dan topografi
2. Processing
Proses yang dilakukan secara singkat dijelaskan sebagai berikut:
vi 1. Edit Bad Datum Point, dilakukan agar
nilai RMS error tidak terlalu tinggi sehingga penampang yang dihasilkan dapat merepresentasikan daerah bawah permukaan tanah daerah penelitian 2. Inversi dengan Least Squareinversion,
inversi dilakukan untuk medapatkan nilai resistivitas dan chargeability sebenarnya dari batuan sekitar.
3. Save in .XYZ format, langkah ini dilakukan untuk membuat input dari perangkat lunak Rockwork
4. Interpolasi dengan Rockwork 15, interpolasi dilakukan agar bentuk cebakan mineral sulfida tergambar dengan baik sehingga dapat dijadikan sebagai titik acuan letak pengeboran Hasil yang didapatkan yaitu berupa variasi nilai resistivitas dan chargeability batuan bawah permukaan yang disajikan dalam penampang 2D dan 3D. Penampang yang didapatkan akan diinterpretasi dengan data pendukung seperti kondisi geologi dan literatur dari berbagai sumber.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh berupa penampang 2D dari nilai resistivitas dan chargeability seperti pada gambar 4 dan gambar 5. Nilai variasi resistivitas di daerah penelitian diperoleh bervariasi, sehingga berdasarkan tabel resistivitas batuan yang terdapat di daerah penelitian berupa:
1. Shale dan batuan teralterasi kuat (<
100Ωm)
2. Batuan Batupasir (100-2000 Ωm) 3. Batu konglomerat (2000 - >10.000
Ωm)
4. Batuan piroklastik dan breksi (> 10.000 Ωm)
Begitupun dengan nilai chargeability yang didapatkan dari daerah penelitian dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Zona mineralisasi rendah (< 100 msec)
2. Zona mineralisasi sedang (100 msec – 250 msec)
3. Zona mineralisasi tinggi ( > 250 msec)
Mineralisasi diakibatkan oleh adanya alterasi karena aktivitas hidrotermal. oleh karena itu salah satu karakteristik cebakan mineral sulfide dilihat dari alterasi apa yang menyebabkan mineralisasi di daerah penelitian. Zona-zona alterasi terhadap nilai resistivitas dan induksi polarisasi diantaranya:
1. Zona Alterasi argilik secara umum memiliki ciri – ciri resistivitas rendah – sedang yang disebabkan oleh adanya mineral lempung berasosiasi dengan IP sedang – tinggi.
2. Zona Alterasi propilitik secara umum memiliki ciri – ciri resistivitas tinggi karena adanya mineral klorit berasoisasi dengan IP sedang – tinggi.
3. Zona Alterasi silisifikasi secara umum memiliki ciri – ciri resistivitas sedang – tinggi karena kekompakkan batuan dan mineral silika berasosiasi dengan IP yang sedang – tinggi
vii
Gambar 4 Variasi Nilai Resistivitas
Nilai resistivitas yang didapatkan di daerah penelitian bervariasi yaitu dai 0 - >10.000 Ωm. Keberadaan mineral sulfide di daerah penelitian ditandai dengan adanya intrusi fluida hidrotermal berupa batuan beku yang mengalami sedimentasi dan terkonsentrasi pada batuan sedimen seperti batuanpasir dan batuan vulkanik padat lainnya. Intrusi di daerah penelitian ditandai dengan batuan yang memiliki nilai resistivitas tinggi (>2000Ωm) ditandai dengan warna kuning hingga keunguan yag nai ke permukaan, zona mineralisasi yang terbentuk di daerah tersebut diakibatkan oleh proses alterasi silsifikasi. Alterasi silsifikasi ditadai dengan nilai resistivitas tinggi dan chargeability tinggi,
chargeability tinggi (>150 msec) diakibatkan oleh alterasi silsifikasi membentuk urat kuarsa pembawa mineral sulfide yang beasosiasi dengan logam besi, emas, timah dan lainnya.
Zona mineralisasi yang dibentuk oleh batuan bernilai resistivitas rendah (<100Ωm) dan chargeability tinggi merupakan hasil dari proses alterasi argilik. Alterasi argilik ditandai dengan mineral sulfide yang terkonsentrasi pada batuan terlaterasi kuat. Pada penampang 2D, alterasi ini ditandai dengan warna biru pada gambar 4. Namun untuk nilai resistivitas rendah belum tentu dapat dikategorikan sebagai batuan yang mengandung mineral sulfide, seperti pada lintasan kedua., terdapat anomaly rendah di dekat permukaan hal itu bisa saja merupakan rembesan air permukaan dikarenakan pada lintasan kedua intrusi batuan terputus pada kedalaman 200 meter, sehingga proses mineralisasi dapat terhenti. Oleh karena banyaknya ketidakpastian yang diberikan oleh penampang 2D resistivitas, maka digunakan data dukung penampang chargeability yang dapat menunjukkan keberadaan mineral sufida di bawah permukaan tanah.
.
Gambar 5 Variasi Nilai Chargeability
Variasi nilai chargeabiliy pada gambar 5 menunjukkan adanya pola yang sama atau menerus dimana dari lintasan pertama yang paling atas sampai lintasan keenam yang paling bawah memiliki zona
viii mineralisasi yang terletak di daerah yang
sama yaitu di daerah yang di beri tanda lingkaran pada gambar 5. Pada daerah penelitian miineralisasi dekat dengan daerah intrusi seperti pada penampang resistivias yang sudah dijelaskan di gambar 4. Terdapat nilai chargeability tinggi (>150msec) yang ditunjukkan dengan warna merah hingga keunguan di daerah nilai resistivitas tinggi pula (>10.000Ωm) yang ditandai dengan warna kuning hingga keunguan, hal ini tidak sesuai dengan gejala pada umumnya, yaitu adanya mineral mengakibatkan respon nilai resistivitas yang rendah dan nilai
chargeability yang tinggi. Hal ini diakibatkan oleh adanya kandungan mineral sulfide yang berasosiasi dengan batuan beku yang merupakan hasil intrusi aktivitas hidrotermal, namun batuan beku tersebut mengalami sedimentasi dan terkomposisi dalam batuan pasir, sehingga memiliki nilai resistivitas yang relating tinggi dan nilai chargeability batu pasir yang relative tinggi pula. Lintasan kedua di daeah penelitian, penampang 2D
chargebility tidak menunjukkan adanya
zona mineralisasi, kemungkinan dikarenakan daerah tersebut tidak mengalami alterasi batuan, ditunjukkan pada gambar 4 nilai resistivitas lintasan kedua pada kedalaman 200 meter, intrusi batuan yang massif terputus. Namun pada penampang lintasan kedua memberikan respon anomaly rendah (>100 Ωm), hal ini diperkirakan bukan dikarenakan adanya mineral konduktif namun dikarenakan adanya rembesan air permukaan.
Dari hasil analisis penampang 2D
chargeability, seperti yang sudah disebtkan
sebelumnya bahwa zona mineralisasi cenderug ada di daerah yang sama, hal ini menimbulkan hipotesa awal bahwa bentuk dari cebakan mineral sulfide di daerah penelitian berua urat. Oleh karena itu dengan menggunakan perangkat lunak Rockwork 15, penampang 2D
chargeability diinterpolasi agar
mendapatkan bentuk dari cebakan mineral
sulfide yang jelas, dan nantinya dapat dijadikan sebagai acuan titik pegeboran pemanfaatan.
Gambar 6. Penampang 3D Chargeability
Hasil interpolasi dicocokan dengan peta lintasan mendelineasi cebakan mineral sulfide yang terdapat di daerah penelitin seperti pada gambar 7.
Gambar 7 Sebaran mineral sulfide daerah
penelitian
Dari gambar 6 hipotesa awal dapat dikatakan benar ternyata di daerah penelitian cebakan mineral sulfide membentuk urat di dekat permukaan, endapan ini merupakan endapan epitermal sulfide rendah yang ditandai dengan urat kuarsa pembawa mineral sulfida, namun pada cebakan mineral sulfide lain yang terdapat pada batuan yang agak dalam dan bentuknya tidak urat melainkan tersebar pada batuan, endapan ini merupakan endapan hipotermal yang ditandai dengan mineralisasi yang terdapat di bawah permukaan yang cukup dalam. Berdasarkan karakteristik endapan
ix hidrotermal yang terbentuk, mineral sulfide
yang berasosasi di daerah sekitar berupa pirit, kalkopirit, galena dan sfalerit.
KESIMPULAN
Cebakan mineral sulfide di daerah
penelitian memiliki karakterstiksebagai berikut:
1. Mineralisasi terbentuk akibat alterasi silsifikasi yang ditandai dengan adanya intrusi fluda hidrotermal berupa batuan beku yang tersdimentasi sehingga memiliki nilai resistivitas tinggi (>2000 Ωm) dan chargeability
tinggi (>150 msec). Alterasi ini
menghasilkan singkapan berupa urat kuarsa atau endpan batuan beku sebagai pembawa mineral sulfide di permukaan tanah.
2. Mineralisasi di daerah permukaan diakibatkan oleh alterasi argilik yang ditandai denga banyaknya batuan teralterasi kuat yang memiliki nilai resistivitas rendah (<100 Ωm) beasosiasi dengan mineral sulfida yang ditandai dengan nilai chargeability tinggi (>150msec).
3. Berdasarkan kedaua karakterisasi disimpulkan daerah Jampang memiliki endapan hidrotermal tipe hipotermal dengan ciri karalteristik berupa urat yang berasosiasi dengan intrusi batuan beku pembawa logam emas, perak, tembaga, timah, dan lainnya. Mineral sulfide yang berasosiasi diantaranya pirit, kalkopirit, galen dan sfalerit.
SARAN
Untuk keperluan studi lebih lanjut dan hasil yang lebih maksimal, maka disarankan untuk melakukan hal-hal berikut:
1. Melakukan metoda lainnya seperti metode geokimia untuk mengetahui secara pasti batuan yang terbentuk
dan pengambilan sampel untuk mengetahui kadar sulfida pada batuan.
2. Menggunakan nilai spasi yang lebih kecil agar pnampang yang dihasilkan lebih detail dan teliti.
3. Menggunakan metoda geolistrik lain sebagai pembanding agar hasil yang didapatkan lebih akurat.
REFERENSI
Idrus, irwan, 2011. Pseudosection. Online: kapankemana.com, diakses pada tanggal: 03 Februari 2015.
Keller, George.V., dan Frank, C. Frichnecth. 1996. Electrical Methode
in Geophysics Prospecting,
Pergamon, London.
Lindgreen, W. W., 1933. Mineral deposits. Mc Graw-Hill Book Company, New York.
Telford, Geldart, Sherrif. 1990. Applied Geophisics, Australian and New York: Cambridge University, USA.