• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI ALOKASI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN CIBEUREUM, KOTA TASIKMALAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI ALOKASI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN CIBEUREUM, KOTA TASIKMALAYA"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS EFISIENSI ALOKASI FAKTOR-FAKTOR

PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI

KECAMATAN CIBEUREUM, KOTA TASIKMALAYA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Nilam Nurlaela

NIM: 1111084000011

ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

1. Nama Lengkap : Nilam Nurlaela

2. Tempat, Tanggal Lahir : Ciamis, 23 Desember 1993

3. Alamat : Jl. Kihajar Dewantoro No.42 Ciputat, Tangerang Selatan, Banten 15411

4. Telepon : +628161928441

5. Email : nilamnurlaela12@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN 2 Cidolog Tahun 1999-2005

2. MTs Islamiyah Ciputat Tahun 2005-2008 3. SMAN 1 Kota Tangerang Selatan Tahun 2008-2011 4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2018

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. TKA & TPA Al-Hikmah Tahun 1999-2005 2 English Course Gama 88 Tahun 2009

IV. PRESTASI

1. Penerima Beasiswa Bank Indonesia, 2015-2018 2. Penerima Beasiswa POM UIN Jakarta, 2011 dan 2013 3. Juara Umum MTs Islamiyah, 2006-2008

4. Juara 2 Tahfiz Qur‟an Juz 30 se-Kabupaten Ciamis, 2005

V. PENGALAMAN KERJA

1. Markplus Inc, 2015

2. KOMPAS, Divisi LitBang, 2013-2015

3. Marketing BNI di Islamic Book Fair ke-12, 2013 4. Marketing BAZIS, 2013

5 Pengajar di Assa‟adah Education Foundation ,2008-2011

VI. KEPANITIAAN

1. Generasi Baru Indonesia, Divisi Lingkungan dan Kewirausahaan, 2015-2018

2. Panitia International Symposium on Civilization “The Attainment of Justice, Prosperity, and Peace in Pluralism for Revitalization of Civilization : The Risale-I Nur Communication Perspective” (2014) 3. Divisi kemahasiswaan HMJ-IESP, 2011/2012

4. Divisi Koord. Pendidikan HMJ-IESP 2013/2014

5. Anggota volley ball FORSA (Federasi Olahraga Mahasiswa) (2013) 6. Bendahara KKN BARAYA, 2014

(7)

ii

VII. TULISAN DI MEDIA

Koran Sindo. 15 April 2017. Menakar Eksistensi Teknologi Keuangan di Indonesia

VII. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Lili Rahman

2. Tempat, Tanggal Lahir :

3. Ibu : Entin Kurniasih

4. Tempat, Tanggal Lahir :

5. Alamat :

(8)

iii ABSTRACT

This study aims to find out the analysis of rice farming, influential factors of production, to know the level of allocative efficiency and income received by rice farmers in one planting season in Kecamatan Cibeureum, Tasikmalaya City. Site selection was done purposively based on land area and rice yield. Analytical methods used are multiple linear regression analysis with Cobb-Douglass function, analysis of allocative efficiency, and income analysis of farmers. The results showed that simultaneously, all the variables X affect rice production. While partially, variable of land area, rice seed, and fertilizer have an effect on rice production, for labor and pesticide have no effect to production. Regression results note that the adjusted R2 is 0.923170 or 92.32%. This means that 92.32% of rice production is explained by variables X, while 7.68% is explained by other variables. The results showed that the average cost of rice farming was Rp 10,228,440, - and Rp 14,301,724, so that the income received by farmers amounted to Rp 4,073,284, - the results of the allocative efficiency analysis revealed that the area of land, seeds and fertilizer is inefficient.

Keywords: Allocative Efficiency, Farming, Rice, Production Function, Cobb-Douglass, Revenue

(9)

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis usahatani padi , faktor-faktor produksi yang berpengaruh, mengetahui tingkat efisiensi alokatif dan pendapatan yang diterima oleh petani padi dalam satu kali musim tanam di Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive berdasarkan luas lahan dan hasil produksi padi. Metode analisi yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan fungsi Cobb-Douglass, analisis efisiensi alokatif, dan analisis pendapatan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, semua variabel X berpengaruh terhadap produksi padi. Sedangkan secara parsial, variabel luas lahan, bibit padi, dan pupuk berpengaruh terhadap produksi padi, untuk tenaga kerja dan pestisida tidak berpengaruh terhadap produksi padi. Hasil regresi diketahui bahwa nilai adjusted R2 adalah sebesar 0.923170 atau 92,32%. Hal ini berarti sebesar 92,32% produksi padi dijelaskan oleh varibel X, sedangkan 7,68% dijelaskan oleh variabel lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya mengusahakan usahatani padi sebesar Rp 10.228.440,- dan penerimaan sebesar Rp 14.301.724,- sehingga pendapatan yang diterima petani sebesar Rp 4.073.284,- hasil analisis efisiensi alokatif diketahui bahwa luas lahan, bibit dan pupuk tidak efisien.

Kata Kunci : Efisiensi Alokatif, Usahatani, Padi, Fungsi Produksi, Cobb-Douglass, Pendapatan

(10)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah memberikan kita kesempatan hidup di dunia ini dan memberikan nafas yang dengannya kita dapat merasakan keindahan untuk bisa menyembah-Mu. Sungguh tidak ada satupun kejadian yang terjadi secara kebetulan, semua sudah terencana, semua telah ditentukan oleh qadha dan qodar-Nya. Salawat serta Salam tidak lupa kita curahkan kepada junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad SAW semoga kelak kita mendapat syafa‟atnya dihari akhir yang pasti terjadi.

Ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan dari Allah, yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk meraih ilmu yang bisa menjadi penerang dalam kegelapan dan dapat menjaga ilmu tersebut dengan penuh kerendahan hati. Tidak ada yang tidak mungkin, selama kita mau berdoa dan berusaha, seperti pepatah bahasa Arab “Man Jadda Wa Jadda” yang artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya. Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah untuk mendahului orang lain, tapi untuk melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor diri sendiri dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari yang lebih baik. Itulah sepenggal kalimat yang menjadi penggugah demi terselesaikannya skripsi yang sederhana ini, yang berjudul “Analisis Efisiensi Alokasi Faktor-Faktor

Produksi Pada Usahatani Padi Sawah Di Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya”

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Allah SWT, yang dengan ridho, kehendak, pertolongan dan karuniaNya penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini. Puji syukur yang sedalam-salamnya atas segala nikmat iman, islam dan sehat yang telah Allah berikan kepada penulis, terima kasih yaa Rabb.

2. Rasulullah SAW, yang menjadi panutan penulis dan seluruh muslim di dunia, ajaran dan nasihatnya yang menjadi penyemangat penulis untuk tidak pernah berhenti mencari ilmu, berharap penulis bisa menjadi manusia yang bermanfaat melalui ilmu.

3. Orangtua penulis, Entin Kurniasih, Imas Mukarromah, Ahmad Mughni dan Lili Rahman, yang telah memberikan dukungan materiil dan moril. Terima kasih Mama, Uwa, Bapak Ahmad dan Bapak Lili atas doa-doanya. Yang tidak pernah bosan dimohon panjatkan doa bagi penulis dikala penulis down atau lelah. Karena penulis percaya, doa orang tua akan diijabah Allah SWT, ridho orangtua ridho Allah juga. Tanpa doa dan semangat kalian apalah daya penulis ini. Love you all

4. Sodari kandung penulis, Nira Nurlina yang juga tak henti-hentinya mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan penelitian ini.

(11)

vi

5. Dr. Arief Mufraini selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memimpin Fakultas ini dengan baik dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama perkuliahan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak. 6. Ibu Najwa Khairina, S.E.,M.A sebagai pembimbing penulis yang

senantiasa memberikan masukan serta arahan bagi penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak Ibu atas kesabaran dalam memberikan ilmunya. Semoga Allah balas semua kebaikan Ibu.

7. Bapak Arief Fitrijanto M.Si sebagai Ketua Jurusan IESP yang senantiasa pula bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan serta arahan bagi penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak Bapak, semoga Allah membalas semua kebaikan hati Bapak.

8. Bapak Zuhairan Y.Yunan, S.E,M.Sc, sebagai pembimbing penulis sebelumnya. Terima kasih Bapak atas masukan dan arahannya, walaupun penulis belum bisa menyelesaikan skripsi sebelum Bapak berangkat ke Australia. Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan. Semoga Bapak sehat selalu ya Pak disana.

9. Terimakasih kepada Dosen-dosen IESP yang pernah mengajari saya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Bantuan kalian dalam menyampaikan materi yang sangat membantu saya dalam memahami materi perkuliahan Semoga ini dapat menjadi nilai ibadah dan semoga Allah SWT membalas semua jasamu.

10. Terimakasih kepada para responden atas waktu dan kesediaannya untuk penulis wawancara, semoga Bapak Ibu sehat selalu, dipanjangkan umurnya, dimurahkan rezekinya dan selalu ada dalam lindungan Allah SWT. Tanpa kalian, tidak akan mungkin penelitian ini bisa terselaikan.

11. Terimakasih kepada Ketua dan Staff BPS Kota Tasikmalaya, BPP Cibeureum, dan Kecamatan Cibeureum atas waktu dan kesediaannya membantu peneliti dalam pencarian data yang diperlukan untuk penelitian ini. semoga Bapak Ibu sehat dan jaya selalu.

12. Terimakasih kepada Femme Alegante : Weli, Farah, Nunu,Wihda, Rani dan Annisa. Makasih ya atas dukungan dan pengingatnya bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semangat buat kita kedepannya, semoga apa yang kita cita-citakan selama ini tercapai, Aamiin

13. Terimakasih kepada Monna Fathia Sukma, sahabatku. Terimakasih atas dukungan yang tiada hentinya, yang meluangkan waktunya untuk menemani penulis ke Tasikmalaya mencari responden petani dan kantor pertanian kesana kemari dari pagi buta sampai maghrib, panas-panasan sampai hujan-hujanan demi skripsi peneliti. Makasih Mon, kalo inget perjuangan waktu itu, pengen nangis rasanya dan bersyukur Allah telah memberikan penulis sahabat yang tak hanya cantik di paras, tetapi juga hatinya, love you Mon. Semoga Allah balas semua kebaikanmu.

14. Kepada Dwi Nuni, Aprian, Ella, Isti, Refi, Indri, Ridwan, dan teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2011 yang tidak bisa penulis

(12)

vii

sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas waktu, tawa, senyum, pengalaman baru selama ini. Sukses untuk kita semua.

15. Kepada A ami, A apin, Teh Astri, Nunung, Teh Nur, Teh Alin Adidarma, Mami Dotty atas dukungan dan pengertiannya. Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 16. Kepada teman-teman GenBI UIN Jakarta 2015-2018, terima kasih

atas dukungan, sharing ilmu dan pengalaman berharganya. Penulis merasa beruntung bisa berada ditengah-tengah kalian. Semangat terus buat kita semua.

17. Kepada teman-teman KKN BARAYA, yang telah menghabiskan waktu hidup selama satu bulan bersama dengan canda, tawa serta pengalaman hidup yang sanhat berguna bagi penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Ciputat, Mei 2018 Nilam Nurlaela

(13)

viii

DAFTAR ISI Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah

Daftar Riwayat Hidup ... i

Abstract ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 11

1. Teori Produksi ... 11

2. Fungsi Produksi ... 12

3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas... 15

4. Teori Efisiensi ... 18

5. Biaya Penerimaan Petani... .. 19

6. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Pertanian... 20

B. Penelitian Terdahulu ... 22

C. Kerangka Berpikir ... 31

D. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 34

B. Metode Pengumpulan Data ... 34

C. Teknik Penentuan Sampel ... 35

D. Metode Analisis Data ... 36

E. Operasional Variabel ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46

1. Letak Geografis ... 46

2. Keadaan Penduduk ... 46

3. Karakteristik Responden ... 49

B. Temuan dan Pembahasan ... 55

1. Analisis Penggunaan Faktor-Faktor Produksi... 55

2. Analisis Efisiensi Alokatif Faktor-Faktor Produksi ... 66

(14)

ix

4. Analisis Pendapatan Usahatani Padi... 72

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(15)

x

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) Tahun 2011-2014

5 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tasikmalaya Atas

Dasar Harga Berlaku 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2011-2015

6

1.3 Produksi Tanaman Pangan Kota Tasikmalaya Tahun 2014-2015

6 1.4 Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas pada Tiap-Tiap

Kecamatan Di Kota Tasikmalaya

8

2.1 Penelitian Terdahulu 27

3.1 Uji Durbin Watson 39

4.1 Jumlah dan persentase penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya

47

4.2 Luas Wilayah, penduduk dan Kepadatan Penduduk Per Km2 Dirinci Per Kelurahan Tahun 2017

47

4.3 Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Cibeureum Tahun 2017

48

4.4 Penduduk Menurut Jenis pekerjaan di Kecamatan Cibeureum Tahun 2017

49

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 50

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Usia 50

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bertani 51 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Produksi 51 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan 52 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Bibit 53 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pupuk 53 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

(TK)

54

4.13 Hasil Analisis Regresi Berganda 56

4.14 Uji Multikolinieritas 58

4.15 Uji Heteroskedastisitas 59

4.16 Uji Autokorelasi 59

4.17 Uji F 62

4.18 Uji T 63

4.19 Rasio Nilai Produk Marginal (NPM) dengan Harga Faktor Produksi (Px) Pada Usahatani Padi di Kecamatan

Cibeureum, Kota Tasikmalaya

67

(16)

xi Musim Tanam

4.21 Rata-rata Biaya Variabel Usahatani Padi Per Hektar Pada Sekali Musim Tanam

69 4.22 Total Biaya Usahatani Padi Per Hektar Pada Sekali Musim

Tanam

72 4.23 Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Per Hektar Pada Sekali

Musim Tanam

(17)

xii

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

No. Keterangan Halaman

1.1 Luas Lahan Pertanian Menurut Jenis Tahun 2015 (Hektar) 7

2.1 Kerangka Pemikiran 31

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris dengan kekayaan dalam bidang pertanian yang melimpah. Komoditas utama pertanian yang sangat potensial di Indonesia adalah beras. Meski demikian, ironisnya produksi beras nasional hingga saat ini masih belum mengalami kemajuan yang signifikan. Petani sebagai titik tumpu penghasil beras nasional masih belum merasakan kebijakan pemerintah yang dapat membantu mereka secara konsisten. Kebijakan-kebijakan yang diaplikasikan untuk sektor pertanian seperti subsidi benih, kredit istimewa, subsidi pupuk, dan lain-lain tidak berjalan dengan semestinya dan kerap mengalami kerugian (Organization for Economic Cooperation and Development, 2012).

Permasalahan pangan beras Indonesia tidak pernah terlepas dari pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Merujuk kepada data yang dikemukakan oleh FAO (Food and Agriculture Organization) dan IRRI (International Rice Research Institute), Indonesia tercatat merupakan Negara dengan angka konsumsi beras tertinggi, yaitu sebesar 139 kilogram per tahun pada tahun 2008. Setelah tahun demi tahun angka ini tidak mengalami penurunan yang signifikan, sedangkan Malaysia telah menurunkan konsumsi ini menjadi 80 kilogram per kapita per tahun dan Jepang hanya sebesar 60 kilogram per kapita per tahun.

Bulan September 2017 ini Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan bahwa Produksi Beras Dunia 2017/2018 akan menjadi 481,04 juta metrik ton, sekitar 0,26 juta ton lebih rendah dari proyeksi bulan sebelumnya. Produksi Padi tahun lalu adalah 483,1 juta ton. Tahun ini 481,04 juta ton diperkirakan bisa mewakili penurunan 2,06 juta ton atau -0,43% pada produksi beras di seluruh dunia (World Rice Production : 2017)

Menurut Food and Agriculture Organization (2015), di Tahun 2014 negara penghasil beras terbesar di dunia adalah Republik Rakyat Tiongkok yang

(19)

2 memproduksi beras hingga 206,5 juta ton atau sekitar 27,8% dari total produksi seluruh dunia. Sedangkan Negara kedua penghasil Beras terbesar di Dunia adalah India dengan jumlah produksi sebanyak 153,9 juta ton. India juga merupakan negara pengekspor beras terbesar di Dunia yaitu sebanyak 11,5 juta ton mengalahkan Thailand yang mengekspor beras sebanyak 11 juta ton. Negara kita Republik Indonesia berada di posisi ketiga penghasil beras terbesar di Dunia dengan jumlah produksi hingga 75,6 juta ton. Namun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia juga harus mengimpor beras dari negara lain sebanyak 1 juta ton.

Meskipun Indonesia adalah negara terbesar ketiga yang memproduksi beras terbanyak di dunia, Indonesia masih tetap perlu mengimpor beras hampir setiap tahun (walau biasanya hanya untuk menjaga tingkat cadangan beras). Situasi ini disebabkan karena para petani menggunakan teknik-teknik pertanian yang tidak optimal ditambah dengan konsumsi beras per kapita yang besar. Bahkan, Indonesia merupakan negara dengan konsumsi beras per kapita terbesar di seluruh dunia. Konsumsi beras per kapita di Indonesia tercatat hampir 150 kg/kapita/tahun pada tahun 2017 yang berpenduduk sebesar 252,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,31%.

Produksi beras di Indonesia didominasi oleh para petani kecil, bukan oleh perusahaan besar yang dimiliki swasta atau negara. Para petani kecil mengkontribusikan sekitar 90% dari produksi total beras di Indonesia. Setiap petani itu memiliki lahan rata-rata kurang dari 0,8 hektar. Usahatani di Indonesia pada dasarnya hanya bertujuan menghasilkan bahan pangan untuk keluarga sehingga disebut usahatani swasembada atau subsistence. Oleh karena sistem pengelolaan yang lebih baik maka dihasilkan produk berlebih dan dapat dipasarkan sehingga bercorak usahatani swasembada keuangan. Pada akhirnya karena berorientasi pada pasar maka menjadi usahatani niaga (Ken Suratiyah , 2015 : 12)

Selama beberapa dekade Indonesia telah berjuang untuk mencapai swasembada beras namun hanya berhasil di pertengahan 1980an dan 2008-2009.

(20)

3 Pada beberapa tahun terakhir Indonesia perlu mengimpor sekitar 3 juta ton beras setiap tahunnya, terutama dari Thailand dan Vietnam, untuk mengamankan cadangan beras negara. Impor ini dilaksanakan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog). Badan ini memiliki monopoli untuk impor dan ekspor beras, mengatur proses distribusi dan menjaga stabilitas harga beras di Indonesia. Bulog biasanya menjaga cadangan beras antara 1,5 ton sampai 2 ton melalui membeli beras dari penghasil-penghasil domestik dan eksportir-eksportir asing (Indonesia Investment : 2017)

Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan memiliki peran sangat penting dan strategis, hal ini dikarenakan subsektor tanaman pangan memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia. Berdasarkan Hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013) menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga usaha tanaman pangan (padi dan palawija) mencapai 17,73 juta rumah tangga atau mencakup 67,83 persen dari total jumlah rumah tangga usaha tani, yang mencapai 26,14 juta rumah tangga pada tahun 2013 (Badan Pusat Stastistik : 2015).

Selain itu, Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 33 provinsi di Indonesia pada Maret 2018, Nilai Tukar Petani (NTP) secara nasional turun 0,39 persen dibandingkan NTP Februari 2018, yaitu dari 102,33 menjadi 101,94. Penurunan NTP pada Maret 2018 disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami penurunan sedangkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian mengalami kenaikan. Penurunan NTP Maret 2018 dipengaruhi oleh turunnya NTP pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,18 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,15 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,17 persen, sedangkan Subsektor yang mengalami kenaikan NTP adalah Subsektor Hortikultura sebesar 0,05 persen dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,13 persen (Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah , 2018 : 2)

Kebijakan pembangunan pertanian saat ini khususnya untuk swasembada pangan telah dituangkan dalam Program dan Kegiatan Pembangunan Pertanian

(21)

4 Tanaman Pangan Tahun 2015-2019. Strategi yang digunakan dalam upaya peningkatan produksi pangan diwujudkan dalam Tujuh Gema Revitalisasi Pertanian yaitu: 1) Revitalisasi Lahan; 2) Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan; 3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; 4) Revitalisasi Sumber Daya Manusia; 5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; 6) Revitalisasi Kelembagaan Petani; serta 7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir (Kementan, 2015).

Penekanan pada pemantapan swasembada pangan akan merupakan dasar penentuan kebijaksanaan terhadap alokasi penggunaan faktor produksi sebab untuk menciptakan pertanian yang tangguh tidak terlepas dari penggunaan faktor produksi. Dalam pembangunan pertanian, penggunaan faktor produksi dan penerapan teknologi memegang peranan penting. Kurang tepatnya peranan teknologi akan mengakibatkan rendahnya produksi dan tingginya biaya usahatani. Untuk menetapkan teknologi atau faktor produksi secara optimal perlu diketahui faktor produksi mana yang harus ditambah atau dikurangi. Dalam usahatani, produk yang dihasilkan akan baik apabila faktor-faktor produksi yang ada dimanfaatkan secara efisien artinya satuan output yang dihasilkan lebih besar daripada satuan input yang digunakan. Dengan kata lain imbalan atau penerimaan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan sehingga pendapatan meningkat (Benu, 2002) .

Menurut Rachman (2014), salah satu tujuan pembangunan pertanian adalah untuk menciptakan ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani, sehingga pemerintah mempunyai kewajiban untuk selalu mengupayakan ketersediaannya, melalui berbagai langkah kebijakan. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani, diupayakan agar harga jual produk-produk petanian berada dalam tingkat yang mampu memberikan keuntungan bagi petani.

Sektor pertanian di Indonesia sendiri dibagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor pertanian pangan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Sektor pertanian terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

(22)

5 Berdasarkan tabel 1.1, sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar kedua setelah sektor Industri Pengolahan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2011-2014 dan mengalami kenaikan terus menerus. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara agraris. Sektor pertanian dibagi kedalam beberapa sub sektor, diantaranya tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Tahun 2011, sub sektor tanaman bahan makanan merupakan sub sektor yang kontribusinya terbesar dari sub sektor lainnya yaitu sebesar Rp 529.967,8 miliar dan naik sebesar 26,11% menjadi Rp 668.337,7 miliar pada tahun 2014.

Tabel 1.1 PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) Tahun 2011-2014

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015

Kota Tasikmalaya merupakan salah satu daerah otonom yang berada di wilayah provinsi Jawa Barat yang mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan petani. Hal ini bisa dilihat dari tabel 1.2 yang menunjukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tasikmalaya antara tahun 2011-2015. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sektor pertanian memberikan sumbangan terbesar dibandingkan sektor-sektor lain yaitu sebesar 39,34% dari total keseluruhan PDRB Kota Tasikmalaya pada tahun 2015.

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014

1. Pertanian 1.091.447,1 1.193.452,9 1.310.427,3 1.446.722,3

a. Tanaman Bahan Makanan 529.967,8 574.916,3 621.832,7 668.337,7

b. Tanaman Perkebunan 153.709,3 162.542,6 174.638,4 192.921,5

c. Peternakan 129.297,7 145.720,0 165.162,9 184.246,5

d. Kehutanan 51.781,3 54.906,5 56.994,2 60.872,8

e. Perikanan 226.691,0 255.367,5 291.799,1 340.343,8

2. Pertambangan dan Penggalian 876.983,8 972.458,4 1.026.297,0 1.058.750,2

3. Industri Pengolahan 1.806.140,5 1.972.523,6 2.152.802,8 2.394.004,9

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 55.882,3 62.271,6 70.339,6 81.131,0

5. Bangunan 753.554,6 844.090,9 907.267,0 1.014.540,8

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.023.724,8 1.148.791,0 1.301.175,0 1.473.559,7

7. Pengangkutan dan Komunikasi 491.287,0 549.105,4 635.302,9 745.648,2

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. 535.152,9 598.433,3 682.973,2 771.961,5

9. Jasa-jasa 785.014,1 889.798,8 1.000.691,7 1.108.610,3

(23)

6

Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tasikmalaya Atas Dasar Harga Berlaku 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2011-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya, 2016

Dari tabel 1.3, cakupan komoditas pengelolaan budidaya tanaman pangan, terdiri Tanaman Padi, Tanaman Jagung, Tanaman Kedelai, Tanaman Kacang Tanah, Tanaman Kacang Hijau, Tanaman Ubi Jalar dan Tanaman Ubi Kayu. Bisa dilihat bahwa padi sawah merupakan produksi terbesar diantara jenis tanaman pangan lainnya yaitu sebesar 87.357 ton pada tahun 2016 dan 93.483 ton tahun 2015. Pada urutan kedua adalah ubi kayu dengan total produksi sebesar 8.210 ton pada tahun 2014 dan mengalami penurunan menjadi 5.971 pada tahun 2015. Maka bisa disimpulkan bahwa padi sawah memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Tasikmalaya dan sebagai matapencaharian terbesar bagi para petani sebagai sumber pendapatan.

Tabel 1.3 Produksi Tanaman Pangan Kota Tasikmalaya Tahun 2014-2015 (ton)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 7.347.901,7 7.661.147,1 8.463.677,9 9.063.452,4 9.842.982,7 2. Pertambangan dan Penggalian 63.115,5 60.878,4 65.763,6 70.142,0 74.811,1 3. Industri Pengolahan 1.165.128,7 1.320.993,1 1.477.841,9 1.692.602,1 1.888.073,3 4. Pengadaan Listrik dan Gas 10.944,5 11.619,6 11.441,8 14.459,1 16.776,0 5. Pengadaan air dan pengelolaan Sampah 3.375,7 3.455,8 3.772,3 3.893,5 4.232,6 6. Konstruksi 1.467.167,9 1.513.179,3 1.650.203,9 1.808.381,5 2.012.739,7 7. Perdagangan Besar dan Eceran 3.420.567,2 3.896.285,7 4.460.339,7 4.818.851,8 5.260.917,2 8. Transportasi dan Pergudangan 576.154,8 588.787,0 793.040,2 890.982,4 1.104.175,5 9. Informasi dan Komunikasi 490.830,2 580.841,6 571.098,7 676.726,7 790.844,6 10. Jasa Keuangan dan Asuransi 465.221,5 544.872,3 623.320,7 681.230,7 778.621,0

11. Jasa Perusahaan 64.059,6 68.940,2 77.799,0 89.197,9 101.439,4

12. Adm Pemerintahan,Pertahanan,JamSos 934.067,3 1.024.384,9 1.086.153,5 1.141.808,5 1.239.476,4 13. Jasa Pendidikan 728.650,1 835.549,7 1.016.935,2 1.231.131,2 1.390.830,0 14. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 79.330,7 92.152,7 101.264,4 124.884,4 143.064,8 15. Jasa Lainnya 231.080,3 271.645,1 294.278,1 321.142,0 368.661,0

Produk Domestik Regional Bruto 17.047.595,7 18.474.732,5 20.696.930,9 22.628.886,2 25.017.645,3

Jenis Tanaman 2014 2015 Padi Sawah 87.257 93.483 Padi Ladang 97 2 Jagung 683 198 Kedelai 3 5 Kacang Tanah 70 72 Ubi Kayu 8.210 5.971 Ubi Jalar 95 245

(24)

7 Sumber : Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya, 2016

Sebagai komoditas unggulan, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya dalam budidaya tanaman pangan mencanangkan program budidaya padi yang dicanangkan melalui intensifikasi teknik Budidaya Konvensional, Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) dan System

Of Rice Intensification (SRI).

Luas tanah Kabupaten Tasikmalaya setelah pemekaran dengan Kota Tasikmalaya adalah sebesar 270.882 hektar dimana 190.450 hektar dipergunakan sebagai lahan pertanian dan 29.360 hektar merupakan lahan bukan pertanian, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

Grafik 1.1 Luas Lahan Pertanian Menurut Jenis Tahun 2015 (Hektar)

Sumber : Badan Pusat Stastistik Kabupaten Tasikmalaya, 2016

Menurut Statistik Daerah Kecamatan Cibeureum (2016 : 5), Cibeureum merupakan salah satu kecamatan yang penduduknya bermatapencaharian sebagai petani terbanyak yaitu 57%, 16 % bekerja sebagai buruh tani dan sisanya bekerja sebagai PNS,POLRI,Wiraswasta,dll. Padi merupakan tanaman pangan paling dominan dalam sektor pertanian di kecamatan Cibeureum. Pada tabel 1.4, dalam produksi padi, kecamatan Cibeureum berada dalam posisi ketiga terbesar jika dibandingkan dengan sepuluh kecamatan lainnya, begitupula dengan luas lahannya yang berada diposisi ketiga. Akan tetapi untuk produktivitasnya kecamatan Cibeureum berada pada posisi kesembilan dari sepuluh kecamatan . Selain itu, dalam realisasi tanam dan realisasi panen padi di kecamatan Cibeureum dari tiga kali tanam dari bulan oktober 2016-september 2017 mengalami fluktuasi.

(25)

8 Pada panen di bulan januari 2017 realisasi panen di Kecamatan Cibeureum sebesar 196 Ha. Pada bulan Mei 2017 mengalami kenaikan sebesar 53% menjadi 300 Ha tetapi pada masa panen bulan september 2017 mengalami penurunan drastis sebesar 96 % menjadi 11% (Pada Lampiran). Jika ini terus berlanjut, maka dikhawatirkan akan mempengaruhi pasokan padi khususnya wilayah Tasikmalaya dan Jawa Barat. Kemungkian besar penyebab dari permasalahan diatas adalah karena belum optimalnya penggunaan faktor-faktor produksi seperti luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan pestisida.

Tabel 1.4

Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas pada Tiap-Tiap Kecamatan Di Kota Tasikmalaya

No Kecamatan Luas Lahan (Ha)

Produksi (ton) Produktivitas (Kw/Ha) 1 Kawalu 1187 17800 1.49 2 Tamansari 768 9951 1.29 3 Cibeureum 786 10053 1.27 4 Purbaratu 499 8308 1.66 5 Tawang 84 1405 1.67 6 Cihideung 70 942 1.34 7 Mangkubumi 1086 16444 1.51 8 Indihiang 414 5082 1.22 9 Bungursari 693 9563 1.38 10 Cipedes 239 3108 1.30 Jumlah 5826 82656 14.13

Sumber : Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya, 2018

Kegiatan usahatani memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas agar keuntungan menjadi lebih tinggi. Produksi dan produktivitas tidak lepas dari faktor-faktor produksi yang dimiliki petani untuk meningkatkan produksi hasil panennya. Rendahnya pendapatan yang diterima karena tingkat produktivitas tenaga kerja rendah pula. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tenaga

(26)

9 kerja adalah lambannya peningkatan upah riil buruh pertanian (Manning dan J.Suriya, 1996).

Faktor-faktor produksi yang dimiliki petani umumnya memiliki jumlah yang terbatas tetapi disisi lain petani juga ingin meningkatkan produksi usahataninya. Hal tersebut menuntut petani untuk menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki dalam pengelolaan usahatani secara efisien. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui penggunaan faktor produksi usahatani padi secara efisien yaitu dengan menghitung efisiensi secara alokatif. Efisiensi alokatif menunjukkan hubungan antara biaya dan output, dimana efisiensi alokatif tercapai apabila petani mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. dengan mengetahui penggunaan faktor-faktor produksi yang optimal maka dapat tercapai keuntungan maksimal dengan penggunaan biaya sekecil-kecilnya.

Pencapaian efisiensi secara alokatif dapat dilakukan oleh para petani apabila sudah mengetahui faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap usahatani padi di Kecamatan Cibeureum. Metode analisis yang bisa digunakan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap usahatani adalah analisis linear berganda dengan fungsi produksi Cobb-Douglas.

Meskipun usaha untuk meningkatkan hasil produksi sangat penting namun dalam usaha ini harus tetap memperhitungkan prinsip efisiensi usaha yang berorientasi kepada keuntungan petani sebagai pengelola dan sebagai sumber pendapatan petani. Maka dari uraian tersebut, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi padi dengan cara melihat efisiensi alokasi penggunaan luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja dalam usahatani padi di Kecamatan Cibeureum serta mengetahui besarnya pendapatan optimal petani yang penulis beri judul “Analisis Efisiensi Alokasi Faktor-Faktor Produksi pada Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya”.

(27)

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor produksi dalam proses produksi padi di Kecamatan Cibeureum?

2. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi di Kecamatan Cibeureum sudah mencapai efisien?

3. Berapa profit pendapatan yang diterima petani dalam satu kali musim panen di Kecamatan Cibeureum?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor produksi dalam proses produksi padi pada usahatani di kecamatan Cibeureum. 2. Untuk mengetahui apakah penggunaan faktor-faktor produksi pada

usahatani padi di Kecamatan Cibeureum sudah efisien atau belum. 3. Untuk menganalisis dan mengetahui berapa profit pendapatan yang

diterima petani dalam satu kali musim panen di Kecamatan Cibeureum.

D. Manfaat Penelitian

Adapun dari manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pengambil kebijakan, semoga dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan strategi dan kebijakan pembangunan pertanian selanjutnya.

2. Bagi para petani khususnya di Kecamatan Cibeureum sebagai lokasi penelitian, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan dalam mengalokasikan penggunaan masing-masing faktor produksi usahatani padi.

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian berikutnya dengan bidang penelitian yang sama.

(28)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Produksi

Istilah produksi secara umum diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana, atau kapan komoditi-komoditi itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditi itu. Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa, karena istilah “komoditi” memang mengacu pada barang dan jasa. Keduanya sama-sama dihasilkan dengan mengerahkan modal dan tenaga kerja. Produksi merupakan konsep arus (flow concept), maksudnya adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya (Miller dan Meiners, 2000:251).

Sedangkan Dominic Salvatore (2005) mendefinisikan fungsi produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan, tabel atau grafik yang menunjukan jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu setiap kombinasi input alternative bila menggunakan teknik produksi terbaik yang tersedia.

Produksi adalah keterkaitan komponen satu (input) dengan komponen lain (output) dan juga menyangkut „prosesnya‟ terjadi interaksi satu dengan yang lainnya untuk mencapai satu tujuan. Komponen dalam sistem produksi adalah input, proses dan output. Komponen input meliputi : tanah, tenaga kerja, modal (capital), manajemen, energi, informasi dan sebagainya yang ikut berperan menjadi komponen atau bahan baku dari suatu produk. Komponen output adalah barang atau jasa (Masyhuri, 2007 : 123-124)

Menurut Ari Sudarman, 1999 : 85, banyak jenis aktifitas yang terjadi di dalam proses produksi, yang meliputi perubahan-perubahan

(29)

12 bentuk, tempat, dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi. Masing-masing perubahan ini menyangkut penggunaan input untuk menghasilkan output yang diinginkan. Jadi produksi meliputi semua aktifitas menciptakan barang dan jasa.

Dari pengertian produksi diatas, maka produksi pertanian atau perkebunan dapat diartikan usaha untuk memelihara dan mengembangkan suatu komoditi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam proses produksi, untuk menambah guna atau manfaat makan dilakukan beberapa proses mulai dari persiapan lahan, penanaman bibit, pemupukan, penyiangan, pemangkasan, pemeliharaan dan proses lainnya untuk memperoleh manfaat atau hasil dari suatu komoditi pertanian tersebut.

Dalam sistem produksi terdapat beberapa karakteristik yang harus diperhatikan, diantaranya (Masyhuri, 2007 : 124-125) :

a. Mempunyai keterkaitan antara komponen satu dengan komponen yang lainnya yang membentuk dalam satu kesatuan yang saling mendukung dalam mencapai tujuan.

b. Tujuan yang ia miliki akan memberikan karakteristik atau ciri khas dari keberadaan daripada barang atau jasa yang diproduksi.

c. Keberadaannya akan menentukan tingkat (grade) harga produk. d. Memiliki aktivitas yang ia miliki dalam rangka transformasi

nilai tambah dari input ke output secara optimal.

e. Memiliki sistem umpan balik guna mengendalikan alokasi input, proses, dan pemanfaatan teknologi adalah sebagai upaya menjadi kelestarian kualitas produk.

2. Fungsi Produksi

Hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Menurut Sadono Sukirno, 2005: 193, faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawan. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus seperti berikut ini :

(30)

13 Q = f(K,L,R,T)

Dimana: Q = jumlah produksi, K = jumlah stok modal,

L = jumlah tenaga kerja (meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawanan,

R = kekayaan alam,

T = tingkat teknologi yang digunakan.

Secara matematis, fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk umum sebagai berikut (Agung, 2008 :14) :

Q = F (Xı, X2, ….. Xn) Dimana, Q = output

Xı, X2, ....Xn = Input

Fungsi produksi diatas menunjukkan bahwa jumlah tingkat produksi suatu barang sangat tergantung pada faktor-faktor produksi. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda pula (Sadono Sukirno, 2005: 195).

Dalam melakukan produksi, seorang petani harus berusaha untuk mengalokasikan input yang dimilikinya seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan output yang maksimal (profit maximization). Tetapi apabila petani dihadapkan pada terbatasnya biaya yang dimiliki dalam melakukan usahanya, maka petani akan mencoba unutk memperoleh keuntungan dengan kendala biaya yang dihadapinya. Tindakan yang dilakukan adalah mengusahakan untuk memperoleh keuntungan yang besar dengan menekan biaya yang sekecil-kecilnya (cost minimization). Kedua pendekatan ini mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dengan pengalokasian input seefisien mungkin (Soekartawi, 2003 : 31).

(31)

14 Dalam aktifitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input) (Pratama Rahardja, 2008 : 95-96).

a. Faktor produksi tetap (fixed input).

Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap tersedia. Contoh faktor produksi tetap dalam hal ini adalah alat atau mesin yang digunakan dalam proses produksi. Sampai titik interval produksi tertentu jumlah mesin tidak perlu ditambah. Tetapi jika tingkat produksi menurun bahkan sampia nol unit (tidak berproduksi), jumlah mesin tidak bisa dikurangi.

b. Faktor Produksi Variable (Variable Input).

Faktor produksi variabel adalah faktor produksi di mana jumlah dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan. Contoh faktor produksi variabel dalam produksi adalah bahan baku dan tenaga kerja. Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan. Begitu juga sebaliknya

Pengertian faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel terkait erat dengan waktu yang dibutuhkan untuk menambah atau mengurangi faktor produksi tersebut. Para ahli ekonomi sering membagi kurun waktu produksi menjadi dua macam, yaitu jangka panjang (long

run) dan jangka pendek (short run). Dalam jangka panjang (long run)

semua faktor produksi sifatnya variabel. Output dapat dinaikkan dengan mengubah faktor produksi atau input dalam tingkat kombinasi seoptimal mungkin. Perubahan input ini dapat memiliki proporsi yang sama atau berbeda. Teori ekonomi tradisional menekankan pada perubahan proporsi yang sama, sehingga dalam jangka panjang berlaku law of return to scale.

(32)

15 Dalam jangka pendek (short run) faktor tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi tetap dan berlaku hukum tambah hasil yang semakin berkurang atau Law of Diminishing Return.

Law of Diminishing Return menyatakan bahwa apabila faktor

produksi yang dapat diubah jumlahnya terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun (Sadono Sukirno, 2005: 196).

Dalam ekonomi prosuksi, yang paling penting adalah fungsi produksi. Ini disebabkan karena beberapa hal, yaitu :

a. Dengan fungsi produksi, maka produsen dan/ peneliti akan mengetahui seberapa besar kontribusi dari masing-masing input dan output.

b. Dengan fungsi produksi, maka produsen dan/ peneliti akan mengetahui alokasi penggunaan input dalam memproduksi suatu output secara optimal.

c. Dengan fungsi produksi, maka produsen dan/ peneliti dapat mengetahui hubungan antara factor produksi dan produksi secara langsung.

d. Dengan fungsi produksi, maka produsen dan/ peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel tak bebas dan variabel yang bebas.

3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi Cobb-Douglas terkenal digunakan dalam menganalisis produksi baik di dalam ataupun diluar pertanian. Fungsi produksi Cobb-Douglas pertama kali dikenalkan oleh Cobb, C.W dan Douglas,P.H melalui artikelnya yang berjudul “A Theory of Production” pada tahun 1928. Artikel tersebut dipublikasikan pertama kali di Jurnal

(33)

16

American Economic Review halaman 139-169. Fungsi produksi ini banyak

digunakan karena kesederhanaannya (Debertin, 2012 : 171-172).

Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel dimana variabel yang satu variable dependen, yang dijelaskan yaitu Y dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan yaitu X. Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi yaitu variasi Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Bila fungsi produksi Cobb-Douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan X maka :

Y = f(X1, X2,....Xn)

Secara matematik, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 2003:153-154) :

Y = a . X1b1 . X2b2...Xibi . Xnbn . eu

Dimana, Y = variabel dependen/ variabel yang dijelaskan X = variabel independen/ variabel yang menjelaskan a = tetapan pelipat

b1,b2 = parameter

u = kesalahan (disturbance term) e = logaritma natural, e = 2,718

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmanaturalkan persamaan tersebut. Persamaan tersebut menjadi : Log Y= log a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4 log X4 + b5 log X5 + et

Koefisien regresi a merupakan indeks efisiensi yang mencerminkan hubungan antara kuantitas faktor produksi (X). Tinggi rendahnya nilai a

(34)

17 menggambarkan berapa banyak faktor produksi yang dibutuhkan untuk memproduksinya.

Jumlah nilai bi dalam fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sama dengan satu, sedangkan fungsi produksi tipe Cobb-Douglas yang sudah dibuat lebih umum keharusan itu tidak ada (Sudarsono, 1984:115). Koefisien regresi bi menggambarkan hubungan antara faktor produksi Xi yang juga diartikan sebagai indeks elastisitas produksi masing-masing faktor produksi, yaitu menggambarkan bagaimana perubahan Y apabila Xi ditambah sebesar satu satuan. Besarnya angka bi diatas menunjukkan angka elastisitas. Sesuai dengan rumus elastisitas, makin besar nilai indeks elastisitasnya makin besar pula kemampuannya untuk menggantikan faktor produksi lainnya. Jumlah dari elastisitas merupakan ukuran return to

scale.

Menurut Soekartawi, 2003 : 155, sebelum menggunakan fungsi Cobb-Douglas, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral difference intherespectif technologies). Ini artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas

yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model katakanlah dua model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

c. Tiap variabel X adalah perfect competition.

d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan.

Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dengan mudah dikembangkan dengan menggunakan lebih dari dua input (Salvatore Dominick :2005)

Fungsi produksi Cobb-Douglas sering digunakan dalam penelitian ekonomi praktis, dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas dapat

(35)

18 diketahui beberapa aspek produksi, seperti produksi marginal (marginal

product), produksi rata-rata (average product), tingkat kemampuan batas

untuk mensubstitusi (marginal rate of substitution), intensitas penggunaan faktor produksi (factor intensity), efisiensi produksi (efisiensi of

production) secara mudah dengan jalan manipulasi secara matematis (Ari

Sudarman, 1997:141). Ada tiga alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu (Soekartawi, 2003:165-166):

a) Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relative lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain.

b) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. c) Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return

to scale.

4. Teori Efisiensi

Efisiensi dalam produksi merupakan ukuran perbandingan antara output dan input. Konsep efisiensi diperkenalkan oleh Michael Farrell dengan mendefinisikan sebagai kemampuan organisasi produksi untuk menghasilkan produksi tertentu pada tingkat biaya minimum (Kopp dalam Kusumawardani,2001).

Efisiensi Harga (Alokatif) berhubungan dengan keberhasilan petani dalam mencapai keuntungan maksimum pada jangka pendek, yaitu efisiensi yang dicapai dengan mengkondisikan nilai produk marjinal sama dengan harga input (NPMx=Px atau Indeks Efisiensi harga = ki =1).

Apabila ki > 1 berarti usaha tani belum mencapai efisiensi alokasi sehingga pengawasan factor produksi perlu ditambah agar mencapai optimal dengankan jika k < 1 maka penggunaan factor produksi terlalu berlebihan dan perlu dikurangi agar mencapai kondisi optimal. Prinsip ini merupakan konsep yang konvensional dengan mendasarkan pada asumsi bahwa petani menggunakan teknologi yang sama dan petani menghadapi harga yang sama.

(36)

19 Nicholson (1995) mengatakan bahwa efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marginal masing-masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (vi) atau ki = 1. Kondisi ini menghendaki NPMx sama dengan harga factor produksi X atau dapat ditulis sebagai berikut : NPMx = Px atau = 1 = Px atau Dimana : b = elastisitas Y = produksi Py = Harga produksi Y

X = Jumlah faktor produksi X Px = Harga faktor produksi X

Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering terjadi adalah sebagai berikut (Soekawarti, 1990) :

a. (NPMx / Px) > 1 : artinya menggunakan input X belum efisien, untuk mencapai efisien input X perlu ditambah.

b. (NPMx / Px) < 1 : artinya menggunakan input X belum efisien, untuk menjadi efisienmaka penggunaan input X perlu dikurangi.

c. (NPMx / Px) = 1 : artinya menggunakan input X efisien.

5. Biaya Penerimaan Petani

Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.jumlah biaya tetap dan variabel dapat diformulasikan ke dalam : TC = TFC + TVC

Dimana :

TC = biaya total produksi TFC = biaya tetap total TVC = biaya variabel total

(37)

20

 Biaya tetap adalah biaya yang harus tetap dikeluarkan pada berbagai tingkat output yang dihasilkan.

 Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah menurut tinggi rendahnya tingkat output.

Penerimaan petani pada dasarnya dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Penerimaan kotor yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi usah tani. Dapat dinotasikan sebagai berikut :

TR = P.Q Dimana :

TR = penerimaan kotor P = harga produksi Q = jumlah produksi

b. Penerimaan bersih yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi usaha tani setelah dikurangi biaya total yang dikeluarkan. Dinotasikan sebagai berikut:

= TR – TC Dimana :

= besarnya tingkat pendapatan TR = penerimaan kotor

TC = biaya total yang dikeluarkan

6. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Pertanian

 Bibit

Benih menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang unggul cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Semakin unggul benih komoditas pertanian, semakin tinggi produksi pertanian yang akan dicapai.

 Pestisida

Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Di satu sisi pestisida dapat menguntungkan usaha tani namun di sisi lain pestisida dapat merugikan petani. Pestisida dapat menjadi kerugian

(38)

21 bagi petani jika terjadi kesalahan pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain pencemaran lingkungan, rusaknya komoditas pertanian, keracunan yang dapat berakibat kematian pada manusia dan hewan peliharaan.

 Lahan

Lahan adalah sumberdaya yang dipersiapkan untuk lebih awal. Lahan pada sektor non pertanian atau industry adalah diutamakan yang strategis dan keadaan social ekonomi mendukung. Sedangkan lahan pada sekot pertanian adalah terkait dengan kesesuaian penggunaan lahan (land use) atau lingkungan.  Tenaga Kerja

Factor produksi tenaga kerja (labor) merupakan factor produksi yang penting untuk diperhatikan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tenaga kerja adalah:

a. Ketersedian tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang

diperlukan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dalam jumlah yang optimal.

b. Kualitas tenaga kerja, skill merupakan menjadi pertimbangan

yang tidak boleh diremehkan. Spesialisasi dibutuhkan pada pekerjaan tertentu dan jumlah yang terbatas.

c. Jenis kelamin, akan menentukan jenis pekerjaan yang

diperlukan. Pekerja laki-laki akan mempunyai fungsi yang cukup kelihatan berbeda dengan pekerja perempuan, seperti pengangkutan, pengepakan dan sebagainya. Pekerja perempuan sering menangani masalah pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelatenan.

d. Tenaga kerja yang bersifat „temporer‟ atau musiman dalam

sektor pertanian. Ini akan menyebabkan tambahan jumlah tenaga kerja yang menganggur.

(39)

22

e. Upah tenaga kerja perempuan dan laki-laki yang berbeda.

Perbedaan inipun juga disebabkan oleh tingkat golongan, pendidikan, atau lainnya.

 Pupuk

Tujuan dari pemupukan lahan adalah sebagai persediaan unsur hara untuk produksi makanan alami, serta untuk perbaikan dan pemeliharaan keutuhan kondisi tanah dalam hal struktur, derajat keasaman, dan lain-lain. (Sumeru Ranoemihardja dan Kustiyo, 1985)

Pupuk bagi lahan pertanian harus mengandung jenis nutrient yang tepat, yaitu nutrient yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman yang akan ditambahkan di dalam lahan pertanian. Pada umumnya adalah nutrient yang menjadi factor pembatas seperti fosfor dan nitrogen. (Sumeru Ranoemihardja dan Kustiyo, 1985)

Pupuk organic sangat penting karena dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan daya serap tanah terhadap air dan mengandung zat hara yang diperlukan tanaman. (Kartasapoetra, 1990). Pupuk organic bermanfaat dalam memulihkan struktur tanah terutama dalam kemampuan tanah untuk menahan air (Ranoemihardja dkk, 1985).

B. Penelitian Terdahulu 1. Effendy (2010)

Penelitiannya berjudul “Efisiensi Faktor Produksi Dan Pendapatan Padi Sawah Di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso” dengan waktu penelitian bulan Januari 2010 - Mei 2010. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah produksi padi dalam bentuk beras. Variabel independen (X) nya adalah luas lahan (X1), benih (X2), pupuk (X3), dan tenaga kerja(X4). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani padi sawah serta untuk mengetahui pendapatan usahatani padi sawah di

(40)

23 Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso. Metode analisis data yang digunakan adalah model fungsi Cobb-Douglas dan regresi linier berganda menggunakan program SPSS. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa faktor-faktor produksi padi sawah diantaranya luas lahan (X1), benih (X2), pupuk (X3), dan tenaga kerja(X4) belum efisien dalam usahatani padi sawah di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir, sehingga perlu ditambah guna mencapai produksi dan pendapatan yang maksimal. Mengenai pendapatan usahatani padi sawah di Desa Masani ini diketahui yaitu sebesar Rp 4.900.265,48/ha/MT.

2. Benu Olfoe L. Suzana, Joachim N.K. Dumais dan Sudarti (2011)

Penelitian ini berjudul “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Sawah di Desa Mopuya Utara Kecamatan Dumoga Utara Kabupaten Bolaang Mongondow”. Variabel dependen (Y) yang dipakai dalam penelitian ini adalah produksi padi sawah, sedangkan Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah lahan (X1), benih (X2), pupuk (X3), dan tenaga kerja(X4). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi sawah. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara stratifikasi random sampling berdasarkan strata luas lahan garapan petani. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dan analisis efisiensi harga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor produksi lahan (X1), benih (X2), pupuk (X3), dan tenaga kerja(X4) secara bersama-sama maupun secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah di Desa Mopuya Utara. Kemudian dalam hal penggunaan faktor produksi, diketahui bahwa penggunaan faktor produksi lahan, pupuk dan tenaga kerja belum efisien, masih dapat dilakukan penambahan ketiga faktor tersebut untuk meningkatkan tingkat produksinya. Sedangkan dalam hal penggunaan faktor produksi benih, dalam penelitian ini benih diketahui tidak efisien maka dari itu perlu dilakukan pengurangan benih.

(41)

24

3. Ida Purwanti, Mohd Harisudin, Susi Wuri Ani ( 2014)

Penelitian ini berjudul “Efisiensi Penggunaan Input Pada Usahatani Padi Beras Merah Di Lahan Kering Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Produksi padi beras merah (Y), Luas lahan(X1), Benih (X2), Tenaga kerja (X3), Pupuk kandang (X4), Pupuk urea (X5), Pupuk lainnya (X6), dan Pestisida (X7). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis usahatani , faktor-faktor produksi yang berpengaruh, mengetahui tingkat efisiensi teknis, harga serta ekonomi, optimalisasi kombinasi penggunaan input produksi pada usahatani padi beras merah. Pemilihan lokasi dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja atau secara

purposive. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan luas panen dan jumlah

produksi padi ladang terbesar di Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Pengukuran sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode accidental sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis usahatani, analisis efisiensi teknis, efisiensi harga/allocative, efisiensi ekonomi, analisis regresi fungsi produksi

Cobb-Douglass dan analisis optimasi penggunaan input dengan

pendekatan Least Cost Combination (LCC). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi (Y) secara individual adalah luas lahan (X1) dan tenaga kerja (X3). Sedangkan faktor produksi yang tidak berpengaruh terhadap hasil produksi adalah benih (X2), pupuk kandang (X4), pupuk urea (X5), pupuk lainnya (X6), dan pestisida (X7). Untuk hasil analisis efisiensi menunjukkan bahwa penggunaan input produksi pada usahatani padi beras merah belum mencapai efisiensi teknis,harga dan ekonomi. Tingkat optimum kombinasi penggunaan input pada produksi padi beras merah dengan luas lahan sebesar 0,63 Ha yaitu membutuhkan 16,549 HKP tenaga kerja.

(42)

25

4. Puspita Primaharani, Eny Lestari, Mei Tri Sundari (2014)

Penelitian ini berjudul “Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, Y adalah hasil produksi padi (Kg), X1 adalah luas lahan (Ha), X2 adalah benih (Kg), X3 adalah tenaga kerja (HKP), X4 adalah pupuk Urea (Kg), X5 adalah pupuk SP36 (Kg), X6 adalah pupuk Phonska (Kg). Selain untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi padi, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui besarnya penerimaan biaya, pendapatan usahatani padi, serta mengetahui efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi padi. Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik dan metode pengambilan sampel menggunakan metode proportional random

sampling dengan jumlah sampel 30 di Desa Sroyo dan 30 sampel di Desa

Brujul di Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja (X3), pupuk Urea (X4), pupuk SP36 (X5), dan pupuk Phonska (X6), secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Secara individu, faktor produksi tenaga kerja(X3), pupuk Urea(X4), pupuk SP36 (X5), maupun pupuk Phonska (X6), berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi di Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar belum mencapai efisiensi ekonomi. Dalam penelitian ini diketahui pula bahwa pendapatan petani padi sebesar Rp 16.494.803,00/Ha.

5. Fred Nimoh, Enoch Kwame Tham-Agyekum, Philip Kwaku Nyarko

(2012).

Penelitian ini berjudul “Resource Use Efficiency in Rice Production: the Case of Kpong Irrigation Project in the Dangme West District of Ghana”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam usahatani padi dengan proyek irigasi Kpong (KIP) di di Distrik Dangme West di Ghana. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, Y adalah hasil produksi

(43)

26 padi (Kg), X1 adalah luas lahan (Ha), X2 adalah air, X3 adalah tenaga kerja (HKP), X4 adalah pupuk (Kg), X5 adalah pestisida (liter), X6 adalah benih (Kg). Metode pengambilan sampel yang digunakkan adalah

the simple random sampling technique dengan mengambil sampel

sebanyak 70 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skala produksinya berada pada descreasing return to scale (menggunakan elastisitas). Hasil perhitungan efisiensi menunjukkan bahwa tanah (6,63), pupuk (1,76) dan benih (10,84) kurang dimanfaatkan dan tenaga kerja (0,000036) dan bahan kimia sedang sangat digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini merekomendasikan bahwa KIP harus memulai pekerjaan perbaikan di jalan, menyediakan layanan permesinan yang tepat dan mengurangi saluran air.

6. Aneani F, Anchirinah VM, Asamoah Mand F Owusu-Ansah(2011). Penelitian ini berjudul “Analysis Of Economic Efficiency In Cocoa

Production In Ghana”. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis efisiensi ekonomi pemanfaatan faktor-faktor produksi dalam produksi kakao dari para petani kakao di Ghana, serta untuk memberikan informasi dalam penggunaan faktor-faktor produksi yang efektif, pengelolaan input pertanian pada kebun dan rekomendasi kebijakan kakao. Metode penelitian ini adalah analisis deskriptif dan inferensial dari data survei. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan multistage pendekatan sampling. Petani perorangan diwawancarai dengan menggunakan kuesioner. Analisis regresi digunakan untuk memperkirakan Cobb-Douglas fungsi produksi dari data pertanian untuk pengukuran efisiensi teknis para petani kakao. Variabel dalam penelitian ini adalah Produksi kakao (Y), jumlah tenaga kerja (X1), luas lahan (X2) , insektisida (X3), Fungisida (X4) dan jumlah pupuk (X5). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja, luas lahan, insektisida,fungisida dan pupuk berpengaruh terhadap produksi kakao. Jumlah elastisitas faktor-faktor produksi dalam fungsi produksi Cobb-Douglas adalah 1,463, yang lebih dari satu, menyiratkan bahwa

(44)

27 para petani kakao beroperasi dalam skala hasil yang meningkat

(increasing return to scale).

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penulis dan Tahun Judul Penelitian Variabel

Alat Analisis Hasil Penelitian Terikat Bebas 1 Effendy (2010) Efisiensi Faktor Produksi Dan Pendapata n Padi Sawah Di Desa Masani Kecamata n Poso Pesisir Kabupate n Poso Produksi Padi Luas lahan (X1), benih (X2), pupuk (X3), dan tenaga kerja (X4) Model fungsi Cobb-Douglas dan regresi linier berganda menggunakan program SPSS.

Ditemukan bahwa faktor-faktor produksi padi sawah diantaranya luas lahan (X1), benih (X2), pupuk

(X3), dan tenaga kerja(X4)

belum efisien dalam usahatani padi sawah di Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir, sehingga perlu ditambah guna mencapai produksi dan pendapatan yang maksimal. Mengenai pendapatan usahatani padi sawah di Desa Masani ini diketahui yaitu sebesar Rp 4.900.265,48/ha/MT. 2 Benu Olfoe L. Suzana, Joachim N.K. Dumais dan Sudarti (2011) Analisis Efisiensi Pengguna an Faktor Produksi Pada Usahatani Produksi Padi Lahan (X1), benih (X2), pupuk (X3), dan Analisis regresi berganda dan analisis efisiensi harga

Faktor produksi lahan (X1), benih (X2), pupuk

(X3), dan tenaga kerja(X4)

secara bersama-sama maupun secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi padi

(45)

28 Padi Sawah di Desa Mopuya Utara Kecamata n Dumoga Utara Kabupate n Bolaang Mongond ow tenaga kerja (X4)

sawah di Desa Mopuya Utara. Kemudian dalam hal penggunaan faktor produksi, diketahui bahwa penggunaan faktor produksi lahan, pupuk dan tenaga kerja belum efisien, masih dapat dilakukan penambahan ketiga faktor tersebut untuk meningkatkan tingkat produksinya. Sedangkan dalam hal penggunaan faktor produksi benih, dalam penelitian ini benih diketahui tidak efisien maka dari itu perlu dilakukan pengurangan benih. 3 Ida Purwanti, Mohd Harisudin, Susi Wuri Ani ( 2014) Efisiensi Pengguna an Input Pada Usahatani Padi Beras Merah Di Lahan Kering Kecamata n Pracimant oro Produksi Padi Luas lahan(X 1), Benih (X2), Tenaga kerja (X3), Pupuk kandang (X4), Pupuk urea (X5), Analisis usahatani, analisis efisiensi teknis, efisiensi harga/allocati ve, efisiensi ekonomi, analisis regresi fungsi produksi Cobb-Douglass dan

Menunjukkan bahwa faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi (Y) secara individual adalah luas lahan (X1) dan tenaga

kerja (X3). Sedangkan

faktor produksi yang tidak berpengaruh terhadap hasil produksi adalah benih (X2),

pupuk kandang (X4), pupuk

urea (X5), pupuk lainnya

(X6), dan pestisida (X7).

Untuk hasil analisis efisiensi menunjukkan

Gambar

Tabel 1.1 PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga  Berlaku (Miliar Rupiah) Tahun 2011-2014
Tabel 1.3 Produksi Tanaman Pangan Kota Tasikmalaya Tahun 2014-2015  (ton)
Grafik 1.1 Luas Lahan Pertanian Menurut Jenis Tahun 2015 (Hektar)
Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  No  Penulis dan  Tahun  Judul  Penelitian  Variabel
+5

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak etanol 70% daun kelor ( Moringa oleifera Lam.) dengan dosis 300 dan 600 mg/KgBB mempunyai aktivitas yang sama dalam menurunkan kadar trigliserida darah

Pasal 33 UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah disebutkan bahwa penilaian besarnya nilai ganti kerugian oleh penilai dilakukan bidang per bidang tanah,

Kecamatan Adm Kepegawaian Pembina TOT Mandiri Kasi Pemerintahan Kecamatan Aplikasi Strategi I Komunikasi Kasubag Umum DISDUK CAPIL Kasi Pelayanan Kecamatan

d. memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh penyedia untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak. Fasilitas Fasilitas

Upaya yang dilakukan untuk mencegah hambatan pelaksanaan eksekusi terhadap putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap yaitu dengan memberikan pemahaman hukum

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ni’mah menyatakan bahwa terdapat hubungan antara riwayat pemberian ASI ek- sklusif dengan dengan kejadian stunting

Sintesis surfaktan stearil alkohol etoksilat dari bahan baku stearil alkohol derivat minyak kelapa sawit telah dilakukan dan produk yang dihasilkan memiliki

&gt; Beban sendiri gording dan berat penutup atap.. Eternit tanpa penggantug