• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN BAHASA PADA GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DALAM BELAJAR KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN BAHASA PADA GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DALAM BELAJAR KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DALAM BELAJAR

KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS

Arif Ma’mun rifa’i

Institut Agama Islam kamar1000@yahoo.com

Abstract

The importance of language for humans is inevitable, because language is a means of human communication, one of the languages in the current era is a strong demand is English, English in today’s era is no longer an option but has become a demand, English with its status As a foreign language, it demands not only English teachers but students also need different treatments from English as a second language. Readiness in learning also exists in learning styles or attitudes where attitude is a mental and nervous state of readiness, which is organized through experience, exerting directive or dynamic influence on individual responses to all learning materials and situations related to them. In improving the achievement of English speaking skills, there are things that need to be observed, including the factors that encourage the success of learning to speak the language, among the attitudes that can influence teaching and learning activities is the field dependent cognitive style. The dependent field style is somewhat less independent so that there are principles to respond to this style, among the principles that can be offered are Creating realistic situation, Engaging all students, Supporting the qualities of spoken language, Creating an unfearful class.

Keywords: principles of language teaching, field dependent cognitive style, English speaking skills

Abstrak

Pentingnya bahasa bagi manusia merupakan hal yang tidak dapat dielakkan, karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia, salah satu bahasa di era sekarang ini menjadi tuntutan kuat adalah bahasa Inggris, bahasa Inggris di era sekarang ini bukan lagi pilihan melainkan sudah menjadi tuntutan, bahasa Inggris dengan statusnya sebagai bahasa asing menuntut tidak hanya guru bahasa Inggris namun peserta didik juga membutuhkan treatmen yang berbeda dengan bahasa inggris sebagai bahasa kedua. Kesiapan dalam belajar juga ada pada gaya belajar atau sikap

(2)

dimana sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diselenggarakan melalui pengalaman, mengerahkan direktif atau pengaruh dinamis terhadap respon individu untuk semua materi dan situasi belajar dengan keterkaitanya. dalam meningkatkan prestasi keterampilan berbicara bahasa Inggris ada hal-hal yang patut untuk dicermati diantaranya faktor yang mendorong terhadap keberhasilan belajar berbicara bahasa, di antara sikap yang dapat berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar adalah gaya kognitif field dependent. Gaya field dependen agak kurang mandiri sehingga terdapat prinsip prinsip untuk merespon gaya ini diantara prinsip yang dapat ditawarkan Creating realistic situation, Engaging all students, Supporting the qualities of spoken language, Creating an unfearful class.

Kata kunci: prinsip prinsip pengajaran bahasa, gaya kognitif field dependent, keterampilan berbicara bahasa inggris

A. PENDAHULUAN

Sebagai makhluk sosial, komunikasi dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan oleh manusia guna memenuhi kebutuhannya. Merupakan kemustahilan dalam memenuhi kebutuhan antar sesama manusia tanpa melakukan komunikasi dengan bahasa. bahasa inggris merupakan bahasa internasional, sehingga penguasaanya sangat dituntut untuk dapat eksis dalam persaingan dunia international. Bahasa sebagai fungsinya sebagaimana dijelaskan oleh Halliday bahwa makna dari fungsi bahasa sama artinya dengan bagaimana dan untuk apa bahasa itu digunakan (1989).114 Bentuk fungsi ungkapan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa memiliki bentuk yang banyak adakalanya berbentuk permintaan, pujian atau bentuk yang lain sedangkan dari fungsinya al wasilah menjelaskan adakalanya berbentuk Kognitif, Emotif, Imperatif, Seremonial, serta Metalingual115

Penguasaan bahasa inggris bukanlah hal yang sederhana selain kedudukanya sebagai bahasa asing bahasa secara umum memiliki karakter yang unik dan arbitrer. Dengan ke manasukaan bahasa pembelajar bahasa dituntut untuk megikuti baik secara tekstual maupun kontekstual serta budaya yang menyertainya. Beberapa faktor yang dapat mendorong keberhasilan pembelajar bahasa adalah karakteristik siswa yang selaras rensponsif terhadap bahasa yang dipelajarinya. Dalam belajar Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda salah satunya dalam mengolah informasi yang diterima (gaya kognitif), termasuk cara merespon, mengolah dan mengeksekusi informasi dalam pembelajaran sehingga menjadi keterampilan yang bermanfaat untuk dirinya116serta dapat diserap secara utuh dan dapat dikembangkan dalam kebutuhan yang lebih luas dalam kehidupanya.

Perbedaan dalam setiap individu dalam aspek psikologis, dalam aspek ini dapat pula dibedakan pada aspek minat, kecerdasan, bakat, ingatan, emosi, kepribadian, dan sebagainya selain dari aspek psikologi perbedaan dapat pula dibedakan dalam aspek fisik atau jasmani seperti bentuk, ukuran,kekuatan, dan daya tahan, namun perbedaan

114 Halliday (1989) Language, context, and text : aspects of language in a social-semiotic perspective.

Oxford :oxford university press

115 Alwasilah. Chaedar A (2013). Filsafat dan bahasa. Bandung : Rosda Karya.hal 13.

116 Muhamad Gina Nugraha1,a), Santy Awalliyah2,b); Analisis Gaya Kognitif Field Dependent Dan Field

Independent Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas Vii Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/ VOLUME V, OKTOBER 2016 p-ISSN: 2339-0654 e-ISSN: 2476-9398

(3)

secara fisik tidaklah relevan dengan penguasaan suatu bahasa. Belajar bahasa inggris sebagai bahasa asing memiliki keperbedaan dengan belajar bahasa ingris sebagai bahasa kedua atau penutur asli, dalam tataran kesulitan pun juga berbeda. Tingkat kesulitanya dapat mendorong peserta didik untuk memposisikan diri mereka dalam menerima materi bahasa yang diajarkan. Setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda beda dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru, dalam mengolah informasi yang diterima (gaya kognitif), suatu gaya belajar dapat dibiasakan yang kemudian siswa dapat mengkondisikan diri mereka pada gaya belajarar yang sesuai dengan situasi belajar. gaya belajar dependent dipandang agak lemah dalam proses belajar karen gaya ini lebih cenderung tidak mandiri . oleh karena itu dalam paper ini dikaji bagaiamana gaya field dependen dalam prose belajar bahasa inggris. Walaupun secara teoritis kemampuan siswa yang memiliki gaya kognitif FI lebih baik dalam analisis, akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mengalami peningkatan yang lebih besar adalah kelompok gaya kognitif FD.117 Kenth menyebutkan bahwa konsep gaya kognitif dan kemampuan belajar baru-baru ini telah mengasumsikan sebuah signifikansi khusus dalam konten pendidikan karena dianggap sebagai dimensi penting dari perbedaan individu yang merupakan dasar inti dari program pembelajaran yang efektif.118

B. GAYA BELAJAR

Setiap individu peserta didik mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kelebihan dan kekurangan ini yang dapat membedakan individu satu dengan individu lainnya sehingga tidak ada individu yang sama dengan yang lainya. Perbedaan individu peserta didik dapat dilihat gaya kognitif belajar mereka. Perbedaan dapat terjadi pula pada pesetrta didik dalam kepribadian, inteligensi, jasmani, sosial, dan emosi yang berbeda pula. Kepribadian yang berfariasi dapat menyebabkan perbedaan bagaimana sikap peserta didik dalam belajar.Ada yang lambat dan ada yang cepat dalam menangkap informasi atau belajar. Ada yang sesuai dengan gaya belajar tertentu dan ada yang tidak sesuai dengan gaya belajar tersebut. Kepribadian peserta didik seperti dapat dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor external maupun internal siswa itu sendiri dapat pula faktor saling mempengaruhi antar kecerdasan

Heterogenya siswa dalam kepribadian serta emosi dapat mendorong siswa untuk dapat memiliki gaya dalam belajar artinya proses ini menunjukkan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda-beda.dalam belajar dapat dijelaskan bahwa tidak semua individu mempunyai gaya belajar yang sama. Termasuk jika mereka tumbuh dalam lingkungan yang sama, sekolah yang sama atau bahkan dikelas yang sama. Gaya belajar merupakan cara tercepat dan terbaik yang dimiliki individu dalam menerima, menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang diterimanya.

Gaya belajar mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan, terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar bahasa. gaya belajar siswa yang sesuai dengan cara mereka melakukan kegiatan belajar akan memberikan dampak positif, seperti dapat meningkatkan prestasi belajar mereka. Namun semua tidak dapat lepas dari peran guru dalam proses belajar siswa,peran guru sangan mempengaruhi kesuksesan siswa karena guru dapat menstimulasi dan memodifikasi gaya yang cenderung tidak supprortif menjadi rensponsif

117 Muhamad Gina Nugraha1,a), Santy Awalliyah2,b); Analisis Gaya Kognitif Field Dependent Dan Field

Independent Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas Vii Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2016 http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf2016/ VOLUME V, OKTOBER 2016 p-ISSN: 2339-0654 e-ISSN: 2476-9398

118 Kenth, B. (2011). Difference in the Congnitive Styles and Learning Skills due to Gender and

(4)

dan receptif terhadap pendekatan yang digunakan oleh guru. Namun demikian kegagalan siswa dapat tejadi dalam menerima informasi disebabkan ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. hal ini sesuaidengan pendapat . Dengan demikian mengenali gaya belajar siswa bagai pengajar menjadi sangat penting , karena guru dapat menyiapkan kemudian merancang kegiatan pembelajaran dengan beragam pendekatan model, strategi, dan metode yang sesuai.

Respon metode terhadap keadaan peserta didik dapat berimplikasi pada kegiatan pembelajaran serta menciptakan suasana belajar yang kondusif, menyenangkan, dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan siswa, juga memudahkan siswa dalam menyerap informasi sehingga meningkatkan minat dan prestasi belajarnya. Dalam belajar proses sikap berperan sangat penting, bagaimanapun proses belajar dan proses sikap akan sangat membutuhkan gaya atau sikap yang menjadi cermin dari seorang yang belajar. Sebuah sikap belajar dapat menjadi sangat kontributif terhadap keberhasilan belajar Allport dalam gardner menjelaskan bahwa sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diselenggarakan melalui pengalaman, mengerahkan direktif atau pengaruh dinamis terhadap respon individu untuk semua objek dan situasi dengan yang terkait ‘. Sikap

dikatakan memiliki kognitif, afektif, dan komponen konatif 119.

C. FIELD DEPENDENT

Setiap siswa memiliki perbedaan dalam cara memperoleh, menyimpan, dan menerapkan sejumlah pengetahuan. Setiap siswa memiliki cara yang berbeda-beda dalam memproses pemahamannya ber-kenaan dengan apa yang dilihat, diingat, dan dipikirkannya. Perbedaan antar individu yang menetap dalam cara menyusun dan mengolah informasi serta pengalaman-pengalaman ini dikenal dengan gaya kognitif. Pendapat senada Uno yang menyata-kan bahwa gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar120. Perbedaan karakteristik gaya kognitif siswa merupakan suatu perbedaan karak-teristik dari dalam diri siswa dalam mem-proses sejumlah informasi yang diterima-nya. Gaya kognitif dapat dipandang sebagai suatu variabel dalam pembelajaran. Dalam hal ini, gaya kognitif merupakan variabel karakteristik siswa dan bersifat internal. Artinya, gaya kognitif merupakan kapabilitas siswa yang berkembang seiring dengan perkembangan kecerdasaanya. Menurut Uno (2006: 191), gaya kognitif bersifat given dan dapat berpengaruh pada prestasi belajar. Dalam hal ini, siswa yang memiliki gaya kognitif tertentu memerlukan strategi pembelajaran tertentu pula untuk memperoleh prestasi belajar yang baik. Terdapat banyak penggolongan gaya kognitif. Menurut Nasution ditinjau dari adanya pengaruh lingkungan dan riwayat pendidikan masa lalu, gaya kogitif digolongkan menjadi filed independent dan filed dependent121.

Dalam sikap belajar dalam aspek kognitif terdapat setidaknya ada dua sikap belajar yaitu dependent dan independent. Wooldridge menjelaskan siswa yang bergaya kognitif field dependent bergantung pada struktur lingkungannya, proses belajar dengan gaya ini bergantung pada pengalaman, mempunyai perhatian singkat yang mudah berubah, suka mempelajari lingkungan, memillih situasi pembelajaran sesuai perasaan dan pengalaman, berorientasi sosial dan kurang berorientasi pada prestasi, dan kurang berkompetisi.(2006)

119 gardner RC(1985) (social ppsycology and second language learning.victoria :edward Arnold hal.8 120 B. Uno, Hamzah. 2010.Orientasi Barudalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara hal 185 121 Nasution, S. 2013.Berbagai Pendekatandalam Proses Belajar danMengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hal

(5)

Penjelasan ini menunjukkan siswa yang bergaya kognitif field dependent cenderung tidak dapat melepaskan dari faktor lingkungan maupun sosial. Unsur lingkungan dan sosial sangat berpengaruh besar terhadap cara berpikir dan mengambil keputusan siswa. Sementara itu dalam belajar mereka kurang berprestasi dan kompetitif. Hal ini menunjukkan kemandirian siswa yang sangat kurang memberikan dampak yang kurang positif keberhasilan prestasi siswa.

Selanjutnya Wiktin dkk. mengidentifikasi ciri-ciri gaya kognitif field dependent sebagai berikut: cenderung untuk berpikir global, cenderung untuk menerima struktur yang sudah ada, memiliki orientasi rasional, cenderung memiliki profesi yang menekankan keterampilan sosial, cenderung mengikuti tujuan yang sudah ada, cenderung bekerja dengan motivasi eksternal serta lebih tertarik pada penguatan eksternal.122 Berbeda dengan Siswa yang bergaya kognitif field independent lebih efektif mereka belajar tahap demi tahap atau beraturan yang dimulai dengan menganalisis fakta dan memproses untuk mendapatkan. Menurut Daniels bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif field independent berkarakteristik: memahami obyek yang terpisah dari lingkungan, memisahkan dari bagian-bagian yang tidak relevan, menciptakan struktur meskipun struktur itu tidak inheren di dalam informasi yang ada, mereorganisasi informasi untuk memeberi konteks bagi informasi sebelumnya, cenderung lebih efisien dalam mengingat bagian-bagian informasi lama.123

Seseorang dengan gaya kognitif field dependent adalah orang yang berpikir global, menerima struktur atau informasi yang sudah ada, memiliki orientasi sosial, memilih profesi yang bersifat keterampilan sosial, cenderung mengikuti tujuan dan informasi yang sudah ada, dan cenderung mengutamakan motivasi eksternal.124 Peserta didik dengan gaya kognitif field dependent adalah (1) lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran dengan mengandung muatan sosial, (2) memiliki ingatan lebih baik untuk masalah sosial, (3) memiliki struktur, tujuan, dan penguatan yang didefinisikan secara jelas, (4) lebih terpengaruh kritik, (5) memiliki kesulitan besar untuk mempelajari materi terstruktur, (6) mungkin perlu diajarkan bagaimana menggunakan mnemonic, (7) cenderung menerima organisasi yang diberikan dan tidak mampu untuk mengorganisasi kembali, dan (8) mungkin memerlukan instruksi yang lebih jelas mengenai bagaimana memecahkan masalah. Mencermati karakteristik tersebut, siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung lebih tertarik dengan kelompok ilmu-ilmu sosial dibandingkan matematika. Dengan demikian, gaya kognitif field dependent menarik untuk diteliti korelasinya dengan tingkat pemahaman konsep matemati.

D. KETERAMPILAN BERBICARA

Keterampilan berbicara bahasa Inggris merupakan keterampilan yang sangat crusial dan bisa dikatakan bersifat urgen karena begitu pesatnya kemajuan disegala bidang, telah menuntut akan penguasaan bahasa Inggris sehingga keterampilan berbicara bahasa Inggris menjadi penting untuk dikuasai, terlebih pada era globalisasi ini, bahasa Inggris hampir merambah pada semua lini kehidupa, Era globalisasi merupakan era perdagangan bebas, bangsa Indonesia akan banyak melakukan negosiasi atau transaksi dengan orang asing, serta jika kita ingin memperkenalkan produk atau khasanah budaya kita pada mereka tentu

122 Witkin, H. A. (1979 )Field dependent and Field independent Cognitive Styles and Their Educational

Implikation, New York: American Educational Research Journal,.

123 Altun, A., and Cakan, M., (2006) Undergraduate Student’s Academic Achievement, Field Dependent/

Independent Cognitive Style and Attitude Toward Computers, 2006, (www.ifers.into/journals/91/23.pdf)

124 Witkin, A. H. et al. (1977). “Field-Dependent and Independent Cognitive Style and Thei Educational

(6)

kita dituntut untuk menguasai bahasa komunikasi mereka dengan baik. Apabila kita tidak memenuhi tuntukan era globalisasi maka kita akan tertinggal dan menjadi terbelakang dari kemajuan. Mengingat pentingnya komunikasi berbicara maka, keterampilan berbicara bahasa Inggris merupakan syarat utama untuk didapatkan dan sangat perlu ditingkatkan penguasaannya, karena apabila penguasaan bahasa sudah didapatkan maka orang yang menguasainya akan dapat dapat mengikuti tuntutan kompetensi komunikasi pada era itu.

Keterampilan (skill) menurut Richard adalah gaya atau perilaku dimana bahasa digunakan, menurut pendapatnya keterampilan mengacu kepada keterampilan produktif yang mencakup berbicara dan menulis dan keterampilan reseprif yang mencakup membaca dan menyimak(1985:160) menurut Richard keterampilan itu merupakan gaya atau model prilaku berbahasa dalam berkomunikasi, jadi seorang bisa dikatakan memiliki keterampilan ketika seseorang tersebut mampu membaca atau keterampilan yang lain. Menurut Vygosky berbicara adalah cara-cara penyampaian informasi secara lisan dengan menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi yang pengembanganya berdasarkan daya imaginasi manusia(1962) yang dimaksud Vygosky disini adalah bahasa verbal bahasa yang diucapkan dengan lisan dan ini adalah hasil dari imajinasi penuturnya sehingga tanpa imajinasi kalimat yang diucapkan bukanlah bahasa yang dapat dipahami sebagai bahasa yang berfungsi komunikatif.125

Fungsi bahasa secara kognitif yaitu menjelaskan proposisi-proposisi yang dipikirkanya benar atau salah sehingga dengan bahasa bisa menerima atau menolak, adapun fungsi bahasa emotif bahasa bisa difungsikan sebagai alat untuk mengekspresikan kemauan sesuai dengan apa yang dia inginkan dan yang dia butuhkan, bahasa juga berfungsi sebagai imperatif ini mengandung pengertian bahwa bahasa dapat digunakan supaya orang melakukan apa yang kita katakan, imperatif dapat dimaknai sebagai perintah dengan perintah atau ungkapan yang semakna dengan perintah sehingga orang yang menerima pesan akan mempunyai opsi melakukan sesuai dengan yang diinginkan, fungsi bahasa sebagai seremonial berarti bahwa bahasa bisa digunakan untuk menghormati dan menghargai orang lain, adapun fungsi bahasa metalingual, bahasa itu dapat digunakan untuk mendiskripsikan bahasa itu sendiri artinya seseorang bisa mengkaji bahasa dengan bahasa itu sendiri.

Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, juga sebagaimana dijelaskan oleh Linda Thomson dan Shan Wareing mengemukakan bahwa bahasa sebagai sebuah cara sistematis untuk menggabungkan unit-unit kecil menjadi unit-unit yang lebih besar dengan tujuan untuk berkomunikasi.126 Fungsi bahasa tersebut memberikan gambaran betapa bahasa sangat fleksibel bagi kebutuhan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dimana, bahasa selalu ada dan dapat digunakan di setiap dan kapan pun manusia butuhkan dan untuk keadaan dan keperluan apapun, bahasa digunakan manusia dalam bentuk oral maupun tertulis, namun dari keduanya, secara orallah yang lebih mendominasi sebagai alat yang digunakan dalam berkomunikasi dibandingkan dengan cara tertulis, ini dapat kita lihat di dalam keseharian kita seberapa sering kita berkomunikasi dengan lisan dan seberapa sering kita berkomunikasi dengan tulis. dari kedua bentuk komunikasi tersebut di atas, berkomunikasi secara oral lebih sering digunakan dari pada tertulis. Seringnya bahasa digunakan dalam bentuk oral dari pada tertulis ini menunjukan bahwa kebutuhan manusia dalam bahasa secara oral lebih merupakan kebutuhan dalam berkomunikasi yang artinya ini menuntut manusia untuk lebih menguasai bahasa bentuk itu.

125 Vygosky, (1962). Thought and language, Massachuses : the Massachusetts of Institute of Technology 126 Linda, et all, (1984) Language skills in use . Illinois: Scott, Foresman and Company, Glenview,hal 8.

(7)

Tuntutan akan penguasaan bahasa lisan baik bahasa lokal maupun bahasa asing menjadi suatu yang tidak terelakkan, bahasa Inggris misalnya sebagai bahasa asing yang sekarang banyak dipelajari, merupakan kebutuhan yang penting untuk dikuasai terlebih di era globalisasi ini, karena selain bahasa Inggris sebagai bahasa internasional bahasa Inggris juga bahasa yang kerap digunakan oleh orang-orang yang menancapkan bisnis di Indonesia juga banyak wisatawan luar negeri yang datang dan mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasinya ini merupakan kesempatan penting untuk memperkenalkan tempat wisata dan budaya yang kita miliki dan ini sebagai nilai jual bagi bangsa, mengingat masalah tersebut maka kecakapan akan bahasa Inggris menjadi sangat penting. Di era perdagangan bebas dibutuhkan kekuatan dan ketahanan dalam menyongsong era tersebut, sebagai syarat tersebut masyarakat dituntut untuk mampu mengembangkan diri sehingga mampu bersaing di tengah masyarakat global salah kuncinya adalah penguasaan bahasa.

Karena begitu pentingnya komunikasi bahasa sebagai alat dan cara berkomunikasi, serta tanggapnya akan perkembangan pengetahuan dan tuntutan pada era globalisasi ini banyak sekali dijumpai lembaga-lembaga kursus, maupun pembelajaran bahasa formal yang menawarkan keunggulan dalam berbicara bahasa Inggris melalui iklannya dengan menggunakan berbagai metode yang ditawarkan, pada pendidikan sekolah formal pendidikan bahasa Inggris sudah dimulai diajarkan mulai pendidikan menengah bahkan ada yang mulai diajarkan mulai tingkat dasar, ini berarti peserta didik mempelajari bahasa Inggris selama enam tahun lebih meskipun demikian keberhasilanya masih dipertanyakan artinya apakah dalam waktu kurun lama itu peserta didik betul-betul dapat menguasai kompetensi berbahasa yang terdiri dari empat kecakapan, namun perlu diapresiasi ini semua adalah bentuk kesadaran dari pemangku kebijakan akan pentingnya bahasa Inggris. Didasari akan pentingnya kecakapan bebicara bahasa Inggris maka merupakan hal yang penting bagi sebuah lembaga untuk melakukan upaya upaya agar dapat memberikan pendidikan yang baik dan tepat agar peserta didiknya menguasai sistematika berbahasa lisan dengan benar . Untuk mendapatkan keberhasilan dalam pengajaran bahasa Inggris sarana maupun prasarana adalah hal yang sangat penting untuk dipenuhi sesuai dengan kebutuhan karena, itu semua merupakan faktor eksternal pendukung terhadap keberhasilan pengajaran bahasa.

Komunikasi menggunakan bahasa lisan merupakan bahasa komunikasi yang unik bahkan ada beberapa pesan tidak dapat diwakilkan dengan komunikasi tulis terutama yang berkaitan dengan penyampaian yang beberapa maknanya ditentukan oleh intonasi, jeda atau jarak satu kata dengan kata lain apabila hal itu dihilangkan padahal makna ditentukan oleh hal di atas maka kalimat tidak terlihat utuh sehingga ini akan dapat menimbulkan kesalahan penerimaan pesan oleh penerima yang pada akhirny esensi tujuan komunikasi tidak tercapai, Brown dalam Nunan menjelaskan bahwa berbicara menggunakan bahasa lisan yang terdiri dari ucapan pendek , tidak lengkap atau terpisah pisah dalam lingkup pengucapan-pengucapan tersebut sangat berhubungan erat dengan perngulangan dan tumpang tindih yang dilakukan antara pembicara satu dengan yang lain Nunan127 (1989) maka jika itu terjadi maka akan didapati kesalahpahaman dan fungsi bahasa komunikasi tidak akan dapat dicapai karena makna yang disampaikan tidak menggandung kesatuan makna yang utuh, senada dengan penjelasan diatas lis setiawati menjelaskan bahwa pengajaran keterampilan berbahasa Inggris harus bertolak dari fungsi bahasa sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulis. (2002:4) pada dasarnya semua

127 Nunan,D (1989) Desining task for the communicating classrom, Cambrige: Cambridge universities

(8)

rencana atau suatu program bertolak pada fungsinya agar sesuatu tidak keluar dari pada tujuan utamanya.

Esensi fungsi bahasa yaitu, penyampaian pesan, dan ini akan tercapai bila pembicara menguasai cara bagaimana pesan tersebut ingin disampaikan serta adanya kesepakatan budaya antara komunikator dan komunikan jika pesan berkaitan dengan keterampilan berbicara maka komunikator dituntut untuk menguasai keterampilan berbicara sesuai dengan bahasa yang digunakan serta kaedah-kaedah yang berlaku dan yang disepakti, oleh karena itu mengingat pentingnya tujuan berkomunikasi maka keterampilan berbicara pun sangatlah penting untuk dikuasai karena merupakan faktor utama yang menjadi penentu keberhasilanya dalam berkomunikasi. Keterampilan menggunakan bahasa tidak bisa diperoleh dan dikembangkan melalui teori saja melainkan harus disertai dengan latihan penggunaanya. Teori juga diperlukan dalam pegajaran bahasa, karena mempunyai pengaruh positif terhadap pembentukan dan pengembangan habits dan skill karena akan mempercepat proses pencapaian yang menuju ke hasil yang efektif, Sartinah Hardjono (1988) namun latihan dalam penggunaanya merupakan faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan dalam berinteraksi.128

Keterampilan berbicara bahasa Inggris merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai langkah awal yang perlu dikuasai adalah penguasaan kosa kata karena bagaimanapun juga kalimat tersusun dari serangkaian kata-kata, terlebih pada era globalisasi ini yang hampir semua label produk, transaksi, serta bahasa iklan banyak menggunakan kosa kata bahasa Inggris. Agar dapat menyesuaikan dengan era globalisasi ini serta tidak ketinggalan perkembangan zaman maka keterampilan berbicara bahasa Inggris merupakan syarat utama untuk didapatkan dan sangat perlu ditinggkatkan penguasaannya. Apabila penguasaan bahasa sudah didapatkan maka orang yang menguasainya akan dapat selalu mengikuti perkembangan zaman yang banyak menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris serta lebih luas dari pada itu kesiapan dalam menghadapi era perdagangan bebas akan lebih siap baik sebagai penjual maupun pembeli terutama dalam melakukan transaksi dengan orang asing yang berbahasa Inggris.

Adapun untuk mengevaluasi dan mengetahui aspek-aspek yang dinilai sebelum digunakan dalam indikator adalah sangat penting. Seperti halnya variabel yang lain bahwa evaluasi harus dilakukan guna mendapatkan data yang kemudian untuk disimpulkan sebagai hasil penelitian. Aspek-aspek yang dinilai dalam keterampilan berbicara adalah seperti yang dikatakan oleh linda sebagai berikut:

Use the following guidelines when you are speaking to persuade 1. Speak clearly

2. Look at the audience

3. State your opinion briefly and clearly 4. Stick to the top

5. Give reason and detail to support your opinion linda 129

Sedangkan menurut Heaton aspek-aspek dalam penelitian terhadap keterampilan berbicara mencakup : (1) ketepatan, yaitu ketepatan dalam pengucapan, ketepatan gramatikal dan leksikal, apabila banyak ditemukan susunan gramatika yang salah sehingga kalimat yang diucapkan dapat dikatakan kurang tepat maka ini merupakan poin yang mengurangi penguasaan keterampilan. (2) kelancaran, (3) keterpahaman dalam

128 Hardjono, Sartinah. (1988) Psikologi Belajar Mengajar Bahasa Asing, Jakarta: Depdikbud

129 Linda, et all, (1984) Language skills in use . Illinois: Scott, Foresman and Company, Glenview,.hal

(9)

komunikasi.130 Senada dengan pendapat Heaton, cyrill menggungkapkan mengenai aspek-aspek yang dapat dinilai dalam berkomunikasi lisan yaitu : (1) peranan dalam percakapan, (2) penggunaan kosa kata, (3) ketepatan, (4) kejelasan ritme, (5) intonasi dan pengucapan (6) kelancaran (6)relevansi dan kesesuaian isi.131 richards (2002:205) menyatakan bahwa pengembangan keterampilan berbicara harus memperhatikan faktor faktor yang mempengaruhi komunikasi lisan pemeralar komponen-komponen dalam bercakapan berbicara dan keterampilan – kertrampilan tertentu atau strategi yang digunkan dalam komunikasai. 132

Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara bahasa Inggris ialah kecakapan seseorang dalam menggunakan bahasa Inggris secara oral untuk menyampaikan pesan. Terampil dalam menggunakan bahasa mencakup faktor kebahasaan yang terdiri dari penggunaan diksi, gramatika, pengucapan, penempatan tekanan, ketepatan sasaran pembicaraan, dan faktor non kebahasaan meliputi sikap tenang, pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara, kelancaran berbicara, ketepatan gerak-gerik, penguasaan topik pembicaraan.

E. PEMBAHASAN

Terdapat aspek aspek yang perlu diperhatikan dalam pengajaran bahasa Inggris di sekolah dan hal ini menjadi penting mengingat akan peranya keterampilan berbicara bahasa Inggris lebih dominan dari pada keterampilan yang lain. Adapun aspek-aspek yang mendukung keberhasilan belajar agar peserta didik benar-benar menguasai keterampilan bahasa Inggris sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan tuntutan dunia global, tedapat hal-hal yang perlu dipehatikan dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris sebagaimana dikemukan oleh Brown133 menyatakan bahwa kategori pembelajaran speaking yang dapat diterapkan dalam kelas adalah: 1). Imitative. pada kategori pembelajaran imitatif ini bertujuan untuk memfokuskan pada unsur tertentu dari bentuk bahasa sehingga dapat membantu siswa untuk mengembangkan pola-pola dan untuk mengembangkan bentuk tata bahasa dengan kontek yang benar. 2) intensive. Intensive speaking didesain untuk melatih beberapa aspek fonologi dan tata bahasa, sehingga siswa dapat mengenal bentuk-bentuk bahasa tertentu. 3) responsive. Pembicaraan yang baik di kelas adalah jika siswa tersebut tanggap, seperti dapat memberi jawaban pendek pada guru atau siswa mau bertanya atau memberi komentar. 4) transaksional (dialog). Bahasa transaksional ini dilakukan dengan tujuan menyampaikan atau bertukar informasi tertentu yang merupakan pengembangan dari bentuk bahasa yang responsive.5) interpersonal dialog. Hal ini bertujuan untuk menjaga hubungan sosial. Siswa harus mempelajari bentuk-bentuk hubungan antar pembicara dalam percakapan. 6) extensive. Dalam hal ini siswa pada tingkat lanjut diharapkan dapat mengembangkan monolog dalam bentuk laporan lisan, kesimpulan, atau pidato singkat.

Kumaradivelu menjelaskan terdapat beberapa faktor yang terdapat pada peserta didik adalah 134 (1). individual faktor : age and anxiety, (2). Negotiation factor: interaction and interpretation, (3) tactical faktor : learning strategies and communication strategies;

130 Heaton, J.B, (1989) Writing English language test . New York : Longman Inc., 131 Weir , Cyrill J. ( 1990) Communicative language test. New York: Prentice Hall.

132 Richard , J.C., & renandya, W.A. (2002) Metodologi in language teacing .Cambrige: Cambridge

Universities Press.hal 205

133 Brown , H.D.(2001). Teaching by Principles. California: Addison Wesley Longman, Inc. hal

271-274

134 Kumaradivelu. (2006). Understanding language teaching from method to postmethod, New Jersey:

(10)

(4).affective factor : attitude and motivation; (5) knowledge factor: language knowledge and metalanguage knowledge; (6) environmental factors : sociall context and educational context; faktor-faktor ini semua dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu internal factor and external factors. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam pembelajaran, sehingga juga berpengaruh pada keberhasilan dari proses belajar dapat dilihat dari faktor eksternal dan faktor internal, faktor eksternal faktor yang berada diluar siswa bisa berupa dorongan teman, metode belajar atau sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar siswa, adapun faktor internal adalah faktor yang terdapat pada diri siswa pada faktor faktor diatas menjadi prinsip yang ditawarkan menjadi pijakan dalam menentukan strategi.

Faktor internal atau faktor yang terdapat pada diri siswa dapat berupa motivasi siswa dan dapat pula berupa karakteristik siswa, sementara Richard (2002:206) menyatakan bahwa faktor dari dalam pembelajar sendiri merupakan salah satu hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran bahasa, faktor-faktor yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa asing itu adalah emosi, kepercayaan diri, empati, kecemasan, sikap, dan motivasi, sikap dalam belajar merupakan salah satu gaya kognitif, salah satu bentuk dari sikap siswa adalah gaya belajar, karakteristik ini sangat menentukan dalam penguasaan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Gaya kognitif siswa berpengaruh terkait dalam cara menerima dan menyikapi materi pembelajaran, hal ini dikarenakan apakah siswa tersebut dalam berpikir cenderung memiliki kemandirian pandangan (field independent) ataukah ketergantungan pandangan (field dependent). Maka dengan penjelasan diatas gaya kognitif menentukan keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris. Senada dengan penjelasan diatas Hayes dan Allinson(1998) dalam kaluzniacky, menjelaskan bahwa gaya kognitif adalah “cara yang lebih disukai seseorang pengumpulan,

pengolahan, dan mengevaluasi informasi kaluzniacky”135. gaya belajar merupakan cara

tersendiri yang dilakukan peserta didik dalam mengumpulkan dan mengolah serta mengevaluasi materi yang diterima dari guru atau lawan komunikasinya, siswa dalam belajar mempunyai gaya masing sesuai dengan yang ada pada mereka sehingga ini akan membedakan tingkat keberhasilan mereka dalam belajar.

Selain faktor eksternal diatas terdapat pula faktor internal siswa diantaranya adalah gaya belajar, gaya belajar field independent dan field dependent tentu sangatlah berbeda dalam menentukan keberhasilan belajar berbicara bahasa Inggris, Karena keduanya memiliki karakteristik yang berbeda misalnya siswa yang memiliki gaya field independent berkarakteristik: memahami obyek yang terpisah dari lingkungan, memisahkan dari bagian-bagian yang tidak relevan, menciptakan struktur meskipun struktur itu tidak inheren di dalam informasi yang ada, mereorganisasi informasi untuk memberi konteks bagi informasi sebelumnya, cenderung lebih efisien dalam mengingat bagian-bagian informasi lama. Altun ( 2006), sementara gaya field dependent bergantung pada struktur lingkungannya, proses belajar bergantung pada pengalaman, mempunyai perhatian singkat yang mudah berubah, suka mempelajari lingkungan, memillih situasi pembelajaran sesuai perasaan dan pengalaman, berorientasi sosial dan kurang berorientasi pada prestasi, dan kurang berkompetisi136

Penjelasan ini menunjukkan siswa yang bergaya kognitif field dependent cenderung tidak dapat melepaskan dari faktor lingkungan maupun sosial. Unsur lingkungan dan

135 Eugene kaluzniacky (2004: 105-106)Managing Psychological Factors in Information Systems Work:

An Orientation to Emotional Intelligence. London :Yurchak Printing Inc. hal 105-106.

136 Altun, A., and Cakan, M., (2006) Undergraduate Student’s Academic Achievement, Field

Dependent/Independent Cognitive Style and Attitude Toward Computers, 2006, ( www.ifets.into/

(11)

sosial sangat berpengaruh besar terhadap cara berpikir dan mengambil keputusan siswa. Sementara itu dalam belajar mereka kurang terlihat berprestasi dan didapati kurangnya daya saing atau sifat kompetitif. Hal ini menunjukkan kekurangmandirian siswa ini akan memberikan dampak yang kurang positif pada keberhasilan prestasi siswa. Keterampilan berbicara bahasa Inggris sebagaimana keterampilan yang lain dalam artian keterampilan adalah kemampuan yang dapat diolah dan dikembangkan sehingga kelebihan dan kekurangan yang ada pada masing-masing peserta didik baik yang field dependen maupun field independen dapat dilakukan treatment atau langkah yang sesuai dengan masing-masing kekurangan sehingga tujuan pemelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.Pemilihan metode yang baik akan sangat membantu bagi kedua gaya belajar yang dimiliki oleh siswa karena metode mengajar merupakan strategi yang dilalakukan oleh guru dalam mengajar dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities designed to achieves a particular education goal. Strategi pembelajaran merupakan suatu rangkaian yang di dalamnya terdapat berbagai prosedur, langkah-langkah dan metode pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran, sementara. Pada prinsipnya pengajaran speaking memperhatikan faktor faktor diatas kemudian dikemas dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi, semua disajikan dengan memperhatikan

konsep prinsip pengemasan ; 1) Creating realistic situation situasi yang nyata dan faktual akan lebih menarik sehingga peserta didik dengan gaya kognitif field dependen yang lemah dalam analisa akan tertarik untuk menganalisa fonemena tersebut. 2) Engaging all students,pengemasaan materi dan pelaksanaanya menarik bagi kondisi peserta didik, ini akan menjadi pemicu semangat dalam belajar siswa. 3) Supporting the qualities of spoken language, terdapat banyak hal yang dapat mendukung keterampilan berbicara, hal ini karena berbicara tidak hanya kererampilan produktif namum juga mencakup banyak aspek bahasa. 4) Personalizing speaking topics, pemilihan topik menjadi penting karena akan mendorong ketertarikan dan dapat meningkatkan motivasi siswa. 5) Creating an unfearful class. Menciptakan kelas tidak hanya kondusif tapi menyenangkan dan tidak menakutkan sehingga kelas dan pembelajaranya selalu dirindukan oleh peserta didik 6) Planing different and various types of speaking activites, untuk meminimalkan atau menghilangkan kejenuhan maka aktifitas pembicaraan di desain bermacam macam dan berganti ganti 137

F. KESIMPULAN

Dari penjelasan pada pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah Keterampilan (skill) berbahasa adalah gaya atau perilaku dimana bahasa digunakan. , keterampilan mengacu kepada keterampilan produktif yang mencakup berbicara dan menulis dan keterampilan reseprif yang mencakup membaca dan menyimak, aspek-aspek dalam keterampilan berbicara mencakup : (1) ketepatan, yaitu ketepatan dalam pengucapan, ketepatan gramatikal dan leksikal. (2) kelancaran, (3) keterpahaman dalam komunikasi, (4) penggunaan kosa kata, (5) kejelasan ritme, (6) intonasi dan pengucapan, (7)relevansi dan kesesuaian isi.

Field independent cenderung mampu menganalisis kalimat yang dia belum mengerti dan lebih sistematis dalam menerima informasi dari lingkungan ketika didalam dalam kelas anak dengan gaya field independen lebih terstruktur dan tersistem oleh pemahamanya terhadap informasi yang dia terima anak dengan gaya ini lebih suka memfokuskan pada detail-detail materi, memfokuskan pada fakta-fakta dan prinsip-prinsip, jarang

(12)

mengadakan kontak fisik dengan guru, interaksi-interaksi dengan guru terbatas pada tugas-tugas yang sedang dikerjakan-mencari pujian yang sifatnya non sosial, menyukai bekerja sendiri, menyukai kompetisi, dan dapat mengorganisasikan dengan dirinya sendiri. ciri-ciri gaya kognitif field dependent sebagai berikut: cenderung untuk berpikir secara luas, cenderung untuk menerima struktur yang sudah terpetakan, memiliki orientasi rasional, cenderung memiliki profesi yang menekankan keterampilan sosial, cenderung mengikuti tujuan yang sudah ada, cenderung bekerja dengan motivasi pada penguatan eksternal. Dengan diketahuinya dua gaya belajar ini pada peserta didik maka celah untuk menuju keberhasilan penguasaan berbicara bahasa Inggris semakin mudah untuk dicapai.

Sebagai seorang pendidik pemahaman terhadap karakter peserta didik sehingga memahami prinsip prinsip dalam menyambut kondisi real peserta didik. Langkah yang berpijak pada prinsip prinsip pengajaran sangat diperlukan untuk keberhasilan dalam pembelajaran. Pengetahuan terhadap karakter individu siswa, diketahui oleh guru sejak awal, sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran. Karakter yang dimaksud tersebut adalah salah satunya mengenai gaya belajar yang terdapat pada tiap individu siswa. Dengan mengetahui sejak awal gaya belajar dengan mudah memberikan materi dengan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter dan kecenderungan cara belajar mahasiswa. Prinsip persiapan, implementasi dan evaluasi dikemas sebagai jawaban kelemahan bagi siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, persiapan dilakukan mengacu pada faktor internal dan external peserta didik, dikembas memberikan stimulus sikap yang kurang agresif dalam berbicara bahasa inggris serta sikap internal yang lain. Implementasi didesain tidak kaku serta dapat berubah didasarkan pada perubahan prilaku peserta didik, paradigma pengajar berubah dari era method kepada post method konsep yang ditawarkan oleh kumaravadivelu. Perubahan mengacu pada bahaimana meningkatkan minat dan motivasi pada tingkatan yang lebih mapan pada tahapan tertent. Pada tahapan implementasi dapat pula dilakukan tuntutan untuk memiliki keberanian dalam mencoba serta tidak semata mata tergantung pada peserta didik yang lain. Evaluasi dilaksanakan guna jadi acuan perbaikan dalam perlakuan tindakan terhadap siswa yang memiliki gaya kognitif field dependet.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Altun, A., and Cakan, M., (2006) Undergraduate Student’s Academic Achievement, Field Dependent/Independent Cognitive Style and Attitude Toward Computers, 2006, (www.ifers. into.journals/91/23)

Brown , H.D.(2001). Teaching by Principles. California: Addison Wesley Longman, Inc. Borich, D. Gary, (1996), Effective Teaching Methods, New Jersey : Prentice-Hall, inc

Dick, Walter dan Lou Carey, (1990) The systematic design of interactional, (Glenview Iliones: Harper Collins Publishers.

Hardjono, Sartinah. (1988) Psikologi Belajar Mengajar Bahasa Asing, Jakarta: Depdikbud Heaton, J.B, (1989) Writing English language test . New York : Longman Inc.,

Linda, et all, (1984) Language skills in use . Illinois: Scott, Foresman and Company, Glenview,.

Nunan,D (1989) Desining task for the communikating classrom, Cambrige: Cambridge universities PRESS

Richard , J.C., & renandya, W.A. (2002) Metodologi in language teacing .Cambrige: Cambridge Universities Press.

Sanjaya ,Wina (2008). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

Setiawati, lis (2002) Evaluasi pendidikan uas rumpun mata kuliah keterampilan n berbahasa Jakarta: lembaga penilitian UT.

Uno, Hamzah, (2008) Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif, Jakarta: Bumi Aksara

Vygosky, (1962). Thought and language, Massachuses : the Massachusetts of Institute of Technology.

Wooldridge, Blue dan Melanie Haimas-Bartolf, (2006) The field dependence/field independence learning style; implications for adult student diversity, outcomes assessment and acountability , New York: Nova Science Publishers,

Witkin, H. A. (1979 )Field dependent and Field independent Cognitive Styles and Their Educational Implikation, New York: American Educational Research Journal,.

(14)

Loreto Todd. (2000) Introduction to linguistic, Singapore: York Press.

Halliday (1989) Language, context, and text : aspects of language in a social-semiotic perspective. Oxford :oxford university press.

Linda Thomson dan Shan Wareing. (2007). Bahasa, masyarakat dan kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Alwasilah. Chaedar A (2013). Filsafat dan bahasa. Bandung : Rosda Karya

Kumaradivelu. (2006). Understanding language teaching from method to postmethod,New Jersey:Taylor & Francis e-Library.

Illinois : Scott Foresman and Co. Year: 1984: Stock: 1 eks. Indeks Page: Ind. : p. 377-384 eks. Information: 384 hlm.: il. ; 24 cm eks

Gardner RC(1985:8) (social ppsycology and second language learning.victoria :edward Arnold

Eugene kaluzniacky (2004: 105-106)Managing Psychological Factors in Information Systems Work: An Orientation to Emotional Intelligence. London :Yurchak Printing Inc.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berlandaskan pada kedua alasan penggunaan konsep elastisitas tenaga kerja yang terdapat di paragraf sebelumnya, maka penelitian ini akan lebih fokus melihat pada

Namun, ada juga beberapa faktor yang dimungkinkan untuk menjadikan debitur yang berstatus single menjadi default , yakni dari segi pendapatan yang rendah sehingga jika hanya

ataupun maskot diantaranya tahun 2013, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Semarang menyelenggarakan Festival Perahu Warak di Banjir Kanal Barat. Tujuan

Implementasi dalam Mengukur Analisis Kualitas Pelayanan Kepada Masyarakat Di Kota Lhokseumawe, akan lebih baik sistem ini dicoba dengan menggunakan metode yang

Secara singkat dapat yang dapat dijelaskan dasar pembenar menghilangkan sifat melawan hukum, yang mana jika dalam putusan pelaku dapat dinyatakan bebas dari segala dakwaan,

Dengan tujuan diversi yang mulia tersebut, maka dalam sistem peradilan pidana anak yang meliputi: (a) penyidikan dan penuntutan pidana anak yang dilaksanakan sesuai dengan

Karena keterbatasan lingkup peneilitian ini yang hanya mengukur persepsi konsumen pada elemen bauran pemasaran dan korelasinya dengan loyalitas, maka untuk mendukung

Berdasarkan jumlah individu dan morfospesies Hymenoptera parasitoid yang telah dikoleksi pada pertanaman padi dataran rendah dan tinggi Sumatera Barat tidak jauh