• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas UAS PIDANA FHUI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas UAS PIDANA FHUI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis Kasus Pidana Ade Sara Dikaitkan dengan Bahan Perkuliahan Untuk memenuhi tugas ujian akhir semester

Asas-asas Hukum Pidana Semester Gasal 2014 Yohanes Dharmaly 1006710193 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA 2014

(2)

KASUS DARI MEDIA MASSA

Merdeka.com - Kasus tewasnya Ade Sara Angelina Suroto menjadi sorotan lantaran tewas secara mengenaskan di tangan Hafiz, mantan pacarnya. Hafiz membunuh tidak sendiri, ia dibantu pacar barunya, Assyifa. Atas nama dendam dan cemburu, dua sejoli tersebut pun membuat skenario jahat untuk menghabisi nyawa Ade Sara.

Berikut kronologi pertemuan Ade Sara dengan kedua pelaku hingga akhirnya tewas :

- Senin, 3 Maret 2014

Sekitar pukul 17.30 WIB, sesuai perjanjian, korban bertemu dengan Assyifa di Stasiun Gondangdia. Saat itu korban seharusnya ada jadwal mengikuti les bahasa Jerman yang rutin ia lakukan. Di sinilah, korban sesuai dengan rencana pelaku bertemu dengan tersangka Hafiz. Kedua pelaku pun mengantar ke tempat les korban di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menuturkan terdapat sandiwara yang dilakoni kedua pelaku. "Ada sandiwara, mereka (kedua pelaku) bertengkar," tuturnya.

Saat Ade Sara turun dari mobil Hafiz untuk ikut les, rupanya Assyifa pun juga ikut turun. Kemudian, Hafiz mengajak Assyifa masuk ke dalam mobil. Assyifa tak ingin masuk ke dalam mobil, jika Ade Sara juga tak masuk. "Padahal itu jebakan. Melihat keduanya bertengkar, Sara pun tergerak," tambah Rikwanto.

Tak berapa lama, keduanya pun melakukan penganiayaan terhadap Ade Sara. Kanit V Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya Kompol Antonius Agus menjelaskan, pada awalnya Ade Sara dipaksa untuk menanggalkan seluruh pakaiannya. Saat hendak dibuka oleh Assyifa, korban menolak dan memilih untuk membuka sendiri pakaiannya.

"Disuruh buka baju biar enggak kabur. Kan malu tuh kalau kabur keluar mobil enggak pakai baju," jelas Agus.

Lantaran sempat mendapat penolakan dari Ade Sara, keduanya pun naik pitam. ''Hafiz sempat menendang leher korban dengan kaki kiri, memukul dan menyetrum lagi. Assyifa juga memberikan

(3)

beberapa pukulan lagi,'' jelas Agus.

Keduanya langsung melanjutkan perjalanan sambil membungkam korban dengan tisu dan kertas koran.

- Pukul 21.25 WIB

Assyifa memegang dada korban dan mendapati Ade Sara sudah tewas. Mobil Hafiz sempat mogok tiga kali.

- Selasa, 4 Maret 2014

Sekitar pukul 02.00 WIB, saat melintas di Kemayoran, mobil pelaku kembali mogok. "Tersangka minta bantuan ke temannya untuk membetulkan aki," ucap Agus.

Sedangkan Assyifa memakaikan kembali pakaian Ade Sara. Di sinilah Hafiz memberitahukan kepada temannya yang datang bahwa ia membawa mayat. Temannya menganggap Hafiz bercanda dan selanjutnya meninggalkan Hafiz ketika akinya sudah berfungsi.

Sekitar pukul 21.00 WIB, kedua pelaku pun membuang jenazah Ade Sara di pinggiran Tol Bintara, Bekasi.

- Rabu, 5 Maret 2014

Sekitar pukul 04.00 WIB jenazah korban ditemukan petugas.

Berikut urutan perjalanan Hafiz Assyifa bersama korban: Gondangdia - Menteng (korban bertemu dengan kedua pelaku) - Tamini - Cawang - Pramuka (diduga terjadi penganiayaan) - Kemayoran (korban sudah meninggal dalam keadaan telanjang) - Utan Panjang - ITC Cempaka Mas -Salemba - Bintara (korban dibuang) - Pulau Gebang.

(4)

ANALISIS

Kasus diatas apabila akan dikenakan ketentuan pidana sesuai dengan buku II KUHP tentang kejahatan maka dapat para pelaku dapat didakwa dengan ketentuan pasal pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP) atau dengan penganiayaan dengan rencana lebih dahulu yang mengakibatkan kematian ( Pasal 353 ayat (3)).

Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana”

Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

Berdasarkan pasal diatas terdapat unsur-unsur delik yang harus dibuktikan oleh jaksa dalam melakukan penuntutan terhadap para pelaku pidana tersebut, antara lain :

-Unsur Barangsiapa; -Unsur Dengan sengaja; -Unsur dengan rencana;

-Unsur merampas nyawa orang lain.

Unsur-unsur yang disebutkan diatas tersebut dibedakan menjadi unsur-unsur subyektif, yaitu dilakukan dengan sengaja dan direncakana terlebih dahulu, juga unsur obyektif yaitu menghilangkan nyawa orang lain.

Unsur Barangsiapa dalam tindak pidana dapat ditujukan kepada diri pelaku tindak pidana dimana pelaku dapat dilihat sebagai s, dimana dalam hal ini unsur barang siapa ini dapat diartikan sebagai manusia sebagai naturalijk persoon atau secara perseorangan, sehingga jika dikaitkan dengan kasus ini, hafiz yang melakukan tindakan menghilangkan nyawa Ade sara memenuhi unsur Barangsiapa ini.

Unsur dengan Sengaja dijelaskan secara teori berhubungan langsung dengan kesalahan dalam tindak pidana, dimana jika tidak ada unsur kesalahan ini maka seseorang tidak dapat dipersalahkan atas suatu perbuatan yang telah dilakukannya, untuk menjelaskan unsur dengan sengaja akan lebih mudah apabila dijabarkan dengan sengaja dalam Mvt memberikan

(5)

pengertian yakni mengetahui dan menghendaki ( willens en wetens), dimana apabila jika tidak memenuhi salah satu syarat mengetahui atau menghendaki maka tidak dapat membuktikan unsur dengan sengaja ini, yang mana apabila dikaitkan dengan kasus pembunuhan Ade Sara diatas, pelaku hafiz dengan jelas dalam kasus ini memang mengetahui dan menghendaki kematian dari Ade Sara dengan menyekap ade sara di dalam mobil, terbutki dengan meminta Ade Sara untuk membuka pakaian sehingga tidak Ade Sara tidak berani keluar mobil karena malu. Penjelasan lebih lanjut dari unsur dengan sengaja adalah jenis kesengajaan yang terdapat dalam kasus ini, dan untuk mengetahui jenis kesengajaan yang dilakukan oleh plaku dalam kasus diatas maka kita akan menjabarkan bentuk-bentuk kersengajaan. Kesengajaan dibedakan menjadi 3 bentuk yakni :

1. Kesengajaan sebagai tujua ( kesengajaan yang dilakukan oleh si pelau untuk mencapai tujuan utamanya dan dengan kata lain si pelaku sudah menghendaki

2. Kesengajaan dengan keinsyafan kepastian 3. Kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan.

Bentuk kesengajaan yang tedapat dalam kasus Kematian Ade Sara adalah bentuk kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan, dimana dalam kasus para pelaku dalam melakukan tindakan-tindakan kepada Ade Sara tidak bermaksud menghilangkan nyawa Ade Sara (Menyetrum dan Menyumpal mulut), tetapi tindakan-tindakan yang telah disebutkan tadi menyebabkan kematian Ade Sara, dimana hilangnya nyawa Ade Sara karena perbuatan-perbuatan tersebut belum pasti, melainkan dapat diperkirakan sebelumnya.

Penjelasan atas unsur dengan rencana menurut M.v.T. adalah apabila perbuatan pelaku memperlukan pemikiran dengan tenang, dalam hal ini waktu yang sebentar saat sebelum atau saat melakukan kejahatan sehingga ia menyadari apa yang dilakukannya, dalam kasus pembunuhan ade sara ini, ditemukan bagian dimana Hafiz dan “rekan”nya yakni kekasihnya sendiri bahkan melakukan skenrio untuk memaksa Ade Sara mengikuti mereka ke mobil.

Merampas nyawa orang lain dapat diartikan membuat hilang nyawa atau “menghilangkan”, dimana unsur ini sangat berkaitan dengan kesengajaanm dimana pelaku harus menghendaki,m dengan sengaja dilakukannya tindakan menghilangkan tersebut, dan ia pun harus mengetahui, bahwa tindakannuya itu bertujuan untuk menghilangkan nyawa orang lain, dibuktikan dengan kasus diatas dimana Hafiz menghilangkan nyawa yang bukan miliknya ( Nyawa Ade Sara).

(6)

Hal-hal lain yang perlu dijelaskan untuk melengkapi uraian dari unsur-unsur delik atas kasus yang terdapat diatas :

Sifat melawan hukum dalam penjelasan untuk delik pembunuhan berencana tadi ialah sebagai bentuk melawan hukum materiil, karena melanggar ketentuan yang terdapat dalam norma-norma masyarakat, dan juga perbuatan ini dilarang dalam KUHP sehingga melawan hukum secara formil, dengan demikian unsur melawan hukum dalam kasus ini terpenuhi, dan dengan demikian perbuatan para pelaku memenuhi unsur melawan hukum, walaupun tidak dicantumkan dalam pasal 340 (karena perbuatan membunuh pastilah memiliki unsur melawan hukum), unsur ini tetap harus dijelaskan.

Kesimpulannya dalam kasus diatas ini Para Pelaku dapat dikenakan pasal 340 KUHP karena memenuhi keseluruhan unsur yang terdapat didalamnya.

Adapun pasal 340 KUHP jika dimasukkan kedalam jenis-jenis delik termasuk kedalam jenis jenis delik merupakan Delik Kejahatan, Delik materiil, Delik Komisi, Delik dolus, Delik Biasa Delik Berdiri Sendiri, Delik langsung selesai, Delik Tunggal, Delik Komuna, Delik Komuna, Delik Kualifisir, yang akan dijelaskan satu persatu.

Pasal 340 masuk kedalam jenis Delik kejahatan karena aturan mengenai hal ini terdapat dalam buku ke II KUHP mengenai Kejahatan.

Delik Materiil, karena pasal 340 mengatur mengenai akibat dimana dalam kasus ini adalah kematian Ade Sara sebagai akibatnya yang dilihat bukan pada perbuatannya yang dilarang. Delik Komisi karena pasal 340 membutuhkan tindakan aktif dari pelakunya ( dalam kasus ini para pelaku melakukan penyiksaan pada Ade Sara sehingga disebutkan membutuhkan tindakan aktif dari para pelakunya).

Delik Dolus karena dilakukan dengan kesengajaan dan bukan kelalaian ( penjelasan mengenai kesengajaan dapat ditemukan dalam penjabaran unsur pasal pada bagian sebelumnya).

Delik Biasa yang dimaksut dalam hal ini apabila disandingkan dengan delik laporan, dimana dalam pasal 340 tidak diperlukan aduan dalam menjalankan proses penuntutan ataupun pemeriksaan.

(7)

Delik Berdiri sendiri karena delik ini tidak membutuhkan tindakan yang berlanjut dan berulang-ulang ( Ade Sara meninggal karena serangkaian tindakan, namun tindakan-tindakan itu dilakukan dalam kurun waktu yang dekat dan para tersangka tidak “mencicil” perbuatan menghilangkan nyawa Ade Sara).

Delik Selesai karena delik ini sekali saja dilakukan dan langsung selesai (Ade Sara langsung meninggal)

Delik Tunggal karena delik pembunuhan berencana sebagaimana yang diatur dalam pasal 340 KUHP ini merupakan tindakan yang tidak dilakukan secara berulang-ulang, para pelaku pembunuhan baru sekali ini melakukan tindak pembunuhan ( mereka tidak menjadikan perbuatan membunuh ini sebagai mata pencaharian).

Delik komuna karena dalam pasal 340 Kualifikasi pelaku hanya sebatas “barangsiapa”, dimana barangsiapa ini menunjukkan bahwa pelakunya bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak terbatas pada jabatan atau oleh orang-orang tertentu.

Delik Kualifisir karena pasal 340 memiliki unsur yang memperberat hukuman disamping unsur-unsur lain, dimana dapat dijelaskan sebenarnya pasal 340 merupakan perberatan dari pasal 338 karena ditambahkan unsur dengan rencana.

KAUSALITAS

Kasus diatas apabila ingin dikaitkan dengan kausalitas (sebab akibat) yang menyebabkan timbulnya tindak pidana diatasnya, maka harus dibuat runtutan kejadiannya secara singkat, (Runtutan kejadian dibuat dengan permumpaan, karena jangka waktu yang terdapat dalam artikel berita terlalu singkat untuk dapat digunakan sebagai contoh kausalitas), sehingga runtutan kejadian yang menjadi sebab dari terjadinya kasus diatas adalah :

1. Ade Sara berpacaran dengan hafiz 2. Hafiz putus dengan Ade Sara 3. Hafiz berpacaran dengan Assyifa 4. Assyifa Cemburu dengan Ade Sara

5. Assyifa dan Hafiz mengajak Ade Sara bertemu 6. Ade Sara diajak berjalan-jalan dengan mobil 7. Ade Sara dihabisi nyawanya.

(8)

Adapun Teori-teori yang digunakan dalam menentukan sebab dari terjadinya kasus diatas menurut para ahli dibedakan menjadi 3.

Teori Von Buri yang terkenal dengan teori Conditio Sine Qua Non yang berarti semua faktor tidak dapat dihilangkan dari rangkaian faktor-faktor yang lain, dengan demikian setiap runtutan kejadian yang terdapat sebelum nyawa Ade Sara dihabisi termasuk kedalam penyebab terjadinya kematian ade sara.

Teori Von Kries menyatakan dengan teori keseimbangan yakni untuk mencari penyebab tindak pidana haruslah dilihat kejadian yang seimbang dan selayaknya dijadikan alasan yang tepat untuk dapat dikatakan menjadi penyebab dari terjadi tindak pidana pembunuhan Ade Sara diatas, maka jika mengikuti teori keseimbangan milik Von Kries, yang menjadi penyebab dari kematian Ade Sara adalah karena adanya runtutan kejadian dimana Ade Sara diajak berjalan-jalan dengan mobil oleh Hafiz dan Assyifah.

Teori Rumelin menyatakan dengan teori keseimbangan objektif, dimana menurutnya, apa yang dimaksut dengan perhitungan yang layak dan seimbang, bukan saja apa yang diketahui oleh pelaku, melainkan juga yang diketahui oleh hakim, walaupun hal itu tidak diketahui pelaku sebelumnya, jika mengacu pada teori rumelin, maka yang menjadi faktor penyebab kematian Ade Sara adalah karena diajak berputar-putar dengan mobil (faktor nomor 6.)

KASUS DIKAITKAN DENGAN BAHAN-BAHAN SETELAH UTS

Dasar penghapus pidana adalah alasan yang digunakan ketika seorang pelaku memenuhi seluruh unsur delik, tetapi ia tidak dapat dipidana, dibedakan menjadi 2 jenis yakni Dasar pemaaf dan dasar pembenar. Secara singkat dapat yang dapat dijelaskan dasar pembenar menghilangkan sifat melawan hukum, yang mana jika dalam putusan pelaku dapat dinyatakan bebas dari segala dakwaan, sedangkan dasar pemaaf adalah dasar yang menghilangkan segala sifat kesalahan, dimana apabila delik tidak mencantum unsur kesalahan maka terdakwa dapat diputus lepas, apabila dikaitkan dengan kasus diatas, tidak ditemukan dasar penghapus pidana yang dapat melepaskan para pelaku dari pertanggungjawaban atas tindakannya tersebut, tetapi karena kasus diatas merupakan kasus yang melibatkan penyertaan maka kaitannya dasar penghapus pidana jika dikaitkan dengan hal penyertaan dapat dijelaskan apabila salah satu pelaku (Hafiz atau Assyifah) memiliki dasar pembenar, maka pelaku lainnya juga berhak untuk mendapatkan alasan pembenar, tetapi untuk pemaaf, maka pelaku lainnya tidak dapat diterapkan dasar pemaaf kepadanya.

(9)

Dasar peringan pidana adalah ketika pelaku tindak pidana sudah memenuhi semua unsur pidana tetapi ada alasan-alasan tertentu yang membuat hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku tersebut lebih ringan dari yang seharusnya, adapun dasar peringan pidana secara singkat dibedakan menjadi 2 yakni dasar peringan umum ( Anak yang belum dewasa), dan juga khusus ( diatur langsung dalam deliknya). Kasus yang terdapat dalam pembunuhan Ade Sara tidak ditemukan adanya dasar peringan pidana sehingga penjelasan ini tidak dapat dikaitkan dengan kasus.

Dasar pemberat pidana adalah ketika para pelaku tindak pidana telah memenuhi seluruh rumusan delik, tetapi ditemukan hal-hal lain yang menyebabkan diperberatnya hukuman yang akan diterima, secara singkat dibedakan menjadi 2 yakni yang terdapat dalam KUHP, dan yang terdapat dalam luar KUHP. Dasar pemberat pidana yang terdapat dalam KUHP terdiri atas alasan umum dan khusus, dimana alasan umum dibedakan menjadi 3 yakni recidive ( pengulangan tindak pidana), abuse of power( penyalahgunaan kekuasaan), Samenloop ( Gabungan beberapa tindak pidana), dan alasan khusus yakni delik-delik yang dikwalifisir/ diperberat. Pasal 340 sebagaimana yang diterapkan terhadap perbuatan yang dilakukan oleh para pelaku tindak pidana pembunuhan kepada Ade Sara adalah contoh dasar pemberat pidana khusus yang terdapat dalam KUHP. Pemberatan atau kualifisir dalam kasus ini jika dibahas ecara khusus adalah karena unsur-unsur yang terdapat didalamnya sebenarnya salma saja dengan yang terdaapat dalam pasal pembunuhan biasa ( Pasal 338 KUHP) tetapi dalam hal ini dibedakan karena ditambahkan satu lagi unsur yakni unsur dengan rencana yang menyebabkan hukuman yang diterima apabila semua unsur terbukti lebih berat ( 15 tahun penjara menjadi pidana mati atau penjara seumur hidup atau 20 tahun penjara ).

Gabungan adalah ketika seorang pelaku melakukan 1 atau beberapa perbuatan yang melanggar 1 atau beberapa aturan pidana, selama ini dikenal 3 jenis gabungan yakni :

1. Gabungan 1 perbuatan (eendaadse samenloop) yang diatur dalam pasal 63 KUHP, dibedakan menjadi :

a. Concursus idealis homogenius b. Consursus idealis heterogenius

2. Gabungan beberapa perbuatan ( meerdaadse samenloop) yang diatur dalam pasal 65,66,70 KUHP yang dibedakan menjadi :

a. Concursus realis homogenius b. Concursus realis heterogenius

(10)

3. Perbuatan Berlanjut ( vorgezette handeling) yang diatur dalam pasal 64 KUHP

Kasus yang digunakan diatas tidak ditemukan adanya gabungan perbuatan yang dilakukan, tetapi akan dilakukan pengandaian apabila setelah membunuh Ade Sara, hafiz kemudian melakukan tindak pidana pencurian 1 minggu kemudian, maka dapat dikatakan perbuatan Hafiz memenuhi aturan gabungan beberapa perbuatan, yang dalam hal ini beberapa perbuatan tersebut yang berlainan (melanggar pasal yang berlainan) maka jika hal tersebut yang terjadi Hafiz memenuhi aturan Concursus Realis Heterogenius sebagaimana diatur dalam pasal 65 KUHP sehingga hafiz dapat diancam dengan ancaman hukuman maksimal yakni hukuman mati.

Penyertaan merupakan tindak pidana yang dilakukan secara bersama-sama. Karena dalam kasus ini terdapat penyertaan maka penjelasan atas penyertaan akan dilakukan secara menyeluruh untuk dapat menentukan jenis penyertaan mana yang terdapat dalam kasus diatas. Penyertaan diatur dalam pasal 55- 57 KUHP. Dimana dalam setiap perbuatan pidana pastilah terdapat pelaku (dader) atau dikenal juga dengan istilah pleger, disamping itu terdapat para pelaku tindak pidana lain yang terlibat dalam terjadinya tindak pidana tersebut, dimana dalam hal ini dibedakan menjadi 4 yakni :

1. Yang menyuruh lakukan ( doenpleger) diatur dalam pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP 2. Yang turut melakukan ( medepleger) diatur dalam pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

3. Penggerakan / penganjuran untuk melakukan (uitlokking) diatur dalam pasal 55 ayat (1) ke -2 KUHP

4. Pembantuan (medepletigheid) diatur dalam pasal 56 KUHP.

Doenpleger dapat dijelaskan adalah ketika terdapat 2 orang pelaku, dimana salah satu pelaku merupakan pleger / dader tetapi ia menyuruh orang lain melakukan tindak pidana tersebut untuk niat yang dimiliki oleh pleger tersebut, ancaman hukumannya sama terhadap keduanya, pengecualiannya adalah apabila pihak yang disuruh melakukan tindakan tersebut dalam keadaan overmacht, sakit jiwa, perintah jabatan, dan hal-hal lain yang masuk kedalam dasar penghapus pidana.

Medepleger adalah bentuk penyertaan dimana para pelaku tindak pidana bersama-sama bergerak untuk melakukan tindak pidana, dengan memiliki kesamaan niat, tetapi terdapat beberapa kemungkinan dalam pemenuhan unsur delik, yakni semua pelaku memenuhi keseluruhan unsur delik, sebagian pelaku memenuhi sebagian atau seluruh unsur delik, tetapi

(11)

syarat yang mutlak harus dipenuhi adalah apabila terdapat kerjasama secara sadar dalam perwujudan tindak pidana yang dilakukan dan juga adanya pelaksanaan secara bersama-sama secara fisik.

Uitlokking adalah penggerakan dimana dalam melaksanakan niatnya pelaku menyuruh orang lain dengan melakukan upaya-upaya yang diatur dalam pasal 55 ayat (1) ke-2 yakni pemberian janji, penyalahgunaan kekuasaan atau pengaruh, kekerasan, ancaman kekerasan, tipu daya, memberi kesempatan, alat, keterangan.

Medeplictige atau pembatuan diatur dalam pasal 56, merupakan bentuk penyertaan yang harus memenuhi beberapa syarat yakni

1. Harus dilakuklan dengan kesengajaan

2. Pembantuan dilakukan sebelum dan ketika terjadinya tindak pidana.

Pembantu atau orang yang melakukan pembantuan dijatuhi hukuman yang lebih ringan yakni 1/3 dari hukuman yang diterima pelaku.

Berdasarkan penjelasan mengenai penyertaan diatas, maka dapat disimpulkan dalam kasus ini terdapat penyertaan dengan bentuk medeplegeder, dimana jika dikaitkan dengan teori, Hafiz dan Assyifah secara bersama-sama melakukan pembujukan ( sandiwara untuk memaksa Ade Sara naik ke mobil) dan juga secara bersama-sama melakukan tindakan-tindakan penyiksaan yang akhirnya berujung kepada kematian Ade Sara. Adapun kematian Ade sara tidak dapat diketahui pasti ditangan Hafiz ataupun Assyifah tetapi keduanya walaupun tidak memenuhi semua unsur delik, sesuai dengan penjelasan dari teori medepleger maka keduanya dapat dikatakan telah melakukan penyertaan dengan bentuk turut melakukan.

Gugurnya kewenangan menuntut pidana dan menjalankan pidana diatur dalam pasal 76-77 KUHP dan juga sumber-sumber lain diluar KUHP, tetapi didalam kuhp dikenal apabila terjadi hal hal berikut:

1. Tidak adanya pengaduan apabila delik tersebut ternyata aduan (pasal 72-75 KUHP) 2. Nebis in Idem (pasal 76 KUHP)

3. Matinya tersangka atau terdakwa ( Pasal 77 KUHP) 4. Daluwarsa ( Pasal 78-81 KUHP)

5. Penyelesaian diluar sidang ( Pasal 82 KUHP) Diluar KUHP :

(12)

1. Abolisi ( Diatur dalam UUD 1945) 2. Amnesti ( Diatur dalam UUD 1945)

Daluwarsa penuntutan terhadap pasal 340 KUHP sesuai dengan kasus diatas sebagaimana diatur dalam pasal 78 ayat (1) ke-4 KUHP dimana mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjjara seumur hidup, sesudah delapan belas tahun, yang dihitung berlaku sesudah perbuatan dilakukan ( Pasal 79 KUHP), dengan demikian Jaksa dapat melakukan penuntutan hingga tanggal 5 Maret 2032 ( Jenazah ditemukan tanggal 5 Maret 2014 + 18 Tahun).

Untuk dapat membahas mengenai daluwarsa penjalanan pidana maka harus mengacu pada aturan Pasal 84 dan 85 KUHP. Dimana dalam kasus jika para tersangka dijatuhi hukuman mati, sesuai dengan pasal 84 ayat (4) KUHP, maka tidak dikenal daluwarsa, walaupun Hafiz melarikan diri ketika menunggu hukuman matinya harus menjalani hukuman mati karena tidak terdapat daluwarsa bagi terpidana hukuman mati.

Referensi

Dokumen terkait

ü Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar karena jari-jari atom semakin kecil sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin besar/kuat.

Prinsip pembinaan dan cara memilih bahan pustaka adalah koleksi yang paling disukai murid-murid. Di perpustakaan SMA Negeri 3 Magelang sendiri siswa lebih banyak

Dengan demikian menumbuhkan generasi emas memberikan wadah kepada anak untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada diri mereka melalui belajar sambil bermain, untuk itu

Naskah yang dapat dimuat dalam jurnal ini meliputi tulisan tentang kebijakan, penelitian, pemikiran, reviu teori/konsep/metodologi, resensi buku baru, dan informasi

Tabungan Energi (TE) bisa bernilai positif (+) atau negatif (-) tergantung dari bentuk energi yang kita keluarkan pada saat berusaha. Contoh : Korupsi bentuk usaha

Dinamika Cipta Selaras merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan (jual-beli ataupun pengadaan proyek tender). Berdasarkan prapenelitian,

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan serta kesempatan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan

Hasil yang diperoleh dari penggunaan obat antidiabetes dan obat antihipertensi pada penderita hipertensi Diabetes Melitus tipe 2 dengan pada rawat inap di bangsal