• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik Provinsi Lampung No. 01/05/18/Th.IX, 4 Mei 2016  Penduduk yang bekerja pada Februari 2016 sebanyak 3.854,8 ribu orang bertambah sebanyak 219,6

ribu orang dibanding keadaan Agustus 2015 dan berkurang sebanyak 66,4 ribu orang dibanding keadaan setahun yang lalu.

 Secara relatif angka pengangguran Lampung menunjukan penurunan dari 5,14 persen pada Agustus 2015 menjadi 4,54 persen pada bulan Februari 2016. Bila dibandingkan dengan Februari 2015 (3,44 persen), angka pengangguran naik 1,11 poin. Kenaikan terlihat dari jumlah pencari kerja (pengangguran terbuka) sebanyak 44 ribu orang atau bertambah 31,53 persen selama setahun terakhir.

 Jumlah angkatan kerja yang merupakan penduduk siap kerja (bekerja dan pengangguran) menunjukan adanya peningkatan sebanyak 206,2 ribu orang dibanding Agustus 2015 dan berkurang sebanyak 22,4 ribu orang dibanding Februari 2015.

 Perkotaan masih menjadi kantong pengangguran ditunjukkan dengan tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 7,17 persen dibanding perdesaan yang 3,51 persen. Atau secara absolut 81,8 ribu orang di perkotaan dibanding 101,7 ribu orang pengangguran di perdesaan.

 Sektor pertanian masih mendominasi lapangan pekerjaan utama penduduk yaitu sekitar 48,23 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Selama periode setahun terakhir jumlah pekerja perdagangan, rumah makan & jasa akomodasi mengalami kenaikan sebanyak 26,2 ribu pekerja. Diikuti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan & perikanan yang bertambah 11,5 ribu pekerja. Sektor yang paling banyak mengalami pengurangan tenaga kerja adalah jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan sebanyak 70,1 ribu pekerja.

 Status pekerjaan sebagian besar penduduk bekerja di Provinsi Lampung adalah berusaha dibantu buruh tidak tetap dan buruh/karyawan/pegawai yaitu masing-masing sebanyak 783,3 ribu orang dan 1.080,9 ribu orang. Dari status pekerjaan ini diperkirakan pekerja formal di Lampung sebesar 30,84 persen sedangkan pekerja informal 69,16 persen. Perkiraan proporsi pekerja informal pada tahun sebelumnya (kondisi Februari 2015) adalah sebesar 70,16 persen.

BPS PROVINSI LAMPUNG

                               

No. 01/05/18/Th.IX, 4 Mei 2016

K

EADAAN

K

ETENAGAKERJAAN

P

ROVINSI

L

AMPUNG

F

EBRUARI

2016

(2)

1. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran

Kondisi makro ketenagakerjaan Lampung pada Februari 2016 menunjukan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja sebanyak 206,2 ribu orang dibanding Agustus 2015 dan berkurang sebanyak 22,4 ribu orang dibanding Februari 2015. Penduduk yang bekerja pada Februari 2016 bertambah sebanyak 219,6 ribu orang dibanding keadaan Agustus 2015 dan berkurang sebanyak 66,4 ribu orang dibanding keadaan setahun yang lalu. Sementara jumlah penganggur mengalami penurunan 13,4 ribu orang dibanding Agustus 2015 dan bertambah sebanyak 44 ribu orang dibanding keadaan setahun yang lalu.

Sejalan dengan turunnya jumlah angkatan kerja dalam setahun terakhir, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) turun 1,32 poin yakni dari 69,95 persen turun menjadi 68,63 persen. Turunnya TPAK ini merupakan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi suplai tenaga kerja.

Tabel 1

Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung, Februari 2013 - Februari 2015

Penurunan TPAK ini disebabkan kenaikan jumlah penduduk Bukan Angkatan Kerja. Dari dekomposisi penduduk usia kerja seperti ditunjukkan pada Tabel 1 di atas kenaikan jumlah terjadi pada aktivitas Bukan Angkatan Kerja yakni Mengurus Rumahtangga. Selama setahun terakhir penduduk usia kerja yang mengurus rumahtangga naik 132, 6 ribu orang. Sementara penduduk usia kerja yang Sekolah dan Lainnya masing-masing mengalami penurunan 26,5 ribu orang dan 4,5 ribu orang.

Secara relatif angka pengangguran Lampung menunjukan penurunan dari 5,14 persen pada Agustus 2015 menjadi 4,54 persen pada bulan Februari 2016. Bila dibandingkan dengan Februari 2015 (3,44 persen), angka pengangguran naik 1,11 poin. Angka pengangguran Lampung ini masih di bawah angka pengangguran nasional. Pada Februari 2016 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) nasional sebesar 5,5 persen. Jika dicermati angka ini melanjutkan tren penurunan dari 5,81 persen pada Februari 2015.

(3)

70,55 66,99 69,95 65,60 68,63 60,00 62,50 65,00 67,50 70,00 72,50

Feb 2014 Agt 2014 Feb 2015 Agt 2015 Feb 2016 TPAK

Gambar 1

Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Lampung, Februari 2014 - Februari 2016

Indikator lain yang lebih mendalam menyangkut angkatan kerja adalah jumlah setengah pengangguran yakni mereka yang berstatus bekerja tetapi memiliki jam kerja di bawah jam kerja normal (35 jam seminggu). Dikatakan lebih mendalam karena mampu mengungkap dibalik status bekerja ternyata tidak semua memiliki produktivitas yang tinggi sebagian dari mereka memiliki jam kerja rendah. Ada dua kelompok setengah pengangguran: yang masih mencari kerja (setengah pengangguran terpaksa) dan tidak mencari kerja lagi (setengah pengangguran sukarela). Pada Februari 2016, setengah pengangguran berjumlah 1.424,4 ribu orang atau 36,95 persen dari penduduk bekerja. Naik dibanding Februari 2015 yang 1.411,2 ribu orang atau 35,99 persen dari penduduk bekerja. Ini merupakan indikasi yang merepresentasikan turunnya produktivitas. Dari dua jenis setengah pengangguran, Setengah Pengangguran Terpaksa naik selama setahun terakhir dari 321,3 ribu pekerja menjadi 370,9 ribu pekerja.

5,08 4,79 3,44 5,14 4,54 5,70 5,94 5,81 6,18 5,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50

Feb 2014 Agt 2014 Feb 2015 Agt 2015 Feb 2016 Lampung Nasional

Gambar 2

Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Lampung dan Nasional, Februari 2014 - Februari 2016

Dilihat perbandingan kota-desa, tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi di wilayah perkotaan (urban

area). Sebanyak 7,17 persen angkatan kerja di perkotaan berstatus sebagai penganggur terbuka (pencari kerja),

setara dengan 81,8 ribu orang. Sedangkan di wilayah perdesaan (rural area) tingkat pengangguran “hanya” 3,51 persen atau 101,7 ribu orang. Dibandingkan setahun yang lalu, jumlah pengangguran di perkotaan bertambah sebanyak 11,8 ribu orang. Sejalan dengan itu, jumlah pengangguran di perdesaan naik 32,2 ribu orang.

(4)

Fenomena ini diduga berkaitan dengan menurunnya aktivitas sektor pertanian yang mendominasi kegiatan ekonomi di desa.

Tabel 2

Pengangguran Terbuka menurut Daerah Kota-Desa Provinsi Lampung, Februari 2015 - Februari 2016

Disparitas jender pada partisipasi angkatan kerja sangat timpang. TPAK laki-laki sebesar 86,16 persen jauh lebih tinggi dibanding TPAK perempuan yang hanya 50,17 persen. Kondisi ini berkaitan dengan adanya perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan di dalam rumahtangga. Laki-laki berperan sebagai pencari nafkah (breadwinner), sedangkan perempuan mengelola rumahtangga dan mengasuh anak-anaknya. Dibandingkan keadaan Februari 2015, partisipasi laki-laki di pasar tenaga kerja mengalami kenaikan 0,06 poin sementara partisipasi perempuan turun 2,76 poin. Sementara itu, disparitas jender pada pengangguran direpresentasikan oleh TPT perempuan yang lebih tinggi dibanding TPT laki-laki yakni 5,25 persen berbanding 4,15 persen. TPT yang tinggi pada perempuan mengindikasikan adanya potensi yang tinggi pada partisipasi kerja perempuan.

Tabel 3

Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka menurut Jenis Kelamin Provinsi Lampung, Februari 2015 - Februari 2016

Selama setahun terakhir terlihat ada pergeseran komposisi angkatan kerja menurut latar belakang pendidikan. Persentase pencari kerja yang berpendidikan tinggi (diploma/sarjana) turun dari 15,61 persen menjadi 13,38 persen. Sebaliknya, pengangguran yang mengenyam pendidikan rendah (SMP ke bawah) naik turun dari 41,26 persen menjadi 13,38 persen. Sementara pada penduduk yang bekerja terlihat adanya sedikit penurunan pada pekerja yang berpendidikan rendah. Kondisi yang sama dialami oleh pekerja yang

(5)

berpendidikan tinggi. Sementara pekerja yang berpendidikan SMA (umum/kejuruan) mengalami peningkatan yakni dari 23,73 persen naik menjadi 24,76 persen.

Tabel 4

Komposisi Angkatan Kerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Lampung, Februari 2015 – Februari 2016 (Persen)

1,8 2,8 6,0 6,2 5,5 7,0 1,9 4,4 11,4 10,6 6,1 7,2 3,1 3,8 6,8 6,9 3,1 9,2 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0

<= SD SMP SMA Umum SMA Kejuruan Diploma I/II/III Universitas

Feb 2015 Agt 2015 Feb 2016

Gambar 3

Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Februari 2015 - Februari 2016

Komposisi jumlah penduduk bekerja menurut jam kerja seluruhnya secara umum tidak tidak mengalami perubahan berarti dari waktu ke waktu. Pada Februari 2016, jumlah penduduk yang bekerja penuh (full time worker), yaitu penduduk yang bekerja 35 jam per minggu atau lebih sebanyak 2.430,4 ribu (63,05 persen). Sementara itu, dalam setahun terakhir penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu (pekerja tidak penuh) menurun sebanyak 13,2 ribu (0,94 persen). Sementara penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu pada Februari 2016 sebanyak 330,1 ribu (8,56 persen) atau mengalami peningkatan sebanyak 44,9 ribu (15,73 persen) dibanding Februari 2015.

(6)

Tabel 5

Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja per Minggu di Provinsi Lampung, Februari 2015 – Februari 2016 (Ribu)

2016 Februari Agustus Februari Agustus Februari

(2) (3) (4) (5) (6) 1 - 7 59,2 54,9 83,7 48,8 78,6 8 - 14 213,3 185,4 201,5 219,3 251,4 15 - 24 611,8 603,1 562,5 554,3 529,6 25 - 34 571,9 528,4 563,5 557,2 564,8 1 - 34 1 456,2 1 371,8 1 411,2 1 379,6 1 424,4 0 dan ≥ 35 2 368,0 2 301,4 2 510,0 2 255,7 2 430,4 Jumlah 3 824,2 3 673,2 3 921,2 3 635,3 3 854,8 (1)

Jumlah Jam Kerja per Minggu

2014 2015

2. Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Komposisi penduduk Lampung yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan utama sedikit mengalami perubahan dibanding keadaan Februari 2015. Sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu 48,23 persen. Disusul dua lapangan pekerjaan lain yakni berturut-turut perdagangan/rumah makan dan jasa akomodasi (19,47 persen) serta jasa kemasyarakatan/sosial dan perorangan (11,72 persen). Ketiga lapangan usaha utama tersebut menyerap lebih dari 75 persen tenaga kerja di Lampung. Lapangan usaha lain memiliki kontribusi penyerapan tenaga kerja kurang dari 10 persen.

Dilihat tren sektoral, hampir tidak ada lapangan pekerjaan yang konsisten naik atau turun dibanding setahun yang lalu. Secara absolut, lapangan pekerjaan perdagangan, rumah makan & jasa akomodasi selama setahun yang lalu menyerap tenaga kerja paling banyak yakni 26,2 ribu pekerja. Diikuti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan & perikanan sebanyak 11,5 ribu pekerja. Sektor yang paling banyak mengalami drop out tenaga kerja adalah jasa kemasyarakatan, sosial & perorangan sebanyak 70,1 ribu pekerja.

Gambar 4

Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Provinsi Lampung, Februari 2016

(7)

Tabel 5a

Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung, Februari 2014 – Februari 2016 (Ribuan)

Tabel 5b

Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung, Februari 2014 – Februari 2016

Daerah perkotaan di Lampung didominasi tenaga kerja di sektor Perdagangan/Rumah Makan/Jasa Akomodasi serta sektor Jasa Kemasyarakatan/Sosial/Perorangan yakni 36,31 persen dan 20,61 persen. Sedangkan daerah perdesaan lebih dari separuh tenaga kerja bekerja pada sektor pertanian (60,59 persen). Sektor Pertambangan dan Penggalian di perdesaan lebih banyak dibanding perkotaan, merepresentasikan

(8)

sektor tersebut hanya berupa unit-unit usaha kecil seperti Galian C. Begitu juga dengan sektor industri yang jumlahnya jauh lebih banyak di perdesaan dibanding perkotaan menandakan banyaknya industri-industri kecil/industri rumah tangga.

Tabel 6

Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Daerah Kota-Desa di Provinsi Lampung, Februari 2016

3. Status Pekerjaan Utama

Dari seluruh penduduk bekerja pada Februari 2016, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan (28,04 persen) dan diikuti berusaha dibantu buruh tidak tetap (20,32 persen) dan pekerja keluarga (18,46 persen). Dalam periode setahun terakhir bertambahnya jumlah tenaga kerja dialami oleh status pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak tetap dan buruh/karyawan/pegawai. Penambahan tersebut didominasi pada pekerja dengan status buruh/karyawan/pegawai yakni sebanyak 34,7 ribu pekerja.

Tabel 7

Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung, Februari 2014 – Februari 2015

(9)

Secara sederhana, kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya sebagian besar termasuk pekerja informal. Berdasarkan pendekatan identifikasi ini, maka pada Februari 2016 sekitar 1.188,9 ribu pekerja (30,84 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 2.665,9 ribu pekerja (69,16 persen) bekerja pada kegiatan informal.

1 098,4 1 077,2 1 170,2 1 060,5 1 188,9 2 725,8 2 595,9 2 751,0 2 574,7 2 665,9 -1 000,0 2 000,0 3 000,0 4 000,0 5 000,0

Feb 2014 Agt 2014 Feb 2015 Agt 2015 Feb 2016

Formal Informal

Gambar 5

Perkembangan Penduduk yang Bekerja menurut Kegiatan Ekonomi Formal/Informal di Provinsi Lampung, Februari 2014 – Februari 2016 (Ribuan)

Ketimpangan kegiatan ekonomi formal dan informal terlihat signifikan di perdesaan dibanding perkotaan. Pada Februari 2015, jumlah pekerja informal di perdesaan mencapai 2.125,6 atau lebih dari tiga kali jumlah pekerja formal. Pekerja di sektor informal umumnya berpendidikan rendah dan tidak mempunyai ketrampilan khusus. Kondisi ini terkait erat dengan rendahnya produktivitas di perdesaan. Sementara itu, jumlah pekerja formal dan informal di perkotaan relatif berimbang yakni sebanyak 532,8 ribu dan 625,5 ribu. Fenomena ini mengindikasikan pentingnya peran sektor informal dalam kegiatan ekonomi di perkotaan.

453481 474 533 485 490 396 625 482 568 646 603 637 576 699 2.245 2.200 2.126 2.092 2.098 -500,0 1 000,0 1 500,0 2 000,0 2 500,0

Feb 2014 Agt 2014 Feb 2015 Agt 2015 Feb 2016

Formal-Kota Informal-Kota Formal-Desa Informal-Desa

Gambar 6

Perkembangan Penduduk yang Bekerja menurut Kegiatan Ekonomi Formal/Informal dan Kota-Desa di Provinsi Lampung, Februari 2014 - Februari 2016 (Ribuan)

(10)

4. Perbandingan Regional

Tingkat pengangguran terbuka menurut provinsi di Sumatera relatif bervariasi. Enam provinsi memiliki tingkat pengangguran di atas angka nasional, sementara empat provinsi lainnya termasuk Lampung memiliki tingkat pengangguran di bawah angka nasional (5,5 persen). TPT tertinggi dialami Kepulauan Riau yakni sekitar 9,03 persen. Sedangkan TPT yang paling rendah sekitar 3,84 persen terjadi di Bengkulu. TPT Lampung merupakan TPT terendah ketiga di Pulau Sumatera.

Gambar 7

Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Provinsi di Sumatera, Februari 2016

9,03 8,13 6,49 6,17 5,94 5,81 4,66 4,54 3,94 3,845,50

BEBERAPA KONSEP YANG DIGUNAKAN

Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenagakerjaan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah

The Labour Force Concept yang disarankan oleh the International Labour Organization (ILO). Konsep ini membagi

penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

1. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih. Batas bawah bervariasi antar Negara. Indonesia, menggunakan batas bawah usia 15 tahun, namun dalam survey dicatat 10 tahun ke atas, Mesir (6 tahun), Brazil (10 tahun), Swedia, USA (16 tahun), Kanada (14 dan 15 tahun), India (5 dan 15 tahun), Venezuela (10 dan 15 tahun). Batas atas, bervariasi antar Negara. Denmark, Swedia, Norwegia, Finlandia (74 tahun), Mesir, Malaysia, Mexico (65 tahun). Banyak Negara termasuk Indonesia tidak ada batas atas.

2. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, dan pengangguran.

3. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumahtangga atau melaksanakan kegiatan lainnya.

4. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit dilakukan selama 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.

5. Penganggur terbuka, terdiri dari: a) Mereka yang mencari pekerjaan.

b) Mereka yang mempersiapkan suatu usaha.

c) Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (bukan karena alasan kekurangan fisik).

(11)

6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (15+). 7. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah angkatan kerja

(12)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG

Jl. Basuki Rahmat No. 54 Teluk Betung Bandar Lampung 35215 Telepon (0721) 482909, 484329 Faksimili (0721) 484329

Email: bps1800@bps.go.id Homepage: http://lampung.bps.go.id

Keterangan lebih lanjut hubungi : Bidang Statistik Sosial

Up. Mukhamad Mukhanif, S.Si., M.Si.

Telepon (0721) 482909/484329 Pswt 120 Email: bps1800@bps.go.id Homepage: http://lampung.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengujian, didapatkan hasil bahwa Dalam jangka panjang variabel Dana Pihak Ketiga, Jumlah Uang Beredar dan Tingkat Suku Bunga berpengaruh positif dan

“Price Earning Ratio (PER) adalah rasio ini diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan laba per saham (EPS), maka semakin tinggi rasio ini akan

Penelitian ini pengambilan sampelnya menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan subjek penelitian berdasarkan karakteristik dan ciri-ciri tertentu yang telah

Parameter yang diambil dari pedometer adalah durasi estrus, langkah total selama estrus, langkah rata-rata selama estrus, langkah maksimum selama estrus, langkah normal pada

Langkah-langkah utama yang dilakukan dalam perancangan awal antara lain 1) Membuat kerangka modul pembelajaran biologi berbasis metakognisi tentang materi sistem koordinasi yang

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan Kumon, diketahui bahwa Program “Coba Gratis” dari Kumon ditujukan untuk mengenalkan metode Kumon kepada anak, baik dari segi

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada variabel penelitian, pada penelitian terdahulu variabel yang digunakan adalah earning per share, debt

Menurut hemat saya, posisi Pemerintah Tiongkok sebenarnya sudah jernih dan ada ketegasan terhadap Huakiao, orang Tiongkok yang tetap mempertahankan WN-Tiongkok dan