Disampaikan pada Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia Pokjanas TOI ke XLIV,
di Palembang 14-16 Maret 2013 1
UJI TOKSISITAS UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAN FRAKSI
DALAM DAUN CINCAU HITAM (Mesona palustris B.) DAN DAUN CINCAU HIJAU
(Cyclea barbata L. Miers)
Yunahara F.*1, Gugun G.1, Nindy A1 Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12640
*email: yunahara_farida@yahoo.com
Abstrak
Cincau merupakan salah satu jenis tanaman yang secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat diare, batuk, gangguan pencernaan dan anti hipertensi. Selain itu cincau diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, sehingga memiliki potensi sebagai anti kanker. Pada penelitian ini dilakukan uji toksisitas terhadap ekstrak dan fraksi dari daun cincau hitam (Mesona palustris B.) dan daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp
Lethality Test). Hasil uji terhadap daun cincau hitam menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat
merupakan ekstrak teraktif dengan nilai LC50 adalah 9,25 bpj, dari hasil fraksinasi ekstrak etil
asetat didapatkan bahwa fraksi E.A.9. merupakan fraksi teraktif dengan nilai LC50 adalah 2,66
bpj, dan dari hasil fraksinasi E.A.9 diperoleh fraksi E.A.9.2. memiliki aktivitas tertinggi dengan nilai LC50 adalah 9,17 bpj. Hasil uji terhadap daun cincau hijau menunjukkan bahwa ekstrak etil
asetat teraktif dengan nilai LC50 1,70 bpj, dari hasil fraksinasi ekstrak etil asetat didapatkan
bahwa fraksi E.A.7. merupakan fraksi teraktif dengan nilai LC50 adalah 4,82 bpj, dan dari hasil
fraksinasi E.A.7 diperoleh fraksi E.A.7.5. memiliki aktivitas tertinggi dengan nilai LC50 adalah
12,71 bpj. Dari hasil identifikasi terhadap fraksi EA.9.2 pita I diduga mengandung senyawa metil palmitat, isopropil miristat, dokosana dan asam laurat undecil ester; dari fraksi EA.7.5 pita II diduga mengandung palmitamida, asam 2-(2,6-dimetoksi-benzoilamino)-propionat etil ester,
dan
etil p-asetamidobenzoat
. Hasil uji toksisitas menunjukkan bahwa daun cincau hitam dandaun cincau hijau berpotensi untuk diteliti lebih lanjut.
Kata kunci: cincau hitam (Mesona palustris B.), cincau hijau (Cyclea barbata Miers), uji toksisitas
Disampaikan pada Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia Pokjanas TOI ke XLIV,
di Palembang 14-16 Maret 2013 2
Pendahuluan
Indonesia sejak jaman dahulu kala terkenal sebagai negara agraris penghasil berbagai macam tumbuhan yang bermanfaat antara lain rempah-rempah, herbal, sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Salah satu jenis tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk kesehatan adalah cincau. Dikenal beberapa jenis tanaman cincau diantaranya adalah cincau hitam (Mesona palustris B) yang di Jawa dikenal dengan nama janggelan dan cincau hijau (Cyclea barbata Miers)..
Cincau banyak dimanfaatkan oleh masyarakat secara tradisional sebagai penurun panas badan, obat panas dalam, obat sakit perut (mual) dan obat diare (Setijo, 1998). Selain itu akar cincau mempunyai khasiat sebagai antimalaria dan mempunyai aktivitas sitotoksik karena adanya kandungan
bisbenzylisoquinoline (Angerhofer et al, 1999),
Tanaman cincau juga dimanfaatkan sebagai makanan bagi yang sedang melakukan diet karena nilai kalorinya yang rendah.
Penelitian Yen et al. (2000) menunjukkan bahwa komponen aktif polifenol yang terdapat pada cincau hitam (Mesona procumbens Hemsl) mampu mencegah kerusakan DNA pada limfosit manusia yang terpapar radikal bebas berupa hidrogen peroksida dan iradiasi sinar UV.
Penelitian Lai et al.(2001), Huang dan Yen (2002), Katrin et al. (2012) yang menunjukkan bahwa ekstrak cincau hitam memiliki aktivitas antioksidan yang kuat akibat adanya senyawa-senyawa fenol. Cincau sangat kaya mineral terutama kalsium dan fosfor, juga memiliki kandungan karbohidrat, vitamin A, B1, C, kandungan kalori yang rendah, dan kandungan air yang banyak. Ternyata cincau hitam memiliki aktivitas antioksidan yang jauh lebih kuat daripada vit. E (Made dan Andreas, 2008). Sehingga cincau hitam memiliki potensi sebagai anti kanker.
Dalam penelitian ini, dilakukan uji pendahuluan untuk melihat aktivitas biologi menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp
Lethality Test). BSLT merupakan salah satu
metode uji aktivitas pendahuluan dengan menggunakan larva Artemia salina Leach. Sifat toksisitas diketahui berdasarkan jumlah kematian larva udang.
Menurut Meyer et al.(1982) suatu ekstrak dikatakan toksik terhadap Artemia salina Leach apabila nilai LC50 <1000 µg/ml.
Metode ini sering digunakan untuk skrining al terhadap zat aktif yang terkandung dalam ekstrak tanaman karena murah, cepat dan dapat dipercaya..
Pada penelitian ini ekstrak n- heksan, etil asetat, dan metanol daun cincau hitam dan
cincau hijau diuji toksisitasnya dengan metode BSLT. Terhadap ekstrak yang memberikan aktivitas tertinggi dilakukan fraksinasi lebih lanjut secara kromatografi kolom kemudian hasil fraksinasi diuji kembali dengan metode BSLT dan diidentifikasi secara spektroskopi.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap ekstrak n-heksana, etilasetat, dan metanol daun cincau hitam dan hijau yang mencakup uji pendahuluan dengan metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT), ekstrak dengan aktivitas
biologi tertinggi difraksinasi dengan kromatografi cair vakum, hasil fraksinasi diuji dengan metode BSLT, fraksi dengan aktivitas tertinggi atau LC50 terkecil kemudian
difraksinasi kembali dengan kromatografi kolom, hasil fraksinasi diuji dengan BSLT, fraksi dengan aktivitas tertinggi dimurnikan dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif yang kemudian dilakukan identifikasi dengan spektofotometri UV-Vis (Shimadzu UV 1601), spektrofotometri FTIR (Shimadzu FTIR-8400S), dan kromatografi gas-spektrometri massa Fisons Instrument GC 8000 series-MD 800.
Hasil dan Pembahasan
Rendemen ekstrak
Rendemen ektrak daun cincau hitam dan cinau hijau seperti pada tabel berikut,: Tabel 1. Rendemen ekstrak daun cincau hitam dan cincau hijau
Uji BSLT ekstrak
Ekstrak diuji toksisitasnya dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) untuk mengetahui ekstrak yang memiliki aktivitas paling tinggi dengan nilai LC50 terkecil untuk
dilakukan isolasi selanjutnya. Hasil uji BSLT pada ketiga fraksi dapat dilihat dari Tabel 2.
Disampaikan pada Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia Pokjanas TOI ke XLIV,
di Palembang 14-16 Maret 2013 3
Tabel 2. Nilai LC50 dari ekstrak n-heksana,
etil asetat,dan metanol
Dari hasil uji BSLT didapatkan bahwa ektrak etil asetat yang memiliki aktivitas paling tinggi, sehingga ektrak etil asetat yang akan digunakan untuk isolasi lebih lanjut.
Fraksinasi dan isolasi ekstrak etil asetat
Tahap fraksinasi dan isolasi dilakukan dipandu dengan KLT dan uji toksisitas. Uji toksisitas menggunakan metode BSLT. Hasil fraksinasi menggunakan kromatografi cair vakum (KCV) menggunakan eluen n-heksana dan etil asetat dan dilanjutkan dengan kromatografi kolom terhadap ekstrak etil asetat daun cincau hitam dan cincau hijau. Hasil uji fraksinasi KCV dari ekstrak etil asetat dari cincau hitam diperoleh 10 fraksi dan dari cincau hijau diperoleh 7 fraksi. Hasil uji BSLT dari cincau hitam dan cincau hijau terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Fraksinasi ekstrak etil asetat cincau
hitam dan cincau hijau dengan KCV
Berdasarkan hasil uji BSLT, maka pada cincau hitam dipilih fraksi EA.9 untuk dilakukan fraksinasi lebih lanjut karena memiliki nilai LC50 yang paling baik, yaitu 2,66
bpj dengan bobot 1,33 g, dan pada cincau hijau dipilih fraksi EA.7 mempunyai nilai LC50
sebesar 4,82 bpj dengan bobot 0,89 g.
Hasil uji BSLT terhadap fraksinasi kromatografi kolom lambat EA.9 dan EA 7 seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hasil uji BSLT fraksi-fraksi EA.9 dan EA.7 cincau hitam dan hijau Dari Gambar 1. terlihat bahwa fraksi EA.9 diperoleh 3 fraksi dimana fraksi EA.9.2 merupakan fraksi aktif dengan nilai LC50
adalah 9,17 bpj dan fraksi EA.7 diperoleh 6 merupakan fraksi aktif dengan nilai LC50
adalah 12,71 bpj.
Isolasi dan identifikasi fraksi
Isolasi fraksi E.A.9.2. dilakukan secara KLT preparatif menggunakan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak etilasetat-metanol
(90:10). Pada fraksi E.A.9.2 menghasilkan 10 pita, dimana pita pertama yang berflouresensi merah diidentifikasi lebih lanjut. Isolasi fraksi EA.7.5 menggunakan fase diam silika gel GF254 dan fase gerak etilasetat-metanol (11:4)
menghasilkan 4 pita dan pita berfluoresensi jingga di identifikasi lebih lanjut. Identifikasi isolat yang diperoleh secara spektrofotometri UV-Vis, Spektrofotometri Fourier Transform Infrared (FTIR) dan KG-SM.
Hasil analisis isolat EA.9.2 pita I secara spektrofotometri UV-Vis memberikan serapan maksimum pada 282 dan 204 nm yang menurut Khopkar menunjukkan adanya senyawa aromatik karboksil dan benzena pada 204 nm, dan keton pada 282 nm; dan pada isolat EA.7.5. pita II secara spektrofotometri UV-Vis memberikan serapan maksimum pada 324,5 dan 287 nm.
Hasil pengukuran senyawa isolat EA.9.2 pita I secara FTIR menunjukkan adanya gugus C=O (ester) dan C-H. Hasil pengukuran senyawa isolat EA.7.5 pita II menunjukkan adanya gugus NH, C=O (ester), C-C aromatik
Berdasarkan hasil analisis kromatografi gas spektrometri massa (KGSM), isolat EA.9.2 pita I memiliki beberapa puncak dan berdasarkan data pustaka (database Willey7n.1) adalah
Disampaikan pada Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia Pokjanas TOI ke XLIV,
di Palembang 14-16 Maret 2013 4
senyawa metil palmitat, Isopropil miristat, dokosana, asam laurat undecil ester. Isolat EA.7.5 pita II memiliki beberapa puncak dan berdasarkan data pustaka (database Willey7n.1) adalah senyawa palmitamida, asam 2-(2,6-dimeoksi-benzoilamino)-propionat etil ester, dan
etil p-asetamidobenzoat.
Senyawa hasil KGSM dapat dilihat pada Tabel
4 dan Tabel 5.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji toksisitas dari ekstrak daun cincau hitam dan cincau hijau didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Ekstrak etil asetat memiliki aktivitas tertinggi dengan nilai LC50 adalah 9,25 bpj
(cincau hitam) dan 1,70 bpj (cincau hijau). 2. Fraksi EA.9 dan EA.7 hasil fraksinasi
menggunakan KCV merupakan fraksi yang toksik dengan nilai LC50 berturut-turut 2,66
bpj dan 4,82 bpj.
3. Fraksi EA.9.2 dan fraksi EA.7.5 hasil fraksinasi kromatografi kolom lambat merupakan fraksi yang toksik dengan nilai LC50 9,17 bpj dan 12,71 bpj
4. Hasil identifikasi yang diperoleh dari spektrofotometri UV-Vis, FTIR, KG-SM diperkirakan isolat dari fraksi E.A.9.2. pita I berdasarkan data pustaka (database Willey7n.1) adalah senyawa metil palmitat, Isopropil miristat, Dokosana, Asam laurat undesil ester.dan isolat EA.7.5 pita II adalah senyawa palmitamida, asam
2-(2,6-dimeoksi-benzoilamino)-propionat etil ester,
dan
etil p-asetamidobenzoat
Saran
Dilakukan penelitian uji sitotoksitas terhadap sel kanker terkait kandungan senyawa fenol dalam daun cincau hitam dan cincau hijau Daftar Pustaka
Angerhofer CK, et al., 1999. Antiplasmodial and cytotoxic activity of natural bisbenzyl isoquinoline alkaloids. J.Nat.Prod. 62(1): 59-66.
Hung, CY., Yen, GC., 2002. Antioxidant activity of Phenolic Compounds Isolated from Mesona procumbens Hemsl. J. Agric. Food Chem. Vol 50 (10): 1993-2997
Khasiat tanaman cincau, diambil dari http://www.untukku.com/artikel-untukku/ khasiat-tanaman-cincau-untukku.html Made A., Andreas L., 2008. Khasiat
warna-warna makanan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen, Nichols DE, McLaughlin JL, 1982. Brine shrimp a convenient general bioassay for active plant constituens. Planta Medica. 45:31-4.
Khopkar S., 1990. Konsep dasar kimia analitik. Diterjemahkan oleh Saptohardjo M. Jakarta: Universitas Indonesia; 1990. Katrin, Berna E., Ali MS, 2012. Aktivitas
antioksidan ekstrak dan fraksi daun cincau hijau rambat (Cyclea barbata Miers) serta identifikasi golongan senyawa dari fraksi yang paling aktif. J.Bahan Alam Indonesia, vol 8, No.2 (2012) : 118-124
Lai, L.S., Chou, S.T., Chao, W.W., 2001. Studies on the Antioxidative Activities of Hsian-tsao (Mesona procumbens Hemsl) Leaf Gum. J. Agric.Food Chem. Vol 49 (2): 963-968
Setijo P, 1998. Aneka Tanaman bahan Camcau, Cetakan ke 7, Yogyakarta Yen, GC., Hung, YL, Hsieh,LC, 2000.
Protective effect of extracts of Mesona
procumbens Hemsl on DNA damage in
human lymphocytes exposed to hydrogen peroxide and UV irradiation. Food Chem.Toxicol38:747-754.
Disampaikan pada Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia Pokjanas TOI ke XLIV,
Disampaikan pada Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia Pokjanas TOI ke XLIV,