BABI IX - 1
BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN
9.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan
dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, w ew enang, dan kew ajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kew enangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter
dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi
daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta
Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai
pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan
Pedoman Penyusunan RPI 2-JM Bidang Cipta Karya khusus yang ditentukan
Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK
dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Prov insi, Dan Pemerintahan Daerah
BABI IX - 2 daerah, terdiri atas urusan w ajib dan urusan pilihan. Urusan w ajib yang menjadi
kew enangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang
berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat w ajib yang berpedoman
pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan
oleh Pemerintah. Urusan w ajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama
diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana
dan prasarana, serta kepegaw aian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat
melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui
pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda w ajib memenuhi
persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD
tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang w ajib mendapatkan
persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan I nfrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 &
Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan
usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air
limbah permukiman danprasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri
21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
BABI IX - 3 b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang I nfrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk
pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan
kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang I nfrastruktur Air Minum.
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kaw asan
kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman
nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program
percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium
Dev elopment Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
- Tingkat keraw anan air minum.
b. Bidang I nfrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kaw asan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses
pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs
yang dengan kriteria teknis:
- keraw anan sanitasi;
- cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kew enanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana
APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker
Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program
dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI
2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai w akil
BABI IX - 4 dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan w ilayah dan
pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahw a
lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas
dalam RPI 2-JM bidan Cipta Karya meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan
Kerja di tingkat prov insi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang
Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah prov insi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala prov insi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)
dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
sw asta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar
negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian
dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan
prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan
direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang
sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2. Profil APBD Kabupaten/Kota
a. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
1. Pendapatan
Pendapatan Asli daerah
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Pendapatan Bagi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
BABI IX - 5
Dana Perimbangan
a. Dana Bagi Hasil Pajak
b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya alam)
c. Dana Alokasi Umum
d. Dana Alokasi Khusus
e. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi
Lain-lain Pendapatan yang sah
a. Bantuan Dana Kontijensi dari Pemerintah
b. Pendapatan Dana Darurat
2. Belanja
Aparatur Daerah
a. Belanja Administrasi Umum
b. Belanja Pegaw ai/Personalia
c. Belanja Barang/Jasa
d. Belanja Perjalanan Dinas
e. Belanja Pemeliharaan
f. Belanja Operasi dan Pemeliharaan
g. Belanja Pegaw ai/Personalia
h. Belanja Barang/Jasa
i. Belanja Perjalanan Dinas
j. Belanja Pemeliharaan
k. Belanja Modal
Pelayanan publik
a. Belanja Administrasi Umum
b. Belanja Pegaw ai/Personalia
BABI IX - 6 d. Belanja Perjalanan Dinas
e. Belanja Pemeliharaan
f. Belanja Operasi dan Pemeliharaan
g. Belanja Pegaw ai/Personalia
h. Belanja Barang/Jasa
i. Belanja Perjalanan Dinas
j. Belanja Pemeliharaan
k. Belanja Modal
l. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
m. Belanja Tidak Tersangka
3. Pembiayaan
Penerimaaan pembiayaan
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA)
b. Transfer dari Dana Cadangan
c. Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
d. Hasil Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan
Pengeluaran daerah
a. Transfer ke Dana Cadangan
b. Penyertaan Modal
c. Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
PENDAPATAN DAERAH Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
Rp, % Rp, % Rp, % Rp, % Rp, %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Pendapatan Asli
Daerah
Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD
Dana Perimbangan
Dana bagi hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain Pendapatan
Daerah Yang Sah
DBH Pajak dari Pemda lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan Provinsi/Pemda lain Pendapatan lainnya
Total Pendapatan
Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
BELANJA DAERAH Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
Rp, % Rp, % Rp, % Rp, % Rp, %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Belanja Tidak
Langsung
Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa
Belanja Moda
Total Belanja
Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
PEMBIAYAAN DAERAH Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
Rp, % Rp, % Rp, % Rp, % Rp, %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Penerimaan
Pembiayaan
Penggunaan SILPA
Pencairan Dana Cadangan
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman
Piutang Daerah
Pengeluaran
Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal
Pembayaran Pokok Pinjaman
Pemberian Pinjaman Daerah
BABI IX - 12
9.3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
9.3.1. Pengembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN dalam 5 tahun
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung
jaw ab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan
infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM.
Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana
ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan
yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan
pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi
anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Tabel 9.4 Tabel APBN Cipta Karya di Kota Madiun dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor Alikasi
daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur
permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus.
DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan
tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai
prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah
pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk
BABI IX - 13 masyarakat berpenghasilan rendah di kaw asan kumuh perkotaan dan di
perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kaw asan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan
melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh
Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan
Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir
sehingga bisa dianalisis
Tabel 9.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kota Madiun dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK Tahun -1 Tahun -2 Tahun -3 Tahun -4 Tahun -5
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
DAK Air Minum DAK Sanitasi
9.3.2. Pengembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5 tahun
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana
permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi
belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam
3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan
infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah
Tabel 9.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang\ Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi % Alokasi %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Pengembangan Air
Minum
Pegembangan PPLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan Bangunan
dan Lingkungan
Total belanja Bidang
Cipta Karya
BABI IX - 15
Gambar 9.2 Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana
Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan
APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen
Tabel 9.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor
Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009
Alokasi
APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Pengembangan Air
Minum
Pegembangan PPLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan Bangunan
dan Lingkungan
BABI IX - 17
9.3.3. Pengembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 tahun terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi,
yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social
oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun
sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada
beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air
limbah. Kinerja keuangan dan inv estasi perusahaan daerah perlu dipahami
untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan
cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari
perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam
mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di
bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek
operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator
tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan
daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
9.3.4. Pengembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki
pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam
pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama
Pemerintah dan Sw asta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi costrecovery
atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan
non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah
Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah. Dengan Badan
Usaha Dalam Penyediaan I nfrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012
Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan I nfrastruktur. Sedangkan landasan hukum
untuk pelaksanaan CSR Pedoman Penyusunan RPI 2-JM Bidang Cipta Karya
tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan
BABI IX - 18
Tabel 9.8 Perkembangan KPS Bidang CK dalam 5 Tahun Terakhir
Kegiatan Tahun Komponen
KPS
Pengembangan Air Minum
-
Penataan Bangunan dan Permukiman
-
-
9.4. Proyeksi dan rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
9.4.1. Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan
perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun
terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui
pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang
Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama
Tabel 9.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Komponen APBD
Realisasi Persentase
Pertumbuhan
Proyeksi
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan DAU
DBH DAK
- DAK Air Minum - DAK Sanitasi
Lain-lain Pendapatan yang sah
BABI IX - 20 Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah
dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman
daerah (DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total
penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran
yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang
tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang
dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi
APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat
kemampuan anggaran pemerintah berinv estasi dalam bidang Cipta Karya.
Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
- Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti
belanja pegaw ai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja
bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan yang berlaku.
- Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan, serta kew ajiban daerah lain sesuai dengan peraturan
daerah yang berlaku.
Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan
untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan
arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah
Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank,
dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang
Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah w ajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan
ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
BABI IX - 21 c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah
Daerah juga w ajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan
atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio
kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau
dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan
yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan
pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran
kapasitas keuangan pemerintah.
9.4.2. Rencana Pembiayaan perusahaan Daerah 5 tahun ke depan
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak
dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah
maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut
umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk
business plan.
Untuk Kota Madiun, perusahaan daerah bidang Cipta Karya adalah PDAM.:
9.4.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5 tahun ke depan
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor sw asta, Pemerintah Daerah
perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan
skema kerjasama pemerintah dan sw asta di bidang Cipta Karya untuk
ditaw arkan ke pihak sw asta.
Tabel 9.10 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama Kegiatan Deskripsi
Kegiatan
BABI IX - 22
9.5. Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat
ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta
Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan
daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi
peningkatan inv estasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong
pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
9.5.1. Analisis Kemampuan keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan
program dan kegiatan yang ada dalam RPI 2-JM bidang Cipta Karya dapat
dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan.
9.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah
dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan
program yang ada dalam RPI 2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu
menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi
pembangunan infrastruktur permukiman.
Adapun strategi yang dilakukan oleh Pemerintah kota Madiun dalam
meningkatkan inv estasi Bidang Cipta Karya adalah :
a. Strategi peningkatan DDUB
b. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan
anggaran
c. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah.
d. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam
pembiayaan pembangunan cipta karya.
e. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi
infrastruktur permukiman yang sudah ada