• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB XI ASPEK PEMBIAYAAN - DOCRPIJM 1495089778BAB 9 ASPEK PEMBIAYAAN LAHAT Ok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB XI ASPEK PEMBIAYAAN - DOCRPIJM 1495089778BAB 9 ASPEK PEMBIAYAAN LAHAT Ok"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB XI

ASPEK PEMBIAYAAN

Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kabupaten mempunyai kewaji ban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan

pemerintahan daerah dimaksud meliputi: Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi

utamanya adalah pelayanan publik (public service) langsung kepada masyarakat. Fungsi

pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah

Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (regulative function).

Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lahat. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang men ggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan h al tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya kesinambungan serta

konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan menuj u tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.

(2)

berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Lahat didasarkan pada Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam membahas dan menyepakati PPA yang

selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan RAPBD, oleh karena itu KUA tersebu t juga memberikan landasan dan pedoman bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana pro gram dan kegiatan beserta anggarannya dimaksud dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD ) pada hakikatnya merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan AP BD Kabupaten Lahat disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

Partisipasi Masyarakat 1.

Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.

Transparansi 2.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/ obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.

(3)

Disiplin Anggaran 3.

Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan efektif.

Anggaran yang tersedia pada setiap pos/ rekening merupakan batas tertinggi belanja/ pengeluaran. Oleh karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan melampaui batas kredit anggaran yang ditetapkan.

Keadilan Anggaran 4.

Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan.

Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban

pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh kelompok masy arakat melalui mekanisme pajak/ retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran yang lebih menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu merangsang

pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran

5.

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, ma ka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan:

Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja a.

yang ingin dicapai;

Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga b.

(4)

Taat Azas 6.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peratur an daerah lainnya.

9.1. Kondisi Umum Keuangan Kabupaten Lahat

Keberhasilan Dan kelancaran roda pemerintahan suatu daerah, selain ditunjang oleh sumber daya manusia yang handal, juga dipengaruhi oleh sumber dana yang

memadai, yaitu bersumber dari penerima an daerah dan selanjutnya direalisasikan untuk berbagai kegiatan, baik yang menyangkut kegiatan rutin maupun kegiatan pembangunan.

Pada tahun anggaran 2011 penerimaan Kabupaten Lahat mencapai

1.058.600.290.000 rupiah.Jumlah ini mengalami peningkatan sebes ar 33 % dari tahun sebelumnya. Sumber penerimaan terbesar adalah dari bagian transfer pemerintah pusat – dana perimbangan tercatat sebesar 806.165.939.000 rupiah atau sekitar 76,2 % dari seluruh penerimaan

9.2. Profil APBD Kabupaten Lahat

Pengeluaran d aerah yang terdiri dari dua kelompok yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, menunjukan bahwa dalam tahun 20 11 pengeluaran rutin mencapai 747,010 milyar rupiah lebih, sementara pengeluaran pembangunan sebesar 204.184 milyar rupiah lebih.

(5)

Tabel 9.1

Pendapatan Daerah Kabupaten Lahat Tahun 2011-2015

Pendapatan Daerah Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

a. Pendapatan Asli

Daerah 54.733.000.000,00 60.227.930.200,00 62.156.257.845,00 79.065.591.229.08 92.074.118.656.00 Pendapatan Pajak Daerah

1. 12.000.000.000,00 17.000.000.000,00 18.200.500.000,00 25.757.521.275.00 31.037.521.275,00

Hasil Retribusi Daerah

2. 15.733.000.000,00 23.955.330.200,00 23.955.757.845,00 25.308.138.645.00 9.180.197.381.00

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 3.

yang Dipisahkan 12.000.000.000,00 6.800.000.000,00 6.000.000.000,00 8.000.000.000.00 4.500.000.000,00

Lain-lain Pendapatan 4.

Asli Daerah yang Sah 15.000.000.000,00 12.472.600.000,00 14.000.000.000,00 19.999.931.309.08 47.356.400.000.00

b. Dana Perimbangan 777.909.893.049,48 864.007.962.366,00 1.001.865.165.660,00 1.068.147.640.92 1.092.417.914.378,00 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan

Pajak 267.434.471.489,48 288.699.542.366,00 369.013.269.660,00 370.075.201.640.92 440.612.219.378.00

Dana Alokasi Umum

 461.262.521.560,00 516.937.290.000,00 566.788.216.000,00 615.240.306.000,00 622.781.695.000,00

Dana Alokasi Khusus

 49.212.900.000,00 58.371.130.000,00 66.063.680.000,00 82.832.120.000.00 29.024.000.000,00

c. Lain-Lain Pendapatan

yang sah 135.063.203.717,00 139.726.738.312,90 139.029.814.543,90 201.619.067.300.00 232.188.732.500.00 Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi

dan Perintah Daerah lainnya 19.694.015.000,00 24.081.650.995,90 29.081.650.995,90

24.834.037.300.00

24.834.037.300,00

Dana penyesuaian dan Otonomi 

Khusus (AD-Hoc) 68.146.933.000,00 67.119.933.000,00 91.391.042.548,00 128.214.160.000.00 188.687.528.000,00

Bantuan Keuangan dari Provinsi dan 

Pemerintah Daerah Lainnya. 47.222.255.717,00 48.525.154.317,00 18.557.121.000,00 48.570.870.000.00 18.667.167.200,00

(6)

Tabel 9.2

Hasil Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lahat Tahun 2016

No Uraian Jumlah APBD Bertambah /

Berkurang Tahun 2015 Proyeksi Tahun 2016

1 2 3 4 5

1 PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh 1.416.680.765.534,00 1.823.164.800.719,00 406.484.035.185,00 1.1 PPeennddaappaattaann AAssllii DDaaeerraahh 92.074.118.656.00 97.733.313.403,00 5.659.194.747,00

1.1.1 - Pajak Daerah 31.037.521.275,00 34.141.273.403,00 3.103.752.128,00

1.1.2 - Hasil Retribusi Daerah 9.180.197.381,00 6.000.000.000,00 (3.180.197.381,00) 1.1.3 - Hasil Pengelolaan

Kekayaan yg dipisahkan 4.500.000.000,00 5.500.000.000,00 1.000.000.000,00 1.1.4 - Lain-Lain Pendapatan

Asli Daerah yang sah 47.356.400.000,00 52.092.040.000,00 4.735.640.000,00

1.2

D

Daannaa PPeerriimmbbaannggaann 1.092.417.914.378,00 1.295.446.594.316,00 203.028.679.938,00

1.2.1 - Dana Bagi Hasil Pajak /

Bagi Hasil Bukan Pajak 440.612.219.378.00 484.673.441.316,00 44.061.221.938,00 1.2.2 - Dana Alokasi Umum

LLaaiinn--LLaaiinn PPeennddaappaattaann yyaanngg SSaahh 232.188.732.500.00 429.984.893.000,00 197.796.160.500,00

1.3.3 - Dana Bagi Hasil Pajak Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

24.834.037.300,00 16.000.624.000,00 (8.833.413.300,00)

1.3.4 - Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

188.687.528.000,00 408.590.029.000,00 219.902.501.000,00 1.3.5 - Bantuan Keuangan dari

Provinsi dan Pemerintah

Daerah Lainnya 18.667.167.200,00 5.394.240.000,00 (13.272.927.200,00) 1.3.6

-- Pendapatan Lainnya 0,00 0,00 0,00

Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Lahat 2016

Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat Tahun Anggaran

(7)

Tabel 9.3

Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lahat Tahun Anggaran 2016

No Uraian Jumlah Bertambah /

Berkurang APBD 2015 Proyeksi APBD 2016

(1) (2) (3) (4) (5)

11 PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh 11..441166..668800..776655..553344,,0000 11..882233..116644..880000..771199,,0000 440066..448844..003355..118855,,0000

11..11 PPeennddaappaattaann AAssllii DDaaeerraahh 9922..007744..111188..665566,,0000 9977..773333..331133..440033,,0000 55..665599..119944..774477,,0000

1.1.1 - Pajak Daerah 31.037.521.275,00 34.141.273.403,00 3.103.752.128,00

1.1.2 - Hasil Retribusi Daerah 9.180.197.381,00 6.000.000.000,00 (3.180.197.381,00)

1.1.3 - Hasil Pengelolaan Kekayaan yang

Dipisahkan 4.500.000.000,00 5.500.000.000,00 1.000.000.000,00

1.1.4 - Lain-Lain PAD yang sah 47.356.400.000,00 52.092.040.000,00 4.735.640.000,00 11..22 DDaannaa PPeerriimmbbaannggaann 11..009922..441177..991144..337788,,0000 11..229955..444466..559944..331166,,0000 220033..002288..667799..993388,,0000

1.2.1 - Dana Bagi Hasil Pajak /

Bagi Hasil Bukan Pajak 440.612.219.378,00 484.673.441.316,00 44.061.221.938,00 1.2.2 - Dana Alokasi Umum (DAU) 622.781.695.000,00 703.887.513.000,00 81.105.818.000,00 1.2.3 - Dana Alokasi Khusus (DAK) 29.024.000.000,00 106.885.640.000,00 77.861.640.000,00 11..33 LLaaiinn--LLaaiinn PPeennddaappaattaann yyaanngg SSaahh 223322..118888..773322..550000,,0000 442299..998844..889933..000000,,0000 119977..779966..116600..550000,,0000

1.3.1 - Dana Bagi Hasil Pajak Propinsi

dan Pemerintah Daerah Lainnya 24.834.037.300,00 16.000.624.000,00 (8.833.413.300,00) 1.3.4 - Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 188.687.528.000,00 408.590.029.000,00 219.902.501.000,00

1.3.5 - Bantuan Keuangan dari Provinsi dan

Pemerintah daerah lainnya 18.667.167.200,00 5.394.240.000,00 (13.272.927.200,00) 22.. BBeellaannjjaa DDaaeerraahh 11..448811..445577..006633..551133,,0000 11..997788..884411..557700..883355,,0000 449977..338844..550077..332222,,0000 22..11 BBeellaannjjaa TTiiddaakk LLaannggssuunngg 887755..441177..550022..116666,,0000 11..007722..110088..339911..885555,,0000 119966..669900..888899..668899,,0000 2.1.1 - Belanja Pegawai 772.007.501.578,00 795.471.267.756,00 23.463.766.178,00 2.1.2 - Belanja Hibah 15.548.271.854,00 8.757.000.000,00 (6.791.271.854,00) 2.1.3 - Belanja Bantuan Sosial 1.848.200.000,00 1.000.000.000,00 (848.200.000,00)

2.1.4

- Belanja Bagi Hasil Kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah

3.653.471.866,00 4.014.127.341,00 360.655.475,00

2.1.5

- Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan

Pemerintahan Desa dan Partai Politik

80.260.056.868,00 261.615.996.758,00 181.355.939.890,00

2.1.6 - Belanja Tidak Terduga 2.100.000.000,00 1.250.000.000,00 (850.000.000,00) 22..22 BBeellaannjjaa LLaannggssuunngg 660066..003399..556611..334477,,0000 990066..773333..117788..998800,,0000 330000..669933..661177..663333,,0000

2.2.1 - Belanja Pegawai 32.163.459.300,00 0,00 (32.163.459.300,00)

2.2.2 - Belanja Barang dan Jasa 303.788.026.319,00 0,00 (303.788.026.319,00)

2.2.3 - Belanja Modal 270.088.075.728,00 0,00 (270.088.075.728)

33.. PPEEMMBBIIAAYYAAAANN DDAAEERRAAHH

33..11 PPeenneerriimmaaaann PPeemmbbiiaayyaaaann DDaaeerraahh 7700..777766..229977..997799,,0000 116600..667766..777700..111166,,0000 8899..990000..447722..113377,,0000

3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun

Anggaran Sebelumnya (SILPA) 37.492.632.629,00 128.810.724.217,73 91.318.091.588,73 3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah 33.283.665.350,00 31.866.045.898,27 (1.417.619.451,73)

(8)

3.2.2 Penyertaan Modal

(Investasi) Pemerintah Daerah 6.000.000.000,00 5.000.000.000,00 (1.000.000.000,00) P

Peemmbbiiaayyaaaann NNeettttoo 6644..777766..229977..997799,,0000 115555..667766..777700..111166,,0000 9900..990000..447722..113377,,0000

Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Lahat 2016

9.3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5

Tahun Terakhir

Meskipun pembangunan infrastruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setia p sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

Disamping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui pen ganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

(9)

Tabel 9.4

Perkembangan DAK infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Lahat dalam 5 Tahun Terakhir

Jenis DAK Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

DAK Air Minum RP.1.375.870.000 - RP.2.821.219.170 RP.1.568.809.000 RP.365.354.080

DAK Sanitasi - - RP.1.803.700.920 RP.978.132.000 RP.4.835.387.000

9.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD dalam 5

Tahun Terakhir

Pemerintah Kabupaten Lahat memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisi proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan

infrastruktur yang sudah ada.Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada.

Tabel 9.5

Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Alokasi Tahun

2012

Alokasi Tahun

2013

Alokasi Tahun

2014

Alokasi Tahun

2015

Alokasi Tahun

2016

Pengembangan Air

Minum

RP. 8.143.376.000 RP.9.096.248.000 RP.11.418.862.102 RP.10.952.441.000 RP.23.149.108.200

Pengembangan PLP RP.16..625.800.000 RP.11.672.100.000 RP.15.689.750.000 RP.17.484.250.000 RP.17.387.250.000

Pengembangan

Permukiman

RP.6.874.750.000 RP. 5.529.000.000 RP.8.730.000.000 RP.15.229.000.000 RP.9.627.250.000

Penataan Bangunan &

lingkungan

(10)

Selain itu , pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukkan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.O leh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam 3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah.

9.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun

Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerinta h daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented)sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan

pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan asp ek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia.Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

Di samping itu, pada bagian i ni dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh perusahaan daerah yang ada di kabupatenkota dalam 3-5 tahun terakhir.

9.3.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Be rsumber dari Swasta dalam

5 Tahun Terakhir

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan

(11)

Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang P erseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Di beberapa daerah, skema pembiayaan alternatif ini sudah banyak dilakukan untuk menunjang pembangunan Cipta Karya di daerah.Informasi kegiatan-kegiatan eksisting perlu dipahami untuk melihat potensi pembiayaan dari dunia usaha di daerah tersebut.

9.4. Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesua i jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

9.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan me lakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalm lima tahun terakhir

menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui bidang Cipta Karya dalam lima tahun kedepan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata- rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Net Public Saving

Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangun an. Besarnya NSP menjadi dana dasar yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NSP dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut :

Net Public Saving = Total Penerimaan daerah-Belanja Wajib

(12)

Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh

-Pemerintah D aerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.

Kewajiban Daerah antara lain pembayaran pokok pinjama n, pembayaran kegiatan

-lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

Analisis Kemampuan Pinjaman daerah (Debt Service Coverage Ratio)

Pinjaman daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas.Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 tahun 2011 Tentang pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Jumlah sisa Pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk me mbayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan Pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RIPJM dengan rumus sebagai berikut:

(13)

9.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

Beberapa kabupate/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bid ang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk bussines plan. Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPI2-JM.

9.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan swasta Bidang Cipta Karya

Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama

pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Daftar proyek potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiata n setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan financial dari program tersebut.

9.5. Analisis Tingkat Ketersediaan Dana dan strategi Peningkatan Investasi

Pembangunan Bidang Cipta Karya

Sebagai kesimpulan dari anlisis aspek pembiayaan, dilakukan anal isis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan invest asi pembangunan bidang Cipta karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

9.5.1 Analisis Kemampuan keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPI2-JM dapat dihitu ng melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut :

a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10 % dari tahun sebelumnya.

b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan c. Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis

(14)

9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk

meningkatkan pendana an bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, satgas RPI2-JM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain: 1. strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;

2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran; 3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

4. strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;

5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada;

Gambar

Tabel 9.1
Tabel 9.3Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah
Tabel 9.4

Referensi

Dokumen terkait

Saya kurang setuju dengan pendapat orangtua bahwa sukaN. menyalahkan pacar merupakan salah satu ciri

anaknya sehingga subjek tidak memberi anak-anaknya permainan seperti boneka karena semua anak subjek laki- laki. Pertimbangan lainnya adalah subjek tidak memberikan

dengan regius akan dapat ditanggapi dengan sangat baik... b) Secara demografis Swara Seruni Bikrama (SSB) Metro.. membidik Masyarakat Metro dengan Share segmen

4.2.8 Evektivitas Membran Keramik Berbasis Tanah Liat, Zeolit, Natrium Metasilikat, dan Asam Borik Pada Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit ……… 49. 4.2.9 Kondisi Pengoperasian

oke setelah itu salah satu keputusannya adalah akan di Tanyakan kepada GM-GM yang lain, dibandingkan dengan GM-GM yang lain, pada tanggal 6 November dan tanggal 7 November ada

Untuk memperoleh data mengenai motivasi kerja ini diperlukan adanya pengukuran. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala / ukuran ordinal yaitu skala

Jika dilihat dari kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung dibanding triwulan yang sama tahun 2012, sektor Pertanian masih sebagai kontributor terbesar (3,29

Melihat dari permasalahan akan kurangnya minat anak-anak terhadap cerita rakyat lokal dan meningkatnya popularitas iPad sebagai toys of the year versi majalah PCWorld, maka munculah