Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota,
diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung
jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus
didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas
lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru,
pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian,
pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.
Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai
pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan
pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang
dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar
pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor
swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang
dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah,
diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang
Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya
bertujuan untuk:
2. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor
swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya.
3. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.
9.1
Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah
diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah,
pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan
Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran
daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan.Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus
yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.Penentuan lokasi dan besaran
DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadikewenangan pemerintahan daerah,
terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala
kabupaten/kota meliputi urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.Penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan
minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.Urusan wajib
pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai
dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian
sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman
Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman
langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam
melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD
tahun sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan
DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres
56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan
dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman
dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011):
Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk
pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria
teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan system penyediaan
air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah dikawasan kumuh perkotaan
dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
- Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses
pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan
kriteria teknis:
- kerawanan sanitasi;
- cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,
Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit
Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan
usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang
infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.Gubernur sebagai wakil Pemerintah
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah
dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana
kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi :
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di
tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum
dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta
(KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana
yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara
terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan
pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2
Profil APBD Kabupaten Hulu Sungai Utara
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Hulu Sungai Utara selama 5
(lima) tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5
(lima) tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13
Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
2. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
3. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
9.2.1
Komponen Penerimaan Pendapatan
Sebagaimana dijelaskan dalam PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah dan Permendagri No. 13 tahun 2006, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Menjelaskan bahwa kebijakan perencanaan pendapatan daerah meliputi semua penerimaan
uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana dan merupakan hak
daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran. Seluruh pendapatan daerah yang dianggarkan dalam
APBD secara bruto mempunyai arti pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi
dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau
dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil. Pendapatan
daerah ini ditetapkan berdasarkan perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai
setiap sumber pendapatan.
Pendapatan daerah dikelompokan kedalam sumber-sumber penerimaan daerah yang
terdiri dari sumber penerimaan :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana Perimbangan dan
3. Pendapatan Lain-Lain Yang Sah.
Termasuk dalam kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah :
4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) Yang Sah.
Berikut ini akan dijabarkan Gambar 9.1 Grafik prosentase Tabel 9.1 komponen
pendapatan APBD Kabupaten Hulu Sungai Utara selama 5 tahun terakhir dengan sumber
data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir.
Hasil dari pertumbuhan pendapatan daerah 5 tahun terakhir mengalami peningkatan
secara positif, perndapatan daerah pada tahun 2009 sebesar Rp. 504,677,018,000, terus
meningkkat sampai pada tahun 2013 mencapai Rp. 823,456,158,358 atau mengalami
peningkatan sebesar Rp. 318,779,140,358 atau selama 5 (lima) tahun rata-rata mengalami
kenaikkan sebesar 14 %. Pendapatan yang mengalami cukup signifikan yaitu dari lain-lain
pendapatan yang sah yang mengalami rata-rata kenaikkan sebesar 49 %, atau selama 5
(lima) tahun mengalami kenaikkan sebesar Rp. 32,094,238,208. Komponen APBD yang
berkontribusi paling besar adalah dari dana perimbangan, dari tahun 2009 – 2013
mengalami perumbuhan rata-rata sebesar 13 % atau mengalami peningkatan Rp.
259,981,664,438. Perkembangan realisasi setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel Gambar
grafik 9.1 dan Tabel 9.1 berikut ini.
Gambar 9.1 Grafik Prosentase Pendapatan Daerah (%)
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013
Komponen APBD
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Rata-rata Pertum
Buhan (%)
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
Pendapatan Asli
Daerah 19,088,902,000 3.78 19,458,888,090 3.91 26,642,958,986 4.18 33,114,423,578.34 4.45 45,792,139,711.91 5.56 25
Pajak Daerah 2,086,375,000 0.41 2,601,292,600 0.52 3,185,440,000 0.50 4,018,111,841 0.54 4,575,558,448 0.56 22
Retribusi Daerah 10,412,467,000 2.06 11,613,095,490 2.33 13,463,018,986 2.11 12,783,815,038 1.72 6,139,628,643 0.75 -7
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
2,265,000,000 0.45 2,120,000,000 0.43 5,370,000,000 0.84 3,877,797,795 0.52 3,793,143,619 0.46 29
Lain-lain PAD 4,325,060,000 0.86 3,124,500,000 0.63 4,624,500,000 0.72 12,434,698,904.34 1.67 31,283,809,002 3.80 85
Dana Perimbangan 453,225,721,000 89.81 440,097,923,739 88.41 490,496,576,488 76.89 655,581,491,264 88.05 713,207,385,438 86.61 13
Dana Bagi Hasil 152,867,711,000 30.29 144,163,395,739 28.96 131,595,894,111 20.63 142,410,996,367 19.13 128,743,770,622 15.63 -4
Dana Alokasi Umum 248,190,010,000 49.18 251,160,028,000 50.45 318,149,082,377 49.87 356,539,892,000 47.89 415,479,351,000 50.46 14
Dana Alokasi Khusus 52,168,000,000 10.34 44,774,500,000 8.99 40,751,600,000 6.39 47,627,950,000 6.40 62,093,770,000 7.54 6
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
32,362,395,000 6.41 38,262,618,700 7.69 120,768,039,246 18.93 55,859,230,102 7.50 64,456,633,208 7.83 49
Pendapatan Hibah
Dana Darurat DBH Pajak dari
Pemda Lainnya 11,237,986,000 2.23 11,262,618,700 2.26 24,850,654,625 3.90 7
Dana Penyesuaian &
Otonomi Khusus 19,719,409,000 3.91 22,000,000,000 4.42 21,800,000,000 3.42 -3
Bantuan Keuangan
Provinsi/ Pemda Lain 1,405,000,000 0.28 5,000,000,000 1.00 2,050,000,000 0.32 -3
Pendapatan Lainnya 72,067,384,621 11.30 55,859,230,102 7.50 64,456,633,208 7.83 -4
Total Pendapatan 504,677,018,000 100.00 497,819,430,529 100.00 637,907,574,720 100.00 744,555,144,945 100.00 823,456,158,358 100.00 14
Dari data realisasi Pendapatan Daerah dari tahun 2009 – 2013 tersebut mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 11 % pertahun yang masing-masing sumber pertumbuhan
pendapat sebagai berikut ini:
Pendapatan Asli Daerah dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 25 %.
Pendapatan Dana Perimbangan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 13 %.
Lain-lain Pendapatan yang Sah rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 49 %.
Rata-rata pertumbuhan pendapatan asli daerah pertahun yaitu sebesar 25 % atau
mengalami peningkatan sebesar Rp. 13,626,814,460 sampai tahun 2013. Dari kontribusi
pendapatan asli daerah ini yang paling besar adalah dari lain-lain PAD yaitu menyumbang
3,8 % atau sebesar Rp. 31,283,809,002 pada tahun 2013. Untuk retribusi daerah mengalami
penurunan sebesar -7 % atau menurun sebesar Rp. 4,272,838,357 dari tahun 2009 -2013.
Pertumbuhan dana perimbangan dari tahun 2009 – 2013 terus mengalami
pertumbuhan rata-rata secara signifikan yaitu sebesar 13 % atau bertambah sebesar Rp.
259,981,664,438. Komponen yang mempunyai kontribusi paling besar adalah dari Dana
Alokasi Umum yaitu sebesar Rp. 415,479,351,000 atau sebesar 50,46 dari total pendapatan
daerah pada tahun 2013. Yang perlu ada peningkatan adalah dari Dana Bagi Hasil yang
mana terus mengalami penurunan dari tahun 2009 – 2013 sebesar -4%. Dari dana
perimbangan ini dapat disimpulkan bahwa pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara
mendapat bantuan cukup banyak dari dana APBN yaitu pada tahun 2013 dari dana
perimbangan berkontribusi sebesar 86,61 % dari total pendapatan daerah.
9.2.2
Komponen Pengeluaran Belanja
Selanjutnya Berdasarkan PP No. 58 Tahun 2005 dan Permendagri No. 13 Tahun
2006,untuk belanja Daerah meliputi semua pengeluaran daerah yang merupakan urusan
pemerintah daerah selama tahun anggaran yang berkenaan dan dialokasikan dalam 2 (dua)
kelompok belanja daerah yang terdiri dari :
1. Belanja Daerah Tidak Langsung yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
2. Belanja Daerah Langsung adalah belanja yang dikeluarkan dan dianggarkan terkait secara langsung kepada pelaksanaan program dan kegiatan.
a. Belanja Tidak Langsung ini terdiri dari ini terdiri dari : 1) Belanja Pegawai
2) Belanja Bunga 3) Belanja Subsidi 4) Belanja Hibah
5) Belanja Bantuan Sosial
7) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/Kabupaten/Kabupaten dan Pemerintah Desa
8) Belanja Tidak Terduga b. Belanja langsung terdiri dari :
1) Belanja Pegawai
2) Belanja Barang dan Jasa 3) Belanja Modal
Rata-rata pertumbuhan belanja Kabupaten Hulu Sungai Utara dari tahun 2009 – 2013
mengalami kenaikkan sebesar 6 % atau secata rinci untuk belanja tidak langsung mengalami
kenaikkan 15 % atau meningkat sebesar Rp. 178,367,523,026. Kontribusi yang
menyumbang belanja daerah paling besar yaitu belanja pegawai 50,99 % dari total belanja
pada tahun 2013 atau sebesar Rp. 376,443,483,447, meningkat Rp. 161,150,291,402 dari
tahun 2009 yang hanya Rp. 215,293,192,045. Hal ini seiring dengan semakin bertambahnya
SDM yang ada di lingkungan pemerintahan. Sedangkan untuk belanja langsung
pertumbuhannya fluktuatif, pada tahun 2009 merupakan pengeluaran belanja langsung
paling besar yaitu Rp. 337,870,256,126 sedangkan belanja langsung paling kecil adalah pada
tahun 2012 sebesar Rp. 261,556,520,504. Berikut ini akan dijabarkan Gambar 9.2 grafik
prosentase belanja daerah dan Tabel 9.2 komponen pengeluaran belanja selama 5 (lima)
tahun terakhir di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013
Belanja Daerah Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
Belanja Tidak
Langsung 250,022,399,217 2.53 313,663,950,735 3.93 364,450,017,324 3.53 390,899,371,295 9.91 428,389,922,243 8.03
Belanja Pegawai 215,293,192,045 36.62 328,535,079,324 48.26 339,765,923,057 52.07 376,443,483,447 50.99
Belanja Bunga
Belanja Subsidi 252,268,617,735 43.37
Belanja Hibah 3,647,500,000 0.62 27,605,295,000 4.75 8,475,000,000 1.24 22,787,105,313 3.49 15,576,337,796 2.11 Belanja Bansos 13,903,335,000 2.36 17,282,078,000 2.97 10,242,878,000 1.50 2,011,266,000 0.31 6,235,575,000 0.84 Bantuan Pemda lain 15,528,372,172 2.64 15,905,060,000 2.73 16,447,060,000 2.42 26,335,076,925 4.04 26,643,466,000 3.61
Belanja Tidak Terduga 1,650,000,000 0.28 602,900,000 0.10 750,000,000 0.11 3,491,060,000 0.47
Belanja Langsung 337,870,256,126 57.47 267,965,742,145 46.07 316,352,360,900 46.47 261,556,520,504 40.09 309,878,522,181 41.97
Belanja Pegawai 12,757,556,000 2.17 12,332,238,100 2.12 25,357,930,000 3.72
Belanja Barang & Jasa 107,084,915,468 18.22 105,807,328,405 18.19 137,802,712,127 20.24 100,690,282,887 15.43 123,770,402,995 16.76 Belanja Modal 218,027,784,658 37.09 149,826,175,640 25.76 153,191,718,773 22.50 160,866,237,617 24.66 186,108,119,186 25.21
Total Belanja 587,892,655,343 100 581,629,692,880 100 680,802,378,224 100 652,455,891,799 100 738,268,444,424 100
Dari tabel pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara
sebagaimana diatas, terlihat adanya defisit anggaran yang harus ditutupi oleh Pembelanjaan
Daerah sebesar defisit tersebut. Defisit anggaran terjadi pada tahun 2009 – 2011,
sedangkan untuk tahun 2012 – 2013 mengalami surplus. Adapun besaran defisit dan surplus
tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 9.3 Gambaran Defisit Anggaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013
Uraian APBD
TA 2009
APBD TA 2010
APBD TA 2011
APBD TA 2012
APBD TA 2013
Pendapatan
Daerah 504,677,018,000 497,819,430,529 637,907,574,720 744,555,144,945 823,456,158,358 Belanja Daerah 576,720,615,000 581,629,692,880 681,076,216,988 652,455,891,799 700,877,839,195
Surplus/ Defsit - 72,043,597,000 -83,810,262,351 -43,168,642,268 92,099,253,146 122,578,319,163
Sumber : Hasil Analisa
9.2.3
Komponen Pembiayaan
Komponen ini adalah sebagai pengimbang perbedaaan antara pendapatan dan biaya
dalam anggaran daerah. Unsur utama dalam komponen ini adalah sisa anggaran tahun lalu
yang merupakan saving keuangan daerah. Komponen Pembiayaan tersebut adalah :
1. Penerimaan Pembiayaan Daerah
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya b. Pencairan Dana Cadangan
c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan d. Penerimaan Pinjaman Daerah dan obligasi daerah e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
f. Penerimaan Piutang Daerah
2. Pengeluaran Pembiayaan Daerah a. Pembentukan Dana Cadangan
b. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah c. Pembayaran Pokok Utang
d. Pemberian Pinjaman Daerah
Berikut ini akan dijabarkan Tabel 9.4 komponen pembiayaan selama 5 (lima) tahun
Tabel 9.4 Perkembangan Pembiayaan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013
Pembiayaan Daerah Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
Penerimaan
Pembiayaan 79,170,463,000 100 85,610,262,351 100 61,168,642,268 100 109,839,528,324 100 193,109,102,661 100
Penggunaan SiLPA 78,130,463,000 98.69 83,810,262,351 97.90 39,207,980,267 64.10 98,579,575,580 89.75 190,505,407,038 98.65 Pencairan Dana
Cadangan 10,000,000,000
Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah 5,160,662,001 8.44
Penerimaan Pinjaman dan
Obligasi Daerah 15,000,000,000 24.52 667,102,744.32 0.61 895,120,623 0.46
Penerimaan Kembali
Pinjaman 1,040,000,000 1.31 1,800,000,000 2.10 1,800,000,000 2.94 592,850,000 0.54 1,708,575,000 0.88
Piutang Daerah
Pengeluaran
Pembiayaan 7,126,867,000 100 1,800,000,000 100 18,000,000,000 100 11,433,374,432 100 13,100,000,000 100
Pembentukan Dana
Cadangan 10,000,000,000 55.56
Penyertaan Modal 7,126,867,000 100 4,500,000,000 25.00 10,283,374,432 89.94 12,500,000,000 95.42 Pembayaran Pokok
Pinjaman Pemberian
Pinjaman Daerah 1,800,000,000 100 3,500,000,000 19.44 1,150,000,000 10.06 600,000,000 4.58
Pertumbuhan perkembangan pembiayaan dari tahun 2009 – 2013 mengalami
Kenaikan 37,9 % atau sebesar Rp. 119,911,772,661. dari aspek penerimaan pembiayan
mengalami kenaikkan yang signifikan yaitu 33,7 % atau mengalami kenaikkan sebesar Rp.
113,938,639,661, yang berkontribusi paling besar yaitu penggunaan SilPA yang mana pada
tahun 2013 menyumbang 98,5 % dari toral perkembangan pembiayaan. Sedangkan dari
pengeluaran pembiayaan mengalami peningkatan 200,8 % atau meningkat Rp.
5,973,133,000 dari tahun 2009 – 2013. Aspek penyertaan modal mengalami peningkatan
16,7 % atau sebesar Rp. 5,373,133,000.
Gambar 9.3 Grafik Pembelanjaan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013
Dari data APBD selama 5 (lima) tahun terakhir dari sisi pendapatan dapat
dikemukakan permasalahan Pendapatan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagai
berikut:
1. Pendapatan dari retribusi daerah mengalami penurunan.
2. Kontribusi BUMD masih rendah sebagai sumber pendapatan.
3. Sumber pendapatan pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara masih bertumpu pada
pendapatan konvensional, masih tergantung dari penerimaan non PAD.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peningkatan kemampuan keuangan daerah
merupakan upaya yang terus dilakukan. Upaya-upaya tersebut secara umum adalah :
1. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
Peningkatan pendapatan asli daerah merupakan upaya konvensional yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Pada dasarnya ada tiga
pernah disesuaikan sehingga tarif tersebut terlalu rendah dibandingkan dengan
tingkat harga.
b. Melakukan studi dalam upaya mencari kemungkinan terhadap jenis pajak dan
retribusi baru sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
c. Meningkatkan efisisensi dan efektifitas pengelolaan pendapatan asli daerah.
2. Pengembangan Perusahaan Milik Daerah.
Pengembangan perusahaan milik daerah ditempuh melalui peningkatan
penyertaan modal, dengan semakin meningkatnya penyertaan modal maka akan
semakin besar pula deviden yang akan diterima sebagai bagian dari laba perusahaan
daerah tersebut.
3. Pemanfaatan Pinjaman Daerah
UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk memanfaatkan
pinjaman, namun demikian pemanfaatan pinjaman memerlukan penelitian yang cukup
mendalam karena hal ini akan berkaitan dengan kemampuan untuk membayar cicilan
dan bunga sehingga tidak memberatkan pemerintah daerah di kemudian hari.
4. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Keuangan Daerah
Peningkatan kemampuan keuangan daerah juga dilakukan melalui efisiensi
pemanfaatan keuangan daerah, hal ini dilakukan dengan menetapkan standar harga dan
standar analisa belanja dalam penyusunan anggaran.
5. Peningkatan Kerjasama dengan Pihak Swasta.
Upaya ini dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta dalam membangun
sarana dan prasarana umum dengan prinsip saling menguntungkan. Dengan kerjasama
dengan pihak swasta beberapa keuntungan yang akan diperoleh antara lain ; dapat
memiliki suatu fasilitas tanpa mengeluarkan dana selain aset yang telah dimiliki dan
9.3
Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sub bab berikut ini akan mengkaji berapa besar investasi pembangunan khusus
bidang Cipta Karya di daerah selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN,
APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta di Kabupaten Hulu Sungai Utra.
9.3.1
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
APBN dalam 5 Tahun
Pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen
Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada
peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada
suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta
Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Tabel 9.5 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013
Sektor Alokasi
Sumber : PPK Randal PIP Kalsel, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Selatan
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk
mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui
penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke
daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air
minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh
perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan
DAKSanitasidigunakanuntuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan,
dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK
ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan
Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa
dianalisis perkembangannya.
Tabel 9.6 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009 - 2013
9.3.2
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
APBD dalam 5 Tahun
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana
permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya
terhadap total belanja daerah dalam 4 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi
pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah
ada. Berikut ini akan dijabarkan perkembangan investasi pembangunan Cipta Karya
Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Tabel 9.7 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Tahun 2009 - 2013
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah
untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota.
DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan
pembangunan bidang Cipta Karya. Untuk DDUB Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 9.8 berikut ini.
Tabel 9.8 Perkembangan DDUB Tahun 2010 – 2014 Kabupaten Hulu Sungai Utara (x RP. 1000)
SEKTOR
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Alokasi
Air Minum 4,250,000 329,999 4,312,564 350,405 2,189,424 125,852 7,224,177 1,500,000 4,100,000 - Pengembangan
Total 4,250,000 329,999 7,136,896 350,405 3,035,434 161,671 9,355,922 2,459,520 13,530,508 -
9.3.3
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
Perusahaan Daerah dalam 5 Tahun
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu
untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus
untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah
daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang
pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah.
Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat
kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan
secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu
alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Perusahaan Daerah (Perusda) yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai
Utara adalah PDAM Tirta Dharma. Perusda ini pada saatnya merupakan salah satu asset
yang akan memberikan kontribusi terhadap PAD. Kondisi keuangan Perusda tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 9.9 Proyeksi Laba – Rugi Perusahaan Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2010 – 2014
1. Pendapatan Penjualan Air 7,718,760,000 8,477,764,000 9,540,369,000 10,906,575,000 12,576,382,000 2. Pendapatan Non Air 750,000,000 1,125,000,000 1,500,000,000 1,875,000,000 2,250,000,000 3. Pendapatan Air Minum dalam
Kemasan
JUMLAH PENDAPATAN USAHA 8,468,760,000 9,602,764,000 11,040,369,000 12,781,575,000 14,826,382,000
II BIAYA LANGSUNG USAHA
1. Biaya Pegawai 830,129,000 871,636,000 915,218,000 960,978,000 1,009,027,000
2. Biaya Listrik dan Usaha 1,339,635,000 1,406,617,000 1,476,948,000 1,550,795,000 1,628,335,000 3. Biaya Penyusutan 3,113,237,000 3,580,223,000 4,117,256,000 4,734,845,000 5,445,072,000
4. Biaya Pemeliharaan 350,871,000 368,415,000 386,835,000 406,117,000 426,486,000
5. Biaya Bahan Kimia 790,460,000 829,983,000 871,482,000 915,056,000 960,809,000
6. Biaya Lain-lain 15,363,000 16,131,000 16,938,000 17,785,000 18,674,000
7. Harga Pokok Air Minum dalam Kemasan
JUMLAH BIAYA LANGSUNG
USAHA 6,439,695,000 7,073,005,000 7,784,677,000 8,585,576,000 9,488,403,000
III LABA / (RUGI) KOTOR USAHA 2,029,065,000 2,529,759,000 3,255,692,000 4,195,999,000 5,337,979,000
IV BIAYA TIDAK LANGSUNG
1. Biaya Umum dan Administrasi 2,595,364,000 2,725,132,000 2,861,389,000 3,004,458,000 3,154,681,000
JUMLAH BIAYA TIDAK
LANGSUNG 2,595,364,000 2,725,132,000 2,861,389,000 3,004,458,000 3,154,681,000
V LABA / (RUGI) USAHA (566,299,000) (195,373,000) 394,303,000 1,191,541,000 2,183,298,000
VI PENDAPATAN / (BIAYA) DI
LUAR USAHA
VI 1. Pendapatan Lain-lain 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000
2. Biaya Lain-lain (199,000) (218,000) (240,000) (264,000) (291,000)
JUMLAH PENDAPATAN / (BIAYA)
Uraian Tahun
IX LABA / (RUGI) BERSIH (516,100,000) (145,155,000) 444,543,000 1,241,805,000 2,233,589,000
Sumber : Corporate Plan PDAM Kab. Hulu Sungai Utara Th 2010 - 2014
Tabel 9.10 Proyeksi Neraca Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2010 – 2014
- Kas dan Bank 9,367,547,000 12,892,916,000 16,552,602,000 20,646,697,000 25,424,705,000
- Piutang Usaha 643,230,000 706,480,000 795,030,000 908,881,000 1,408,031,000
- Piutang Lain-lain 23,260,000 27,913,000 33,495,000 40,194,000 48,233,000
- Persediaan 68,056,000 81,668,000 98,001,000 117,602,000 141,122,000
Jumlah Aset Lancar 10,102,093,000 13,708,977,000 17,479,128,000 21,713,374,000 27,022,091,000
Aset tetap
- Nilai Perolehan 37,861,550,000 48,486,550,000 51,486,550,000 54,486,550,000 57,486,550,000
- Akumulasi Penyusunan (15,574,313,000) (19,814,873,000) (23,670,272,000) (27,248,445,000) (30,628,102,000)
Nilai Buku Aset Tetap 22,287,237,000 28,671,677,000 27,816,278,000 27,238,105,000 26,858,448,000
Aset Lain-lain
- Aset Tetap dalam Penyelesaian
- Bahan Instalasi 2,119,509,000 2,543,411,000 3,052,093,000 3,662,512,000 4,395,014,000
- Uang Jaminan 18,872,000 18,872,000 18,872,000 18,872,000 18,872,000
- Pembayaran dimuka
Pembagian Laba 290,000,000 290,000,000 290,000,000 290,000,000 290,000,000
- Aset Lain-lain 17,888,000 19,677,000 21,645,000 23,809,000 26,190,000
Jumlah Aset Lain-lain 2,446,269,000 2,871,960,000 3,382,610,000 3,995,193,000 4,730,076,000
Jumlah Aset 34,835,599,000 45,252,614,000 48,678,016,000 52,946,672,000 58,610,615,000
KEWAJIBAN dan MODAL
Kewajiban Jangka Pendek
- Biaya yang Masih Harus
Dibayar 6,928,000 6,928,000 5,542,000 5,542,000 4,434,000
- Pendapatan diterima
dimuka 68,824,000 82,589,000 99,106,000 118,928,000 142,713,000
- Utang Pajak
- Utang Jangka Pendek
Lainnya 120,613,000 19,677,000 77,192,000 61,754,000 49,403,000
Jumlah Kewajiban
Jangka Pendek 196,365,000 109,194,000 181,840,000 186,224,000 196,550,000
Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban Lain-lain
- Uang Jaminan
Langganan 198,730,000 236,257,000 286,284,000
- Cadangan Dana Meter 1,210,694,000 1,120,694,000 1,055,694,000 1,015,694,000 1,000,694,000
Uraian Tahun
JUMLAH KEWAJIBAN 1,605,789,000 1,466,145,000 1,523,818,000 1,201,918,000 1,197,244,000
Modal
Kekayaan Pemda yang
Dipisahkan 32,480,824,000 43,105,824,000 46,105,824,000 49,105,824,000 52,105,824,000
Penyertaan yang Belum
ditetapkan Statusnya 8,961,728,000 8,961,728,000 8,961,728,000 8,961,728,000 8,961,728,000
Modal Hibah 84,023,000 84,023,000 84,023,000 84,023,000 84,023,000
Akumulasi Kerugian - Akumulasi Kerugian
Tahun Lalu (7,780,665,000) (8,296,765,000) (8,441,920,000) (7,997,377,000) (6,755,632,000)
- Laba Tahun Berjalan (516,100,000) (145,155,000) 444,543,000 1,241,745,000 2,233,589,000
Jumlah Akumulasi
Kerugian (8,296,765,000) (8,441,920,000) (7,997,377,000) (6,755,632,000) (4,522,043,000)
JUMLAH MODAL 33,229,810,000 43,709,655,000 47,154,198,000 51,395,943,000 56,629,532,000
JUMLAH KEWAJIBAN
dan MODAL 34,835,599,000 45,175,800,000 48,678,016,000 52,597,861,000 57,826,776,000
Sumber : Corporate Plan PDAM Kab. Hulu Sungai Utara Th 2010 - 2014
9.3.4
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
Swasta dalam 5 Tahun
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah,
maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta
Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang
berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan
non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun
2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan
hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Tabel 9.11 Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Kegiatan Tahun Komponen
KPS Satuan Vol Nila (Rp)
Skema
KPS Ket. Pengembangan Air minum
Kegiatan Tahun Komponen
KPS Satuan Vol Nila (Rp)
Skema
KPS Ket. Penataan Bangunan dan Lingkungan
9.4
Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka
dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan
daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.
9.4.1
Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas
dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi
APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya
sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Tabel 9.12 Pertumbuhan Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2011 - 2013
Komponen APBD
Realisasi Prosentase
Pertumbuhan (%)
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Pendapatan Asli Daerah 26,642,958,986 33,114,423,578 45,792,139,712 50
Dana Perimbangan 490,496,576,488 655,581,491,264 713,207,385,438 26
Dana Bagi Hasil 131,595,894,111 142,410,996,367 128,743,770,622 -5
Dana Alokasi Umum 318,149,082,377 356,539,892,000 415,479,351,000 23
Dana Alokasi Khusus 40,751,600,000 47,627,950,000 62,093,770,000 39
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang
Sah 120,768,039,246 55,859,230,102 64,456,633,208 -11
Total Pendapatan 637,907,574,720 744,555,144,945 823,456,158,358 19
Sumber : Hasil Analisa
Rata-rata pertumbuhan total pendapatan APBD Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun
2011 – 2013 meningkat 19 %. Komponen APBD yang mempunyai pertumbuhan paling besar
adalah dari Pendapatan Asli Daerah yaitu sebesar 50 %, sedangkan untuk komponen
lain-lain pendapatan daerah yang sah mengalami penurunan paling besar yaitu turun 11 %. Dari
beberapa komponen APBD yang kontribusinya paling besar dalam pendapatan daerah adalah
dari Dana Perimbangan yaitu pada tahun 2013 sebesar Rp. 713,207,385,438. Selanjutnya
hasil dari realisasi pertumbuhan APBD 3 tahun terakhir ini akan diproyeksikan pendapatan
Tabel 9.13 Proyeksi Pendapatan APBD Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 - 2019
Uraian Proyeksi
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Pendapatan Asli
Daerah 103,623,008,529 155,879,436,521 234,488,450,731 352,739,493,760 530,623,790,086 Dana Perimbangan 1,125,439,787,759 1,413,759,320,851 1,775,941,671,009 2,230,909,301,399 2,802,432,305,247
Dana Bagi Hasil 115,001,044,308 108,689,993,792 102,725,282,380 97,087,903,605 91,759,894,040
Dana Alokasi Umum 624,134,620,770 764,966,978,181 937,577,340,262 1,149,136,229,465 1,408,432,155,049
Dana Alokasi Khusus 119,642,672,960 166,075,338,517 230,528,267,056 319,995,023,863 444,183,338,577 Lain-Lain
Pendapatan Daerah yang Sah
50,504,420,366 44,705,430,169 39,572,288,368 35,028,541,293 31,006,513,793
Total Pendapatan 1,012,905,766,934 1,240,317,177,180 1,544,891,628,796 1,953,987,191,986 2,506,005,691,544
Sumber : Hasil Analisa
Hasil dari proyeksi Pendapatan APBD Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 –
2019 terus mengalami peningkatan kecuali untuk dana bagi hasil dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah. Dana bagi hasil mengalami penurunan sebesar Rp. 29,918,649,959
sedangkan lain-lain pendapatan daerah yang sah mengalami penurunan sebesar Rp.
26,049,116,069Total pendapatan sampai tahun 2019 mencapai Rp. 2,506,005,691,544, atau
rata-rata pertumbuhan sebesar 24,38 % dengan konstribusi paling besar masih dari dana
perimbangan dan pendapatan asli daerah.
Dari proyeksi pendapatan daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara tersebut tentunya
dapat diperkirakan seberapa besar kemampuan APBD dalam membiayai program-program
cipta karya selama 5 tahun kedepan. Sementara itu dengan membandingkan antara
kebutuhan anggaran untuk pengembangan atau pembangunan program-program sektor
Cipta Karya Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2015-2019, rata-rata porsi pembiayaan
sektor cipta karya terhadap proyeksi pendapatan daerah masih relative kecil, yaitu dibawah
3 % dari proyeksi pendapatan daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara pada periode yang
sama.
Tabel 9.14 Porsi Anggaran Sektor Cipta Karya Terhadap Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun 2015-2019
2015 20,610,345,000 1,012,905,766,934 2.03
2016 104,242,800,000 1,240,317,177,180 8.40
2017 34,132,700,000 1,544,891,628,796 2.21
2018 35,897,700,000 1,953,987,191,986 1.84
2019 23,675,400,000 2,506,005,691,544 0.94
9.4.2
Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Rencana pembiayaan perusahaan daerah dalam konteks ini adalah rencana
pembiayaan PDAM Kabupaten Hulu Sungai Utara yang mengacu pada dokumen masterplan
PDAM yang disusun pada tahun 2013. Dalam rencana pengembangan SPAM PDAM Intan,
untuk 5 tahun ke depan telah menyusun rencana pengembangan, yaitu :
1. Air Baku
2. Perpompaan
3. IPA
4. Pipa Transmisi
5. Pipa Distribusi
6. Meter Induk
7. Sambungan Rumah
8. Hidran Umum
9. Penurunan Kebocoran
10.Peningkatan Manajemen
11.Pelatihan
Untuk pelaksanaan rencana tersebut dalam periode 5 tahun kedepan yaitu mulai
tahun 2015 hingga tahun 2019, diperlukan dana lebih kurang Rp. 4,474 milyar, dengan
Tabel 9.15 Rencana Pelaksanaan Pengembangan Air Minum PDAM Kabupaten Hulu Sungai Utara
U R A I A N
RENCANA PELAKSANAAN DAN SUMBER DANANYA
2015 2016 2017 2018 2019
JUMLAH BIAYA DITANGGUHKAN 460,000 APBD.II 380,000 APBD.II 120,000 460,000 APBD.II 380,000 Biaya APBD.II
JUMLAH INVESTASI AIR BAKU 250,000 APBN 125,000 APBN 125,000 250,000 APBN 125,000 300,000 APBN
JUMLAH INVESTASI PERPOMPAAN 866,000 APBN 526,000 APBN 440,000 866,000 APBN 526,000 0 APBN
JUMLAH INVESTASI IPA 3,060,000 APBN 1,950,000 APBN 1,950,000 3,060,000 APBN 1,950,000 0 APBN
JUMLAH INVESTASI RUMAH POMPA 308,000 APBD.I 154,000 APBD.I 154,000 308,000 APBD.I 154,000 0 APBD.I
JUMLAH INVESTASI RESERVOIR 1,050,000 APBN 525,000 APBN 1,100,000 1,050,000 APBN 525,000 0 APBN
JUMLAH INVESTASI PIPA TRANSMISI 80,400 APBN 26,800 APBN 57,700 80,400 APBN 26,800 0 APBN
JUMLAH INVESTASI PIPA
DISTRIBUSI 4,300,805 APBD II 3,039,316 APBD II 2,507,224 4,300,805 APBD II 3,039,316
0
APBD II
JUMLAH INVESTASI METER INDUK 115,000 APBN 50,000 APBN 115,000 APBN 50,000 1,898,300 APBN
JUMLAH INVESTASI SAMBUNGAN
RUMAH 1,201,500 PDAM 1,230,000 PDAM 3,582,000 1,201,500 PDAM 1,230,000
PDAM
JUMLAH INVESTASI HIDRAN UMUM 185,000 PDAM 166,500 PDAM 148,000 185,000 PDAM 166,500 1,818,000 PDAM
JUMLAH INVESTASI PENURUNAN
Jumlah 12,186,705 8,422,616 10,293,924 12,186,705 8,422,616 200,000
9.4.3
Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta
Rencana kerjasama pemerintah dan swasta pada umumnya terfasilitasi dalam
program Coorporate Social Responsibility (CSR) yang merupakan program kepedulian
perusahaan terhadap limgkungan atau masyaralat sekitar usahanya. Selain itu bentuk lain
dari kerjasama pemerintah dan swasta adalah berupa kegiatan investasi yang dilakukan oleh
swasta namun menggunakan sarana dan prasarana pemerintah dengan berbagi bentuk.
Tabel 9.16 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama
Sumber : Satker Randal Prov. Kalimantan Selatan
9.5
Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
9.5.1
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
A. Analisis Ketersediaan Dana untuk Pelaksanaan RPI2-JM (Net Public Saving)
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan
daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain,
NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi
dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi
APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran
pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya.
Net Public Saving diperhitungkan dengan rumus:
NPS = (PAD+DBH+DAU+DAK+pendapatan transfer+pendapatan lainnya yang sah)-Belanja
Wajib
Belanja Wajib = Belanja mengikat dan Kewajiban Daerah
Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh
Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai,
belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang
mengikat sesuai peraturan yang berlaku.
Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan
lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku
Yang termasuk dalam perhitungan public saving Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah
yang sah. Kemudian dikurangi belanja wajib yaitu belanja daerah dan pengeluaran
pembiayaan.
Tabel 9.17 Trend Pertumbuhan Komponen-Komponen Pembentuk NPS Tahun 2011-2013
No Uraian
Realisasi Prosentase
Pertumbuhan (%) Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
1 PENERIMAAN DAERAH
Pendapatan Asli Daerah 26,642,958,986 33,114,423,578 45,792,139,712 50
Dana Perimbangan 490,496,576,488 655,581,491,264 713,207,385,438 26 Dana Bagi Hasil 131,595,894,111 142,410,996,367 128,743,770,622 -5 Dana Alokasi Umum 318,149,082,377 356,539,892,000 415,479,351,000 23 Dana Alokasi Khusus 40,751,600,000 47,627,950,000 62,093,770,000 39
Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah 120,768,039,246 55,859,230,102 64,456,633,208 -11 Total Pendapatan 637,907,574,720 744,555,144,945 823,456,158,358
2 BELANJA WAJIB DAERAH
Pembelanjaan 317,614,786,155 339,765,923,057 367,511,953,339 12
3 NET PUBLIC SAVING 320,292,788,565 404,789,221,888 455,944,205,019 26 Sumber : Hasil Analisa
NPS selama 7 tahun dasar (2011-2013) mencapai pertumbuhan rata-rata 26 % dan
secara nilaipun menunjukkan pertumbuhan positip, di mana pada tahun 2011 NPS baru
mencapai Rp. 320,292,788,565, sedangkan di tahun 2013 telah menjadi Rp.
455,944,205,019.
Tabel 9.18 Proyeksi Net Public Saving (NPS) Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015 – 2019
No Uraian
Proyeksi Pertum buhan
Rata-Daerah 103,623,008,529 155,879,436,521 234,488,450,731 352,739,493,760 530,623,790,086 50 Dana
Perimbangan 1,125,439,787,759 1,413,759,320,851 1,775,941,671,009 2,230,909,301,399 2,802,432,305,247 26 Dana Bagi Hasil 115,001,044,308 108,689,993,792 102,725,282,380 97,087,903,605 91,759,894,040 -5
Dana Alokasi
Umum 624,134,620,770 764,966,978,181 937,577,340,262 1,149,136,229,465 1,408,432,155,049 23 Dana Alokasi
Khusus 119,642,672,960 166,075,338,517 230,528,267,056 319,995,023,863 444,183,338,577 39 Lain-Lain
Pendapatan Daerah yang Sah
50,504,420,366 44,705,430,169 39,572,288,368 35,028,541,293 31,006,513,793 -11
Total
Pendapatan 1,012,905,766,934 1,240,317,177,180 1,544,891,628,796 1,953,987,191,986 2,506,005,691,544 20 2 BELANJA WAJIB
DAERAH
Pembelanjaan 458,157,502,767 511,548,092,852 571,160,462,768 637,719,656,836 712,035,211,164
12
3 NET PUBLIC
SAVING 554,748,264,167 728,769,084,327 973,731,166,029 1,316,267,535,150 1,793,970,480,380 28
Sumber : Hasil Analisa
Berdasarkan hasil proyeksi, diperkirakan Net Public Saving (NPS) terus meningkat
dengan pertumbuhan dengan rata-rata 28 % pertahun. Pada 2015 diperkirakan NPS mampu
mencapai Rp. 554,748,264,167, sedangkan NPS tahun 2019 diperkirakan mencapai Rp.
1,793,970,480,380.
B. Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio/DSCR)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman
Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan
bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No.
30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
2. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untu mengembalikan pinjaman
yang ditetapkan oleh Pemerintah.
3. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
4. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib
memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang
bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan
keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost
Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR
merupakan gambaran kemampuan meminjam dengan rasio DSCR = (PAD+BD+DAU)-BW/
P+B+Bl. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman,
sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah.
Untuk mengetahui proyeksi APBD dan NPS (Net Public Saving) dan DSCR (Debt Service Cost Ratio) Kabupaten Hulu Sungai Utara akan dijabarkan pada tabel 9.19 berikut ini.
Tabel 9.19 Proyeksi DSCR Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2015-2019
No Uraian
Daerah 103,623,008,529 155,879,436,521 234,488,450,731 352,739,493,760 530,623,790,086 50 Dana
Perimbangan 1,125,439,787,759 1,413,759,320,851 1,775,941,671,009 2,230,909,301,399 2,802,432,305,247 26 Dana Bagi Hasil 115,001,044,308 108,689,993,792 102,725,282,380 97,087,903,605 91,759,894,040 -5
Dana Alokasi Umum 624,134,620,770 764,966,978,181 937,577,340,262 1,149,136,229,465 1,408,432,155,049 23
Dana Alokasi
Khusus 119,642,672,960 166,075,338,517 230,528,267,056 319,995,023,863 444,183,338,577 39 Lain-Lain
No Uraian
Proyeksi Pertum
buhan Rata-rata
(%) Tahun
2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019
2 BELANJA WAJIB DAERAH
Pembelanjaan 458,157,502,767 511,548,092,852 571,160,462,768 637,719,656,836 712,035,211,164 12 3
DSCS (Debt Service Coverage Ratio)
221,899,305,667 291,507,633,731 389,492,466,411 526,507,014,060 717,588,192,152 28 DSCR (1-2)/3
minimal 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Sumber : Hasil Analisa
Pada tabel diatas menunjukkan proyeksi Kemampuan meminjam Kabupaten Hulu
Sungai Utara 2015 - 2019, dimana DSCR minimal sebesar 2,5. Dengan demikian berdasarkan
DSCR Kabupaten Hulu Sungai Utara minimal 2,5, maka sebagian sumber dana untuk
pelaksanaan RPI2-JM memiliki peluang dilakukan dengan menggunakan pinjaman kepada
pihak perbankan atau melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP).
Gambar 9.6 Grafik Proyeksi Besaran Pinjaman 2015 - 2019
9.5.2
Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam
RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan
pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini,
Satgas RPI2-JM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan
1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten dan provinsi; yaitu dengan memperhatikan
kemampuan keuangan daerah yang ada sebagai pendamping bantuan dari APBN dalam
investasi di bidang cipta karya di daerah;
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran; dalam hal
ini adalah dengan menggali potensi daerah dalam penerimaan asli daerah ataupun
penerimaan yang syah lainnya dan memperketat pengawasan penggunaan dana
anggaran;
3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah, yaitu dengan :
a. meningkatkan pendapatan,
b. meningkatkan effisiensi penerimaan operasi,
c. mengurangi tingkat kehilangan air,
d. menambah sambungan pelanggan pada daerah yang mampu dilayani,
e. effisiensi biaya operasi dan pemeliharaan,
4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan
pembangunan bidang Cipta Karya;
5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur
permukiman yang sudah ada; dan
6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.
Dalam upaya peningkatan investasi Bidang Cipta Karya di Kabupaten Hulu Sungai
Utara adalah dengan melihat potensi keuangan yang ada maka diupayakan dengan
menggunakan sumber-sumber dana yang ada, antara lain :
1. APBN
2. APBD Provinsi
3. Pinjaman Perbankan
4. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP)