• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN MUTU TERHADAP BIJI KOPI PADA PROSES SORTASI DI KELOMPOK TANI RAHAYU IV, DOESON KOPI SIRAP, KECAMATAN JAMBU, KAB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGAWASAN MUTU TERHADAP BIJI KOPI PADA PROSES SORTASI DI KELOMPOK TANI RAHAYU IV, DOESON KOPI SIRAP, KECAMATAN JAMBU, KAB."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGAWASAN MUTU TERHADAP BIJI KOPI PADA

PROSES SORTASI DI KELOMPOK TANI RAHAYU IV,

DOESON KOPI SIRAP, KECAMATAN JAMBU, KAB.

SEMARANG

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

Disusun oleh:

Nama : Hieronimus Ardi W.A NIM : 15.I1.0049

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK

SOEGIJAPRANATA SEMARANG

2018

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

PENGAWASAN MUTU TERHADAP BIJI KOPI PADA PROSES SORTASI DI KELOMPOK TANI RAHAYU IV, DOESON KOPI SIRAP, KECAMATAN JAMBU,

KAB. SEMARANG

Hieronimus Ardi W.A NIM: 15.I1.0049

Program Studi: Teknologi Pangan

Laporan Kerja Pratek ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan sidang penguji pada tanggal:

Semarang,

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata

Pembimbing Lapangan, Pembimbing Akademik,

Ngadiyanto Dr. Rika Pratiwi, MSi

Dekan,

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek periode Februari-Maret 2018 yang bertempat di Kelompok Tani Rahayu IV, Doesoen Kopi Sirap dan menyelesaikan laporan kerja praktek dengan judul “Pengawasan Mutu Biji Kopi Berjenis Robusta Dan Arabica Pada Proses Sortasi Di Kelompok Petani Desa Rahayu IV, Doeson Kopi Sirap, Kecamatan Jambu, Kab. Semarang”. Banyak pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman yang penulis dapatkan selama melaksanakan kerja praktek sampai dengan penulisan laporan kerja praktek ini. Penulis mengucapkan terimakasih atas segala pengalaman dan pengetahuan yang diberikan sehingga bermanfaat bagi penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta membantu, khususnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan penyertaan-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis.

2. Bapak Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, STP, Msc selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

3. Ibu Dr. Rika Pratiwi, MSi. selaku dosen pembimbing akademik yang telah menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Ibu Meiliana S. Gz., M. S. selaku Koordinator Kerja Praktek yang telah membantu merencanakan dan melaksanakan kerja praktek.

5. Kakak Nisa yang telah memberikan informasi mengenai kerja praktek dan membantu penulis melakukan kerja praktek di Kelompok Tani Rahayu IV, Doesoen Kopi Sirap. 6. Bapak Ngadiyanto ketua Kelompok Tani Rahayu IV, Doesoen Kopi Sirap yang telah

mengijinkan dan mendampingi penulis selama kerja praktek.

7. Mas Wahyu D. Nillah selaku mandor pada proses produksi yang mendampingi dan memberikan informasi terutama tentang proses produksi dari awal hingga akhir kepada penulis.

8. Bapak Mindarji selaku penanggung jawab Quality Control yang telah memberikan bimbingan dan membantu memberikan banyak informasi di lapangan kepada penulis selama pelaksanaan kerja praktek sampai akhir penulisan laporan.

9. Kedua orangtua dan yang telah memberikan dukungan moril dan materiil pada penulis selama kerja praktek dan penulisan laporan kerja praktek.

(4)

iii 10. Mikkyu Gisen, Victor Bagas A, Nathanael Yudhistira yang telah saling mendukung dan

membantu selama kerja praktek bersama di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). 11. Alhiqna Bilfauz, Aloysius Ladaywa, Carlos Darma D., Petrus Ari Cahyadi, dan Aurelius

Fernaliz T. yang telah memberikan dukungan dan juga semangat selama penulis melakukan kerja praktek dan penyelesaian laporan ini.

12. Staff Tata Usaha Fakultas Teknologi Pertanian yang telah membantu dalam mengurus administrasi dan menyediakan berkas-berkas untuk kerja praktek.

13. Semua pihak yang telah memberi dukungan, saran maupun kritik yang sangat membantu selama penulis melakukan kerja praktek hingga proses penyusunan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kerja praktek ini masih ada kekurangan dalam segi penyusunan kalimat maupun tata bahasa yang penulis gunakan.Oleh sebab itu, penulis menerima saran dan kritik dari pembaca supaya penulis dapat memperbaiki diri menjadi lebih baik.Akhir kata, penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat dan memberikan sedikit pengetahuan bagi para pembaca. Terima kasih.

Semarang, 12 Juni 2017

(5)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan... 2

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 2

1.4. Metode Pelaksanaan ... 2

2. PROFIL PERUSAHAAN... 3

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 3

2.2. Lokasi Perusahaan ... 4

2.3. Kegiatan Perusahaan ... 5

2.3.1. Pemupukan ... 5

2.3.2. Penggunaan Bibit ... 5

2.3.3. Penggunaan Sarana dan Prasarana ... 6

2.3.4. Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman ... 7

2.4. Kelembagaan Perusahaan ... 8

3. SPESIFIKASI PRODUK ... 9

3.1. Jenis Produk ... 9

3.2. Daerah Pemasaran ... 10

4. PROSES PRODUKSI... 11

4.1. Pemanenan dan Persiapan Bahan Baku ... 11

4.2. Pegolahan Tanaman Kopi ... 11

4.2.1. Penyiapan bibit... 11

4.2.2. Penyiapan Lahan dan Pohon Peneduh ... 11

4.2.3. Pemupukan ... 12

4.2.4. Pemanenan ... 12

4.3. Pengolahan dengan Proses Basah ... 12

4.3.1. Pengupasan kulit buah ... 13

4.3.2. Sortasi ... 13

(6)

v

4.3.4. Pengeringan biji kopi ... 13

4.3.5. Pengupasan kulit tanduk ... 13

4.3.6. Sortasi Akhir Biji Kopi. ... 14

4.4. Pengolahan dengan Proses Kering ... 14

4.5. Pengemasan dan penyimpanan... 15

4.6. Pegawasan Mutu Biji Kopi ... 16

5. PEMBAHASAN ... 17

5.1. Sortasi Awal ... 19

5.2. Pengeringan ... 19

5.3. Pengupasan Kulit Buah Kulit Tanduk ... 19

5.4. Sortasi dan Pengeringan Biji Kopi ... 20

5.5. Pengemasan dan Penyimpanan ... 20

5.6. Pemilihan Biji ... 20

5.7. Jenis Kerusakan Biji Kopi ... 21

5.7.1. Kerusakan Biji Kopi Terkena Seranggan Serangga ... 21

5.7.2. Kerusakan Biji Hitam ... 22

5.7.3. Biji Berlubang ... 22

5.7.4. Biji Pecah ... 23

5.7.5. Biji Kecil ... 24

6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

6.1. Kesimpulan... 25

6.2. Saran ... 25

7. DAFTAR PUSTAKA ... 26

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kopi Robusta Kelir...9

Gambar 2. Kopi Arabika Kelir...9

Gambar 3. Kerusakan Kopi Terkena Seranggan Serangga...21

Gambar 4. Kerusakan Biji Hitam...21

Gambar 5. Kerusakan Biji Berlubang...22

Gambar 6. Kerusakan Biji Pecah...23

(8)

vii

DAFTAR TABEL

(9)

1

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pada jaman yang sudah modern ini banyak masyarakat yang sering menikmati berbagai olahan dari kopi. Banyak orang yang menikmati minuman kopi untuk setiap aktivitas yang mereka lakukan. Misalnya mengawali aktivitas dipagi hari, teman nongkrong dengan teman-teman, dan teman untuk begadang mengerjakan tugas yang bisa sampai lembur. Hal ini sudah menjadi kebiasaan yang telah dilakukan dikalangan masyarakat umum.

Pada era sekarang minuman kopi merupakan salah satu jenis minuman yang dapat dijadikan gaya hidup dan kemudian menjadi budaya di Indonesia. Banyak orang mengetahui manfaat dengan meminum kopi adalahakan merasa lebih bersemangat dalam beraktivas dan dapat menghilangkan kantuk. Namun banyak orang yang tidak begitu mengerti tentang bagaimana proses pengolahan kopi secara spesifik, terutama bagaimana proses pengawasan mutu terhadap pengolahan biji kopi sehingga dapat tercipta kopi dengan kualitas yang berbeda – beda.

Salah satu aspek standart mutu yang saat ini mulai dipersyaratkan oleh pasar dunia , terutama uni eropa, adalah tidak adanya kontaminasi senyawa okratoksin pada biji kopi yang akan diperdagangkan melalui ekspor. Okratoksin merupakan senyawa toksin atau racun yang yang dihasilkan oleh Aspergillus ochraceus . Senyawa ini berbahaya bagi kesehatan, oleh karena itu keberadaannya pada berbagai komoditas dilarang.

Kelompok Tani Rahayu IV adalah salah satu kelompok petani yang sangat berkompeten pada bidang kopi. Prose pengolahan biji kopi mulai dari pasca panen hingga produksi yang menghasilkan produk berkualitas. Doesoen Kopi Sirap yang mulai diperkenalkan Mei 2017 lalu. Berlokasi di Jambu Kabupaten Semarang, tempat ini memiliki potensi alam yang layak dijual. Warga pun mengembangkannya jadi sebuah kampung yang patut menjadi destinasi wisata di wilayah Selatan Semarang.

Penerapan sistem manajemen mutu tersebut bertujuan untuk mencapai konsistensi mutu yang diinginkan oleh konsumen dimana tanggung jawab utama terletak pada siapa yang melaksanakan tugas dan tidak pada pemeriksa yang memeriksa apakah sasaran mutu telah dicapai. Jaminan mutu merupakan aspek yang penting dan manajemen yang baik, dengan manajemen yang baik nantinya akan menyumbangkan pencapaian sasaran mutu yang sudah ditentukan. Pedoman mutu ini menjelaskan prinsip-prinsip di Doesoen Kopi Sirap dan sasaran mutu yang akan dicapai melalui formulasi dan implementasi.

(10)

2

1.2. Tujuan

Tujuan dari dilaksanakannya kerja praktek di Kelompok Tani Rahayu IV adalah untuk menerapkan dasar – dasar teori yang telah diperoleh pada perkuliahan, dapat mengetahui dan merasakan situasi di dunia kerja, menambah pengetahuan mengenai bidang pangan terutama pengetahuan tentang pengolahan kopi secara lengkap dan pengawasan mutu yang diterapkan dalam pengolahan kopi, mengetahui masalah – masalah yang berkaitan dengan bidang pangan yang muncul di lapangan serta belajar menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktek kerja lapangan di Kelompok Tani Rahayu IV, doesoen kopi sirap kecamatan Jambu Kabupaten Semarang dilakukan selama 20 hari terhitung dari tanggal 19 Februari 2018 – 16 Maret 2018.

1.4. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan Kerja Praktek ini dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan langsung, wawancara, dan pengawasan secara langsung proses yang menjadi fokus judul, dan berperan langsung dalam kegiatan produksi di tempat praktek serta melalui studi pustaka yang berkaitan dengan kerja praktek.

(11)

3

2. PROFIL PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Wisata edukasi kopi dan budaya pedesaan ini terbentuk dari gagasan Kelompok Tani Rahayu IV yang dipimpin oleh Bapak Ngadiyanto bersama Karang Taruna Dusun setempat. Mereka melihat bahwa sebenarnya di dusunnya terdapat potensi alam yang bisa dikembangkan dan juga bisa mengangkat ekonomi para petani kopi. Berkat ketekunan dan kerja keras dalam pengolahan kopi telah banyak prestasi yang telah diraih mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional yaitu Juara 1 Penghargaan Adhi Pangan Nasional tahun 2015. Hal ini juga tidak lepas dari campur tangan Pemerintah Desa maupun Pemerintah Kabupaten melalui dinas terkait, baik dari segi pelatihan SDM, pemodalan, promosi sampai pemasarannya.

Doesoen Kopi Sirap merupakan salah satu tempa edukasi mengenai pengolahan kopi dan semua yang berbuhungan dengan tanaman kopi. Mereka bekerjasama denga Kelompok Tani Rahayu IV untuk mengelolah tempat wisata tersebut. Kelir adalah sebuah nama Gunung, di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Di lereng Gunung inilah, puluhan hektar tanaman kopi dibudidayakan oleh petani desa. Tak hanya itu, anak-anak petani kopi di Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu pun akhirnya mendirikan warung kopi bernama Warung Ndeso Doesoen Kopi Sirap.

Sejak berdiri pada Februari 2017 lalu, jumlah pengunjung ke warung kopi dari hari ke hari terus meningkat. Terutama saat akhir pekan. Pada hari biasa atau kerja rata-rata jumlah pengunjung hanya sekitar 20 orang, tetapi pada hari Minggu dan akhir pekan hampir 60 pembeli yang menikmati kopi Kelir.

Pengelola berharap destinasi wisata edukasi di hamparan Pegunungan Kelir ini dapat menjadi icon di Kabupaten Semarang yang wajib dikunjungi wisatawan baik dalam maupun luar negeri serta mengangkat taraf ekonomi warga Dusun Sirap khususnya dan Desa Kelurahan pada umumnya agar menjadi lebih sejahtera.

Kafe ini dimodali dari tabungan petani kopi dengan rintisan modal awal Rp 5 juta. Kedai itu kini mempunyai 3 barista kampung yang semuanya anak petani kopi setempat. Setiap hari terjual 25 hingga 30 cangkir kopi. Bahkan, saat akhir pekan bisa sampai 60 cangkir. Kopi

(12)

4 yang ditawarkan sebagian besar hasil produksi petani setempat, yakni jenis robusta dan arabika.

Gunung Kelir yang berada sekitar 60 kilometer barat daya pusat Kota Semarang merupakan kawasan pegunungan dengan ikon tanaman kopi varian java moca. Kopi ini beraroma moca, terpengaruh tanaman cokelat yang dulu tumbuh subur di perkebunan milik Belanda dan kini dikelola PTPN IX.

Di Dusun Sirap terdapat 1.600 pohon kopi milik sekitar 100 petani. Potensi kebun kopi di kawasan Gunung Kelir lebih dari 500 hektare. Jika panen raya dan memuaskan, hasil kopi bisa mencapai 60 ton. Hampir 60 persen petani mengirim kopi belum terseleksi (all grade) untuk keperluan ekspor, sisanya lokal Indonesia.

Meski letaknya berada di ketinggian dari jalan raya Semarang-Jogja, namun hal itu tak menyurutkan pengunjung. Menurut Imam, pengunjung atau pembeli tidak hanya dari daerah Kabupaten Semarang, dan sekitar tetapi juga dari manca negara. Beberapa di antaranya dari Kanada, Pakistan, Malaysia, dan China.

Melalui program pembinaan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dintanbun) Provinsi Jawa Tengah, kualitas kopi Sirap Gunung Kelir terus meningkat. Tak hanya kualitas, tapi jumlah produksi juga diharapkan terus bisa meningkat. Menurut Muji Slamet, PPOT Muda Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Dintanbun Provinsi Jawa Tengah, pihaknya mendampingi petani kopi di lereng Gunung Kelir sejak tahun 2002 hingga sekarang.

2.2. Lokasi Perusahaan

Pada kerja praktek lapangan ini, penulis ditempatkan pada bagian produksi hulu ke hilir serta pengawasan mutu yang ada di Kelompok Tani Rahayu IV Doesoen Kopi Sirap. Pada bagian produksi penulis belajar mulai dari pemetikan buah kopi di kebun sampai dengan menjadi hasil akhir yaitu kopi bubuk. Selain itu pada beberapa tahap dalam proses produksi terdapat pula analisa yang dilakukan untuk mengetahui mutu dari produk yang akan dihasilkan nanti. Kelompok Tani Rahayu IV Doesoen Kopi Sirap memilik pedoman mutu yang diterbitkan sebagai dasar acuan bagi seluruh personil di pabrik tersebut.

Potensi wilayah di Kelompok Tani Rahayu IV Doesoen Kopi Sirap memiliki ketinggian tempat yaitu 700 sampai dengan 11050 mdpl. Topografi pada lokasi adalah berbukit hingga adanya lereng-lereng gunung. Lalu luas hamparan pada Kelompok Tani Rahayu IV Doesoen

(13)

5 Kopi Sirap totalnya mencapai 122,25 Ha yang terdiri dari Tengalan sebesar 16 hA, Pekarangan mencapai 4,25 Ha, dan lain-lain hingga 2,30 Ha.

2.3.Kegiatan Perusahaan 2.3.1. Pemupukan

Perawat dalam hal tanaman ini sangat penting dilakukan agar kualitas kopi yang dihasilkan selalu baik dan mampu bersaing. Salah satu cara perawatan tanaman adalah dilakukannya pemupukan pada tanaman. Kelompok Tani Rahayu IV menggunakan pupuk anorganik atau NPK sebanyak 0.25 kg dalam satu pohon kopi. Sedangkan penggunaan pupuk organik 25 kg/pohon. Contoh dari pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang, bokashi, ataupun kulit kopi. Untuk pupuk anorganik para petani mendapatkan dari pemerintah setempat dan untuk pupuk organik yang digunakan para petani membuat sendiri.

2.3.2. Penggunaan Bibit

Robusta adalah jenis kopi yang dominan dibudidayakan petani di Lampung. Jenis kopi ini memiliki banyak keunggulan diantaranya lebih adaptif di dataran rendah dan tinggi, produktivitas tinggi, dan cita rasa tergolong baik. Oleh karenanya kopi robusta berkembang di masyarakat dan muncul banyak sekali variasi kultivar dan beberapa diantaranya memiliki keunggulan yakni produktivitas tinggi. Varietas yang digunakan adalah BP 46 dan TS.

Pengembangan kopi unggul ini dapat dilakukan dengan mudah oleh petani dengan teknologi sambung. Petani kopi umumnya sudah mengenal sejak lama teknologi sambung pada kopi. Teknologi sambung dapat dengan mudah dilakukan untuk memperbanyak kultivar unggul yang dikehendaki baik di lahan kebun maupun di pembibitan.

Namun demikian, ada beberapa kelemahan penerapan teknologi sambung yang berkembang di masyarakat tani di Lampung diantaranya:

1. Sebagian petani cenderung menyukai 1 klon/kultivar unggul saja dalam penerapan teknologi sambung, akibatnya dalam satu bagian kebun terbentuk 1 klon/kultivar saja. 2. Pemilihan bahan sambungan atas (entres) lebih menyukai cabang kipas (petani menyebutnya tunas raja), dampaknya percabangan tanaman tumbuh sangat panjang, kaku, dan mendatar sehingga tajuk tanaman menjadi sangat lebar dan rimbun, padahal jarak tanam yang dipakai terlalu sempit (rata-rata 2mx2m).

(14)

6

2.3.3. Penggunaan Sarana dan Prasarana

Alat dan Mesin: Alat dan mesin pengolahan kopi biasa digunakan pada penanganan pasca panen kopi secara berkelompok, menengah dan besar yang menangani proses pengolahan kopi dengan cara kering, semi basah maupun basah. Proses pengolahan kopi dengan bantuan alat dan mesin memerlukan biaya investasi yang relatif cukup besar, dan membutuhkan tenaga terlatih serta biaya operasional untuk bahan bakar dan listrik. Alat dan mesin yang dipergunakan untuk penanganan pasca panen kopi harus memenuhi persyaratan minimum yang telah ditetapkan,dan telah teruji kinerjanya oleh Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian. Selain itu alat dan mesin harus memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomis, dan ergonomis.

Persyaratan peralatan dan mesin yang digunakan alam penanganan pasca panen kopi meliputi: 1)Permukaan yang berhubungan dengan bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak mudah mengelupas; 2)Mudah dibersihkan dan dikontrol; 3)Tidak mencemari hasil dan tidak bereaksi dengan produk; 4) Mudah dilakukan tindakan sanitasi.

Untuk mendapatkan kopi ose yang bermutu, digunakan sarana : 1. Puller

Mesin pengupas kulit buah kopi (pulper) yang digunakan untuk mengupas biji kopi dalam proses pengolahan cara basah dan semi basah.

2. Huller

Mesin pengupas (huller) biji kopi kering yang befungsi memisahkan kulit buah kering, kulit tanduk dan kulit ari sehingga diperoleh biji kopi pasar yang bersih dan bermutu baik.

3. Dryer

Mesin pengering yang berfungsi mempercepat proses difusi air sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang baik sampai tahap proses pengolahan selanjutnya.

4. Mesin Sortasi

Mesin sortasi biji kopi yang berfungsi untuk meningkatkan produktivitas kerja sortasi manual.

(15)

7

2.3.4. Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, menggangu kehidupan atau menyebabkan kematian pada tumbuhan. Organisme penganggu tanaman merupakan faktor pembatas produksi tanaman baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk tersebut masuk ke suat negara, karena dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang ditujunya.

2.3.5. Aspek Ekonomi

Adapun Aspek ekonomi di Kelompok Tani Rahayu IV sebagai berikut:

Tabel 1. Penyusunan Rencana Usaha untuk melakukan kegiatan yang terarah dan terukur, setiap tahunnya kelompok membuat RUK

No Rencana Kegiatan Volume Pelaksanaan Harga Satuan

1 Royongan pemeliharaan kopi 55.000 btg Januari –

Desember

2 Pengendalian PBKC 6000 btg Oktober –

November 3 Pembibitan kopi, cengkeh 10.000 btg kopi

5000 btg cengkeh

Februari – Oktober Kopi (Okulasi) Cengkeh (Zansibar)

4 Pemupukan kopi 15.000 btg Oktober – April

5 Pembelian pulper 1 unit Agustus Swadaya

6 Panen kopi 140 ton Agustus –

Desember

7 Pemasaran kopi 30 ton Agustus –

Desember

8 Pertemuan rutin 10 kali Januari –

Desember Tempat bergilir

Dari tabel 1. Dapat dilihat aspek ekonomi Kelompok Tani Rahayu IV. Penyusunan Rencana Usaha untuk melakukan kegiatan yang terarah dan terukur. Rencana kegiatan yang dilakukan beragam mulai dari pemasaran, pembelian, dan lain-lain.

(16)

8

2.4. Kelembagaan Perusahaan

Dari struktur diatas dapat diketahui bahwa ketua dari Kelompok Tani Rahayu IV adalah Bapak Ngadiyanto. Bagan ini berlaku dari 2012

(17)

9

3. SPESIFIKASI PRODUK 3.1. Jenis Produk

Produk Kopi Robusta Gunung Kelir yang terbuat dari biji pilihan dan yang berkualitas dan bermutu tinggi sehingga terciptalah cita rasa yang tak tertandingi, sehingga kopi gunung kelir banyak dikejar kejar orang orang dari manca negara jepang, korea, prancis, singgapor, dan negara negara tetangga, karena kopi gunung kelir memang udah dikenal dari jaman belanda,oleh karena itu para petani sangat antusias untuk merawatnya sampai saat ini. Petani kopi Gunung Kelir saat ini sangat sadar dengan memetik kopi merah sehingga petani kopi Gunung Kelir bisa menghasilkan produk kopi yang bekwalitas dan menghasilkan cita rasa yang berbeda dengan kopi lain daerah , karena kopi Gunung Kelir sendiri memang punya ciri khas yang berbeda dengan kopi-kopi dari daerah lain.

Produk Kopi Arabika Gunung Kelir yang terbuat dari biji yang berkualitas tinggi dan memliki nilai mutu yang tinggi pula. Rasa dan ciri khas yang unik menjadikan kopi Arabika Gunumg Kelir memiliki cita rasa yang enak. Produk ini banyak diminati dalam berbagai kalangan dan sering dikonsumsi oleh berbagai orang. Pada produk ini rasa masam menjadi ciri khas tersendiri.

Produk Kopi Gunung Kelir saat ini telah menjadi produk uggulan provinsi jawa tengah karena kopi Gunung Kelir telah mendapatkan penghargaan juara Nasional . sangat bersyukurlah petani Gunung Keir karena telah diakui oleh Dunia , maka saat in masyarakat. Berikut adalah gambar hasil produk Doeson Kopi Sirap :

Gambar 1. Kopi Robusta Kelir Gambar 2. Kopi Arabica Kelir

Pada gambar 1. Dapat dilihat adalah produk Kopi Robusta Gunung Kelir. Kopi ini berbentuk serbuk dan dikemas dengan kemasan plastik PE yang transparan dan lentur. Sedangkan pada gambar 2. adalah Kopi Arabika Gunung Kelir yang dikemas dengan kemasan yang berbeda

(18)

10 yaitu Flat Bottom Pouch. Hal ini dikarenakan agar cita rasa kopi tidak berubah dan terlihat lebih eksklusif.

Produk unggulan dari kelompok tani RAHAYU IV dusun sirap desa kelurahan yang terkenal adalah hasil akhir dari tanaman kopi yang telah di jadikan produk kopi siap seduh. Proses pasca panen hingga terciptakan kopi bubuk yang berkelas mulai dari petik menerapkan petik merah yang disini memilih kopi yan benar -benar merah.

3.2. Daerah Pemasaran

Proses pemasaran di Kelompok Tani Rahayu IV ini langsung dilakukan oleh bagian pemasaran. Pemasaran dilakukan di dalam negeri. Pemasaran di dalam negeri dikirim ke pabrik-pabrik pengolahan kopi bubuk. Biasanya kopi yang di kirim ke pabrik-pabrik dalam negeri adalah kopi dengan mutu lokal dengan kapasitas 50 kg/karung. Kopi yang dikirim ke pabrik-pabrik di dalam negeri biasanya diolah kembali menjadi produk yang bervariasi seperti produk permen kopi, minuman kopi, maupun kopi bubuk.

(19)

11

4. PROSES PRODUKSI

Pada kali ini penulis terlibat pada proses produksi produk kopi bubuk di Kelompok Tani Rahayu IV. Penulis melakukan proses produksi daam pengawasan pembimbing lapangan Kerja Praktek. Proses produksi pengolahan produk kopi bubuk di Kelompok Tani Rahayu IV yang sesuai dengan pedoman pada kelompok ini adalah sebagi berikut:

4.1. Pemanenan dan Persiapan Bahan Baku

Pada proses pengolahan di Kelompok Tani Rahayu IV bahan baku utama yang digunakan adalah kopi glondong spesies Coffea Robusta.Tahap awal proses pengolahan adalah pemanenen atau pemetikan buah kopi yang dilakukan oleh para pekerja borongan di tiga kebun milik Kelompok Tani Rahayu IV yaitu Kebun Doesoen Kopi Sirap. Proses pemanenan di kebun diawasi oleh mandor kebun, buah kopi yang dipanen adalah buah kopi yang berwarna merah, tepat masak, segar, sehat, tingkat kematangan seragam serta bebas kontaminan.

4.2. Pegolahan Tanaman Kopi

Kopi merupakan tanaman tahunan yang bisa mencapai umur produktif selama 20 tahun. Untuk memulai usaha budidaya kopi, faktor pengelolaan tanaman kopi yang baik dan benar akan mempengaruhi keberhasilan budidaya kopi diantaranya; jenis tanaman, teknik budidaya, penanganan pasca panen hingga pemasaran produk.

4.2.1. Penyiapan bibit

Setelah menyiapkan lahan yang cocok untuk budidaya tanaman kopi maka langkah selanjutnya ialah mencari bibit yang unggul. Pembibitan dapat dilakukan secara generatif dengan benih/ biji, terutama untuk jenis Kopi Arabika. Secara vegetatif dengan stek atau sambung, terutama untuk jenis Kopi Robusta. Bibit tanaman kopi yang dipilih oleh petani kopi di wilayah Kecamatan Jambu yaitu bibit unggul bermutu (okulasi) dan varietas BP 46,TS.

4.2.2. Penyiapan Lahan dan Pohon Peneduh

Budidaya kopi bisa dilakukan di dataran tinggi maupan rendah, tergantung dari jenisnya. Secara umum kopi menghendaki tanah gembur yang kaya bahan organik. Untuk menambah kesuburan maka diberikan pupuk organik dan penyubur tanah di sekitar area tanaman. Hal yang harus disiapkan sebelum memulai budidaya kopi adalah menanam pohon peneduh.

(20)

12 Guna pohon peneduh untuk mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk. Tanaman kopi menghendaki intensitas cahaya matahari tidak penuh.

Jenis pohon peneduh yang banyak di jumpai di perkebunan kopi petani lereng Gunung Kelir adalah pohon nangka, sengon, durian,lamtoro dan cengkeh. Pohon pelindung jenis sengon harus ditanam 4 tahun sebelum budidaya kopi. Sedangkan jenis lamtoro bisa lebih cepat, sekitar 1- 2 tahun sebelumnya. Tindakan yang diperlukan untuk merawat pohon pelindung adalah pemangkasan daun dan penjarangan. Jarak tanam; 2 x 2,5 m (tipe katai), 2,5 x 2,5 m (tipe tinggi), 5 x 2,5 m (sistem tanam campur).

4.2.3. Pemupukan

Tujuan pemupukan adalah untuk menjaga daya tahan tanaman, meningkatkan produksi dan mutu hasil serta menjaga agar produksi stabil tinggi. Petani kopi lereng Kelir melakukan pemupukan setahun 2 kali, pada awal dan akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan sebanyak 25 kg untuk setiap pohon dengan menggunakan pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk bokashi, dan pupuk kulit kopi. Sedangkan pupuk anorganik atau NPK yang digunakan sebanyak 0,25 kg untuk setiap pohon. Sebelum pemupukan, rumput di sekeliling batang dibersihkan dahulu. Setelah ditabur, pupuk ditututup dengan tanah.

4.2.4. Pemanenan

Tanaman yang dibudidayakan secara intensif oleh petani dengan memperhatikan perawatan yang baik sudah bisa berbuah pada umur 2,5 -3 tahun untuk jenis robusta dan 3-4 tahun arabika. Hasil panen tahun pertama biasanya tidak terlalu banyak, produktivitas tanaman kopi akan mencapai puncaknya pada umur 7- 10 tahun. Panen budidaya kopi dilakukan secara bertahap, panen raya bisa terjadi dalam 2-3 bulan. Kiat yang dilakukan petani ketika tanaman kopi yang ditanam sudah tidak berproduksi dengan baik lagi ialah dengan peremajaan kembali.

4.3. Pengolahan dengan Proses Basah

Berikut tahapan untuk mengolah kopi dengan proses basah atau yang juga dikenal dengan sebutan wet process. Pada umumnya, proses ini bertujuan untuk menghilangkan semua kulit-kulit daging yang melekat pada biji kopi sebelum dikeringkan.

(21)

13

4.3.1. Pengupasan Kulit buah

Setelah dipanen kulit luar dan kulit daging buah kopi akan dibuang dengan menggunakan mesin khusus yang disebut depulper (pengupas) tipe silinder ,yang digunakan petani kopi

Kelir.

4.3.2. Sortasi

Buah-buah kopi biasanya ‘diseleksi’ terlebih dahulu dengan merendamnya di dalam air. Buah yang mengapung (buah kopi inferior) akan disingkirkan, sementara yang tenggelam (buah kopi superior) di dasar akan dibiarkan untuk diproses karena buah-buah demikianlah yang dianggap telah matang.

4.3.3. Fermentasi

Biji kopi yang sudah terlepas dari kulitnya ini kemudian dibersihkan (washed) dengan memasukkannya ke dalam bejana khusus berisi air agar sisa-sisa kulit yang masih melekat pada kopi bisa luruh sepenuhnya karena proses fermentasi. Durasi atau lamanya kopi difermentasi ini berbeda-beda pada setiap produsen. Umumnya berkisar antara 24-36 jam tergantung kepada temperatur, ketebalan layer getah pada buah kopi, dan konsentrat enzimnya. Jika suhu di sekitarnya semakin hangat, maka prosesnya akan semakin cepat pula.

Lama proses fermentasi yang dilakukan berkisar antara 12-36 jam. Proses fermentasi juga bisa diamati dari lapisan lendir yang menyelimuti biji. Apabila lapisan sudah hilang, proses fermentasi bisa dikatakan selesai. Setelah difermentasi biji kopi dicuci kembali dengan air. Lalu dibersihkan dari sisa-sisa lendir dan kulit buah yang masih menempel pada biji.

4.3.4. Pengeringan biji kopi

Langkah selanjutnya biji kopi hasil fermentasi dikeringkan secara alami. Proses pengeringan biasa dengan dijemur pada lantai jemur yang biasa petani lakukan di rumah produksi. Gagasan inovasi terbarukan dari Gapoktan Kelir yakni pembuatan para-para yang difungsikan untuk mengeringkan kopi dengan sistem kering angin, sehingga biji kopi hasil fermentasi masih dapat dijemur meski saat sedang hujan.

4.3.5. Pengupasan Kulit tanduk

Setelah biji kopi mencapai kadar 12-15% ,maka langkah selanjutnya yakni pengupasan kulit tanduk yang menyelimuti biji. Pengupasan kulit tanduk oleh petani Gn. Kelir dilakukan

(22)

14 dengan bantuan mesin pengupas (huller). Hal ini dilakukan guna mengurangi resiko kerusakan biji kopi. Hasil pengupasan pada pada tahap inilah yang disebut biji kopi beras (green bean).

4.3.6. Sortasi Akhir Biji Kopi.

Setelah dihasilkan greean bean atau biji kopi beras maka dilakukan sortasi kembali untuk memisahkan kotoran dan biji pecah. Selanjutnya biji

biji kopi dapat dikemas untuk dipasarkan.

4.4. Pengolahan dengan Proses Kering

Proses kering lebih sering digunakan untuk mengolah biji kopi Robusta, Hal ini dikarenakan kopi robusta tidak semahal arabika. Peralatan yang diperlukan unuk pengolahan proses kering lebih sederhana dan beban kerja lebih sedikit, sehingga mampu menghemat biaya produksi. Dalam proses kering (dry process) kopi jenis Arabika juga dapat diolah dengan proses ini. Berikut langkah-langkah dalam pengolahan kopi dengan proses kering (dry process).

4.4.1. Sortasi

Tidak berbeda dengan proses basah, pada proses juga juga dilakukan sortasi buah. Sortasi kering disebut juga sebagai pra-sortasi, dilakukan di kebun atau di rumah produksi Kopi Kelir, yaitu pemisahan buah matang dari buah hijau dan kotoran-kotoran yang mudah dilihat dengan mata seperti daun, kayu dll. Tujuan sortasi adalah untuk memperoleh buah kopi yang seragam mutunya dan dapat meningkatkan efisiensi proses berikutnya. Sortasi buah kopi sebelum pengolahan sangat menentukan mutu fisik kopi dan citarasa seduhan akhir.

4.4.2. Pengeringan

Buah kopi yang telah dipetik lalu disortasi di jemur pada lantai penjemuran dengan memanfaatkan terik sinar matahari. Selama proses penjemuran buah kopi harus dibolak balik secara berkala agar proses pengeringan merata. Sebagai media penjemuran petani Kelir biasa memanfaatkan atap rumah untuk mengeringkan kopi. Penjemuran ini dilakukan selama 5 hari apabila cuaca sedang bagus. Petani Kelir kini juga tengah berinovasi menciptakan alat penjemuran kopi yang biasa disebut dengan para-para, guna mengantisipasi cuaca yang sewaktu waktu dapat berubah. Perubahan cuaca yang tidak bisa di prediksi oleh petani juga akan mengakibatkan kerugian bagi petani karena membusuknya buah kopi yang belum

(23)

15 kering. Gapoktan Kelir sedang menggagas pembuatan alat jemur manual tersebut. Alat jemur ini difungsikan untuk menjemur biji kopi dengan sistem kering angin, jadi petani masih bisa menjemur buah kopi walaupun di saat musim hujan tiba.

4.4.3. Pengupasan Kulit Buah dan Kulit Tanduk

Buah kopi yang telah dikeringkan siap untuk dikupas kulit buah dan kulit tanduknya. Terdapat dua jenis mesin pengupas, yang diputar manual dan bertenaga mesin. Petani kopi di Lereng Kelir sendiri menggunakan mesin pulper tipe silinder bertenaga mesin selama proses pengupasan, mengingat kapasitas kopi di rumah produksi sangat besar maka tidak mungkin dikerjakan dengan alat manual.

4.4.4. Sortasi dan Pengeringan Biji Kopi

Setelah buah kopi dikupas, sortasi dilakukan lagi untuk memisahkan produk yang diinginkan dengan sisa kulit buah, kulit tanduk, biji pecah dan kotoran lainnya. Biji kopi akan stabil bila kadar airnya 12%. Bila belum mencapai 12% maka akan dilakukan pengeringan lanjutan. Bisa dengan penjemuran atau dengan bantuan mesin pengering. Apabila kadar air lebih dari angka tersebut, biji akan mudah terserang jamur. Apabila kurang, biji kopi mudah menyerap air dari udara yang bisa mengubah aroma dan rasa kopi. Setelah mencapai kadar air kesetimbangan, biji kopi tersebut sudah bisa dikemas dan disimpan.

4.5.Pengemasan dan penyimpanan

Pengemasan dilakukan dengan menjauhkan biji kopi dari aroma kuat lainya. Proses penyimpanan juga tidak boleh menempel tembok, untuk mendapatkan kopi berkualitas tinggi. Untuk menambah nilai jual biji kopi (green bean) biasanya para aktivis kopi di Zona Lereng Kelir menambah proses penyangraian kopi (roasting).

Proses roasting adalah tahapan proses dalam menentukan karakter rasa dari kopi yang ingin dimunculkan dari kopi itu sendiri. Roasting atau proses penyangraian pada kopi ikut memegang peranan penting dalam siklus proses kopi. Tahap penyangraian ini adalah tahapan pembentukan aroma dan cita rasa khas kopi dari dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Selain itu, biji kopi hasil sangrai mudah dihaluskan sampai ukuran butiran tertentu agar mudah dibuat larutan seduhan.

(24)

16

4.6. Pegawasan Mutu Biji Kopi

Pengawasan mutu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan dan menjamin kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pengawasan mutu meliputi seluruh rangkaian proses produksi mulai dari bahan baku hingga barang setengah jadi atau barang jadi. Salah satu langkah pengawasan mutu biji kopi yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara IX terhadap kualitas biji kopi yang dihasilkan adalah dengan cara sortasi. Berikut ini adalah beberapa jenis sortasi yang dilakukan untuk memperoleh biji kopi dengan mutu yang baik:

1. Sortasi kebun: adalah sortasi yang dilakukan pada saat panen untuk memisahkan biji yang berwarna merah dan biji yang berwarna hijau. Kemudian diangkut menggunakan truk dan dibawa ke pabrik, sampai di pabrik akan dilanjutkan dengan analisa warna, analisa hama, dan analisa kambangan. Proses pemanenan dikebun ini dilakukan menggunakan panduan ISO – 9000.Analisa hama dilakukan dengan cara mengambil sampel buah kopi dari masing-masing kebun sebanyak 100 buah kopi merah secara acak. Kemudian di amati satu persatu, jika ada buah kopi yang berlubang maka menandakan bahwa buah kopi tersebut terserang hama dan untuk memastikan bahwa buah kopi tersebut terserang hama, dapat dilakukan dengan cara menyayat kulit buah kopi dengan cutter.

2. Sortasi basah : adalah proses sortasi yang dilakukan dengan cara memasukkan buah kopi kedalam wadah siphon yang berisi air. Kemudian dapat dipisahkan buah kopi yang mengapung (kualitas inferior) dan kopi yang tenggelam (kualitas superior).

3. Sortasi kering : adalah proses sortasi yang dilakukan setelah buah kopi mengalami proses pengeringan dan penggerbusan. Sortasi kering dilakukan dengan 2 metode yaitu secara mekanik dan secara manual. Metode sortasi secara mekanik dilakukan dengan menggunakan alat ayakan tromol dan ayakan getar untuk memperoleh ukuran biji kopi yang berbeda – beda yaitu ukuran Large, Medium, Small, Krill. Sedangkan metode sortasi secara manual atau sering disebut quality control dilakukan oleh para ahli yang mengerti tentang kualitas biji kopi yang baik dengan menghitung nilai cacat yang berpedoman pada SNI 01-2907-2008.

(25)

17

5. PEMBAHASAN

Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang potensial bagi Indonesia. Perkebunan kopi di Indonesia sebagian besar diusahakan oleh rakyat. Umumnya jenis kopi yang ditanam adalah Robusta. Dalam hal produksi, Indonesia menempati urutan ke tiga dunia setelah Brazil dan Vietnam untuk kopi jenis Robusta dengan jumlah produksi 5,82 juta karung pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 6,01 juta karung pada tahun 2008 (AEKI, 2009) (Miftahul Choiron, 2010).

Menurut Intan P et all.(2016), Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi sendiri berasal dari bahsa arab Qahwag yang berarti ketakutan arena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata Qahwag kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki kemudian berubah menjadi koffe dalam bahasa belanda. Penggunaan kata kopi segera diserap ke dalam bahasa indonesia menjadi kata kopi yang di kenal saat ini. Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (Kualitas Terbaik) dan robusta.

Konsumen kopi menghendaki kopi dengan mutu yang prima, sehingga diperlukan kegiatan sortasi atau pemilahan biji kopi cacat terhadap biji kopi yang sehat. Menurut Sukrisno Widyotomo (2006), secara umum karakter mutu produk pertanian dapat dinilai dari warna, rupa dan keseragaman ukuran. Penilaian mutu kopi ekspor Indonesia saat ini masih didasarkan pada sistem nilai cacat, yaitu didasarkan pada kondisi fisik biji (Sukrisno Widyotomo, 2006).

Proses sortasi biji kopi berdasarkan fisiknya (defect system) dibedakan menjadi dua, yaitu sortasi manual dan sortasi mekanis. Sortasi biji kopi secara manual dilakukan dengan menggunakan tangan pekerja untuk proses klasifikasi, sedangkan sortasi mekanis menggunakan bantuan mesin (Sukrisno Widyotomo, 2006).

Kegiatan klasifikasi mutu kopi berdasarkan nilai cacat fisik di perkebunan besar masih dilakukan secara manual, yaitu biji dipilah satu per satu di atas meja sortasi yang terbuat dari kayu, dan karena kegiatan tersebut membutuhkan tenaga kerja yang relatif banyak, maka diperlukan pengawasan kerja yang lebih ketat agar target produksi per hari dapat terpenuhi. Sortasi manual memberikan kontribusi sebesar 40% dari total biaya pengolahan (Sukrisno Widyotomo, 2006).

(26)

18

Sortasi biji kopi berdasarkan ukuran biasanya dilakukan dengan menggunakan bantuan mesin pengayak jenis silinder tunggal berputar, meja getar atau catador, sedangkan sortasi biji kopi berdasarkan perbedaan warna dan rupa dapat dilakukan dengan bantuan mesin sortasi elektronik (sortek) (Sukrisno Widyotomo, 2006). Industri kopi bubuk skala besar umumnya didukung oleh manajemen, modal, dan sumber daya manusia yang memadai sehingga industri tersebut mampu membeli peralatan pengolahan impor dengan teknologi tinggi (Sukrisno Widyotomo, 2006).

Kendala di lapangan adalah bahwa secara teknis mesin sortek tidak dapat memisahkan biji berwarna cokelat dari biji kopi mutu baik, sebagaimana halnya pemisahan yang dapat dilakukan antara biji kopi bermutu baik dengan biji pecah, biji hitam, biji berlubang, biji bertutul, biji berjamur dan lainnya, sehingga pemilahan biji kopi berwarna cokelat tetap harus dilakukan secara manual (Sukrisno Widyotomo, 2006)

Salah satu aspek standart mutu yang saat ini mulai dipersyaratkan oleh pasar dunia , terutama uni eropa, adalah tidak adanya kontaminasi senyawa okratoksin pada biji kopi yang akan diperdagangkan melalui ekspor. Okratoksin merupakan senyawa toksin atau racun yang yang dihasilkan oleh Aspergillus ochraceus . Senyawa ini berbahaya bagi kesehatan, oleh karena itu keberadaannya pada berbagai komoditas dilarang (Miftahul Choiron, 2010).

Potensi komoditas kopi rakyat memberikan implikasi pada pentingnya penerapan Prosedur Operasi Standart pada pengolahan pasca panen kopi dalam rangka penurunan okratoksin pada kopi serta dapat meningkatkan dan menyeragamkan mutu kopi yang dihasilkan oleh petani kopi (Miftahul Choiron, 2010).

Menurut (Nyoman Desianti, 2017), bahwa Tujuan pengendalian kualitas adalah menekan atau mengurangi volume kesalahan dan perbaikan, menjaga atau menaikkan kualitas atau sesuai standar, mengurangi keluhan atau penolakan konsumen, memungkinkan penjelasan output (output grading), dan menaikkan. Berpacu dari tujuan pengendalian kualitas, pemilik perusahaan seharusnya menerapkan cara-cara yang dapat meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan dan perusahaan harus terus menyempurnakan melalui proses monitoring

(27)

19 Pada kali penulis melakukan pengawasan mutu dan dijadikan fokus adalah selama proses sortasi biji kopi. Pada proses sortasi kebun ini pengawasan mutu biji kopi dilakukan oleh unit pengolahan di kebun. Unit ini bertanggung jawab dalam menyediakan kuantitas dan kualitas biji kopi yang baik. Pengawasan mutu pada proses sortasi ini dilakukan secara administratif dan operatif. Pengendalian mutu yang dilakukan oleh Kelompok Tani Rahayu IV bertujuan untuk memenuhi target produksi; mempertahankan kualitas produk; dan menjaga kepercayaan konsumen karena produk tersebut didistribusikan langsung ke costumer.

5.1. Sortasi Awal

Pada proses juga juga dilakukan sortasi buah. Sortasi kering disebut juga sebagai pra-sortasi, dilakukan di kebun atau di rumah produksi Kopi Kelir, yaitu pemisahan buah matang dari buah hijau dan kotoran-kotoran yang mudah dilihat dengan mata seperti daun, kayu dll. Tujuan sortasi adalah untuk memperoleh buah kopi yang seragam mutunya dan dapat meningkatkan efisiensi proses berikutnya. Sortasi buah kopi sebelum pengolahan sangat menentukan mutu fisik kopi dan citarasa seduhan akhir (Kelompok Tani Rahayu IV, 2002).

5.2.Pengeringan

Buah kopi yang telah dipetik lalu disortasi di jemur pada lantai penjemuran dengan memanfaatkan terik sinar matahari. Selama proses penjemuran buah kopi harus dibolak balik secara berkala agar proses pengeringan merata. Sebagai media penjemuran petani Kelir biasa memanfaatkan atap rumah untuk mengeringkan kopi. Penjemuran ini dilakukan selama 5 hari apabila cuaca sedang bagus. Petani Kelir kini juga tengah berinovasi menciptakan alat penjemuran kopi yang biasa disebut dengan para-para, guna mengantisipasi cuaca yang sewaktu waktu dapat berubah. Perubahan cuaca yang tidak bisa di prediksi oleh petani juga akan mengakibatkan kerugian bagi petani karena membusuknya buah kopi yang belum kering. Gapoktan Kelir sedang menggagas pembuatan alat jemur manual tersebut. Alat jemur ini difungsikan untuk menjemur biji kopi dengan sistem kering angin, jadi petani masih bisa menjemur buah kopi walaupun di saat musim hujan tiba (Kelompok Tani Rahayu IV, 2002).

5.3.Pengupasan Kulit Buah Kulit Tanduk

Buah kopi yang telah dikeringkan siap untuk dikupas kulit buah dan kulit tanduknya. Terdapat dua jenis mesin pengupas, yang diputar manual dan bertenaga mesin. Petani kopi di Lereng Kelir sendiri menggunakan mesin pulper tipe silinder bertenaga mesin selama proses

(28)

20 pengupasan, mengingat kapasitas kopi di rumah produksi sangat besar maka tidak mungkin dikerjakan dengan alat manual (Kelompok Tani Rahayu IV, 2002)..

5.4.Sortasi dan Pengeringan Biji Kopi

Setelah buah kopi dikupas, sortasi dilakukan lagi untuk memisahkan produk yang diinginkan dengan sisa kulit buah, kulit tanduk, biji pecah dan kotoran lainnya. Biji kopi akan stabil bila kadar airnya 12%. Bila belum mencapai 12% maka akan dilakukan pengeringan lanjutan. Bisa dengan penjemuran atau dengan bantuan mesin pengering. Apabila kadar air lebih dari angka tersebut, biji akan mudah terserang jamur. Apabila kurang, biji kopi mudah menyerap air dari udara yang bisa mengubah aroma dan rasa kopi. Setelah mencapai kadar air kesetimbangan, biji kopi tersebut sudah bisa dikemas dan disimpan (Kelompok Tani Rahayu IV, 2002).

5.5.Pengemasan dan Penyimpanan

Pengemasan dilakukan dengan menjauhkan biji kopi dari aroma kuat lainya. Proses penyimpanan juga tidak boleh menempel tembok, untuk mendapatkan kopi berkualitas tinggi. Untuk menambah nilai jual biji kopi (green bean) biasanya para aktivis kopi di Zona Lereng Kelir menambah proses penyangraian kopi (roasting). Proses roasting adalah tahapan proses dalam menentukan karakter rasa dari kopi yang ingin dimunculkan dari kopi itu sendiri. Roasting atau proses penyangraian pada kopi ikut memegang peranan penting dalam siklus proses kopi. Tahap penyangraian ini adalah tahapan pembentukan aroma dan cita rasa khas kopi dari dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Selain itu, biji kopi hasil sangrai mudah dihaluskan sampai ukuran butiran tertentu agar mudah dibuat larutan seduhan (Kelompok Tani Rahayu IV, 2002).

5.6.Pemilihan Biji

Dalam proses ini hal yang harus diperhatikan adalah mengenai kualitas dari biji itu sendiri. Kualitas biji kopi dapat terlihat dari bentuk biji kopi. Bentuk biji kopi rata-rata berbentuk seperti tempurung, dengan datar di satu sisi dan cekung di sisi luar. Adapun yang berbentuk agak bulat bernama kopi jantan (peaberry) dengan porsinya sangat kecil, antara 3-10%. Lalu kopi yang abnormal, seperti kopi cangkang seperti keong, kopi manggis (Kelompok Tani Rahayu IV, 2002).

(29)

21 Untuk menaikan kualitas diperlukan pemisahan ukuran berdasarkan diameternya. Ukuran kopi pada dasarnya atau pada umumnya rata-rata berada pada diameter 6-8 mm. Jaring yang terbuat dari lubang bulat diameter 6 mm, 7 mm, dan 8 mm bisa memisahkan 4 ukuran kopi, yakni ukuran :diatas 8 mm, diatas 7 mm, diatas 6 mm, dan dibawah 6 mm. Bila ukuran jaring lebih kecil, tentu ukuran yang didapat lebih merata dan lebih banyak jenisnya.

5.7. Jenis Kerusakan Biji Kopi

5.7.1. Kerusakan Biji Kopi Terkena Seranggan Serangga

Kerusakan pada biji kopi dapat terjadi sebelum proses pemanenan berlangsung. Kerusakan ini disebabkan adanya seranggan dari serangga yang memakan buah kopi selama berada di pohon. Hal ini disebabkan karena adanya serangga PBKO yang memakan buah kopi. Hama PBKo H. hampei perkembangannya dengan metamorfosa sempurna dengan tahapan telur, larva, pupa dan imago atau serangga dewasa. Kumbang betina lebih besar dari kumbang jantan (Kelompok Tani Rahayu IV, 2002).

Penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferrari) merupakan hama utama pada perkebunan kopi di seluruh dunia. Tingkat kerusakan yang ditimbulkannya dapat mencapai lebih dari 80% pada perkebunan kopi yang tidak terawat (Soesanthy et all, 2016)

Gambar 3. Kerusakan terkena PBKO

Pada gambar 3. Dapat dilihat bahwa biji kopi yang rusak akibat terkena serangga PBKO. Kerusakan ini dialami pada proses respirasi berlangsung selama proses pematangan buah kopi. Biji yang rusak memliki ciri bentuk yg sudah tidak berbentuk, terdapat lubang-lubang, dan warnanya merubah menjadi kehijauan (membusuk).

(30)

22

5.7.2. Kerusakan Biji Hitam

Biji hitam yang terjadi karena penyakit buah kopi dinilai sebagai cacat paling berat, karena aroma biji hitam ini sangat tidak menyenangkan dan rasanya seperti kayu membusuk. Cacat biji hitam meliputi cacat biji hitam, biji hitam sebagian dan biji hitam pecah. Biji hitam yang pecah terjadi karena proses pengolahan. Hal ini diperkirakan karena buah kopi pada proses pengolahan kering merupakan buah kopi sisa setelah pemetikan selektif untuk proses pengolahan semi basah (Kelompok Tani Rahayu IV, 2002).

Gambar 4. Kerusakan Biji Hitam

Pada gambar 4. Dapat diketahui bahwa kerusakan biji yang mengakibatkan biji menajdi hitam. Hal ini disebabkan karena pada proses respirasi terlalu lama sehingga buah menjadi membusuk. Kandungan air yang terlalu banyak juga mampu mempengaruhi terjadinya penghitaman pada biji kopi.

5.7.3. Biji Berlubang

Cacat biji berlubang terutama disebabkan oleh adanya serangan serangga, yaitu hama penggerek buah kopi (hama bubuk buah kopi) (Hypothenemus hampei Ferr). Buah kopi yang terserang hama bubuk akan mengering di tangkai atau jatuh ke tanah serta berlubang. Buah kopi yang terserang hama bubuk akan terlihat berwarna kuning kemerahan pucat seperti buah kopi masak, sehingga setelah pengolahan menjadi cacat biji hitam. Biji berlubang dapat menyebabkan kerusakan mutu kimia(Kelompok Tani Rahayu IV, 2002).

(31)

23

Gambar 5. Kerusakan Biji Berlubang

Pada gambar 5. dapat dilihat bahwa kerusakan biji berlubang. Hal ini disebabkan oleh serangga yang memakan buah kopi dikebun. Maka harus ada perawatan rutin agar tidak terjadi seperti ini.

5.7.4. Biji Pecah

Cacat biji pecah dan biji berkulit tanduk terjadi selama pengupasan kulit majemuk, yaitu jika kerja huller tidak sempurna. Biji berkulit tanduk adalah biji kopi yang masih terbungkus oleh kulit tanduk yang membungkus biji tersebut dalam keadaan utuh maupun besarnya sama dengan atau lebih besar dari ¾ bagian kulit tanduk utuh.

Gambar 6. Kerusakan Biji Pecah

Pada gambar 6. dapat diketahui bahwa kerusakan biji adalah pecah. Hal ini disebabkan oleh mesin penggupas kulit buah. Gesekan yang terlalu keras berakibat adanya kerusakan pada biji.

(32)

24

5.7.5. Biji Kecil

Biji ini tergolong biji dengan ukuran yang kecil atau tidak normal. Ukuran dari biji kopi yang tidak lazim dan tidak sesuai dengan standart mutu juga termasuk pada biji kecil. Hal ini disebabkan karena nutrisi yang diberikan tidak tercukupi selama proses pematangan buah.

Gambar 7. Kerusakan Biji Kecil

Pada gambar 7. Dapat diketahui bahwa kerusakan biji adalah biji berukuran kecil. Hal ini disebabkan oleh nutrisi yang masuk pada saat dipohon tidak diserap dengan baik oleh buah kopi. Biji kecil ada dibagian kiri.

(33)

25

6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

 Pengawasan mutu pada proses produksi sangat diperlukan setiap saat

 Pengawasan mutu dulakukan pada Kelompok Tani Rahayu IV, Doesoen Kopi Sirap  Proses Sortasi dilakukan untuk mengetahui nilai cacat biji kopi

 Proses sortasi dilakukan dengan cara manual menggunakan ayakan  Kualitas biji kopi dipengaruhi oleh pengawasan mutu nilai cacat biji kopi

6.2. Saran

 Selama proses Produksi berlangsung sebaiknya dilakukan dengan cara yang benar dan teliti

 Perlunya peningkatan nasehat, teguran, maupun pengawasan mandor pengolahan untuk meningkatan kualitas bahan baku yang diterima, diolah, dan dihasilkan.

 Kebersihan dan kenyamanan tiap ruang produksi di PT. Perkebunan Nusantara IX harus lebih diperhatikan agar tidak terjadi kontaminasi silang yang tidak diinginkan pada produk.

 Perlu dilakukan inovasi pengemasan produk agar lebih menarik, serta dilakukan pengujian terhadap tanggal kadaluarsa kopi bubuk agar dapat dicantumkan pada kemasan.  Perawatan mesin secara berkala harus rutin dilakukan agar pengolahan biji kopi menjadi optimal dan penggantian mesin yang rusak atau inovasi mesin dengan memanfaatkan mesin – mesin lama.

(34)

26

7. DAFTAR PUSTAKA

Choiron, Miftahul. 2010. Penerapan GMP Pada Penanganan Pasca Panen Kopi Rakyat Untuk Menurunkan Okratoksin Produk Kopi (Studi Kasus Di Sidomulyo, Jember). Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember Korespodensi : Jl. Kalimantan I Jember. AGROINTEK Vol 4, No. 2. Diakses pada tanggal 18 Mei 2018. http://pertanian.trunojoyo.ac.id/wp- content/uploads/2011/01/JURNAL4-Penerapan-GMP-pada-Penanganan-Pasca-Panen-Kopi-Rakyat-untuk-Menurunkan-Okratoksin-Produk-Kopi.pdf

Intan P. et all. 2016. Pengendalian Mutu Produk Biji Kopi Robusta Pada Bagian Sortasi Di PT. Taman Delta Indonesia. Program Studi Diploma III Agroindustri, Sekolah Vokasi,

UGM. Diakases pada tanggal 1 Juli 2018.

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail &act=view&typ=html&buku_id=105303&obyek_id=4

Kelompok Tani Rahayu IV. 2002. Pedoman Pengolahan Tanaman Kopi Doeson Kopi Sirap. Kelompok Tani Rahayu IV

Nyoman Desianti, Ni Gusti. 2017. Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Menggunakan Statistic Processing Control (Spc) Pada Cv. Pusaka Bali Persada (Kopi Banyuatis). Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Diakses pada tanggal 1 Juli 2018. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPE/article/viewFile/12197/7744

Soesanthy et all. 2016. Evaluasi Tingkat Serangan Penggerek Buah Kopi Hypothenemus

Hampei (Coleoptera: Curculionidae) pada Kultivar Kopi Arabika Agk-1. Balai

Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar. Diakses pada 8 Juni 2018. https://www.researchgate.net/publication/320325476_Evaluasi_Tingkat_Serangan_Peng gerek_Buah_Kopi_Hypothenemus_hampei_Coleoptera_Curculionidae_pada_Kultivar_ Kopi_Arabika_AGK-1

Widyotomo, Sukrisno. 2006. Optimasi Mesin Sortasi Biji Kopi Tipe Meja Konveyor untuk Meningkatkan Kinerja Sortasi Manual. Pelita Perkebunan. Diakses pada tanggal 18 Mei 2018.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=270779&val=7118&title=Optimati on%20of%20a%20Table%20Conveyor%20Type%20Grading%20Machine%20to%20In crease%20the%20Performance%20of%20Green%20Coffee%20Manual%20Sortation

(35)

27

Gambar

Tabel 1. Penyusunan Rencana Usaha.........................................................................................7
Tabel 1. Penyusunan Rencana Usaha untuk melakukan kegiatan yang terarah dan  terukur, setiap tahunnya kelompok membuat RUK
Gambar 1. Kopi Robusta Kelir       Gambar 2. Kopi Arabica Kelir
Gambar 3. Kerusakan terkena PBKO
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Korporasi dapat dikenakan sebagai pelaku turut serta atau penyertaan terhadap perbuatan organ-organ yang ada didalamnya,

Jumlah beban kerja yang ada tidak seimbang, dimana untuk jumlah tim inspektur yang bervariasi di lapangan, merujuk pada Tabel 1 Data Kecepatan Produksi Untuk Pekerjaan

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Kepala DInas Penelitian dan Pengem bangan Angkatan Laut, Pusat Peneli tian dan Pengembangan, Departemen Pertahanan dan Keamanan, Jakarta. Ketua

Jadi, persepsi politik organisasi pada STT sangkakala dalam kaitan dengan pengambilan keputusan dipahami sebagai sesuatu dinamika yang berguna untuk mencapai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 kasus (5,3%) penggunaan obat antihipertensi pada pasien dewasa di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul yang tidak

Selanjutnya dilakukan validasi eksternal berupa uji keterbacaan setiap butir pernyataan yang ada dalam instrumen kepada 2 orang pegawai dengan tujuan untuk melihat

Setelah didapatkan peta perubahan zona nilai tanah tahun 2012 – 2017 kemudian untuk mengetahui perubahan yang terjadi adalah dengan melakukan analisis perubahan