• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2010 BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2010 BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Pada tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Sleman menyelenggarakan 26 urusan wajib, 8 urusan pilihan dan melaksanakan tugas pembantuan serta tugas umum pemerintahan. Secara umum penyelenggaraan pemerintahan tersebut berjalan dengan baik. Berbagai target program kegiatan yang ditetapkan dapat terlaksana. Namun demikian penyelenggaraan pemerintahan ini mengalami berbagai permasalahan eksternal dan internal.

Pergantian kepemimpinan daerah terjadi pada bulan Agustus 2010. Proses pemilihan kepala daerah dilaksanakan pada bulan Mei 2010 yang menempatkan Drs. H. Sri Purnomo, MSi dan Yuni Satia Rahayu, S.S., M.Hum sebagai Bupati dan Wakil Bupati. Pada tahun ini pula penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Sleman diwarnai dengan terjadinya berbagai bencana seperti angin puting beliung, Erupsi Merapi dan banjir lahar dingin.

Bencana erupsi Merapi yang terjadi pada triwulan terakhir banyak berpengaruh pada kehidupan masyarakat terutama di wilayah Kecamatan Cangkringan, Pakem, Turi dan Tempel. Selain menelan korban jiwa, rumah dan harta, sebagian lahan pertanian dan hutan di wilayah Kecamatan Cangkringan dan Pakem mengalami kerusakan parah. Sarana prasarana dan fasilitas umum serta fasilitas sosial di wilayah tersebut juga banyak mengalami kerusakan.

Erupsi Merapi mengharuskan masyarakat yang bermukim sampai dengan radius 15 kilometer dari puncak Merapi mengungsi. Upaya evakuasi dan penanggulangan bencana erupsi Merapi dilakukan lintas sektoral dengan melibatkan semua elemen masyarakat. Penyaluran bantuan, relokasi pengungsi dan rehabilitasi masyarakat dilakukan secara komprehensif dengan tetap memperhatikan kebutuhan masyarakat.

Pelayanan kepada masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan di wilayah Kecamatan Cangkringan, Turi, Pakem dan Tempel dilakukan menyesuaikan

(2)

dengan keadaan. Kantor kecamatan, desa, puskesmas dan sekolah-sekolah dipindahkan ke daerah-daerah yang masih memungkinkan dan berada di daerah aman. Beberapa program dan kegiatan yang sudah disusun pada awal tahun menjadi tidak mungkin dilaksanakan karena adanya erupsi ini. Upaya yang dilaksanakan adalah penjadwalan ulang atas berbagai program dan kegiatan.

A. Dasar Hukum

Dasar hukum pembentukan Kabupaten Sleman adalah Undang–Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta Jo Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950.

Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah tahun anggaran 2010 adalah :

1. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis

a. Batas Administrasi Daerah

Kabupaten Sleman secara geografis terletak diantara 110o12’57” dan

110o32’48” Bujur Timur, 7o32’28” dan 7o50’11” Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, sebelah timur

(3)

berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY.

b. Luas Wilayah

Kabupaten Sleman memiliki wilayah seluas 57.482 Ha (574,82 Km2) atau sekitar 18% dari luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (3.185,80 Km2) dengan jarak terjauh utara–selatan 32 Km, timur–barat 35 Km. Dalam perspektif mata burung, wilayah Kabupaten Sleman berbentuk segitiga dengan alas di sisi selatan dan puncak di sisi utara. Secara administratif terdiri dari 17 wilayah kecamatan, 86 desa dan 1.212 padukuhan.

Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman

No Kecamatan Desa Banyaknya Padukuhan Luas (Ha)

1. Kecamatan Moyudan 4 65 2.762 2. Kecamatan Godean 7 77 2.684 3. Kecamatan Minggir 5 68 2.727 4. Kecamatan Gamping 5 59 2.925 5. Kecamatan Seyegan 5 67 2.663 6. Kecamatan Turi 4 54 4.309 7. Kecamatan Tempel 8 98 3.249 8. Kecamatan Sleman 6 83 3.132 9. Kecamatan Ngaglik 5 87 3.852 10 Kecamatan Mlati 5 74 2.852 11. Kecamatan Depok 3 58 3.555 12. Kecamatan Cangkringan 5 73 4.799 13. Kecamatan Pakem 5 61 4.384 14. Kecamatan Ngemplak 5 82 3.571 15. Kecamatan Kalasan 4 80 3.584 16. Kecamatan Berbah 4 58 2.299 17. Kecamatan Prambanan 6 68 4.135 Jumlah 86 1.212 57.482

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman

c. Topografi

Wilayah Kabupaten Sleman di bagian selatan datar, kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Keadaan tanah semakin ke utara kondisinya

(4)

makin miring bahkan di sekitar Lereng Merapi terjal. Erupsi Merapi pada akhir Oktober dan awal November 2010, telah merubah bentuk dan fungsi lahan 30 dusun di Kecamatan Cangkringan menjadi hamparan material.

Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara <100 sampai dengan >1000 m di atas permukaan laut. Daerah tertinggi di atas 1000 m berada di Kecamatan Pakem, Turi dan Cangkringan, sedangkan daerah terendah (<100 m) berada di Kecamatan Minggir, Moyudan, Godean, Gamping, Berbah dan Prambanan. Data selengkapnya sebagaimana tabel 1.2. berikut:

Tabel 1.2 Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman

No Kecamatan < 100 m (Ha) 100-499 m (Ha) 500-999 m (Ha) > 1000 M (Ha) Jumlah (Ha)

1. Moyudan 2.407 355 - - 2.762 2. Minggir 357 2.370 - - 2.727 3. Godean 209 2.475 - - 2.684 4. Seyegan - 2.663 - - 2.633 5. Tempel - 3.172 77 - 3.249 6. Gamping 1.348 1.577 - - 2.925 7. Mlati - 2.852 - - 2.852 8. Sleman - 3.132 - - 3.132 9. Turi - 2.076 2.155 78 4.039 10. Pakem - 1.664 1.498 1.222 4.384 11. Ngaglik - 3.852 - - 3.852 12. Depok - 3.555 - - 3.555 13. Kalasan - 3.584 - - 3.584 14. Berbah 1.447 852 - - 2.299 15. Prambanan 435 3.700 - - 4.135 16. Ngemplak - 3.571 - - 3.571 17. Cangkringan - 1.796 2.808 195 4.799 Jumlah 6.203 43.246 6.538 1.495 57.482

Sumber : Kantor Pertanahan/Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah

d. Karakteristik Wilayah

1) Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten Sleman terbagi menjadi 4 kawasan, yaitu :

a) Kawasan lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang menghubungkan Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan (ringbelt) sampai dengan puncak Gunung Merapi. Wilayah ini kaya sumberdaya air dan ekowisata yang

(5)

berorientasi pada kegiatan Gunung Merapi dan ekosistemnya. Di daerah Lereng Merapi tersebut, terdapat kurang lebih 100 sumber mata air yang mengalir ke sungai–sungai utama yaitu Sungai Boyong, Kuning, Gendol, Krasak dan anak-anak sungai yang mengalir ke arah selatan serta bermuara di Samudera Indonesia. Keberadaan Gunung Merapi merupakan aset wisata maupun sumberdaya alam galian C, namun diperlukan antisipasi yang memadai untuk mengurangi dampak negatif jika terjadi erupsi.

b) Kawasan timur, meliputi Kecamatan Prambanan, Kalasan dan Berbah. Di wilayah ini terdapat banyak peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata budaya. Kondisi lahan kering, memiliki cadangan bahan batu putih yang cukup banyak.

c) Kawasan tengah, yaitu wilayah aglomerasi Kota Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok, dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan, dan jasa.

d) Kawasan barat, meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan, dan Moyudan, merupakan daerah pertanian lahan basah dengan irigasi yang baik dan sumber bahan baku untuk kegiatan industri kerajinan mendong, bambu dan gerabah. 2) Kabupaten Sleman dilewati jalur jalan negara yang merupakan jalur

ekonomi menghubungkan Kabupaten Sleman dengan kota-kota pelabuhan utama (Semarang, Surabaya, Jakarta). Keberadaan Kabupaten Sleman pada persimpangan jalur ekonomi merupakan posisi yang sangat strategis untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Mlati, Sleman, Tempel dan Gamping. Selain itu, wilayah Kecamatan Depok, Mlati dan Gamping dilalui jalan lingkar yang merupakan jalan arteri, sehingga menjadikan wilayah tersebut cepat berkembang dan mengalami perubahan dari wilayah pertanian menjadi wilayah industri, perdagangan dan jasa.

(6)

3) Berdasar letak kota dan mobilitas kegiatan masyarakat, dapat dibedakan fungsi kota sebagai berikut:

a) Wilayah aglomerasi perkotaan Yogyakarta meliputi Kecamatan Depok, Gamping, sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati. b) Wilayah sub-urban yaitu wilayah perbatasan antara desa dan kota meliputi Kecamatan Godean, Sleman dan Ngaglik yang berkembang menjadi tujuan kegiatan masyarakat di wilayah kecamatan sekitarnya, sehingga menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.

c) Wilayah dengan fungsi khusus atau daerah penyangga (buffer zone) meliputi Kecamatan Tempel, Pakem dan Prambanan, yang merupakan pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya. e. Sumber daya Alam

Potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah Sleman meliputi sumber daya alam non hayati yaitu air, lahan, udara dan mineral/bahan galian. Sumber daya alam hayati terdiri dari hutan, flora dan fauna. Sumber daya air di Kabupaten Sleman terdiri dari air tanah, dan air permukaan (sungai dan mata air). Jumlah mata air di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 sejumlah 182 buah. Debit mata air pada musim kemarau berkisar antara 0,5 sampai dengan 200 liter/detik, sedangkan pada musim penghujan berkisar antara 1 sampai dengan 265 liter/detik. Debit tertinggi terdapat di mata air Umbul Wadon Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan. Mata air Umbul Wadon selain digunakan untuk sumber air minum PDAM Kabupaten Sleman, juga digunakan oleh PDAM Tirta Marta Kota Yogyakarta, serta dimanfaatkan untuk irigasi oleh masyarakat di sekitar Umbul Wadon. Akibat erupsi Merapi, sebagian sumber mata air di sekitar hulu Kali Kuning, Kali Gendol dan Kali Boyong tertimbun material vulkanik erupsi Merapi. Hal ini mengganggu pasokan dan distribusi air minum PDAM Sleman serta masyarakat petani ikan di sepanjang wilayah sungai tersebut.

(7)

Di Kabupaten Sleman terdapat 5 sungai besar yang berhulu di Gunung Merapi. Kelima sungai tersebut adalah Kali Gendol, Kali Opak, Kali Boyong, Kali Krasak dan Kali Kuning. Sistem sungai di Kabupaten Sleman mempunyai pola radial paralel yang terbagi dalam 2 subsistem yaitu subsistem Sungai Progro dan subsistem Sungai Opak. Semua sungai tersebut merupakan sungai perenial, yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, sifat tanah yang permeabel dan akifer tebal, sehingga aliran dasar (base flow) pada sungai-sungai tersebut cukup besar.

Sumber daya mineral/bahan galian di Kabupaten Sleman terdiri dari batu kapur, breksi batu apung, andesit, tanah liat pais dan kerikil. Potensi mineral/bahan galian di Kabupaten di antaranya batu kapur yang berada di wilayah Kecamatan Gamping. Breksi Batu Apung berada di Kecamatan Prambanan dan Berbah, Batu Andhesit tersebar di wilayah Kecamatan Godean, Seyegan, Pakem dan Prambanan. Mineral berupa tanah liat tersebar di wilayah Kecamatan Godean, Seyegan, Sleman, Tempel, Gamping, Prambanan dan Berbah. Erupsi Merapi mengeluarkan banyak materi vulkanik berupa pasir dan batu. Material ini terbawa oleh aliran air sungai yang berhulu di Gunung Merapi dan ditambang di aliran Kali Kuning, Gendol, Opak, Boyong dan Krasak yang berada di wilayah Kecamatan Cangkringan, Ngemplak, Kalasan, Pakem, Ngaglik dan Tempel.

Sumber daya hutan di Kabupaten Sleman menurut fungsinya terbagi menjadi hutan lindung, cagar alam dan taman wisata alam. Sejak tahun 2007 semua kawasan fungsi hutan berubah menjadi Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) seluas 1.729,91 ha. Erupsi Merapi pada penghujung tahun menyebabkan rusaknya hutan sepanjang hulu Kali Kuning di wilayah Kecamatan Pakem dan sepanjang hulu Kali Opak dan Gendol di wilayah Kecamatan Cangkringan. Kerusakan parah hutan lereng Merapi ini sangat terlihat di wilayah Desa Kepuharjo dan Glagaharjo Cangkringan

(8)

f. Jumlah bangunan

Banyaknya rumah tinggal yang dihuni oleh masyarakat adalah: Tabel 1.3. Jumlah Rumah tinggal yang dihuni di Kabupaten Sleman Tahun 2010*)

No Kecamatan Jumlah rumah tinggal yang dihuni Keterangan

1 Moyudan 8.021 2 Minggir 8.085 3 Seyegan 11.194 4 Godean 14.364 5 Gamping 22.504 6 Mlati 22.504 7 Depok 32.940 8 Berbah 12.668 9 Prambanan 12.968 10 Kalasan 18.882 11 Ngemplak 14.526 12 Ngaglik 23.588 13 Sleman 15.596 14 Tempel 12.582 15 Turi 8.422 16 Pakem 8.680 17 Cangkringan 7.450 Jumlah 254.542

Sumber : BPS Kabupaten Sleman (Angka Sementara Hasil SP 2010) *)kondisi sebelum erupsi Merapi

Jumlah rumah tinggal tersebut tercatat sebelum terjadi erupsi merapi Oktober-November 2010. Setelah erupsi Merapi, banyak rumah tinggal di wilayah Kecamatan Cangkringan yang rusak berat dan tidak bisa lagi dihuni.

2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk pada tahun 2010 tercatat sebanyak 1.116.957 jiwa. Penduduk laki-laki berjumlah 554.960 jiwa (49,68%), perempuan 561.997 jiwa (50,32%) dan rata-rata kepadatan penduduk 1.943 jiwa per km2.

Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tinggi adalah Kecamatan Depok sebesar 3.660 jiwa per km2 dan Mlati sebesar 3.398 jiwa per km2. Kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan wilayah Kota Yogyakarta. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk rendah adalah Cangkringan sebesar 691 jiwa per km2 dan Turi

(9)

sebesar 868 jiwa per km2, selengkapnya seperti pada tabel 1.4 berikut: Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan dan

Rasio Seks Tahun 2010

No Kecamatan Luas (km2)

Jenis Kelamin

Jumlah Kepadatan Laki – laki Perempuan

1 Moyudan 27,62 18.324 19.261 37.585 1.361 2 Minggir 27,27 18.909 19.937 38.846 1.424 3 Seyegan 26,63 26.324 27.172 53.496 2.009 4 Godean 26,84 37.195 37.783 74.978 2.794 5 Gamping 29,25 46.798 46.941 93.739 3.205 6 Mlati 28,52 48.205 48.711 96.916 3.398 7 Depok 35,55 65.473 64.623 130.096 3.660 8 Berbah 22,99 24.952 25.387 50.339 2.190 9 Prambanan 41,35 32.748 30.163 62.911 1.521 10 Kalasan 35,84 35.948 36.430 72.378 2.019 11 Ngemplak 35,71 30.022 31.132 61.154 1.713 12 Ngaglik 38,52 48.967 49.484 98.451 2.556 13 Sleman 31,32 33.981 34.910 68.891 2.200 14 Tempel 32,49 32.544 33.513 66.057 2.033 15 Turi 43,09 19.644 20.289 39.933 927 16 Pakem 43,84 18.677 19.361 38.038 868 17 Cangkringan 47,99 16.249 16.900 33.149 691 Jumlah 57.482 554.960 561.997 1.116.957 1.943

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Pada tahun 2010 registrasi penduduk yang lahir sebanyak 6.762 jiwa, penduduk yang meninggal sebanyak 3.081 jiwa, penduduk yang datang sebanyak 14.056 jiwa dan penduduk yang pergi sebanyak 8.536 jiwa seperti tampak pada grafik1 berikut:

Grafik 1. Mutasi Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2009 dan 2010

10.967 6.762 4.806 3.081 17.840 14.056 11.507 8.536 0 5000 10000 15000 20000

Lahir Mati Datang Pergi

2009 2010

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

(10)

produktif 15-60 tahun. Struktur penduduk Kabupaten Sleman terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.5. Struktur Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2010

No Struktur Usia (tahun) Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Total

1. 0 - 4 45.553 42.325 87.878 2. 5 – 9 41.664 39.463 81.127 3. 10 – 14 39.527 37.305 76.833 4. 15 – 19 49.654 49.059 98.714 5. 20 – 24 64.594 57.136 121.730 6. 25 – 29 50.741 47.919 98.660 7. 30 - 34 45.738 45.617 91.355 8. 35 – 39 42.504 42.708 85.212 9. 40 – 44 40.724 42.118 82.842 10. 45 – 49 32.978 35.641 68.619 11. 50 – 54 29.411 31.076 60.487 12. 55 – 59 22.747 22.749 45.495 13. 60 – 64 15.244 17.699 32.943 14. 65 – 69 14.197 15.460 29.657 15. 70 – 74 10.606 12.848 23.453 16. 75 ke atas 13.396 18.555 31.951 Total 559.279 557.678 1.116.957

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Pada tahun 2010 sumber mata pencaharian penduduk Kabupaten Sleman sebagian besar bergerak di sektor jasa yakni sebanyak 34,57% dan sektor pertanian sebanyak 24,39%. Terjadi kecenderungan perubahan dominasi mata pencaharian penduduk mengarah pada sektor jasa, tidak lagi pada sektor perdagangan sebagaimana tahun 2009. Kondisi ini memperlihatkan bahwa dinamika ekonomi penduduk Kabupaten Sleman semakin menguat ke arah sektor tersier. Secara rinci struktur mata pencaharian penduduk Kabupaten Sleman tergambar dalam tabel 1.6.

Tabel 1.6. Proporsi Penduduk Kab. Sleman yang Bekerja Per Lapangan Usaha (%) Tahun 2010 No Sektor 2008 (%) 2009(%) Tahun 2010(%)

1 2 3 4 5

1 Pertanian 18,44 20,31 24,39

2 Pertambangan & Penggalian 0,61 0,67 3,33

3 Industri 15,48 12,83 8,05

4 Listrik, Gas & Air 0,07 0,30 2,20

(11)

1 2 3 4 5

6 Perdagangan 27,07 26,36 12,10

7 Angkutan dan Komunikasi 4,25 3,42 4,00

8 Keuangan 3,75 3,43 3,35

9 Jasa-jasa 23,31 24,90 34,57

Jumlah 100,00 100,00 100

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman.

Grafik 2. Komposisi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Tahun 2010

24,39 3,33 8,05 2,2 8,01 12,1 4 3,35 34,57

Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Listrik, Gas & Air

Bangunan Perdagangan

Angkutan dan Komunikasi Keuangan Jasa-jasa

Sumber: BPS Kabupaten Sleman

Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang cukup besar secara langsung mempengaruhi kondisi sosial masyarakat. Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya penduduk yang tidak bekerja yang mencapai 14,03%, yang pada tahun 2009 jumlahnya sebesar 10,77%.

Tabel 1.7. Jumlah Angkatan Kerja

No Uraian Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

1 Bekerja 380.780 422.490 415.295

2 Tidak Bekerja 44.558 45.534 58.295

3 Jumlah 425.338 468.024 473.590

Persentase tidak bekerja 10,48 9,73 12,31

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Sosial 3. Kondisi Sosial

a. Pendidikan

Masyarakat Sleman sebagian besar berpendidikan SLTA keatas. Komposisi pendidikan masyarakat Sleman terlihat dalam Tabel 1.8 sebagai berikut:

(12)

Tabel 1.8. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pada Tahun 2010

No. Pendidikan tertinggi Laki - laki Perempuan Jumlah %

1 Tidak/belum punya ijazah 34.351 66.776 101.127 11,61

2 SD/MI 64.693 70.187 134.881 15,48 3 SMP 67.287 84.157 151.444 17,38 4 SMU 120.704 95.810 216.514 24,85 5 SMK 67.852 52.517 120.370 13,82 6 Diploma I/II 1.999 6.570 8.569 0,98 7 Diploma III 17.034 14.549 31.583 3,63 8 D IV/S1 45.779 40.295 86.075 9,88 9 S2/S3 12.837 7.722 20.558 2,36 Jumlah 432.536 438.584 871.120 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Sleman ** Angka sementara

Sampai dengan tahun 2010 angka melek huruf mencapai 95,46% atau meningkat 2,42 % dibandingkan tahun sebelumnya. Angka putus sekolah SD/MI tahun 2010 sama dengan kondisi tahun 2009 yakni sebesar 0,04%, demikian juga angka putus sekolah SMP/MTs sama dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 0,12%. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI pada tahun 2010 mencapai 116,42%, SMP/MTs sebesar 115,48%, SMA/SMK/MA sebesar 77,17%. Angka Partisipasi Murni (APM) pada tahun 2010 untuk SD/MI sebesar 100,73%, SMP/MTs sebesar 81,71% dan SMA/SMK/MA sebesar 54,03%.

b. Kesehatan

Tingkat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari indikator rata-rata usia harapan hidup penduduk, angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian ibu melahirkan, dan status gizi masyarakat. Pada tahun 2010, rata-rata usia harapan hidup sebesar 74,74 tahun, lebih tinggi jika dibanding usia harapan hidup tingkat Provinsi DIY yaitu 74 tahun ataupun nasional sebesar 70,6 tahun. Usia harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki yakni 76,93 tahun sedangkan laki-laki 72,62 tahun.

Angka Kematian Bayi (AKB) dapat dipertahankan di bawah 10 per 1.000 kelahiran hidup, yaitu pada tahun 2010 sebesar 5,78 per 1.000

(13)

kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu melahirkan pada tahun 2010 adalah 13 ibu dari 11.591 kelahiran hidup sehingga dapat diprediksi AKI di Kabupaten Sleman adalah 112,2 ibu per 100.000 kelahiran hidup. Untuk status gizi buruk balita pada tahun 2010 sebesar 0,66%.

Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan secara langsung meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tercermin dalam pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada tahun 2009, nilai IPM Kabupaten Sleman mencapai 77,70 atau meningkat dibandingkan tahun 2008 sebesar 77,24. Nilai IPM tahun 2009 untuk komponen kesehatan mencapai 82,90, komponen pendidikan mencapai 84,08 serta komponen pendapatan mencapai 66,12. Secara nacional nilai IPM tersebut menempatkan Kabupaten Sleman pada peringkat 14 untuk tingkat kabupaten dan kota.

c. Kemiskinan

Di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 terdapat 57.979 KK yang masuk kategori miskin atau 14,82 % dari keseluruhan KK. Jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2009 angka tersebut menurun 11% atau 7.178 KK. Sebaran Keluarga Miskin di Kabupaten Sleman terlihat sebagai berikut:

Tabel 1.9. Jumlah KK Miskin Tahun 2009-2010

No Kecamatan KK MiskinTahun 2009 KK Miskin Tahun 2010 Keterangan

1 2 3 4 5 1. Moyudan 2.307 2.068 Turun 10,4 % 2. Godean 4.578 4.047 Turun 11,6% 3. Minggir 3.522 3.190 Turun 9,4% 4. Gamping 4.087 3.990 Turun 2,4% 5. Seyegan 4.385 4.027 Turun 8,2% 6. Turi 2.662 2.518 Turun 5,4% 7. Tempel 5.454 4.908 Turun 10% 8. Sleman 7.030 6.521 Turun 7,2% 9. Ngaglik 3.354 3.305 Turun 1,5% 10 Mlati 4.450 3.981 Turun 10,5% 11. Depok 2.013 1.802 Turun 10,5% 12. Cangkringan 3.030 2.728 Turun 10% 13. Pakem 1.635 1.348 Turun 17,6% 14. Ngemplak 3.727 3.194 Turun 14,3%

(14)

1 2 3 4 5

15. Kalasan 53.130 3.564 Turun 30,5%

16. Berbah 3.648 3.287 Turun 9,9%

17. Prambanan 4.145 3.501 Turun 15,5%

Jumlah 65.157 57.979

Sumber: Dinas Nakersos

Kondisi jumlah keluarga miskin tersebut dimungkinkan meningkat setelah terjadi erupsi Merapi. Terdapat 2.613 KK di wilayah Kecamatan Cangkringan kehilangan rumah tinggal karena tertimbun material erupsi dan terkena terjangan awan panas.

4. Kondisi Ekonomi

a. Potensi Unggulan Daerah

Produk unggulan daerah merupakan suatu produk yang dihasilkan atau potensial dikembangkan dalam suatu wilayah (berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah, Depdagri Nomor 671/2413, tanggal 4 November 1998). Melalui produk unggulan daerah dapat tergambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumber daya secara nyata, memberi kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat dan memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya serta memiliki daya saing yang tinggi. Beberapa potensi yang dimiliki wilayah Kabupaten Sleman yang telah berkembang maupun potensial untuk dikembangkan, antara lain:

1) Pertanian: Salak Pondoh

Tanaman salak pondoh dominan berkembang di wilayah lereng Gunung Merapi meliputi Kecamatan Turi, Tempel dan Pakem, dengan produksi mencapai 56.554 ton atau turun 2.045 ton (3,49%) dibanding tahun 2009 yang mencapai 58.599 ton. Penurunan produksi tersebut sebagai akibat bencana erupsi Merapi tahun 2010 yang bertepatan dengan masa menjelang panen raya salak pondoh. Sebanyak 4.392.919 rumpun salak rusak, padahal produktivitas per rumpunnya rata-rata 12,86 kg, sedangkan untuk dapat berproduksi kembali secara normal diperkirakan memerlukan waktu sekitar dua

(15)

tahun. Salak pondoh yang dihasilkan oleh masyarakat Sleman, tahun 2010 sudah memasuki pasar ekspor ke China sebanyak 3.852 ton, dan sebagian besar dilakukan sendiri oleh kelompok tani yang bekerjasama dengan ekspotir. Pengembangan salak pondoh yang telah menggunakan SOP Good Agricultural Practices dalam budidayanya sebanyak 1.504.975 ha.

2) Peternakan: domba, kambing, sapi potong dan sapi perah.

Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang cukup pesat perkembangannya dan mampu memberikan nilai tambah bagi usaha masyarakat. Populasi domba pada tahun 2010 sebanyak 64.853 ekor turun 9,45%, kambing sebanyak 31.837 ekor turun 11,94% dan sapi potong sebanyak 47.909 ekor turun 12,77% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini antara lain disebabkan bencana erupsi Merapi tahun 2010 yang mengakibatkan kematian 235 ekor sapi potong, 180 ekor kambing dan 2.233 ekor sapi perah. Dari budidaya hewan ternak tersebut telah dihasilkan kulit domba sebanyak 4.697 lembar, kambing 3.265 lembar, kulit sapi 4.184 lembar dan daging sebanyak 21.348,857 ton dan susu 4.597,59 ton, hasil tersebut menurun 1,55% dibanding tahun 2009.

3) Perikanan: budidaya ikan

Budidaya perikanan air tawar baik untuk produksi ikan konsumsi, pembibitan maupun ikan hias mampu menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan ikan konsumsi, bibit ikan dan ikan hias di Provinsi DIY. Pada tahun 2010 produksi ikan konsumsi sebesar 14.574,68 ton atau meningkat 17,29% dan mampu memenuhi 60-70% dari total kebutuhan Provinsi DIY. Produksi benih ikan sebanyak 785.857.500 ribu ekor benih atau meningkat 100,42% dan memberikan kontribusi pemenuhan kebutuhan di DIY sebesar 77%-99%. Benih ikan yang dominan dikembangkan adalah Ikan Nila dan benih Ikan Lele. Bahkan budidaya pembibitan ikan dimulai dengan mengembangkan induk ikan unggul yakni induk Lele Sangkuriang dengan induk Nila

(16)

Nirwana. Angka ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman merupakan penghasil benih ikan terbesar dan juga penghasil benih ikan unggul.

Peningkatan produksi ikan konsumsi juga telah meningkatkan tingkat konsumsi ikan masyarakat Sleman. Jika pada tahun 2009 tingkat konsumsi ikan hanya 25,95 kg/kapita/tahun, pada tahun 2010 menjadi 26,73 kg/kapita/tahun. Pemerintah Kabupaten Sleman juga berhasil memberikan kontribusi yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan ikan hias di DIY sebesar 50%-75%. Produksi ikan hias pada tahun 2010 sebanyak 11.445.500 ekor atau meningkat 20,47% dari tahun sebelumnya.

Budidaya Udang Galah terdapat di Kecamatan Minggir, Godean, Mlati, Ngemplak dan Berbah. Pembenihan maupun pembesaran dilakukan untuk mencukupi kebutuhan lokal juga untuk dipasarkan ke Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Bali. Budidaya Udang Galah juga dikembangkan untuk mendukung wisata pedesaan. Peningkatan produktivitas bidang perikanan ini untuk waktu mendatang diperkirakan turun karena sebanyak 82 usaha pembenihan rakyat, 75 kelompok pembudidaya ikan konsumsi dan 1 kelompok pembudidaya ikan hias terkena dampak erupsi.

4) Perindustrian: potensi industri kerajinan

Usaha kerajinan masyarakat mampu menjadi kontributor andalan pada produk domestik regional bruto. Bahkan di tengah kondisi krisis perekonomian dunia ternyata nilai ekspor produk kerajinan Kabupaten Sleman ke manca negara mengalami peningkatan sebesar 6,05% jika dibandingkan dengan relisasi ekspor tahun 2009 yang nilainya sejumlah US$ 43.851.293,33. Kenaikan tersebut salah satunya karena promosi aneka produk kerajinan yang terus dilakukan melalui berbagai event pameran, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Selain itu juga didukung dengan adanya

(17)

kemauan belajar dan kemampuan para pengusaha mengantisipasi kebutuhan pasar ekspor terhadap produk yang diinginkan. Hal lain yang tak kalah pentingnya dalam mendongkrak ekspor Sleman adalah kejelian para eksportir/pengusaha melihat peluang pasar baru pada negara-negara tujuan ekspor seperti Turki, Malaysia, Singapura dan Korea.

Produk kerajinan Kabupaten Sleman yang cukup potensial diantaranya pakaian jadi, sarung tangan dan meubel kayu. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman realisasi ekspor (yang berdokumen ekspor resmi) di Kabupaten Sleman selama bulan Januari 2010 sampai dengan Desember tahun 2010 nilainya mencapai US$ 46.505.525,79. Adapun volume ekspor mencapai 3.475.581,35 kg dengan jenis komoditi yang diekspor sebanyak 38 jenis.

Eksportir yang melakukan kegiatan ekspor dari Kabupaten Sleman selama tahun 2010 sebanyak 43 eksportir, dengan negara tujuan ekspor (NTE) yang tersebar ke 49 negara.

Tiga besar usaha kerajinan yang memiliki potensi untuk dikembangkan antara lain:

a) Pakaian jadi

Seperti tahun 2009, pada tahun 2010 produk pakaian jadi masih menjadi primadona ekspor Sleman ke manca negara. Pada tahun 2010 nilai ekspor pakaian jadi mencapai US $ 24.130.665,17 atau meningkat sebesar 1,85 % dari tahun 2009 yang besarnya mencapai US$ 23.691.655,54. Produk pakaian jadi Sleman diantaranya diekspor ke Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Turki dan Italia.

b) Sarung tangan

Nilai ekspor tahun 2010 mencapai US $ 16.557.420,88 atau naik sebesar 17,79 % dari tahun 2009 sebesar US $ 23.691.655,54. Produk sarung tangan Sleman diantaranya diekspor ke Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris, Malaysia dan Australia

(18)

c) Meubel kayu

Ekspor meubel kayu masih menjadi tiga besar komoditi ekspor Sleman ke manca negara. Pada tahun 2010 ekspor meubel kayu Sleman mencapai US $ 3.390.978,07. Nilai ekspor tersebut turun sebesar 3,68 % dari tahun 2009 yang besarnya mencapai US $ 3.520.789.80. Negara tujuan produk ekspor meubel kayu Kabupaten Sleman di antaranya ke Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris, Perancis, Spanyol, Malaysia, Australia dan Turki. 5) Potensi Wisata

Daya tarik wisata Sleman merupakan perpaduan antara karakter alam yang kuat, kebudayaan dan kepurbakalaan. Untuk menunjang kegiatan wisata telah tersedia fasilitas hotel, rumah makan, restoran, bandara dan sarana prasarana transportasi yang menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Sleman serta berbagai tempat hiburan. Potensi wisata yang diandalkan meliputi:

a) Wisata Pedesaan

Pada tahun 2010 terdapat 35 desa wisata dari sebelumnya 38 desa wisata pada tahun 2009. Desa-desa wisata tersebut dikelola oleh masyarakat secara mandiri. Selain desa wisata yang mengandalkan alam, budaya dan kesenian beberapa desa wisata juga menawarkan keunikan yang dimilikinya. Beberapa Desa Wisata Budaya seperti Brayut, dan Tanjung serta Desa Wisata Fauna Kethingan sampai saat ini masih menjalankan kegiatan dan menjaring wisatawan untuk berkunjung dan beraktivitas.

b) Wisata Budaya

Sleman memiliki cukup banyak potensi seni dan budaya yang masih berkembang di masyarakat dan masih dilaksanakan secara rutin hingga saat ini. Setidaknya terdapat 10 upacara adat, 36 merti dusun dan 13 lembaga budaya. Keberadaan potensi tersebut menyebar di berbagai wilayah kecamatan di Kabupaten Sleman. Masyarakat Sleman memiliki antusiasme

(19)

dan kesadaran yang tinggi dalam mengembangkan budaya lokal sehingga mampu menjadi obyek wisata budaya. Oleh karena itu sangatlah tepat konsep “Kecamatan sebagai Pusat Pelestarian dan Pengembangan Budaya” dikembangkan di 17 kecamatan se Kabupaten Sleman. Pada umumnya berbagai upacara adat dan merti dusun dilaksanakan pada Bulan Suro, Sapar dan Ruwah dalam penanggalan Jawa.

c) Wisata Alam

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung paling aktif di dunia. Bagi Kabupaten Sleman dan bahkan Provinsi DIY, keberadaan Gunung Merapi menjadi ikon kepariwisataan daerah. Kondisi alam yang sejuk dan panorama yang alami di lereng Gunung Merapi menjadi daya tarik unggulan. Fasilitas yang tersedia saat ini diantaranya camping ground, taman rekreasi anak, Tlogo Putri, kereta kelinci, flying fox serta fasilitas akomodasi berupa hotel dan pondok wisata. Hal ini mampu menjadikan kawasan Kaliurang sebagai kawasan wisata yang representatif. Bahkan beberapa hotel di kawasan ini juga sudah dilengkapi dengan fasilitas untuk meeting, incentive, conference, dan exhibition (MICE) dalam skala kecil dan menengah maupun sarana olah raga.

Selain itu, erupsi Merapi yang terjadi pada penghujung tahun 2010 justru membuka peluang baru untuk wisata tracking yang sebelumnya belum dikelola secara optimal. Lereng Merapi memiliki 3 alternatif wisata tracking, yaitu tracking Bukit Pronojiwo, tracking Bukit Gandok – Kalikuning, dan tracking Goa Jepang di Bukit Plawangan. Selain itu, kondisi pasca erupsi Gunung Merapi di kawasan utara Kecamatan Cangkringan juga memberikan peluang baru untuk pengembangan volcano tour yang mampu memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya.

(20)

d) Wisata Pendidikan

Sebagai bagian dari Provinsi DIY yang merupakan ‘Kota Pendidikan”, Sleman memiliki 45 perguruan tinggi negeri dan swasta. Perguruan tinggi-perguruan tinggi besar di Kabupaten Sleman seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran dan Universitas Sanata Darma (USD) dapat difungsikan sebagai wisata pendidikan. Selain itu keberadaan museum di Kabupaten Sleman juga menjadi salah satu potensi wisata pendidikan di Kabupaten Sleman. Beberapa museum yang berlokasi di Kabupaten Sleman di antaranya Museum Gunung Api Merapi, Museum Affandi, Museum Pendidikan UNY, Museum Geologi UPN, Museum Budaya Ullen Sentanu berlokasi di Kabupaten Sleman.

e) Wisata Sejarah Kepurbakalaan

Pada tahun 2010 di Sleman terdapat 72 candi, 116 situs, 33 tetenger/museum perjuangan, 3 peninggalan pesanggrahan, 414 rumah tradisional, 4 makam untuk ziarah dan 2 masjid pathok nagari.

f) Wisata Kuliner

Sampai dengan tahun 2010 terdapat 51 restoran dengan perincian 7 klasifikasi Talam Selaka dan 44 Talam Gangsa dan 204 rumah makan dengan perincian 44 kelas A, 72 kelas B, dan 88 kelas C.

b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata 10,39 % per tahun yaitu dari Rp 8,89 trilliun pada tahun 2006 menjadi Rp13,19 trilliun pada tahun 2010. PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK 2000) mengalami kenaikan rata-rata 4,58% per tahun yaitu dari Rp5,31 trilliun pada tahun 2006 menjadi Rp6,35 trilliun di tahun 2010.

(21)

Tabel 1.10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah)

No PDRB 2006 2007 2008 2009* 2010**

1. ADHB 8.898.867 9.972.193 11.446.071 12.503.760 12.094.832

2. ADHK 5.309.059 5.553.580 5.836.246 6.089.557 5.822.968

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Keterangan: *) = angka sementara.

**) = angka sangat sementara.

c. Struktur Perekonomian Daerah

Selama periode tahun 2006-2010, kontribusi sektor primer cenderung terus mengalami penurunan yaitu dari 17,78% pada tahun 2006 menjadi 16,48% tahun 2010, kontribusi sektor sekunder mengalami fluktuasi yaitu dari 27,75% pada tahun 2006 menjadi 27,25% pada tahun 2009 dan 27,32% pada tahun 2010 sedangkan kontribusi sektor tersier mengalami kenaikan yaitu dari 54,49% pada tahun 2006 menjadi 56,2% pada tahun 2010.

Tabel 1.11. Struktur Perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010

No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%) 2006 2007 2008 2009* 2010** 1. Primer 17,78 17,22 17,43 16,94 16,48 a. Pertanian 17,42 16,63 16,91 16,47 15,95 b. Pertambangan& Penggalian 0,36 0,59 0,52 0,47 0,53 2. Sekunder 27,75 27,77 27,40 27,25 27,32 c. Industri Pengolahan 16,45 16,04 15,49 15,11 14,82

d. Listrik, Gas & Air Bersih 0,86 0,90 0,90 0,92 0,93

e. Bangunan 10,45 10,83 11,01 11,22 11,57

3. Tersier 54,47 55,01 55,17 55,79 56,2

a. Perdag., Hotel & Rest. 21,21 21,69 21,87 22,29 22,51 b. Pengangkutan dan

Komunikasi 5,66 5,80 5,81 5,92 6,05

c. Keuangan,Persewaan

dan Jasa Perusahaan 10,16 10,21 10,25 10,35 10,37

d. Jasa-jasa 17,44 17,31 17,24 17,23 17,27

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Keterangan: *)= angka sementara. **) = angka sangat sementara

Empat sektor pendukung utama perekonomian di Kabupaten Sleman selama periode tahun 2006-2010 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian.

(22)

d. PDRB Perkapita

PDRB perkapita menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun meningkat rata-rata per tahun 8,48%. Pada tahun 2006 pendapatan perkapita sebesar Rp8.763.123,00 pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp12.094.832,00. Demikian juga PDRB perkapita menurut harga konstan (ADHK 2000) meningkat rata-rata per tahun 2,09% yaitu dari Rp 5.240.006,00 pada tahun 2006 menjadi Rp 5.822.968,00 pada tahun 2010.

Tabel 1.12. Pertumbuhan PDRB Perkapita Kabupaten Sleman Tahun 2006 - 2010 Tahun ADHB PDRB Perkapita (Rp) ADHK ADHB Pertumbuhan (%) ADHK

2006 8.763.123 5.240.006 - -

2007 9.712.226 5.408.803 10,83 3,22

2008 11.003.510 5.612.311 13,30 3,76

2009*) 11.868.036 5.789.440 7,86 3,16

2010**) 12.094.832 5.822.968 1,91 0,58 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten. Sleman.

Keterangan: *) = angka sementara. **) = angka sangat sementara.

e. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman selama 5 tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 tumbuh 4,50% sedangkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 sebesar 4,61% dan pada tahun 2010 turun menjadi 4,11%. Perkembangan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terlihat pada grafik 3 sebagai berikut:

Grafik 3. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006-2010

4,5 4,61 5,13 4,53 4,11 0 1 2 3 4 5 6 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 tertinggi terjadi pada sektor bangunan sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor

(23)

pertambangan. Data pertumbuhan ekonomi persektor secara rinci sebagaimana tabel 1.13 berikut.

Tabel 1.13. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010 No Lapangan Usaha Pertumbuhan (%)

2006 2007 2008 2009 2010*)

1. Pertanian 4,04 -0,13 6,94 1,75 0,80

2. Pertambangan 0,71 74,6 -7,96 -4,84 6,40

3. Industri Pengolahan 2,67 2,02 1,52 1,93 2,08

4. Listrik, Gas, dan Air 2,33 10,48 5,15 6,21 5,29

5. Bangunan 10,97 8,42 6,86 6,51 7,34

6. Perdagangan, Hotel & Rest 5,11 4,15 6,97 5,99 5,14

7. Pengangkutan 5,43 7,16 7,06 5,40 6,33

8. Keuangan 6,03 3,17 5,10 5,47 4,33

9. Jasa 2,95 3,61 3,81 4,70 4,33

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. :*) = angka sementara.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, Kabupaten Sleman membuka diri untuk penanaman investasi. Potensi investasi di Kabupaten Sleman terdiri dari berbagai sektor/bidang. Potensi investasi di bidang pertanian meliputi komoditas hasil pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan. Bidang pariwisata antara lain meliputi usaha wisata alam, wisata candi, museum, wisata olahraga, wisata pendidikan, wisata budaya, dan wisata agro. Bidang industri meliputi industri pengemasan, industri pengolahan dan industri pengolahan bahan galian golongan C.

Investasi yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi di Kabupaten Sleman adalah investasi non PMA-PMDN. Jumlah unit usaha dari investasi tersebut pada tahun 2009 sebanyak 29.222 dengan nilai investasi Rp2.289.736.900.000,00 dan jumlah tenaga kerja 228.268 orang. Pada tahun 2010 jumlah unit usaha meningkat menjadi 30.179 dengan nilai investasi Rp2.502.314.551.780,00 atau meningkat sebesar 9.28 % dengan jumlah tenaga kerja 234.508 orang.

f. Inflasi

Pada tahun 2010 tingkat inflasi di Kabupaten Sleman mencapai 7,46. Hal tersebut salah satunya dikarenakan krisis ekonomi global.

(24)

Perkembangan tingkat inflasi yang terjadi di Kabupaten Sleman dalam kurun waktu tahun 2006 – 2010 tergambar dalam grafik 4 berikut:

Grafik 4.Tingkat Inflasi di Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010

10,88 7,62 10,34 4,1 7,46 0 5 10 15 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman.

Berdasarkan kelompok pengeluaran tingkat inflasi tahun 2010 tertinggi terjadi pada bahan makanan. Pada tahun 2006 dan 2007 inflasi tertinggi juga terjadi pada kelompok bahan makanan. Sedangkan pada tahun 2008 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Adapun pada tahun 2009 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang. Secara rinci kondisi inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran yang terjadi di Kabupaten Sleman pada tahun 2006-2010 sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 1.14. Inflasi Kabupaten Sleman Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2006 - 2010 No Kelompok Pengeluaran 2006 2007 Tingkat Inflasi (%) 2008 2009 2010

1 Bahan Makanan 16,86 11,12 10,30 5,14 22,02

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok,

dan Tembakau 13,38 3,35 7,91 7,31 6,50

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas &

Bahan Bakar 11,72 5,13 18,90 5,80 6,23

4 Sandang 10,27 5,37 9,18 11,22 5,71

5 Kesehatan 4,02 5,84 4,75 6,16 0,60

6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah

Raga 11,04 11,08 5,50 -3,52 3,63

7 Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan 1,92 1,92 4,86 -1,99 2,26

Umum 10,88 7,62 10,34 4,10 7,46

Gambar

Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman
Tabel 1.2 Ketinggian  Wilayah Kabupaten Sleman
Tabel 1.3. Jumlah Rumah tinggal yang dihuni di Kabupaten Sleman Tahun 2010*)    No  Kecamatan  Jumlah  rumah tinggal yang dihuni  Keterangan
Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan  dan  Rasio Seks Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini penulis bertujuan untuk membuat perancangan website Sistem informasi pengaduan kecelakaan berkendara, merupakan sebuah website yang digunakan untuk

Indonesia memiliki Jawa Barat dan sebagai provinsi maju di Indonesia banyak memberikan arahan menegenai pembangunan sesuai dengan yang dikeluarkan oleh dinas

Hari Marsongko 46 (2009) dengan judul Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan SD Muhamadiyah Wonorejo. Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), kawasan Kelurahan Bhayangkara umumnya didominasi oleh peruntukan perumahan dan pemukiman dengan luas lebih kurang

T´oth, A generalization of Pillai’s arithmetical function involving regular convolutions, Proceedings of the 13th Czech and Slovak International Conference on Number Theory

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta terutama pada pasal 7 ayat (2) huruf d dan khususnya pasal 32 dan

Berdasarkan uraian di atas jika dikaitkan dengan kasus Kebun Sayur Ciracas dapat disimpulkan, walaupun berdasarkan Pasal 21 ayat (2) UUPA oleh pemerintah ditetapkan badan-badan

From the aspect of external loan utilization policies, external loans are directed to support the national development priorities in three dimensions of development in