• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TERAPI BACAAN AL-QUR AN SURAH AR-RAHMAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN CHRONIK KIDNEY DISEASE (CKD) DI RSUD Dr.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN TERAPI BACAAN AL-QUR AN SURAH AR-RAHMAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN CHRONIK KIDNEY DISEASE (CKD) DI RSUD Dr."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TERAPI BACAAN AL-QUR’AN SURAH AR-RAHMAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN

CHRONIK KIDNEY DISEASE (CKD) DI RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Dewi Sulistyani A01401873

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2016 / 2017

(2)

ii

PENERAPAN TERAPI BACAAN AL-QUR’AN SURAH AR-RAHMAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN

CHRONIK KIDNEY DISEASE (CKD) DI RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Ilmiah

disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

Dewi Sulistyani A01401873

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2016 / 2017

(3)
(4)
(5)
(6)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

DAFTAR ISI ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Studi Kasus ... 5

D. Manfaat Studi Kasus ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka a. Pengkajian ... 7 b. Diagnosa ... 13 c. Perencanaan ... 14 d. Implementasi ... 17 e. Evaluasi ... 19

B. Terapi murottal pada pasien CKD 1. Definisi cronik kidney disease ... 21

2. Anatomi ginjal ... 21

3. Patofisiologi ... 23

4. Penyebab ... 25

5. Manifestasi klinis ... 26

6. Kecemasan terhadap pasien chronic kidney disease ... 28

(7)

viii

a. Surah Ar-Rahman ... 34

b. Manfaat Ar-Rahman bagi kesehatan ... 36

c. Manfaat murottal bagi terapi ... 37

BAB III METODE STUDI KASUS A. Rancangan Studi Kasus ... 39

B. Subjek Studi Kasus ... 39

C. Fokus Studi Kasus ... 39

D. Definisi Operasional ... 40

E. Instrument Studi Kasus ... 40

F. Metode Pengumpulan Data ... 41

G. Lokasi & Waktu Studi Kasus ... 42

H. Analisis Data dan Penyajian Data ... 42

I. Etika Studi Kasus ... 42

BAB IV HASIL STUDIKASUS A. Hasil Studi Kasus ... 43

B. Pembahasan ... 54

C. Pemberian Terapi Sutrah Ar-Rahman ... 63

D. Keterbatasan Studi Kasus ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Satan ... 68 DAFTAR PUSTAKA

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PENERAPAN TERAPI BACAAN AL-QUR’AN SURAH AR-RAHMAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN CHRONIK KIDNEY DISEASE (CKD) DI RSUD Dr.SOEDIRMAN KEBUMEN”. Dapat terselesaikan, Tak lupa Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang senantiasa kami nantikan syafaatNya dan yang selalu menerangi dunia ini dengan cahaya Islam.

Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil ujian komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong.

Terwujudnya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Ibu Herniyatun, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong yang terlah memberikan kesempatan dan memberikan fasilitas untuk menimba ilmu.

2. Ayah handa subhan dan ibunda sulastri, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan.

3. Bapak Sawiji,S.Kep.NS,M.Sc selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Semua dosen Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat

(9)

x

5. Untuk sahabatku dewi wahyuningsih ,ida wahyuni yang telah memberiku semangat dan masukan ,diana puspita sari dan feni retno maningrum terimakasih selalu setia menjadi sahabatku.

6. Buat teman -temanku satu angkatan Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual

Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan krya tulis ilmiah ini dengan limpahan rahmat dan hidayahNya. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya di bidang kesehatan.

Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari.

Gombong, 9 juni 2017

(10)

xi Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong Karya Tulis Ilmiah, Juli 2017

Dewi Sulistyani1), Sawiji2)

TERAPI BACAAN SURAT AR-RAHMAN MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

DI RSUD Dr.SOEDIRMAN KEBUMEN ABSTRAK

Latar Belakang: Prevalensi penderita CKD di Amerika Serikat sebesar 1.901 penduduk, di

Indonesia sekitar 0.2%, di Jawa Tengah yaitu Surakarta (52,22%) dan Kebumen sekitar 456 penderita. Sejumlah 65,9% pasien CKD yang menjalani hemodialisis mengalami kecemasan. Salah satu tindakan yang di gunakan untuk mengatasi kecemasan adalah terapi murottal Al-Qur’an surat Ar-Rahman.

Tujuan: Menggambarkan penerapan terapi bacaan surat Ar-Rahman untuk mengurangi tingkat

kecemasan pasien CKD.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskiptif dengan studi kasus pada satu orang

penderita CKD. Instrument dalam studi kasus ini berupa lembar kuisioner HRSA, handphone yang berisi murottal surat Ar-Rahman dan headset.

Hasil: Hasil evaluasi menunjukkan setelah dilakukan terapi bacaan surat Ar-Rahman kecemasan

pasien menurun. Dengan demikian diagnosa keperawatan kecemasan dapat teratasi. Penerapan terapi murottal Al-Qur’an surat Ar-Rahman efektif menurunkan kecemasan.

Kata Kunci : CKD, kecemasan, terapi murottal surat Ar-Rahman

---

1Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong 2

(11)

xii Diploma III Nursing Program

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong Scientific Paper, July 2017

Dewi Sulistyani1), Sawiji2)

THERAPY OF SURAH AR-RAHMAN READING REDUCED ANXIETY LEVEL OF CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) PATIENT IN

Dr. SOEDIRMAN HOSPITAL OF KEBUMEN ABSTRACT

Background: The prevalence of CKD in the United States is 1,901 people. Meanwhile, in

Indonesia is about 0.2%, in Central Java including Surakarta (52.22%) and Kebumen is about 456 patients. There were 65.9% of CKD patients who have hemodialysis therapy experience anxiety. Therapy using Al-Qur'an murottal especially surah Ar-Rahman is used to overcome anxiety of the patient.

Objective: To describe the application of surah Ar-Rahman reading to reduce the level of anxiety. Methods: The present study used descriptive method of one CKD patient. Instruments included

HRSA questioners, a handphone containing murottal surah Ar-Rahman and a headset.

Results: The evaluation showed that nursing diagnosis of anxiety has been resolved meaning that

the murottal Al-Qur'an therapy (surah Ar-Rahman) effectively reduced anxiety.

Keywords: chronic kidney disease, anxiety, murottal therapy

---

1 Diploma III Nursing Student 2 The Research Consultant

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Chronic Kidney Disease (CKD),penyakit tersebut merupakan proses kerusakakn ginjal selama rentang waktu lebih dari tiga bulan.pada kasus tersebut ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam asupan makanan normal(Muhammad,2012) Chronic kidney disease merupakan penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut maupun secara kronis.Gagal ginjal akut bila penurunan fungsi ginjal belangsung secara tiba – tiba ,Tetapi kemudian dapat kembali normal setelah penyebabnya segera dapat teratasi.(Alam syamsir dan Hadi broto iwan, 2007).

Berdasarkan data yang di keluarkan oleh PT.Askes, pada taun 2009 jumlah pasien chronic kidney disease sebanyak 70 ribu orang lalu pada taun 2010 jumlah pasien gagl ginjal kronik adalah 17.507 orang dan meningkat lagi pada taun 2011 sekitar lima ribu. Pada taun 2011 ke 2012 terjadi peningkatan yakni 24.141 pasien (Nawawi, 2013).

Kasus chonik kidney disease laporan The United Stase Renal Data

System (USRDS, 2013) menunjukan prevalensi rate penderita penyakit gagal

ginjal kronik di amerika serikat pada taun 2011 sebesar 1.901 per juta penduduk. Treatment of End- stage organ Failure in Canada, 2000 sampai 2009 menyebutkan bahwa hampir 38.000 warga kanada hidup dengan penyakit gagal goinjal kronik dan telah meningkat hamper 3x lipat dari taun 1990, dari Jumlah tersebut 59% (22.300) telah menjalani hemodialisa dan

(13)

2

sebanyak 3000 orang berada di jadwal tunggu untuk traspaltasi ginjal (Corrigan 2011).

Menurut worl Healt Organization (WHO), Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami gagal ginjal kronik(Ratnawati,2014).Berdasarkan data dari riset kesehatan dasar (Riskesdas)taun 2013 prevelensi gagal ginjal kronik (ckd) di Indonesia sekitar 0.2%.Prevelensi umur 75 taun dengan 0,6% lebih tinggi dari kelompok umur lainnya,Prevelensi gagal ginjal kronik (ckd) di Sulawesi utara sebesar 0,4% dimana angka lebih tinggi dari prevelensi nasional.Hal tersebut bisa di lihat dari tingginya angka penderita penyakit cronik kidney disease di dunia.Di Indonesia, termasuk Negara dengan tingkat penderita gagal ginjal kronik yang cukup tinggi, Menurut survey yang di lakukan perhimpunan nefrologi Indonesia ,jumlah penderita penyakit gagalginjal kronik di perkirkan setiap taun terjadi peningkatan 5 – 10 % pasien chronic kidney disease (PENREFRI, 2011). Sedangkan data dari dinkes jawa tengah (2008) bahwa kasus CKD di jawa tengah yang paling tinggi adalah Surakarta dengan 1497 kasus ( 52,22% ) dan posisi kedua adalah kabupaten sukoharjo yaitu 742 kasus ( 12,50% ). (Roesli, 2013) dan kabupaten Kebumen mencapai 3% atau sekitar 456 penderita. (Dinkes,2011)

Tindakan medis yang dilakukan penderita penyakit chronic kidney disease adalah dengan melakukan terapi dialysais tergantung pada keluhan pasien dengan kondisi kormobid dan parameter labolatorium, kecuali bila sudah ada donor hidup yang di tentukan, keharusan transpaltasi terhambat oleh langkanya pendonor. Pilihan terapi dialysisi meliputi hemodialisa dan peritoneal dialysis (hartono, 2013)

Hemodialisa (HD) merupakan salah satu terapi untuk mengalirkan darah ke dalam satu alat yang terdiri dari dua kompartemen yaitu darah dan dialiser untuk mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan

(14)

3

tubuh. Akibat yang di rasakan saat hemodialisa berlangsung seperti kram otot,hipotensi,mual dan muntah (lewis et al, 2011)

Berdasarkan peneliti Tanvir,dkk di Pakistan, 65,9% pasien dengan penyakit chronic kidney disease yang di hemodialisis mengalami kecemasan dan depresi (Tanvir, 2013). Dampak psikologi yang di rasakan pasien seringkali kurang menjadi perhatian bagi para dokter ataupun perawat pada umumnya, pengobatan di rumah sakit di fokuskan pada pemulihan kondisi fisik tanpa memperhatikan kondisi psikologis pasien seperti kecemasan dan depresi (Agustriadi, 2009)

Tindakan keperawatan untuk penanganan masalah kecemasan yaitu dapat berupa tindakan mandiri oleh perawat, contohnya seperti tehnik relaksasi dan distraksi. Salah satu teknik distraksi yang di gunakan untuk mengatasi kecemasan pada pasien adalah dengan musik klasik,(Potter and perry, 2010). Salah satu yang di gunakan untuk mengatasi kecemasan pada pasien adalah terapi murottal Al-Qur’an, karena tehnik distraksi merupakan tindakan untuk mengalihkan perhatian.

Murotal merupakan suara rekaman Al-Quran yang di lagukan seorang qori’ Dalam penelitian yang di lakuka Abdurrohman, Perdana & Andhika (2008) stimulant Al-Quran dapat di jadikan sebagai terpi relaksasi bahkan lebih baik di bandingkan stimulus terapi musik lain karena stimulan Al-Quran dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11%.

Menurut widayati (2011) murotal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh positif bagi pendengaran (cit Handayani, 2014). Terapi murottal dapat memepercepat penyembuhan, hal ini telah di buktikan oleh berbagai ahli seperti yang telah di lakukan Ahmad Al Khadi di rektur utama Islamic Medicine institute for educaton di florida, Amerika Serikat. Dalam konferensi taun ke XVII Ikatan Dokter amerika, dengan hasil penelitian bahwa mendengarkan ayat suci Al-Quran memiliki pengaruh yang signifikan

(15)

4

dalam menurunkan ketegangan urat syaraf reflektif dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantiatif oleh alat berbasis kimputer (Remolda, 2009).

Salah satu surah di dalam Al-Qur’an ysng mrmiliki efek terapiutik adalah surah Ar Rahman terdiri dari 78 ayat memiliki makna mengenai sifat pemurah dan sifat kasih sayang tuhan kepada hamba-Nya serta terdapat ayat yang di ulang sampai 31 kali (Qadhi, 2009)

Terapi murottal memiliki aspek yang sangat di perlukan dalam mengatasi kecemasan, yakni kemampuan membentuk koping baru untuk mengatasi kecemasan. Terapi murottal memiliki dua poin penting, yaitu memiliki irama yang indah dan secara psikologis dapat memotivasi dan memberikan dorongan semangat dalam menghadapi masalah yang sedang di hadapi, (Faradisi, 2012)

Sebagaimana Alloh SWT menurunkan Al-Qur’an kepada Rasululloh SAW sebagai penyembuh bagi kaum mukmin. Sesuai dengan firmannya :

“ketauilah, hanya dengan mengingat Alloh (zikrullah) hati menjadi tenang”. Q-s Ar-Ra’d ayat 28. Niscaya hati akan merasakan getaran iman, hati tetap

selalu tenang, Sehingga tidak larut memikirkan beban perasaan dan kecemasan.

Penatalaksanaan untuk menurunkan depresi dapat di lakukan dengan dua tindakan yaitu farmakologi dan non farmakologi, Penatalaksanaan farmakologi yaitu penggunaan anti depresan. Pengobatan non farmakologi untuk depresi adalah psikoterapi suportif, terapi kognitif perilaku, terapi keluarga dan terapi relaksasi (Lubis, 2009). Terapi saat ini yang mulai berkembang di dunia adalah terapi psikoreligius, salah satu contoh terapi ini adalah terapi Al-Qur’an (Erita, 2014).

(16)

5

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pemberian terapi bacaan surah Ar-Rahman terhadap tinkat kecemasan pada pasien chronic kidney disease.

C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pasien chronic kidney disease (CKD) dengan terapi bacaan surah Ar-Rahman untuk mengurangi tingkat kecemasan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengidentifikasi pengkajian chronic kidney disease b. Mamu merumuskan diagnose keperawatan

c. Mampu merencanakan tindakan d. Mampu melakukan implementasi

e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan untuk mengatasi kecemasan pada chronic kidney disease

f. Menguraikan pengaruh bacaan al-qur’an surah ar-rahman terhadap tingkat kecemasan pasien chronic kidney disease.

D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini,di harapkan memberikan manfaat bagi : 1. Masyarakat

Diharapkan dapat memperkaya pengetahuan masyarakat mengenai terapi bacaan surah Ar-Rahman terhadap tingkat kecemasan pasien chronic kidney disease.

2. Pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan :

Sebagai salah satu referensi tentang penerapan terapi bacaan Al-Qur’an surah Ar-Rahman terhadap tingkat kecemasan pasien chronic kidney disease.

(17)

6

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemberian terapi audio murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Alam S & Hadibroto I. (2007). Gagal Ginjal.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Arslan, Ozer, & Ozyurt, 2007; American Music Therapy Association, Jakarta.

Agustriadi, O. (2009). Hubungan antara Perubahan Volume Darah Relatif danEpisode Hipotensi Intradialitik Selama Hemodialisis pada Gagal Ginjal Kronik (Karya Akhir). Universitas Udayana.

Afrilina, Siska. (2014). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Hidup Pasien Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di RSUP DR. M. Djamil Padang. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

A.Aziz Alimul Hidayat, (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta

Anwar, Y.P.( 2010). Sembuh dengan Al Quran.Jakarta: Sabil

Brunner & Suddarth’s. (2010). Text book ofmedical-surgical nursing, vol 1 (12the dition). Wolters kluwer : Lippincott williams & wilkins.

Brunner & Suddarth’s. (2009). Keperawatan medical bedah, Yasmin asih S,kp,penerbit buku kedokteran, Jakarta.

Brunner & Suddart. (2009). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta Cahyaningsih. (2011). Hemodialisis (Cuci Darah) Panduan Praktis Keperawatan

Gagal Ginjal. Yogyakarta

Corrigan, RM. (2011). The Experience Of The Older Adult With End-Stage RenalDisease On Hemodialysis. Thesis of Queen’s University. Canada. Diakses pada tanggal 2 Desember 2016.

Departemen Agama Republik Indonesia. (2009). Al-Qur’an Terjemahan. Jakarta: Dinkes Provinsi Jawa Tengah. (2012). Buku Profil Kesehatan Jawa Tengah

Tahun2012.http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFILK

ES/PROFINSI/2012/13/Profil/Kes.Prov.JawaTengah/2012.pdf.DiaksesTanggal 12 Oktober 2015.

(19)

Faradisi, F. (2012). Efektifitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan Praoperasi di Pekalongan.Jurnal

IlmiahKesehatan. 5(2).

Gloria M. Bulechek, Dkk.(2013), Buku Nursing Intervention Clasifikation.

Hutahaean, Serri. (2010), Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan. TIM : Jakarta

Muhammad, A. (2012). Pengertian Gagal Ginjal Kronik. Banguntapan,Jogjakarta. Mindlin.(2009). Brain Music, http://www.editinternational.com tanggal akses 15 mei

2014. Jam 15:00.

Martinez, J.(2009). Is Music Theraphy, Nephrology Nursing Journal. Vol: 36, No 3. Mari B.(2009), Buku saku pathofisiologi,penerjemah Nike budhi subekti, Buku

kedokteran, Jakarta.

Nurusalam .(2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan praktik. Jakarta

PERNEFRI. (2011). Konsensus Peritoneal Dialisis pada Penyakit Gagal Ginjal Kronik. Jakarta: Penerbit PERNEFRI

Potter, P.A, & Perry, A.G. (2007). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses, dan Praktik. Edisi ke-4. (Yasmin Asih., dkk, Terj.) Jakarta: EGC. (Naskah asli dipublikasikan tahun 1997)

Qadhi, A. (2009). Pengaruh Al-Qur’an terhadap fisiologi dan psikologi manusia.http://astitheminority.abatasa.com/post/detail/6971/pengaruh

alqur%e2&80%99an-terhadap-fisiologi-dan-psikologi-manusia-html.html.Diakses tanggal 12 Oktober 2015. Jam 19.58

Rooney DM. Medical Student Anxiety Toward the Male Genitourinary Rectal Examination.University of Illinois Journal. 2012; 1-9

Soe Mohhead, Dkk.(2013), Buku Nursing Outcome Clasifikation.

(20)

Stuart, G. W & Laraira, M.T. (2011). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (7th Editions). St. Louis : Mosby

Smeltzer S,C. dan Bare B.G., et.al, (2008) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Volume 2 (Edisi kedelapan). Jakarta : EGC.

Widyarti. (2010).pengaruh bacaan Al-Qur’an Terhadap Kecemasan Pasien

Sindroma koroner di RS Hasan Sadikin. Jurnal.unpad.ac.id

Zahro, F.(2011). Aspek-aspek Pendidikan dalam Ar Rahman 1-30, (Online), (http://www.digilib.uin-suka.ac.id., diakses tanggal 28 September 2015, jam 13.30 WIB).

(21)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MENDENGARKAN TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN

INTRUKSI KERJA TANGGAL TERBIT : DITETAPKAN

OLEH : Pengertian Terapi murottal Al-Qur’an adalah salah satu terapi

distraksi

(non farmakologi) untuk menurunkan nyeri post operasi

fraktur.

Tujuan 1. Memberikan ketenangan dan rileks pada tubuh

2. Mencegah teradinya stress yang diakibatkan karena nyeri post operasi fraktur

3. Mengaihkan perhatian terhadap nyeri

4. Menurunkan intensitas nyeri post operasi fraktur

Kebijakan Pasien dengan post operasi fraktur

Petugas Perawat

Peralatan 1. Lembar pengukur nyeri (NRS)

(22)

3. HandPhone yang berisi rekaman murottal Al-Qur’an

Prosedur Pelaksanaan

A. Tahap Pra-Interaksi

1. Menyiapkan SOP mendengarkan terapi Murottal Al-Qur’an

2. Menyiapkan alat

3. Melihat data atau status pasien

4. Melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh perawat

5. Mengkaji kesiapan pasien untuk melakkan terapi mendengarkan Murottal Al-Qur’an

6. Menyiapkan ruangan yang tenang dan tidak ada kebisingan

(23)

B. Tahap Orientasi

1. Memberkan salam dan memperkenalkan diri

2. Menanyakan identitas pasien dan menyampaikan kontrak waktu

3. Menjelaskan tujuan dan prosedur

4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien

C. Tahap Kerja

1. Membaca tasmiyah

2. Posisikan klien berbaring dengan

meletakan tangan di perut atau di samping badan

3. Intruksikan pasien untuk melakukan teknik nafas dalam 3 kali atau sampai pasien merasa rileks

(24)

4. Pasang headset yang sudah disambungkan ke HP di kedua teinga pasien

5. Nyalakan murottal sambil mengintruksikan klien untuk menutu mata

6. Intruksikan pasien untuk memfouskan pikiranya pada lantunan ayat-ayat Al-Qur’an terebut selama ± 20 menit

7. Setelah selesai kemudian intruksikan pasien untuk memuka mata dan melakukan teknik nafas dalam sebanyak 3 kali atau sampai pasien merasa rileks

D. Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Menganjurkan pasien untuk melakukan kembali teknik mendengarkan terapi Murottal Al-Qur’an jika nyeri

3. Membaca tahmid dan berpamitan dengan pasien

4. Mencuci tangan

5. Mencatat dalam lembar catatan keperawatan

(25)
(26)

QUISIONER TINGKAT KECEMASAN

HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HRSA)

Nama Responden : Tn. S

Umur : 26 tahun

Tanggal Pelaksanaan : 6 juli 2017 Keterangan

Skor : 0 = tidak ada = Sangat tidak setuju( STS) 1 = ringan = Tidak setuju (TS)

2 = sedang = Ragu –ragu (R) 3 = berat = Sesuai (S)

4 = berat sekali= Sangat sesuai (SS)

Total skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan 14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang 28 – 41 = kecemasan berat 42 – 56 = kecemasan berat sekali

(27)

Isilah table di bawah ini menggunakan ( v ) sesuai pilihan anda. No Pernyataan 0 (STS) 1 (TS) 2 (R) 3 (S) 4 (SS) 1 Apa yang saya rasakan sekarang ?

a. Cemas b. Firasat Buruk

c. Takut Akan Pikiran Sendiri d. Mudah Tersinggun

v

2 Apa yang saya rasakan ketika tegang ?

a. Merasa Tegang b. Lesu

c. Tak Bisa Istirahat Tenang d. Mudah Terkejut

e. Mudah Menangis f. Gemetar

g. Gelisah

v

3 Saat saya cemas ,saya takut… a. Pada Gelap

b. Pada Orang Asing c. Ditinggal Sendiri d. Pada Binatang Besar

e. Pada Keramaian Lalu Lintas f. - Pada Kerumunan Orang

Banyak

v

4 Ketika saya cemas,saya mengalami …

(28)

b. Terbangun Malam Hari c. Tidak Nyenyak

d. Bangun dengan Lesu e. Banyak Mimpi-Mimpi f. Mimpi Buruk

g. - Mimpi Menakutkan

v

5 Apa yang saya rasakan ketika cemas di paksa untuk belajar ?

a. Sukar Konsentrasi b. - Daya Ingat Buruk

v

6 Bagai mana perasaan saya ketika cemas ?

a. Hilangnya Minat

b. Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi

c. Sedih

d. Bangun Dini Hari

v

7 Apa efek yang terjadi ketika saya cemas ?

a. Sakit dan Nyeri di Otot-Otot b. Kaku

c. Kedutan Otot d. Gigi Gemerutuk e. Suara Tidak Stabil

v

8 Apa perasaan saya ketika cemas ? a. tinitus (telinga berdenging) b. penglihatan kabur

(29)

d. merasa lemas

e. perasaan ditusuk-tusuk

9 Ketika saya cemas apa yang terjadi ?

a. Sering Buang Air Kecil

b. Tidak Dapat Menahan Air Seni

c. Ereksi hilang

d. Impotensi v

10 Ketika saya cemas,saya merasa a. Mulut Kering

b. Muka Merah c. Mudah Berkeringat d. Pusing, Sakit Kepala e. - Bulu-Bulu Berdiri

v

11 Bagaimana tingkah laku saya ketika cemas ? a. Gelisah b. Tidak Tenang c. Jari Gemetar d. Kerut Kening e. Muka Tegang

f. Tonus Otot Meningkat g. Napas Pendek dan Cepat h. - Muka Merah

v

(30)

QUISIONER TINGKAT KECEMASAN

HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HRSA)

Nama Responden : Tn.S

Umur : 26 tahun

Tanggal Pelaksanaan : 6 juli 2017 Keterangan

Skor : 0 = tidak ada = Sangat tidak setuju( STS) 1 = ringan = Tidak setuju (TS)

2 = sedang = Ragu –ragu (R) 3 = berat = Sesuai (S)

4 = berat sekali= Sangat sesuai (SS)

Total skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan 14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang 28 – 41 = kecemasan berat 42 – 56 = kecemasan berat sekali

(31)

Penilan secara objektif. No Pernyataan 0 (STS) 1 (TS) 2 (R) 3 (S) 4 (SS) keterangan 1 Gejala jantung a. Takhikardia b. Berdebar c. Nyeri di Dada d. Denyut nadi e. Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan f. Detak Jantung Menghilang (Berhenti sekejap) g. Tekanan darah h. Suhu v 2 Gejala Gastrointestinal a. Sulit Menelan b. Perut Melilit c. Gangguan Pencernaan

d. Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan e. Perasaan Terbakar di

Perut

f. Rasa Penuh atau Kembung

g. Mual h. Muntah

(32)

i. Buang Air Besar Lembek

j. Kehilangan Berat Badan

k. Sukar Buang Air Besar (Konstipasi) 3 Gejala Respiratori

a. Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada b. Perasaan Tercekik c. Sering Menarik Napas d. - Napas Pendek/Sesak e. pernafasan v

(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)

PENGARUH MUROTAL AL-QUR’AN TERHADAP TINGKAT DEPRESI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI PKU

MUHAMMADIYAH GAMPING

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh NADIA IMARA FASA

20120320170

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016

(42)
(43)

3

The Effect Of Murotal Al-Qur’an To Depression Level Of Chronic Renal

Failure Patient Who Undergoing In PKU Muhammadiyah Gamping.

Pengaruh Murotal Al-Qur’an Terhadap Tingkat Depresi Pasien Gagal

Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Pku Muhammadiyah

Gamping

Nadia Imara Fasa1, Erfin Firmawati2

1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY

ABSTRACT

Patients with hemodialysis have experiencing psychological problems, one of which is depression. The prevalence in hemodialysis patients is still high. Management to reduce depression can be treated with non-pharmacological, One of that is psikoreligius therapy, kind of this therapy is murotal Al-Qur'an that when played will provide a relaxing effect.

The aim of this study was to determine the effect of murotal al-qur’an the depression levels of CRF patients undergoing hemodialysis.

This study was a quantitative research with Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. Measurement of depression can using questionnaires HADS. The research was conducted from July 2016 in PKU Muhammadiyah Gamping. Respondents are divided into 15 people in the treatment group were given intervention in the form of murotal Al-Qur’an and 15 people in the control group with purposive sampling with simple random sampling technique division. The analysis used Wilcoxon test and Mann-Whitney U.

The results showed no significant effect on murotal Al-Qur'an to the level of depression shown p> 1.000.

Murotal Al-Qur'an there is no influence on the level of depression, but murotal Al-Qur'an can be used as non-pharmacological interventions for depression. For further research, the researchers suggest in order to control confounding factors.

(44)

4

INTISARI

Pasien dengan hemodialisis banyak mengalami masalah psikologis, salah satunya adalah depresi. Prevalensi depresi pada pasien hemodialisis masih tinggi. Penatalaksanaan untuk menurunkan depresi dapat dilakukan dengan tindakan non farmakologi, salah satunya adalah terapi psikoreligius, yaitu terapi murotal Al-Qur’an yang dapat memberikan efek relaksasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian murotal Al-Qur’an terhadap tingkat depresi pasien GGK yang menjalani hemodialisis

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan Quasy-Experimental with pre-test and

post-test control group design. Pengukuran depresi dilakukan dengan menggunakan kuisioner HADS.

Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 di PKU Muhammadiyah Gamping. Responden terdiri dari 15 orang di kelompok eksperimen yang berikan intervensi berupa murotal Al-Qur’an dan 15 orang di dalam kelompok kontrol dengan teknik purposive sampling dengan pembagian simple

random sampling. Analisa yang digunakan adalah uji Wilcoxon dan Mann-Whitney U.

Hasil penelitian menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan pada murotal Al-Qur’an terhadap tingkat depresi dengan ditunjukan p= >1,000.

Pemberian murotal Al-Qur’an tidak terdapat pengaruh terhadap tingkat depresi, namun murotal Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai intervensi non-farmakologi terhadap depresi. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan agar dapat mengontrol faktor-faktor pengganggu.

(45)

5

PENDAHULUAN

Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel, dimana tubuh gagal mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia, yang ditandai dengan GFR kurang dari 60 mL/menit per 1,73 m3 selama lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal. (National Kidney Foundation’s Kidney

Disease and Outcome Quality Initiative,

2002 dalam Pardede,D, 2012).

Angka GGK di dunia masih tinggi. Di Yogyakarta terdapat 1.416 pasien, dimana 852 pasien baru dan 564 pasien aktif (Indonesia Renal Registry (IRR), 2014). Angka kejadian gagal ginjal kronik terbanyak di Indonesia disebabkan oleh hipertensi yang meningkat menjadi 37 % diikuti oleh Nefropati diabetika sebanyak 27 %. Glomerulopati primer memberi proporsi yang cukup tinggi sampai 10 % dan Nefropati Obstruktif pun masih memberi angka 7 % (Indonesia Renal

Registry (IRR), 2014).

Salah satu terapi GGK adalah hemodialisis. Hemodialisis (HD) adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialiser (Supriyadi, Wagiyo & Widowati, 2011).

Hemodialisis mempunyai dampak tertentu bagi pasien. Dampak pasien yang menjalani hemodialisis yaitu kurangnya kontrol atas aktivitas kehidupan sehari-hari dan sosial, kehilangan kebebasan, pensiun dini, tekanan keuangan, gangguan dalam kehidupan keluarga, perubahan citra diri, dan berkurang harga diri, sehingga mengakibatkan masalah dalam psikososial seperti kecemasan, isolasi sosial, kesepian, tidak berdaya, dan putus asa, depresi (Tezel, Karabulutlu, 2011).

Depresi menjadi salah satu masalah psikologis pada pasien GGK yang

menjalani hemodialisis. Depresi merupakan penyakit yang melibatkan tubuh, suasana hati, dan pikiran (Shanty, 2011).

Menurut Chang, Ku, Park, Kim dan Ryu (2012) dalam Alfiyanti, Setyawan dan Kusuma (2014), menyatakan prevalensi depresi pada populasi umum yang termasuk berat sekitar 1,1-15% pada laki-laki dan 1,8-23% pada wanita, sedangkan prevalensi pada pasien hemodialisis yang mengalami depresi sekitar 20-30% bahkan bisa mencapai 47%. Angka pravelensi ini dapat dikatakan cukup tinggi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis.

Faktor yang menyebabkan depresi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis adalah faktor biologi (depresi dapat dipicu oleh masalah yang dialami pasien), genetik dan psikososial, seperti proses hemodialisis, beban ekonomi, komplikasi proses dialisis, ketergantungan pada mesin, aturan diet ketat, mobilitas yang terbatas dan stresor lainnya. Timbulnya depresi merupakan respon dari ketidakpastian masa depan dan ketakutan akan kematian (Kaplan, 2010; Hasrini, 2009 dalam Mukaromah, Muliani dan Vitniawati, 2012).

Penatalaksanaan untuk menurunkan depresi dapat dilakukan dengan dua tindakan yaitu farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan farmakologi

yaitu penggunaan anti depresan.

Pengobatan nonfarmakologi untuk depresi adalah psikoterapi suportif, terapi kognitif-perilaku, terapi keluarga dan terapi relaksasi, terapi interpersonal, serta konseling dan dukungan social (Lubis, 2009). Terapi saat ini yang mulai

berkembang didunia adalah terapi

psikoreligius, salah satu contoh terapi ini adalah terapi Al-Qur’an (Erita, 2014). Ilmu kedokteran telah banyak mengungkapkan manfaat dari metode Al-Qur’an untuk pengobatan kuratif. Selain itu hal ini juga

(46)

6

telah diungkap dalam kitab suci yang menyatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan sebagai penyembuh (Asy Syifaa) dan petunjuk (al-huda) bagi orang-orang yang beriman.

“Dan Kami turunkan dari

Al-Qur`an suatu yang menjadi

penyembuh dan rahmat bagi

orang-orang yang beriman dan Al-Qur`an

itu tidaklah menambahkepada

orang-orang yang dzalim selain kerugian.” (Al-Isra`: 82).

Terapi murottal Al-Qur’an adalah rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh Qori’ (pembaca Al-Qur’an). Lantunan Al-Qur’an mengandung suara manusia, sedangkan suara manusia merupakan instrument penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stress dengan cara mengaktifkan hormon endhorphin alami, meningkatkan perasaan rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, menurunkan tekanan darah, serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktifitas gelombang otak (Purna, 2006; Heru, 2008 dalam Pratiwi, Hasneli dan Ernawaty, 2015).

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan salah satu Surat Makiyyah dalam Al-Qur’an yaitu Q.S Ar-Rahman yang merupakan surat ke 55 dan berjumlah 78 ayat. Dalam Surat tersebut menerangkan kepemurahan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan memberikan nikmat yang tak terhingga baik di dunia maupun diakhirat nanti. Ar-Rahman mempunyai karakter ayat pendek sehingga ayat ini nyaman didengarkan dan dapat menimbulkan efek relaksasi bagi pendengar yang masih awam sekalipun (Srihartono, 2007 dalam Pratiwi et al, 2015). Sejalan dengan penelitian Al-Kahdi dalam Remolda (2011), bahwa Al-Qur’an yang diperdengarkan akan memberikan

efek relaksasi sebesar 65% dan mengurangi ketegangan urat syaraf sebesar 97% pada pasien hemodialisis. Hal ini dapat berdampak dalam menurunkan tingkat depresi apabila diperdengarkan kepada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

Pada keadaan depresi terjadi peningkatan ACTH (hormone stres). ACTH berperan merangsang keluarnya kortisol dari korteks adrenal. Pada pasien depresi terjadi peningkatan kadar kortisol terutama pada malam hari atau sore hari, sedangkan pada orang normal tidak terjadi peningkatan pada waktu-waktu tersebut. Kortisol yang tinggi ini tidak mampu menginhibisi sekresi CRH dan ACTH. Hal ini diduga karena plastisitas reseptor glukokortikoid menurun pada depresi. Peningkatan kortisol yang lama dapat menyebabkan toksik pada neuron sehingga bisa terjadi kematian neuron terutama di hipokampus. Kerusakan pada hipokampus ini menjadi predisposisi depresi. Terapi murottal Al-Qur’an yang dilagukan oleh Qori’ (pembaca Al-Qur’an) mengandung suara manusia, dimana suara dapat menurunkan hormon-hormon stress dengan cara mengaktifkan hormon endhorphin alami dan menurunkan hormon ACTH sehingga terjadi penurunan tingkat depresi (Tjandra, 2014; Pratiwi et al, 2015).

Berdasarkan latar belakang, peneliti mengambil kesimpulan bahwa murottal Qur’an dapat dijadikan terapi untuk menurunkan tingkat depresi pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan memberikan dampak baik fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Murottal Al-Qur’an Terhadap Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis” METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini

(47)

7

menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control group design.

Total sampel yang digunakan dalam penlelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sebanyak 30 orang yang kemudian dibagi menjadi 15 orang kelompok eksperimen yang diberi intervensi berupa murotal al-qur’an (Ar-Rahman) dan 15 orang kelompok kontrol dengan menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini berlangsung selama bulan Juli 2016.

Tingkat depresi pasien akan diukur sebanyak 2 kali menggunakan kuisioner HADS (Hospital Anxiety and Depression

Scale) yaitu pada saat Pre-Test dan Post-Test. Analisis Data menggunakan Uji

Wilcoxon yang apabila berpengaruh akan dilanjutkan dengan analisis Mann-Whitney. HASIL PENELITIAN

Tabel 1 menunjukan bahwa 100% Tabel 4.1 menunjukan bahwa 66,7% responden berjenis kelamin laki-laki dan 33,3% responden berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan usia terbanyak

adalah berusia 40-59 tahun dengan jumlah 8 responden (37,5%) pada kelompok eksperimen dan 8 responden (50%) pada kelompok kontrol. Karakteristik agama didapatkan 100% responden pada kelompok eksperimen dan kontrol beragama Islam. Karakteristik tingkat pendidikan responden, sebagian besar mempunyai pendidikan SMP baik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu 6 orang (40%) pada kelompok eksperimen dan 7 orang (46,7) pada kelompok kontrol. Riwayat hemodialisis responden terbanyak yaitu dibawah satu tahun oleh 8 orang responden (53,4%) pada kelompok eksperimen dan diatas satu tahun oleh 9 responden (59,9%) pada kelompok kontrol. Data terakhir, rata-rata responden pada kelompok eksperimen merupakan seorang ibu rumah tangga yaitu sebanyak 6 orang (40%), sedangkan pada kelompok kontrol, responden yang tidak memiliki pekerjaan memperoleh persentase tertinggi, yaitu sebanyak 5 orang (33,3%).

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden GGK Yang Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Gamping (N=30)

Karakteristik

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Jumlah (n) Persentase % Jumlah (n) Persentase % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 10 5 66,7 33,3 9 6 60 40 Usia sekarang 20-39 40-59 60-79 5 8 2 33,5 53,6 13,4 4 8 1 26,8 53,6 19,6 Pendidikan rendah (SD-SMP) tinggi (SMA-S1) 8 7 53,3 46,6 9 6 60,0 40,0 Riwayat Hemodialisis < 12 bulan > 12 bulan 8 7 53,4 46,8 6 9 40,1 59,9 Pekerjaan Tidak bekerja IRT Wiraswata Pegawai swasta Guru 4 6 4 1 26,7 40,0 26,7 6,7 5 4 4 1 33,3 26,7 23,3 6,7 Sumber: Data Primer

(48)

8

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat depresi pasien GGK yang menjalani hemodialisis pada kelompok eksperimen pada saat pre-test paling banyak berada pada kategori ringan yaitu sebanyak 12 responden (80%), jumlah responden dengan kategori kasus sedang 3 responden (20%). Tingkat depresi kelompok eksperimen setelah diberikan murotal Al-Qur’an paling banyak berada di kategori ringan dengan jumlah seluruh responden pada kelompok tersebut menjadi 11 responden (73,3%), sedangkan 3 responden menjadi katagori normal

(20%) dan jumlah responden dengan kategori sedang menjadi 1 responden (6,7%).

Tingkat depresi pasien GGK yang menjalani hemodialisis pada kelompok kontrol pada saat pre-test sebanyak 12 orang (80%) berada di kategori ringan dan 3 orang (20%) berada di kategori sedang. Setelah pemberian murotal Al-Qur’an 3 responden (20%) berada di kategori normal dan 11 orang responden (73,3%) berada di kategori ringan dan 1 orang responden (6,7%) berada di kategori sedang.

Tabel 4.2 Tingkat Depresi Pasien Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol di RS PKU Muhammadiyah Gamping (N=30)

Tingkat Depresi Pasien

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Total Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%) Pre-test Ringan Sedang 12 3 80 20 12 3 80 20 24 6 Post-test Normal Ringan Sedang 3 11 1 20 73,3 6,7 3 11 1 20 73,3 6,7 6 22 2 Sumber: Data Primer

Tabel 4.2 menunjukan, tingkat depresi kelompok eksperimen didominasi oleh depresi kasus ringan, yaitu sebanyak 9 responden (60,0%) berjenis kelamin laki-laki dan 3 responden (20,0%) berjenis kelamin perempuan. Pada kelompok kontrol tingkat depresi dengan jenis kelamin laki-laki didominasi oleh depresi kasus ringan, yaitu sebanyak 9 responden (60,0%), sedangkan tingkat depresi dengan jenis kelamin perempuan adalah sama,

baik kasus ringan maupun kasus sedang dengan jumlah responden 3 orang (20,0%) pada setiap kasus depresi. Karakteristik usia pada kelompok eksperimen didominasi oleh rentang usia 40-59 tahun, baik depresi kasus ringan maupun kasus sedang. Pada kelompok kontrol rentang usia 40-59 tahun mendominasi depresi kasus ringan, sedangkan rentang usia 20-39 tahun mendominasi depresi kasus sedang.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Depresi di RS PKU Muhammadiyah Gamping (N=30)

Karakteristik Depresi Kelompok Eksperimen Depresi Kelompok Kontrol

Ringan Sedang Ringan Sedang

Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 9 (60,0%) 3 (20,0%) 1 (6,7%) 2 (13,3%) 9 (60,0%) 3 (20,0%) 3 (20,0%) Usia a. 20-39 b. 40-59 c. 60-79 4 (26,8%) 6 (40,2%) 2 (13,3%) 1 (6,7%) 2 (13,3%) 2 (13,3%) 9 (60,3%) 1 (6,7%) 2 (13,3%) 1 (6,7%) Pendidikan a. Rendah (SD-SMP) b. Tinggi (SMA-S1) 7 (46,6%) 5 (33,3%) 1 (6,7%) 2 (13,3%) 8 (53,3%) 4 (26,7%) 1 (6,7%) 2 (13,3%)

(49)

9 Riwayat hemodialisis a. <12 bulan b. >12 bulan 7 (46,9) 5 (33,5%) 1 (6,7%) 2 (13,4%) 4 (26,8%) 8 (53,6%) 2(13,4%) 1 (6,7%) Pekerjaan a. Tidak bekerja b. IRT c. Wiraswasta d. Pegawai swasta e. Guru 3 (20,0%) 4 (26,7%) 4 (26,7%) 1 (6,7%) 1 (6,7%) 2 (13,3%) 5 (33,3%) 2 (13,3%) 4 (26,6) 2 (13,3%) 2 (13,3%)

Sumber: Data Primer

Hasil analisis dengan uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen diperoleh nilai

p=<0,025 dengan rerata depresi tertinggi

pada pengukuran saat pre-test (10,00). Karena nilai p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi yang bermakna pada pengukuran tingkat depresi saat pre-test

dan post-test pada kelompok eksperimen.

Hasil analisis dengan uji Wilcoxon pada kelompok kontrol diperoleh nilai

p=<0,025 dengan rerata depresi tertinggi

pada pengukuran saat pre-test (9,40). Karena nilai p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi yang bermakna pada pengukuran tingkat depresi saat pre-test

dan post-test pada kelompok kontrol.

Tabel 4.4 Tingkat Depresi Pasien Pre-test dan Post-test Pada Setiap Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol di RS PKU Muhammadiyah Gamping

Kelompok Pre-test Post-test p

Median Mean SD Median Mean SD

Intervensi 10,00 10,00 1,773 9,00 8,73 1,486 0,025

Kontrol 9,00 9,40 1,242 8,00 8,53 1,187 0,025

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.5, menunjukan bahwa hasil analisis dengan uji

Mann-Whitney U pada saat pre-test kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai p=1,000 dengan rerata tingkat depresi (2,20) setelah diberikan murotal Al-Qur’an. Karena nilai p>0,05, maka berari tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara depresi pre-test

kelompok eksperimen dan depresi pre-test kelompok kontrol.

Hasil analisis dengan uji

Mann-Whitney U pada saat pre-test kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai p=1,000 dengan rerata tingkat depresi (1,87) setelah diberikan murotal Al-Qur’an. Karena nilai p>0,05, maka berari tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara depresi post-test

kelompok eksperimen dan depresi post-test kelompok kontrol.

Tabel 4.5 Perbedaan Tingkat Depresi Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Sesudah Diberikan Intervensi di RS PKU Muhammadiyah Gamping

Waktu

Kelompok Eksperimen N=15

Kelompok Kontrol N=15

Median Mean SD p Median Mean SD p

Pre-test 10,00 10,00 1,773 1,000 9,00 9,40 1,242 1,000

Post-test 9,00 8,73 1,486 1,000 8,00 8,53 1,187 1,000

(50)

10

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.1 terkait karakteristik depresi pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Gamping berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki pada kedua kelompok. Fakta di lapangan, responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan saat dilakukan wawancara.

Sesuai dengan penelitian Istanti (2009) di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan data IRR (Indonesia Renal

Registry, 2014), bahwa rata-rata pasien

yang menderita GGK adalah laki-laki sebanyak 55,77%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Nurchayati (2011) yang menyatakan bahwa responden laki-laki lebih banyak mengalami gagal ginjal kronik karena faktor pola hidup dan pola makan laki-laki yang suka merokok, bergadang dan minum kopi. Menurut Agustini (2010), berdasarkan gaya hidup tersebut laki laki beresiko terkena gagal ginjal kronik. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat menyebabkan ginjal bekerja lebih keras. Kandungan nikotin dalam rokok dan bahan kimia lainnya seperti alkohol dapat menyebabkan perubahan denyut jantung , tekanan darah dan pernafasan. perubahan ini mempengaruhi fungsi ginjal dan memicu terjadinya gagal ginjal kronik.

b. Usia Responden

Berdasarkan tabel 4.1 mengenai karakteristik usia dengan terjadinya depresi pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Gamping, didapatkan responden terbanyak ada di rentang usia 40-59 tahun, yaitu sebesar 53,6% baik pada kelompok ekperimen maupun kelompok kontrol. Menurut data IRR (Indonesia Renal Registry, 2014),

distribusi usia pada tahun 2014 ini sedikit berbeda dibandingkan tahun sebelumnya, kelompok usia terbanyak sebanding antara usia 45 – 54 tahun dan 55 – 64 tahun. Pada tahun 2013 kelompok usia terbanyak ada pada kelompok 45 -54 sebanyak 30,26 %. Diperkuat dengan penelitian Nurchayati (2011), fungsi renal akan berubah seiring bertambahnya usia. Adanya pertambahan usia, ginjal makin berkurang kemampuannya dalam berespon terhadap perubahan cairan dan elektrolit akut dan akhirnya berdampak pada terjadina GGK. Pada usia 40 tahun ke atas akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus secara progresif hingga usia 70 tahun, kurang lebih 50% dari normalnya (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Nurcahyati, 2011). c. Pendidikan Responden

Karakteristik pasien GGK berdasarkan pendidikan, diketahui responden terbanyak ada di tingkat pendidikan rendah, yaitu sebesar 40,0% pada kelompok eksperimen dan 46,7% kelompok kontrol. Menurut penelitian Nurcahyati (2011), tidak terdapat keterikatan antara pendidikan dengan kejadian GGK maupun pasien yang menjalani hemodialisis. Pendidikan hanya mempengaruhi perilaku seseorang dlam mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan yang akan dan harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatannya.

d. Pekerjaan

Berdasarkan karakteristik depresi pada pasien terkait dengan pekerjaan, diketahui responden terbanyak pada kelompok eksperimen berjumlah 6 orang (40,0%) sebagai ibu rumah tangga, sedangkan pada kelompok kontrol didominasi oleh responden yang tidak memiliki pekerjaan dengan jumlah 5 orang (33,3%). Dalam penelitian Nurcahyati (2011), dikemukakan bahwa individu yang

(51)

11

harus menjalani hemodialysis sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya (Smeltzer & Bare, 2002 dalam Nurcahyati, 2011), biasanya pasien akan mengalami masalah keuangan dan kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan. Diperkuat oleh penelitian Asri,dkk (2006) yang mengatakan bahwa 2/3 pasien yang mendapatkan terapi dialysis tidak pernah kembali pada aktifitas atau pekerjaan sediakala, sehingga banyak pasien yang kehilangan pekerjaannya. 2. Karakteristik Responden dan Tingkat Depresi

a. Jenis Kelamin

Menurut tabel 4.2, didapatkan bahwa karakteristik dengan jenis kelamin laki-laki merupakan yang paling banyak terjadinya kejadian depresi dan terbanyak berada di katagori ringan. Hasil yang didapatkan bertentangan dengan penelitian Kiki, Alif dan Al (2014) yang menyatakan bahwa gejala depresi pada perempuan lebih tinggi dikarenakan laki-laki lebih suka menumpahkan masalah dan emosi dengan kegiatan daripada memendamnya serta akan merasa malu jika mereka sampai menangis jika ada masalah, hal ini jelas berkebalikan dengan sikap perempuan dalam menghadapi masalah yang terjadi di dalam dirinya. Diperkuat oleh pendapat Wilkinson (2000) dalam penelitian Dudung, dkk (2015), yang menyatakan bahwa wanita lebih sering terpajan dengan stresor lingkungan dan ambangnya terhadap stresor lebih rendah bila dibandingkan dengan pria. Selain itu, ketidakseimbangan hormon pada wanita menambah tingginya prevalensi depresi pada wanita.

b. Usia Responden

Berdasarkan tabel 4.2 terkait dengan usia terhadap depresi, didapatkan usia 40-59 tahun adalah yang terbanyak pada kedua kelompok dan berada paling banyak di katagori depresi ringan. Sesuai dengan

penelitian Heny dan Setia (2015) yang menunjukan rentang usia 45 – 60 mempunyai jumlah penderita paling banyak diantara rentang usia lainnya. Hal tersebut bukan hanya terjadi pada laki – laki namun juga pada pasien perempuan. Rentang usia tersebut oleh Papalia dkk (2009) disebut dengan masa dewasa tengah yaitu masa awal terjadinya kemunduran kemampuan sensori, kesehatan, stamina dan kekuatan, sehingga beresiko tinggi terhadap terjadinya depresi.

c. Pendidikan Responden

Berdasarkan tabel 4.2 terkait dengan pendidikan terhadap depresi, didapatkan responden terbanyak berada pada tingkat pendidikan yang rendah dan masih dalam kategori ringan. Jika dibandingkan dengan pasien yang memiliki masalah lain, hasil penelitian Biantoro (2007) menyatakan bahwa klien pasca-stroke berpendidikan rendah sebagian besar mengalami depresi lebih tinggi dibanding berpendidikan tinggi. Serupa dengan teori yang dikemukan Welnet (1997) dan Robert (1982) dalam Biantoro, bahwa gejala depresi rata- rata akan meningkat pada orang dewasa dengan sedikit tahun pendidikan. Pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pencetus depresi yang disebabkan oleh stresor fisik dan psikologis, dengan tingkat pendidikan yang baik maka seseorang akan memandang positif stressor yang mereka terima (Hardywinoto, 1999).. Didukung oleh Notoatmojo, pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya perilaku, sehingga seseorang yang pendidikan tinggi cenderung akan berprilaku positif. Tingkat pendidikan setara SMA/SMK secara umum sudah termasuk dalam kategori yang baik sehingga responden sudah mampu mengontrol dan membangun tingkat emosi

(52)

12

secara sempurna. Notoatmodjo menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin memengaruhi pola pikir seseorang dalam mengambil keputusan.

Diperkuat penelitian Astiti (2014), bahwa pasien yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya semakin, serta memilih dan memutuskan tindakan untuk mengatasi masalah kesehatannya, sedangkan pasien dengan pendidikan rendah memiliki perilaku kesadaran akan kesehatan yang rendah, dikarenakan informasi dan pemahan yang dimiliki kurang sehingga menimbulkan depresi bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap depresi yang dialami oleh pasien.

d. Riwayat Hemodialisis

Berdasarkan karakteristik depresi pada pasien terkait dengan lama menjalani hemodialisis didapatkan responden terbanyak adalah 8 orang (53,4%), dimana tingkat depresi <12 bulan pada kelompok ekperimen dan 9 orang (59,9%), dimana tingkat depresi >12 bulan pada kelompok kontrol.

Menurut penelitian Dewi (2015), lamanya hemodialisis bisa mengakibatkan responden bosan dan sebaliknya kualitas hidup semakin menurun, hal ini dikarenakan adanya beberapa kondisi komorbiditas yang dialami responden dan beberapa penyakit penyerta lainnya, sehingga dapat memicu terjadinya depresi. Hal ini tidak sama dengan penelitian Pratiwi (2014), yang menyatakan bahwa pasien yang baru menjalani hemodialisis tingkat depresinya lebih tinggi dikarenakan pasien akan merasa khawatir terkait kondisinya sekarang dan pengobatan jangka panjang, sedangkan pasien yang sudah lama menjalani hemodilaisis kemungkinan sudah dalam fase penerimaan, sehingga tingkat depresinya

lebih rendah dibandingkan dengan yang baru menjalani hemodialisis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa baik responden yang menjalani hemodialisis <12 bulan maupun >12 bulan mempunyai tingkat depresi yang berbeda.

e. Pekerjaan

Berdasarkan tabel 4.2 terkait pekerjaan terhadap depresi, didapatkan responden terbanyak adalah yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, sebanyak 4 orang (26,7%) pada kelompok eksperimen dan responden yang tidak bekerja sebanyak 5 orang (33,3) pada kelompok kontrol. Penelitian Rustina (2012), pasien yang hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki angka kejadian lebih besar adanya depresi. Hal ini bisa saja diakibatkan karena tidak adanya kegiatan pasien yang dapat mengalihkan dari rasa tidak nyaman selama pengobatan. Diperkuat dari penelitian Wijaya (2005), yang menyatakan bahwa status pekerjaan, kehilangan pekerjaan, rasa kehilangan peran dalam keluarga dan sosial merupakan factor risiko depresi baik pada populasi normal maupun populasi dengan penyakit kronik dan pada kenyataannya status pekerjaan akan berpengaruh terhadap status ekonomi.

3. Pengaruh Pemberian Murotal Al-Qur’an Terhadap Depresi

Berdasarkan tabel 4.6, analisis uji beda rerata depresi dengan menggunakan uji Mann-Whitney U didapatkan nilai

p=1,000 dengan arti tidak terdapat

perbedaan antara tingkat depresi saat post-test pada kelompok eksperimen yang diberikan intervensi atau perlakuan murotal Al-Qur’an dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi. Jadi, dapat diartikan bahwa tidak terdapat pengaruh murotal Al-Qur’an terhadap depresi.

Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi tidak terdapatnya pengaruh murotal Al-Qur’an terhadap tingkat depresi

(53)

13

berhubungan, antara lain adalah lingkungan dan kesiapan psikis dan fisik, pemahaman dari responden, lama pemberian murotal Al-Qur’an, volume audio.

1. Lingkungan dan kesiapan psikis maupun fisik dari responden dalam mendengarkan murotal Al-Qur’an.

Tidak terdapatnya pengaruh murotal Al-Qur’an terhadap tingkat depresi berhubungan Lingkungan dan kesiapan psikis maupun fisik dari responden. Hal ini diperkuat dari fakta dilapangan, bahwa pada saat dilakukannya intervensi murotal Al-Qur’an keadaan lingkungan di dalam ruang hemodialisis pasien tidak kondusif dikarenakan tata ruangan yang seperti bara yang tidak diberi skat antar tempat tidur pasien satu dengan pasien lainnya, selain itu banyaknya keributan yang terjadi dimana banyak keluarga maupun pasien yang mengobrol ditengah berjalannya pemberian murotal AL-Qur’an. Dalam penelitian Ernawati (2013), disebutkan bahwa mendengarkan bacaan Al-Qur’an akan berpengaruh jika didengarkan dalam keadaan yang tenang serta pendengar memperhatikan dalam arti tidak berbicara atau meninggalkan kesibukan yang dapat mengganggu dari mendengarkan. Selain itu pendengar juga harus menghadirkan hati untuk meresapi apa yang didengar, seperti yang dijelaskan dalam ayat berikut “Dan apabila

dibacakan Al- Qur’an maka dengarlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”

(Al-A’raf : 204).

2. Pemahaman dari responden

Selain itu, tidak terdapatnya pengaruh murotal Al-Qur’an terhadap tingkat depresi berhubungan dengan pemahaman dari responden dalam mendengarkan murotal Al-Qur’an. Fakta dilapangan memperlihatkan bahwa terdapat beberapa pasien yang tidak membaca selebaran arti dan latin dari

murottal hingga murotal selesai diperdengarkan. Menurut Ahmad dalam Al-Hafidz (2007) dalam Erita (2014) menyatakan bahwa Al-Qur’an berpengaruh semakin kuat untuk menurunkan tingkat depresi dan membebaskan diri dari pikiran negatif, apabila disamping mendengarkan, pasien juga bisa memahami ayat yang sedang mereka dengar.

3. Lama pemberian murotal Al-Qur’an

Tidak terdapatnya pengaruh murotal Al-Qur’an terhadap tingkat depresi berhubungan dengan lama pemberian intervensi. Pada penelitian ini, responden diperdengarkan murotal Al-Qur’an sebanyak 2 kali pertemuan saja. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati dan Sagiran (2013) dimana, dalam penelitian mereka, peneliti mmberikan intervensi murotal Al-Qur’an selama 3-7 hari yang berhasil menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Menurut teori Herbert Benson seorang ahli ilmu kedokteran dari Havard, dzikir (formula-formula tertentu) yang dibaca berulang-ulang mempunyai efek menyembuhkan berbagai penyakit, khususnya tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Oleh karena itu, murotal qur’an dapat mempunyai efek untuk menurunkan tingkat depresi apabila diperdengarkan secara berulang-ulang, tidak hanya sebatas 2 kali saja.

4. Volume audio yang digunakan untuk memperdengarkan murotal Al-Qur’an

Dalam penelitian, faktor lain yang membuat tidak terdapatnya pengaruh murotal Al-Qur’an terhadap tingkat depresi adalah berhubungan dengan volume audio yang digunakan untuk memperdengarkan murotal Al-Qur’an. Peneliti tidak memperhatikan unsur volume audio yang digunakan untuk memperdengarkan murotal Al-Qur’an. Dalam penelitian Novita (2012),

(54)

14

disebutkan bahwa musik terdiri dari lima unsur penting, yaitu frekuensi (pitch), volum (intensity), warna nada (timbre), interval, dan tempo atau durasi (rhytm) (Hus, 2007; Finnerty, 2008; Nilsson, 2008; Andrzej, 2009; Heather, 2010; Chiang, 2012). Misalnya pitch yang tinggi, dengan

rhytm cepat dan volume yang keras akan

meningkatkan ketegangan otot atau menimbulkan perasaan tidak nyaman. Sebaliknya, pada pitch yang rendah dengan rhythm yang lambat dan volume yang rendah akan menimbulkan efek rileks (Chiang 2012).

Frekuensi mengacu pada tinggi dan rendahnya nada serta tinggi rendahnya kualitas suara yang diukur dalam Hertz, yaitu jumlah daur perdetik dimana gelombang bergetar. Manusia memiliki batasan untuk tinggi rendahnya frekuensi yang bisa diterima oleh korteks auditori (Nilsson, 2009; Chiang 2012). Telinga manusia memiliki sensitifitas mendengar pada kisaran 20-20.000 Hz. Frekuensi lebih dari 20.000 Hz disebut sebagai

ultrasonic, dan dibawah 20 Hz dikenal

sebagai infrasonic (Birbauner, dkk., 1994; Joseph & Ulrich, 2007). Bunyi dengan frekuensi tinggi (3000-8000 Hz atau lebih) lazimnya bergetar di otak dan mempengaruhi fungsi kognitif seperti berpikir, persepsi spasial dan memori. Bunyi dengan frekuensi sedang 750-3000 Hz cenderung merangsang kerja jantung, paru dan emosional. Sedangkan bunyi dengan frekuensi rendah 125-750 Hz akan mempengaruhi gerakan-gerakan fisik (Campbell, 2006).

Dikatakan high frequencies jika lebih dari 100 Hz, dan low frequencies jika dibawah 100 Hz. Gelombang Hi-Freq dalam bidang kesehatan gelombangnya digunakan untuk pemeriksaan radiologi dan pada penggunaan mesin ESWL (Joseph & Ulrich, 2007). Birbauner, dkk (1994) dalam publikasi ilmiah yang berjudul Perception of Music and

Dimensional Complexity of Brain activity,

telah melakukan studi tentang pengaruh frekuensi musik dengan dinamika gelombang di otak melalui pemeriksaan EEG. Dapat dilihat bahwa pergerakan gelombang di otak signifikan dengan pengaruh getaran suara dari musik, yaitu gelombang delta, teta, alfa, beta, dan gamma. Gelombang delta bereaksi pada panjang gelombang kisaran 0,5-4 Hz. Gelombang teta memiliki reaksi pada frekuensi 4-8 Hz, gelombang alfa bereaksi pada frekuensi 8-13. Sementara gelombang beta bereaksi pada frekuensi 13-30 Hz, dan gelombang gamma pada frekuensi 20-80 Hz. Eerikainen (2007) melakukan penelitian frekuensi suara musik yang bisa dijadikan terapi. Frekuensi yang direkomendasikan untuk mengurangi nyeri adalah 40-52 Hz.

Terapi musik bisa diawali dengan frekuensi 40 Hz, dengan asumsi dasar bahwa ini adalah frekuensi dasar di talamus, sehingga stimulasi getaran dengan frekuensi yang sama akan memulai efek kognitif untuk terapi. Pada pasien stroke dan alzeimer disarankan dengan frekuensi 40 Hz. Musik dengan frekuensi 40-60 Hz juga telah terbukti menurunkan kecemasan, menurunkan ketegangan otot, mengurangi nyeri, dan menimbulkan efek tenang (Arslan, Ozer, & Ozyurt, 2007; American Music Therapy Association, 2008; Andrzej, 2009). Menurut Nilsson (2009), karakteristik musik yang bersifat terapi adalah musik yang nondramatis, dinamikanya bisa diprediksi, memiliki nada yang lembut, harmonis, dan tidak berlirik, temponya 60-80 beat per minute. Musik yang bersifat sebaliknya, akan menimbulkan efek seperti meningkatkan denyut nadi, tekanan darah, laju pernafasan, dan meningkatkan stress.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh terapi murotal Al-Qur’an terhadap depresi, namun pada kelompok

Gambar

Tabel  4.1  menunjukan  bahwa  66,7%
Tabel  4.2  menunjukkan  bahwa  tingkat  depresi  pasien  GGK  yang  menjalani  hemodialisis  pada  kelompok  eksperimen  pada  saat  pre-test  paling  banyak  berada  pada  kategori  ringan  yaitu  sebanyak  12  responden  (80%),  jumlah  responden dengan
Tabel  4.4  Tingkat  Depresi  Pasien  Pre-test  dan  Post-test  Pada  Setiap  Kelompok  Eksperimen  Dan  Kelompok  Kontrol di RS PKU Muhammadiyah Gamping
Tabel  1. Distribusi  responden  menurut  karakteristik  responden
+3

Referensi

Dokumen terkait

Majalah Bisnis Dan Iptek | Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung 49.. karyawan, manajemen, pembeli, masyarakat, pemasok, distributor, dan pemerintah dengan tidak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya: (1) pengaruh Pemanfaatan Internet terhadap Prestasi Belajar Kearsipan Siswa kelas X Kompetensi

Artinya benar tinggi pemuda yang suka berenang lebih tinggi dibandingkan pemuda yang tidak suka berenang.. Menguji Kesamaan Dua Proporsi

satu dengan yang lain baik itu ruang luar atau ruang dalam 18. Macam

 No direct relationship between finger or hand movement on the keys and cursor movement on screen in terms of speed and

Didukung dengan kerjasama tim yaitu oleh seluruh crew baik dari Sembilan Communication Event Organizer, pihak Jogja Bay Pirates Adventure of Waterpark dan Bank Mandiri serta seluruh

Judul Tugas Akhir: PERANCANGAN BUKU PANDUAN TENTANG SOLO TRAVELING dengan ini menyatakan bahwa, laporan dan karya Tugas Akhir ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

Selaras pendapat (Sanjaya, 2008) bahwa motivasi akan tumbuh manakala peserta didik merasa dihargai dan memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat