• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk mewujudkan Visi Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, maka misi yang akan dijalankan adalah :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Untuk mewujudkan Visi Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, maka misi yang akan dijalankan adalah :"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL DINAS SOSIAL VISI

‘Penggerak dan Penyelenggara Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial yang Profesional guna Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera, Mandiri, Berkarakter, dan Berbudaya’

MISI

Untuk mewujudkan Visi Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta, maka misi yang akan dijalankan adalah :

1. Menyelenggarakan perlindungan sosial, bantuan dan jaminan sosial, serta rehabilitasi sosial;

2. Menanggulangi kemiskinan dengan melakukan pengembangan dan pemberdayaan sosial;

3. Mengembangkan partisipasi masyarakat, lembaga atau organisasi sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

4. Mengembangkan dan memperkuat nilai-nilai keperintisan, kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial.

(2)

Pejabat Struktural

1. Kepala Dinas Drs. Untung Sukaryadi, MM

2. Sekretaris Endang Patmintarsih, SH, M.Si

a. Kasubag Umum Widiyanto, S.Sos., MP

b. Kasubag Keuangan Fariq, SE

c. Kasubag Program dan Informasi Kondang Aris Samiyanto, AKS 3. Kabid Perlindungan dan Rehsos Drs. Pramujaya Hadi Prianto, M.Si

a. Kasi Rehsos Penyandang Cacat Drs. Subroto b. Kasi Rehsos Tuna Susila & Korban Napza Ir. Baried Wibawa

c. Kasi Perlindungan Anak Dra. R. Aj. Isnawangsih Anggarani, MA 4. Kabid Bantuan dan Jaminan Sosial Drs. Suryono, M,Si

a. Kasi KTK, Pekerja Migran dan Jamsos Budhi Wibowo, AKS.,M.Si b. Kasi Bantuan Sosial dan Korban Bencana Sigit Alifianto, SE.,MM. c. Kasi Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Winarti Widowati, SH 5. Kabid. Pengembangan Sosial Agus Setyanto, SE, MA

a. Kasi Pemberdayaan Fakir Miskin Ignatius Sukamto, AKS b. Kasi Keluarga Bermasalah Sosial Nuryuwono,SH

c. Kasi Penyuluhan Sosial Mulyanta, AKS

6. Kabid. Partisipasi Sosial Masyarakat Drs. Eko Darmanto, M,Si a. Kasi Orsos dan Sumbangan Sosial Sri Harjanta, SE

b. Kasi Tenaga Kesos Masyarakat Suparmin, MPSSp c. Kasi Kepahlawanan, Keperintisan Drs. Junaedi 7. UPTD / Balai

a. Kepala BRSPA Dra. Endang Iriyanti, MA

b. Kepala BPSBR Rujito, SH, MH

c. Kepala BRSBKL Drs. Rusdiyanto, MM

d. Kepala BPSTW Drs. Fatchan, M.Si

(3)

TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN SKPD PELUANG

1. Kebijakan pro poor pro job yang menguatkan posisi penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial

2. Kebijakan kompensasi subsidi BBM yang akan dialokasikan bagi warga miskin 3. Kebijakan reformasi birokrasi yang mempunyai implikasi positip bagi pengembangan

karier pegawai

4. Dukungan dari lembaga-lembaga nasional dan internasional dalam penanganan PMKS

5. Adanya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial 6. Banyaknya Perguruan Tinggi yang berada di wilayah DIY

7. Komitmen dari dunia usaha dalam pelayanan kesejahteraan sosial

8. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu penanganan PMKS 9. Adanya lembaga-lembaga kesejahteraan sosial yang mendukung penyelenggaraan

kesejahteraan sosial

10. Kebijakan pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi di kawasan selatan Yogyakarta

11. Kebijakan pengelolaan potensi bahari akan mendukung program penanggulangan kemiskinan

TANTANGAN

1. Belum adanya harmonisasi kebijakan antara Pemerintah DIY dan kabupaten/Kota. 2. Perubahan kebijakan di tingkat pusat yang belum tentu sesuai dengan kondisi daerah 3. Dana dari APBN melalui dekonsentrasi semakin menurun

4. Dampak krisis ekonomi global yang mempersulit pemulihan kegiatan ekonomi dan mempengaruhi kualitas hidup keluarga miskin

5. Perubahan iklim yang mempengaruhi kerentanan masyarakat di wilayah bencana termasuk bencana rawan pangan.

6. Sistem Tata niaga perdagangan yang kurang berpihak pada warga miskin sehingga memperkecil nilai tukar dan daya beli.

7. Dunia usaha yang belum memberi afirmasi bagi tenaga kerja dari PMKS yang telah diberdayakan.

8. Perdagangan obat terlarang narkotika yang semakin meluas

9. Prioritas penanggulangan kemiskinan pada wilayah-wilayah rawan pangan dan kawasan rawan bencana

10. Semakin tingginya kasus-kasus trafficking anak dan perempuan 11. Semakin meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak

12. Lembaga Peradilan yang belum sepenuhnya menerapkan Restorative justice untuk kasus anak, narkoba dan gelandangan dan pengemis.

13. Kebijakan kependudukan yang belum mengakomodir hak-hak kelompok marginal untuk mendapatkan identitas (KTP, KK dan akte, dan dokumen kependudukan lainnya)

14. Masyarakat masih belum menerima dan bersikap diskriminatif terhadap eks warga binaan PMKS

15. Semakin menguatnya primodialisme berbasis etnisitas, golongan, aliran, agama yang berujung pada konflik dan disintegrasi.

(4)

16. Rasa nasionalisme dan penghargaan terhadap para perintis, pejuang dan pahlawan semakin tergerus oleh budaya pop yang terbawa oleh arus globalisasi

17. Nilai-nilai kesetiakawanan sosial dan kearifan lokal yang semakin tergerus oleh budaya yang pragmatis dan materialistik.

ISU –ISU STRATEGIS

Berdasarkan telaah dari berbagai kajian dan analisis lingkungan strategis ditetapkan issu-issu strategis yang menjadi perhatian Dinas Sosial DIY yaitu :

1. Masih tingginya angka kemiskinan, dimana DIY masih menduduki nomor 10 di antara sejumlah Propinsi termiskin di Indonesia. Tingkat kemiskinan di DIY juga lebih tinggi dari pada tingkat nasional.

2. Daerah Istimewa Yogyakarta juga masih mengalami berbagai masalah terkait dengan perlindungan anak. Kasus anak-anak yang menjadi korban tindak kekerasan dan perlakuan salah semakin meningkat. Demikian juga dengan kasus anak yang berbahadapan dengan hukum juga semakin bertambah. Sementara itu sarana dan sarana maupun sumber daya manusia yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan rehabilitasi sosial bagi anak yang membutuhkan perlindungan khusus belum

memadai.

3. Ada sisi yang paradogsal ketika memaknai kemiskinan di DIY, karena meskipun angka harapan hidup di DIY mencapai rekor tertinggi di seluruh Indonesia. Hal ini mencerminkan kelenturan masyarakat DIY dalam mensikapi keterbatasan dengan tetap menjaga harmoni dengan sumber-sumber dan alam yang memberi hidup serta spiritualitas yang dibangun dalam memaknai kehidupan. Namun, persoalan nyata yang dihadapi adalah masyarakat DIY akan menghadapi aging community, dengan struktur penduduk tua. Ini adalah bagian dari issu strategis yang akan dihadapi 5-10 tahun mendatang.

4. Wilayah Yogyakarta juga rentan terhadap bencana alam, baik itu bencana letusan Gunung Merapi, Gempa bumi, stunami, tanah longsor, banjir, angin ribut maupun bencana kekeringan. Selain itu DIY juga berpotensi terjadi bencana sosial yang berbentuk konflik sosial antar golongan, antar penganut agama, antar etnis. Hal ini sebagai dampak dari masyarakat DIY yang heterogen, khususnya warga mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia.

5. Peredaran dan penyalahgunaan NAPZA di DIY juga semakin meningkat. Persoalan NAPZA bukan saja terjadi di wilayah perkotaan tetapi sudah merembet ke wilayah kawasan sub urban, bahkan ada sejumlah kasus yang terjadi di wilayah pedesaan. Korban penyalahguna juga semakin muda, yaitu remaja pada jenjang usia SLTP. Dengan demikian Yogyakarta mempunyai agenda stratetgis untuk menyelematkan generasi muda dari bahaya penyalahgunaan NAPZA.

6. Di wilayah DIY terdapat kurang lebih 30.000 penyandang disabilitas yang sebagian besar masih mengalami hambatan untuk memcapai kehidupan yang sejahtera dan mandiri. Warga masyarakat yang mengalami disabilitas masih mengalami berbagai bentuk diskriminasi dan hambatan mobilitas karena lingkungan yang tidak aksesibel, serta sulit mendapatkan pekerjaan.

7. Kemiskinan juga menimbulkan dampak lanjutan, di antaranya masalah ketunaan sosial. Terbatasnya sumber daya di wilayah pedesaan dan tuntutan untuk menjaga kelangsungan hidup mendorong arus migrasi, ke wilayah perkotaan maupun antar

(5)

daerah. Tingginya kompetisi kehidupan di wilayah perkotaan justru semakin memarginalkan posisi warga miskin menjadi warga kota yang tidak mempunyai tempat tinggal, pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pada akhirnya mereka menjadi bagian dari komunitas jalanan dan hidup tergantung dari belas kasihan dan uluran tangan orang lain. Perempuan menjadi kelompok yang paling rentan untuk menanggung beban akibat kemiskinan. Perempuan pada akhirnya yang harus menjadi korban untuk menyelamatkan kelangsungan hidup keluarga, misalnya dengha

berhenti sekolah untuk bekerja menjadi PRT atau TKW. Sebagian malah harus memperoleh pendapatan dengan cara-cara yang tidak bermartabat, terpaksa masuk dalam praktek komodifikasi seksual. Persoalan ini juga menjadi bagian dari Pemerintah DIY dalam menanggulangi ketunaan sosial akibat dari kemiskinan. 8. Yogyakarta sebagai episentrum pertumbuhan budaya yang dikenal sangat menjunjung

tinggi toleransi, mufakat, gotong royong, asih, asah, asuh, mengayomi juga

menghadapi gelombang arus budaya modern yang mempunyai karakter pragmatis, individual, material, hedonis dan transaksional dalam interaksi sosialnya. Sebagai dampaknya masyarakat mulai tergerus nilai-nilai kearifan lokalnya, semakin tidak toleran, saling berkompetisi dan mendominasi bahkan melakuan tindak kekerasan. Kekerasan terjadi di ruang-ruang yang paling privat yang senyap yaitu di dalam keluarga dan yang menjadi korban adalah anak-anak dan perempuan, maupun di ruang publik yang juga dialami oleh anak-anak dan perempuan serta kelompok minoritas. Ini adalah tantangan nyata yang harus dihadapi dan ditangani Pemerintah DIY dalam membangun dan menguatkan kembali budaya menyongsong peradaban baru.

KEBIJAKAN

 Memberikan kesempatan dan kemudahan bagi PMKS untuk memperoleh akses pelayanan hak-hak dasar.

 Mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia, sistem, prosedur, serta sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

 Memberikan fasilitas kepada PSKS untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

 Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan memperkokoh budaya semangat dan jiwa K2KS secara sinergis, terarah, terencana dan berkelanjutan:

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk optimalisasi pendayagunaan dan pelestarian nilai-nilai K2KS dalam tatanan kehidupan masyarakat.

2. Menggali, mendayagunakan dan melestarikan NK2KS

(6)

STRATEGI

1. Peningkatan jejaring kemitraan 2. Peningkatan keterpaduan 3. Peningkatan kemitraan

4. Peningkatan kualitas pelayanan

5. Peningkatan kapabilitas manajemen aparatur 6. Pemantapan koordinasi

7. Pemberian advokasi sosial 8. Pemantapan aksesibilitas

9. Peningkatan keberdayaan PMKS 10. Peningkatan keswadayaan 11. Penguatan kelembagaan

12. Pemantapan upaya berkelanjutan 13. Peningkatan fungsi TMP/MPN

Referensi

Dokumen terkait

Syarat sahnya perjanjian baik syarat subyektif dan syarat obyektif yang berlaku umum untuk perjanjian bernama maupun perjanjian tidak bernama pada praktek

Pemberdayaan masyarakat terutama dibidang peningkatan ekonomi melalui kegiatan koperasi simpat pinjam, usaha kecil dan menengah (UKM) Perencanaan dan penerapan sistem

Pemohon memahami proses asesmen untuk skema Klaster Perawatan Pencegahan ( Preventive Maintenance ) Alat Berat Big Bulldozer yang mencakup persyaratan dan ruang

Prosentase angka kematian ternak 5% 7,6% 6% - 5.2.21 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak... 5.2.22.22 Pengembangan budidaya ternak kambing/domba

Penilaian aspek psikomotor yang dilakukan oleh guru dan siswa didasarkan pada unjuk kerja/ gerak yang ditunjukkan siswa selama proses pembelajaran.. Penilaian dilaksanakan

Tab mailing merupakan fasilitas yang terdapat pada Microsoft word 2007, yang berfungsi untuk membuat sesuatu dokumen yang akan dicetak dalam jumlah banyak atau

dengan derajat kerusakan ringan dan derajat kerusakan berat terlihat pada perlakuan P4 yang diberi kalsium karbonat (CaCO 3 ) dengan dosis 600 mg (seperti terlihat pada

sebelumnya disebut Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan/atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut IUPHHBK adalah izin usaha yang diberikan