• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DURASI DAN TAHAPAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DALAM 1 BULAN PERTAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DURASI DAN TAHAPAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DALAM 1 BULAN PERTAMA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

149

PENGARUH DURASI DAN TAHAPAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DALAM 1 BULAN PERTAMA

Ni Luh Putu Herli Mastuti*, Yuseva Sariati*, Putri Fathma* Abstrak

Untuk menekan angka kematian bayi maka beberapa tindakan perlu ditingkatkan, seperti pemberian ASI eksklusif. Salah satu indikator yang menunjang keberhasilan pemberian ASI eksklusif adalah dengan memulai menyusu dalam waktu 1 jam setelah lahir atau Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pada penelitian ini ingin dibandingkan pengaruh durasi pelaksanaan IMD dengan tahapan pelaksanaan IMD terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama di Puskemas Cluwak. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan studi kohort. Sampel yang digunakan adalah seluruh bayi baru lahir sebanyak 61 bayi. Data berasal dari observasi langsung pelaksanaan IMD dari kelahiran bayi sampai menyusu pertama selesai, dan pemberian ASI eksklusif setiap minggunya selama 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama dipengaruhi oleh durasi pelaksanaan IMD (p = 0,001), sedangkan tahapan IMD tidak mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI (p = 0,114). Penelitian di Puskemas Cluwak ini menyimpulkan bahwa keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama lebih dipengaruhi oleh durasi pelaksanaan IMD daripada tahapan IMD.

Kata kunci: ASI eksklusif, durasi, tahapan, inisiasi menyusu dini (IMD)

EFFECT OF DURATION AND STAGES OF EARLY BREASTFEEDING TO PROMOTE EXCLUSIVE BREASTFEEDING WITHIN THE FIRST MONTH OF BIRTH

Abstract

In order to reduce infant mortality rate some activities need to be improved, such as exclusive breastfeeding. One of the indicators on promoting exclusive breastfeeding is early breastfeeding initiation within 1 hour after birth. This study was aimed to compare the effect of duration and stages of early breastfeeding initiation to encourage exclusive breastfeeding within the first month in Public Health Care of Cluwak. The research design used was observational analytic with cohort study approach. The samples used were 61 newborn babies. The data were obtained from observation of early breastfeeding initiation from the baby birth until the first suckling is completed, and exclusive breastfeeding in every week for 1 month. The results showed that the success of exclusive breastfeeding in the first month was influenced by the duration of IMD implementation (p = 0.001), while the IMD stage did not affect the success of breastfeeding (p = 0.114). The research at Cluwak Public Health Care concludes that the success of exclusive breastfeeding within the first month is more affected by the duration of IMD than IMD stages.

Keywords: duration, early breastfeeding initiation, exclusive breastfeeding, stages

* Program Studi S1 Kebidanan FK UB

(2)

150 Pendahuluan

Saat ini Angka Kematian Bayi (AKB) masih merupakan permasalahan kesehatan utama di Indoneisa, meskipun menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012 terdapat penurunan kematian bayi tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan paling baik untuk bayi yang mengandung semua jenis bahan untuk pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal sesuai dengan usia bayi. Indonesia berada di peringkat 49 dari 51 negara, yaitu dengan angka cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sebesar 27,5% dari laporan World Breastfeeding Trends Initiative tahun 2012. Diperlukan peranan terhadap upaya kunci seperti ASI Eksklusif atau imunisasi dasar untuk menekan kematian bayi.1

Beberapa upaya penurunan AKB masih mempunyai cakupan yang rendah, antara lain cakupan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 28%, pelayanan kesehatan neonatal pertama (K1) 71%, dan perlindungan tetanus neonatorum sebesar 79%. Peningkatan IMD menjadi 34,5% per tahun (2013) dari 29,3% per tahun (2010). Persentase proses mulai mendapat ASI antara 1–6 jam sebesar 35,2%. Bayi yang mulai mendapat ASI kurang dari 1 jam pertama hanya sebesar 37,4%.2

Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan tahun 2013, terdapat peningkatan tahun 2012 dengan cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 54,34%. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Propinsi Jawa Tengah tahun 2013 hanya 58,4%. Cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Pati tahun 2015 sebesar 68,56%. Angka ini belum memenuhi target yaitu 80% dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.3

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 menyebutkan bahwa IMD terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama satu jam dengan cara meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu. Inisiasi menyusi dini dalam 30 menit pertama kelahiran merupakan salah satu dari sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui yang berdasarkan Inisiatif Rumah Sakit Sayang Bayi (Baby Friendly Hospital Initiative: BFHI) tahun 1992, yang tertuang dalam langkah keempat, yaitu “membantu ibu mulai menyusui dalam 30 menit setelah bayi lahir” dengan mempergunakan kemampuan “ajaib” bayi untuk memulai menyusu dengan bayi merangkak di dada ibu (breast crawl). Pada tahun 2006, BFHI merevisi penjelasan langkah keempat menjadi “Letakan bayi dalam posisi tengkurap di dada ibu, kontak kulit ke kulit dengan ibu segera setelah lahir paling sedikit selama satu jam dan dorong ibu mengenali tanda-tanda bayi siap menyusu, dan bila perlu tawarkan bantuan”. Dalam langkah ini yang diutamakan adalah kontak kulit ke kulit dan kesiapan bayi.4,5

Menurut hasil penelitian Amin (2014) menyatakan bahwa keberhasilan menyusu pada dua bulan pertama sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan IMD.6 Pada dasarnya praktik pemberian ASI pada bayi dipengaruhi oleh gaya hidup. Sekitar 60% ibu memberikan ASI setelah melahirkan, namun berhenti dalam minggu pertama. Pemberian ASI walau untuk 1 bulan, merupakan awal yang sempurna bagi bayi untuk memulai kehidupannya.7 Tingkat kegagalan terendah saat pemberian ASI eksklusif terjadi pada satu bulan pertama. Sedangkan tingkat kegagalan akan semakin tinggi jika pemberiaan ASI eksklusif melebihi satu bulan pertama.8

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif, salah

(3)

151 satunya adalah pelaksanaan IMD. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor durasi IMD atau pelaksanaan tahapan tahapan IMD yang lebih mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI ekslusif dalam 1 bulan pertama di Puskesmas Cluwak Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Bahan dan Metode

Penelitian ini mengunakan desain observasional analitic, dengan pendekatan studi kohort dan pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini melibatkan 61 bayi baru lahir yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: (a) Bayi lahir cukup bulan (aterm) yaitu bayi yang lahir setelah 37 minggu gestasi hingga 42 minggu gestasi, (b) Nafas spontan dan teratur, (c) Frekuensi jantung lebih dari 120 kali per menit, (d) Frekuensi pernapasan 40-60 kali per menit, (e) Berat badan lahir bayi 2500-4000 gram, (f) Orang tua memberikan ijin untuk dilakukan penelitian pada bayinya. Kriteria eksklusi meliputi: (a) Bayi kedinginan (hipotermia) yaitu suhu bayi <36,5 oC, (b) Ibu dengan komplikasi (perdarahan post partum/hemorrhage post partum (HPP), preeklamsia/eklamsia).

Pengukuran variabel independen, yaitu pelaksanaan IMD meliputi durasi dan tahapan IMD menggunakan lembar observasi durasi IMD dari World Health Organization (WHO) dan tahapan IMD dari Departemen Kesehatan RI tahun 2008. Pada pengukuran variabel dependen (keberhasilan ASI eksklusif selama 1 bulan pertama) menggunakan lembar observasi pemberian ASI eksklusif dari sistem nasional

untuk pemantauan menyusui di Australia. Pengumpulan data dengan observasi langsung pelaksanaan IMD dari kelahiran bayi sampai menyusu pertama selesai, dan pemberian ASI Eksklusif setiap minggu selama 1 bulan. Pelaksanaan IMD dikatakan berhasil jika lama IMD ≥60 menit atau bayi melampaui semua tahapan IMD, meliputi 5 tahap yaitu: (a) Dalam 30 menit pertama: istirahat keadaan siaga, sekali-sekali melihat ibunya, menyesuaikan dengan lingkungan, (b) Antara 30–40 menit: mengeluarkan suara, memasukkan tangan ke mulut, gerakan menghisap, (c) Mengeluarkan air liur; (d) Bergerak ke arah payudara (areola sebagai sasaran) dengan kaki menekan perut ibu, menjilat-jilat kulit ibu, sampai di ujung tulang dada, bayi menghentak-hentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan kiri, menyentuh puting susu dengan tangannya, dan (e) Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik.9

Penilaian pemberian ASI eksklusif setiap harinya dilihat dari lembar observasi yang diberikan kepada ibu serta obeservasi langsung oleh peneliti setiap minggu selama 1 bulan.

Analisis data untuk mengetahui pengaruh durasi dan tahap-tahap pelaksanaan IMD terhadap pemberian ASI eksklusif selama 1 bulan pertama menggunakan Fisher’s Exact Test dengan interval kepercayaan sebesar 95% (α = 0,05).

(4)

152 Hasil

Tabel 1. Karakteristik dasar responden

Karakteristik Responden N %

Umur Ibu (tahun) 17-25 26-35 36-45 31 25 5 50,8 41,1 8,1 Jumlah 61 100 Pendidikan Ibu SD SMP SMA PT (PerguruanTinggi) 2 14 40 5 3,3 23 65,6 8,1 Jumlah 61 100 Pekerjaan Ibu Pedagang Buruh/tani Wiraswasta

IRT (Ibu Rumah Tangga)

4 5 7 45 6,6 8,2 11,4 73,8 Jumlah 61 100

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang (50,8%) ibu berusia antara 17-25 tahun. Pendidikan ibu sebagian besar adalah

tamat SMA sebanyak 40 orang (65,6%). Pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga sebanyak 45 orang (73,8%), dan hanya 4 orang (6,6%) yang bekerja sebagai pedagang.

Tabel 2. Karakteristik khusus responden Karakteristik Responden Rata-rata ± SD Berat Badan Bayi (gram)

Lama IMD (menit) Tahapan IMD (menit)

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5 3190,1 ± 361,803 60,1 ± 11,080 12,08 ± 9,178 18,52 ± 7,586 9,67 ± 6,607 10,31 ± 10,067 2,44 ± 5,789 Hasil penelitian menunjukkan bahwa

rata- rata berat badan bayi yang dilahirkan adalah 3,190 gram. Selain itu, diketahui bahwa durasi IMD rata-rata 60,1±11,080 menit, yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan IMD lebih atau sama dengan 60 menit (85,33%). Namun, hasil durasi masing-masing tahap IMD berbeda dengan yang disebutkan dalam Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan

Republik Indonesia (2008)9, yaitu tahap 1 dalam 30 menit pertama: istirahat keadaan siaga, sekali-sekali melihat ibunya, menyesuaikan dengan lingkungan, selanjutnya tahap 2 antara 30 – 40 menit: mengeluarkan suara, memasuk kan tangan ke mulut, gerakan menghisap. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tahap pertama hanya selama 12,08 menit (12,08 ± 9,178) dan tahap kedua selama 18,52 menit (18,52 ± 7,586).

(5)

153

Tabel 3. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama

Karakteristik Responden N %

Durasi pelaksanaan IMD Kurang dari 60 menit

Lebih dari atau sama dengan 60 menit

7 54 11,47 88,53 Jumlah 61 100 Tahapan IMD Tahapan 1 Tahapan 2 Tahapan 3 Tahapan 4 Tahapan 5 0 2 21 27 11 0 3,27 34,42 44,26 18,05 Jumlah 61 100

Keberhasilan ASI Eksklusif selama 1 Bulan Pertama

Tidak ASI Eksklusif ASI Eksklusif 10 51 16,4 83,6 Jumlah 61 100

Keberhasilan ASI Eksklusif Tiap Minggu s/d Minggu ke-1 s/d Minggu ke-2 s/d Minggu ke-3 s/d Minggu ke-4 54 51 51 51 88,5 83,6 83,6 83,6 Jumlah 61 100

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan IMD lebih dari atau sama dengan selama 60 menit (88,53%), sedangkan yang mencapai semua tahapan IMD hanya 11 responden (18,05%) dan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif selama 1 bulan pertama adalah sebanyak 10 responden (16,4%).

Selain itu, juga diketahui terjadi penurunan keberhasilan pemberian ASI eksklusif tiap minggu, yang dimulai pada minggu kedua sampai dengan minggu keempat, yaitu sebanyak 51 responden (83,6%) yang memberikan ASI eksklusif selama 1 bulan pertama.

Tabel 4. Pengaruh durasi dan tahapan IMD terhadap keberhasilan ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama

ASI eksklusif selama 1 bulan pertama

Total

Nilai p

Tidak Ya

Durasi IMD <60 menit 5 2 7 0,001

≥60 menit 5 49 54

Tahap IMD Terlampaui 0 11 11 0,114

Tidak terlampaui 10 40 50

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang mengalami IMD selama lebih atau sama dengan 60 menit berhasil dalam pemberian ASI eksklusif selama 1 bulan pertama (80,32%), sedangkan berdasarkan uji Fisher’s Exact

menunjukkan bahwa durasi pelaksanaan IMD lebih mempengaruhi dibandingkan tahapan IMD untuk keberhasilan ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama (p = 0,001; p = 0,114).

(6)

154

Tabel 5. Pengaruh tahapan IMD terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama

Tahapan IMD

ASI eksklusif selama

1 bulan pertama Nilai p

(*) Relative Risk Tidak Ya Tahapan 1 IMD Tidak Ya Tahapan 2 IMD Tidak Ya Tahapan 3 IMD* Tidak Ya Tahapan 4 IMD* Tidak Ya Tahapan 5 IMD* Tidak Ya 0 10 0 10 2 8 8 2 9 1 0 51 0 51 0 51 15 36 41 10 - - 0,025 0,004 0,673 - - 7,375 9,600 2,195 Tabel 5 semakin memperkuat hasil

bahwa pelaksanaan tahapan IMD tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama.

Pembahasan

Karakteristik Responden:

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasil pemberian ASI eksklusif, salah satunya adalah usia ibu. Penelitian yang dilakukan oleh Chaves, Lamouiner dan Cesar (2007), wanita yang tergolong dewasa akan lebih lama untuk menyusui karena pengalaman dan pengetahuaan tentang ASI lebih banyak .10

Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar usia orangtua anak adalah remaja akhir dalam rentang 17–25 tahun yaitu sebanyak 31 orang (50,8%), sedangkan dalam rentang 26-35 tahun sebanyak 25 orang (41,1%). Usia tersebut termasuk dewasa awal dan dewasa akhir.

Keberhasilan menyusui eksklusif pada ibu primipara dipengaruhi oleh lamanya menyusui saat melakukan IMD.6 Terdapat pengaruh yang signifikan pada pendidikan dan status sosial ekonomi ibu dengan pelaksanaan IMD.11 Rendahnya

tingkat pendidikan, menurukan

keberhasilan pelaksanaan inisiasi dan durasi menyusui. Hal yang paling penting dalam memulai kegiatan menyusui segera setelah proses kelahiran terjadi adalah kontak kulit ke kulit antara bayi baru lahir dan ibunya.12

Pendidikan memiliki hubungan dengan pengetahuan seseorang yang berpengaruh pada pembentukan perilaku khususnya perilaku kesehatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga bertambah banyak pengetahuan yang dimiliki. Orang tua yang pendidikannya tinggi dan baik maka dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara mengatur dan mengasuh anak yang baik, menjaga kesehatan anak, pendidikan dan sebagainya.13 Wanita yang memiliki pendidikan rendah, hampir 50% cenderung tidak memulai IMD dibandingkan dengan wanita dengan pendidikan tinggi.14, 15

Bayi baru lahir dengan berat badan rendah cenderung tidak behasil melampaui tahapan IMD secara keseluruhan. Terdapat 2 responden yang hanya melampaui sampai tahapan 2 IMD yaitu berat badan bayi baru lahir 2500 gram dan 2600 gram. Keberhasilan bayi yang melampaui sampai tahapan 5 IMD sebanyak 11 responden

(7)

155 dengan rentang berat badan antara 3000– 3600 gram. Penelitian yang dilakukan oleh Chaves et.al., tahun (2007)10 menyatakan bahwa variabel yang berhubungan dengan durasi pemberian ASI eksklusif salah satunya adalah berat badan lahir rendah <2500 gram (p = 0,019). Bayi baru lahir dengan berat badan rendah lebih berisiko

untuk mengalami keterlambatan

menyusu.16 Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan menyusu yang belum berkembang baik reflek hisap maupun menelan, selain kemungkinan komplikasi yang terjadi Karena berat badan yang rendah.

Hal ini mendorong untuk dilakukan

peningkatan kemampuan tenaga

kesehatan dalam pemberian nutrisi yaitu ASI terutama pada bayi bayi prematur maupun BBLR.17 Penelitian yang dilakukan di Ghana pada tahun 2015 oleh Brefo dan Arthur didapatkan 39,94% melakukan IMD segera setelah lahir, sebanyak 43,43 % pelaksanaan IMD dilakukan satu jam setelah lahir, sedangkan 16,63% dilakukan sehari setelah bayi lahir.18 Pelaksanaan IMD dilakukan minimal dalam 1 jam pertama, dengan membiarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam 1 jam pertama, karena bayi baru lahir sangat aktif dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur.5 Dalam memulai kegiatan menyusui segera setelah proses kelahiran, yang terpenting adalah kontak kulit ke kulit antara bayi baru lahir dan ibunya. Penelitian ini menunjukkan rata-rata pelaksanaan IMD adalah 60,1 menit. Menunda pelaksanaan IMD dapat meningkatkan kemungkinan untuk ibu menyusui parsial atau tidak ASI eksklusif.17 Menurut Bregman et al., (2004) bahwa kontak kulit bayi ke ibu setelah lahir dapat menstimulasi secara spesifik pada otak yaitu pada bagian penciuman. Stimulasi ini memicu perilaku pada bayi yang disebut ikatan antara ibu dan bayi. Perilaku penting tersebut dapat mengatur otak untuk menyusu secara optimal.19

Pengaruh Pelaksanaan IMD terhadap Pemberian ASI Eksklusif dalam 1 Bulan Pertama:

Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tertulis bahwa ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.20 Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan tahun 2013, terdapat peningkatan pada tahun 2012 dengan cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 54,34%. Angka ini belum memenuhi target yaitu 80% dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sehingga diperlukan upaya lebih dalam meningkatkan cakupan ASI eksklusif melalui pelaksanaan IMD.21

Penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama lebih dipengaruhi oleh durasi pelaksanaan IMD (p = 0,001) dibandingkan dengan tahapan IMD (p = 0,114). Hal ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan IMD lebih menekankan durasi, tanpa melihat apakah bayi akan melalui kelima tahapan IMD. Sesuai dengan tujuan IMD adalah kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibu sehingga didapatkan manfaat yang besar bagi bayi, terutama yang berhubungan dengan pemberian ASI dan bounding attachment.

Meskipun secara umum tahapan pelaksanaan IMD tidak berpengaruh secara bermakna, namun diperoleh data bahwa bayi yang berhasil melampaui tahapan keempat IMD mempunyai peluang berhasil dalam pemberian ASI eksklusif lebih besar dibandingkan yang tidak melampauinya. Namun, hal ini tidak terjadi pada tahapan kelima (p = 0,673).

Beberapa alasan ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini antara lain: (1) lecet pada putting yang disebabkan karena posisi dan perlekatan

(8)

156 yang tidak benar, (2) anggapan bahwa produksi ASI kurang; (3) bayi terlanjur diberikan susu formula.

Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Cluwak selama bulan September – November 2016 dilakukan oleh 51 responden (83,6%). Sebagian besar pelaksanaan IMD dilakukan lebih atau sama dengan 60 menit (88,53%). Namun, terjadi penurunan pada pemberian ASI eksklusif tiap minggu selama satu bulan pertama. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan pertama lebih dipengaruhi oleh durasi pelaksanaan IMD dibandingkan dengan tahapan IMD.

Saran

Pada penelitian selanjutnya dillakukan waktu pengamatan lebih lama yaitu sampai 6 bulan pemberian ASI eksklusif.

Daftar Pustaka

1. (BKKBN-BPS-Kemenkes) Badan

Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional-Badan Pusat Statistik- Kementerian Kesehatan. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. 2012. 2. (Balitbangkes) Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan. Riset

Kesehatan Dasar. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.

3. (Dinkes) Dinas Kesehatan. Laporan Cakupan Kapsul Vitamin A dan ASI Eksklusif Propinsi Jawa Tengah. Pati. 2015.

4. Kementrian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Republik

Indonesia Nomor 03 tahun 2010. Jakarta. 2010.

5. Yohmi E. Inisiasi Menyusu Dini. Di dalam: Suradi R, Hegar B, Partiwi IGA, Marzuki ANS, Ananta Y (Editor). Jakarta: Ikatan Dokter Anak. 2010. 6. Amin W. Analisis Faktor Sosial Ibu

yang Mempengaruhi terhadap Keberhasilan Menyusui pada dua bulan Pertama di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makasar. (Tesis). Tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2014.

7. Meadow SR, Newell SJ. Lecture

Notes: Pediatrika. Hartini K,

Rachmawati DA (Penerjemah). Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. 2003.

8. Inoue M, Binns CW, Otsuka K, Jimba M, Matsubara M. Infant Feeding Practtices and Breastfeeding Duration in Japan: A Review. International Breastfeeding Journal. 2012; 7:15. 9. Departemen Kesehatan RI. Paket

Modul Kegiatan: Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif 6 Bulan. Jakarta: Departemen Kesehatan. 2008.

10. Chaves RG, Lamouiner JA, Cesar CC. Factor Associated with Duration of Breastfeeding. J Pediatr. 2007; 3:83.

11. Himani, Kaur K, Kumar P. Effect of Initiation of Breastfeeding within One Hour of the Delivery on “Maternal-Infant Bonding”. Nursing and Midwifery Research Journal. 2011; 3:7.

12. Partiwi IGA. Revitalisasi Rumah Sakit Sayang Ibu. Suradi R, Hegar B, Partiwi IGA, Marzuki ANS, Ananta Y (Editor). Jakarta: Ikatan Dokter Anak. 2010.

13. Soetjiningsih, Ranuh IGNG (Editor). Faktor–faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang. Di dalam: Tumbuh Kembang Anak. Edisi ke-2. Jakarta: EGC. 2013.

(9)

157 14. Sandor M, Dalal K. Influencing Factor

on Time of Breastfeeding Initiating among a National Representative Sample of Woman in India. Health. 2013; 2169-2180.

15. Himani., Kaur K, Kumar P. Effect of Initiation of Breastfeeding within One Hour of the Delivery on “Maternal-Infant Bonding”. Nursing and Midwifery Research Jourmal. 2011; 3:7.

16. Khanal V, Scoot JA, Lee AH, Karkee R, Binns CW. Factor Associated with Early Initiation of Breastfeeding in Western Nepal. International Journal of Environmental Research and Public Health. 2015; 1660-4601.

17. Patel A, Bucher S, Pusdekar Y, Esamai F, et al. Rates and Determinants of Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding at 42 Days Postnatal in Six Low and Middle-Income Countries: A Prospective Cohort Study. Reproductive Health. 2015; 12:S10.

18. Brefo RF and Arthur E. Effect of Timely Initiation of Breastfeeding on Child Health in Ghana. Health Economics Review. 2015; 5:8. 19. Bregman NJ, Linley LL, Fawcus SR.

Randomized Controlled Trial of Skin-To-Skin Contact from Birth Versus Conventional Incubator for Physiological Stabilization in 1200 to

2199 Gram Newborns. Acta

Paediatrics. 2004; 93:779-785. 20. (Kemenkes RI) Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Eksklusif. Jakarta. 2012

21. (Kemenkes RI) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. 2013.

Gambar

Tabel 1.  Karakteristik dasar responden
Tabel 4. Pengaruh durasi dan tahapan IMD terhadap keberhasilan ASI eksklusif   dalam 1 bulan pertama
Tabel 5. Pengaruh tahapan IMD terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 1 bulan  pertama

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan dan pelaksanaan inisiasi menyusui dini (IMD) sangat berperan dalam keberhasilan ASI eksklusif serta pencapaian status gizi yang baik untuk anak.

Hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Pemberian ASI Eksklusf Pada Ibu Primpara dengan Bayi Usia &gt;6-12 Bulan (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu

Berdasarkan hasil survival analysis dengan uji Log- Rank dengan taraf uji5 persen dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara bayi yang mendapatkan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan pelaksanaan IMD dan faktor sosiodemografi ibu dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi

Pengetahuan dan pelaksanaan inisiasi menyusui dini (IMD) sangat berperan dalam keberhasilan ASI eksklusif serta pencapaian status gizi yang baik untuk anak. Namun,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Godean II tentang hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Keberhasilan ASI eksklusif, maka

Hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Pemberian ASI Eksklusf Pada Ibu Primpara dengan Bayi Usia &gt;6-12 Bulan (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu

Berdasarkan hasil survival analysis dengan uji Log- Rank dengan taraf uji5 persen dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara bayi yang mendapatkan