• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROLE PLAY KOMUNIKASI KEPERAWATAN PADA PASIEN USIA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ROLE PLAY KOMUNIKASI KEPERAWATAN PADA PASIEN USIA REMAJA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

ROLE PLAY KOMUNIKASI KEPERAWATAN

PADA PASIEN USIA REMAJA

AHMAD GAOS

CEP ROHMAT

DENDEN GEMALOKA

GINA ANGGRAENI

IMAM NURDIANSYAH

NANA SUTISNA

NELA PURI HANDAYANI

NURLELA

RANGGA

RIYANA SETIADI

ROHMAT ROHWANDI

PROGRAM TRANSFER S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI

2014

(2)

2

ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA PASIEN REMAJA

A. KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Pengertian

Komunikasi terapeutik adalah proses di mana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien. Proses memfokuskan kepada klien namun direncanakan dan di pimpin oleh seseorang professional (Keltner, Schwecke, dan bostrom 1991). Komukasi terapeutik mengembangkan hubungan interpersonal antara klien dan perawat. Proses ini meliputi kemampuan khusus, karena perawat harus memperhatikan kepada berbagai

interaksi dan tingkah laku non verbal (Potter & Perry, 1993). Komunikasi terapeutik adalah

komunikasi yang di rencanakan secara sadar bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. (Christina 2013 komunikasi kebidanan EGC, Jakarta)

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat kami simpulkan bahwa komunikasi terapeutik adalah interaksi antara perawat dan pasien yang terbina melalui hubungan saling percaya baik berupa verbal maupun non verbal yang bertujuan untuk peningkatan derajat kesehatan pasien.

2. Tujuan

Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi. Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan di arahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:

a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gangguan gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti, dan pada akhirnya merasa putus asa dan depresi.

b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. Menurut Hibdon (2000), melalui komunikasi terapeutik klien belajar bagaimana menerima dan diterima oleh orang lain. Dengan komunikasi terbuka, jujur, dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya.

(3)

3

c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan

yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.

d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Klien yang mengalami

gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas. (Sharif La Ode, 2012 Konsep Dasar Keperawatan, Nuhamedika Yogyakarta).

3. Tekhnik Komunikasi Terapeutik

TEKNIK PENGERTIAN CONTOH

Mendengar aktif Proses aktif dan penerimaan

informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima (Hubson, S dalam Suryani,

2005)

Mendengarkan keluh kesah klien

dan memberikan respon atas masalah

tersebut.

Mendengar pasif Kegiatan mendengar dengan

kegiatan non verbal untuk klien. Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga

keikutsertaan secara verbal

Mendengarkan keluh kesah klien

dan memberikan respon atas masalah

tersebut.

Penerimaan Mendukung dan menerima

informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan

penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.

Mendengarkan keluhan klien dan menerima dengan

(4)

4

Klarifikasi Menanyakan kepada klien apa

yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada,atau menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan

arti dari ungkapannya (Gerald, D dalam Suryani, 2005).

“saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan “

“ apa yang katakan tadi adalah…”

Observasi Kegiatan mengamati klien/orang

lain. Observasi dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan

non verbal klien dan saat tingkah laku verbal dan non verbal nyata

dan tidak biasa ada pada klien, Stuart & Sundeen, cit Nurjanah

(2001). Observasi dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.

“anda tampak cemas dan pucat” “apakah anda merasa tidak tenang

apabila anda…..”

Diam (memelihara ketenangan);

Digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan

kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart & Sundeen dalam

Suryani, 2005). Klien : “Saya jengkel kepada suami saya.” Perawat : Diam (member kesempatan klien) Klien : “Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa

alasan yang jelas, kalau saya tanya

pasti marah.”

Assertive Kemampuan dengan secara

meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan

perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain,

Nurjanah, 2001

P: “maaf bu apakah ibu bersedia untuk

saya infus?” k: apakah infus adalah jalan

satu-satunya? P:“iya,bu karna dengan di infus ibu

(5)

5 kekurangan cairan dan dapat memudahkan ibu untuk mengonsumsi obat,yaitu dengan cara memasukan kedalam cairan infus”

Menyimpulkan Membawa poin-poin penting dari

diskusi untuk meningkatkan pemahaman. Memberi kesempatan

untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama denga ide dalam pikiran,

Varcarolis, cit, Nurjanah, 2001

“Dari hasil pengkajian disini bahwa pasien menderita penyakit DBD” Giving recognition (memberiakan pengakuan/ penghargaan)

Memberi penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan dan menandakan kesadaran, Schultz & Videbeck, cit,

Nurjanah, 2001.

“Selamat pagi Ibu Sri.” Atau “Assalmualaikum”

“Saya perhatikan Ibu sudah bisa berjalan dan bisa

beraktifitas kembali”. Offering Sel

(menawarakan diri);

Menyediakan diri anda tanpa respon bersyarat atau respon yang

diharapkan, Schultz & Videbeck.cit. Nurjanah, 2001

“ jika ibu membutuhkan bantuan saya ibu bisa panggil saya di

ruangan/ibu bisa menekan tombol yang ada di samping

tempat tidur” “Saya ingin anda merasa tenang dan

nyaman” Offering general leads

(memberikan petunjuk umum);

Mendukung klien untuk meneruskan, Schultz & Videbeck

cit, Nurjanah, 2001

“ saya mendukung jika ibu melakukan

terapi supaya ibu bisa berjalan seperti biasanya” Giving broad opening

(memberikan pertanyaan terbuka):

Mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai

“apa yang anda pikirkan hari ini”

(6)

6

terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non

terapeuitk

apabila perawatan mendominasi interaksi dan menolak res[pon klien,

Stuart % Sundeen, cit, Nurjanah, 2001.

Placing the time in time/sequence

(penempatan urutan/waktu);

Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu

kejadian dengan kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik

apabila perawat dapat mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting. Tehnik ini menjadi tidak terapeutik

bila perawat memberikannasehat, meyakinkan atau tidak mengakui

klien.

- “Apakah yang terjadi sebelum dan

sesudahnya”. - “Kapan kejadian

tersebut terjadi”.

Reflekting (Refleksi): Digunakan pada saat klien

menanyakan pada perawat tentang peneliaian atau kesetujuannya. Tehnik ini akan membantu perawat

untuk tetap memelihara pendekatan yang tidak menilai,

Boyd & Nihart, cit, Nurjanah

K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?” P: “Apakah menurut anda, anda

harus mengatakannya?”

K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi

saya, bahwa tidak menelpon

saya, kalau dia datang saya tidak

ingin berbicara dengannya.

(7)

7

menyebabkan anda marah”.

Eksploring (Eksporasi); Mempelajari suatu topik lebih

mendalam. Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam

Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail

tentang masalah yang dialami klien.

“ceritakan tentang apa yang telah anda

gambarkan tadi”

Presenting reality (menghadikan realitas/kenyataan)

Menyediakan informasi dengan perilaku yang tidak menilai

“saya tidak mendengar seorang

pun bicara disini” Voucing doubt

(menunjukkan keraguan);

Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas. Tehnik ini digunakan dengan sangat

berhati-hati dan hanya pada saat perawat merasa yakin tentang suatu yang

detil. Ini digunakan pada saat perawat ingin memberi petunjuk pada klien mengenai penjelasan

lain. “ceritakan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan di operasi” “apa yang sedang

terjadi”

Seeking consensual validation

Pencarian pengertian mengenai komunikasi baik oleh perawat maupun klien. Membantu klien

lebih jelas terhadap apa yang mereka pikirkan.

K : “saya tidak dapat tidur nyenyak,

sepanjang malam saya terjaga” P : “ Saudara mengalami kesulitan

(8)

8

untuk tidur….” Verbalizing the implied Memverbalisasikan kata-kata yang

klien tunjukkan atau anjuran.

“ Sebaiknya ibu dianjurkan untuk

melakukan terapi agar ibu cepat

sembuh” Encouraging evaluation

(mendukung evaluasi):

Perawat membantu klien mempertimbangkan orang dan kejadian kedalam nilai dirinya.

“Apa ibu sudah yakin dengan pilihan

ibu saat ini?”

Fokusing Kegiatan komunikasi yang

dilakukan untuk membatasi area diskusi sehingga percakapan

menjadi lebih spesifik dan dimengerti, Stuart & Sundeen, cit

Nurjanah (2001).

Klien : “Petugas kesehatan yang ada

di rumah sakit ini kurang perhatian pada pasiennya”. Perawat : “Apakah

Ibu sudah minum obat? Menawarkan informasi Menyediakan tambahan informasi

dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa

keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan memfasilitasi

komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan, Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah, (2001).

Klien : “Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah

minum obat, kira-kira kenapa ya

Suster?” Perawat : “Baik saya jelaskan, panas

tubuh atau suhu tubuh meningkat dapat disebabkan

oleh beberapa hal diantaranya karena

ada proses infeksi, dehidrasi atau karena metabolism

tubuh yang meningkat.” Attempting to translate

into feeling (usaha menerjemahkan

perasaan);

Membantu klien untuk mengidentifikasi perasaan berhubungan dengan kejadian atau

pernyataan .

“ada apa ibu sejak tadi ibu melamun”

(9)

9

collaborating (menganjurkan

kolaborasi):

klien tidak menekan melakukan sesuatu untuk klien. Mendukung

pandangan bahwa terdapat kemungkinan perubahan melalui

kolaborasi. mendapatkan kesembuhan pasien yang maksimal perawat bisa mengkolaborasi terapi di berikan ke pasien seperti fisioterapi dan okupasi terapi “ saya yakin, pasti

sembuh” Encouragingformulation of plan of action (mendukung terbentuknya rencana tindakan):

Memberikan kesempatan pada klien untuk mengantisipasi alternative dari tindakan untuk

masa yang akan datang.

Tidak ada hanya tim medis yang mengadakan sebuah

tindakan terhadap pasien tetapi juga harus ada dukungan

rencana tindakan dari pasien itu

sendiri Estabilising guidelines

(menyediakan petunjuk);

Statemen yang menunjukkan peran, tujuan dan batasan untuk interaksi. Hal ini akan menolong

klien untuk mengetahui apa yang dia harapkan dari dirinya.

“Memberikan gelang pasien untuk membedakan,sesuai

dengan penyakitnya

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik

Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potter dan Perry, 1993): a. Perkembangan

Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang, perawat harus mengerti pengaruh dari perkembangan usia baik dari sisi bahasa maupun proses pikir dari orang tersebut. Cara berkomunikasi dengan anak usia remaja dan anak usia balita sangat berbeda. Kepada remaja anda mungkin perlu belajar bahasa “gaul”, sehingga mereka yang di ajak bicara akan merasa kita mengerti dan komunikasi di harapkan berlangsung lancar.

b. Persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi seorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini di bentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat

(10)

10

mengakibatkan terhambatnya komunikasi. Misalnya, kata “virus” akan mempunya persepsi yang berbeda bagi seorang ahli komputer dan seorang dokter.

c. Nilai

Nilai adalh standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengatahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuata keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam hubungan professionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya. Perbedaan nilai tersebut dapat di contohkan sebagai, misalnya klien memandang abortus bukan merupakan perbuatan dosa sementara perawat memandang abortus merupakan tindakan dosa. Hal ini dapat menyebabkan konflik antara perawat dan klien.

d. Latar belakang sosial budaya

Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhioleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. Seorang remaja putri ingin membeli makanan khas di suatu daerah. Remaja putri tersebut berasal dari daerah lain. Pada saat membeli makanan tersebut, si remaja tiba-tiba menjadi pucat ketakutan karena si penjual menanyakan kepadanya berapa banyak cabe merah yang di butuhkan untuk campuran makanan yang akan di berikan. Apa yang terjadi ? si remaja tersebut merasa di marahi oleh si penjual oleh karena cara bertanya si penjual seperti membentak, padahal si penjual merasa tidak memarahi si remaja tersebut. Hal ini di karenakan budaya dan logat bicara si penjual yang memang keras dan tegas sehingga terkesan marah-marah bagi orang dengan latar budaya yang berbeda.

e. Emosi

Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah seperti marah, sedih, senang akan memengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarga sehingga perawat perlu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Sselain itu perawat juga perlu mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan askep tidak terpengaruh oleh emosi di bawah sadarnya.

f. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang di lakukan seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit brespon terhadap pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.

g. Jenis kelamin

Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbda-beda. Tunned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunya perbedaan gaya komunikasi. Dari usia 3 tahun wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam grup kecil dan menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman. Laki-laki di pihak lain, menggunakan bahasa untuk mendapatkan manan.jika mereka ingin berteman mereka melakukannya dengan bermain.

(11)

11

h. Peran dan Hubungan

Gaya hubungan sesuai dengan peran dan hubungan di antara orang berkomunikasi. Cara komunikasi seseorang perawat dengan koleganya dengan cara berkomunikasi seorang perawat kepada kliennya akan berbeda tergantung perannya. Demikian juga antara guru dan murid.

i. Lingkungan

Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bisisng tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancunan, ketegangan, dan ketidaknyamanan. Misalnya, berpacaran di pasar tentunya tidak nyaman. Untuk itulah perawat perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum memulai interaksi dengan klien.

5. Tahap-tahap Komunikasi Terapeutik

Langkah-langkah yang tepat untuk melakukan komunikasi terapeutik yang efektif : a. Tahap pra interaksi

Tahap ini di sebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum kontak/berhubungan dengan klien termasuk kondisi kecemasan yang menyelimuti diri perawat terdapat dua unsur yang perlu dipersiapkan dan dipelajari pada tahap prainteraksi yaitu unsur diri sendiri dan unsur dari klien. Hal-hal yang dipelajari dari diri sendiri adalah sebagai berikut.

 pengetahuan yang dimiliki yang terkait dengan penyakit dan masalah klien.

 kecemasan dan ketakutan diri

 analisis kekuatan diri.

 waktu pertemuan baik saat pertemuan maupun lama pertemuan

b. Tahap Orientasi

Pada tahap orientasi ini perawat menggali keluhan-keluhan yang di rasakan oleh klien dan divalidasi dengan tanda dan gejala yang lain untuk memperkuat perumusan diagnosis keperawatan. Tugas perawat pada tahap orientasi ini meliputi hal-hal berikut:

 Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka

 Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan)

bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.

 Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya

dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.

 Merumuskan tujuan interaksi dengan klien

c. Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi

(12)

12

terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya. Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat.

d. Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.

6. Komunikasi Terapeutik Pada Tingkat Usia Remaja

Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu :

1) Masa remaja awal (10-12 tahun):

• Tampak dan memang merasa lebih de:kat dengan teman sebaya, • Tampak dan merasa ingin bebas,

• Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak),

2) Masa remaja tengah (13-15 tahun) : • Tampak dan ingin mencari identitas diri,

• Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis, • Timbul perasaan cinta yang mendalam.

3) Masa remaja akhir (16-19 tahun) :

• Menampakkan pengungkapan kebebasan diri, • Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

• Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya, • Dapat mewujudkan perasaan cinta, dan

(13)

13

B. ROLE PLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA USIA REMAJA

Peran Anggota Kelompok:

Rangga : Narator

Cep Rohmat : Pasien ( Doni ),

Memiliki karakter yang masih labil, berputus asa, tertutup.

Denden Gemaloka : Ayah Pasien ( Ayah )

Memiliki karakter yang bijaksana, penyabar, tegas menyampaikan pendapatnya

Nela Puri Handayani : Ibu Pasien ( Ibu )

Memiliki karakter yang penyayang, gampang panik dan khawatir

Gina Anggraeni : Perawat 1 ( Zr Gina )

Memiliki karakter yang ramah, teliti, cepat tanggap, berempati

Ahmad Gaos : Setan

Memiliki karakter jahat, suka menghasut

Rohmat Rohwandi : Perawat 2 ( Br Rohmat )

Memiliki karakter ramah, teliti, cepat tanggap, berempati

Imam Nurdiansyah : Perawat UGD ( Br Imam )

Nurlela : Perawat 3 ( Suster Lele )

Memiliki karakter yang cuek, judes, tidak berempati

Nana Sutisna : Dokter UGD ( dokter Nana )

Memiliki karakter yang cepat tanggap, lincah

Riyana Setiadi : Malaikat

Memiliki karakter baik, suka mengingatkan akan kebaikan

Durasi

:

20 Menit

Kasus

Pasien Remaja berusia 17 tahun bernama Doni telah satu kali melakukan usaha bunuh diri dengan cara menyayat pergelangan tangannya dan berhasil diselamatkan tepat pada waktunya. Alasan bunuh dirinya, disebabkan pasien tersebut mengalami depresi karena ia tidak bisa masuk ke universitas yang di cita-citakannya setelah mencoba tesnya berkali-kali. Pasien tersebut merasa sangat putus asa dan kehilangan harapan. Padahal kedua orang tuanya sudah memberikan dukungan yang sudah maksimal, baik itu dukungan mental, material dan maupun pendidikannya. Karena perasaan bersalah yang ditimbulkan dan mengecewakan orang tuanya, tidak berhasil atas kemampuannya sendirilah yang mengakibatkan pasien tersebut melakukan tindakan bunuh diri.

(14)

14

Skenario Jalannya Cerita:

Doni Setan Doni Malaikat Doni Setan Malaikat Setan Ayah Dirumah Pasien...

: “Akhhh!! Tak lulus lagi. Udah berapa kali aku gagal ? Bikin malu terus bisa nya aku ini... Udahlah duit habis, waktu habis, yang lebih penting Ibu sama Ayah pasti sedih.. Mau jadi apa aku nanti... Ih, bodoh amat yah otak ni”

(sambil menjenggut-jenggut rambut).

: “Hihihi... Bodoh, bodoh. Tak ada gunanya kau hidup, bawa malu saja bisanya. Sudahlah, bunuh diri saja, semua masalah langsung beres. Hahahahaha.... “

: (muka sedih dan hampir menangis) ” Kasian Ibu sama Ayah... memang anak tak berguna... emang ada kayak aku ni, lebih baik aku mati”.

: “Sudahlah Doni, ingat Tuhan mu ingat ke dua orang tua mu.. apa kau mau di lemparkan ke neraka jika kau mati bunuh diri. Iiii sungguh miris nasib mu jika begitu jadinya”.

: “Alaaa sediiih nya rasa hati ni.. pengen mati saja rasanya” (sambil

membentur-benturkan kepala ke tembok )

: “Ah, betul tu. Mati saja lah kau sana... Pasti beban orang tua kau itu langsung hilang. Plong rasanya. Coba kau ambil cutter di meja sana tu. Kau sayat tangan kau, tapi jangan setengah-setengah. Sayat kira-kira sampai kau pingsan lah. Jadi tak letih lagi orang tua kau bayar rumah sakit kalo seandainya kau tu masih selamat”.

(Doni lalu memandang cutter yang berada di atas meja dengan ragu..)

: “Astaghfirullah Doni, ingat sama yang diatas, ingat sama Allah. Jangan, Jangan Doni. Itu dosa besar”.

: “Sudahlah Doni, cepat sedikitlah. Kalo kau mikir lama-lama, nanti muncul pula setan yang cegah kau”.

(Doni pun kemudian beranjak pergi dan mengambil cutter. Tanpa pikir panjang lagi, Doni pun lalu menyayat pergelangan tangannya)

Beberapa Menit kemudian...

: ( Menggedor pintu) “Nak, nak... Doni, bangun nak, sudah pagi nak. Cepat bangun nak, bantu bapak betulkan atap kita yang bocor yok nak.

(15)

15 Ibu Ayah Ibu Dr Nana Ayah Dr Nana Ibu Br Imam Br Imam Ayah

(Ekspresi kaget dan panik) “Doni..., kau kenapa ni nak? Nak, nak, bangun nak. Doni, Doni... Ya ampun nak, kenapa lah kau kayak gini...

(sedih dan kemudian memanggil Ibu) “Bu, bu, oo bu!! Coba kesini bentar, coba kau liat anak kita bu”.

: (Datang sambil tergopoh-gopoh) “Kenapa sih pak? Astaghfirullah, nak, kau kenapa nak?? Pak, kenapa dia ni pak??”

: “Lihatlah tangannya tu.. udah berdarah-darah dah. Nak, nak kenapa lah kau kayak gini, cepat telpon ambulans bu”.

: “Iy, Pak. Tunggu bentar, Ibu ngambil Hp lok..”

(Setelah mengambil Hp dan menelpon ambulans, Doni pun dibawa ke rumah

sakit terdekat)

Setelah percobaan bunuh dirinya, remaja tersebut dibawa kerumah sakit untuk dilakukan tindakan medis. Di ruangan IGD sudah langsung ditangani oleh dokter jaga IGD dan perawat IGD telah terpasang infus ditangan kanan dan oksigen

: “ Selamat siang Ibu dan Bapak, anak anda membutuhkan 2 kantong darah, dikarenakan kandungan hemoglobin di dalam darahnya kurang akibat banyak kehabisan darah...”

: “ Baik dok... saya ingin yang terbaik untuk anak saya... saya ingin anak saya sadar...”

: “ Baiklah pak... saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk anak bapak, sekarang bapak tolong bantu mendoakannya”

: “Nak... sadar nak” (sambil menangis tersedu-sedu)

Setelah pasien mendapat kan penanganan transfusi, penjahitan luka, penanganan kegawat daruratan, observsi dan dilihat dari keadaan umum dan pemeriksaan fisiknya akhirnya kondisinya pun stabil

: “ Selamat siang,... ”

Datanglah perawat Imam yang bertugas shift siang, setelah operan dengan shift pagi mengenai semua pasien yang ada di IGD. Dan Imam pun bertemu dengan keluarga Doni

: “ Selamat siang pak bu perkenalkan nama saya imam, perawat yang jaga

siang, bagaimana kabarnya hari ini ?” (tersenyum) (Teknik broad opening)

: (Tampak kebingungan) “Saya bingung pak, bagaimana apakah saya bisa menggunakan BPJS disini, saya akan menyuruh saudara saya untuk

(16)

16 Br Imam Ayah Br Imam Ayah Br Imam Ayah Br Imam Ayah Br Imam mebuatnya ke kantor BPJS”

: “Oh... karena itu bapak merasa bingung ?” (kontak mata lebih dalam)

(Teknik Reflekting)

: “Iya pak.. saya mohon penjelasannya, tadi di pendaftaran tidak menjelaskannya”

: “Baik pak, saya akan menjelaskan mengenai prosedur BPJS, bagaimana kalau selama 5 menit dan kita bisa duduk di ruang sebelah untuk mejelaskannya ?” : “Baik pak... saya setuju”

Mereka pun berlalu dan duduk di ruang sebelah

: “Begini pak, BPJS kesehatan itu nama tempatnya dan nama programnya itu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang terdiri dari dua peserta yaitu bayar iur terdiri dari Jamkesmas, Jamkesda, SKTM yang dibayarkan pemerintah dan non iur pembayaran secara mandiri. Dan menurut peraturan yang ada bila kita membuat kartu BPJS mandiri itu bisa aktif digunakan setelah 7 hari dari pendaftaran dan untuk yang ditanggung pemerintah bisa aktif setelah 1 bulan terdaftar. Pendaftarannya pun tak bisa diwakilkan oleh orang, lain dan semua

anggota keluarga harus ikut terdaftar” (Teknik giving information)

: “Oh begitu ya pak... terima kasih infonya, saya membuat pun tidak bisa langsung digunakan...”

: “Benar pak, namun jika bapak ingin membuatnya tetap ajukan saja dari sekarang, kita tidak tahu kan.. keadaan kita bila tiba-tiba sakit atau kondisi

yang tak diinginkan...” (dengan nada sedikit tegas dan meyakinkan) (Teknik

assertive)

: “Baiklah pak terima kasih banyak, besok saya sendiri akan ke kantor BPJS untuk mendaftarkan semua keluarga saya..”

: “Iya pak, saya setuju sekali kalau bapak mau mendaftar ke BPJS (Teknik

offering general leads) “jika bapak sudah paham... sekarang saya akan memeriksa tekanan darah anak bapak, jika ada hal yang kurang dimengerti, bapak jangan segan panggil saya... mari”

Setelah melakukan observasi beberapa jam kondisi pasien pun dinyatakan stabil, meskipun belum sadar, dan bisa dipindahkan ke ruangan perawatan. Perawat yang bertugas di ruangan perawatan tersebut sudah mempersiapkan diri dan menganalisis diri sejauh mana kesiapan fisik, psikologis pengetahuan dan cara mengendalikan hambatan yang ada dalam dirinya sebelum menghadapi pasien.

(17)

17 Ibu Ayah Ibu Zr Gina Br ohmat Zr Lele

Ayah & Ibu Zr Gina Ayah Zr Gina Ibu Zr Lele Ibu Zr Gina Di Ruang perawatan ....

: “Aduh, nak, nak. Kasian dirimu.. pasti sakit kan nak. Janganlah kayak gitu lagi”.

: “Sudahlah bu. Anak kita lagi nggak sadar. Nggak mungkin dengar suara ibu”. : “Iy pak, tau. Tetap aja sedih ngeliatnya kayak gitu”. (menutup muka dan

mata berkaca-kaca)

: “Assalamualaikum. Selamat Pagi Pak, Bu...” (tersenyum) : “Assalamualaikum... (tersenyum)

: (hanya diam sambil meletakkan tangan kanan dan kiri ke dalam saku baju

dengan muka yang ketus)

: “Waalaikumsalam, Selamat pagi....” (tersenyum)

: ”Perkenalkan pak, nama saya perawat Gina dan ini ada perawat Rohmat dan perawat Lele, saya yang akan bertugas melakukan perawatan kepada anak ibu dari jam 8 sampai dengan jam 2 siang nanti bu.

Bagaimana bu keadaan anak ibu? Apa belum masih menunjukan tanda –

tanda akan sadar? (Teknik broad opening)

: “Kata dokter tadi sih anak saya sudah tidak dalam kondisi kritis. Tapi, dari tadi anak saya masih belum sadar juga. Kenapa ya ?”

: (Diam mendengarkan penuh perhatian) (Teknik diam) “Oh, baguslah kalau

begitu. Anak bapak sudah melewati kondisi kritisnya. Anak bapak masih belum sadar mungkin karena pengaruh obat bius yang diberikan oleh tim medis tadi saat penjahitan lukanya. Baiklah pak bu, izinkan saya untuk memeriksa tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, suhu anak ibu kurang

lebih selama 7 menit ke depan. Bolehkah bu?. (Teknik active listening, Teknik

giving information)

: “Oh, ya. Silahkan ....”

: ( Tergesa-gesa mengangkat handphone di saku baju yang berdering)

“Hallo mas Bram, aku tunggu di airport ya nanti sore, dah...“

(sambil berlalu meninggalkan kamar pasien)

: “Bagaimana ? Tanda-tanda vitalnya bagaimana? “

: “Oh, iya bu. Tadi saya sudah menghitung denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan napas anak ibu. Semuanya normal kecuali tekanan darah anak ibu yang masih agak rendah akibat kehilangan darah sewaktu dia terluka tadi.

(18)

18 Ayah Br Rohmat Ayah Br Rohmat Ibu Zr Lele Ayah Zr Lele Ayah Ayah Zr Gina Doni

(Teknik giving information)

: ”Wah gawat dong ya?”

: “Tenang saja. Karena tadi telah melakukan transfusi darah, tidak lama lagi

tekanan darah anak ibu akan kembali normal kok pak”. (Teknik klarifikasi)

: “Oh, begitu ya.. Syukurlah”

: “Iya, pak. Kalau begitu kami permisi dulu ya pak. Jika pasien atau keluarga ada perlu, silahkan hubungi saya di ruangan perawat dengan menggunakan bel disamping tempat tidur atau langsung datang keruangan, kami ingin bapak

dan keluarga merasa nyaman disini”. (Teknik offering sel)

Tak beberapa lama kemudian...

: (memencet bel berulang-ulang) sudah selama 3 menit

: ( mendengar bunyi bel dari ruang 4, namun perawat Lele memutus colokan

kabelnya karena merasa berisik dan dia meneruskan membuat lipatan kassa sambil mengomel ) “ini pasien baru saja masuk sudah pencet-pencet

bel, rese...!”

: ( bergegas ke ruang perawat, karena merasa perawat tidak ada yang datang juga ke kamar) “ Permisi sus... bisa ke ruangan anak saya dulu untuk melihat kondisinya ?”..

: “ Baik... pak, saya akan ke sana nanti “ (sambil pandangan mata ke bawah dan tetap melanjutkan melipat kassa )

Waktu sudah berlalu 10 menit, namun perawat Lele tetap saja tidak kunjung ke kamar pasien, dia tetap saja melanjutkan melipat kasa dan menonton televisi.. Kemudian Ayah yang tidak sengaja bertemu perawat Gina dan perawat Rohmat yang baru keluar dari kamar lain dan segera memanggilnya..

: “Permisi ..., bisa lihat keadaan anak saya sebentar...

( Perawat Gina dan Rohmat pun segera bergegas...)

: “Ini anu... alhamdulillah anak saya sudah sadar”.

: “Oh, baguslah Pak.. Selamat siang saudara Doni, bagaimana kabarnya ?”

(tersenyum). (Teknik broad opening)

(19)

19 Br Rohmat Doni Br Rohmat Doni Ibu Zr Gina Br Rohmat Doni Zr Gina Doni Zr Gina Doni Ibu : “Bagaimana keadaan mu ?”

: “Akkkkkkkhhhhhhh... jangan dekati aku. Aku tak mau diganggu (berontak) : “Tenang, tenang (sambil mengusap punggung Doni )

Saya tidak akan menyakiti mu...”

: “Tidaaak!! Jangan sentuh aku. Keluar! Keluar dari ruangan ini sekarang...” : “Tenang nak, tenang.... perawatnya hanya mau bicara.”

: “Iya betul. Kami cuma mau tahu kabar mu...” (lebih mendekat kepada

pasien)

Doni pun menjadi sedikit tenang.

: “Baiklah, karena saudara Doni sudah tenang, perkenalkan nama saya perawat Rohmat dan ini perawat Gina.., di sini kami yang akan merawat saudara Doni. Jangan segan sama saya, jika ada yang ingin saudara ceritakan keluh kesahnya silahkan cerita kepada kami, kami siap mendengarkan dan

semoga kami bisa membantu” ( senyum ) (Teknik broad opening, Teknik

exploring)

Karena keramahan perawat, perasaan Doni pun menjadi lebih tenang

: “Begini, saya depresi karena saya tidak pernah lolos di universitas yang saya favoritkan, saya sangat sedih sus, rasanya saya tidak akan bisa menggapai cita cita saya, saya sangat berambisi untuk dapat menggapai cita cita saya. Saya stress....

: “Memangnya apa cita-cita Doni ?”(Teknik exsploring)

: “Saya ingin menjadi Pilot sus. Karena biaya kuliahnya mahal, jadi saya coba ikut tes di beberapa universitas yang menyelenggarakan beasiswa. Udah berapa kali, Cuma gagal terus. Emang nasib, nasib”.

: “Oooh.. Doni ingin menjadi Pilot.. Kenapa? Apa alasannya? (Teknik

exploring)

: “Begini sus, saya ingin membantu perekonomian keluarga. Dari kabar yang saya dengar, katanya pilot lebih mudah dapat uang banyak. Lagipula, saya juga bisa sekalian mengajak keluarga saya jalan-jalan karena kami jarang berpergian. Itu cita-cita saya dari kecil sus”.

: “Benar sus. Dari kecil anak saya memang bercita-cita jadi pilot. Mungkin terpengaruh oleh pamannya yang telah sukses menjadi pilot”.

(20)

20 Ayah Br Rohmat Doni Ayah Ibu Doni Zr Gina Ayah Zr Gina Doni

: “Iya, betul. Tapi ayah nggak nyangka kalo samapai segitunya kamu kepingin jadi pilot. Sampai mau bunuh diri gitu, Nak...”

: “Iya, Doni, cita-cita mu sangat bagus (Teknik giving recognition). Apa yang

kamu lakukan bukanlah jalan keluar yang terbaik. Walaupun itu cita-cita mu, tetap saja hal itu hanya akan membuat kamu dan kedua orang tua mu menjadi lebih susah. Sebaiknya, jika ada masalah, Doni dan keluarga harus bicara baik-baik, dan Doni belajar untuk berpikir panjang atas resiko tindakan

yang dilakukan..”(Teknik giving information, Teknik menyimpulkan)

: “Tapi sus, saya hanya ingin membahagiakan kedua orang tua saya. Pasti Ibu dan Ayah kecewa sekali sama Doni”. ( sambil menunduk dan penuh

penyesalan)

: “Jangan salah paham dulu nak. Ayah dan ibu, hanya menginginkan yang terbaik buat Doni”.

: “Iya, betul nak. Jalan untuk menjadi sukses bukan cuma menjadi pilot saja. Orang sukses adalah orang yang telah diridhoi oleh orang tuanya. Mungkin Doni kali ini gagal, tapi kegagalan adalah awal dari sebuah keberhasilan. : “Iya, Bu. Doni sudah sadar. Maafkan Doni ya Bu, Yah. Doni janji tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi dan akan terus berusaha untuk membahagiakan Ayah dan Ibu. Walaupun tidak dengan menjadi pilot. Terima kasih sus, atas nasehatnya”.

: “Iya, saudara Doni, sama-sama (tersenyum) Kalau begitu kami permisi dulu. Semoga cepat sembuh. Dan untuk Bapak sama Ibu tolong awasi keadaan Doni, dan apabila ada keperluan, silahkan pencet bel disamping tempat tidur,

saya ingin semuanya merasa nyaman disini ” (Teknik offering sel)

: “ Iya terimakasih sus.. oh iya sus, saya kurang suka sama perawat Lele.. dia acuh tak acuh sama kami “. (dengan nada sedikit kesal) “ Kami memencet bel, dan saya ke ruang perawat ternyata ada suster Lele tapi dia tak kunjung juga ke ruangan kami, malah asik menonton TV ”

: “ Oh.. begitu ya Pak, baik Pak nanti kami akan bicarakan dengan perawat Lele, dan sebelumnya kami minta maaf atas sikap perawat Lele itu. Permisi semuanya... “

Malam harinya di rumah sakit...

: “Aduh, belum ngantuk pula ni. Ibu lagi tidur, nggak usah dibanguninlah”.

(21)

21 Setan Doni Malaikat Doni Setan Malaikat

“ Alhamdulillah aku masih selamat. Coba aku pikir panjang ya, orang tua aku gak perlu khawatir, uang gak habis buat biaya rumah sakit, aku gak perlu sakit lagi...”

: “Bagaimana kalo coba bunuh diri lagi? Inikan di lantai 3. Loncat saja dari jendela tu.. pasti langsung mati”.

: “Apa aku bunuh diri lagi ya?? Aku keluar dari rumah sakit mungkin sekitar beberapa hari lagi. Pasti menghabiskan banyak biaya lagi”. (sambil terus

menatap ke luar jendela )

: “Jangan Doni.. jangan... Coba pikirkan lagi kedua orang tuamu... Kau terluka saja, mereka sudah sangat bersedih. Apalagi bila kau mati?? Mereka bisa ikut hancur. Ditambah lagi kau anak satu-satunya dan kesayangan mereka. Cobalah perbaiki pemikiranmu itu..”

: “Ah, tidak tidak. Aku harus berubah. Aku harus lebih memantapkan niatku untuk bisa membahagiakan mereka. Aku tidak boleh tergoda lagi!”

: “Akh!!! Tidakkk!! Aku gagal! Dasar Bodoh! Padahal tinggal sedikit lagi..” : “Rasain lu... Emang enak..”

Setelah 2 hari kemudian, saudara Doni pun diperbolehkan oleh tim medis untuk pulang kerumahnya. Perawatan berjalan dengan baik, discharge planing sudah dipersiapkan perwat dan dijalankan sesuai perencanaannya. Sementara suster Lele dipanggil oleh kepala ruangan dan komite karena banyak pasien dan keluarga yang mengeluhkan mengenai sikapnya, suster Lele pun menceritakan semua hambatannya dan dibantu oleh rekan-rekan kerjanya akhirnya suster Lele dapat memperbaiki sikapnya

(22)

22

C. PEMBAHASAN

Pada percakapan mengenai role play komunikasi terapeutik pada pasien usia remaja di atas, terdapat tahap-tahap komunikasi terapeutik, mulai dari pra interaksi, interaksi (orientasi, fase kerja), terminasi. Dimana pada tahap prainteraksi perawat yang bertugas di ruangan perawatan tersebut sudah mempersiapkan diri dan menganalisis diri sejauh mana kesiapan fisik, psikologis, pengetahuan dan cara mengendalikan hambatan yang ada dalam dirinya sebelum menghadapi pasien. Pada fase interaksi, tahap orientasi dimana perawat sudah melakukan membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka, merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama, menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka, merumuskan tujuan interaksi dengan klien. Kemudian pada tahap kerja perawat sudah membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan klien, mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya, menyimpulkan percakapannya dengan klien. Pada tahap terminasi dilakukan terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama.

Adapun dalam komunikasinya, karena pasien yang dihadapi adalah usia remaja maka pada percakapan di atas, perawat sudah menyesuaikan dengan tahap perkembangan dan emosi klien yang berumur 17 tahun dimana pasien menampakkan pengungkapan kebebasan diri, memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya bahwa dia ingin bersikeras menjadi pilot, perlu adanya arahan dan dampingan atas emosi dan pola pikir remaja yang masih labil sehingga dapat berpikir panjang atas resiko perbuatan yang dilakukannya. Perawat menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal, sementara itu teknik-teknik yang digunakan dalam percakapan di atas adalah :

Teknik broad opening

Memberikan pertanyaan terbuka, mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeuitk apabila perawatan mendominasi interaksi dan menolak respon klien, (Stuart Sundeen, cit, Nurjanah, 2001).

(23)

23 Teknik Reflekting

Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat tentang penilaian atau kesetujuannya. Tehnik ini akan membantu perawat untuk tetap memelihara pendekatan yang tidak menilai, ( Boyd & Nihart, cit, Nurjanah)

Teknik assertive

Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain, (Nurjanah, 2001).

Teknik offering general leads

Memberikan petunjuk umum,mendukung klien untuk meneruskan, (Schultz & Videbeck cit,

Nurjanah, 2001).

Teknik active listening

Proses aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima (Hubson, S dalam Suryani, 2005).

Teknik giving information

Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan, (Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah, (2001).

Teknik diam

Memelihara ketenangan, digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum

menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart & Sundeen dalam Suryani, 2005)

Teknik klarifikasi

Menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada,atau menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D dalam Suryani, 2005).

Teknik exsploring

Mempelajari suatu topik lebih mendalam. Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.

Teknik offering sel

Menawarkan diri, menyediakan diri anda tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan, (Schultz & Videbeck.cit. Nurjanah, 2001)

(24)

24 Teknik giving recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan, memberi penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakuan dan menandakan kesadaran, (Schultz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001).

Pada percakapan di atas terdapat sikap perawat Gina dan Rohmat yang menggunakan komunikasi terapeutik yang bertujuan untuk kesembuhan pasien, sedangkan perawat Lele merupakan gambaran perawat yang tidak responsif dan tidak menggunakan komunikasi terapeutik baik verbal maupun non verbal secara baik sehingga akan menimbulkan komplain dari pasien atau keluarga, bahkan menghambat kerjasama dengan rekan kerjanya.

Referensi

Dokumen terkait

Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalani hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah illegal,

Tahap ke- 11 dari “alur penelitian maju bertahap” adalah merumuskan tem budaya yang mendasari atau yang muncul dalam interaksi komunikatif antara dokter dan

Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalani hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah illegal,

Pada fase orientasi atau tahap awal, dokter pada Rumah Sakit USU telah melakukan pelayanan kesehatan melalui komunikasi terapeutik yang memiliki tujuan utama

Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang dilakukan oleh perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan pasien, melakukan kontrak

komunikasi terapeutik di RSU At-Turots Al- Islamy Yogyakarta sebesar 59,4% pada tahap orientasi, 79,1% pada tahap kerja dan 68,5% pada tahap terminasi DAN Persepsi

Dapat disimpulkan bahwa sebanyak 22 orang atau 61.1%, rasa percaya perawat dan pasien pada proses komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, termasuk kategori