• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 436.a/Kpts/PD /L/11/07

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 436.a/Kpts/PD /L/11/07"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 436.a/Kpts/PD.670.320/L/11/07

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA HEWAN

TERHADAP SUSU DAN PRODUK OLAHANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN,

Menimbang : a. bahwa dalam era globalisasi dewasa ini terjadi peningkatan arus lalu lintas orang maupun media pembawa (hewan, produk hewan dan benda lain) dan tidak lagi mengenal batas antar negara sehingga berpeluang besar masuk dan tersebarnya penyakit eksotik/maupun penyakit hewan karantina lainnya bersifat zoonosis;

b. bahwa salah satu komoditi yang juga merupakan media pembawa HPHK yang sering dilalulintaskan adalah susu dan produk olahannya, seiring dengan perubahan kebiasaan pola makan yang berkaitan dengan peningkatan nilai gizi yang harus dikonsumsi masyarakat;

c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas maka perlu disusun Petunjuk Pelaksanaan Tindakan Karantina Hewan terhadap Susu dan Produk Olahannya dalam upaya mencegah masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit Hewan Karantina; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2824); 2. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang

Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3253); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2000 tentang

Karantina Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 6. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 7. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang

Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : PETUNJUK PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP SUSU DAN PRODUK OLAHANNYA SEBAGAIMANA TERSEBUT DALAM LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN INI;

KEDUA : Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU : merupakan pedoman bagi petugas karantina hewan dalam melakukan tindakan karantina hewan terhadap susu dan

produk olahannya;

KETIGA : Petunjuk Teknis yang telah ada dan sepanjang tidak bertentangan dengan keputusan ini masih tetap berlaku;

(3)

KEEMPAT : Keputusan ini agar dilaksanakan sebaik-baiknya dengan penuh tanggungjawab.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 16 Nopember 2007

Kepala Badan Karantina Pertanian,

Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA NIP. 080. 069. 615,-

Tembusan disampaikan kepada Yth, 1. Menteri Pertanian;

2. Para Pejabat Eselon I lingkup Departemen Pertanian; 3. Para Pejabat Eselon II lingkup Badan Karantina Pertanian;

4. Para Kepala Balai Besar/Balai/Stasiun Karantina Hewan di seluruh Indonesia.

(4)

Lampiran : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor : 436.a/Kpts/PD.670.320/L/11/07 Tanggal : 16 Nopember 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Susu dan produk olahannya merupakan salah satu sumber protein hewani yang mengandung gizi dan nutrisi cukup lengkap serta dapat dikonsumsi oleh semua usia dari bayi sampai lanjut usia. Kebutuhan masyarakat mengkonsumsi susu dan produk olahannya di Indonesia semakin meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk, peningkatan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber protein hewani. Permintaan produk susu untuk kebutuhan konsumsi nasional di Indonesia belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga saat ini angka impor susu dan produk olahannya masih tinggi. Tingginya angka impor susu dan produk olahannya serta lalulintas susu antar area di dalam negeri dapat meningkatkan resiko terbawanya hama penyakit hewan karantina (HPHK) dari luar negeri ke Indonesia dan penyebaran penyakit antar area didalam negeri. Telah diketahui bahwa karena susu mengandung gizi dan nutrisi yang lengkap maka susu dan produk olahannya juga dapat sebagai media pembawa hama penyakit hewan karantina. Untuk mencegah masuknya HPHK dari luar negeri ke wilayah Indonesia dan mencegah menyebarnya penyakit antar area di dalam negeri maka diperlukan pengawasan dan tindakan karantina terhadap susu dan produk olahannya yang di Impor dari luar negeri ke Indonesia dan atau di lalulintaskan antar area di dalam negeri. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan tindakan karantina memerlukan suatu prosedur baku yang menjadi acuan baik bagi petugas maupun bagi pengguna jasa karantina sehingga pelayanan karantina dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Oleh karena itu Badan Karantina Pertanian dalam hal ini Pusat Karantina Hewan menyusun petunjuk pelaksanaan tindakan karantina terhadap susu dan olahannya yang dilalulintaskan baik dari luar negeri maupun domestik untuk digunakan sebagai pedoman bagi petugas dan penguna jasa serta pihak lain yang terkait.

B. Maksud dan Tujuan

1) Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) ini disusun dengan maksud menyediakan pedoman bagi petugas karantina dilapangan dalam melaksanakan tindakan karantina terhadap susu dan olahannya.

2) Adanya keseragaman dalam pelaksanaan pelayanan tindakan karantina terhadap susu dan olahannya.

(5)

3) Petugas dapat melaksanakan pelayanan tindak karantina secara lebih cermat, cepat dan sistematis, dengan dasar ilmiah sesuai peraturan perundangan.

4) Pengguna jasa dapat memahami tindakan karantina yang akan dilakukan terhadap susu dan produk olahannya

C. Ruang Lingkup

1) Pengawasan karantina terhadap lalu lintas susu dan olahannya. 2) Persyaratan karantina terhadap lalu lintas susu dan olahannya.

3) Prosedur tindakan karantina terhadap susu dan olahannya yang dilalulintaskan.

D. Definisi

1. Media pembawa yang dimaksud dalam Petunjuk Pelaksanaan ini adalah susu, produk susu olahan dan bahan baku produk susu yang akan dilalulintaskan

2. Susu adalah cairan yang diperoleh dari ambing ternak perah sehat, dengan cara pemerahan yang benar, terus menerus dan tidak dikurangi sesuatu dan/atau ditambahkan ke dalamnya sesuatu benda lain atau perlakuan lainnya kecuali pendinginan.

3. Produk olahan susu adalah susu yang telah diproses lebih lanjut. 4. Bahan baku produk susu adalah bahan selain susu segar yang akan

digunakan untuk membuat produk susu olahan lain, misalnya calsium caseinate, laktose dan lain-lain

5. Area adalah daerah dalam suatu pulau, pulau, atau kelompok pulau di dalam negara Republik Indonesia yang dikaitkan dengan pencegahan penyebaran hama dan penyakit hewan karantina.

6. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan media pembawa dari luar ke dalam wilayah negara Republik Indonesia atau ke suatu area dari area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia.

7. Pengeluaran adalah kegiatan mengeluarkan media pembawa ke luar dari wilayah Negara Republik Indonesia atau dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

8. Transit adalah singgah sementara alat angkut di suatu pelabuhan dalam perjalanan yang membawa hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan, dan benda lain sebelum sampai di pelabuhan yang dituju

9. Dokumen karantina hewan yang selanjutnya disebut Dokumen Karantina adalah semua formulir resmi yang ditetapkan oleh Menteri dalam rangka tertib administrasi pelaksanaan tindakan karantina.

(6)

10. Dokumen lain adalah surat yang diterbitkan Menteri lain yang terkait atau oleh pejabat yang ditunjuk olehnya sebagai persyaratan utama dan atau pendukung untuk setiap pemasukan, transit, atau pengeluaran media pembawa.

11. Hama dan penyakit hewan karantina yang selanjutnya disebut hama penyakit hewan karantina adalah semua hama, agen penyakit, dan penyakit hewan yang berdampak sosio-ekonomi nasional dan perdagangan internasional serta dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan yang dapat digolongkan menurut tingkat risikonya.

12. Tindakan karantina hewan yang selanjutnya disebut tindakan karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah hama penyakit hewan karantina masuk ke, tersebar di, dan atau keluar dari wilayah negara Republik Indonesia, atau suatu area dalam wilayah Republik Indonesia.

13. Instalasi karantina hewan yang selanjutnya disebut instalasi karantina adalah suatu bangunan berikut peralatan dan lahan serta sarana pendukung yang diperlukan sebagai tempat untuk melakukan tindakan karantina.

14. Alat angkut adalah alat angkutan dan sarana yang dipergunakan untuk mengangkut yang langsung berhubungan dengan media pembawa.

15. Kemasan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus media pembawa baik yang bersentuhan langsung maupun tidak.

16. Wadah adalah kemasan yang langsung berhubungan dengan media pembawa

17. Petugas karantina hewan yang selanjutnya disebut petugas karantina adalah pegawai negeri tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina.

18. Penyakit eksotik adalah penyakit hewan yang tidak ditemukan ada di Indonesia.

19. Pejabat berwenang adalah pejabat yang mempunyai keahlian di bidang sanitasi dan higiene serta ditunjuk dan ditugaskan oleh pemerintah setempat dan atau negara transit untuk melakukan tugas dibidang higiene dan sanitasi dan/atau tugas lainnya yang terkait.

20. Susu pasteurisasi adalah susu yang diolah dengan memanaskan susu di bawah titik didih susu, dengan cara :

(7)

a. Pemanasan pada temperatur 63 - 65°C selama 30 menit, dikenal dengan istilah Pemanasan Low Temperature Long Time (LTLT). b. Pemanasan pada temperatur 71 – 72 °C selama 15 detik, dikenal

dengan istilah Pemanasan High Temperature Short Time (HTST).

21. Susu sterilisasi UHT adalah susu yang telah dipanaskan pada temperatur diatas 135 °C (135–140 °C) dalam waktu 4 detik.

22. Susu Evaporasi (Evaporated Milk) adalah susu yang sebagian besar kandungan airnya telah dihilangkan (60%) melalui proses evaporasi dengan cara pemanasan bertingkat yang berurutan dimulai pada temperatur 80 °C, 98 °C sampai 122 °C.

23. Susu kondensasi adalah susu yang sebagian kandungan airnya telah dihilangkan melalui proses kondensasi.

24. Susu bubuk adalah susu yang sebagian besar kandungan airnya telah dihilangkan melalui proses giling (roller) dan semprot (sprayer). Susu bubuk terdiri dari 5 jenis yaitu Whole Milk Powder (Full Cream Milk Powder), Cream Milk Powder, Skim Milk Powder, Whey Milk Powder, Butter Milk Powder

25. Susu fermentasi adalah susu yang telah mengalami proses fermentasi dengan menggunakan biakan mikroba tertentu terdiri atas Yoghurt, Kefir, Koummiss, dan Buttermilk serta sejenisnya.

(8)

BAB II

SISTEM PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KARANTINA HEWAN TERHADAP SUSU DAN PRODUK OLAHANNYA

Pengawasan terhadap susu dan produk olahannya yang akan dilalulintaskan dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Karantina Hewan (UPT KH), pengawasan tersebut dapat dilakukan didalam UPT KH atau Instalasi Karantina Hewan Sementara (IKHS). Untuk pengawasan yang dilakukan diluar UPT KH dan IKHS dilaksanakan melalui kerjasama dan koordinasi dengan dinas peternakan atau dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan atau kesehatan masyarakat veteriner serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Kegiatan pengawasan terdiri dari kegiatan pemeriksaan lapangan dan kegiatan pengujian laboratorium. Kegiatan pemeriksaan lapangan dilakukan oleh petugas karantina ditempat pemasukan atau pengeluaran terhadap kelengkapan, keabsahan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan, pemeriksaan fisik terhadap media pembawa serta pengambilan contoh untuk pengujian. Pelaksanaan pengujian terhadap contoh yang diambil oleh petugas karantina dan atau Petugas Pengambil Contoh (PPC) dilakukan di laboratorium karantina hewan. Petugas Pengambil Contoh dari laboratorium dapat melakukan pengambilan contoh dari tempat pemeriksaan dilapangan dalam rangka membantu pelaksanaan tindakan karantina dilapangan dan atau dalam rangka melaksanakan kegiatan monitoring dan surveillance.

Kegiatan pengujian laboratorium dilakukan di laboratorium karantina hewan terdekat dari tempat pengambilan contoh untuk menjaga keutuhan contoh dengan mempertimbangkan kemampuan laboratorium dalam melaksanakan jenis pengujian yang diperlukan. Apabila diperlukan, pengujian dapat dilakukan dilaboratorium lain yang ditunjuk atau diberikan kewenangan melaksanakan pengujian untuk keperluan pengawasan karantina.

Hasil pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan rekomendasi pembebasan atau penolakan atau pemusnahan terhadap produk yang dilalulintaskan.

Setiap aktifitas lalulintas susu dan produk olahannya harus melalui pengawasan karantina hewan melalui tindakan karantina hewan terhadap susu dan produk olahannya. Susu dan produk olahannya yang dilalulintaskan dapat direkomendasikan untuk dibebaskan apabila setelah dilakukan pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium menunjukan hasil telah sesuai dengan persyaratan karantina untuk susu dan produk olahannya.

Apabila dalam pemeriksaan lapangan dan atau pengujian laboratorium ditemukan dokumen dan atau hasil pengujian yang kurang lengkap maka dilakukan tindakan karantina penahanan. Tindakan penahanan dilakukan sampai pengguna jasa karantina dapat memenuhi kekurangan tersebut dan setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian memberikan hasil bahwa kelengkapan tersebut dapat dinyatakan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

(9)

Apabila tidak dapat melengkapi persyaratan karantina dalam jangka waktu yang telah ditetapkan maka tindakan penahanan dilanjutkan dengan tindakan penolakan berupa pemusnahan atau re-ekspor.

Sistem Pengawasan dan Pemeriksaan Susu dan Produk Olahannya

INSTANSI TERKAIT

KARANTINA

HEWAN BADAN POM

informasi

Evaluasi Data dan Informasi

Tdk lengkap

Penahanan

Penolakan

Pemusnahan Reekspor

Pemeriksaan Dokumen dan Fisik di Pelabuhan / Bandara

Diberi slm 3 hari kesempatan utk melengkapi

Pengambilan sampel utk Pemeriksaan HPHK, Cemaran Biologi, Residu, GMO

dilakukan oleh petugas karantina Positif Negatif DIMUSNAHKAN Dibebaskan dgn diberikan Sertifikat Kesehatan/Pelepasan data informasi data

Lengkap sah dan sesuai

• Pemeriksaan dokumen persyaratan

• Pemeriksaan fisik dapat dilakukan ditempat Tidak memenuhi Memenuhi PEMBEBASAN d o k u m e n fi s ik •Sertf. Kesehatan (Sanitasi) •Sertf. Pelepasan Penolakan PEMUSNAHAN Pemeriksaan fisik tdk dpt dilakukan di Pel. / Bandara

INSTALASI KARANTINA

Dapat dilengkapi

Apabila ditemukan adanya ketidak sesuaian atau indikasi yang dapat menimbulkan resiko bahaya terhadap keamanan dan kesehatan masyarakat

dan lingkungan maka dilakukan tindakan karantina berupa pemusnahan atau tindakan lainnya yang sesuai untuk mencegah terjadinya bahaya resiko tersebut.

(10)

BAB III

PROSEDUR DAN TINDAKAN KARANTINA TERHADAP SUSU DAN OLAHANNYA

A. PEMERIKSAAN DOKUMEN

Pemeriksaan dokumen dilakukan untuk mengetahui kelengkapan, kebenaran isi, dan keabsahan dokumen.

1. Dokumen dan Persyaratan yang harus dipenuhi di Pelabuhan/Bandar Udara Pemasukan, antara lain:

a. Sertifikat kesehatan dan atau sertifikat sanitasi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di negara/daerah asal.

Dokumen ini memuat keterangan bahwa produk tersebut telah sesuai dengan persyaratan sanitasi, dan ketentuan teknis mengenai kesehatan masyarakat veteriner, berasal dari hewan yang sehat serta memenuhi persyaratan HACCP/GMP

b. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) c. Sertifikat Analisa (Certificate of Analysis)

d. Surat Persetujuan Pemasukan bagi yang dipersyaratkan (impor) e. Dokumen tambahan berupa surat registrasi produk yang memuat

keterangan asal produk, proses pengolahan, komposisi, nama perusahaan, jenis produk, expired date, batch number dan peruntukannya (kehalalan) untuk produk olahan curah atau yang berlabel.

f. Dokumen tambahan berupa dokumen yang menerangkan hasil pengujian yang sesuai dengan persyaratan SNI terhadap produk-produk tertentu (permintaan khusus).

3. Pengecekan kebenaran dan keabsahan dokumen dapat dilakukan dengan cara:

a. Memeriksa legalitas dan keaslian dokumen (cap, tanda tangan dan tanda-tanda khusus);

b. Pemeriksaan satu persatu kelengkapan dan keabsahan dokumen yang dipersyaratkan;

c. Mencocokkan jenis dan jumlah yang tertera dalam dokumen dengan fisik susu.

(11)

b. PEMERIKSAAN FISIK DI TEMPAT PEMASUKAN (IMPOR DAN ANTAR AREA)

1. SUSU MENTAH (RAW MILK/FRESH MILK) a. Persyaratan administrasi

ƒ Tidak berasal dari negara tertular penyakit eksotik yang bisa ditularkan melalui susu yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Asal (Certificate of origin).

ƒ Sertifikat Sanitasi dari Dokter Hewan Karantina negara /Daerah Pengeluaran/Asal.

b. Pemeriksaan Fisik

ƒ Dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian antara fisik dan dokumen.

ƒ Pemeriksaan terhadap persyaratan transportasi sesuai dengan milk codex.

ƒ Pemeriksaan terhadap temperatur susu, serta rekaman temperatur selama dalam perjalanan dan penyimpanan selalu dikondisikan pada maksimal 4°C.

ƒ Pemeriksaan wadah

- Jenis bahan, bentuk, ukuran, penutup. - Tata letak wadah dalam kemasan.

- Pemeriksaan label serta informasi yang tertera pada label jelas dan lengkap.

- Pemeriksaan keutuhan dan keabsahan segel.

- Kondisi wadah yang digunakan adalah sesuai untuk pangan, bersih, tidak toksik/beracun, atau tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pangan (food grade).

- Wadah tidak bocor, tidak rusak, tidak penyok dan tidak mencemari wadah yang lain.

- Wadah tidak mengelembung akibat tekanan gas dari dalam. - Wadah tidak ada perubahan warna dan atau fisik lainnya. ƒ Pemeriksaan kemasan meliputi pemeriksaan suhu, tata letak

(pembatas dan pengaman, susunan/tumpukan) segel dan label. ƒ Pemeriksaan terhadap susu mentah/raw milk/fresh milk

Untuk wadah transparan dapat dilihat langsung untuk mengetahui terjadinya perubahan fisik yang terjadi, antara lain: menggumpal, adanya endapan, perubahan kekentalan, perubahan warna, perubahan volume, pembentukan busa, dll.

(12)

c. Tindakan Pemeriksaan dan Pengujian

Pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Karantina Hewan/ Instalasi Karantina Hewan Sementara adalah pengambilan sampel dan pengujian laboratorium:

ƒ Untuk dokumen dan fisik yang sesuai, tidak ada kerusakan, akan tetapi diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan pengambilan sampel. (mengacu pada pedoman pengambilan sampel)

ƒ Apabila dalam pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik terdapat atau diduga terdapat ketidaksesuaian, maka harus dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian kualitas, keamanan serta kesesuaian terhadap standar. (Petunjuk Teknis Pengujian Laboratorium terhadap Susu dan Olahannya) ƒ Kemasan dan wadah yang rusak harus diambil sebagai sampel

untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam menentukan keputusan tindakan karantina.

Pengujian yang dilakukan di laboratorium meliputi:

ƒ Organoleptik (bau, rasa, warna) dan temperatur susu, Apabila temperatur susu mentah/raw milk/fresh milk melebihi 4°C maka nilai TPC harus kurang dari 1 (satu) juta CFU, yang dibuktikan dengan hasil pengujian laboratorium.

ƒ Uji RBT terhadap kemungkinan membawa penyakit Brucellosis.

ƒ Uji terhadap kemungkinan membawa penyakit tuberculosis (TBC) dan para tuberculosis (Johne’s disease)

ƒ Pemeriksaan dan pengujian terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) termasuk uji residu, logam berat dan kandungan senyawa berbahaya lainnya. . ƒ Untuk antar area, apabila pada daerah pengeluaran telah

dilakukan pengambilan dan pengujian sampel maka tidak perlu dilakukan lagi pada daerah pemasukan, kecuali apabila ada indikasi ketidaksesuaian atau kecurigaan.

d. Penahanan

Tindakan penahanan dilakukan apabila dokumen Sanitasi (Sanitary Certificate) dan dokumen tambahan tidak dapat dilengkapi dan pemilik sanggup memenuhi persyaratan tersebut dalam waktu 3 (tiga) hari sejak media pembawa diserahkan.

e. Penolakan

Tindakan penolakan dilakukan apabila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa:

ƒ Susu mentah/raw milk/fresh milk berasal dari negara yang tertular penyakit eksotik khusus untuk produk tertentu yang telah diatur pada persyaratan karantina

(13)

ƒ Mengandung kuman pathogen atau bahan-bahan lain yang beresiko mengganggu kesehatan dan jiwa manusia seperti hormon, toksin yang melebihi standar (SNI)

ƒ Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi.

ƒ Setelah dilakukan pemeriksaan dokumen keterangan transit dan terbukti tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis.

f. Pemusnahan

Tindakan pemusnahan dilakukan apabila:

ƒ Setelah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan.

ƒ Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap susu bilamana tempat penyimpanan susu tidak memenuhi syarat dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata susu telah busuk atau rusak.

ƒ Tindakan karantina pemusnahan dilakukan sesuai dengan pedoman pemusnahan yang berlaku.

g. Pembebasan

Pembebasan dapat dilakukan apabila :

ƒ Dokumen persyaratan telah dinyatakan lengkap. ƒ Dokumen dan fisik telah dinyatakan sesuai.

ƒ Hasil pemeriksaan dan pengujian telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

2. SUSU OLAHAN (Processed Milk)

Persyaratan untuk susu olahan ditetapkan berdasarkan tingkat proses dalam pengolahan yang dapat mengurangi resiko terbawanya HPHK 2.1. SUSU OLAHAN DENGAN PEMBEKUAN (FROZEN MILK)

a. Persyaratan administrasi

ƒ Tidak berasal dari negara tertular penyakit eksotik yang bisa ditularkan melalui susu yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Asal (certificate of origin)

ƒ Sertifikat Sanitasi dari Dokter Hewan Karantina negara /Daerah Pengeluaran/Asal.

(14)

f. Pemeriksaan Fisik

ƒ Dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian antara fisik dan dokumen.

ƒ Pemeriksaan terhadap persyaratan transportasi sesuai dengan milk codex.

ƒ Pemeriksaan terhadap temperatur susu, selama dalam perjalanan dan penyimpanan selalu dikondisikan pada temperatur dibawah titik beku.

ƒ Pemeriksaan wadah, meliputi: - Sanitasi dan kebersihan wadah

- Jenis bahan, bentuk, ukuran, penutup. - Tata letak wadah dalam kemasan.

- Pemeriksaan label serta informasi yang tertera pada label jelas dan lengkap.

- Pemeriksaan keutuhan dan keabsahan segel.

- Kondisi wadah yang digunakan adalah sesuai untuk pangan, bersih, tidak toksik/beracun, atau tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pangan (food grade).

- Wadah tidak bocor, tidak rusak, tidak penyok dan tidak mencemari wadah yang lain.

- Wadah tidak mengelembung akibat tekanan gas dari dalam.

- Wadah tidak ada perubahan warna dan atau fisik lainnya. ƒ Pemeriksaan kemasan meliputi pemeriksaan suhu, tata

letak (pembatas dan pengaman, susunan/tumpukan) segel dan label.

ƒ Pemeriksaan terhadap susu olahan dengan pembekuan dalam wadah dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi pada susu seperti menggumpal, adanya endapan, perubahan kekentalan, perubahan warna, perubahan volume, pembentukan busa, pemisahan dua larutan dll. Untuk wadah yang transparan dapat dilihat langsung dari luar, sedangkan wadah yang tidak transparan harus dilakukan dengan cara khusus atau dengan membuka kemasan.

c. Tindakan Pemeriksaan dan Pengujian

Pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Karantina Hewan/ Instalasi Karantina Hewan Sementara adalah pengambilan contoh dan pengujian laboratorium:

ƒ Untuk dokumen dan fisik yang sesuai, tidak ada kerusakan, akan tetapi diperlukan pemeriksaan lebih lanjut,

(15)

maka dapat dilakukan pengambilan contoh. Cara pengambilan contoh dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh.

ƒ Apabila dalam pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik terdapat atau diduga terdapat ketidaksesuaian, maka harus dilakukan pengambilan contoh untuk pemeriksaan dan pengujian kualitas, keamanan serta kesesuaian terhadap standar.

ƒ Kemasan dan wadah yang rusak harus diambil sebagai contoh untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam menentukan keputusan tindakan karantina.

Pengujian yang dilakukan di laboratorium meliputi:

ƒ Organoleptik (bau, rasa, warna) dan temperatur susu, Apabila temperatur susu olahan dengan pembekuan/frozen milk tidak beku maka nilai TPC harus kurang dari 3 x 104 CFU/ml, yang dibuktikan dengan hasil pengujian laboratorium.

ƒ Uji RBT terhadap kemungkinan membawa penyakit Brucellosis

ƒ Uji terhadap kemungkinan membawa penyakit tuberculosis (TBC) dan paratuberculosis (Johne’s disease)

ƒ Pemeriksaan dan pengujian terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) termasuk uji residu, logam berat dan kandungan senyawa berbahaya lainnya.

ƒ Untuk antar area, apabila pada daerah pengeluaran telah dilakukan pengambilan dan pengujian maka tidak perlu dilakukan lagi pada daerah pemasukan kecuali apabila ditemukan adanya indikasi ketidaksesuaian atau kecurigaan.

d. Penahanan

Tindakan penahanan dilakukan apabila dokumen Sanitasi (Sanitary Certificate) dan dokumen tambahan tidak dapat dilengkapi dan pemilik sanggup memenuhi persyaratan tersebut dalam waktu 3 (tiga) hari sejak media pembawa diserahkan.

e. Penolakan

Tindakan penolakan dilakukan apabila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa:

ƒ Susu olahan dengan pembekuan/frozen milk berasal dari negara yang tertular penyakit eksotik khusus untuk produk tertentu yang telah diatur pada persyaratan karantina

ƒ Mengandung kuman pathogen atau bahan-bahan lain yang beresiko mengganggu kesehatan dan jiwa manusia seperti hormon, toksin yang melebihi standar (SNI)

(16)

ƒ Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi.

ƒ Setelah dilakukan pemeriksaan dokumen keterangan transit dan terbukti tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis.

f. Pemusnahan

Tindakan pemusnahan dilakukan apabila:

ƒ Setelah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan. ƒ Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap

susu bilamana tempat penyimpanan susu tidak memenuhi syarat dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata susu telah busuk atau rusak.

ƒ Tindakan karantina pemusnahan dilakukan sesuai dengan pedoman pemusnahan yang berlaku.

g. Pembebasan

Pembebasan dapat dilakukan apabila :

ƒ Dokumen persyaratan telah dinyatakan lengkap. ƒ Dokumen dan fisik telah dinyatakan sesuai.

ƒ Hasil pemeriksaan dan pengujian telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

2.2 SUSU PASTEURISASI

a. Persyaratan administrasi

ƒ Susu Pasteurisasi LTLT: Tidak berasal dari negara tertular penyakit eksotik yang bisa ditularkan melalui susu yang disertai dengan Surat Keterangan Negara/daerah Asal ƒ Susu Pasteurisasi HTST: Diperbolehkan berasal dari

negara tertular PMK dengan syarat telah diolah dengan cara pasteurisasi ganda HTST (double HTST) yang disertai dengan surat keterangan prosesing

ƒ Yoghurt dan sejenisnya: hanya diperbolehkan yang berasal dari area yang bebas hama penyakit hewan karantina serta proses dan penanganannya sesuai dengan standar keamanan serta higiene dan sanitasi yang ditetapkan.

ƒ Sertifikat Sanitasi dari Dokter Hewan Karantina negara /Daerah Pengeluaran/Asal.

(17)

b. Pemeriksaan Fisik

ƒ Dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian antara fisik dan dokumen.

ƒ Pemeriksaan terhadap persyaratan transportasi sesuai dengan milk codex.

ƒ Pemeriksaan terhadap temperatur susu, Temperatur susu selama dalam perjalanan dan penyimpanan selalu dikondisikan pada maksimal 4°C,

ƒ Pemeriksaan wadah

- Sanitasi dan kebersihan wadah

- Jenis bahan, bentuk, ukuran, penutup. - Tata letak wadah dalam kemasan.

- Pemeriksaan label serta informasi yang tertera pada label jelas dan lengkap.

- Pemeriksaan keutuhan dan keabsahan segel.

- Kondisi wadah yang digunakan adalah sesuai untuk pangan, bersih, tidak toksik/beracun, atau tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pangan (food grade). - Wadah tidak bocor, tidak rusak, tidak penyok dan tidak

mencemari wadah yang lain.

- Wadah tidak mengelembung akibat tekanan gas dari dalam.

- Wadah tidak ada perubahan warna dan atau fisik lainnya. ƒ Pemeriksaan kemasan meliputi pemeriksaan suhu, tata letak

(pembatas dan pengaman, susunan/tumpukan) segel dan label.

ƒ Pemeriksaan terhadap susu pasteurisasi

Pemeriksaan terhadap susu pasteurisasi dalam wadah dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi pada susu seperti menggumpal, adanya endapan, perubahan kekentalan, perubahan warna, perubahan volume, pembentukan busa, pemisahan dua larutan dll. Untuk wadah yang transparan dapat dilihat langsung dari luar, sedangkan wadah yang tidak transparan harus dilakukan dengan cara khusus atau dengan membuka kemasan.

c. Tindakan Pemeriksaan dan Pengujian

Pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Karantina Hewan/ Instalasi Karantina Hewan Sementara adalah pengambilan contoh dan pengujian laboratorium:

ƒ Untuk dokumen dan fisik yang sesuai, tidak ada kerusakan, akan tetapi diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat

(18)

dilakukan pengambilan sampel. Cara pengambilan contoh dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh. ƒ Apabila dalam pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik

terdapat atau diduga terdapat ketidaksesuaian, maka harus dilakukan pengambilan contoh untuk pemeriksaan dan pengujian kualitas, keamanan serta kesesuaian terhadap standar.

ƒ Kemasan dan wadah yang rusak harus diambil sebagai contoh untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam menentukan keputusan tindakan karantina.

Pengujian yang dilakukan di laboratorium meliputi:

ƒ Uji organoleptik (bau, rasa, warna) dan temperatur susu, Temperatur susu selama dalam perjalanan dan penyimpanan selalu dikondisikan pada maksimal 4°C.

ƒ Kesempurnaan pengolahan susu yang dapat menjadi ukuran telah hilangnya HPHK yang dapat dibawa melalui susu pasteurisasi yaitu : PMK, Brucellosis, Q Fever dengan metode pemeriksaan terhadap kesempurnaan pengolahan susu yaitu Uji Storch/Uji Guayak/Traventol, atau Uji Heyl.

ƒ Pemeriksaan dan pengujian terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) termasuk uji residu, logam berat dan kandungan senyawa berbahaya lainnya.

ƒ Nilai TPC, untuk susu pasteurisasi harus lebih kecil dari 30.000 CFU yang dibuktikan dengan hasil uji laboratorium. ƒ Untuk antar area, apabila pada daerah pengeluaran telah

dilakukan pengambilan dan pengujian maka tidak perlu dilakukan lagi pada daerah pemasukan kecuali apabila ditemukan adanya indikasi ketidaksesuaian atau kecurigaan. d. Penahanan

Tindakan penahanan dilakukan apabila dokumen Sanitasi (Sanitary Certificate) dan dokumen tambahan tidak dapat dilengkapi dan pemilik sanggup memenuhi persyaratan tersebut dalam waktu 3 (tiga) hari sejak media pembawa diserahkan. e. Penolakan

Tindakan penolakan dilakukan apabila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa:

ƒ Susu pasteurisasi berasal dari negara yang tertular penyakit eksotik khusus untuk produk tertentu yang telah diatur pada persyaratan karantina

ƒ Mengandung kuman pathogen atau bahan-bahan lain yang beresiko mengganggu kesehatan dan jiwa manusia seperti hormon, toksin yang melebihi standar (SNI)

(19)

ƒ Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi.

ƒ Setelah dilakukan pemeriksaan dokumen keterangan transit dan terbukti tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis.

f. Pemusnahan

Tindakan pemusnahan dilakukan apabila:

ƒ Setelah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan.

ƒ Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap susu bilamana tempat penyimpanan susu tidak memenuhi syarat dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata susu telah busuk atau rusak.

ƒ Tindakan karantina pemusnahan dilakukan sesuai dengan pedoman pemusnahan yang berlaku.

g. Pembebasan

Pembebasan dapat dilakukan apabila :

ƒ Dokumen persyaratan telah dinyatakan lengkap. ƒ Dokumen dan fisik telah dinyatakan sesuai.

ƒ Hasil pemeriksaan dan pengujian telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

2.3. SUSU STERILISASI (ULTRA HIGH TEMPERATURE / UHT) a. Persyaratan administrasi

ƒ Surat Keterangan Negara/Daerah Asal

ƒ Dilengkapi dengan surat keterangan telah melakukan proses sterilisasi UHT dan apabila berasal dari negara/daerah tertular penyakit eksotik maka harus dilakukan uji khusus terhadap kebenaran proses sterilisasi tersebut.

ƒ Sertifikat Sanitasi dari Dokter Hewan Karantina negara /Daerah Pengeluaran/Asal.

(20)

b. Pemeriksaan Fisik

ƒ Dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian antara fisik dan dokumen.

ƒ Pemeriksaan terhadap persyaratan transportasi sesuai dengan milk codex.

ƒ Pemeriksaan terhadap temperatur susu, ƒ Pemeriksaan wadah

- Sanitasi dan kebersihan wadah

- Jenis bahan, bentuk, ukuran, penutup. - Tata letak wadah dalam kemasan.

- Pemeriksaan label serta informasi yang tertera pada label jelas dan lengkap.

- Pemeriksaan keutuhan dan keabsahan segel.

- Kondisi wadah yang digunakan adalah sesuai untuk pangan, bersih, tidak toksik/beracun, atau tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pangan (food grade).

- Wadah tidak bocor, tidak rusak, tidak penyok dan tidak mencemari wadah yang lain.

- Wadah tidak mengelembung akibat tekanan gas dari dalam.

- Wadah tidak ada perubahan warna dan atau fisik lainnya. ƒ Pemeriksaan kemasan meliputi pemeriksaan suhu, tata

letak (pembatas dan pengaman, susunan/tumpukan) segel dan label.

ƒ Pemeriksaan terhadap susu

Pemeriksaan terhadap susu dalam wadah dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi pada susu seperti menggumpal, adanya endapan, perubahan ke-kentalan, perubahan warna, perubahan volume, pembentukan busa, pemisahan dua larutan dll. Untuk wadah yang transparan dapat dilihat langsung dari luar, sedangkan wadah yang tidak transparan harus dilakukan dengan cara khusus atau dengan membuka kemasan. d. Tindakan Pemeriksaan dan Pengujian

Pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Karantina Hewan/ Instalasi Karantina Hewan Sementara adalah pengambilan contoh dan pengujian laboratorium:

ƒ Untuk dokumen dan fisik yang sesuai, tidak ada kerusakan, akan tetapi diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan pengambilan sampel. Cara

(21)

pengambilan contoh dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh.

ƒ Apabila dalam pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik terdapat atau diduga terdapat ketidaksesuaian, maka harus dilakukan pengambilan contoh untuk pemeriksaan dan pengujian kualitas, keamanan serta kesesuaian terhadap standar.

ƒ Kemasan dan wadah yang rusak harus diambil sebagai contoh untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam menentukan keputusan tindakan karantina.

Pengujian yang dilakukan di laboratorium meliputi:

ƒ Uji organoleptik (bau, rasa, warna) dan temperatur susu, Temperatur susu selama dalam perjalanan dan penyimpanan selalu dikondisikan pada maksimal 4°C. ƒ Kesempurnaan pengolahan susu yang dapat menjadi

ukuran telah hilangnya HPHK yang dapat dibawa melalui susu Sterilisasi yaitu : PMK, Brucellosis, Q Fever dengan metode pemeriksaan terhadap kesempurnaan pengolahan susu yaitu Uji Storch/Uji Guayak/Traventol, atau Uji Heyl.

ƒ Nilai TPC untuk susu sterilisasi tidak melebihi standar yang dibuktikan dengan hasil uji laboratorium.

ƒ Pemeriksaan dan pengujian terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) termasuk uji residu, logam berat dan kandungan senyawa berbahaya lainnya.

ƒ Untuk antar area, apabila pada daerah pengeluaran telah dilakukan pengambilan dan pengujian, tidak perlu dilakukan lagi pada daerah pemasukan kecuali apabila adanya indikasi ketidaksesuaian/ kecurigaan.

d. Penahanan : Dilakukan apabila :

Dokumen Sanitasi (Sanitary Certificate) dan dokumen tambahan tidak dapat dilengkapi dan pemilik sanggup memenuhi persyaratan tersebut dalam waktu 3 (tiga) hari sejak media pembawa diserahkan.

e. Penolakan :

Dilakukan penolakan bila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa:

(1) Pada pengujian laboratorium diketahui bahwa susu tersebut tidak diproses sterilisasi UHT secara sempurna.

(2) Mengandung kuman pathogen atau bahan-bahan lain yang beresiko mengganggu kesehatan dan jiwa manusia seperti hormon, toksin yang melebihi standar (SNI)

(22)

(3) Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi.

(4) Setelah dilakukan pemeriksaan dokumen keterangan transit dan tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis. f. Pemusnahan

Dilakukan bila :

(1) Setelah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan. (2) Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap

susu bilamana tempat penyimpanan susu tidak memenuhi syarat dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata susu busuk atau rusak.

(3) Tindakan karantina pemusnahan dilakukan sesuai dengan pedoman pemusnahan yang berlaku.

g. Pembebasan : Dilakukan bila :

(1) Dokumen persyaratan lengkap (2) Dokumen dan fisik sesuai

(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

2.4. SUSU EVAPORASI (EVAPORATED MILK)

a. Persyaratan administrasi

ƒ Surat Ketarangan Negara/Daerah Asal

ƒ Dilengkapi dengan surat keterangan telah melakukan proses pemanasan bertingkat sampai 122 °C,

ƒ Sertifikat Sanitasi dari Dokter Hewan Karantina negara /Daerah Pengeluaran/Asal.

b. Pemeriksaan Fisik

ƒ Dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian antara fisik dan dokumen.

ƒ Pemeriksaan terhadap persyaratan transportasi sesuai dengan milk codex.

ƒ Pemeriksaan wadah

- Sanitasi dan kebersihan wadah 22

(23)

- Jenis bahan, bentuk, ukuran, penutup. - Tata letak wadah dalam kemasan.

- Pemeriksaan label serta informasi yang tertera pada label jelas dan lengkap.

- Pemeriksaan keutuhan dan keabsahan segel.

- Kondisi wadah yang digunakan adalah sesuai untuk pangan, bersih, tidak toksik/beracun, atau tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pangan (food grade).

- Wadah tidak bocor, tidak rusak, tidak penyok dan tidak mencemari wadah yang lain.

- Wadah tidak mengelembung akibat tekanan gas dari dalam.

- Wadah tidak ada perubahan warna dan atau fisik lainnya.

ƒ Pemeriksaan kemasan meliputi tata letak (pembatas dan pengaman, susunan/tumpukan) segel dan label.

ƒ Pemeriksaan terhadap susu

Pemeriksaan terhadap susu dalam wadah dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi pada susu seperti menggumpal, adanya endapan, perubahan kekentalan, perubahan warna, perubahan volume, pemisahan dua larutan dll. Untuk wadah yang transparan dapat dilihat langsung dari luar, sedangkan wadah yang tidak transparan harus dilakukan dengan cara khusus atau dengan membuka kemasan.

b. Tindakan Pemeriksaan dan Pengujian

Pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Karantina Hewan/ Instalasi Karantina Hewan Sementara adalah pengambilan contoh dan pengujian laboratorium:

ƒ Untuk dokumen dan fisik yang sesuai, tidak ada kerusakan, akan tetapi diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan pengambilan sampel. Cara pengambilan contoh dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh.

ƒ Apabila dalam pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik terdapat atau diduga terdapat ketidaksesuaian, maka harus dilakukan pengambilan contoh untuk pemeriksaan dan pengujian keamanan serta kesesuaian terhadap standar.

ƒ Kemasan dan wadah yang rusak harus diambil sebagai contoh untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam menentukan keputusan tindakan karantina.

Pengujian yang dilakukan di laboratorium meliputi: 23

(24)

ƒ Uji organoleptik (bau, rasa, warna),

ƒ Kebenaran proses pemanasan bertingkat sampai 122 °C. ƒ apabila berasal dari daerah tertular penyakit eksotik yang

dapat menjadi ukuran telah hilangnya HPHK yang dapat dibawa melalui susu Evaporasi yaitu : PMK, Brucellosis, Q Fever, Tuberculosis, Salmonellosis, Listeriosis serta pemeriksaan terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) antara lain

pemeriksaan terhadap Yersiniosis, Campylobacteriosis, Streptoccal Infection, Staphylococcal Intoxication, bakteri anaerobik, bakteri thermofilik, thermofilik anaerobik, thermoduric, coliform, kapang dan khamir

ƒ Pemeriksaan dan pengujian terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) termasuk uji residu, logam berat dan kandungan senyawa berbahaya lainnya

ƒ Nilai TPC untuk susu evaporasi tidak melebihi standar yang dibuktikan dengan hasil uji laboratorium.

ƒ Untuk antar area, apabila pada daerah pengeluaran telah dilakukan pengambilan dan pengujian, tidak perlu dilakukan lagi pada daerah pemasukan kecuali apabila adanya indikasi ketidaksesuaian/ kecurigaan.

d. Penahanan : Dilakukan apabila :

Dokumen Sanitasi (Sanitary Certificate) dan dokumen tambahan tidak dapat dilengkapi dan pemilik sanggup memenuhi persyaratan tersebut dalam waktu 3 (tiga) hari sejak media pembawa diserahkan.

e. Penolakan :

Dilakukan penolakan bila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa :

(1) Pada pengujian laboratorium diketahui bahwa susu tersebut tidak diproses evaporasi secara sempurna.

(2) Mengandung kuman pathogen atau bahan-bahan lain yang beresiko mengganggu kesehatan dan jiwa manusia seperti hormon, toksin yang melebihi standar (SNI)

(3) Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi.

(4) Setelah dilakukan pemeriksaan dokumen keterangan transit dan tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis.

(25)

f. Pemusnahan Dilakukan bila :

(1) Setelah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan.

(2) Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap susu bilamana tempat penyimpanan susu tidak memenuhi syarat dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata susu busuk atau rusak.

(3) Tindakan karantina pemusnahan dilakukan sesuai dengan pedoman pemusnahan yang berlaku.

g. Pembebasan : Dilakukan bila :

(1) Dokumen persyaratan lengkap (2) Dokumen dan fisik sesuai

(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

2.5. SUSU KONDENSASI (CONDENSED MILK) a. Persyaratan administrasi

ƒ Surat Ketarangan Negara/Daerah Asal

ƒ Dilengkapi dengan surat keterangan telah melakukan proses kondensasi.

ƒ Sertifikat Sanitasi dari Dokter Hewan Karantina negara /Daerah Pengeluaran/Asal.

b. Pemeriksaan Fisik

ƒ Dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian antara fisik dan dokumen.

ƒ Pemeriksaan terhadap persyaratan transportasi sesuai dengan milk codex.

ƒ Pemeriksaan wadah

- Sanitasi dan kebersihan wadah

- Jenis bahan, bentuk, ukuran, penutup. - Tata letak wadah dalam kemasan.

- Pemeriksaan label serta informasi yang tertera pada label jelas dan lengkap.

- Pemeriksaan keutuhan dan keabsahan segel. 25

(26)

- Kondisi wadah yang digunakan adalah sesuai untuk pangan, bersih, tidak toksik/beracun, atau tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pangan (food grade).

- Wadah tidak bocor, tidak rusak, tidak penyok dan tidak mencemari wadah yang lain.

- Wadah tidak mengelembung akibat tekanan gas dari dalam.

- Wadah tidak ada perubahan warna dan atau fisik lainnya.

ƒ Pemeriksaan kemasan meliputi tata letak (pembatas dan pengaman, susunan/tumpukan) segel dan label.

ƒ Pemeriksaan terhadap susu

Pemeriksaan terhadap susu dalam wadah dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi pada susu seperti menggumpal, adanya endapan, perubahan kekentalan, perubahan warna, perubahan volume, pemisahan dua larutan dll. Untuk wadah yang transparan dapat dilihat langsung dari luar, sedangkan wadah yang tidak transparan harus dilakukan dengan cara khusus atau dengan membuka kemasan.

c. Tindakan Pemeriksaan dan Pengujian

Pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Karantina Hewan/ Instalasi Karantina Hewan Sementara adalah pengambilan contoh dan pengujian laboratorium:

ƒ Untuk dokumen dan fisik yang sesuai, tidak ada kerusakan, akan tetapi diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan pengambilan sampel. Cara pengambilan contoh dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh.

ƒ Apabila dalam pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik terdapat atau diduga terdapat ketidaksesuaian, maka harus dilakukan pengambilan contoh untuk pemeriksaan dan pengujian kualitas, keamanan serta kesesuaian terhadap standar.

ƒ Kemasan dan wadah yang rusak harus diambil sebagai contoh untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam menentukan keputusan tindakan karantina.

Pengujian yang dilakukan di laboratorium meliputi: ƒ Uji organoleptik (bau dan warna),

ƒ Kebenaran proses kondensasi.

ƒ apabila berasal dari daerah tertular penyakit eksotik yang dapat menjadi ukuran telah hilangnya HPHK yang dapat dibawa melalui susu kondensasi yaitu : PMK,

(27)

Brucellosis, Q Fever, Tuberculosis, Salmonellosis, Listeriosis serta pemeriksaan terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) antara

lain pemeriksaan terhadap Yersiniosis, Campylobacteriosis, Streptoccal Infection, Staphylococcal Intoxication, bakteri anaerobik, bakteri thermofilik, thermofilik anaerobik, thermoduric, coliform, kapang dan khamir

ƒ Pemeriksaan dan pengujian terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) termasuk uji residu, logam berat dan kandungan senyawa berbahaya lainnya

ƒ Nilai TPC untuk susu kondensasi tidak melebihi standar yang dibuktikan dengan hasil uji laboratorium.

ƒ Untuk antar area, apabila pada daerah pengeluaran telah dilakukan pengambilan dan pengujian, tidak perlu dilakukan lagi pada daerah pemasukan kecuali apabila adanya indikasi ketidaksesuaian/ kecurigaan.

d. Penahanan : Dilakukan apabila :

Dokumen Sanitasi (Sanitary Certificate) dan dokumen tambahan tidak dapat dilengkapi dan pemilik sanggup memenuhi persyaratan tersebut dalam waktu 3 (tiga) hari sejak media pembawa diserahkan.

e. Penolakan :

Dilakukan penolakan bila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa :

(1) Pada pengujian laboratorium diketahui bahwa susu tersebut tidak diproses kondensasi secara sempurna.

(2) Mengandung kuman pathogen atau bahan-bahan lain yang beresiko mengganggu kesehatan dan jiwa manusia seperti hormon, toksin yang melebihi standar (SNI)

(3) Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi.

(4) Setelah dilakukan pemeriksaan dokumen keterangan transit dan tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis.

f. Pemusnahan Dilakukan bila :

(1) Setelah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan.

(28)

(2) Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap susu bilamana tempat penyimpanan susu tidak memenuhi syarat dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata susu busuk atau rusak.

(3) Tindakan karantina pemusnahan dilakukan sesuai dengan pedoman pemusnahan yang berlaku.

g. Pembebasan : Dilakukan bila :

(1) Dokumen persyaratan lengkap (2) Dokumen dan fisik sesuai

(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

2.6. SUSU BUBUK (MILK POWDER) a. Persyaratan administrasi

ƒ Surat Keterangan Negara/Daerah Asal

ƒ Sertifikat Sanitasi dari Dokter Hewan Karantina negara /Daerah Pengeluaran/Asal.

b. Pemeriksaan Fisik

ƒ Dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian antara fisik dan dokumen.

ƒ Pemeriksaan terhadap persyaratan transportasi sesuai dengan milk codex.

ƒ Pemeriksaan wadah

- Sanitasi dan kebersihan wadah

- Jenis bahan, bentuk, ukuran, penutup. - Tata letak wadah dalam kemasan.

- Pemeriksaan label serta informasi yang tertera pada label jelas dan lengkap.

- Pemeriksaan keutuhan dan keabsahan segel.

- Kondisi wadah yang digunakan adalah sesuai untuk pangan, bersih, tidak toksik/beracun, atau tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pangan (food grade). - Wadah tidak bocor, tidak rusak, tidak penyok dan tidak

mencemari wadah yang lain.

(29)

- Wadah tidak mengelembung akibat tekanan gas dari dalam.

- Wadah tidak ada perubahan warna dan atau fisik lainnya. ƒ Pemeriksaan kemasan meliputi pemeriksaan suhu, tata letak

(pembatas dan pengaman, susunan/tumpukan) segel dan label.

ƒ Pemeriksaan terhadap susu

Pemeriksaan terhadap susu dalam wadah dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi pada susu seperti menggumpal, perubahan warna, perubahan volume, dan adanya benda asing. Untuk wadah yang transparan dapat dilihat langsung dari luar, sedangkan wadah yang tidak transparan harus dilakukan dengan cara khusus atau dengan membuka kemasan.

c. Tindakan Pemeriksaan dan Pengujian

Pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Karantina Hewan/ Instalasi Karantina Hewan Sementara adalah pengambilan contoh dan pengujian laboratorium:

ƒ Untuk dokumen dan fisik yang sesuai, tidak ada kerusakan, akan tetapi diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan pengambilan sampel. Cara pengambilan contoh dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh.

ƒ Apabila dalam pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik terdapat atau diduga terdapat ketidaksesuaian, maka harus dilakukan pengambilan contoh untuk pemeriksaan dan pengujian kualitas, keamanan serta kesesuaian terhadap standar.

ƒ Kemasan dan wadah yang rusak harus diambil sebagai contoh untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam menentukan keputusan tindakan karantina.

Pengujian yang dilakukan di laboratorium meliputi: ƒ Uji organoleptik (bau, warna),

ƒ Apabila berasal dari daerah tertular penyakit eksotik yang dapat menjadi ukuran telah hilangnya HPHK yang dapat dibawa melalui susu bubuk yaitu : PMK, Brucellosis, Q

Fever, Tuberculosis, Salmonellosis, Listeriosis serta

pemeriksaan terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) antara lain pemeriksaan

terhadap Yersiniosis, Campylobacteriosis, Streptoccal Infection, Staphylococcal Intoxication, bakteri tahan panas (thermoduric) dan Enterococcus sakazakii

(penyebab meningitis).

ƒ Pemeriksaan dan pengujian terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) termasuk uji residu, logam berat dan kandungan senyawa berbahaya lainnya

(30)

ƒ Nilai TPC untuk susu bubuk tidak melebihi standar yang dibuktikan dengan hasil uji laboratorium.

ƒ Untuk antar area, apabila pada daerah pengeluaran telah dilakukan pengambilan dan pengujian, tidak perlu dilakukan lagi pada daerah pemasukan kecuali apabila adanya indikasi ketidaksesuaian/ kecurigaan.

d. Penahanan : Dilakukan apabila :

Dokumen Sanitasi (Sanitary Certificate) dan dokumen tambahan tidak dapat dilengkapi dan pemilik sanggup memenuhi persyaratan tersebut dalam waktu 3 (tiga) hari sejak media pembawa diserahkan.

e. Penolakan :

Dilakukan penolakan bila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa : (1) Pada pengujian laboratorium diketahui bahwa susu bubuk

tersebut tidak diproses secara sempurna.

(2) Mengandung kuman pathogen atau bahan-bahan lain yang beresiko mengganggu kesehatan dan jiwa manusia seperti hormon, toksin yang melebihi standar (SNI)

(3) Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi.

(4) Setelah dilakukan pemeriksaan dokumen keterangan transit dan tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis.

f. Pemusnahan Dilakukan bila :

(1) Setelah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan.

(2) Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap susu bilamana tempat penyimpanan susu tidak memenuhi syarat dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata susu busuk atau rusak.

(3) Tindakan karantina pemusnahan dilakukan sesuai dengan pedoman pemusnahan yang berlaku.

g. Pembebasan : Dilakukan bila :

(1) Dokumen persyaratan lengkap (2) Dokumen dan fisik sesuai

(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

(31)

1.7. SUSU FERMENTASI a. Persyaratan administrasi

ƒ Surat Keterangan Negara/Daerah Asal

ƒ Dilengkapi dengan surat keterangan telah melakukan proses fermentasi

ƒ Sertifikat Sanitasi dari Dokter Hewan Karantina negara /Daerah Pengeluaran/Asal.

b. Pemeriksaan Fisik

ƒ Dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian antara fisik dan dokumen.

ƒ Pemeriksaan terhadap persyaratan transportasi sesuai dengan milk codex.

ƒ Pemeriksaan terhadap temperatur susu ƒ Pemeriksaan wadah

- Sanitasi dan kebersihan wadah

- Jenis bahan, bentuk, ukuran, penutup. - Tata letak wadah dalam kemasan.

- Pemeriksaan label serta informasi yang tertera pada label jelas dan lengkap.

- Pemeriksaan keutuhan dan keabsahan segel.

- Kondisi wadah yang digunakan adalah sesuai untuk pangan, bersih, tidak toksik/beracun, atau tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pangan (food grade).

- Wadah tidak bocor, tidak rusak, tidak penyok dan tidak mencemari wadah yang lain.

- Wadah tidak mengelembung akibat tekanan gas dari dalam.

- Wadah tidak ada perubahan warna dan atau fisik lainnya. ƒ Pemeriksaan kemasan meliputi pemeriksaan suhu, tata

letak (pembatas dan pengaman, susunan/tumpukan) segel dan label.

ƒ Pemeriksaan terhadap susu

Pemeriksaan terhadap susu dalam wadah dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi pada susu seperti menggumpal, adanya endapan, perubahan ke-kentalan, perubahan warna, perubahan volume, pembentukan busa, pemisahan dua larutan dll. Untuk wadah yang transparan dapat dilihat langsung dari luar,

(32)

sedangkan wadah yang tidak transparan harus dilakukan dengan cara khusus atau dengan membuka kemasan. c. Tindakan Pemeriksaan dan Pengujian

Pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Karantina Hewan/ Instalasi Karantina Hewan Sementara adalah pengambilan contoh dan pengujian laboratorium:

ƒ Untuk dokumen dan fisik yang sesuai, tidak ada kerusakan, akan tetapi diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan pengambilan sampel. Cara pengambilan contoh dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh.

ƒ Apabila dalam pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik terdapat atau diduga terdapat ketidaksesuaian, maka harus dilakukan pengambilan contoh untuk pemeriksaan dan pengujian kualitas, keamanan serta kesesuaian terhadap standar.

ƒ Kemasan dan wadah yang rusak harus diambil sebagai contoh untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam menentukan keputusan tindakan karantina.

Pengujian yang dilakukan di laboratorium meliputi:

ƒ Uji organoleptik (bau dan warna) dan temperatur susu, Temperatur susu selama dalam perjalanan dan penyimpanan selalu dikondisikan pada maksimal 4°C.

ƒ Kesempurnaan pengolahan susu yang dapat menjadi ukuran telah hilangnya HPHK yang dapat dibawa melalui susu fermentasi yaitu : PMK, Brucellosis, Q Fever serta pemeriksaan terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) antara lain kamir dan

coliform

ƒ pemeriksaan serta pengujian terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) termasuk uji residu, logam berat dan kandungan senyawa berbahaya lainnya.

ƒ Untuk antar area, apabila pada daerah pengeluaran telah dilakukan pengambilan dan pengujian, tidak perlu dilakukan lagi pada daerah pemasukan kecuali apabila adanya indikasi ketidaksesuaian/ kecurigaan.

(33)

d. Penahanan : Dilakukan apabila :

Dokumen Sanitasi (Sanitary Certificate) dan dokumen tambahan tidak dapat dilengkapi dan pemilik sanggup memenuhi persyaratan tersebut dalam waktu 3 (tiga) hari sejak media pembawa diserahkan.

e. Penolakan :

Dilakukan penolakan bila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa:

(1) Pada pengujian laboratorium diketahui bahwa susu tersebut telah mengalami proses fermentasi secara sempurna.

(2) Mengandung kuman pathogen atau bahan-bahan lain yang beresiko mengganggu kesehatan dan jiwa manusia seperti hormon, toksin yang melebihi standar (SNI)

(3) Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi.

(4) Setelah dilakukan pemeriksaan dokumen keterangan transit dan tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis.

f. Pemusnahan Dilakukan bila :

(1) Setelah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan. (2) Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap

susu bilamana tempat penyimpanan susu tidak memenuhi syarat dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata susu busuk atau rusak.

(3) Tindakan karantina pemusnahan dilakukan sesuai dengan pedoman pemusnahan yang berlaku.

g. Pembebasan : Dilakukan bila :

(1) Dokumen persyaratan lengkap (2) Dokumen dan fisik sesuai

(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

1.8. ES KRIM

a. Persyaratan administrasi

ƒ Surat Keterangan Negara/Daerah Asal

ƒ Sertifikat Sanitasi dari Dokter Hewan Karantina negara /Daerah Pengeluaran/Asal.

(34)

b. Pemeriksaan Fisik

ƒ Dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian antara fisik dan dokumen.

ƒ Pemeriksaan terhadap persyaratan transportasi sesuai dengan milk codex.

ƒ Pemeriksaan wadah

- Sanitasi dan kebersihan wadah

- Jenis bahan, bentuk, ukuran, penutup. - Tata letak wadah dalam kemasan.

- Pemeriksaan label serta informasi yang tertera pada label jelas dan lengkap.

- Pemeriksaan keutuhan dan keabsahan segel.

- Kondisi wadah yang digunakan adalah sesuai untuk pangan, bersih, tidak toksik/beracun, atau tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pangan (food grade).

- Wadah tidak bocor, tidak rusak, tidak penyok dan tidak mencemari wadah yang lain.

- Wadah tidak mengelembung akibat tekanan gas dari dalam.

- Wadah tidak ada perubahan warna dan atau fisik lainnya. ƒ Pemeriksaan kemasan meliputi pemeriksaan suhu, tata letak

(pembatas dan pengaman, susunan/tumpukan) segel dan label.

ƒ Pemeriksaan terhadap es krim

Pemeriksaan terhadap es krim dalam wadah dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi pada es krim seperti perubahan kekentalan, perubahan warna, perubahan volume, pembentukan busa, dll. Untuk wadah yang transparan dapat dilihat langsung dari luar, sedangkan wadah yang tidak transparan harus dilakukan dengan cara khusus atau dengan membuka kemasan.

c. Tindakan Pemeriksaan dan Pengujian

Pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Karantina Hewan/ Instalasi Karantina Hewan Sementara adalah pengambilan contoh dan pengujian laboratorium:

ƒ Untuk dokumen dan fisik yang sesuai, tidak ada kerusakan, akan tetapi diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan pengambilan sampel. Cara pengambilan contoh dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh.

(35)

ƒ Apabila dalam pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik terdapat atau diduga terdapat ketidaksesuaian, maka harus dilakukan pengambilan contoh untuk pemeriksaan dan pengujian kualitas, keamanan serta kesesuaian terhadap standar.

ƒ Kemasan dan wadah yang rusak harus diambil sebagai contoh untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam menentukan keputusan tindakan karantina.

Pengujian yang dilakukan di laboratorium meliputi:

ƒ Uji organoleptik (bau dan warna) dan temperatur susu, Temperatur es krim selama dalam perjalanan dan penyimpanan selalu dikondisikan pada maksimal -10°C. ƒ Pengujian terhadap Staphylococcus aureus dan Bacillus

cereus serta pemeriksaan terhadap pemenuhan standar

keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) antara lain terhadap coliform, bakteri psychrotrophic serta kapang dan khamir

ƒ Pemeriksaan dan pengujian terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) termasuk uji residu, logam berat dan kandungan senyawa berbahaya lainnya.

ƒ Nilai TPC untuk produk tidak melebihi standar yang dibuktikan dengan hasil uji laboratorium.

ƒ Untuk antar area, apabila pada daerah pengeluaran telah dilakukan pengambilan dan pengujian, tidak perlu dilakukan lagi pada daerah pemasukan kecuali apabila adanya indikasi ketidaksesuaian/ kecurigaan.

d. Penahanan : Dilakukan apabila :

Dokumen Sanitasi (Sanitary Certificate) dan dokumen tambahan tidak dapat dilengkapi dan pemilik sanggup memenuhi persyaratan tersebut dalam waktu 3 (tiga) hari sejak media pembawa diserahkan.

e. Penolakan :

Dilakukan penolakan bila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa:

(1) Mengandung kuman pathogen atau bahan-bahan lain yang beresiko mengganggu kesehatan dan jiwa manusia seperti hormon, toksin yang melebihi standar (SNI)

(2) Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi.

(3) Setelah dilakukan pemeriksaan dokumen keterangan transit dan tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis. f. Pemusnahan

(36)

Dilakukan bila :

(1) Setelah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan. (2) Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap es

krim bilamana tempat penyimpanan es krim tidak memenuhi syarat dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata susu busuk atau rusak.

(3) Tindakan karantina pemusnahan dilakukan sesuai dengan pedoman pemusnahan yang berlaku.

g. Pembebasan : Dilakukan bila :

(1) Dokumen persyaratan lengkap (2) Dokumen dan fisik sesuai

(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

1.9. ANHYDROUS MILK FAT, BUTTER/MENTEGA a. Persyaratan administrasi

ƒ Surat Keterangan Negara/Daerah Asal

ƒ Sertifikat Sanitasi dari Dokter Hewan Karantina negara /Daerah Pengeluaran/Asal.

b. Pemeriksaan Fisik

ƒ Dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian antara fisik dan dokumen.

ƒ Pemeriksaan terhadap persyaratan transportasi sesuai dengan milk codex.

ƒ Pemeriksaan wadah

- Sanitasi dan kebersihan wadah

- Jenis bahan, bentuk, ukuran, penutup. - Tata letak wadah dalam kemasan.

- Pemeriksaan label serta informasi yang tertera pada label jelas dan lengkap.

- Pemeriksaan keutuhan dan keabsahan segel.

- Kondisi wadah yang digunakan adalah sesuai untuk pangan, bersih, tidak toksik/beracun, atau tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pangan (food grade).

(37)

- Wadah tidak bocor, tidak rusak, tidak penyok dan tidak mencemari wadah yang lain.

- Wadah tidak mengelembung akibat tekanan gas dari dalam.

- Wadah tidak ada perubahan warna dan atau fisik lainnya.

ƒ Pemeriksaan kemasan meliputi pemeriksaan suhu, tata letak (pembatas dan pengaman, susunan/tumpukan) segel dan label.

ƒ Pemeriksaan terhadap Anhydrous Milk Fat, Butter/ Mentega dalam wadah dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi pada produk seperti menggumpal, adanya endapan, perubahan kekentalan, perubahan warna, perubahan volume dan pemeriksaan rancidity (ketengikan) dll. Untuk wadah yang transparan dapat dilihat langsung dari luar, sedangkan wadah yang tidak transparan harus dilakukan dengan cara khusus atau dengan membuka kemasan.

ƒ Nilai TPC untuk produk tidak melebihi standar yang dibuktikan dengan hasil uji laboratorium

c. Penahanan : Dilakukan apabila :

Dokumen Sanitasi (Sanitary Certificate) dan dokumen tambahan tidak dapat dilengkapi dan pemilik sanggup memenuhi persyaratan tersebut dalam waktu 3 (tiga) hari sejak media pembawa diserahkan.

d. Penolakan :

Dilakukan penolakan bila dalam pemeriksaan ditemukan bahwa:

(1) Mengandung kuman pathogen atau bahan-bahan lain yang beresiko mengganggu kesehatan dan jiwa manusia seperti hormon, toksin yang melebihi standar (SNI)

(2) Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi.

(3) Setelah dilakukan pemeriksaan dokumen keterangan transit dan tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis.

(38)

f. Pemusnahan Dilakukan bila :

(1) Setelah dilakukan penolakan tidak segera dibawa keluar dari wilayah negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam batas waktu yang ditetapkan.

(2) Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap produk bilamana tempat penyimpanan tidak memenuhi syarat dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ternyata produk busuk atau rusak.

(3) Tindakan karantina pemusnahan dilakukan sesuai dengan pedoman pemusnahan yang berlaku.

g. Pembebasan : Dilakukan bila :

(1) Dokumen persyaratan lengkap (2) Dokumen dan fisik sesuai

(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

2.10. MILK REPLACER (UNTUK HEWAN) a. Persyaratan administrasi

(1) Tidak berasal dari negara tertular PMK dan disertai Surat Keterangan Negara/Daerah Asal

(2) Sertifikat Sanitasi dari Dokter Hewan Karantina negara /Daerah Pengeluaran/Asal.

(3) Dokumen tambahan berupa surat registrasi produk yang memuat keterangan asal produk, proses pengolahan, komposisi, nama perusahaan, jenis produk, expired date, batch number dan peruntukannya.

b. Pemeriksaan Fisik

ƒ Dilakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian antara fisik dan dokumen.

ƒ Pemeriksaan wadah

- Sanitasi dan kebersihan wadah

- Jenis bahan, bentuk, ukuran, penutup. - Tata letak wadah dalam kemasan.

- Pemeriksaan label serta informasi yang tertera pada label jelas dan lengkap.

- Pemeriksaan keutuhan dan keabsahan segel.

(39)

- Kondisi wadah yang digunakan adalah sesuai untuk produk, bersih, tidak toksik/beracun, atau tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh produk (feed).

- Wadah tidak bocor, tidak rusak, tidak penyok dan tidak mencemari wadah yang lain.

- Wadah tidak mengelembung akibat tekanan gas dari dalam.

- Wadah tidak ada perubahan warna dan atau fisik lainnya. ƒ Pemeriksaan kemasan meliputi pemeriksaan produk, tata

letak (pembatas dan pengaman, susunan/tumpukan) segel dan label.

ƒ Pemeriksaan terhadap milk replacer

Pemeriksaan terhadap milk replacer dalam wadah dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi pada produk tersebut seperti menggumpal, perubahan warna dll. Untuk wadah yang transparan dapat dilihat langsung dari luar, sedangkan wadah yang tidak transparan harus dilakukan dengan cara khusus atau dengan membuka kemasan.

c. Tindakan Pemeriksaan dan Pengujian

Pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Karantina Hewan/ Instalasi Karantina Hewan Sementara adalah pengambilan contoh dan pengujian laboratorium:

ƒ Untuk dokumen dan fisik yang sesuai, tidak ada kerusakan, akan tetapi diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan pengambilan sampel. Cara pengambilan contoh dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh. ƒ Apabila dalam pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik

terdapat atau diduga terdapat ketidaksesuaian, maka harus dilakukan pengambilan contoh untuk pemeriksaan dan pengujian kualitas, keamanan serta kesesuaian terhadap standar.

ƒ Kemasan dan wadah yang rusak harus diambil sebagai contoh untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam menentukan keputusan tindakan karantina.

Pengujian yang dilakukan di laboratorium meliputi: ƒ Uji organoleptik (bau, warna),

ƒ Apabila berasal dari daerah tertular penyakit eksotik yang dapat menjadi ukuran telah hilangnya HPHK yang dapat dibawa melalui milk replacer yaitu : PMK, Brucellosis, Q Fever

ƒ Pemeriksaan dan pengujian terhadap pemenuhan standar keamananan hayati yang ditetapkan (SNI) termasuk uji residu, logam berat dan kandungan senyawa berbahaya lainnya

Referensi

Dokumen terkait

Kandang adalah tempat atau bangunan berikut sarana penunjang yang ada didalamnya yg berfungsi sebagai tempat pemeliharaan dan tempat melakukan tindakan pengamatan

1. Merencanakan, mengkoordinasi dan melaksanakan bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi terhadap tindakan preventif dalam pengawasan dan penindakan perkarantinaan hewan

melakukan Tindakan Karantina Tertentu setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor l3/Permentan / OT.14O I 2 I 2008

Tindakan karantina yang selanjutnya disebut tindakan karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah hama penyakit hewan karantina masuk ke, tersebar di, dan atau

2 Sebagai anggota WTO, Indonesia mempunyai kewajiban untuk melaporkan adanya Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)

Rencana pengambilan sampel adalah pengambilan sejumlah unit yang dipilih secara acak dari suatu lot atau populasi sebagai dasar untuk menerima atau menolak lot

1) Kandang.. a) Kontruksi bangunan dapat memenuhi daya tampung untuk menjamin sirkulasi udara terhadap terpeliharanya kesehatan dan kesejahteraan hewan atau dengan

buangan/ limbah padat lain dari kandang satwa primata (misal bedding, sisa pakan) dan lain-lain (termasuk suplai medis seperti kapas, PPE, cadaver hewan dan