• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA LESSON STUDY PEMBELAJARAN MATERI TRANSFORMASI BERBANTUAN GEOGEBRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA LESSON STUDY PEMBELAJARAN MATERI TRANSFORMASI BERBANTUAN GEOGEBRA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ... 16

PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA

LESSON

STUDY

PEMBELAJARAN MATERI

TRANSFORMASI

BERBANTUAN

GEOGEBRA

Arifin

SMP Negeri 1 Karangploso, Guru Matematika, Kab. Malang

insanipinfina@gmail.com ; insanipin@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini mengkaji manfaat penerapan pembelajaran model penemuan terbimbing materi

transformasi berbantuan geogebra pada lesson study di SMP Negeri 1 Karangploso tahun pelajaran 2016/2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Dari penelitian diperoleh temuan dampak pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan geogebra pada lesson study

bagi siswa yaitu (1) dengan bantuan software geogebra dapat meningkatkan penguasaan konsep

transformasi yaitu pergeseran dan pencerminan, (2) dengan pembelajaran penemuan terbimbing keaktifan siswa dalam belajar meningkat, (3) dengan penemuan terbimbing siswa meninggalkan belajar menghafal rumus (4) lesson study dapat dijadikan sarana meningkatkan kualitas guru dalam memfasilitasi pembelajaran.

Kata kunci: geogebra, lesson study, penemuan terbimbing, transformasi.

Abstract

This study examines the benefits of applying learning model of guided discovery of geogebra-assisted transformation materials to lesson study in SMP Negeri 1 Karangploso in academic year 2016/2017. The method used in this research is qualitative descriptive. From the research, it is found that the learning impact of guided discovery of geogebra assisted on lesson study for students are (1) with the help of geogebra software, it can improve the mastery of transformation concept that is translation and reflection, (2) with learning of guided discovery, the students’ activeness in learning increase, (3) Guided discovery makes students avoiding memorize the formula (4) lesson study can be used as a means of improving the quality of teachers in facilitating learning

Keywords: geogebra, guided discovery, lesson study, transformation.

PENDAHULUAN

Peranan guru sangat sentral dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Peran itu antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Perkembangan kurikulum menuntut guru selalu belajar dan memberikan pelayanan pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan tuntutan prinsip pembelajaran pada standar proses pendidikan yang berlaku. Satu prinsip pembelajaran yang terdapat dalam

(2)

Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ... 17 dimana siswa tidak diberitahu adalah

pembelajaran dengan metode penemuan. Penelitian dengan penemuan telah dilakukan (Goos, 2004; Jaworski, 2006; Balim, 2009; Sikko & Pepin, 2011; Diezmann, 2004; Hunter R, 2010; Santos, 2008; Makar, 2007; Delcourt & McKinnon, 201; Leikin & Rota, 2006; Abdullah & Shariff , 2008; Muhsetyo, 2004; Effendi, 2011; Pais, 2009, Yunari, 2012). Goos (2004) menemukan dalam inquiry partisipasi, respon, ide dan pendapat siswa akan sesuai harapan apabila guru mampu memberikan

scafolding yang tepat dan menyarankan dalam pembelajaran perlu diciptakan komunitas dan kultur belajar dikelas melaui inquiry. Jaworski (2006) menemukan bahwa praktik inquiry

membawa pemahaman siswa terhadap teori menjadi lebih baik dan berkembang. Balim (2009) menemukan pembelajaran

inquiry dapat meningkatkan kapasitas metacognisi. Sikko & Pepin (2011) menemukan inquiry dapat meningkatkan kedalaman belajar dan menambah literatur guru dalam pembelajaran. Diezmann (2004) menemukan tipe tugas

inquiry dan implikasinya pada assessmen. Hunter (2010) menemukan untuk menciptakan komunitas inquiry diantaranya dengan mengembangkan pertanyaan murid dengan cara yang tepat. Santos (2008) menyatakan ada banyak cara mengembangkan petunjuk aktivitas untuk membantu perkembangan siswa dalam bernalar matematika. Makar (2007) menemukan dengan inquiry

kepercayaan diri guru dapat meningkat. Delcourt dan McKinnon (2011) menemukan bahwa bertanya adalah kemampuan dasar dalam pembelajaran

inquiry. Leikin & Rota (2006) menemukan kualitas guru dalam membangun partisipasi diskusi sangat dipengaruhi oleh keahliaan dalam

mengajar. Abdullah & Shariff (2008) menemukan inqury dapat meningkatkan kemampuan bernalar, kerjasama dan pemahaman konsep. Muhsetyo (2004) memberikan contoh penemuan terbimbing, meteode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Effendi (2011) menunjukkan bahwa dengan penemuan terbimbing kemampuan-kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa lebih baik bila dibanding diajar dengan metode konvensional. Selain itu siswa memiliki sikap positif terhadap matematika dan pembelajaran. Pais (2009) pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing berkelompok dapat meningkatkan penguasaan siswa pada materi volume bangun ruang. Yunari (2012) menemukan penerapan discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Matematika secara garis besar dibagi ke dalam 4 cabang yaitu aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis (Bell, 1978:27). Geometri merupakan cabang matematika yang menempati posisi penting untuk dipelajari karena geometri digunakan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari geometri digunakan untuk mendesain rumah, taman atau dekorasi (Van de Walle, 1990:269). Dengan demikian geometri perlu diajarkan di sekolah sejak SD.

(3)

Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ... 18 didapatkan bahwa kebanyakan siswa

mengalami kesulitan dalam mempelajari pokok bahasan geometri. Berdasarkan nilai ulangan harian siswa kelas VII semester II tahun pelajaran 2015/2016 dapat dilihat bahwa nilai matematika pada materi geometri dari 306 siswa yang mencapai nilai di atas ketuntasan kompetensi minimum yaitu 75 sebanyak 154 siswa, ini berarti hanya ada 50 % siswa yang mencapai nilai ketuntasan kompetensi minimum yang ditetapkan. Ini menunjukkan bahwa nilai ulangan siswa khususnya pada pokok bahasan geometri masih belum mencapai ketuntasan. Berdasarkan persentase tingkat ketercapaian hasil belajar siswa dengan mengacu pada teori belajar tuntas (mastery learning), Mukminan (2003:14) menyatakan bahwa siswa harus menguasai sekurang-kurangnya 65 % dari kompetensi dasar yang ditetapkan. Kesulitan siswa juga ditemui dalam hal pemahaman, Jika siswa ditanya jika titik adalah koordinat bayangan suatu titik yang dicerminkan terhadap garis Y = x siswa diminta menentukan koordinat titik asalnya siswa tidak segera memberikan jawaban. Hal ini disebabkan karena siswa hanya menghafal rumus, dan tidak dilibatkan menemukan sendiri rumusnya.

Pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Karangploso, guru biasanya menyajikan materi terlebih dahulu kepada siswa, kemudian memberikan contoh soal, dan selanjutnya memberikan soal-soal latihan kepada siswa. Siswa biasanya memperhatikan penjelasan guru kemudian mencatat apa yang ditulis guru di papan tulis. Dalam situasi pembelajaran seperti ini, siswa cenderung pasif, menunggu guru menyampaikan materi, dan kegiatan tanya jawab terjadi hanya jika guru melontarkan pertanyaan. Dalam menyampaikan materi

transformasi, guru biasanya langsung memberikan rumus dan siswa sekedar menghafal. Siswa tidak terlibat secara aktif yang mengarah pada penemuan pola/rumus tersebut. Seharusnya siswa tidak sekedar menghafal rumus

transformasi (refleksi, translasi, rotasi

dan dilatasi) tetapi aktif terlibat secara fisik dan mental untuk menemukan rumus tersebut. Menurut Bruner (dalam Dahar, 1988:125) menyatakan bahwa penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Senada dengan hal itu, Hudojo (2005:135), mengatakan agar proses belajar matematika terjadi, bahasan matematika seyogyanya tidak disajikan dalam bentuk yang sudah tersusun secara final, melainkan siswa dapat terlibat secara aktif di dalam menemukan konsep-konsep, struktur-struktur sampai kepada teorema atau rumus-rumus.

Materi transformasi merupakan bagian materi geometri, pada kurikulum 2013 diberikan dikelas 7 semester genap. Untuk membelajarkan materi tranformasi dengan tidak memberitahu siswa maka diperlukan bantuan media. Jones (2009) ketika siswa menggunakan geogebra pemahaman mereka akan berakhir lebih mendalam pada materi geometri.

METODE

(4)

Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ... 19 Temuan itu didiskusikan dalam

kelompok untuk menentukan rencana pembelajaran yang akan dilakukan. Rencana materi apa dan persiapan perangkat dan alternatif pembelajarannya. Pembelajaran direncanakan dua kali pertemuan pada materi pergeseran dan pencerminan dilaksankan di kelas 7H. Data penelitian diperoleh dengan obervasi dan dokumentasi melalui video. Data dianalisis dengan mendeskripsikan temuan kemudian dikaji berdasarkan teoriteori maupun penelitian yang ada.

BAHASAN UTAMA

Pembelajaran dirancang bersandarkan pada prinsip Lesson Study

melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun

learning community maka langkah pertama adalah melakukan perencanaan yang dilakukan pada tanggal 27 dan 28 Januari 2017. Plan atau perencanaan adalah tahapan awal dalam kegiatan lesson study. Dalam kegiatan ini, didiskusikan beberapa hal yang berkaitan dengan persiapan pelaksanaan pembelajaran lesson study. Kegiatan tersebut meliputi memilih materi/KD yang akan digunakan untuk open class, menentukan jadwal open class,

menyusun RPP, LKS, evaluasi, media/alat yang diperlukan dan menentukan guru model yang akan open class serta menentukan moderator dan notulen pada saat refleksi.

Hasil diskusi saat Plan, didapatkan beberapa masalah dan solusi yang akan digunakan dalam rencana pembelajaran terkait pembelajaran transformasi yaitu pergeseran (translasi) dan Pencerminan

(Refleksi). Permasalahan dan solusi serta

teori pendukung didiskripsikan sebagai berikut: (1) Istilah Translasi dan Refleksi

merupakan istilah baru bagi siswa smp, Menurut teori Gestalt dalam Suherman (2003) kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan harus memperhatikan; (a) penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian, (b) memperhatikan kesiapan intektual siswa, (c) mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar. Sehingga untuk mempelajari materi translasi dan refleksi diperlukan materi prasarat sistem koordinat kartesius. (2) Siswa dihadapkan makna dan konteks penotasian tanslasi

Menurut Van Hiele dalam Suherman (2003) pada tahap awal suatu bentuk geometri perlu ada visualiasasi. Dengan bantuan software Geogebra bentuk tersebut dikontekskan dalam bidang kartesius. (3) tidak semua siswa terlibat dalam kerja kelompok, belum terbiasa bekerja kelompok, diskusi dan belum terbiasa presentasi.

Goos (2004) untuk menumbuhkan budaya inquiri perlu diciptakan iklim belajar berupa partisipasi, respon, ide dan pendapat siswa dengan memberikan scafolding yang tepat. Misalkan bantuan ilustrasi pada kehidupan nyata, lift di mall menggunakan konsep translasi,

(5)

Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ... 20 dipandu dengan pertanyaan tentang jarak

benda kecermin dibanding jarak bayang kecermin, bentuk benda dan bayangan. Untuk menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP, uraian materi, media pembelajaran, LKS dan sistem penilaian dilakukan diskusi bersama teman sejawat, yang didahului melakukan observasi di kelas 7H dan 7I . Setelah observasi dilanjutkan dengan diskusi dengan guru pengajar mengenai kondisi pembelajaran yang terjadi, motivasi belajar siswa, kemampuan siswa, bahan ajar yang ada, komunikasi yang terjadi antar siswa di kelas, komunikasi siswa dengan guru dan permasalahan yang terjadi di kelas.

Setelah melakukan disiskusi saat

plan pada tanggal 27 dan 28 Januari 2017 dihasilkan perangkat yang terdiri; (1) Rencana pelaksanaan pembelajaran unuk materi translasi dan refleksi, (2) Media pembelajaran translasi dan refleksi, (3) Lembar kegiatan siswa untuk materi

translasi dan refleksi, (4) Uraian materi

translasi dan refleksi.

Pelaksanaan pada pembelajaran pertama dapat terlaksana di kelas yang telah direncanakan yaitu kelas 7H pada hari Selasa, 11 Pebruari 2017 jam ke 4 sampai ke 5. Alokasi waktu pembelajaran berjalan sesuai yang direncanakan. Berikut ini dipaparkan pelaksanaan hasil rangkuman observasi pembelajaran yang berlangsung pada kegiatan hari pertama, diawali pendahuluan

Guru menanyakan materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya, menanyakan lebih detail untuk menentukan koordinat suatu titik pada bidang kartesius. Meminta siswa menentukan koordinat titik sebelum digeser dan setelah digeser. Menanyakan apa materi yang akan dipelajari, ketika siswa berpindah dari ruang kelas 7H ke

ruang multimedia apa bisa disebut bergeser (translasi)

Meminta siswa menyebutkan contoh lain dalam kehidupan sehari hari yang menggunakan prinsip perpindahan?

Siswa antusias ditunjukkan dengan respon dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, ada beberapa siswa menentukan koordinat suatu titik pada koordinat kartesius. Diperoleh gambaran dalam translasi yang bergeser hanya posisinya sedangkan bentuk benda tetap

Kegiatan Inti

Guru membagi kelompok dengan ditentukan ketuanya.

Setiap kelompok menyelesaikan kegiatan yang telah diterima. Pada lembar kerja ada tambahan informasi yang dituliskan guru di papan penamaan gambar 1,2 dan 3 belum jelas. Secara berkelompok menyelesaikan lembar kerja yang telah dirancang untuk menemukan aturan pergeseran .

Banyak kelompok yang mengalami kesulitan mengerjakan lembar kegiatan siswa pada poin 5,6,7,8 dan kesimpulan. Guru membantu kelompok menunjukkan kesalahan dan membantu dengan

bertanya yang mengarah pada yang benar. Kesimpulan hasil diskusi kelompok ditulis di kertas manila ditempel di depan kelas. Kegiatan

diakhiri dengan mengerjakan latihan soal secara individu.

Ada siswa merasa senang ditunjuk menjadi ketua kelompok.

(6)

Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ... 21 ...+ ...). Kesimpulan diskusi kelompok banyak

yang tidak dituliskan. Lembarkerja satu kelompok hanya satu seharusnya dua anak dapat satu .Laitihan soal individu dapat dilaksankan akan tetapi dari 4 soal. Banyak siswa mengalami kesulitan no 2,3, dan 4 dikernakan siswa harus menggambar bidang kartesius terlebih dahulu meskipun bidang berpetak telah diberikan. Keempat soal tersebut adalah;

1. Gambarlah titik koordinat berikut dalam diagram kartesius

a. A(-2,7) b. B(7,-2) c. C(-6,-2) d. D(0,6) e. E(3,2)

2. SebuahtitikP(2,4) digeserdengan T(3,-1)

sehingga hasil pergeserannya adalah P’. Tentukanlah koordinat P’! Tunjukkan dalam diagram kartesius

3.Gambarlah sebuah segitiga ABC dalam diagram kartesius dengan titik A 5,5), B (-8,3) dan C (-3,1)

Dari soal no. 3 ditranslasikan oleh T (3,-2). Tentukan titik hasil translasi dan gambar dalam diagram kartesius

Penutup,guru memberikan penguatan materi translasi dan memberikan pesan untuk selalu belajar.

Pelaksanaan pembelajaran kedua dapat terlaksana di kelas yang telah direncanakan yaitu kelas7H pada hari Rabu , 12 Pebruari 2017. Waktu pelaksanaan pembelajaran ini pada jam ke 1-3 mulai 07.00-09.00 WIB. Berikut ini dipaparkan pelaksanaan hasil rangkuman observasi pembelajaran yang berlangsung pada PPL kedua. Pendahuluan diawali berdoa bersama, guru menanyakan materi sebelumnya, meberikan soal terkait titik (1,2) digeser (1,2) bayangannya mempunyai koordinat berapa? mengingatkan pergeseran yang berubah posisinya saja bentuknya tetap. Menanyakan siapa yang bercermin sebelum berangkat sekolah? Menyakan siapa yang pernah bercermin? Menanyakan apa yang membedakan

pergeseran dengan pencerminan ? memberi tahu akan dibentuk kelompok untuk melakukan pengamatan menemukan sifat pencerminan, Untuk membentuk kelompok siswa diminta berhitung 1 sampai 4. No 1 berkumpul menjadi kelompok satu dan seterusnya.

Pada waktu siswa diminta menentukan koordinat titik bayangan hasil translasi siswa belum dengan lancar menjawab masih perlu diingatkan konsep pergeseran. Pada saat berhitung membentuk kelompok ada siswa yang tidak konsentrasi sehingga tidak bisa melanjutkan berhitung, temantemannya menyalahkan dengan bersorak hoo...

Kegiatan inti Pada aktivitas pertama menemukan konsep pencerminan setiap kelompok sudah melakukan pengamatan dengan benar dan mengerjakan lembar kegiatan siswa dengan benar dan dihasilkan kesimpulan yang benar tentang konsep pencerminan. Pada aktivitas kedua ada satu kelompok mengerjakan lembar kegitan siswa yang seharusnya disisi dengan kesimpulkan setiap titik (x,y) dicerminkan ke sumbu X menghasilkan titik (x,-y) disimpulkan setiap titik (x,y) dicerminkan ke sumbu X menghasilkan titik (2,-3)

Aktivitas keempat sudah dikerjakan oleh setiap siswa, sebagian besar 90 % siswa sudah diatas nilai 75, meskipun ada satu siswa yang jawabnya salah semua namun lembar kegiatan yang disusun sudah lebih sistematis dan mudah dipahami oleh siswa.

(7)

Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ... 22 Berdasar pelaksanaan pembelajaran yang

telah dilakukan peneliti melakukan refleksi dan perbaikan sebagai berikut : 1. Penyampaian aplikasi materi untuk

memotivasi siswa perlu dikontekskan yang sesuai dengan kondisi lingkungan di Gondanglegi. Pada saat materi translasi contohnya lift hal ini tidak semua siswa pernah melihat langsung lift tersebut. Perbaikan pada pembelajaran kedua dibuatkan media bidang pencerminan dengan menggunakan cermin data yang sudah familier dengan siswa.

2. Kegiatan siswa dalam LKS terlalu memakan waktu dan ada hal yang belum jelas dan kurang dapat dilakukan. Perbaikan terhadap masalah ini telah dilakukan pada pembelajaran kedua.

3. Guru terlalu memberikan bantuan dalam pembuatan kesimpulan. Pada pembelajaran kedua bantuan guru dalam membuat kesimpulan telah dikurangi.

4. Apa yang ditulis dalam lembar kegiatan siswa belum dipahami dengan jelas oleh siswa. Pada pembelajaran kedua penulisan notasi pada pencerminan diberikan tahap demi tahap.

5. Dalam bekerja kelompok siswa tertentu yang aktif, belum merata keaktifan siswa dalam diskusi dan menyelesaikan tugas kelompok.

6. Dalam menyusun soal perlu dipertimbangkan kemampuan prasarat sudah dikuasai apa belum oleh siswa. 7. Penilaian dan penugasan pembelajaran

belum terlaksana dengan maksimal. 8. Suasana pembelajaran yang tidak

didominasi oleh guru menjadikan siswa

semakin aktif dalam belajar.

9. Siswa yang malas dalam belajar hendaknya diberi pengarahan dengan

baik atau dengan pendekatan secara persuasive mengetahui penyebabnya dan mencoba mencari cara mengatasinya.

10. Memberikan kepercayaan menjadi ketua kelompok kepada siswa yang biasanya tidak pernah menjadi ketua akan berdampak kepercayaan diri siswa meningkat.

Kendala yang dihadapi selama kegiatan PPL berbasis project lesson study ini adalah:

1. Lembar kegiatan yang telah disusun masih belum dengan mudah dipahami, membantu dengan pertanyaan sehingga diperoleh tujuan yang akan 2. Materi prasyarat belum maksimal

dikuasai oleh siswa, sehingga pada awal apersepsi siswa merasa kebingungan dengan konsep materi yang akan diterima. Namun hal tersebut bisa diatasi oleh guru model dan tim PPL berbasis project lesson study yaitu dengan mempertegas materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya.

3. Memahami notasi generaliasasi translasi dan refleksi. Masalah tersebut diatasi dengan meberikan bentuk sederhana dikaitkan dengan kemampuan bahasa siswa.

4. Siswa belum terbiasa diskusi kelompok. Dengan memberikan pertanyaanpertanyaan sederhana melatih siswa mengemukakan pendapat.

5. Pemahaman konsep translasi dan

refleksi baik namu dalam penulisa formal dengan simbol matematika siswa mengalami kesulitan

PENUTUP

(8)

Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ... 23 1. Dalam menyusun lembar kegiatan

siswa apa yang ditulis oleh guru belum tentu dipahami dengan mudah oleh siswa.

2. Implentasi pembelajaran inquiry pada pelajaran matematika dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan kemampuan berfikir mandiri siswa, menganalisa masalah, mengajukan pendapat dan belajar antar sesama siswa.

3. Pembelajaran inquiry menekankan pada pembelajaran student centered dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.

4. Dalam menyusun bahan ajar

diperlukan ujicoba apakah yang telah disusun telah dipahami oleh siswa sesuai dengan apa yang telah diharapkan oleh penulis. 5. Guru sebaiknya memperhatikan

pembagian kelompok dengan baik, yaitu dengan pemerataan kemampuan siswa.

6. Suasana pembelajaran yang tidak didominasi oleh guru menjadikan siswa semakin aktif dalam belajar. 7. Siswa yang malas dalam belajar

hendaknya diberi pengarahan dengan baik atau dengan pendekatan secara persuasive mengetahui penyebabnya dan mencoba mencari cara

mengatasinya.

8. Notasi berbentuk simbol aljabar general misalkan

dan

tidak dipahami dengan baik oleh siswa. 9. Lesson study sangat bermanfaat untuk

melakukan perbaikan kualitas

pembelajaran berkelanjutan sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.

Saran

1. Untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas belajar siswa dapat

diterapkan pembelajaran dengan penemuan terbimbing.

2. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalisme pendidik dapat dilakukan dengan

lesson study.

3. Pemanfaatan geogebra dapat diujicobakan untuk materi lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah S, Shariff A. 2008. The Effects of Inquiry-Based Computer Simulation with Cooperative Learning on Scientific Thinking and Conceptual Understanding of Gas Laws. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education,2008, 4(4), 387-398

Balim, A G. 2009. The effects of

Discoveri Learning On Student’s

Succes Inquiry Learning Skills.

Eurasian Journal of Education Research, 25, 1-20

Bell, F.H.. 1978. Teching Learning Mathematics: In Secondary Shooles. Iowa: Wn. C. Brown Company Publishers.

Dahar, R.W.. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Dedikbud P2LPTK. Diezmann C M. Assessing Learning

From Mathematical Inquiry: Challenges For Students,Teachers And Researchers. Proceedings Mathematical Association of Victoria Conference, 2004 .pages 80-85, Melbourne.

(9)

Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ... 24 Goos, M. 2004. Learning mathematics in

a classroom community of inquiry. Jurnal for Research in mathematic education 2004 vol 35 no 4 258 -291

Suherman, E. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia

Hudojo, H. 2005. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika.

Malang: PPS UM.

Hunter R. Changing roles and identities in the construction of a community of mathematical inquiry. J Math Teacher Educ (2010) 13:397–409

Jaworski, B. Theory And Practice In Mathematics

Teachingdevelopment: Critical Inquiry As A Mode Of Learning In Teaching. Journal of Mathematics Teacher Education (2006) 9:187–211

Jones, K., et al. 2009. Esstablising a professional development network to support techers using dynamic mathemathic software GeoGebra. Proceeding of the British Society for reseach into Learning Mathematics, 29(I), 97-102

Knuth, E. J. 2000. Student Understanding of Cartesian Connection: An Exploratory Study. Jurnal for Research in mathematic education 2000 vol 31 no 4 500 - 507

Leikin R & Rota S. Learning through Teaching:A Case Study on

theDevelopment of a Mathematics Teacher's Proficiency in Managingan Inquiry-Based Classroom. Mathematics Education Research Joumal 2006,Vol.18,No.3,44-68

Lewis, Chaterine. 2002. Lesson Study : A handbook of techer-Led

Instructional Change.

Philadelphia, PA: Reseach for better School, Inc.

Makar, K. “Connection Levers”: Developing Teachers’ Expertise

with

Mathematical Inquiry.

Proceedings of the 30th annual conference of the Mathematics Education Research Group of Australasia Mathematics: Essential Research, Essential Practice — 2007 Volume 2 page 483- 492

Muhsetyo, G, 2004. Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi, Jurnal Matematika Tahun X, Nomor 2, Agustus 2009

Mukminan. 2003. Pembelajaran Tuntas. Jakarta: Depdiknas.

Pa’is. 2009. Peningkatan Penguasaan

Konsep Volume Bangun Ruang Dengan Metode Penemuan Terbimbing Berkelompok di Mts

Darussa’adah Gubugklakah

Kecamatan Poncokusumo

Kabupaten Malang: PPs UM

(10)

Arifin: penerapan model penemuan terbimbing ... 25

& Technology Education,2008, 4(4), 347-357

Sikko S A, . Lyngved & Pepin. 2010. Working with Mathematics and Science teachers on inquirybased learning (IBL) approaches: Teacher beliefs. Visions Coference Teacher Education Vol. 6 Nr. 1 Art. 17

Subanji. 2013. Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif, Penerbit Universitas Negeri Malang

Subanji, 2014. Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Berbasis Project Lesson Study. FMIPA UM

Taufik, A. 2012. Penggunaan media pembelajaran Berbasis Komputer pada mata pelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa kelas VII-B SMPN 2 Jogoroto Jombang Tahun pelajaran 2011/2012.

Jurnal Riset Pendidikan dan Pembelajran Vol III (11), 1236-1245

Van de Walle, J.A..1990. Elementary School Mathematics: Teaching Developmentally. New York: Longman.

Yunari, N. 2012. Increasing the achievement og fraction Material in Mathematic Subject by Discovery Learning At Third Year Sudent of SDN 1 Wonorejo Tulungagung. Jurnal Riset Pendidikan dan Pembelajran Vol III (11), 1220-1226

Biografi Penulis

Arifin, M.Pd

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan cara : (1) Guru menyiapkan serangkaian pertanyaan yang dapat membimbing siswa

Besar pengaruh penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing ( guided discovery ) berbantuan powerpoint terhadap hasil belajar matematika materi.. trigonometri siswa

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing berbantuan media graphmatica memberi pengaruh terhadap hasil belajar siswa

Pembelajaran dengan penerapan pembelajaran metode penemuan terbimbing di SMP Laboratorium UM Kota Malang dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa jika

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII C SMP Negeri

perbedaan rerata yang signifikan, dengan melihat rata-rata hasil belajar pada kelompok model penemuan terbimbing diperoleh hasil belajar siswa kelompok kreativitas

Salah satu bentuknya disebut Guided discovery lesson pelajaran dengan penemuan terpimpin.7 Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model penemuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemahaman konsep matematis siswa menerapkan model penemuan terbimbing lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa dengan