49
Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan RintoEFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN SCAFFOLDING TERHADAP
PENINGKATAN ACADEMIC SELF-EFFICACY DAN PENGUASAAN
KONSEP DASAR IPA MAHASISWA PGSD
Leo Muhammad Taufik dan Rinto
Program Studi Pendidikan IPA Universitas Muhammadiyah Cirebon Email : leo.mt@umc.ac.id
ABSTRAK
Sejumlah fakta di lapangan terkait rendahnya keyakinan diri mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) dalam menyelesaikan tugas akademis dan penguasaan konsep IPA melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis seberapa besar efektivitas penerapan strategi pembelajaran scaffolding terhadap peningkatan academic self efficacy dan penguasaan konsep dasar IPA mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Bentuk dukungan strategis diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berjenjang sesuai dengan kerangka kerja Taksonomi Bloom Revisi. Penelitian ini melibatkan satu kelas mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Konsep Dasar IPA yaitu sebanyak 27 orang mahasiswa prodi PGSD tahun akademik 2017/2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pre-experiment dengan desain one group pre-test- post-test. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kuesioner yang diadaptasi dari academic self-efficacy scale (ASES) yang dikembangkan dengan mengacu pada dimensi self-efficacy menurut Bandura. Sebanyak 72 item terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif digunakan untuk menjaring data academic self-efficacy mahasiswa. Penguasaan konsep mahasiswa tentang subkonsep Biologi dijaring menggunakan 40 soal pilihan ganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada variabel ASE dan penguasaan konsep dasar IPA subkonsep Biologi mahasiswa PGSD secara signifikan ditinjau dari nilai N-gain dan hasil t-test. Kecenderungan data menunjukkan terdapat peningkatan tingkat ASE pada kategori tinggi sebesar 3,7%. Peningkatan pada tingkat ASE sedang sebesar 3,7% sedangkan pada tingkat rendah terjadi penurunan sebesar 22,2%. Secara empirik scaffolding pertanyaan meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dengan rata-rata N-gain sebesar 0,7 termasuk kategori tinggi. Pertanyaan berjenjang yang diajukan oleh dosen selama mahasiswa membaca textbook
memfasilitasi mereka untuk menyiapkan mental untuk menyerap informasi secara lebih efektif dengan demikian keyakinan terhadap kemampuan diri dan penguasaan konsep cenderung meningkat.
50
Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto PENDAHULUANIlmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan esensial dalam kehidupan manusia. Kepentingan IPA dalam kehidupan manusia disebabkan
karena kehidupan manusia begitu
tergantung pada alam. Sebagai salah satu rumpun ilmu, IPA memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari rumpun ilmu lain. Ilmu Pengetahuan Alam seringkali diidentikkan dengan sains, dalam beberapa literatur para ahli menyamaartikan sains dengan IPA (Hikmawati & Taufik, 2017). Dinamika kehidupan yang kompetitif menuntut upaya penegakkan pendidikan sains untuk membangun literasi sains. Literasi sains merupakan gabungan dua kata dalam bahasa Latin yaitu literatus dan
scientia. Literatus berarti ditandai dengan huruf, melek huruf atau berpendidikan, sedangkan scientia artinya memiliki pengetahuan (Toharudin, et al., 2011). Sebagai aspek penting dalam memenuhi kecakapan hidup, kemampuan literasi sains dipengaruhi oleh banyak faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemampuan literasi sains menurut Wardhani (2015) adalah efikasi diri ( self-efficacy).
Konsep tentang efikasi diri yang berkaitan erat dengan kegiatan dan pencapaian akademis disebut academic self efficacy (ASE). Menurut Bandura
(1995: 203), “perceive academic self-efficacy
is defined as personal jugdments of one’s
capabilities to organize and execute courses of action to attain designated types of
educational performances”. Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Bandura mengenai ASE dapat diungkap bahwa tingkat keyakinan diri mengarah pada aktivitas pengaturan diri sendiri ( self-regulation) untuk mememenuhi harapan akademisnya. Santrock (2008: 155), yang mengungkapkan bahwa siswa yang berprestasi tinggi merupakan siswa yang mampu meregulasi dirinya. Keyakinan
diri mempengaruhi strategi berpikir
individu, apakah optimis maupun
pesimis. Keyakinan diri juga
mempengaruhi tindakan individu untuk memilih tantangan dan tujuan yang mereka tetapkan untuk diri mereka sendiri dan komitmen yang mereka sepakati dengan pribadi mereka masing-masing.
Urgensi menumbuhkan academic
self efficacy (ASE) mahasiswa dalam menguasai konsep-konsep dasar IPA
khususnya subkonsep Biologi
didasarkan pada fakta yang ditemui di lapangan serta hasil kajian teoritik. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui teknik survei menunjukkan
bahwa mahasiswa PGSD memiliki
persepsi yang keliru tentang IPA. Sebagian besar mahasiswa calon guru SD di Universitas Muhammadiyah Cirebon menganggap IPA sebagai pelajaran yang sulit dan dihindari. Penjaringan data
ASE dengan menggunakan Academic Self
Efficacy Scale (ASES) juga menunjukkan tingkat keyakinan diri yang tergolong rendah pada dimensi Level dan Generality
(Taufik, 2018). Persepsi diri mahasiswa tentang kemampuan mereka memberi pengaruh yang sangat kuat terhadap
pencapaian tugas akademiknya.
Sebagaimana Bandura (1984)
menekankan bahwa persepsi siswa tentang kemampuannya mempengaruhi cara berperilaku, cara berpikir serta
reaksi emosional mereka dalam
menghadapi situasi yang sulit. Persepsi yang keliru tentang IPA dan rendahnya tingkat keyakinan terhadap mata kuliah Konsep Dasar IPA berdampak pada
efikasi diri mahasiswa terhadap
pembelajaran IPA. Academic self efficacy
mahasiswa calon guru SD secara nyata mempengaruhi self-efficacy mengajarnya di masa depan (Rohaan et al., 2012; Yilmaz-Tuzun, 2008). Pengaruh nyata
academic self-efficacy mahasiswa calon guru IPA SD terhadap self efficacy
51
Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto langkah efektif. Langkah efektif yangdisarankan oleh Pajares (2002) dalam menyikapi korelasi positif antara ASE terhadap efikasi mengajar yaitu dengan melatih calon guru sains dasar untuk
mendapatkan informasi dasar,
keterampilan dan kompetensi untuk mengatasi ketidakmampuan kinerja.
Sebagai seorang profesional, guru memiliki peran besar dalam mendukung
profesionalismenya. Tutor (2008)
menegaskan bahwa guru memiliki peran dalam membentuk academic self-efficacy
siswa. Permasalahannya adalah
terbentuknya academic self efficacy dalam diri seseorang tidak serta merta muncul dengan sendirinya secara instan dan spontan tetapi membutuhkan proses panjang dan kompleks, oleh karena itu pembentukan academic self efficacy pada
mahasiswa perlu dilakukan secara
bertahap dan berkesinambungan melalui strategi yang tepat salah satunya melalui
scaffolding.
Gagasan tentang strategi
scaffolding pertama kali dicetuskan oleh Lev Vygotsky (1978), scaffolding pada
dasarnya merupakan strategi
pembelajaran yang berupa pemberian sejumlah bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberi kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya secara mandiri. Berdasarkan teori Vygotsky
dapat dikatakan bahwa scaffolding
bersifat temporer artinya apabila
kemampuan peserta didik telah
berkembang maka porsi bantuan secara
berangsur-angsur harus dikurangi,
seiring dengan peningkatan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas secara mandiri.
Terdapat beragam jenis scaffolding
yang disarankan oleh para ahli untuk mendukung pembelajaran siswa, namun tidak ada konsensus tentang model baku
scaffolding (Fisher & Frey, 2010). Dalam
konteks pendidikan, dukungan
pembelajaran yang dapat diberikan kepada siswa dapat diimplementasikan
berupa strategi pembelajaran,
keragaman model pembelajaran,
bimbingan guru terhadap pengalaman belajar siswa, fasilitas pembelajaran dan iklim belajar (Taufik & Rinto, 2018). Pada
penelitian ini bentuk scaffolding
dirancang berupa pemberian contoh (giving examples), umpan balik (feedback), klarifikasi (clarification), pemodelan (modelling) yang dikemas dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk mengarahkan mahasiswa menguasai konsep-konsep
penting ketika membaca textbook.
Sebagaimana pendapat Chin (2007) yang menyatakan bahwa pertanyaan dapat membantu mengarahkan siswa pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pertanyaan berjenjang diberikan sesuai kerangka kerja Taksonomi Bloom revisi (Anderson & Krathwohl, 2001) yang diorganisasikan ke dalam enam level (mengingat, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi dan menciptakan).
Pertanyaan berjenjang mewakili cara
pragmatis untuk merancang tugas
berpikir tingkat tinggi melalui teknik
scaffolding (McKinnon, 2012).
Potensi ASE dalam
mempengaruhi kegiatan dan pencapaian akademik seseorang sebagaimana telah dilaporkan dalam penelitian-penelitian
terdahulu melatarbelakangi
dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi dampak penerapan strategi scaffolding
pertanyaan terhadap tingkat ASE dan penguasaan konsep mahasiswa. Hasil penelitian tentang penerapan strategi
scaffolding terhadap academic self-efficacy
mahasiswa calon guru SD dalam membaca textbook diharapkan dapat
menjadi sumber rujukan bagi
52
Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto yang memfasilitasi kemampuan literasisains mahasiswa.
METODE
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya, yaitu antara variabel strategi pembelajaran scaffolding
terhadap academic self efficacy dan penguasaan konsep mahasiswa PGSD. Bagian dari populasi yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini terdiri dari satu kelompok mahasiswa (satu kelas) semester dua tahun akademik 2018/2019 yang mengambil mata kuliah
Konsep Dasar IPA sebanyak 27
mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik kuesioner yang dikembangkan dengan menggunakan skala Likert yang dimodifikasi menjadi
empat alternatif jawaban untuk
menghindari jawaban ragu-ragu dari
responden. Tiga indikator yang
digunakan sebagai titik tolak
penyusunan item-item dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang menggunakan
pedoman skala Likert. Untuk
kepentingan analisis data secara
kuantitatif maka pilihan jawaban
dinyatakan dengan empat pilihan yang bergradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Gradasi pilihan jawaban disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung (favorable) ataupun yang tidak mendukung (unfavorable).
Sebagai variabel penelitian, ASE dijabarkan menjadi indikator variabel yang pengembangannya mengacu pada skala untuk mengukur persepsi atau keyakinan mahasiswa sesuai dimensi efikasi menurut Bandura (1995) yang terdiri dari tingkat kesulitan tugas (level or magnitude), tingkat kekuatan (strength)
dan kemantapan terhadap keyakinan (generality). Variabel penguasaan konsep diukur dengan menggunakan 40 soal pilihan ganda dengan jenjang kognitif C2-C4 mengacu pada Revisi Taksonomi Bloom (Anderson & Krathwohl, 2001).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penjaringan data pre-test
bertujuan untuk memperoleh gambaran ilmiah tentang kondisi awal mahasiswa sebelum diberi perlakuan yang berupa
scaffolding pertanyaan dalam membaca
textbook. Variabel academic self-efficacy
diukur menggunakan skala persepsi yang merujuk pada Bandura (1995), terdiri dari tiga indikator (level, strength
dan generality). Ketiga indikator skala efikasi diri dikembangkan lagi menjadi
masing-masing tiga sub-indikator
sehingga diperoleh sembilan
sub-indikator. Masing-masing sub-indikator terbagi menjadi dua sub-sub indikator. Satu sub-indikator diwakili oleh dua pernyataan positif dan dua pernyataan dalam bentuk negatif, sehingga total pernyataan adalah 72. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui statistika deskriptif diperoleh data sebagaimana tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1.
Hasil Analisis Perbandingan Statistika Deskriptif Academic Self-Efficacy
sebagian besar mahasiswa PGSD
memiliki tingkat ASE yang rendah
sebelum pembelajaran dengan
menerapkan strategi scaffolding.
Perbandingan persentase hasil
kategorisasi tingkat ASE sebelum dan setelah implementasi upaya scaffolding
53
Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan RintoTabel 2.
Kecenderungan data menunjukkan
terdapat peningkatan tingkat ASE pada
kategori tinggi sebesar 3,7%.
Peningkatan pada tingkat ASE termasuk kategori sedang sebesar 3,7% sedangkan pada tingkat rendah terjadi penurunan sebesar 22,2%.
Korelasi antara hasil pre-test
dengan post-test dianalisis melalui
pengujian paired samples correlation yang ditunjukkan pada Tabel 3. Nilai korelasi diantara kedua data tes yaitu 0,911 dengan signifikansi 0,000. Nilai tersebut mengindikasikan adanya korelasi yang tinggi antara pre-test dengan post-test
dalam variabel ASE.
Tabel 3.
Perbedaan signifikan antara hasil
pre-test dengan post test menentukan
apakah terdapat pengaruh strategi
scaffolding terhadap ASE. Nilai t hitung
sebesar 11,099 (α = 0,05) dengan
signifikansi 0,000 dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara skor pretest dengan skor posttest ASE. Temuan hasil uji paired sample t-test
(Tabel 3) secara statistik menunjukkan bahwa tingkat ASE telah meningkat
secara signifikan setelah melalui
rangkaian upaya scaffolding dalam
pembelajaran khususnya ketika
mahasiswa dihadapkan pada textbook.
Pengukuran efektivitas strategi
scaffolding terhadap penguasaan konsep mahasiswa ditinjau dari pencapaian rata-rata skor post-test yang diperbandingkan
dengan skor pre-test melalui
pengukuran indeks gain (N-gain). Hasil rekapitulasi data pre-test menunjukkan bahwa skor rata-rata penguasaan konsep dasar IPA subkonsep Biologi mahasiswa PGSD yaitu 16,03 dengan skor minimal 4 dan skor maksimal 23. Berdasarkan perolehan nilai pre-test diketahui bahwa rata-rata mahasiswa PGSD memiliki tingkat penguasaan konsep dasar IPA yang tegolong rendah.
Tabel 4.
Visualisasi distribusi data
kategorisasi N-gain mahasiswa calon guru SD dapat dilihat pada Gambar 1. Secara empirik kategorisasi indeks gain
menunjukkan bahwa setelah
pembelajaran melalui scaffolding
pertanyaan berjenjang selama
mahasiswa membaca textbook, terjadi
peningkatan penguasaan konsep
mahasiswa calon guru SD dengan rata-rata N-gain 0,7 termasuk kategori tinggi.
17; 63% 10; 37%
0; 0%
54
Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan RintoGambar 1.
Persentase Kategori Indeks Gain Mahasiswa pada Subkonsep Biologi
Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa
peningkatan penguasaan konsep
sebagian besar (63%) mahasiswa
termasuk kategori tinggi, sedangkan 37% lainnya termasuk kategori sedang.
Pembahasan
Self efficacy merupakan proses motivasi yang sangat penting untuk pencapaian kemampuan akademik yang lebih baik seperti kemampuan membaca pemahaman. Variasi bentuk dukungan (alat scaffolding) yang diberikan oleh dosen tergantung pada kemampuan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan. Dalam penelitian ini bentuk dukungan diimplementasikan berupa pertanyaan berjenjang sesuai dengan jenjang kognitif
menurut revisi Taksonomi Bloom’s.
Pertanyaan yang diajukan kepada
mahasiswa saat membaca textbook
membuat siswa terlibat aktif dengan teks. Keterlibatan aktif mahasiswa dengan bacaan memberi kesiapan mental untuk menyerap informasi secara lebih efektif, dengan demikian keyakinan
terhadap kemampuan diri dan
penguasaan konsep cenderung
meningkat. Kepercayaan penuh terhadap kemampuan diri memperkuat kontrol membaca strategis.
Scaffolding pertanyaan yang disusun secara berjenjang sesuai dengan level kognitif mahasiswa calon guru SD
membantu mereka percaya bahwa
mereka dapat membangun pengetahuan sendiri melalui bacaan yang disediakan.
Pertanyaan berjenjang yang
dikembangkan oleh dosen selaku
pemangku mata kuliah Konsep Dasar IPA subkonsep Biologi, secara empirik dibuktikan dalam penelitian ini mampu meningkatkan persepsi diri mahasiswa calon guru SD sebagai pembaca.
Chairiyati (2013) bahwa self-efficacy
berkontribusi positif terhadap prestasi akademik. Selain itu dalam penelitian tersebut dilaporkan bahwa prestasi akademik dapat diprediksi dengan ASE.
Temuan dari penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian
Aagard, et al (2014) yang menemukan bahwa 63,2% siswa dengan self-efficacy
yang tinggi menunjukkan bahwa mereka benar-benar membaca buku teks ketika ditugaskan. Siswa dengan self-efficacy
rendah cenderung percaya bahwa
membaca buku teks tidak diperlukan. Menurut penelitian tersebut, siswa yang memiliki self-efficacy akademik di bawah rata-rata secara signifikan kurang terlibat dalam strategi yang dapat membantu mereka untuk berhasil dalam membaca
buku. Menurut Schunk (2003),
peningkatan ASE secara positif
berhubungan dengan penggunaan
strategi dan keterampilan akademik. Penggunaan strategi dan keterampilan
akademik yang dimaksud pada
penelitian ini berkaitan dengan strategi membaca dan keterampilan berpikir.
Kepercayaan mahasiswa terhadap
keberhasilannya dalam mata kuliah
Konsep Dasar IPA memfasilitasi
beberapa perilaku positif seperti
manajemen waktu yang lebih baik, ketekunan dalam menghadapi situasi sulit (Kurien, 2011) serta berkomitmen untuk menghadapi tugas-tugas sampai selesai, tidak peduli sesulit apapun tugas yang sedang ia hadapi.
Kepercayaan untuk berhasil dalam
menghadapi sesuatu cenderung
menimbulkan perasaan positif,
sedangkan kegagalan menghasilkan
emosi negatif. Academic self-efficacy juga membuat siswa merasa termotivasi dan
memiliki ketertarikan untuk
mengerjakan tugas atau menghindari tugas tertentu yang mereka tidak
percaya diri dalam melakukannya
55
Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rintoself-efficacy memberi kepercayaan diri pada siswa untuk mengontrol situasi akademik yang berbeda. Pengontrolan situasi akademik tentu akan berdampak
pada penggunaan waktu yang
dibutuhkan siswa untuk mengerjakan setiap tugas akademiknya. Siswa yang memiliki self-efficacy akademik tinggi akan menggunakan lebih banyak strategi kognitif yang berguna dalam belajar, mengatur waktu dan mengatur usaha mereka sendiri dalam menyelesaikan tugas.
Pertanyaan berjenjang yang
diajukan dosen mampu mengarahkan proses kognitif mahasiswa ketika terlibat dengan bacaan. Temuan ini menegaskan penelitian Hikmawati (2014) bahwa pertanyaan membuat siswa terlibat
dalam beberapa proses yang
memerlukan interaksi lebih dalam
dengan teks. Pentingnya mengajukan pertanyaan pada diri sendiri sebelum, selama dan setelah membaca bertujuan untuk mengarahkan pembaca agar secara aktif membangun makna dengan memproses teks secara lebih dalam dan membangun pengetahuan dari teks tersebut. Rangkaian scaffolding yang diberikan selama mahasiswa berinteraksi dengan bacaan terdiri dari giving examples, clarification, prompt dan modellig,
masing-masing memiliki tujuan dan peran tersendiri. Giving examples atau
pemberian contoh berperan dalam
membantu pemahaman mahasiswa dan membantu mereka untuk belajar secara aktif. Clarification, memberi penguatan terhadap pemahaman mereka tentang bacaan. Prompt yang diberikan oleh
dosen, “...can help them learn the structure of the paragraph so they can complete the
task by themselves” (Yantaprakorn, et al.,
2013: 292). Modelling membantu
mahasiswa dalam membangun
kepercayaan diri yang lebih ketika memahami teks.
Berdasarkan temuan dari
penelitian ini, direkomendasikan bahwa
scaffolding secara eksplisit digunakan dalam pembelajaran untuk mendukung
pembelajaran efektif. Scaffolding
pertanyaan memungkinkan dosen untuk
membimbing dan memfasilitasi
mahasiswa selama aktivitas membaca.
Bentuk scaffolding yang diterapkan
selama mahasiswa membaca textbook membantu mereka dalam memahami dan belajar dari teks jenis naratif dan ekspositori (Clark & Graves, 2003). Dalam menerapkan strategi scaffolding, sebaiknya mempertimbangkan data awal
tentang kemampuan akademis
mahasiswa sebagai tolak ukur dalam
menentukan langkah dukungan
selanjutnya. Efektivitas penerapan
scaffolding dapat digeneralisasikan jika melibatkan subjek penelitian dalam jumlah yang lebih banyak.
KESIMPULAN
Setelah pembelajaran melalui strategi
scaffolding pertanyaan berjenjang, tingkat
ASE mahasiswa PGSD mengalami
peningkatan pada setiap kategori
(rendah, sedang dan tinggi). Variabel
penguasaan konsep dasar IPA
subkonsep Biologi mahasiswa PGSD
secara signifikan mengalami
peningkatan ditinjau dari nilai N-gain dan hasil t-test. Pertanyaan berjenjang yang diajukan oleh dosen selama
mahasiswa membaca textbook
memfasilitasi mereka untuk menyiapkan mental untuk menyerap informasi secara lebih efektif dengan demikian keyakinan
terhadap kemampuan diri dan
penguasaan konsep cenderung
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Aagaard, L. Skidmore, R.L. Conner, T.V.
56
Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan RintoMorehead State University. Conference on Higher Education Pedagogy.
Alegre, A.A. (2014). “Academic Self -Efficacy, Self-regulated Learning and Academic Performance in First-year
University students,” Propositos y Representaciones, Vol. 2 (1), 79-120.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.
(2001). “A Taxonomy for Learning,
Teaching, and Assesing; A revision
of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives,” New York : Addison
Wesley Longman Inc.
Bandura, Albert. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological bulletin, (84) hlm. 194-215.
Bandura, Albert. (1995). Self-efficacy in Changing Societies. New York: Cambridge University.
Bandura, Albert. (1997). “Self-efficacy:
The exercise of control,”New York: Freeman.
Chairiyati, L.R., “Hubungan antara Self -Efficacy Akademik dan Konsep Diri Akademik dengan Prestasi
Akademik”. HUMANIORA, Vol. 4
(2), 1125-1133.
Chin, C. (2007).“Teacher Questioning in
Science Classroom : Approaches that Stimulate Productive Thinking,”
Journal of Research in Science Teaching, Vol. 44, 815-843.
Clark, K.F. & Graves, M.F. Scaffolding
students’ comprehension of text. The
Freading Teacher, 58 (6), 570-580.
Fisher, D. & Frey, N., “Identifying
instuctional moves during guided
learning,” The Reading Teacher, 64 (2),
84-94. Hikmawati, V.Y. (2014).
“Profil Retensi Pengetahuan Siswa
SMA pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh melalui Metode Membaca
SQ5R,” Journal Bioeducatio, Vol. 1 (1), 55-63.
Kurien, S.K. (2011). The Relation
Between Teachers’ Personal Teaching Efficacy and Students’
Academic Efficacy for Science and Inquiry Science. Dissertation: The Graduate College at the University of Nebraska. Nebraska : Proquest LLC.
Mckinnon, J.L. “Effect of Scaffolding Higher Order Thinking Questions on Reader Self-Efficacy and Critical Thinking of Sixth Grade Students,” Dissertation,
Departement of Education and Educational Psychology, Western Connecticut State University.
Pajares, F. (2002). Overview of Social Cognitive Theory and of Self-Efficacy.
Emory University. [Online]. Tersedia : http:
www//emory.edu/EDUCATION /mfp/eff.htm.
Rohaan, E., Taconis, R., & Jochems, W. (2012). Analysing teacher knowledge for technology education in primary schools. International Journal of Technology and Design Education, 22(3), 271–280.
Santrock, J. (2008). “Psikologi
Pendidikan,” Edisi Kedua. Jakarta:
Kencana Media Group.
57
Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto Taufik, L.M., & Hikmawati, V.Y. (2017).Gagasan Pembelajaran Masa Depan. Bio Educatio. Proceeding Seminar Nasional Pendidikan IPA I : Penguatan Kemampuan Guru IPA dalam Pembelajaran Berbasis
Literasi Sains. Universitas Pancasakti Tegal. Hlm. 69-81.
Taufik, L.M. (2018). Academic Self-Efficacy
Mahasiswa Calon Guru Sd Dalam Pembelajaran Konsep Dasar IPA Subkonsep Biologi. Jurnal Bio Educatio, Vol. 3 (1).
Taufik, L.M. & Rinto. (2018). Efectiveness of Scaffolding to Promote Academic Self Efficacy of Preservice
Elementary Teacher. Proceeding International Conference on Elementary Education (ICEE). Universitas Pendidikan Indonesia. Hlm. 554-562.
Toharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung : Humaniora.
Tuckman, B.W. & Monetti. (2011). “D.M
Psicología educativa,” México, DF.:Cengage Learning..
Vygotsky, L.S. (1978). Mind Society: The Development of Higher
Psychological Processes. Cambridge, MA : Harvard University Press.
Wardhani, Prayuningtyas Angger. (2015). Efikasi Diri dan Pemahaman Konsep IPA dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Sekolah Dasar Negeri Kota
Bengkulu. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol.6, Edisi 1.
Wells, G. Reevaluating the IRF sequence : A proposal for the articulation of
theories of activity and discourse for the analysis of teaching and learning in the classrom. Linguistic and
Education, 5, 1-37.
Yantraprakorn, Phutthraksa, Pornapit, Darawasang, et al. (2013).
“Enhancing Self Efficacy through
Scaffolding,”.
http://www.litu.tu.ac.th/journal/F LLTCP/Proceeding/284.pdf. 284-295.
Yilmaz-Tuzun, O. (2008). Preservice
elementary teachers’ beliefs about
science teaching. Journal of
Science Teacher Education,