• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN SCAFFOLDING TERHADAP PENINGKATAN ACADEMIC SELF-EFFICACY DAN PENGUASAAN KONSEP DASAR IPA MAHASISWA PGSD Leo Muhammad Taufik dan Rinto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN SCAFFOLDING TERHADAP PENINGKATAN ACADEMIC SELF-EFFICACY DAN PENGUASAAN KONSEP DASAR IPA MAHASISWA PGSD Leo Muhammad Taufik dan Rinto"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

49

Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN SCAFFOLDING TERHADAP

PENINGKATAN ACADEMIC SELF-EFFICACY DAN PENGUASAAN

KONSEP DASAR IPA MAHASISWA PGSD

Leo Muhammad Taufik dan Rinto

Program Studi Pendidikan IPA Universitas Muhammadiyah Cirebon Email : leo.mt@umc.ac.id

ABSTRAK

Sejumlah fakta di lapangan terkait rendahnya keyakinan diri mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) dalam menyelesaikan tugas akademis dan penguasaan konsep IPA melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis seberapa besar efektivitas penerapan strategi pembelajaran scaffolding terhadap peningkatan academic self efficacy dan penguasaan konsep dasar IPA mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Bentuk dukungan strategis diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berjenjang sesuai dengan kerangka kerja Taksonomi Bloom Revisi. Penelitian ini melibatkan satu kelas mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Konsep Dasar IPA yaitu sebanyak 27 orang mahasiswa prodi PGSD tahun akademik 2017/2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pre-experiment dengan desain one group pre-test- post-test. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kuesioner yang diadaptasi dari academic self-efficacy scale (ASES) yang dikembangkan dengan mengacu pada dimensi self-efficacy menurut Bandura. Sebanyak 72 item terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif digunakan untuk menjaring data academic self-efficacy mahasiswa. Penguasaan konsep mahasiswa tentang subkonsep Biologi dijaring menggunakan 40 soal pilihan ganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada variabel ASE dan penguasaan konsep dasar IPA subkonsep Biologi mahasiswa PGSD secara signifikan ditinjau dari nilai N-gain dan hasil t-test. Kecenderungan data menunjukkan terdapat peningkatan tingkat ASE pada kategori tinggi sebesar 3,7%. Peningkatan pada tingkat ASE sedang sebesar 3,7% sedangkan pada tingkat rendah terjadi penurunan sebesar 22,2%. Secara empirik scaffolding pertanyaan meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dengan rata-rata N-gain sebesar 0,7 termasuk kategori tinggi. Pertanyaan berjenjang yang diajukan oleh dosen selama mahasiswa membaca textbook

memfasilitasi mereka untuk menyiapkan mental untuk menyerap informasi secara lebih efektif dengan demikian keyakinan terhadap kemampuan diri dan penguasaan konsep cenderung meningkat.

(2)

50

Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan esensial dalam kehidupan manusia. Kepentingan IPA dalam kehidupan manusia disebabkan

karena kehidupan manusia begitu

tergantung pada alam. Sebagai salah satu rumpun ilmu, IPA memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari rumpun ilmu lain. Ilmu Pengetahuan Alam seringkali diidentikkan dengan sains, dalam beberapa literatur para ahli menyamaartikan sains dengan IPA (Hikmawati & Taufik, 2017). Dinamika kehidupan yang kompetitif menuntut upaya penegakkan pendidikan sains untuk membangun literasi sains. Literasi sains merupakan gabungan dua kata dalam bahasa Latin yaitu literatus dan

scientia. Literatus berarti ditandai dengan huruf, melek huruf atau berpendidikan, sedangkan scientia artinya memiliki pengetahuan (Toharudin, et al., 2011). Sebagai aspek penting dalam memenuhi kecakapan hidup, kemampuan literasi sains dipengaruhi oleh banyak faktor internal maupun eksternal. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemampuan literasi sains menurut Wardhani (2015) adalah efikasi diri ( self-efficacy).

Konsep tentang efikasi diri yang berkaitan erat dengan kegiatan dan pencapaian akademis disebut academic self efficacy (ASE). Menurut Bandura

(1995: 203), “perceive academic self-efficacy

is defined as personal jugdments of one’s

capabilities to organize and execute courses of action to attain designated types of

educational performances”. Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Bandura mengenai ASE dapat diungkap bahwa tingkat keyakinan diri mengarah pada aktivitas pengaturan diri sendiri ( self-regulation) untuk mememenuhi harapan akademisnya. Santrock (2008: 155), yang mengungkapkan bahwa siswa yang berprestasi tinggi merupakan siswa yang mampu meregulasi dirinya. Keyakinan

diri mempengaruhi strategi berpikir

individu, apakah optimis maupun

pesimis. Keyakinan diri juga

mempengaruhi tindakan individu untuk memilih tantangan dan tujuan yang mereka tetapkan untuk diri mereka sendiri dan komitmen yang mereka sepakati dengan pribadi mereka masing-masing.

Urgensi menumbuhkan academic

self efficacy (ASE) mahasiswa dalam menguasai konsep-konsep dasar IPA

khususnya subkonsep Biologi

didasarkan pada fakta yang ditemui di lapangan serta hasil kajian teoritik. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui teknik survei menunjukkan

bahwa mahasiswa PGSD memiliki

persepsi yang keliru tentang IPA. Sebagian besar mahasiswa calon guru SD di Universitas Muhammadiyah Cirebon menganggap IPA sebagai pelajaran yang sulit dan dihindari. Penjaringan data

ASE dengan menggunakan Academic Self

Efficacy Scale (ASES) juga menunjukkan tingkat keyakinan diri yang tergolong rendah pada dimensi Level dan Generality

(Taufik, 2018). Persepsi diri mahasiswa tentang kemampuan mereka memberi pengaruh yang sangat kuat terhadap

pencapaian tugas akademiknya.

Sebagaimana Bandura (1984)

menekankan bahwa persepsi siswa tentang kemampuannya mempengaruhi cara berperilaku, cara berpikir serta

reaksi emosional mereka dalam

menghadapi situasi yang sulit. Persepsi yang keliru tentang IPA dan rendahnya tingkat keyakinan terhadap mata kuliah Konsep Dasar IPA berdampak pada

efikasi diri mahasiswa terhadap

pembelajaran IPA. Academic self efficacy

mahasiswa calon guru SD secara nyata mempengaruhi self-efficacy mengajarnya di masa depan (Rohaan et al., 2012; Yilmaz-Tuzun, 2008). Pengaruh nyata

academic self-efficacy mahasiswa calon guru IPA SD terhadap self efficacy

(3)

51

Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto langkah efektif. Langkah efektif yang

disarankan oleh Pajares (2002) dalam menyikapi korelasi positif antara ASE terhadap efikasi mengajar yaitu dengan melatih calon guru sains dasar untuk

mendapatkan informasi dasar,

keterampilan dan kompetensi untuk mengatasi ketidakmampuan kinerja.

Sebagai seorang profesional, guru memiliki peran besar dalam mendukung

profesionalismenya. Tutor (2008)

menegaskan bahwa guru memiliki peran dalam membentuk academic self-efficacy

siswa. Permasalahannya adalah

terbentuknya academic self efficacy dalam diri seseorang tidak serta merta muncul dengan sendirinya secara instan dan spontan tetapi membutuhkan proses panjang dan kompleks, oleh karena itu pembentukan academic self efficacy pada

mahasiswa perlu dilakukan secara

bertahap dan berkesinambungan melalui strategi yang tepat salah satunya melalui

scaffolding.

Gagasan tentang strategi

scaffolding pertama kali dicetuskan oleh Lev Vygotsky (1978), scaffolding pada

dasarnya merupakan strategi

pembelajaran yang berupa pemberian sejumlah bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberi kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya secara mandiri. Berdasarkan teori Vygotsky

dapat dikatakan bahwa scaffolding

bersifat temporer artinya apabila

kemampuan peserta didik telah

berkembang maka porsi bantuan secara

berangsur-angsur harus dikurangi,

seiring dengan peningkatan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas secara mandiri.

Terdapat beragam jenis scaffolding

yang disarankan oleh para ahli untuk mendukung pembelajaran siswa, namun tidak ada konsensus tentang model baku

scaffolding (Fisher & Frey, 2010). Dalam

konteks pendidikan, dukungan

pembelajaran yang dapat diberikan kepada siswa dapat diimplementasikan

berupa strategi pembelajaran,

keragaman model pembelajaran,

bimbingan guru terhadap pengalaman belajar siswa, fasilitas pembelajaran dan iklim belajar (Taufik & Rinto, 2018). Pada

penelitian ini bentuk scaffolding

dirancang berupa pemberian contoh (giving examples), umpan balik (feedback), klarifikasi (clarification), pemodelan (modelling) yang dikemas dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk mengarahkan mahasiswa menguasai konsep-konsep

penting ketika membaca textbook.

Sebagaimana pendapat Chin (2007) yang menyatakan bahwa pertanyaan dapat membantu mengarahkan siswa pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pertanyaan berjenjang diberikan sesuai kerangka kerja Taksonomi Bloom revisi (Anderson & Krathwohl, 2001) yang diorganisasikan ke dalam enam level (mengingat, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi dan menciptakan).

Pertanyaan berjenjang mewakili cara

pragmatis untuk merancang tugas

berpikir tingkat tinggi melalui teknik

scaffolding (McKinnon, 2012).

Potensi ASE dalam

mempengaruhi kegiatan dan pencapaian akademik seseorang sebagaimana telah dilaporkan dalam penelitian-penelitian

terdahulu melatarbelakangi

dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi dampak penerapan strategi scaffolding

pertanyaan terhadap tingkat ASE dan penguasaan konsep mahasiswa. Hasil penelitian tentang penerapan strategi

scaffolding terhadap academic self-efficacy

mahasiswa calon guru SD dalam membaca textbook diharapkan dapat

menjadi sumber rujukan bagi

(4)

52

Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto yang memfasilitasi kemampuan literasi

sains mahasiswa.

METODE

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya, yaitu antara variabel strategi pembelajaran scaffolding

terhadap academic self efficacy dan penguasaan konsep mahasiswa PGSD. Bagian dari populasi yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini terdiri dari satu kelompok mahasiswa (satu kelas) semester dua tahun akademik 2018/2019 yang mengambil mata kuliah

Konsep Dasar IPA sebanyak 27

mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik kuesioner yang dikembangkan dengan menggunakan skala Likert yang dimodifikasi menjadi

empat alternatif jawaban untuk

menghindari jawaban ragu-ragu dari

responden. Tiga indikator yang

digunakan sebagai titik tolak

penyusunan item-item dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang menggunakan

pedoman skala Likert. Untuk

kepentingan analisis data secara

kuantitatif maka pilihan jawaban

dinyatakan dengan empat pilihan yang bergradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Gradasi pilihan jawaban disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung (favorable) ataupun yang tidak mendukung (unfavorable).

Sebagai variabel penelitian, ASE dijabarkan menjadi indikator variabel yang pengembangannya mengacu pada skala untuk mengukur persepsi atau keyakinan mahasiswa sesuai dimensi efikasi menurut Bandura (1995) yang terdiri dari tingkat kesulitan tugas (level or magnitude), tingkat kekuatan (strength)

dan kemantapan terhadap keyakinan (generality). Variabel penguasaan konsep diukur dengan menggunakan 40 soal pilihan ganda dengan jenjang kognitif C2-C4 mengacu pada Revisi Taksonomi Bloom (Anderson & Krathwohl, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penjaringan data pre-test

bertujuan untuk memperoleh gambaran ilmiah tentang kondisi awal mahasiswa sebelum diberi perlakuan yang berupa

scaffolding pertanyaan dalam membaca

textbook. Variabel academic self-efficacy

diukur menggunakan skala persepsi yang merujuk pada Bandura (1995), terdiri dari tiga indikator (level, strength

dan generality). Ketiga indikator skala efikasi diri dikembangkan lagi menjadi

masing-masing tiga sub-indikator

sehingga diperoleh sembilan

sub-indikator. Masing-masing sub-indikator terbagi menjadi dua sub-sub indikator. Satu sub-indikator diwakili oleh dua pernyataan positif dan dua pernyataan dalam bentuk negatif, sehingga total pernyataan adalah 72. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui statistika deskriptif diperoleh data sebagaimana tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1.

Hasil Analisis Perbandingan Statistika Deskriptif Academic Self-Efficacy

sebagian besar mahasiswa PGSD

memiliki tingkat ASE yang rendah

sebelum pembelajaran dengan

menerapkan strategi scaffolding.

Perbandingan persentase hasil

kategorisasi tingkat ASE sebelum dan setelah implementasi upaya scaffolding

(5)

53

Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto

Tabel 2.

Kecenderungan data menunjukkan

terdapat peningkatan tingkat ASE pada

kategori tinggi sebesar 3,7%.

Peningkatan pada tingkat ASE termasuk kategori sedang sebesar 3,7% sedangkan pada tingkat rendah terjadi penurunan sebesar 22,2%.

Korelasi antara hasil pre-test

dengan post-test dianalisis melalui

pengujian paired samples correlation yang ditunjukkan pada Tabel 3. Nilai korelasi diantara kedua data tes yaitu 0,911 dengan signifikansi 0,000. Nilai tersebut mengindikasikan adanya korelasi yang tinggi antara pre-test dengan post-test

dalam variabel ASE.

Tabel 3.

Perbedaan signifikan antara hasil

pre-test dengan post test menentukan

apakah terdapat pengaruh strategi

scaffolding terhadap ASE. Nilai t hitung

sebesar 11,099 (α = 0,05) dengan

signifikansi 0,000 dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara skor pretest dengan skor posttest ASE. Temuan hasil uji paired sample t-test

(Tabel 3) secara statistik menunjukkan bahwa tingkat ASE telah meningkat

secara signifikan setelah melalui

rangkaian upaya scaffolding dalam

pembelajaran khususnya ketika

mahasiswa dihadapkan pada textbook.

Pengukuran efektivitas strategi

scaffolding terhadap penguasaan konsep mahasiswa ditinjau dari pencapaian rata-rata skor post-test yang diperbandingkan

dengan skor pre-test melalui

pengukuran indeks gain (N-gain). Hasil rekapitulasi data pre-test menunjukkan bahwa skor rata-rata penguasaan konsep dasar IPA subkonsep Biologi mahasiswa PGSD yaitu 16,03 dengan skor minimal 4 dan skor maksimal 23. Berdasarkan perolehan nilai pre-test diketahui bahwa rata-rata mahasiswa PGSD memiliki tingkat penguasaan konsep dasar IPA yang tegolong rendah.

Tabel 4.

Visualisasi distribusi data

kategorisasi N-gain mahasiswa calon guru SD dapat dilihat pada Gambar 1. Secara empirik kategorisasi indeks gain

menunjukkan bahwa setelah

pembelajaran melalui scaffolding

pertanyaan berjenjang selama

mahasiswa membaca textbook, terjadi

peningkatan penguasaan konsep

mahasiswa calon guru SD dengan rata-rata N-gain 0,7 termasuk kategori tinggi.

17; 63% 10; 37%

0; 0%

(6)

54

Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto

Gambar 1.

Persentase Kategori Indeks Gain Mahasiswa pada Subkonsep Biologi

Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa

peningkatan penguasaan konsep

sebagian besar (63%) mahasiswa

termasuk kategori tinggi, sedangkan 37% lainnya termasuk kategori sedang.

Pembahasan

Self efficacy merupakan proses motivasi yang sangat penting untuk pencapaian kemampuan akademik yang lebih baik seperti kemampuan membaca pemahaman. Variasi bentuk dukungan (alat scaffolding) yang diberikan oleh dosen tergantung pada kemampuan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan. Dalam penelitian ini bentuk dukungan diimplementasikan berupa pertanyaan berjenjang sesuai dengan jenjang kognitif

menurut revisi Taksonomi Bloom’s.

Pertanyaan yang diajukan kepada

mahasiswa saat membaca textbook

membuat siswa terlibat aktif dengan teks. Keterlibatan aktif mahasiswa dengan bacaan memberi kesiapan mental untuk menyerap informasi secara lebih efektif, dengan demikian keyakinan

terhadap kemampuan diri dan

penguasaan konsep cenderung

meningkat. Kepercayaan penuh terhadap kemampuan diri memperkuat kontrol membaca strategis.

Scaffolding pertanyaan yang disusun secara berjenjang sesuai dengan level kognitif mahasiswa calon guru SD

membantu mereka percaya bahwa

mereka dapat membangun pengetahuan sendiri melalui bacaan yang disediakan.

Pertanyaan berjenjang yang

dikembangkan oleh dosen selaku

pemangku mata kuliah Konsep Dasar IPA subkonsep Biologi, secara empirik dibuktikan dalam penelitian ini mampu meningkatkan persepsi diri mahasiswa calon guru SD sebagai pembaca.

Chairiyati (2013) bahwa self-efficacy

berkontribusi positif terhadap prestasi akademik. Selain itu dalam penelitian tersebut dilaporkan bahwa prestasi akademik dapat diprediksi dengan ASE.

Temuan dari penelitian ini

konsisten dengan hasil penelitian

Aagard, et al (2014) yang menemukan bahwa 63,2% siswa dengan self-efficacy

yang tinggi menunjukkan bahwa mereka benar-benar membaca buku teks ketika ditugaskan. Siswa dengan self-efficacy

rendah cenderung percaya bahwa

membaca buku teks tidak diperlukan. Menurut penelitian tersebut, siswa yang memiliki self-efficacy akademik di bawah rata-rata secara signifikan kurang terlibat dalam strategi yang dapat membantu mereka untuk berhasil dalam membaca

buku. Menurut Schunk (2003),

peningkatan ASE secara positif

berhubungan dengan penggunaan

strategi dan keterampilan akademik. Penggunaan strategi dan keterampilan

akademik yang dimaksud pada

penelitian ini berkaitan dengan strategi membaca dan keterampilan berpikir.

Kepercayaan mahasiswa terhadap

keberhasilannya dalam mata kuliah

Konsep Dasar IPA memfasilitasi

beberapa perilaku positif seperti

manajemen waktu yang lebih baik, ketekunan dalam menghadapi situasi sulit (Kurien, 2011) serta berkomitmen untuk menghadapi tugas-tugas sampai selesai, tidak peduli sesulit apapun tugas yang sedang ia hadapi.

Kepercayaan untuk berhasil dalam

menghadapi sesuatu cenderung

menimbulkan perasaan positif,

sedangkan kegagalan menghasilkan

emosi negatif. Academic self-efficacy juga membuat siswa merasa termotivasi dan

memiliki ketertarikan untuk

mengerjakan tugas atau menghindari tugas tertentu yang mereka tidak

percaya diri dalam melakukannya

(7)

55

Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto

self-efficacy memberi kepercayaan diri pada siswa untuk mengontrol situasi akademik yang berbeda. Pengontrolan situasi akademik tentu akan berdampak

pada penggunaan waktu yang

dibutuhkan siswa untuk mengerjakan setiap tugas akademiknya. Siswa yang memiliki self-efficacy akademik tinggi akan menggunakan lebih banyak strategi kognitif yang berguna dalam belajar, mengatur waktu dan mengatur usaha mereka sendiri dalam menyelesaikan tugas.

Pertanyaan berjenjang yang

diajukan dosen mampu mengarahkan proses kognitif mahasiswa ketika terlibat dengan bacaan. Temuan ini menegaskan penelitian Hikmawati (2014) bahwa pertanyaan membuat siswa terlibat

dalam beberapa proses yang

memerlukan interaksi lebih dalam

dengan teks. Pentingnya mengajukan pertanyaan pada diri sendiri sebelum, selama dan setelah membaca bertujuan untuk mengarahkan pembaca agar secara aktif membangun makna dengan memproses teks secara lebih dalam dan membangun pengetahuan dari teks tersebut. Rangkaian scaffolding yang diberikan selama mahasiswa berinteraksi dengan bacaan terdiri dari giving examples, clarification, prompt dan modellig,

masing-masing memiliki tujuan dan peran tersendiri. Giving examples atau

pemberian contoh berperan dalam

membantu pemahaman mahasiswa dan membantu mereka untuk belajar secara aktif. Clarification, memberi penguatan terhadap pemahaman mereka tentang bacaan. Prompt yang diberikan oleh

dosen, “...can help them learn the structure of the paragraph so they can complete the

task by themselves” (Yantaprakorn, et al.,

2013: 292). Modelling membantu

mahasiswa dalam membangun

kepercayaan diri yang lebih ketika memahami teks.

Berdasarkan temuan dari

penelitian ini, direkomendasikan bahwa

scaffolding secara eksplisit digunakan dalam pembelajaran untuk mendukung

pembelajaran efektif. Scaffolding

pertanyaan memungkinkan dosen untuk

membimbing dan memfasilitasi

mahasiswa selama aktivitas membaca.

Bentuk scaffolding yang diterapkan

selama mahasiswa membaca textbook membantu mereka dalam memahami dan belajar dari teks jenis naratif dan ekspositori (Clark & Graves, 2003). Dalam menerapkan strategi scaffolding, sebaiknya mempertimbangkan data awal

tentang kemampuan akademis

mahasiswa sebagai tolak ukur dalam

menentukan langkah dukungan

selanjutnya. Efektivitas penerapan

scaffolding dapat digeneralisasikan jika melibatkan subjek penelitian dalam jumlah yang lebih banyak.

KESIMPULAN

Setelah pembelajaran melalui strategi

scaffolding pertanyaan berjenjang, tingkat

ASE mahasiswa PGSD mengalami

peningkatan pada setiap kategori

(rendah, sedang dan tinggi). Variabel

penguasaan konsep dasar IPA

subkonsep Biologi mahasiswa PGSD

secara signifikan mengalami

peningkatan ditinjau dari nilai N-gain dan hasil t-test. Pertanyaan berjenjang yang diajukan oleh dosen selama

mahasiswa membaca textbook

memfasilitasi mereka untuk menyiapkan mental untuk menyerap informasi secara lebih efektif dengan demikian keyakinan

terhadap kemampuan diri dan

penguasaan konsep cenderung

meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Aagaard, L. Skidmore, R.L. Conner, T.V.

(8)

56

Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto

Morehead State University. Conference on Higher Education Pedagogy.

Alegre, A.A. (2014). “Academic Self -Efficacy, Self-regulated Learning and Academic Performance in First-year

University students,” Propositos y Representaciones, Vol. 2 (1), 79-120.

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.

(2001). “A Taxonomy for Learning,

Teaching, and Assesing; A revision

of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives,” New York : Addison

Wesley Longman Inc.

Bandura, Albert. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological bulletin, (84) hlm. 194-215.

Bandura, Albert. (1995). Self-efficacy in Changing Societies. New York: Cambridge University.

Bandura, Albert. (1997). “Self-efficacy:

The exercise of control,”New York: Freeman.

Chairiyati, L.R., “Hubungan antara Self -Efficacy Akademik dan Konsep Diri Akademik dengan Prestasi

Akademik”. HUMANIORA, Vol. 4

(2), 1125-1133.

Chin, C. (2007).“Teacher Questioning in

Science Classroom : Approaches that Stimulate Productive Thinking,”

Journal of Research in Science Teaching, Vol. 44, 815-843.

Clark, K.F. & Graves, M.F. Scaffolding

students’ comprehension of text. The

Freading Teacher, 58 (6), 570-580.

Fisher, D. & Frey, N., “Identifying

instuctional moves during guided

learning,” The Reading Teacher, 64 (2),

84-94. Hikmawati, V.Y. (2014).

“Profil Retensi Pengetahuan Siswa

SMA pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh melalui Metode Membaca

SQ5R,” Journal Bioeducatio, Vol. 1 (1), 55-63.

Kurien, S.K. (2011). The Relation

Between Teachers’ Personal Teaching Efficacy and Students’

Academic Efficacy for Science and Inquiry Science. Dissertation: The Graduate College at the University of Nebraska. Nebraska : Proquest LLC.

Mckinnon, J.L. “Effect of Scaffolding Higher Order Thinking Questions on Reader Self-Efficacy and Critical Thinking of Sixth Grade Students,” Dissertation,

Departement of Education and Educational Psychology, Western Connecticut State University.

Pajares, F. (2002). Overview of Social Cognitive Theory and of Self-Efficacy.

Emory University. [Online]. Tersedia : http:

www//emory.edu/EDUCATION /mfp/eff.htm.

Rohaan, E., Taconis, R., & Jochems, W. (2012). Analysing teacher knowledge for technology education in primary schools. International Journal of Technology and Design Education, 22(3), 271–280.

Santrock, J. (2008). “Psikologi

Pendidikan,” Edisi Kedua. Jakarta:

Kencana Media Group.

(9)

57

Efektivitas Strategi Pembelajaran Scaffolding Terhadap Peningkatan Academic Self-Efficacy dan Penguasaan Konsep Dasar IPA Mahasiswa PGSD- Leo Muhammad Taufik dan Rinto Taufik, L.M., & Hikmawati, V.Y. (2017).

Gagasan Pembelajaran Masa Depan. Bio Educatio. Proceeding Seminar Nasional Pendidikan IPA I : Penguatan Kemampuan Guru IPA dalam Pembelajaran Berbasis

Literasi Sains. Universitas Pancasakti Tegal. Hlm. 69-81.

Taufik, L.M. (2018). Academic Self-Efficacy

Mahasiswa Calon Guru Sd Dalam Pembelajaran Konsep Dasar IPA Subkonsep Biologi. Jurnal Bio Educatio, Vol. 3 (1).

Taufik, L.M. & Rinto. (2018). Efectiveness of Scaffolding to Promote Academic Self Efficacy of Preservice

Elementary Teacher. Proceeding International Conference on Elementary Education (ICEE). Universitas Pendidikan Indonesia. Hlm. 554-562.

Toharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung : Humaniora.

Tuckman, B.W. & Monetti. (2011). “D.M

Psicología educativa,” México, DF.:Cengage Learning..

Vygotsky, L.S. (1978). Mind Society: The Development of Higher

Psychological Processes. Cambridge, MA : Harvard University Press.

Wardhani, Prayuningtyas Angger. (2015). Efikasi Diri dan Pemahaman Konsep IPA dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Sekolah Dasar Negeri Kota

Bengkulu. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol.6, Edisi 1.

Wells, G. Reevaluating the IRF sequence : A proposal for the articulation of

theories of activity and discourse for the analysis of teaching and learning in the classrom. Linguistic and

Education, 5, 1-37.

Yantraprakorn, Phutthraksa, Pornapit, Darawasang, et al. (2013).

“Enhancing Self Efficacy through

Scaffolding,”.

http://www.litu.tu.ac.th/journal/F LLTCP/Proceeding/284.pdf. 284-295.

Yilmaz-Tuzun, O. (2008). Preservice

elementary teachers’ beliefs about

science teaching. Journal of

Science Teacher Education,

Referensi

Dokumen terkait

Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi yang terdapat pada buku Ekonomi (nilai yang ditanamkan: Kerja keras, Jujur, saling menghargai. Sumber dan Alat. Buku teks

Hasil penelitian al-Farghani buku yang berjudul harakat as-Samawiyya wa jawami Ilm an-Nujum (Asas-asas Ilmu bintang) yang berisi kajian bintang- bintang. Buku tersebut

Selain kepemimpinan kepala sekolah, kom- pensasi yang diterima guru juga merupakan faktor penting yang memotivasi kerja guru sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

World Health Organization (WHO) mendefinisikan unmet need adalah wanita yang ingin menunda kehamilan atau tidak ingin memiliki anak yang berikutnya tetapi

komunikasi yang baik tidak hanya kepada murid tetapi juga kepada orang tua sebagai bentuk kerja sama yang baik. Dari sini disimpulkan patut kiranya mendeskripsikan model

• Untuk menguji hipotesis komparatif k sampel berpasangan bila datanya berbentuk nominal digunakan teknik statistik : Chocran Q. • Untuk menguji hipotesis komparatif

Ketika dilarutkan dalam atau dicampur dengan bahan lain dan dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam EN374 silahkan hubungi suplier sarung tangan CE-resmi (misalnya