commit to user
i
TAHUN 2000-2010
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
SRI WAHYU RISTANTI
F0108118
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
THE ANALYSIS OF THE ENFLUENCE OF MACRO ECONOMICS VARIABLE TOWARDS JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) YEAR 2000-2010
SRI WAHYU RISTANTI F0108118
The purpose of the research is to analyze the influence of Macro Economics Variable towards Jakarta Islamic Index (JII). The Macro Economics variable from secondary data, they are Economic growth (GDP), Inflation, Exchange Rate, and Interest Rate of SBI. This file include data from July 2000 until December 2010 (126 Observations). The appointment value of observation is based on fluctuation occurred event at the research. The model used in the research are autoregressive Distributed Lag Model because there are Autocorrelation and heteroskedasticity when used Ordinary Least Square Model.
The result of analysis data shown that, by simultaneous test, the explanation variables were significant at 5% level. But, by individual test only exchange rate that significantly influence JII. So we can conclude that all variables in the model influence JII.
commit to user
commit to user
commit to user
v MOTTO
Ø
Everything is under Allah’s control, so take it easy and don’t be afraid,
Lillah.. for life and afterlife.
Ø
Every day is a great day, if you keep thanking to Allah.
Ø
Every person is special, just be who you are for your dream.
PERSEMBAHAN
I dedicate this specially for:
1. My Beloved Parent, Father, Mother n Grandma, who raised me
well and give me full of great day.
2. My beloved Sister n Brother, that sincerely be my finance source,
and teach me well.
3. My Great Dreams that helps me stand ‘till the end.
4. My Beloved Chensy’s occupants, my second family in Solo.
5. My Beloved friend on “cycle” group and my mentor.
6. My beloved ukthi and akhi who introduced me with “dakwah”
from 2005’s grade until 2011’s grade..(especially ASSET’08) and
I’m really sorry, for all my mistakes.
7. My beloved EP’s students, especially 2008’s grade.
commit to user
vi Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia,
segala nikmat, dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index Tahun 2000-2010”, sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, penulis dengan ini mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas segalanya.
2. Bapak Riwi Sumantyo, SE, ME, selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan saran terbaik dalam penulisan skripsi ini.
3. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
4. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat.
6. Segenap staff Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
7. Bapak Joko Nugroho, ME, selaku Pembimbing Akademik
8. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan
commit to user
vii Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta, Juni 2012
commit to user
viii
ABSTRAK... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... . iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... . vi
1. Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia... 6
2. Pasar Modal Syariah…………... 10
3. Saham Syariah... 11
4. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-Prinsip Syariah……. 14
5. Jakarta Islamic Index... 16
6. Kurs Rupiah... 17
commit to user
ix
B. Penelitian Terdahulu... 24
C. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar, Tingkat Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap Jakarta Islamic Index...…. 26
D. Kerangka Berfikir... 29
F. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 33
G. Definisi Operasional Variabel... 35
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Perkembangan Variabel Penelitian... 36
1. Perkembangan Jakarta Islamic Index (JII). ... 36
2. Perkembangan PDB... 38
3. Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dolar... 39
4. Perkembangan SBI... 40
5. Perkembangan Inflasi... 41
B. Analisis Regresi... 42
C. Pembahasan... 43
commit to user
x
C. Keterbatasan Penenlitian... 61
D. Agenda Penelitian Selanjutnya... 62
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xi
Tabel 4.2 : Hasil Uji Akar-akar Unit Variabel Pengamatan... 46
Tabel 4.3 : Hasil Uji Stasioneritas pada l(1)... 46
Tabel 4.4 : Hasil Autoregressive Distributed Lag... 48
Tabel 4.5 : Uji Multikolinearitas... 50
Tabel 4.6 : Uji Heteroskedastisitas... 51
Tabel 4.7 : Tabel Kesimpulan DW Test... 51
commit to user
xii
Gambar 5.1 : Pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) 2000-2010... 38
Gambar 5.2 : Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) 2000-2010.... 39
Gambar 5.3 : Perkembangan Nilai Kurs Rupiah terhadap Dolar tahun
2000-2010... 40
Gambar 5.4 : Perkembangan SBI tahun 2000-2010... 41
commit to user
xiii Lampiran 2 : AC dan PAC Inflasi
Lampiran 3 : AC dan PAC JII
Lampiran 4 : AC dan PAC Kurs
Lampiran 5 : AC dan PAC PDB
Lampiran 6 : AC dan PAC SBI
Lampiran 7 : Hasil Uji Stasioner Akar-Akar Unit DF-ADF
Lampiran 8 : Hasil Regresi Linear Berganda
Lampiran 9 : Hasil Regresi Autoregressive Distributed Lag
commit to user
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini penelitian mengenai pengaruh variabel makroekonomi terhadap pasar
saham telah banyak dilakukan. Di berbagai Negara telah dilakukan penelitian tentang
pengaruh variabel makroekonomi terhadap pasar saham, akan tetapi menghasilkan
kesimpulan yang berbeda-beda di tiap Negara. Penelitian sebelumnya banyak
memfokuskan pada hubungan pengaruh variabel makro ekonomi terhadap return
kelompok saham tertentu. Seperti yang telah dilakukan oleh Cheung dan Chinn (2000)
yang meneliti tentang pengaruh kurs dolar terhadap pergerakan pasar saham di Amerika
dengan kesimpulan bahwa kurs dolar berpengaruh signifikan positif terhadap pasar
saham di Amerika.
Sebaliknya, Gay (2008) meneliti tentang pengaruh variabel makro ekonomi dan
return pasar saham di 4 negara, Brasil, Rusia, India, dan China dengan kesimpulan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara nilai tukar dan harga minyak dunia
terhadap pasar saham di keempat negara tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Oskenbeyev, Yilmaz dan Chaigrov (2011) yang meneliti pengaruh
variabel makroekonomi terhadap return pasar saham Kazakhtan dengan kesimpulan
bahwa, semua variabel ekonomi berpengaruh signifikan, kecuali nilai tukar.
Gan, Lee, Yong dan Zhang (2006) meneliti pengaruh variabel makroekonomi dan
return pasar saham New Zealand dengan kesimpulan semua variabel makroekonomi
Victor dan Kuwornu (2011) meneliti pengaruh variabel makroekonomi terhadap return
pasar saham Ghana dengan kesimpulan hanya variabel inflasi yang berpengaruh
signifikan terhadap GSE index. Akash et al (2011) meneliti kointegrasi dan kausalitas
antara variabel makroekonomi dan return pasar saham di Pakistan dengan kesimpulan
suku bunga, nilai tukar, dan inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap Karachi Stock
Exchange. Rahman, et al (2009) meneliti variabel makroekonomi terhadap pasar saham
Malaysia dengan kesimpulan bahwa semua variabel makroekonomi berpengaruh
signifikan terhadap Stock Exchange of Malaysia. Penelitian serupa juga pernah di lakukan
di Indonesia, yaitu Chairul Nazwar (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Variabel
Makroekonomi terhadap Return Saham Syariah di Indonesia, kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen
Penelitian di atas menunjukkan keberagaman hasil dalam menganalisis pengaruh
variabel makroekonomi terhadap return saham, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang pengaruh variabel makroekonomi terutama di Negara Indonesia, di mana
memiliki kondisi makroekonomi yang berbeda. Selain itu, penelitian selanjutnya tidak
memfokuskan pada return saham, tetapi kondisi kelompok saham itu sendiri.
Bila dilihat dari kondisi pasar Modal Indonesia telah mengalami perkembangan
dengan adanya jenis saham baru yaitu saham syariah yang tergabung dalam Jakarta
Islamic Index (JII). JII mulai beroperasi pada tanggal 3 Juli 2000 dan terdiri dari 30 jenis
saham yang telah memenuhi kriteria halal baik output produk maupun aspek manajemen.
Dengan keberadaan JII yang masih baru, belum banyak penelitian yang membahas
menyatakan bahwa berinvestasi pada saham syariah lebih menguntungkan daripada
berinvestasi pada saham non syariah. Lebih lanjut lagi, disebutkan bahwa saham-saham
syariah tersebut dapat dijadikan sebuah sarana untuk mengakomodir dana dari investor,
khususnya investor muslim. Sehingga mampu merangsang pertumbuhan pasar modal di
Indonesia. Hal ini dapat terwujud apabila informasi mengenai Jakarta Islamic Index dapat
tersedia terlebih mengenai pengaruh variabel makroekonomi terhadap Jakarta Islamic
Index itu sendiri.
Selanjutnya, bagaimana pengaruh variabel-variabel tersebut pada
perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam JII yang merupakan perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan no riba
oriented, hal itulah yang menjadi salah satu alasan yang melatarbelakangi penelitian ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini menetapkan obyek yang akan diteliti
dikhususkan pada variabel makro ekonomi yang diduga mempengaruhi pergerakan
Jakarta Islamic Index (JII), yaitu kurs rupiah terhadap dolar, tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), inflasi, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama
kurun waktu tahun 2000-2010.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang penelitian di atas maka dapat dirumuskan pokok-pokok
permasalahan yang akan dilakukan pembahasan pada penelitian ini, yaitu meneliti
pengaruh variabel ekonomi terhadap JII, variabel tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap pergerakan Jakarta Islamic
2. Apakah Kurs Rupiah berpengaruh terhadap pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) di
Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh terhadap
pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah inflasi berpengaruh terhadap pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa
Efek Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah mengetahui pengaruh variabel makro
terhadap JII yang dijabarkan sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pergerakan Jakarta
Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh Kurs Rupiah terhadap pergerakan Jakarta Islamic
Index (JII) di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bu nga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
terhadap pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap pergerakan Jakarta Islamic Index (JII)
di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
a. Dapat memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai pola hubungan antara
pertumbuhan ekonomi, inflasi, kurs mata uang Indonesia terhadap dollar, dan
tingkat suku bunga SBI terhadap Jakarta Islamic Index (JII) dari bulan Juli 2000
sampai dengan bulan Desember 2010.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bahan
studi atau tambahan khasanah ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu Ekonomi.
2. Bagi Pemerintah
a. Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan pemerintah dalam menentukan
kebijakannya mengenai investasi, terutama investasi yang berbasis pada system
syariah
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dalam
mengambil kebijakan yang akan ditempuh sehubungan dengan pergerakan Jakarta
Islamic Index (JII) di BEI
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi bagi masyarakat untuk
ikut berinvestasi di pasar modal, yaitu dengan adanya saham-saham syariah yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia
Secara umum, Investasi dapat diartikan sebagai komitmen atas sejumlah
dana/sumber dana lainnya yang dilakukan saat ini dengan tujuan untuk memperoleh
sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang (Tandelilin, 2001). Pendapat yang lain
menyatakan investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki
dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa
yang akan datang (Sunariyah, 2003).
Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan
keuntungan dari aset yang telah diinvestaikan. Secara lebih khusus lagi adalah u ntuk
mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang, mengurangi tekanan
inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak (Tandelilin, 2001).
Akan tetapi dalam prinsip syariah, investasi memiliki pengertian yang didasarkan
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Salah satu yang mendasarinya disebutkan dalam Qur’an
Surat Al-Jumu’ah ayat ke 10, yang artinya adalah “Apabila telah ditunaikan sembahyang,
maka bertebaranlah kamu semuadi muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah
Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”.
Dari ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia disuruh untuk mencari
karunia Allah (materi) tanpa harus melupakan (hukum) Allah agar segala yang
mencari karunia Allah dalam bentuk materi adalah melalui perniagaan/perdagangan
(trading). Perniagaan atau bermuamalah sendiri di dalam Islam telah diatur sedemikian
rupa, mulai dari aqad hingga hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam transaksi tersebut.
Aqad merupakan bagian terpenting dari suatu kegiatan muamalah (trading),
karena di dalamnya mencakup harga barnag, jumlah barang, sistem pembayaran hingga
cara penyerahan barang yang diperdagangkan. Dalam Islam penentuan dan pelaksanaan
aqad sangat diperhatikan bahkan merupakan perintah langsung dari Allah swt dalam
Qur’an Surat Al-Maidah ayat 1 yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah aqad-aqad itu”.
Beberapa hal yang tidak diperbolehkan dalam praktek keuangan Islami antara lain
adanya unsur Gharar (resiko ketidakjelasan), Maisyr (spekulasi/gambling) dan ribaa
(interest).
1. Gharar/resiko ketidakjelasan
Merupakan suatu hal yang menyebabkan kegiatan transaksi keuangan menjadi tidak
jelas/tidak ada kepastian.
2. Maysir (spekulasi/gambling)
Maysir dapat diartikan sebagai usaha spekulasi atau untung-untungan dalam mencari
uang.
3. Ribaa (Interest)
Ribaa atau bunga, ada dua macam, pertama ribaa Nasi’ah yang merupakan
pembayaran lebih yang diisyaratkan oleh yang meminjamkan. Kedua, ribaa Fadhl
yang merupakan penukaran lebih dari satu barang sejenis yang diisyaratkan oleh
Investasi syariah merupakan investasi yang menggunakan system bagi hasil/
mudharabah (loss- profit sharing), dimana kegiatan investasi tersebut terlepas dari unsur
gharar, maysir, dan ribaa. Reksadana dan saham syariah merupakan alternatif investasi
syariah di pasar modal.
Dilihat dari kenyataannya, walaupun sebagian besar penduduk Indonesia
mayoritas baragama Islam namun perkembangan pasar modal yang berbasis syariah
dapat dikatakan sangat tertinggal jauh terutama jika dibandingkan dengan Malaysia yang
sudah bisa dikatakan telah menjadi pusat investasi keuangan syariah untuk industri pasar
modalnya. Kenyataan lain yang dihadapi oleh pasar modal syariah kita hingga saat ini
adalah minimnya jumlah pemodal yang melakukan investasi, terutama jika dibandingkan
dengan jumlah pemodal yang ada pada sektor perbankan.
Di sisi lain, harus diakui bahwa masih terdapat beberapa permasalahan mendasar
yang menjadi kendala berkembangnya pasar modal yang berprinsip syariah di Indonesia.
Kendala-kendala dimaksud diantaranya adalah selain masih belum meratanya
pemahaman dan atau pengetahuan masyarakat Indonesia tentang investasi di pasar modal
yang berbasis syariah, juga belum ditunjangnya dengan peraturan yang memadai tentang
investasi syariah di pasar modal Indonesia serta adanya anggapan bahwa untuk
melakukan investasi di pasar modal syariah dibutuhkan biaya yang relatif tinggi
dibandingkan dengan investasi pada sektor keuangan lainnya.
Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve centre (saraf financial
dunia) pada dunia ekonomi modern dewasa ini, bahkan perekonomian modern tidak akan
mungkin bisa bertahan tanpa adanya pasar modal yang tangguh dan berdaya saing global
menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk
Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi konvensional,
khususnya dalam kegiatan pasar modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah
satu komponennya nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam
untuk turut aktif dalam kegiatan investasi terutama di bidang pasar modal, sekalipun
berlebel syariah.
Perbedaan mendasar antara pasar modal konvensional dengan pasar modal
syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan
nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria
saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep
pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun
dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus
berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan
terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan
berrbagai praktik spekulasi.
Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan umat
Islam di Indonesia yang ingin melakukan investasi di produk-produk pasar modal yang
sesuai dengan prinsip dasar syariah. Dengan semakin beragamnya sarana dan produk
investasi di Indonesia, diharapkan masyarakat akan memiliki alternatif berinvestasi yang
dianggap sesuai dengan keinginannya, disamping investasi yang selama ini sudah dikenal
dan berkembang di sektor perbankan.
Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah merupakan sebuah Negara
modal diharapkan bisa mengakomodir dan sekaligus melibatkan peran serta warga
muslim dimaksud secara langsung untuk ikut aktif menjadi pelaku utama pasar, tentunya
adalah sebagai investor lokal di pasar modal Indonesia. Sebagai upaya dalam
merealisasikan hal tersebut, maka sudah sewajarnya disediakan dan dikembangkan
produk-produk investasi di pasar modal Indonesia yang sesuai dengan prinsip ajaran
agama Islam. Hal tersebut di atas menjadi penting mengingat masih adanya anggapan di
kalangan umat Islam sendiri bahwa berinvestasi di sektor pasar modal di satu sisi adalah
merupakan sesuatu yang tidak diperbolehkan (diharamkan) berdasarkan ajaran Islam,
sementara pada sisi yang lain bahwa Indonesia juga perlu memperhatikan serta menarik
minat investor manca Negara untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia, terutama
investor dari Negara-negara Timur Tengah yang diyakini merupakan investor potensial.
2. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep syariah,
di mana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan
basis syariah. Pasar modal syariah tidak hanya ada dan berkembang di Indonesia tetapi
juga di Negara-negara lain. Lembaga keuangan yang pertama kali menaruh perhatian di
dalam mengoperasikan portofolionya dengan manajemen portofolio syariah di pasar
modal syariah adalah Amanah Income Fund yang didirikan bulan Juni 1986 oleh para
anggota The NorthAmerrican Islamic Trust yang bermarkas di Indiana, Amerika Serikat.
Wacana mengenai pasar modal syariah ini disambut dengan antusias di seluruh belahan
bumi ini mulai dari kawasan Timur Tengah Eropa, Asia dan Amerika. Beberapa Negara
Stock di Bahrain, Amman Financial Market di Amman, Muscat Securities Kuwait Stock
Exchange di Kuwait dan Kuala Lumpur Stock Exchange di Malaysia.
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara tidak langsung juga
dipengaruhi pasar modal yang berpegang pada konsep syariah yang terlebih dahulu
dijalankan oleh Negara-negara lain. Pasar modal syariah di Indonesia diperkenalkan pada
bulan Juli 2000 ditandai dengan berdirinya Jakarta Islamic Index.
3. Saham Syariah
Saham syariah adalah saham-saham yang memiliki karakteristik sesuai dengan
syariah Islam atau yang lebih dikenal dengan syariah compliant . Terdapat beberapa
pendekatan untuk menyeleksi suatu saham apakah bisa dikategorikan sebagai saham
syariah atau tidak (Kurniawan,T, 2008), yaitu:
1. Pendekatan jual beli. Dalam pendekatan ini diasumsikan saham adalah asset dan
dalam jual beli ada pertukaran asset ini dengan uang. Juga bisa dikategorikan sebagai
sebuah kerja sama yang memakai prinsip bagi hasil (profit-loss sharing).
2. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi. Dengan menggunakan pendekatan
produksi ini, sebuah saham bisa diklaim sebagai saham yang halal ketika produksi
dari barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan bebas dari elemen-elemen yang
haram yang secara eksplisit disebut di dalam Al-Quran seperti riba, judi, minuman
yang memabukkan, zina, babi dan semua turunan-turunannya.
3. Pendekatan pendapatan. Metode ini lebih melihat pada pendapatan yang diperoleh
oleh perusahaan tersebut. Ketika ada pendapatan yang diperoleh dari Bunga (interest)
syariah karena masih ada unsur riba disana. Oleh karena itu seluruh pendapatan yang
didapat oleh perusahaan harus terhindar dan bebas dari bunga atau interest.
4. Pendekatan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dengan melihat
rasio hutang terhadap modal atau yang lebih dikenal dengan debt/equity ratio.
Dengan melihat rasio ini maka diketahui jumlah hutang yang digunakan untuk modal
atas perusahaan ini. Semakin besar rasio ini semakin besar ketergantungan modal
terhadap hutang. Akan tetapi untuk saat ini bagi perusahan agak sulit untuk membuat
ratio ini nol, atau sama sekali tidak ada hutang atas modal. Oleh karena itu ada
toleransi-toleransi atau batasan seberapa besar “Debt to Equity ratio“ ini. Dan masing
masing syariah indeks di dunia berbeda dalam penetapan hal ini. Namun secara
keseluruhan kurang dari 45% bisa diklaim sebagai perusahaan yang memiliki saham
syariah.
Instrumen pasar modal syariah diperdagangkan di pasar perdana dan pasar
sekunder. Prinsip dasar pasar perdana adalah (Harahap, 2001):
1. Semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil.
2. Tidak boleh menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi
al dayn).
3. Dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan.
4. Hasil investasi akan diterima pemodal (shohibul maal) yang merupakan fungsi dari
manfaat yang diterima perusahaan dari dana atau harta hasil penjualan efek.
5. Tidak boleh memberikan jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi dari
waktu.
1. Tidak boleh membeli efek berbasis trend (indeks).
2. Suatu efek dapat diperjualbelikan namun hasil (manfaat) yang diperoleh dari efek
tersebut berupa kupon atau deviden tidak boleh diperjual belikan.
3. Tidak boleh melakukan suatu transaksi murabahah dengan menjadikan objek
transaksi sebagai jaminan.
Adapun jenis instrumen pasar modal yang jelas diharamkan syariah adalah
sebagai berikut:
1. Preferred Stock (saham istimewa)
Saham jenis ini diharamkan oleh ketentuan syariah karena terdapat dua
karakteristik utama, yaitu:
a. Adanya keuntungan tetap (pre-determinant revenue). Hal ini menurut kalangan
ulama dikategorikan sebagai riba.
b. Pemilik saham preferen mendapatkan hak istimewa terutama pada saat likuidasi.
Hal ini mengandung unsur ketidakadilan.
2. Forward Contract
Forward contract diharamkan karena segala bentuk jual beli utang (dayn bi
dayn) tidak sesuai dengan syariah. Bentuk kontrak forward ini dilarang dalam Islam
karena dianggap jual beli utang/piutang terdapat unsur ribawi, sedangkan terjadinya
transaksi jual beli dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo.
3. Option
Option merupakan hak, yaitu untuk membeli dan menjual barang yang tidak
ada (non exist) dan dinilai oleh kalangan ulama bahwa kontrak option ini termasuk
future, yaitu mengandung unsur gharar (penipuan/spekulasi) dan maysir (judi).
Di Indonesia, pasar modal telah berkembang sejalan dengan perkembangan
perekonomian. Bahkan di tahun 2007, berdasarkan pencapaian peningkatan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG), telah menempatkan Bursa Efek Indonesia sebagai bursa
berkinerja terbaik kedua diantara bursa-bursa utama di dunia.
Seiring perkembangan pasar modal, di Indonesia juga telah dikembangkan pasar
modal syariah, dimana pada pertengahan tahun 2000 dikeluarkan Jakarta Islamic Index
(JII). Indeks ini mensyaratkan saham dengan jenis usaha utama dan ratio keuangan yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan diharapkan menjadi tolak ukur kinerja
saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal
syariah (PT.BEI, 2010).
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang
sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk
dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa
Investment Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan
saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam – LK, bekerja sama dengan Dewan
Syariah Nasional. Hal ini tertuang dalam Peraturan Bapepam – LK Nomor II.K.1 tentang
Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. (PT.BEI, 2010)
4. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-prinsip Syariah
Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bapepam – LK
Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis kegiatan utama suatu badan usaha
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual beli resiko
yang mengandung gharar dan maysir.
3. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau menyediakan :
a. Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram li-dzatihi)
b. Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang
ditetapkan oleh DSN-MUI, dan atau
c. Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
4. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat (nisbah)
hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya,
kecuali investasi tersebut dinyatakan kesyariahannya oleh DSN-MUI.
Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam katagori syariah adalah:
1. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas.
2. Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang / jasa
dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan palsu
3. Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut:
a. Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih
dari 82% (hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak
lebih dari 45% : 55%)
b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan
5. Jakarta Islamic Index
Pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan PT
Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan indeks saham yang dibuat
berdasarkan syariah Islam yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini diharapkan
menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih
mengembangkan pasar modal syariah.
Jakarta Islamic Index (JII) terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham
yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang
masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa
Investment Management (DIM). Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas
pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang
Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
Dalam rangka pengembangan pasar modal syariah, PT Bursa Efek Indonesia
(BEI) bersama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) telah meluncurkan
indeks saham yang dibuat berdasarkan syariat islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII).
Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index
dilakukan proses seleksi sebagai berikut:
1. Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang
dikeluarkan oleh Bapepam – LK.
2. Memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah tersebut berdasarkan urutan kapitalisasi
pasar terbesar selama 1 tahun terakhir.
3. Dari 60 saham tersebut, dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu nilai
a. Hari Dasar Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Index diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. Akan tetapi untuk
mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah
tanggal 2 Januari 1995, dengan nilai indeks sebesar 100.
b. Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham
Jakarta Islamic Index direview setiap 6 bulan, yaitu setiap bulan Januari dan
Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh Bapepam-LK. Sedangkan
perubahan jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data
publik yang tersedia.
6. Kurs Rupiah
Kurs Rupiah atau Nilai tukar Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata
uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar Negara di mana masing-masing
Negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan
nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau
kurs (Salvatore, 2008).
Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal
(nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang
suatu Negara dengan mata uang Negara lain. Sedangkan nilai riil (real exchange rate)
adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu Negara
dengan barang dan jasa dari Negara lain (Mankiw, 2006).
Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan
kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang
karena itu pengelolaan nilai mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor
moneter yang mendukung perekonomian secara makro (Pohan, 2008).
Menurut Sukirno (2002) besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan
untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing. Nilai
tukar adalah nilai mata uang suatu Negara diukur dari nilai satu unit mata uang terhadap
mata uang Negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu Negara mengalami perubahan
maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Masalah mata
uang muncul saat suatu Negara mengadakan mata uang yang berbeda. Jadi nilai tukar
merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu Negara untuk memperoleh
mata uang Negara lain.
Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam
negeri, tingkat inflasi, dan intervensi bank sentral terhadap pasar uang. Nilai tukar yang
lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka stabilitas moneter dan
dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk
tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. Untuk menjaga
stabilitas nilai tukar, bank sentral pada waktu-waktu tertentu melakukan intervensi di
pasar-pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak yang berlebihan. Para
ekonom membedakan kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal
(nominal exchange rate) adalah harga relative dari mata uang dua Negara.
Kurs riil (real exchange rate) adalah harga relative dari barang-barang di antara
dua Negara. Kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan
barang-barang dari suatu Negara untuk barnag-barang-barang dari Negara lain. Nilai tukar (exchange
lain. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang
dua Negara (Mankiw, 2006). Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah
dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri diabandingkan dengan
harga-harga di luar negeri.
Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:
di mana Q adalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga
domestic dan P* adalah tingkat harga di luar negeri.
Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham
maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan
investasi.
7. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus
menerus (Sukirno, 2000). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua
barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau
menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000).
Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan presentase yang sama.
Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga yang
terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar dan
barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan
inflasi.
Dari kutipan di atas diketahui bahwa inflasi adalah keadaan di mana terjadi
kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian
secara keseluruhan. Inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus-menerus dari barang
dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini,
kenaikan harga yang sporadic bukan dikatakan sebagai inflasi.
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi factor produksi serta
produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity effect,
sedangkan efek terhadap alokasi factor produksi dan pendapatan nasional
masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin, 2000).
1. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect). Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak
merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi.
Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi.
Demikian juga orang yang menumpuk kekayaan dalam bentuk uang kas akan
menderita kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang
mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh
kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau
mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang di mana nilainya naik dengan
prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan
2. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects). Inflasi dapat pula mengubah pola
alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan
permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong
terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya
inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan lebih besar dari barang
lain, yang kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu.
3. Efek terhadap Output (Output Effects). Inflasi mungkin dapat menyebabkan
terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan
harga barnag mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik.
Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju
inflasi ini cukup tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni
penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilali uang riil turun dengan
drastis, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke
barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dan output.
Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan
penurunan output.
8. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Salah satu instrument pasar uang yang digunakan untuk mengendalikan likuiditas
perekonomian adalah Sertifikat Bank Indonesia atau SBI. SBI adalah instrumen
nasional dan swasta asing dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan, deposito dan
pinjaman kepada masing-masing nasabahnya.
Dalam kondisi normal fungsi utama SBI adalah menjaga uang yang beredar
berada dalam jumlah yang optimal. Namun sejak krisis moneter melanda Indonesia
tahun 1997, SBI juga digunakan oleh Bank Sentral untuk mencegah meningkatnya
permintaan dana oleh masyarakat dan kalangan pengusaha nasional tidak sepenuhnya
digunakan untuk keperluan dimaksud, namun digunakan untuk berspekulasi membeli
dollar guna memperoleh keuntungan yang spekulatif.
SBI pada dasarnya adalh merupakan instrumen jangka pendek yang bebas resiko.
Karakteristik utama SBI adalah:
SBI diterbitkan berdasarkan atas unjuk, yaitu yang terakhir membawa SBI pada saat
jatuh tempo maka dialah yang berhak mencairkannya.
3. Suku Bunga
Suku Bunga SBI ditentukan berdasarkan lelang yang dilakukan setiap hari Rabu sore
pukul 18.00. Penentuan suku bunga ini dilakukan berdasarkan lelang antara money
broker yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Money broker yang menawar pada
tingkat suku bunga yang rendah akan diprioritaskan untuk mendapatkan SBI terlebih
9. Pertumbuhan GDP
Produk Domestik Bruto atau GDP merupakan nilai barang dan jasa yang
diproduksikan dalam Negara dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki
oleh penduduk Negara tersebut dan penduduk/perusahaan Negara lain. Tingkat
pertumbuhan ekonomi mengukur pertambahan pendapatan nasional riil, yaitu
pendapatan nasional yang dihitung pada harga yang konstan. Kenaikan pendapatan
nasional riil ini berarti barang-barang dan jasa yang dihasilkan sesuatu Negara telah
meningkat kalau dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya,
menggambarkan tingkat (prestasi) pertumbuhan ekonomi yang dicapai sesuatu Negara.
Dengan demikian tingkat pertumbuhan ekonomi dalam sesuatu tahun tertentu (tahun t)
dapat ditentukan dengan mengggunakan formula berikut:
gt = x 100
dimana gt adalah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun t yang dinyatakan dalam
persen, Yrt adalah pendapatan nasional riil pada tahun t dan Yrt-1 adalah pendapatan
nasional riil pada tahun sebelumnya.
Pendapatan nasional yang dimaksudkan dalam formula itu dapat diartikan sebagai
Produk Nasional Bruto atau Produk Nasional Bruto. Tetapi yang sebaiknya digunakan
adalah Produk Domestik Bruto karena konsep ini menggambarkan jumlah barang dan
jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi dan kegiatan memproduksi di dalam
kawasan sebuah Negara. Dengan demikian ia menggambarkan kenaikan produksi
B. Penelitian Terhadulu
Kajian yang berhubungan dengan variabel makroekonomi dan pasar saham sudah
banyak diteliti oleh peneliti-peneliti terdahulu. Akan tetapi penelitian terkait hubungan
Variabel ekonomi dengan JII masih jarang dilakukan, kebanyakan penelitian sebelumnya
meneliti terkait return saham syariah. Seperti penelitian yang dilakukan Chairul Nazwar
(2008) dengan judul Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Return Saham
Syariah di Indonesia, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah adanya
pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Seperti yang telah dilakukan oleh Cheung dan Chinn (2000) yang meneliti tentang
pengaruh kurs dolar terhadap pergerakan pasar saham di Amerika dengan kesimpulan
bahwa kurs dolar berpengaruh signifikan positif terhadap pasar saham di Amerika.
Sebaliknya, Gay (2008) meneliti tentang pengaruh variabel makro ekonomi dan
return pasar saham di 4 negara, Brasil, Rusia, India, dan China dengan kesimpulan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara nilai tukar dan harga minyak dunia
terhadap pasar saham di keempat negara tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Oskenbeyev, Yilmaz dan Chaigrov (2011) yang meneliti pengaruh
variabel makroekonomi terhadap return pasar saham Kazakhtan dengan kesimpulan
bahwa, semua variabel ekonomi berpengaruh signifikan, kecuali nilai tukar.
Gan, Lee, Yong dan Zhang (2006) meneliti pengaruh variabel makroekonomi dan
return pasar saham New Zealand dengan kesimpulan semua variabel makroekonomi
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham yang tergabung dalam NZSE index.
Victor dan Kuwornu (2011) meneliti pengaruh variabel makroekonomi terhadap return
signifikan terhadap GSE index. Akash et al (2011) meneliti kointegrasi dan kausalitas
antara variabel makroekonomi dan return pasar saham di Pakistan dengan kesimpulan
suku bunga, nilai tukar, dan inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap Karachi Stock
Exchange. Rahman, et al (2009) meneliti variabel makroekonomi terhadap pasar saham
Malaysia dengan kesimpulan bahwa semua variabel makroekonomi berpengaruh
signifikan terhadap Stock Exchange of Malaysia.
Moh. Mansur (2009) melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Tingkat
Suku Bunga SBI dan Kurs Dolar AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa
Efek Jakarta Periode Tahun 2000-2002”. Penelitian ini menghasilkan bahwa secara
bersama-sama tingkat suku bunga SBI dan Kurs Dolar AS memberikan pengaruh yang
signifikan. Tetapi secara individual menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga SBI dalam
periode 2000 sampai 2002 ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
IHSG, sedangkan Kurs Rupiah terhadap Dolar berpengaruh signifikan dan negatif.
Artinya apabila rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS maka IHSG cenderung melemah
dan sebaliknya.
Makaryanawati (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat
Suku Bunga dan Tingat Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham” dengan
hasil bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi. Jika
tingkat suku bunga tinggi, maka akan mengakibatkan harga saham turun dan risiko
investasi menjadi menurun. Sebaliknya jika tingkat suku bunga rendah, maka akan
C. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar, Suku Bunga
dan Inflasi Terhadap Jakarta Islamic Index
1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap JII
Chairul Nazwar (2008) yang meneliti kaitan antara variabel makro ekonomi
dengan return saham syariah, menemukan adanya pengaruh positif antara pertumbuhan
GDP dan return saham syariah. Dengan meningkatnya kinerja ekonomi yang
dicerminkan oleh pertumbuhan GDP, investor cenderung akan lebih banyak berinvestasi
di pasar modal.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dengan Gan, Lee, Yong dan
Zhang (2006) yang menyipulkan bahwa GDP memiliki pengaruh positif terhadap harga
saham, meningkatnya pertumbuhan GDP juga dapat mengakibatkan naiknya daya beli
masyarakat yang imbasnya bisa saja dirasakan oleh pasar saham.
Dari paparan tersebut di atas dapat diajukan hipotesis berikut:
H1 : Terdapat pengaruh positif Pertumbuhan GDP terhadap JII
2. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar
Gan, Lee, Yong dan Zhang (2006) dalam penelitiannya, menyimpulkan bahwa
nilai tukar berpengaruh positif terhadap pasar saham. Dalam penelitiannya disebutkan
bahwa ketika nilai tukar suatu Negara mengalami depresiasi terhadap mata uang Negara
lain. Maka akan menurunkan harga barang ekspor Negara tersebut, ini akan berdampak
pada kenaikan jumlah permintaan ekspor, sehingga merangsang kinerja perusahaan dan
Penelitian yang dilakukan Nantwi dan Kuwornu (2011) juga menyimpulkan
bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh positif terhadap harga saham. Dalam penelitiannya
disebutkan bahwa hubungan antara nilai tukar dan return saham didasari oleh teori
ekonomi sederhana, dimana nilai tukar sangat berpengaruh terhadap kestabilan harga.
Ketika nilai tukar domestik menurun, harga barang ekspor akan turun sehingga
meningkatkan produksin ekspor Negara.
Harga saham juga mempengaruhi nilai tukar uang melalui permintaan uang
(money demand equation) yang membentuk suatu basis model alokasi portofolio dan
moneter dari determinasi nilai tukar uang. Pada kondisi tertentu yang mencerminkan
aktivitas ekonomi riil, perubahan harga saham menyebabkan peningkatan permintaan
uang riil dan nilai mata uang domestik.
Dari paparan diatas dapat diajukan hipotesis berikut:
H2 : Terdapat pengaruh positif nilai tukar dollar terhadap rupiah JII
3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap JII
Banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham, salah satunya adalah
tingkat suku bunga yang merupakan faktor di luar fundamental perusahaan. Tingkat suku
bunga merupakan hal penting dan salah satu yang mempengaruhi resiko investasi. Jika
tingkat suku bunga tinggi, maka akan mengakibatkan harga saham turun dan risiko
investasi menjadi menurun. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga rendah, maka akan
mengakibatkan harga saham naik dan risiko investasi menjadi meningkat
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Akash et al (2011), yang
menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara suku bunga dengan pasar saham.
Dimana jika terjadi discount rate dan akhirya akan menurunkan present value, yang
diakibatkan oleh ekspektasi investor.
Menurut Cahyono (2000) terdapat 2 penjelasan mengapa kenaikan suku bunga
dapat mendorong harga saham ke bawah. Pertama, kenaikan suku bunga mengubah peta
hasil investasi.
Kedua, kenaikan suku bunga akan memotong laba perusahaan. Hal ini terjadi
dengan dua cara. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan beban bunga emiten,
sehingga labanya bisa terpangkas. Selain itu, ketika suku bunga tinggi, biaya produksi
akan meningkat dan harga produk akan lebih mahal sehingga konsumen mungkin akan
menunda pernbeliannya dan menyimpan dananya di bank. Akibatnya penjualan
perusahaan menurun. Penurunan penjualan perusahaan dan laba akan menekan harga
saham.
Dari paparan di atas dapat diajukan hipotesis berikut:
H3 : Terdapat pengaruh negatif suku bunga SBI terhadap JII
4. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap JII
Akash et al(2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada pengaruh
negatif dari inflasi terhadap return saham, dijelaskan bahwacdengan meningkatnya inflasi
akan mengurangi nilai saham, sehingga akan menurunkan harga saham. Namun
penelitian yang dilakukan Nantwi dan Kuwomu (2011), memperoleh hasil yang berbeda
hasil yang diperoleh memang tidak sesuai dengan teori ekonomi dan bukti empiris bahwa
tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham.
Dari paparan tersebut di atas dapat diajukan hipotesis berikut:
H4 : Terdapat pengaruh negatif tingkat inflasi terhadap JII
D. Kerangka Berfikir
Investasi saham dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik ekonomi maupun non
ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi kegiatan investasi di pasar modal adalah
kondisi makro ekonomi, dimana kondisi tersebut tercermin dari indikator-indikator ekonomi
moneter seperti tingkat inflasi, tingkat bunga, jumlah uang beredar, kurs valas, cadangan
devisa, produk domestik bruto (PDB/GDP), neraca pembayaran dan sebagainya. Sementara
faktor non ekonomi meliputi kondisi politik, tingkat pendidikan masyarakat, dan sebagainya.
Pada penelitian ini, variabel makroekonomi yang diduga mempengaruhi Jakarta
Islamic Index (JII) adalah pertumbuhan Ekonomi (GDP), Inflasi, Kurs Rupiah terhadap dolar,
dan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sebagian besar penelitian
sebelumnya memfokuskan pada pengaruh variabel makroekonomi terhadap return kelompok
saham tertentu, sedangkan dalam penelitian ini lebih melihat pengaruh variabel
makroekonomi terhadap pergerakan index kelompok saham-saham syariah yang tergabung
dalam Jakarta Islamic Index (JII). Secara sederhana kerangka pemikiran dapat digambarkan
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
E.Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya
dapat ditarik hipotesis, yaitu:
1. Pertumbuhan GDP berpengaruh positif terhadap pergerakan JII di Bursa Efek Indonesia,
cateris paribus.
2. Nilai tukar berpengaruh positif terhadap pergerakan JII di Bursa Efek Indonesia, cateris
paribus.
3. SBI berpengaruh negatif terhadap pergerakan JII di Bursa Efek Indonesia, cateris paribus.
4. Inflasi berpengaruh negatif terhadap pergerakan JII di Bursa Efek Indonesia, Cateris
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) dan Faktor-faktor tersebut adalah pertumbuhan
ekonomi, nilai tukar rupiah, inflasi, dan tingkat Suku Bunga SBI.
B. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data runtut waktu (time
series). Data dari penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber, yaitu : data pertumbuhan
ekonomi (GDP) diperoleh dari Badan Pusat Statistik Indonesia (www.bps.go.id). Data kurs
rupiah, inflasi dan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari Bank Indonesia
(www.bi.go.id). Sedangkan, data Jakarta Islamic Index (JII), diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia (BEI), melalui Yahoofinance.
C. Metode Analisis
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ordinary Least
Square (OLS). Karena ini dibutuhkan untuk mengetahui elastisitas variabel independen: nilai
tukar rupiah, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan ekonomi (GDP) terhadap variabel
D. Model Analisis
Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel makro ekonomi yang terdiri dari
nilai pertumbuhan ekonomi, kurs Rupiah, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Jakarta
Islamic Index (JII) di Bursa Efek Jakarta selama kurun waktu bulan Juli 2000 sampai bulan
Desember 2010, dianalisa dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).
Sehingga, fungsi persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
JII =f(GDP,KURS,inflasi,SBI)
Kemudian fungsi di atas dispesifikasikan ke dalam bentuk regresi ekonometrika
linear menjadi :
logJII=α0 +b1 logGDP +b2 logKURS +b3 logINF +b4 logSBI +e
Keterangan :
JII = Jakarta Islamic Index
GDP = Pertumbuhan Ekonomi
KURS = nilai tukar rupiah terhadap US Dollar
INF = Inflasi
SBI = Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
α = konstanta
b1,b2,b3,b4 = koefisien regresi
e = error term
E. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)
Estimasi terhadap model dilakukan dengan metode yang tersedia pada program
berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat signifikasi
tiap-tiap variabel yang diteliti.
a. R2 (koefisien determinasi) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel bebas
(independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependent variable).
b. Uji parsial (t-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikasi statistic koefisien regresi
secara parsial. Jika thit > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
c. Uji serempak (F-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikasi statistic koefisien
regresi secara serempak. Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
F. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Setelah dilakukan pengujian regresi, maka dilakukan evaluasi. Evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi linier berganda dalam
menganalisis telah memenuhi asumsi klasik yang dipersyaratkan.
Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier di antara
varibel-varibel dalam model regresi. Interpretasi dari persamaan regresi linier secara
implisit bergantung bahwa variabel-variabel beda dalam persamaan tidak saling
berkorelasi. Bila variabel-variabel bebas berkorelasi dengan sempurna, maka disebut
multikolinieritas sempurna. Multikolinieritas dapat dideteksi dengan besaran-besaran
regresi yang didapat yaitu:
b. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar, maka standar error besar sehingga
interval kepercayaan lebar).
c. Uji-t tidak signifikan, suatu variabel bebas secara substansi maupun secara statistik
jika dibuat regresi sederhana bisa tidak signifikan karena variasi besar akibat
kolinieritas. Bila standar error terlalu besar, besar pula kemungkinan taksiran
koefisien regresi tidak signifikan.
d. R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari t-test.
e. Terkadang nilai taksiran koefisien regresi yang didapat akan mempunyai nilai yang
tidak sesuai dengan substansi sehingga dapat menyesatkan interpretasi.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi
yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Lagrange Muktiplier ARCH. Uji
ARCH biasanya digunakan untuk menguji masalah heteroskedastisitas ketika ada
perubahan struktur, misal struktur ekonomi, yaitu dengan membandingkan nilai Obs*R2
dengan nilai χ2
tabel. Apabila nilai χ2 tabel > nilai Obs*R2, ini menunjukkan model bebas
dari masalah heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara
residual (anggota) pada serangkaian observasi tertentu dalam suatu periode tertentu.
Dalam model regresi linier berganda juga harus bebas dari autokorelasi. Ada berbagai
penelitian ini digunakan metode Uji Durbin Watson, dengan koefisien Durbin Watson
antara 0-4. Jika koefisien Durbin Watson mendekati nilai 2, maka dapat dikatakan tidak
ada autokorelasi, jika nilainya mendekati 0, maka terdapat autokorelasi positif dan jika
besarnya mendekati 4 maka terdapat autokorelasi negatif (Gujarati, 2006).
G. Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan pada masalah dan hipotesis yang akan diuji, maka variabel-variabel yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Jakarta Islamic Index (JII) adalah nilai indeks gabungan seluruh saham syariah
yang masuk dalam JII dan tercatat di Bursa Efek Jakarta, dengan satuan basis point.
2. Pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) adalah
perubahan/pertumbuhan nilai dari keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi suatu
Negara dalam satu periode tertentu (satu tahun). Variabel ini diukur dengan
menginterpolasi data 3 bulanan PDB yang dikeluarkan oleh BPS. Setelah mendapatkan
data bulanan kemudian pertumbuhan GDP dihitung dengan cara sebagai berikut:
∆ PDB =
Dimana : ∆PDBx = Laju pertumbuhan ekonomi (rate of growth)
PDB = Produk domestik bruto
x-1 = Tahun sebelumnya
3. Variabel Kurs Rupiah, adalah rasio perbandingan antara mata uang rupiah terhadap dollar
4. Suku bunga SBI satu bulanan, yaitu harga satu surat berharga yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia dengan return bulanan yang digunakan untuk menarik/menambah Jumlah
Uang Beredar, dengan satuan persen (%).
5. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Perkembangan Variabel Penelitian
1. Perkembangan Jakarta Islamic Index.
Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring dengan
meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index (JII). Bahkan bila
dibandingkan prosentase kenaikan JII lbih besar disbanding prosentase kenaikan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
Nilai indeks saham syariah dalam Jakarta Islamic Index (JII) terus meningkat
dari tahun 2000 sampai 2010. Pada tahun 2000 nilai JII hanya 57,94 poin, lalu naik
menjadi 61,36 poin di tahun 2001, 67,32 poin di tahun 2002, 118,952 poin di tahun
2003, 164,029 poin di tahun 2004, 199,750 poin di tahun 2005, 311,28 poin di tahun
2006, 493,01 poin di tahun 2007. Indeks JII mengalami penurunan sekali yaitu 216,19
poin di tahun 2008, lalu naik lagi menjadi 417,18 poin di tahun 2009, dan 532,9 poin di
Sumber : yahoofinance.com
Gambar 5.1 Pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) 2000-2010
Penurunan nilai JII di tahun 2008, disebabkan adanya krisis ekonomi global
yang berdampak pada pasar saham lokal, akan tetapi pada tahun 2009-2010, terjadi
kenaikan nilai JII kembali. Kenaikan JII pada tahun 2009-2010 menunjukkan bahwa
krisis ekonomi global tidak berdampak cukup besar terhadap pasar modal berbasis
syariah.
2. Perkembangan PDB
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai barang dan jasa yang
diproduksi dalam Negara dengan mneggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki
oleh penduduk Negara tersebut dan penduduk/perusahaan Negara lain. Data
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang digunakan adalah data dari bulan
Juli tahun 2000 sampai dengan bulan Deseember tahun 2010. Berikut data penelitian
Sumber: BPS
Gambar 5.2 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun
2000-2010
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 10 tahun (2000-2010) terakhir
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 5,2 persen berdasarkan perhitungan Produk
Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan. Pertumbuhan pada tahun terakhir
yaitu tahun 2010 adalah sebesar 6,1 persen dari tahun sebelumnya (2009). Pertumbuhan
tahun 2010 ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 yang hanya tumbuh
4,5 persen dari tahun 2008. Pertumbuhan pada tahun 2009 melambat karena akibat dari
dampak krisis perekonomian global yang mencapai puncaknya pada akhir tahun 2008.
3. Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dolar
Kurs Rupiah atau Nilai tukar Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga
mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar Negara di mana
perbandingan nilai suatu mata uang lainnya yang disebut kurs valuta asing atau kurs
(Salvatore, 2008). Data nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perbandingan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dari tahun 2000-2010.
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 5.3 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dolar tahun
2000-2010
Dilihat dari grafik di atas nilai tertinggi rupiah berada pada tahun 2009, di
mana saat itu terjadi krisis ekonomi Global yang bermula di Amerika, hal ini
diperburuk dengan melambungnya harga minyak dunia. Hal ini berdampak pada
terdepresiasinya nilai Rupiah, akan tetapi rupiah kembali stabil pada tahun 2010.
4. Perkembangan SBI
Sertifikat Bank Indonesia adalah instrument jangka pendek yang dijadikan
menentukan tingkat suku bunga tahunan, deposito dan pinjaman kepada masing-masing
nasabahnya. Data tingkat suku bunga SBI yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data bulanan dari bulan Juli tahun 2000 sampai dengan bulan Desember tahun 2010.
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 5.4 Perkembangan SBI tahun 2000-2010
Dilihat dari grafik perkembangan SBI di atas, SBI terendah terjadi pada tahun
2010, hal ini dikarenakan kestabilan nilai tingkat suku bunga SBI yang dikawal ketat
oleh Bank Indonesia agar berkisar pada angka 6,5 poin. Kebijakan ini diambil agar
mampu mempertahankan kestabilan perekonomian domestik ditengah guncangan krisis
ekonomi global.
5. Perkembangan Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan
terus menerus (Sukirno, 2000). Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Sumber: BPS
Gambar 5.5 Perkembangan Inflasi tahun 2000-2010
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi tiga kali lonjakan inflasi yang
cukup tajam yaitu di tahun 2002, 2004 dan 2008. Lonjakan tertinggi terjadi di tahun
2004 di mana saat itu dipengaruhi oleh kondisi politik yang memasuki masa pemilu,
sehingga kestabilan perekonomian cukup terganggu. Di tahun 2008 lonjakan inflasi
lebih disebabkan oleh adanya krisis ekonomi global yang mengguncang perekonomian
domestik Indonesia.
B. Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel