• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan 11 Pengertian dan Jenis-jenis Kredit Bank

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertemuan 11 Pengertian dan Jenis-jenis Kredit Bank"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Bankers Team Teaching

Pertemuan 11

Pengertian dan

Jenis-jenis Kredit

(2)

 Istilah kredit berasal dari bahasa

Yunani “Credere” yang berarti

kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan.

 UU No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun

1998 (UU Perbankan) mendefnisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga

(3)

 Selain pengertian mengenai Kredit

sebagaimana dimaksud di atas, dalam UU Perbankan juga dikenal adanya

Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang merupakan bentuk penyediaan

dana yang dilakukan oleh Bank yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah.

 Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

(4)

 Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu;

 Berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain

 Terdapat kewajiban pihak peminjam untuk melunasi utangnya dalam jangka waktru tertentu;

 Pelunasan utang yang disertai dengan bunga.

(5)

 Unsur pertama dari Kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu; uang di sini

seiogianya ditafsirkan sebagai sejumlah dana (tunai dan saldo rekening giro) baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

 Dalam pengertian “penyediaan tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu” adalah cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari, pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang (factoring) dan pengambilalihan (pembelian) kredit atau piutang dari pihak lain seperti negosiasi hasil ekspor.

(6)

 Unsur kedua dari kredit adalah persetujuan atau kesepakatan antara bank dan debitur. Sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata,

agar suatu perjanjian menjadi sah diperlukan empat syarat, yaitu

kesepakatan para pihak, kecakapan untuk membuat perjanjian, terdapat obyek

tertentu dan ada suatu kausa (cause) yang halal.

 Selain kesepakatan antara debitur dan kreditur juga diperlukan ketiga syarat lain tersebut di atas sebagai dasar untuk

menyatakan sahnya suatu perjanjian.

(7)

 Unsur ketiga dari kredit adalah adanya kewajiban debitur untuk mengembalikan jumlah keseluruhan kredit yang dipinjam kepada kreditur dalam jangka waktu

tertentu.

 Hal ini merupakan konsekuensi logis dari adanya hubungan pinjam meminjam

antara debitur dan kreditur.

(8)

 Unsur yang terakhir adalah adanya

pengenaan bunga terhadap kredit yang dipinjamkan. Bunga merupakan nilai tambah yang diterima kreditur dari debitur atas sejumlah uang yang

dipinjamkan kepada debitur dimaksud.

(9)

 1. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan;

 2. Organisasi dan manajemen perkreditan;

 3. Kebijakan persetujuan kredit;

 4. Dokumentasi dan administrasi kredit;

 5. Pengawasan kredit;

 6. Penyelesaian kredit bermasalah.

Kebijakan

Perkreditan

(10)

Lancar (L)

Dalam Perhatian Khusus

(DPK)

Kurang Lancar (KL)

Diragukan (D)

Macet (M)

(11)

 Kredit lancar yaitu kredit yang

pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan

persyaratan kredit.

 Kredit lancar mempunyai kriteria sbb :

 1) Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu.

 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif.

 3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan uang tunai.

Kriteria

Kredit

Lancar

(12)

 Yaitu kredit yang pengembalian pokok

pinjaman atau pembayaran bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 90 hari sampai 180 hari dari waktu yang telah disepakati.

 Kredit kurang lancar mempunyai kriteria

sebagai berikut :

 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok

dan bunga yang telah melampaui 90 hari.

 2) Frekuensi mutasi rendah.

 3) Terjadi pelnggaran terhadap kontrak

yang telah dijanjikan lebih dari 90 hari.

 4) Terjadi mutasi masalah keuangan

yang dihadapi debitur.

 5) Dokumentasi pinjaman lemah

Kriteria

Kredit

Kurang

Lancar

(13)

 Yaitu kredit yang pengembalian pokok

pinjaman dan pembayaran bunganya

terdapat tunggakan yang telah melampaui 180 hari sampai 270 hari dari waktu yang disepakati.

 Kredit diragukan memiliki kriteria sebagai

berikut :

 1) Terdapat tunggakan angusran pokok

atau bunga yang telah melampaui 180 hari.

 2) Terjadinya wanprestasi lebih dari 180

hari.

 3) Terjadi cerukan yang bersifat permanen.

 4) Terjadi kapitalisasi bunga.

 5) Dokumentasi hukum yang lemah baik

untuk perjanjian maupun pengikat pinjaman.

Kriteria

Kredit

Diragukan

(14)

 Yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya

terdapat tunggakan telah melampaui 270 hari.

 Kredit macet mempunyai kriteria sebagai berikut :

 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 270 hari.

 2) Kerugian operasional dituntut dengan pinjaman baru.

 3) Jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar, baik dari segi hukum maupun dari segi kondisi pasar.

Kriteria

Kredit

Macet

(15)

1) Character

 Penilaian character ini dapat mengetahui

sejauh mana tingkat kejujuran dan tekad baik calon debitur yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari calon debitur.

 2) Capacity

 Penilaian capacity untuk melihat

kemampuan dalam melunasi kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan usaha yang akan dilakukan yang dibiayai dengan kredit dari bank.

 3) Capital

 Penilaian terhadap prinsip capital tidak

hanya melihat besar kecilnya modal yang dimiliki oleh calon debitur tetapi juga

bagaimana distribusi modal itu ditempatkan.

Prinsip-prinsip

Perkreditan

(16)

 4) Collateral

 Adalah jaminan fsik harta benda yg bernilai

uang & mempunyai harga stabil & mudah dijual. Jika peminjam tidak mampu membayar

hutangnya, maka tindakan akhir yg dilakukan oleh bank adalah melaksanakan haknya atas

collateral yg diikat secara yuridis utk menjamin

hutangnya pada bank.

 5) Condition of Economy

 Penilaian situasi & kondisi

politik/sosial/ekonomi, & kondisi pd sektor usaha calon debitur. Maksudnya agar bank dapat memperkecil risiko yg mungkin timbul oleh kondisi ekonomi, keadaan perdagangan & persaingan di lingkungan sektor usaha calon debitur dapat diketahui.

 6) Constraint

Penilaian hambatan dari lingkungan seperti

budaya atau kebiasaan yg tidak memungkinkan seseorang melakukan bisnis di suatu tempat.

Prinsip-prinsip

Perkreditan

(17)

a) Kredit Konsumtif

 Kredit yang bertujuan untuk

memperoleh barang-barang atau kebutuhan lainnya guna memenuhi keputusan dalam konsumsi.

b) Kredit Produktif

 Kredit yang bertujuan untuk memperlancar jalannya proses

produksi, mulai dari saat pengumpulan bahan mentah, pengolahan, sampai pada proses penjualan barang-barang yang sudah jadi.

(18)

a) Short Term Credit (kredit jangka pendek)

 Adalah kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun

b) Intermediate Term Credit

(kredit jangka waktu menengah)  Adalah suatu bentuk kredit yang

berjangka waktu dari satu sampai tiga tahun

c) Long Term Credit (kredit jangka Panjang)

 Adalah suatu bentuk kredit yang

berjangka waktu lebih dari tiga tahun

d) Demand loan atau call loan  Suatu bentuk kredit yang setiap

waktu dapat diminta kembali

(19)

a) Kredit Modal Kerja/Kredit Eksploitasi

 kredit jangka pendek yang diberikan untuk

membiayai kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan (working capital loan)

b) Kredit Investasi

 kredit jangka menengah dan panjang yang

diberikan untuk membiayai proyek baru

ataupun proyek perluasan suatu perusahaan

(investment loan)

c) Kredit Konsumsi

 kredit yang diberikan oleh bank atau

lembaga keuangan lainnya kepada pihak perseorangan, termasuk pegawai bank

pelapor, untuk keperluan konsumsi dengan cara membeli, menyewa, atau dengan cara lain; kredit perseorangan; kredit konsumtif

(personal loan; consumer loan)

Jenis Kredit

berdasarkan

Tujuan

Penggunaann

(20)

 a. sektor Pertanian, Perburuhan, dan Sarana Pertanian

 b. sektor Pertambangan

 c. sektor Perindustrian

 d. sektor Listrik, Gas, dan Air

 e. sektor Konstruksi

 f. sektor Perdagangan, Restoran, dan Hotel

 g. sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat

 h. sektor lain-lain

(21)

a) Kredit atas dasar Transaksi satu kali (Eenmalig)

 Kredit jk pendek utk pembiayaan suatu transaksi tertentu dgn sistem

sekali tarik, penarikan hanya 1 kali selama jk wkt kredit sehingga harus lunas & berakhir secara otomatis pd saat transaksi selesai.

b) Kredit atas dasar Transaksi Berulang (Revolving)

 Kredit jk pendek utk usaha yg merupakan suatu seri transaksi yg sejenis.

c) Kredit atas dasar Plafon Terikat

 Kredit diberikan dgn jumlah & jk wkt tertentu dgn tujuan utk tambahan

modal kerja bagi unit produksi atas dasar penilaian kapasitas produksi /kebutuhan modal kerja.

d) Kredit atas dasar Plafon Terbuka

 Kredit utk kebutuhan modal kerja, maksimum kredit yg diberikan tidak

terikat pada kapasitas produksi normal ataupun realisasi penjualan (omzet). Selama jangka waktu kredit masih berlaku, nasabah dapat melakukan penarikan & penyetoran sehingga posisi baki debet dpt menunjukkan jumlah yg naik/turun.

e) Kredit atas dasar Penurunan Plafon secara Berangsur  Kredit diberikan kpd nasabah yg pelunasannya harus dilaksanakan

secara berangsur sesuai dgn jadwal pelunasan yg telah ditentukan.

(22)

a) Cash Loan

 Pinjaman uang tunai yang diberikan bank kepada

 nasabahnya. Dalam pemberian cash loan ini bank telah menyediakan dana (fresh money) yang dapat digunakan oleh

nasabah berdasarkan ketentuan tertentu yang ada dalam perjanjian kreditnya.

b) Non‐Cash Loan

 Fasilitas yang diberikan bank kepada

nasabahnya, tetapi atas fasilitas tersebut bank belum mengeluarkan uang tunai. Dalam fasilitas ini bank baru menyatakan kesanggupan untuk menjamin

pembayaran kewajiban nasabah kepada pihak lain/pihak ketiga.

(23)

 a) Kredit dengan dana bank sendiri

 b) Kredit dana bersama bank lain

(sindikasi, konsorsium, joint fnancing)

 c) Kredit dengan dana dari luar negeri (ofshore, two step loan, project aid)

(24)

 a) Pinjaman Dengan Akad Kredit

 b) Pinjaman Tanpa Akad Kredit

(25)

a) Two Step Loan ( TSL )

 Suatu pinjaman yg diperoleh pemerintah dari

lender (lembaga keuangan) di LN yg

selanjutnya oleh pemerintah dipinjamkan kpd

Participating Financial Institution (PFI/Bank)

utk digunakan sbg pinjaman kpd berbagai proyek/perusahaan yg memenuhi syarat2 yg ditetapkan oleh peminjam.

b) Buyer’s Credit (Export Credit)

 Fasilitas yg diberikan kepada importer

(buyers) yg disediakan oleh bank-bank di LN

untuk pembiayaan impor/pemberilan barang (khususnya barang modal) yg berasal dari negara bank pemberi fasilitas di LN.

c) Onshore Loan

 Pemberian kredit dalam valuta asing yg pada

beberapa bank dananya dikelola oleh Divisi Treasury.

d) Ofshore Loan

 Pemberian kredit dalam valuta asing oleh

kantor bank yg ada di LN kepada nasabah2 DN sehingga menimbulkan kewajiban

membayar kembali terhadap LN.

Jenis Kredit

Two Step Loan

(

TSL

),

Buyer’s Credit

(

Export

Credit

),

Onshore Loan

,

dan

Ofshore

(26)

 Sindikasi adalah suatu

pembiayaan bersama terhadap suatu objek kredit oleh beberapa bank/lembaga pembiayaan, baik pembiayaan jangka pendek,

menengah, maupun panjang

dimana resiko kredit ditanggung bersama oleh bank/lembaga

pembiayaan pemberi kredit.

(27)

a) Konsorsium

 Fasilitas kredit yang diberikan kepada

nasabah bank yang pembiayaannya dilakukan secara bersama, bisa antar sesame bank pemerintah, meskipun tidak tertutup kemungkinan dengan bank swasta besar.

b) Joint Financing

 Cara pembiayaan kredit yang

dilaksanakan secara bersamasama antara bank-bank nasional (bank

pemerintah/bank pemerintah daerah, atau bank swasta) dengan bank-bank asing.

(28)

Referensi

Dokumen terkait

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

Pasal 1 angka 12 UU Perbankan 1992 mengartikan kredit adalah penyediaan yang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak

Kredit yang diberikan oleh bank dapat didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang

“Kredit adalah penyediaan uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah : penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan

Undang – Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau