TASAWUF DALAM HIERARKI ILMU-ILMU ISLAM
FAUJI AZWAR SIREGAR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
e-mail: faujiazwar10@gmail.com
PENDAHULUAN
Artikel ini mengkaji tentang “Tasawuf dalam Hierarki Ilmu-Ilmu Islam”. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui bahwa tasawuf dalam hierarki ilmu-ilmu islam sangat
penting, karena diperoleh dengan akal manusia dan ilmu yg diajarkan dan ditransformasikan
yang bersumber kepada syariat islam. Kajian ini menggunakan metode diskriptif analitis.
PEMBAHASANN
Tasawuf dalam Hierarki Ilmu-Ilmu Islam
Tasawuf dalam hierarki ilmu-ilmu islam menurut para ulama sangat
intelektual,sehingga para ulama membuat klasifikasi ilmu berdasarkan sudut pandang islam.
Dalam pembagian ilmu menurut al-Gazhali, berdasarkan cara perolehan ilmu , disbutkan
bahwa ilmu terdiri atas dua ; ilmu yang dihadirkan („ilm al-hudhuri/presential) dan ilmu yang
dicapai („ilm al-hushuli/attained), sedangkan tasawuf digolongkan kedalam „ilm-al hudhuri.
Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas membagi ilmu menjadi dua jenis ; imu
pemberian Allah (the God given knowledge) yang disebut ilmu-ilmu agama (the religious
sciences), dan ilmu capaian (the acquired knowledge) yang disebut ilmu-ilmu rasional,
Tasawuf digolongkan sebagaai metafisika Islam yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu
agama (the religious sciences).
Dari aspek sumber, taswuf sebagai salah satu dari ilmu syariah, menurut Ibn
Khaldun, bersumber dari syariat yakni Alquran dan hadist, dan akal tidak memiliki peran
dalam ilmu-ilmu syariah kecuali menarik kesimpulan dari kaidah-kaidah utam untuk
cabang-cabang permasalahannya. Dari aspaek tujuan, pelajar sufi (al-murid) harus terus
meningkatkan kualitas ibadahnya dan beranjak dari tingkatan terendah sampai tingkatan
tertinggi (al-muqamaat) sampai mencapai kemantapaan tauhid (al-tauhid) dan makrifat ( al-ma’rifah). Dari asspek pembahsan, tasawuf membicarakan empat poko persoalan. Pertma, pembahsaan tentang mujahadah (al-mujahadah), zauq (al-zauwq), intropeksi diri (muhasabah
al-nafs), dan tingkatan spiritual (al-muqamat). Kedua, penyingkapan spritual (al-kasyf) dan
hakikat-hakikat (al-haqiqahi) alam gaib (‘alam al-gayb). Ketiga, keramat wali (al-karamat).
Keempat, istilah-istilah kaum sufi yang diungkap pasca „mabuk‟ spiritual (al-syathahat).1
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa para ilmuan berbeda-beda dalam
mengklasifikasikan ilmu, ada yang berdasarkan dari segi sejarah, segi pembidangan atau
klasifikasi. Ilmu yang berguna dan yang tidak berguna, dari segi syar‟iyyah dan aqliyah dan
adaa juga dari segi sumbernya.
Dapat disimpulkan bahwa para ulama menempatkan tasaawuf sebagai bagian dari
ilmu-ilmu agama, meskipun sebagian ahli meyebutkan bahwa tasawuf dalam bentuk tasawuf
falsafi dipengaruhi oleh agama dan aliran filsafat tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Ja‟far, Gerbang Tasawuf ( Medan, Pedana Publishing 2016 ) hal. 22-23
1