• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MAHASISWA MUSLIM FAKULTAS PENDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSEPSI MAHASISWA MUSLIM FAKULTAS PENDI"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MAHASISWA MUSLIM FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS (FPEB) UPI TERHADAP KONSEP NEGARA

PANCASILA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh; 1. Anysa Dewi

2. Gefany Nur Islami R. 3. Rida Aeni

4. Tri Aninda

1504516 1501539 1500964 1501314

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya. Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam.

Penulis menyadari dalam penyusunan penelitian ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan penyusunan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Aamiin.

Bandung, April 2018

(3)

DAFTAR ISI

D. Pancasila dalam Perspektif Islam dan Hubungannya...10

E. Hubungan Antara Islam dan Pancasila...12

(4)

2.Sampel...19

BAB IV...20

HASIL DAN PEMBAHASAN...20

A. Hubungan Lima Sila Pancasila dengan Nilai-Nilai Keislaman...20

B. Persepsi Islam Terhadap Pancasila Sebagai Dasar Negara...22

C. Persepsi Mahasiswa Muslim FPEB Terhadap Konsep Negara Pancasila...25

BAB V...28

PENUTUP...28

A. Kesimpulan...28

B. Saran...28

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama merupakan jalan hidup (way of life) yang merupakan sumber sistem nilai yang harus dijadikan pedoman oleh manusia. Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki 6 (enam) agama yang di anut oleh masyarakatnya. Menurut hasil sensus BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 6,96% Protestan, 2,9% Katolik,

1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Kong Hu Cu, 0,13% agama lainnya, dan

0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan. Dari data tersebut terlihat bahwa Indonesia merupakan negara yang mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam yakni agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk diajarkan serta diteruskan kepada seluruh umat manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan muamalah (syariah) yang menentukan proses berpikir, merasa dan berbuat, dan proses terbentuknya hati.

Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia dimaksudkan bahwa Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi – ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai relegius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara (Kaelan, 2010: 30-31).

(6)

mengakoordinir seluruh ras, suku bangsa, dan agama yang ada di Indonesia. Hal ini dibuktikan bahwa sila-sila Pancasila selaras dengan apa yang telah tergaris dalam al-Qur’an.

Sebagai falsafah hidup bangsa, hakekat nilai-nilai Pancasila telah hidup dan diamalkan oleh bangsa Indonesia sejak negara ini belum berbentuk. Artinya, rumusan Pancasila sebagaimana tertuang dalam alinea 4 UUD 1945 sebenarnya merupakan refleksi dari falsafah dan budaya bangsa, termasuk di dalamnya bersumber dan terinspirasi dari nilai-nilai dan ajaran agama yang dianut bangsa Indonesia (Tahir Azhary,2012)

Membahas mengenai hubungan antara agama dan Negara bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini telah memancing perdebatan yang sangat dinamis dalam ketatanegaraan di Indonesia. Pokok permasalahan yang sering diperdebatkan adalah keberadaan posisi agama dalam hubungannya dengan negara, dalam hal ini konsep Negara Pancasila dan Negara Islam sering menjadi perdebatan sejak masa pergerakan nasional. Karena, pancasila dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam dan mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam serta adanya tuntutan golongan kebangsaan Islam atas kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi para pemeluknya-pemeluknya.” Yang tidak disetujui oleh golongan Kristen dan golongan kebangsaan. Namun Soekarno, memperjuangkan agar hukum-hukum dan ajaran moral agama dapat diperjuangkan secara demokratis melalui wakil-wakil umat islam dalam partai politik di parlemen. Karena itu Soekarno tidak menolak partisipasi agama diruang publik politik. Soekarno menjelaskan biarlah agama menjadi urusan agama bukan urusan negara, melainkan pelaksanaanya diserahkan kepada individu dan masyarakat sendiri secara leluasa. Sebab jika dimasukan keruang publik agama bisa menjadi alat legitimasi kepentingan mencapai dan mempertahankan kekuasaan.Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat penelitian mengenai “ Persepsi Mahasiswa Muslim FPEB terhadap Konsep Negara Pancasila”.

B. Rumusan Masalah

(7)

1. Bagaimana hubungan lima sila pancasila dengan nilai-nilaikeIslaman. 2. Bagaimana persepsi Islam terhadap pancasila sebagai dasar Negara. 3. Bagaimana persepsi mahasiswa muslim FPEB terhadap konsep negara

pancasila.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan lima sila pancasila dengan nilai-nilai keIslaman.

2. Untuk mengetahui persepsi Islam terhadap pancasila sebagai dasar Negara.

3. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa muslim FPEB terhadap konsep negara pancasila.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan pengetahuan mengenaikonsep Islam dan Negara Pancasila.

2. Manfaat praktis Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan bagi penulis maupun masyarakat mengenai konsep Islam dan Negara Pancasila.

BAB II

(8)

A. Konsep Dasar Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.

Sugihartono (2007) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.

Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpre tasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.

(9)

pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi, 2006: 118).

Jalaludin Rakhmat (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan, Waidi (2006: 118) menyatakan: “persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui system alat indera manusia”. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui

b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.

c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus

(10)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Miftah Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal - hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.

Menurut Bimo Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.

(11)

Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.

Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelom pok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan-perbedaan-perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.

4. Proses Persepsi

Menurut Miftah Toha (2003: 145), proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu:

a. Stimulus atau Rangsangan

(12)

c. Interpretasi

Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah yang umumnya memiliki kedaulatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian negara adalah Organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat, kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Dalam pengertian luas, negara adalah kesatuan sosial yang diatur secara konstitusional untuk mewujudkan kepentingan bersama.

1. Konsep Negara Hukum Pancasila

(13)

Dalam pancasila terkandung patokan-patokan dasar terpenting dalam merumuskan norma-norma hukum poositif antara lain yaitu:

1. Ketuhanan yang maha esa, bermakna bahwa setiap warga negara

Indonesia bebas memeluk ajaran agama karena negara tidak berpihak pada salah satu agama.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, bermakna bahwa

pembentukan hukum harus menunjukan karakter dan ciri-ciri hukum dari manusia yang beradab.

3. Persatuan indonesia, bermakna bahwa setiap peraturan mulai dari

undang-undang hingga putusan pengadilan harus mengacu pada terciptanya persatuan antara warga dan bangsa.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan, bermakna bahwa musnyawarah menjadi hal utama dalam setiap pengambilan keputusan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, bermakna bahwa

setiap peraturan hukum baik undang-undang maupun putusan pengadilan mencerminkan keadilan sosial.

Pancasila dalam kedudukannya disebut sebagai dasar negara yang mengatur pemerintahan negara, pancasila itu sendiri memiliki sifat memaksa yang artinya mengikat setiap warga untuk tunduk kepada pancasila dan bagi siapa yang melakukan pelanggaran harus ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila memiliki sifat obyektif dan subyektif, sifat subyektif bermaksud bahwa pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran bangsa sedangkan nilai obyektif atau universal artinya pancasila diterima oleh bangsa dan negara.

(14)

C. Pengertian Islam

Agama bagi kehidupan manusia menjadi pedoman hidup, islam merupakan agama dengan penganut mayoritas di Indonesia. Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir untuk mejadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.

Menurut M. Alwi Nawawi pengertian islam adalah Keselamatan yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya Muhammad SAW yang terdiri dari hukum-hukum akidah, akhlak, peribadatan, mu’amalah dan berita kisah-kisah yang kesemuannya terdapat dalam kitab Suci Al quran dan hikamah Rasulullah yang diperintahkan Allah unyuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa islam adalah ajaran yang meliputi peraturan-peraturan hidup manusia dan tata cara tingkah laku bagi manusia, yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW dari Tuhannya, yang diperintahkan kepadanya untuk menyampaikan kepada seluruh umat manusia dengan akibat pahala bagi yang mentaatinya dan hukuman bagi yang mengingkarinya.

D. Pancasila dalam Perspektif Islam dan Hubungannya

Bangsa Indonesia patut berterima kasih kepada founding father-nya yang telah menyatukan kemajemukan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak semua negara di dunia mampu melakukannya. Semangat nasionalisme mampu dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dari puluhan ribu pulau, suku bangsa, bahasa, lebih-lebih agama sebagai perbedaan yang paling mendasar.

(15)

tidak membawa agama, namun mengatur hal-hal yang berbaur dengan menjalankan syari’at Islam di negara pancasila, demikian pula kelompok nasionalis merasa mengkhianati bangsanya ketika syari’at Islam diformalisasikan di negara pancasila. Padahal Islam adalah agama yang syumul (universal) yang berlaku dalam setiap ruang dan waktu hingga akhir zaman. Demikian pula pancasila adalah ideologi yang terbangun atas dasar nilai-nilai agama termasuk Islam.

Memang, pertarungan dua kelompok ini telah dimulai sejak masa kolonial. Di mana pada tahun 1930, Soekarno versus Natsir telah berpolemik tentang masalah-masalah dasar perjuangan kemerdekaan dan tentang masa depan bangsa Indonesia. Keduanya adalah tokoh yang representasi mewakili kelompok nasionalis dan Islamis. Demikian pula pasca kemerdekaan, dua kelompok ini bertarung melalui Piagam Jakarta terutama dalam konsep dasar ideologi bangsa yaitu pada kalimat “… dengan berdasar kepada ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” meskipun pada akhirnya berdasarkan musyawarah dapat diganti dengan kalimat “….berdasarkan ketuhanan yang maha esa”.

Meskipun demikian, kita mestinya tidak menjadikan sejarah pertentangan di atas sebagai semangat pemberontakan terhadap Pancasila ataupun melawan nilai dari ajaran Islam sebab mereka telah tuntas dalam satu kesepakatan dengan menjadikan Pancasila sebagai azas negara dengan rumusannya yang sempurna serta mengambil nilai dari ajaran-ajaran agama.

(16)

partai-partai berazaskan Islam dan melahirkan Undang-Undang serta Perda-Perda bernuansa syari’at Islam. Di sisi lain semangat mempertahankan pancasila sebagai ideology yang legitimed dan melindungi minoritas pun terus dilontarkan melalui parlemen dan gerakan-gerakan nasionalisme. Mereka menginginkan pancasila sebagai harga mati bagi azas negara Indonesia.

Pada dasarnya, Islam dan pancasila adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan sebab keduanya bertujuan mewujudkan perdamaian di muka bumi. Untuk itu perlu ada rumusan dan diplomasi baru guna menjadikan keduanya sebagai ruh bangsa Indonesia. Indonesia yang dapat membentuk masyarakatnya dapat berbangsa tanpa merasa berdosa kepada Tuhannya, demikian pula dapat beragama tanpa merasa mengkhianati bangsanya. Menjadikan agama untuk mengisi pancasila agar tidak bertentangan secara vertical kepada Tuhan. Yakinlah bahwa pancasila merupakan impelementasi atau turunan dari ajaran Islam melalui ajaran hablun minannas (hubungan kepada sesame manusia). Begitu pula melalui ajaran persaudaraan sesama manusia (ukhuwah basyariyah) dan persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwah wathoniyah).

Jadi mengamalkan Pancasila adalah bagian dari ibadah yang sesuai dengan ajaran Islam dan mengamalkan Islam adalah bentuk pengabdian dan kesetiaan kepada bangsa Indonesia. Sebaliknya, melanggar ketentuan Pancasila dapat melanggar nilai-nilai dari ajaran Islam dan tidak melaksanakan Islam adalah pengkhianatan kepada bangs

E. Hubungan Antara Islam dan Pancasila

(17)

Pancasila yang ada seperti yang dijabarkan oleh pendiri Bangsa ada di setiap agama termasuk Islam maupun Katholik dan sebagainya. Oleh karenanya, Pancasila lebih luas dan universal dari pada pandangan Islam yang meletakkan umat agama lain dalam status dibawahnya (dzimmi, pen). Ada ketidakadilan yang signifikan dalam menempatkan status dzimmi bagi bangsa yang didirikan diatas pengorbanan semua kaum yang ingin menjadi satu bangsa dalam satu tatanan kenegaraan, NKRI. Keberatan lainnya adalah bahwa fakta sejarah yang memperlihatkan bahwa penguasa dan kaum intelektual Islam zaman dahulu di dunia maupun di Indonesia hingga kini selalu dalam perbedaan dalam menginterpretasi dan memaknai (shariat) Islam. Bila direfleksikan pada kondisi sekarang ini, dunia Islam seperti Iran dan Pakistan misalnya penuh dengan pertentangan ideologi Islam yang bahkan menyeret umat Islam pada perpecahan yang berdarah antar sesama Muslim dan lebih senang melupakan makna dan tujuan berbangsa dan bernegara. Hal ini karena politik Islam selama ini lebih cenderung pada politik ideologi daripada politik kebangsaan dan kebernegaraan. Politik shariat Islam boleh jadi hingga kini masih berkutat pada politik interpretasi ideologi (teologis). Berdakwah politis untuk mencapai satu shariat Islam sepertinya jauh dari pada kenyataan, dan ini akan berakibat fatal karena nafsu syahwat kekuasaan politik lebih dominan dan menarik daripada niat untuk membangun kehidupan yang rahmatan lil alamin dalam satu bangsa dan negara.

(18)

kemanusiaan. Sesuatu dasar neagra yang memuat semua hal yang merupakan kepribadian luhur bangsa Indonesia, dijiwai semangat revolusi 17 Agustus 1945 yang menjamin hak asasi manusia dan menjamin berlakunya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, yang menjadikan musyawarah sebagai dasar segala perundingan dan penyelesaian mengenai segala persoalan kenegaraan, menjamin kebebasan beragama dan beribadat dan berisikan sendi-sendi perikemanusiaan dan kebangsaan yang luas .

Terpuruknya suatu bangsa yang memiliki pandangan yang luhur seperti Indonesia kini bukanlah kesalahan dan kegagalan dari dasar negaranya Pancasila. Bahkan fakta sosial bahwa banyak umat agama yang terpuruk bukan berarti agama itu salah atau gagal. Pandangan bijak seperti ini sebenarnya telah diucapkan oleh para wakil Komisi I di sidang Konstituante ini. Kiranya pernyataan ini adalah pernyataan bijak yang abadi. Islam atau agama apapun dalam sejarah bangsa dan negara di dunia ini banyak yang mengalami kegagalan dan kehancuran, hal ini dikarenakan penguasa saat itu tidaklah demokratis dan menjunjung keadilan bagi terciptanya kesejahteraan rakyatnya. Hal itu diperparah oleh elite penguasa dan agama yang korup, mementingkan kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Pancasila juga mengalami hal itu terutama sejak (dan bila) penguasa melupakan tujuan dari pancasila itu sendiri yakni menciptakan keadilan sosial dan ekonomi bagi seluruh rakyatnya. Jadi bukan salah Pancasila apalagi Agama bila suatu bangsa terpuruk, namun lebih daripada itu semua dalah kesalahan elite penguasa dan agama yang rakus pada kekuasaan dan kemakmuran diri sendiri. Namun demikian, dibanding dengan agama yang selalu eksklusif sifatnya, Pancasila dengan nilai demokratisnya lebih menjanjikan bagi suatu kebangsaan yang multi-segalanya seperti Indonesia ini.

(19)

Soedjatmoko mengingatkan bahwa tujuan dasar negara itu adalah untuk menciptakan keadilan, kemanusiaan, dan kemakmuran sebesar-besarnya bagi seluruh bangsa. Hal yang hanya bisa diciptakan dalam mekanisme demokrasi modern. Disinilah arti daripada demokrasi modern bagi semua agama yang memiliki naluri eksklusifitas bisa direkonstruksi demi tujuan yang lebih mulia yakni kemanusiaan yang adil dan beradab dalam mencapai kesejahteraan sosial dan ekonomi serta politik yang seluas-luasnya. Demokrasi bukan berarti kesempatan bagi sekelompok elite agama untuk memaksakan kehendaknya seperti halnya tampak dalam kasus akhir-akhir ini di Indonesia lewat Islamisasi Perda maupun RUUP yang sepihak tanpa adanya musyawarah dan rasa keadilan.

(20)

pada masa lalu yang dianggap otentik dan murni, mirip dengan Pancasila di Zaman Orba yang memfosilkan Pancasila itu sendiri.

F. Relasi Islam Dengan Pancasila

Umat Islam menerima pancasila hanyalah sebagai dasar negara,tidak lebih daripada itu karena umat Islam memiliki pedoman/pandangan hidup sendiri yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits .Al-Qur’an tidak bisa disamakan atau dibandingkan apalagi di ganti, dengan pancasila.Pancasila bukan wahyu,akan tetapi umat Islam menjadikan pancasila sebagai cerminan seperti yang disampaikan K.H. Ahmad Siddiq ( Rois Am ), orang yang boleh dikatakan konseptor utama keputusan Munas 1983 dan Muktamar 1984, dalam kutipan makalahnya yang disampaikan pada Muktamar mengatakan:”Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mencerminkan pandangan Islam akan keesaan Allah, yang dikenal pula dengan sebutan Tauhid”.Dan dalam “Deklarasi tentang Hubungan Pancasila dengan Islam”. Deklarasi ini merupakan simpul dan titik akhir dari pembahasan keagamaan (bahtsul masa’il) ulama NU tentang Pancasila sebagai ideologi negara, tentang wawasan kebangsaan, dan posisi Islam dalam negara-bangsa. Secara lengkap deklarasi itu berbunyi sebagai berikut :

1. Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Republik Indonesia bukanlah agama, dan tidak dapat menggantikan agama dan tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan kedudukan agama.

2. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar negara Republik Indonesia menurut Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang menjiwai sila-sila yang lain, mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam Islam.

3. Bagi Nahdlatul Ulama, Islam adalah aqidah dan syari’ah, meliputi aspek hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antar manusia.

(21)

5. Sebagai konsekwensi dari sikap di atas, Nahdlatul Ulama berkewajiban mengamankan pengertian yang benar tentang Pancasila dan pengamalannya yang murni dan konsekwen oleh semua fihak.

Sikap NU adalah menjadikan pancasila sebagai asas negara dan Islam sebagai aqidahnya.NU bukan hanya pertama menerima tetapi juga yang paling mudah menerima Pancasila. Sedangkan,Muhammadiyah menerima Pancasila setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan .Paham pancasila akan sulit diterima,kecuali dengan pendekatan agama,yakni Islam.

BAB III

(22)

A. Metode Penelitian

Metode penelitian mencakup prosedur dan teknik penelitian. Metode penelitian merupakan langkah penting untuk memecahkan masalah-masalah penelitian. Dengan menguasai metode penelitian, bukan hanya dapat memecahkan berbagai masalah penelitian, namun juga dapat mengembangkan bidang keilmuan yang digeluti. Selain itu, memperbanyak penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan dunia pendidikan. Metode peMkknelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif yaitu dengan cara mencari informasi tentang gejala yang ada, didefinisikan dengan jelas tujuan yang akan dicapai, merencanakan cara pendekatannya, mengumpulkan data sebagai bahan untuk membuat laporan.

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode angket (Kuesioner)

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dapat diberikan secara langsung atau melalui pos atau internet. Jenis angket ada dua, yaitu tertutup dan terbuka. Kuesioner yang digunakan dalam hal ini adalah kuesioner tertutup dan terbuka.

2. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dari suatu penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui tahap berikut ini :

1. Tahap Penelitian

a. Perencanaan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

 Peneliti membuat instrumen-instrumen penelitian yang akan

digunakan untuk penelitian.

(23)

 Peneliti memberikan angket kepada responden

c. Evaluasi Pada tahap ini, peneliti menganalisis dan mengolah data yang telah dikumpulkan dengan metode yang telah ditentukan.

d. Penyusunan Laporan Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun dan melaporkan hasil-hasil penelitian.

3. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9-10 April 2018

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi.

Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

2.Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Mahasiswa Muslim FPEB UPI sebanyak 103 responden.

BAB IV

(24)

A. Hubungan Lima Sila Pancasila dengan Nilai-Nilai Keislaman Menurut Tijani (2001) Perspektif atau yang biasanya lebih dikenal dengan sudut pandang dapat diartikan sebagai cara seseorang dalam menilai sesuatu yang bisa dipaparkan baik secara lisan maupun tulisan. Dalam hal ini membicarakan bagaimana sudut pandang islam terhadap nilai sila dalam pancasila yaitu

1. Sila pertama yang berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa islam memaknai kalimat tersebut dengan tauhid yang merupakan keyakinan yang terdalam dan yang paling awal dari semua agama-agama yang ada di dunia. Al-Qur’an menyatakan sebagai berikut:

Dan tidak pernah mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan aku. (QS Al-Anbiya’[21]:25)

2. Sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, kemanusiaan adalah terikat dengan hakikat manusia dimana hakikat dan martabatnya manusia yang harus dijadikan acuan moral dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan berbangsa dan bernegara. Tentang hal ini Dr.Wahbah Zuhaili menulis kemuliaan manusia merupakan hak kodrati setiap insan yang dilindungi oleh islam sebagai landasan etika dan tata pergaulan, tak seorangpun boleh dilecehkan hak-haknya. Al-Qur’an menegaskan bahwa pada dasarnya manusia diperintahkan dimuka bumi sebagai khalifah (wakil,mandataris) Allah SWT:

ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi. (QS Al-baqarah [2]:30).

(25)

merupakan perintah Allah yang tertuang dalam Al- Qur’an agar kaum muslimin tetap berpegang teguh kepada aturan-aturannya dan tidak terpecah-pecah. Demikian pula perintah Allah agar kaum musilm tidak mengikuti sikap umat terdahulu setelah datangnya perunjuk, seperti tertuang dalam ayat:

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka... (QS Al-Imron:105)

4. Sila keempat yang berbunyi Permusyawaratan Rakyat

Demokrasi pancasila yang menghimpun berbagai macam unsur demokrasi sebenarnya timbul dari masyarakat Indoensia yang religius, kaum muslimin dapat menerima demokrasi ini, karna didalamnya terdapat unsur-unsur ketuhanan dalam artian selama keputusan yang diambil dalam permusyawaratan harus bersesuaian dengan ajaran keagamaan,prinsip kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan sosial.

Pengaruh islam terhadap prinsip ini terkandung dalam Al-Qur’an terdapat perintah supaya permusyawaratan dalam urusan dunia seperti:

Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.... (QS Al-Imron:159)

Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.... (QS Al-Syura:38)

(26)

budaya maupun warna kulit yang merupakan salah satu kebesaran Allah SWT.

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS Ar-rum [30]: 22).

B. Persepsi Islam Terhadap Pancasila Sebagai Dasar Negara

Kata pancasila terdiri dari dua kata basa sanskerta: panca berarti lima dan uila prinsip atau asas. Panncasila sebagai dasar Negara republik Indonesia. Dalam upaya perumusan pancasila sebagai dasar Negara yang resmi, terdapat usulan-usulan peribadi yang dikemukakan dalam BPUPKI, tanpa kata Indonesia karena dibentuk negara jepang(Ellydar, 2007).

(27)

soekarno. Sejak “fase pembuahan” soekarno mulai merintis pemikiran kearah dasar falsafah pancasila dalam gagasannya untuk mensisntesiskan antara “nasionalisme-islamisme dan marxisme” dan konseptualisasinya tentang “socionationalisme”, “socio-democratie” sebagai asa marhaenisme. Pada fase perumusan dialah orang yang pertama yang mengkoseptualisasikan dasar Negara dalam konteks “dasar falsafah” (philosofische grondslag) atau “pandangan dunia” (weltanschauung) secara sistematik dan koheren, dan dia pula yang menyebut lima perinsip dari dasar Negara itu dengan istilah pancasila; dalam proses penyempurnaan perumusan pancasila, dia pula yang memimpin “panitia Sembilan” yangmelahirkan piagam Jakarta dalam proses penerjemahan pancasila itu kedalam UUD dia pula yang memimpin panitia perancang hukum dasar. Akhirnya dalam fase pengesahan pancasila, dia pula yang memimpin PPKI (Yudi Latif, 2012)

Dalam lintasan panjang konseptualisasi pancasila itu dapat dikatakan 1 juni adalah hari kelahiran pancasila. Pada hari itulah lima perinsip dasar Negara dikemukakan dengan diberi nama pancasila dan sejak itu jumlahnya tidak pernah berubah. Meski demikian, untuk diterima sebagai dasar Negara pancasila itu perlu persetujuan kolektif melalui perumusan piagam Jakarta (22 juni), dan akhirnya mengalami perumusan final melaui proses pengesahan konstitusional pada 18 agustus. Oleh karena itu, rumusan pancasila sebagai dasar Negara yang secara konstitusional mengikat kehidupan kebangsaan dan kenegaraan bukanlah rumusan pancasila versi 1 juni atau 22 juni, melainkan versi 18 agustus 1945 (Yudi Latif, 2012).

(28)

dalam peri kehidupan dan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia. Singkat kata pancasila adalah dasar statis yang mempersatukan sekaligus bintang penuntun ( leitstar) yang dinamis, yang mengarahkan bangsa dalam mencapai tujuannya. Dalam posisinya seperti itu, pancasila merupakan sumber jati diri, keperibadian sumber moralitas, dan haluan keselamatan bangsa(Ellydar, 2007).

(29)
(30)
(31)

Menurut pendapat anda apakah Negara Indonesia lebih sesuai menggunakan konsep Negara Pancasila atau Negara Islam? dan berikan alasannya!

103 tanggapan

YA TIDAK

(32)

terkandung nilai-nilai keislaman didalamnya. Serta, mayoritas setuju menggunakan Pancasila sebagai dasar hukum yang digunakan di Indonesia.

BAB V

(33)

A. Kesimpulan

 Pancasila adalah asas negara Indonesia,artinya segala hukum yang

berlaku di Indonesia harus berasaskan kepada pancasila atau sebagai sumber tertib hukum Indonesia.

 Dengan dikeluarkannya dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959 , untuk

kembali ke UUD 1945,maka dengan begitu segala tertib hukum yang berlaku di Indonesia harus sesuai dengan syariah Islam.Karena sumber pembentuk UUD 1945 adalah Piagam Jakarta,meskipun anak kalimat dari sila pertama pancasila telah di hapus.

 Dalam negara yang berpaham Pancasila,hubungan agama dalam sangat

penting, dimana agama berperan sebagai aqidah yang mewarnai hukum dalam negara tersebut.

 Sumber nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia terletak pada Pancasila

sila ke 1 yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang mengatur hubungan manusia dengan manusia maupun dengan sang Pencipta. Dan menjadi pedoman hidup sehari – hari. Hubungan antara Pancasila dan Islam sangatlah saling melengkapi. Bahkan semua yang diatur dalam Pancasila sudah tentu baik juga menurut pandangan Islam. Dikarenakan pencetusan Pancasila saat itu juga mengacu pada Al Qur’an dan Hadits.

B. Saran

Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya dengan agama, diperlukan usaha yang cukup keras. Salah satunya kita harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Selain itu, kita juga harus mempunyai kemauan yang keras guna mewujudkan negara Indonesia yang aman, makmur dan nyaman bagi setiap orang yang berada di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

(34)

Ellydar chaidir, Hukum dan Teori Konstitusi, cetakan pertama, (Yogyakarta: kreasi total media yogyakarta, 2007) Hlm 54

Kaelan, Negara kebangsaanpancasila, kultur, historis, filosofis, yuridis, danaktualisasinya, cetakanpertama (Yogyakarta, paradigm, 2013) Hlm 40-41

M. Alwi Nawawi, 1988. Pengantar Pendidikan Agama Islam. Yang Menerbitkan

Lembaga Percetakan dan Penerbitan Universitas Muslim Indonesia.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, hlm. 777.

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. PsikologiKomunikasi. Edisi kesepuluh. Bandung: Rosdakarya

Sugihartono dkk, 2007, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, h. 8

Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta: EGC, h. 98Mifta Thoha, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Grafindo Persada, h. 154

TahirAzhary,et.al, BeberapaAspekHukum Tata Negara, HukumPidanadanHukum Islam, Bogor: Kecana , 2012, Hlm. 491.

Tijani Abd.Qadir Hamid, Pemikiran Politik Dalam Al-Qur’an, cetakan pertama, ( Jakarta: gema insane press, 2001) Hlm 57

Waidi. (2006). The Art of Re-engineering Your Mind for Success. Jakarta: Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

Karena dikhawatirkan pada akhirnya justru dai yang menjadi pemecah persatuan umat atau bahkan mengajak umat Islam ke jalan yang sesat.. Naudzubillah

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM- Pengabdian kepada Masyarakat... Penghargaan dalam 10

Dari definisi di atas bahwa nilai- nilai sering digunakan secara sempit dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini dapat diketahui bahwa istilah nilai mempunyai pegertian

[r]

Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah dengan menggunakan media konkrit dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I

Meskipun malaikat merupakan makhluk-makhluk suci yang tidak mengenal dosa, tetapi mereka tidak wajar menjadi khalifah, karena yang bertugas menyangkut sesuatu harus

Election Broadcasting Debates Commission tingkat nasional yang ada pada National Election Commission terdiri atas 11 anggota sementara Election Broadcasting

Kandungan Oksigen dalam logam las sebagai fungsi dari BI Fluks.. Hubungan antara ketangguhan dengan kandungan