• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROSES GLOBALISASI DAN PAHAM KA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PROSES GLOBALISASI DAN PAHAM KA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Fenomena globalisasi diibaratkan seperti mata uang logam yang memiliki 2 sisi yang sangat bertolak belakang satu sama lain. Globalisasi disatu sisi memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun disisi lain globalisasi juga memberikan pengaruh yang negatif. Salah satu pengaruh negatif dari globalisasi adalah berupa kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang semakin parah menjadikan globalisasi sebagai salah satu penyebab dari kerusakan lingkungan yang terjadi di negara-negara berkembang.

Globalisasi menuntut setiap negara yang hendak menjadi negara maju harus membuka diri selebar-lebarnya terhadap bantuan dan kerjasama dengan pihak asing. Hal ini lah yang kemudian menjadi pintu masuk bagi para investor-investor asing yang menganut paham kapitalisme untuk berlomba menanamkan modalnya di negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Dibalik hal baik tersebut tersimpan pengaruh buruk akibat dari pembangunan ekonomi yang tanpa batas, yaitu berupa kerusakan lingkungan. Hal ini terjadi karena setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan baik itu produksi maupun konsumsi tidak terlepas dalam memberikan pengaruh kepada lingkungan sekitar.

Dalam perkembangan globalisasi di negara berkembang, terjadinya eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan sering dikaitkan guna meningkatkan mutu kemajuan negara tersebut, padahal dalam prakteknya hasil dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan tersebut malah mengantarkan negara tersebut dalam keterpurukan yang semakin menjadi akibat kerusakan lingkungan hidup(1).

Indonesia yang memiliki sumber daya alam sangat melimpah dijadikan tempat industri-industri yang didirikan oleh negara maju melakukan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan ditambah lagi proses kerja industri-industri tersebut

(2)

tidak berwawasan lingkungan. Hal ini bisa dilihat melalui berbagai bentuk kerusakan akibat aktifitas pertambangan, selain itu juga limbah yang dihasilkan tidak bisa diatasi oleh negara maju. Kebijakan pemerintah mengizinkan operasi pertambangan pada kawasan hutan lindung dan konservasi, sudah pasti akan mempercepat lenyapnya berbagai sumber daya alam yang tadinya melimpah di Indonesia.

Mereka menggunakan sumber daya alam Indonesia tanpa mempertimbangkan kerusakan alam yang terjadi dan hanya berfikir untuk mendapatkan untung yang berlipat ganda. Menggunduli hutan Indonesia yang seharusnya menjadi wilayah konservasi, mengalihfungsikan hutan menjadi lahan industri maupun perkebunan. Tanpa di sadari, manusia telah merusak tempat tinggal mereka sendiri hanya dengan alasan untuk bertahan hidup, atau mungkin untuk memenuhi kebutuhanya. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2007) memberikan indikasi bahwa aktivitas manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil dan kegiatan di bidang pertanian menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca dan berakibat pada pemanasan global.

Kerusakan lingkungan yang terjadi tidak hanya pada hutan Indonesia saja. Melainkan juga terjadi pada ekosistem laut Indonesia. Terumbu karang yang menjadi tempat hidup berbagai macam biota laut banyak yang rusak akibat perbuatan manusia. Laut menjadi tercemar akibat kegiatan pembuangan limbah secara langsung ke laut dan juga karena kegiatan eksplorasi minyak bumi. Ikan-ikan Indonesia banyak yang dicuri secara ilegal.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana pengaruh proses globalisasi dan paham kapitalisme terhadap kerusakan alam Indonesia?

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka diketahui pengaruh globalisasi dan kapitalisme demikian luas dan kompleks. Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, maka pembuatan klipping ini dibatasi hanya pada masalah “Pengaruh Proses Globalisasi dan Paham Kapitalisme Terhadap Kerusakan Alam di Indonesia”

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan klipping ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh proses globalisasi dan paham kapitalisme terhadap kerusakan lingkungan alam Indonesia

2. Untuk memberikan solusi atau penyelesaian dalam upaya menanggulangi masalah kerusakan lingkungan alam Indonesia yang disebabkan oleh proses globalisasi dan paham kapitalisme.

3. Sebagai bahan bacaan dalam mengingatkan dan meningkatkan kesadaran umat manusia tentang pentingnya menjaga kelestarian alam Indonesia

1.5 Metode Pengumpulan Data

(4)

BAB 2

PENGARUH PROSES GLOBALISASI DAN PAHAM KAPITALISME TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN ALAM INDONESIA 2.1 Globalisasi dan Kapitalisme

Kata globalisasi muncul pada akhir abad ke-20. Globalisasi telah menjadikan pertukaran barang dan jasa dengan mudah terjadi melewati batas-batas territorial suatu negara. Dengan adanya Globalisasi, negara-negara dapat dengan mudah melakukan suatu interaksi, bahkan individu dalam suatu negara dengan individu di negara lain dapat dengan mudah melakukan suatu interaksi, baik dalam hal komunikasi, pertukaran komoditi, pertukaran informasi, dan lainnya.

Globalisasi pada pokoknya berarti proses interkoneksi yang terus meningkat di antara berbagai masyarakat sehingga kejadian-kejadian yang berlangsung mempengaruhi negara dan masyarakat yang lainya(2). Globalisasi menjadi sebuah tatanan dunia baru saat ini. Banyak kalangan yang memperdebatkan globalisasi, terutama pada dampak yang akan di berikan terhadap segala yang ada pada alam semesta. Sebagian dari mereka menganggap bahwa globalisasi merupakan kepanjangan tangan dari kapitalisme, yang mana pada akhirnya akan merugikan negara-negara berkembang dan menguntungkan negara maju.

Istilah Globalisasi menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan(3). Disintegrasi negara-negara komunis yang mengakhiri Perang Dingin memungkinkan kapitalisme barat menjadi satu-satunya kekuatan yang memangku hegemoni global. Itu sebabnya di bidang ideologi perdagangan dan ekonomi, globalisasi sering disebut sebagai dekolonisasi, rekolonisasi, neo-kapitalisme, Neo-Liberalisme(4).

(5)

4. Ibid

Globalisasi adalah proses pemampatan ruang dan waktu terjadi(5), dimana intensitas sosial yang terjadi di dunia tidak terelakan. Semakin mudahnya mempengaruhi sebuah peristiwa walupun berada di tempat yang berbeda. Musnahnya batas-batas teritorial negara dan politik internasional semakin memperkuat arus globalisasi saat ini.

Dari beberapa pengertian di atas tentu saja dapat dipahami bahwa dengan globalisasi sebagai instrumennya, paham kapitalisme akan semakin mudah untuk masuk dan menjalankan apa yang seharusnya dikejar. Maka tidak heran ketika banyak yang mengartikan globalisasi sebagai kepanjangan tangan kaum kapitalis dan koorporat. Konsep kapitalisme berasal dari pemikiran Marx tentang sifat dasar manusia, yaitu keserakahan, ketamakan dan kekerasan(6). Sifat itulah yang kemudian menjadikan para pemilik modal dan alat produksi berlomba-lomba untuk mencari kekayaan semaksimal mungkin meskipun harus mengorbankan banyak orang bahkan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan sehingga akan memberikan dampak negatif terhadap kehidupan jangka panjang.

Kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana sejumlah besar pekerja yang hanya memiliki sedikit hak milik, memproduksi komoditas-komoditas demi keuntungan para kapitalis yang memiliki komoditas-komoditas, alat alat produksi, dan bahkan waktu kerja para pekerja, karena mereka menganggap bahwa mereka telah membeli waktu para pekerja melalui apa yang di sebut dengan gaji(7). Maka dari itu tidaklah heran apabila terjadi eksploitasi terhadap para buruh, parahnya lagi eksploitasi yang terjadi tidak hanya pada buruh, tapi juga kelestarian alam. Demi mendapatkan sumber daya yang di butuhkan untuk menjalankan produksinya kaum kapitalis tidak perduli apa yang terjadi terhadap alam yang rusak akibat keserakahan mereka.

5. Anthony Gidens

(6)

7. Ibid, hlm: 44

2.2 Kerusakan Lingkungan

Kerusakan lingkungan dapat diartikan sebagai proses deteriorasi atau penurunan mutu (kemunduran) lingkungan(8). Deteriorasi lingkungan ini ditandai dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya flora dan fauna liar, dan kerusakan ekosistem. Kerusakan lingkungan hidup memberikan dampak langsung bagi kehidupan manusia. Pada tahun 2004, High Level Threat Panel Challenges and Change PBB, memasukkan degradasi lingkungan sebagai salah satu dari sepuluh ancaman terhadap kemanusiaan.

World Risk Report yang dirilis German Alliance for Development Works, United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) dan The Nature Conservancy (TNC) pada tahun 2012 pun menyebutkan bahwa kerusakan lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya risiko bencana di suatu kawasan.

Penyebab kerusakan lingkungan hidup secara umum bisa dikategorikan dalam dua faktor yaitu akibat peristiwa alam dan akibat ulah manusia(9). Letusan gunung berapi, abrasi, tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, dan tsunami merupakan beberapa contoh yang menjadi penyebab rusaknya lingkungan hidup akibat peristiwa alam.

Penyebab kerusakan lingkungan yang kedua adalah akibat ulah manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh manusia ini justru lebih besar dibanding kerusakan akibat bencana alam. Ini mengingat kerusakan yang dilakukan bisa terjadi secara terus menerus dan cenderung meningkat. Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan seperti perusakan hutan, pertambangan, pencemaran udara, air, dan tanah dan lain sebagainya.

(7)

Kerusakan hutan juga merusak berbagai jenis keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, serta konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam kandungan air permukaan dan biota airnya(10). Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, dan debu akibat polusi asap pabrik dan kendaraan bermesin.

2.3 Pembahasan Artikel

Indonesia adalah negara yang kaya raya akan sumber daya alamnya, untuk itu wajar jika eksistensinya akan selalu menjadi pusat perhatian dan perburuan negara maju yang kekurangan sumber daya alam dan ingin memperluas eksistensinya di dunia bisnis internasional. Berlimpahnya hutan, banyaknya tambang minyak bumi, hasil laut, bahkan emas belum bisa di manfaatkan secara optimal oleh pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Faktanya selain kerugian financial, Indonesia juga mengalami kerusakan lingkungan yang terjadi akibat eksploitasi berlebihan yang di lakukan oleh perusahaan-perusahaan lokal maupun asing. Berikut adalah beberapa kerusakan yang disebabkan oleh ulah manusia akibat adanya proses globalisasi dan paham kapitalisme:

A. Hutan Indonesia yang Terus Menyusut

(8)

menyalahgunakan apa yang ada. Sehingga hutan Indonesia banyak yang rusak dan menimbulkan efek pararel terhadap kondisi alam yang lainya.

Siapa yang tidak tahu kalau Indonesia memiliki hutan yang luas dan lebat. Indonesia, salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia dan menurut kementrian kehutanan menyebutkan setiap tahun Indonesia kehilangan 1,17 juta hektar hutan. Hutan yang berfungsi sebagai tempat tempat tinggal satwa liar dan penghasil O2 saat ini beralih fungsi menjadi lahan perkebunan, industri, perumahan, bahkan yang saat ini sedang maraknya penebangan liar untuk di produksi menjadi peralatan rumah tangga.

Ekspansi lahan untuk produksi barang konsumsi telah menyumbang 80% deforestasi global. Dilansir dari The Conversation bahwa tahun 2012, Indonesia telah membuat rekor pembukaan lahan hutan hujan tropis. Sebuah artikel di Nature Climate Chang memaparkan bahwa Indonesia telah membabat hutan seluas lebih dari 6 Juta Ha sepanjang tahun 2000 hingga 2012.

Berdasarkan data Dinas Kehutanan Jambi, dari luas kawasan hutan Jambi 2,179 juta hektar, seluas 1,121 juta hektar kondisinya kritis. Luas lahan yang kritis di dalam kawasan hutan mencapai 971.000 hektar dan yang di sekitar hutan mencapai 151.000 hektar. Hal tersebut tentunya merefleksikan dampak negatif globalisasi terhadap kerusakan alam di Indonesia. Dan itu baru di satu wilayah saja.

Kita mengetahui bahwa salah satu komoditi utama Indonesia adalah kelapa sawit. Salah satunya, hamparan perkebunan sawit mengelilingi aliran Sungai Kampar di Provinsi Riau. Setiap tahun, pembukaan dan pembakaran lahan untuk dijadikan area perkebunan telah memunculkan bencana baru bagi masyarakat. Kabut asap beracun akibat pembakaran lahan menjadi ancaman kesehatan nyata bagi masyarakatnya.

(9)

berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Kajian menunjukkan kebakaran hutan di khatulistiwa memengaruhi kadar gas rumah kaca global. Jumlah rata-rata emisi gas kebakaran dari wilayah ini diperkirakan sebesar 0.12GtC/tahun, yang dapat dibandingkan dengan emisi bahan bakar fosil untuk wilayah tersebut.

Di Riau, masalah kabut asap bukanlah sekadar polusi asap rokok atau polusi knalpot mobil di jalan-jalan, melainkan sudah sangat parah dan sampai mengganggu aktivitas manusia. Kondisi udara di Riau sudah sangat mengkhawatirkan. Kualitas udara disebagian wilayah Riau semakin buruk dan tidak sehat. Kabut asap tersebut akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit gangguan pernafasan, tidak hanya itu kabut asap tersebut juga berpengaruh pada kegiatan ekonomi di Riau dan sekitarnya. Kegiatan ekonomi bisa lumpuh sementara karena masyarakat tidak bisa beraktifitas seperti biasanya akibat gangguan kabut asap tersebut. Tingkat kecelakaan juga bisa meningkat akibat jarak pandang pengemudi kendaraan juga menjadi berkurang.

Kebakaran hutan di Riau tidak hanya disebabkan oleh pembukaan lahan kelapa sawit, tetapi juga karena pembakaran yang sengaja dilakukan secara oleh oknum-oknum ysng tidak bertanggung jawab pada lahan perkebunan karet. Pembakaran lahan secara sengaja tersebut merupakan suatu tindakan kriminal yang mengakibatkan kerugian baik dari segi ekonomi maupun kesehatan bagi masyarakat.

Hutan yang berada di wilayah Indonesia juga mengalami masalah yang diakibatkan oleh adanya pembalakan liar. Salah satu pembalakan liar yang terjadi yaitu di daerah Taman Nasional Kerinci Seblat. Aktivitas ilegal ini tercium pertama kali oleh masyarakat adat Lekuk Limapuluh Tumbi. Setelah ditelusuri, kayu hasil curian itu akan dijual.

(10)

Kehidupan masyarakat menjadi terganggu karena kawasan nya tiba-tiba berubah menjadi areal tambang.

Kondisi hutan Indonesia akan mempengaruhi kelestarian flora dan fauna yang ada di dalamnya. Salah satu makhluk hidup yang keberadaannya terancam pada saat ini adalah Gajah. Kehidupan gajah Sumatera kian terasing. Ancaman utama terhadap gajah sumatera adalah hilangnya tutupan hutan di dataran rendah, habitat asli dari mamalia besar ini adalah dataran rendah bervegetasi. Laporan penelitian WWF mengatakan deforestasi lebih luas terjadi pada dataran kering yang menjadi tempat hidup gajah. Kurang dari 80% habitat gajah telah hilang.

Pembangunan dalam perluasan pemukiman, pertanian, kelapa sawit, serta pertambangan menyebabkan habitat gajah kian tergerus. Akhirnya gajah masuk ke wilayah pertanian atau perkebunan, sehingga menimbulkan konflik antara manusia dan gajah. Gajah kemudian diburu oleh masyarakat, eksistensi gajah pun kian terancam. Berita tentang gajah mati karena di racun, di tembak menjadi berita langganan.

Selain gadingnya yang bernilai ekonomi tinggi, gajah juga memiliki manfaat yang banyak bagi lingkungan. Indonesia harus berterima kasih kepada gajah, karena menurut Jatna gajah ikut serta dalam menebar bibit-bibit vegetasi, bekas tapak gajah juga menjadi suatu ekosistem tersendiri bagi serangga kecil.

B. Ekosistem Pesisir dan Laut yang Terancam

(11)

mengancam keanekaragaman hayati laut, dan menurunkan produksi perikanan laut.

Beberapa kegiatan yang diduga sebagai penyebab terjadinya erosi pantai, antara lain pengambilan pasir laut untuk reklamasi pantai, pembangunan hotel, dan kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk memanfaatkan pantai dan perairannya. Laju sedimentasi yang merusak perairan pesisir juga terus meningkat. Di samping itu, tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan laut juga berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber utama pencemaran pesisir dan laut terutama berasal dari darat, yaitu kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian.

Sumber pencemaran juga berasal dari berbagai kegiatan di laut, terutama dari kegiatan perhubungan laut dan kapal pengangkut minyak serta kegiatan pertambangan. Sementara praktik-praktik penangkapan ikan yang merusak dan ilegal serta penambangan terumbu karang masih terjadi dimana-mana yang memperparah kondisi habitat ekosistem pesisir dan laut.

Menurut Dr Michael Beck, Ilmuwan The Nature Conservancy, sekitar 200 juta orang di dunia yang sangat berisiko jika terumbu karang rusak. 200 juta orang tersebut paling banyak tersebar di 7 negara yaitu Indonesia dan India (masing-masing 35 juta orang), Filipina (20 juta), China (15 juta), Brazil, Vietnam, dan Amerika Serikat (seluruhnya 7 juta).

Dari rilis ini bisa diketahui bahwa kelestarian terumbu karang di pesisir Indonesia menjadi benteng bagi lebih dari 35 juta penduduk Indonesia yang mendiami daerah pantai. Rusaknya terumbu karang akan meningkatkan risiko bencana terhadap mereka. Padahal luas terumbu karang di Indonesia tidak kurang dari 85 ribu km2. Sayangnya dari seluruh luas terumbu karang yang dimiliki oleh Indonesia, menurut berbagai studi, hanya berkisar 30% saja yang dalam kondisi bagus. Penyebab rusaknya terumbu karang yaitu:

(12)

 Pencemaran dengan tumpahan minyak, pembuangan bangkai kapal dan pelemparan jangkar reklamasi, serta penambangan pasir

 Pembuangan limbah padat atau cair rumah tangga dan industri ke dalam perairan

Akibat dari rusaknya terumbu karang yaitu:

 Biota laut kehilangan Tempat Tinggal untuk berkembang biak dan tempat mencari makanan

 Penurunan produksi Ikan yang akan berpengaruh pada sektor sektor industri terkait seperti ekspor ikan, mutiara, wisata bahari, obat obatan, pakan ternak dan kosmetik

 Hilangnya terumbu karang sebagai penahan pesisir pantai dari hempasan ombak

Tingkat kerusakan lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya risiko bencana di suatu kawasan, terutama di negera-negara kepulauan seperti Indonesia. Korelasi antara tingkat kerusakan lingkungan dan risiko bencana ini terungkap dari World Risk Report (Laporan Risiko Dunia) 2012 yang diluncurkan oleh German Alliance for Development Works (Alliance), United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) dan The Nature Conservancy (TNC) di Brussels, Belgia

World Risk Report mencatat sepanjang 2002 hingga 2011, telah terjadi 4.130 bencana di seluruh dunia yang mengakibatkan lebih dari 1 juta meninggal dunia dan kerugian material mencapai US$1,195 triliun. Laporan Risiko Dunia ini juga membuat World Risk Index (Indeks Risiko Dunia) yang memeringkatkan 173 negara berdasarkan risiko menjadi korban bencana sebagai akibat dari bencana alam.

(13)

(37,35%), Guatemala (36,30%), El Salvador (32.60%), dan Bangladesh (31.70%). Sedangkan negara dengan risiko bencana terendah adalah Malta dan Qatar. Indonesia sendiri, berdasarkan Indeks Risiko Dunia ini berada di peringkat ke-33 dengan nilai 10,74%. Meskipun begitu Indonesia masih termasuk negara berisiko tinggi terhadap berbagai bencana alam seperti banjir, gempa bumi, erosi, kenaikan air laut, abrasi pantai, dan badai.

Dalam laporan ini, kerusakan lingkungan alam mempunyai dampak nyata terhadap peningkatan risiko bencana. Sebaliknya, alam mempunyai kemampuan untuk mengurangi risiko bencana tersebut. Salah satunya adalah terumbu karang dan mangrove. Laporan Risiko Bencana ini haruslah segera menjadi peringatan bagi kita semua untuk segera menghentikan kerusakan lingkungan, termasuk kerusakan terumbu karang, yang terus terjadi di Indonesia. Alam dengan caranya, telah melindungi kita dari berbagai bencana, sudah seharusnya kita menjaga lingkungan dan menghentikan kerusakan lingkungan.

C. Upaya Menanggulangi Kerusakan Lingkungan

Sumber daya manusia, pendanaan, sarana-prasarana, kelembagaan, serta insentif bagi pengelola kehutanan sangat terbatas bila dibandingkan dengan cakupan luas kawasan yang harus dikelolanya. Hal ini mempersulit penanggulangan masalah kehutanan seperti pencurian kayu, kebakaran hutan, pemantapan kawasan hutan, dan lain-lain.

Selain itu hukum lingkungan atau peraturan perundangan di bidang lingkungan hidup masih kurang bersinergi dengan peraturan perundangan sektor lainnya. Banyak terjadi tumpang tindih dan bahkan saling bertentangan baik peraturan perundangan yang ada baik di tingkat nasional maupun peraturan perundangan daerah. Maka harus ada sebuah perbaikan terhadap aturan hukum dan perundang-undangan dalam hal ini yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

(14)

iklim, serta kekayaan alam lainnya dianggap sebagai anugerah Tuhan yang tidak akan pernah habis. Demikian pula pandangan bahwa lingkungan hidup akan selalu mampu memulihkan daya dukung dan kelestarian fungsinya sendiri. Pandangan demikian sangat menyesatkan, akibatnya masyarakat tidak termotivasi untuk ikut serta memelihara sumber daya alam dan lingkungan hidup di sekitarnya.

Pengrusakan lingkungan dengan sadar ataupun tidak sadar harus segera di tindak lanjuti agar bahaya akibat kerusakan lingkungan yang sedang kita rasakan tidak berlanjut ke level yang lebih tinggi. Alam yang saat ini menjadi sahabat manusia, suatu saat akan berubah menjadi sumber bencana bagi manusia itu sendiri. Adapun solusi-solusi terhadap permasalahan lingkungan antara lain berupa:

1. Ikut Serta dan Aktif dalam Perundingan Iklim Demi Masa Depan yang Lebih Baik

Fakta meyebutkan bahwa kerusakan hutan tropis bertanggung jawab atas meningkatnya emisi gas rumah kaca di bumi. Oleh karena itu, perlu komitmen dari seluruh warga bumi untuk meminimalisir reduksi emisi dan deforestasi. Meningkatnya emisi gas rumah kaca di bumi merupakan tanggung jawab yang harus diselesaikan secara bersama-sama oleh semua negara di dunia. Karena semua hampir semua negara berkontribusi terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca tersebut.

(15)

Komitmen penanganan perubahan iklim pasca 2020 dituangkan dalam kesepakatan multilateral baru yang akan diadopsi pada COP-21 akhir 2015 di Paris, Perancis.

Kontribusi diharapkan dari semua negara, baik kaya maupun miskin, baik besar maupun kecil. Penerapan kontribusi dari semua negara tersebut disebabkan oleh fakta pengurangan emisi GRK hingga kini tidak sebanding dengan sasaran yang seharusnya dicapai sebagaimana disarankan oleh temuan-temuan oleh komunitas ilmiah.

Beberapa studi menegaskan bahwa jika tidak segera ada aksi mitigasi yang ambisius oleh semua negara, maka kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi akan bergerak di atas 2° Celcius, yaitu antara 3-4° Celcius, suatu kondisi yang diperkirakan akan menyebabkan peningkatan jumlah dan intensitas cuaca ekstrim dengan daya rusak yang makin tinggi.

2. Penerapan Ekonomi Hijau dalam Pembangunan di Indonesia

Berbicara mengenai ekonomi hijau, bisa dipastikan terkait dengan perusahaan yang berwawasan lingkungan. Jika banyak perusahaan berwawasan lingkungan tentu akan menciptakan kebaikan bagi lingkungan. Atau dengan kata lain bisa dikatakan bahwa ekonomi hijau adalah tentang upaya tindakan-tindakan ekonomi yang menghasilkan karbon lebih rendah, efisien sumber daya, dan pada saat yang bersamaan inklusif secara sosial.

(16)

Hal ini akan mendukung pengelolaan hutan yang efektif yang dapat membantu mengurangi emisi karbon, meningkatkan ekosistem, dan menyediakan manfaat ekonomi untuk masyarakat sekitar. Pada prinsipnya Ekonomi hijau memiliki empat tujuan, yaitu:

1. Pengentasan kemiskinan, 2. Pekerjaan yang layak,

3. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan

4. Internalisasi lingkungan dalam semua aktivitas pembangunan.

Jika keempat tujuan tercapai maka kualitas hidup manusia dan kesetaraan sosial meningkat serta mengurangi resiko kerusakan lingkungan.

Salah satu penerapan ekonomi hijau yang telah dilakukan di Indonesia adalah dalam pembangunan Heart of Borneo (HoB). Ekonomi hijau sesuai dengan visi misi HoB yaitu konservasi dan prinsip pembangunan secara berkelanjutan. implementasi ekonomi hijau di wilayah HoB diantaranya dapat dikembangkan di sektor hasil hutan kayu dengan penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan Lestari (PPHL) dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), penerapan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) untuk perkebunan kelapa sawit, penerapan pertambangan yang bertanggung jawab, pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk produksi bioprospecting, pengembangan dan pemanfaatan HHBK (hasil hutan bukan kayu) dan penerapan sistem dan mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL).

(17)

3. Pengkajian secara Cermat terhadap Pendirian Industri di Indonesia

Pemerintah sebagai pembuat kebijakan sudah seharusnya melakukan pengkajian secara cermat terhadap izin pendirian industri di Indonesia. Kita sudah mengetahui bahwa pendirian industri tersebut banyak menimbulkan efek negatif terhadap kondisi atau keadaan lingkungan. Oleh karena itu pemerintah harus benar-benar melakukan pengkajian terhadap dampak didirikannya industri sebelum memberikan izin pendirian.

Pengkajian tersebut telah diterapkan pada pendirian pabrik pengolahan (smelter) industri nikel di Baluran, Jawa Timur. Pendirian pabrik tersebut berbatasan langsung dengan kawasan taman nasional. Walaupun berada di luar kawasan taman nasional, dampak pembangunan smelter tersebut telah dirasakan oleh pengelola Taman Nasional Baluran.

Lahan bakal pabrik nikel dikelilingi taman nasional di sisi barat, utara dan timur. Untuk mengangkut bahan mentah nikel dari Sulawesi, PT Situbondo Metallindo akan memakai kawasan Taman Nasional Baluran di sisi timur untuk jalan dan dermaga. Jalan angkutan itu sepanjang 660 meter, selebar 20 meter. Rencana pembangunan jalan untuk smelter nikel yang berbatasan langsung dengan taman nasional dikhawatirkan akan berbahaya bagi keberlangsungan ekosistem di kawasan ini.

Untuk mengkaji permohonan itu, Kementerian Kehutanan mengirim tim pakar ke Baluran. Tim kajian ini berisi akademisi dan peneliti dari Kementerian Kehutanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Taman Nasional Baluran.

4. Pemberdayaan Masyarakat Adat

(18)

Masyarakat adat memiliki keterkaitan yang kuat dengan tanah airnya. Mereka memiliki kearifan lokal dalam mengelola tanah, hutan dan wilayah adatnya. Mereka juga mampu menyelaraskan upaya mencapai kesejahteraan dengan tetap menjaga lingkungan.

Perubahan iklim merupakan persoalan yang serius bagi keadaan bumi dan manusia. Oleh karena itu, saling mendukung dan saling melengkapi dengan masyarakat adat diperlukan agar harmoni dengan alam tetap terjaga. Salah satu peran masyarakat adat yang telah tampak di Indonesia adalah peranan masyarakat adat di Jambi, dalam memberantas pembalakan liar terhadap kayu jenis Borneo di Jambi.

5. Menyiapkan Lembaga Otoritas terhadap Keanekaragaman Hayati

Selama ini kebijakan tentang keanekaragaman hayati dan sumber daya genetik tidak jelas meskipun sudah dibentuk komisi nasional sumber daya genetik. Oleh karena itu, Indonesia harus ada lembaga penanggung jawab untuk menangani akses dan pemanfaatan bersama sumber daya genetik.

6. Menyelamatkan Ekosistem Hutan dan Laut melalui Konservasi

Kerusakan yang sudah dialami oleh hutan dan laut harus segera ditanggulangi agar tidak semakin parah. Hal yang perlu dilakukan dalam menanggulangi kerusakan hutan antara lain adalah:

a) Melakukan reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul b) Jika ingin menebang kayu, lakukan sistem tebang pilih.

c) Masyarakat, lembaga swadaya, dan pemerintah harus mengawasi dan menjaga hutan.

d) Memberikan sanksi berat bagi penebang hutan liar. Cara menanggulangi kerusakan terumbu karang yaitu:

a) Tidak membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya.

(19)

c) Tidak melakukan pembangunan pemukiman di areal sekitar terumbu karang

d) Tidak melakukan reklamasi pantai secara sembarangan e) menjaga kondisi perairan agar bebas dari polusi

f) Tidak melakukan penangkapan ikan dengan cara yang salah, seperti pemakaian bom ikan

(20)

Dari paparan di atas sudah dapat di simpulkan bahwa ternyata globalisasi tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, pendidikan, teknologi dan aspek lainya di indonesia. Tetapi juga berdampak terhadap kelestarian lingkungan alam Indonesia yang notabene menjadi daya tarik bagi kaum kapitalis untuk mengeksplorasi sumber daya alamnya. Karena terlalu cintanya mereka terhadap sumber daya alam yang di miliki Indonesia, mereka lupa bahwa apa yang mereka lakukan selama ini akan berdampak terhadap kehidupan manusia jangka panjang.

Hutan Indonesia banyak yang rusak dan menimbulkan efek pararel terhadap kondisi alam yang lainya, diantaranya adalah kondisi udara, kondisi flora dan fauna yang ada di dalam hutan. Tidak hanya itu kerusakan juga dialami oleh ekosistem laut di Indonesia. Terumbu karang yang mejadi tempat hidup beberapa biota laut menjadi rusak. Kerusakan alam yang terjadi juga akan berpengaruh terhadap terjadinya berbagai bencana alam yang ada di Indonesia seperti banjir, tanah longsor dan bencana alam lainnya.

Semua kerusakan tersebut diakibatkan oleh semakin berkembangnya proses globalisasi yang mendorong para kaum kapitalis untuk berlomba menanamkan modalnya demi memperkaya dirinya sendiri tanpa memperhatikan dampak yang akan dirasakan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya.

3.2 Saran

Maka dari itu terlepas dari semua kondisi yang ada, mari kita manfaatkan kekayaan alam dari negara kita serta menggunakanya dengan sebaik mungkin, agar kekayaan alam kita bisa dimanfaatkan secara maksimal dan efisien tanpa merusak kondisi alam yang sudah ada. Selain itu rasa peduli terhadap lingkungan juga harus ditingkatkan, dengan cara memulai dari diri sendiri, memulai dari hal yang paling kecil, dan memulai dari sekarang untuk melakukan gerakan menanam kembali pohon yang rusak, menggunakan air dengan seefisien mungkin dan kegiatan yang lainya.

(21)

Indonesia seharusnya harus mulai sadar. Eksploitasi besar besaran sumber daya alam Indonesia untuk kepentingan dan keuntungan kaum kapitalis tidak hanya melnggar HAM, tetapi juga tidak kenal ampun pada kelestarian lingkungan Indonesia. Semakin banyaknya hutan Indonesia yang di tebangi demi memenuhi keserakahan kaum kapitalis, tentunya akan memberikan dampak terhadap keseimbangan alam. Oleh karena itu pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus benar-benar membuat kebijakan yang tidak merugikan masyarakat Indonesia sendiri serta lingkungan alam Indonesia

Pelaksanaan undang-undang tentang pengelolaan lingkungan hidup benar-benar harus serius dilaksanakan oleh pemerintah. Pemerintah dengan masyarakat dan para aktivis pecinta lingkungan, secara bersama-sama bekerja sama dalam menjaga kelestarian lingkungan Indonesia. Seperti yang Mahatma Ghandi katakan “Alam diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, nukan keserakahan manusia”. Jadi sebagai manusia, kita harus memanfaatkan alam sesuain dengan yang kita butuhkan jangan berlebih-lebihan.

Gerakan ekonomi hijau yang saat ini sedang ramai dibicarakan oleh dunia juga ada baiknya jika diterapkan di Indonesia. Ekonomi hijau yang merupakan bagian dari pembangunan ekonomi secara berkelanjutan harus diterapkan dalam aspek pembangunan ekonomi di Indonesia. Mengingat kerusakan lingkungan yang dihadapi oleh Indonesia pada saat ini sudah semakin parah. Jangan samapai tujuan awal dari adanya pembangunan ekonomi di Indonesia untuk mensejahterakan rakyat justru malah nantinya akan menambah kesengsaraan rakyat. Karena pembangunan ekonomi yang dilakukan tidak mementingkan aspek pembangunan yang berkelanjutan

(22)

kerusakan yang telah ada melalui konservasi. Konservasi saat ini sangat amat diperlukan, terutama terhadap keberadaan hutan dan ekositem laut di Indonesia.

Dalam artikel yang penulis dapatkan ada 2 contoh perbaikan yang dilakukan oleh masyarakat dalam permasalahan kerusakan lingkungan yaitu mengembalikan Bukit Meribo dan menyelamatkan ekosistem di Selat Bali. Sebenarnya masih banyak contoh-contoh lain yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Sebagai penutup, penulis mengharapkan kita semua harus bisa bersikap cerdas dalam menghadapi arus globalisasi. Di zaman saat ini, kita memang tidak boleh menutup mata akan adanya globalisasi, karena jika begitu maka kita akan tertinggal oleh perkembangan zaman. Namun, kita harus sadar bahwa tidak semua yang ditimbulkan oleh globalisasi itu bersifat positif. Oleh karena itu, sebagai manusia yang memiliki akal kita harus benar-benar arif dan bijaksana dalam menghadapi era globalisasi saat ini. Kita bergantung pada lingkungan karena lingkungan adalah kita. Jika keseimbangan lingkungan terganggu, alhasil kita manusia yang ada di dalam nya juga akan terganggu.

Daftar Pustaka

Budiman Chandra. 2007. Pengasntar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkunga. Jakarta: EGC Dewan Nasional Perubahan Iklim (www.dnpi.go.id)

(23)

http://alamendah.org/2012/10/12/kerusakan-lingkungan-tingkatkanrisiko

bencana/. (Diakses tanggal 30 November, 2014 Pukul 14.35)

Endah, Alam. Kerusakan Lingkungan Hidup di Indonesia dan Penyebabnya. 2014.

http://alamendah.org/2014/08/01/kerusakan-lingkungan-hidup-di

indonesia-dan-penyebabnya/. (Diakses tanggal 30 November, 2014 Pukul

14.55)

Rais, Amien. 2008. Selamatkan Indonesia. Yogyakarta: PPSK Press

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Marxis dan Bebagai Ragam Teori Neo Marxian, Bantul: Kreasi Wacana

Setiawan, Iwan. “Dampak globalisasi terhadap Pertanian Indonesia”. Makalah dalam Seminar Interaktif Globalisasi Pertanian Indonesia, Bandung 10 Juni 2004.

Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan: Bandung

Supriatna, J. 2008. Mengenal Alam Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. T. Siahaan. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta:

Erlangga.

Yunaidi. Tim Pakar Mengkaji Pabrik Nikel di Baluran. 2014.

(24)

pabrik-nikel-di-baluran. (Diakses pada tanggal 16 November 2014 pukul

10.25)

Yunaidi. Nol Deforestasi Lawan Asap

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/11/nol-deforestasi-lawan-asap. (Diakses pada tanggal 29 November 2014, pukul 16.50)

Yunaidi. Hutan Indonesia yang Terus Menyusut.

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/11/hutan-indonesia

yang-terus-menyusut. (Diakses pada tanggal 2 November 2014, pukul

13.20)

Yunaidi. Ekonomi Hijau untuk Pembangunan di Heart of Borneo.

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/ekonomi-hijau

untuk-pembangunan-di-heart-of-borneo. (Diakses pada tanggal 2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh perendaman ekstrak daun bakau (R. apiculata) terhadap kelulushidupan, laju pertumbuhan spesifik, dan histopatologi hepatopankreas

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memvariasikan konsentrasi kitosan yang digunakan sebagai bahan matriks ataupun meneliti pola pelepasan obat dari matriks kitosan

Cacing ini mempunyai tubuh yang lunak dan hidup be- bas sebagai fauna dasar (benthic fauna) pada berbagai habitat di dasar laut.. Cacing laut dapat hidup pada perairan dangkal sam-

Form Pengawasan merupakan isian check list yang harus diisi sesuaidengan kondisi sebenarnya yang ditandatangani oleh yang bersangkutan untuk diperiksa/diketahui maupun disetujui

That’s why the United States, like many other countries, has a “progressive” tax system, one in which wealthier people pay income tax at a higher rate than poor people, and why

memahami materi tersebut. Sedangkan pada kelas kontrol dalam pembelajaran masih memakai metode ceramah sehingga siswa merasa bosan dalam mengikti pelajaran masih ada

Description: Panelists will respond to the stakeholder observations (above session) as well as present research and regulatory results from the BIWF and Southern New England..

Pada zaman modern, Barat membebaskan daerah-daerah yang ditaklukkan Ottoman di Eropa.Barat menduduki, menjajah, dan memecah belah dunia Islam, kecuali Turki karena di sini