Penyelarasan Teknologi Informasi dengan Strategi Bisnis
pada Pendidikan dan Pembinaan Manajemen
Studi Kasus pada PPM-Manajemen
Bambang Santoso1), Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM2)
Pascasarjana Magister Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara Kampus Anggrek, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta, 11530
E-mail: bambangsantosoh@gmail.com1), harprabowo@binus.edu2)
Abstrak - Teknologi dan sistem informasi telah mendorong dan merubah cara pandang,
dari aktivitas layanan tradisional menjadi
layanan elektronik (e-Service) untuk mendukung kinerja organisasi. Dalam rangka
persaingan dengan pesaingnya perguruan
tinggi harus memperlengkapi infraksturnya
dengan dukungan informasi teknologi. Fokus
pada kenyamanan dan kepuasan mahasiswa
dalam proses belajar-mengajar, karena
kepuasan menjadi salah satu faktor penting
untuk diperhatikan dan dieksplorasi. Kajian
ini bertujuan mengetahui apakah kualitas
dalam proses pendidikan dan pembinaan
mamajemen dapat mempengaruhi kepuasan
mahasiswa secara positif. Perguruan tinggi
membutuhkan desain infrastruktur untuk
membuat dasar yang kokoh untuk
implementasi business model yang akan diimplementasikan pada internet atau yang
disebut e-business.
Kata Kunci - Penyelarasan Teknologi
Informasi, Strategi Bisnis, Strategi TI,
business model.
I.
PENDAHULUAN
Sebuah organisasi yang telah mengadopsi
teknologi informasi ke dalam proses bisnis yang
dilakukannya, tentunya akan ikut memikirkan
peranan yang akan dilakukan oleh TI. Dalam
bidang pendidikan sendiri, saat ini sudah tidak
asing dengan yang namanya sistem informasi
atau teknologi informasi. Masuknya teknologi
informasi kedalam bidang pendidikan,
persaingan antara universitas atau perguruan
tinggi menjadi lebih ketat. Sehingga strategi
pemasaran sangatlah dibutuhkan dalam
persaingan. Salah satu strategi pemasaran yang
direkomendasikan adalah kualitas pelayanan
yang baik karena kualitas layanan dapat
mempengaruhi secara langsung kepuasan dari
mahasiswa/i terhadap suatu perguruan tinggi
atau universitas (Yoon, 2011).
Menurut Bjorn Cumps Stijn Vieane, dan
Guido Dedene, 2006. Dalam menentukan ada
tiga peranan TI dalam organisasi. Pertama
memegang peran konservatif sebagai pendukung
dalam organisasi. Perusahaan ini memilih
menggunakan teknologi TI yang sudah terbukti
dan matang. Kedua memegang peran yang kritis
memilih menggunakan dan menginvestasikan
pada teknologi TI terkini. Ketiga memegang
peran sebagai inovator dalam bisnis.
PPM-Manajemen adalah sebuah lembaga
pendidikan dalam bidang manajemen. Lembaga
yang didirikan tahun 1967 ini, kini Yayasan
PPM menjalankan misinya melalui empat unit
bisnis: (1) PPM School of Management: program pendidikan manajemen bergelar, (2) Program
Pengembangan Eksekutif: pelatihan manajemen,
(3) PT Binaman Utama: konsultansi manajemen
(4) PT Pustaka Binaman Pressindo: penerbitan
buku dan seminar manajemen.
Sebagai organisasi berorientasi pasar yang
bertanggung jawab dan memiliki misi yang jelas,
PPM-Manajemen terus berupaya tanpa henti
menjadi lembaga pelopor di bidang manajemen
melalui riset tentang praktik manajemen di
Indonesia.
II.
PEMBAHASAN
Penyelarasan antar teknologi informasi (TI)
dengan strategi bisnis merupakan permasalahan
yang kompleks dan bersifat multidimensi.
Penyelarasan TI dan strategi bisnis digunakan
oleh perusahaan untuk meningkatkan efisiensi,
mengurangi biaya, menciptakan hambatan untuk
pendatang baru, meningkatkan hubungan dengan
konsumen dan suplier, dan menciptakan produk
dan solusi bisnis baru. TI telah menjadi enabler
yang penting bagi strategi bisnis dalam hal
kustomisasi masal, diferensiasi kompetitif,
peningkatan kualitas, dan peningkatan
otomatisasi proses. Kegagalan dalam melakukan
penyelarasan ini dapat mengakibatkan
peningkatan biaya dan kehilangan kesempatan.
2.1
Penyelarasan TI di perguruan Tinggi
Di perguruan tinggi, penyelarasan TI
muncul
dalam
berbagai
aspek
administrasi dan akademik.
Menurut
Lukito
(2009:57)
menyatakan setidaknya ada tiga peran
yang dapat dimainkan oleh TI di
perguruan tinggi, yaitu: 1) sebagai
integrator
program
dan
kegiatan
perguruan tinggi, 2) sebagai
enablerbagi
perbaikan/penyempurnaan proses-proses
akademik
dan
administratif
serta
munculnya layanan-layanan baru yang
inovatif, dan 3) untuk memperluas akses
seluruh warga kampus.
2.2
Masalah Penelitian
Perkembangan TI telah memberikan
pengaruh yang besar terhadap dunia
pendidikan. Telah banyak ditemukan
berbagai lembaga pendidikan mulai dari
taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi memanfaatkan TI dalam rangka
meningkatkan kinerjanya.
2.3
Rumusan Masalah
Kajian ini dilakukan untuk menjawab
pertanyaan
sebagai
berikut:
“Bagaimanakah pengaruh strategi bisnis
dan strategi TI terhadap kinerja lembaga
Penyelarasan
dalam
bidang
ini
menuntut adanya pemanfaatan TI yang
efektif,
yang
melibatkan
proses
berkesinambungan dari: 1) identifikasi
tujuan pedagogis, 2) penentuan aktivitas
untuk mencapai tujuan tersebut, dan 3)
pemilihan
TI
yang
tepat
untuk
mengimplementasikan aktivitas tersebut
(Whitaker & Coste, 2002).
2.4
Analisis Model Bisnis
Menurut Jonathan Adams, Srinivas
Koushik, Guru Vasudeva, & George
Galambos, (2001). Dalam menentukan
model bisnis bagi sistem aplikasi yang akan
dibangun, perguruan tinggi menentukan
kriteria bagi aplikasi yang akan dibangun
tersebut sebagai berikut:
1.
Memberikan kemudahan, keamanan,kecepatan dan kenyamanan bagi user
dalam membantu user dalam menentukan keputusan.
2.
Investasi yang ditanamkan tidak terlalutinggi tetapi manfaat yang diperoleh
dapat langsung dirasakan.
3.
Menjadi sumber pendapatan baru.Selanjutnya dilakukan analisis terhadap
pengembangan aplikasi dengan menggunakan 3
kriteria seleksi konsep bisnis (Ward, J. &
Peppard, 2003) sebagai berikut:
1. Potensi Pasar; Kriteria ini digunakan untuk
memastikan apakah potensi pemakai aplikasi
ini memang nyata ada. Kuncinya adalah
secara pasti dapat diketahui siapa
konsumennya atau pemakai aplikasi ini dan
apa yang mereka inginkan. Kebutuhan untuk
mendapatkan pelayanan prima berupa
kenyamanan, keamanan dan kecepatan
adalah kualifikasi yang dapat dipenuhi oleh
sistem yang telah di bangun adalah:
a. Manajemen tingkat atas (Dekan, Ketua
Program Studi); mendapat
laporan-laporan yang mendukung sistem
pengambilan keputusan manajemen.
b. Dosen; mendapat laporan-laporan yang
mendukung sistem pengambilan
keputusan penilaian mahasiswa,
bimbingan akademik mendapatkan
laporan-laporan yang berhubungan
dengan kegiatan proses
belajar-mengajar.
c. Mahasiswa; memperoleh informasi
materi pembelajaran, forum diskusi,
nilai akhir, mendapat laporan-laporan
yang mendukung sistem pengambilan
keputusan jumlah mata kuliah yang telah
diambil.
2. Daya Saing; Menurut Porter, M.E., (2001).
Gambar 1: 5 forces competition untuk perguruan tinggi.
Berdasarkan analisis gambar diatas yang mana
menggunakan 5 forces competitive Michael Porter maka dapat dipetakan ada 5 hal yang mempengaruhi persaingan yaitu:
1. Competitors; Adalah merupakan pesaing dari dunia perguruan tinggi lain terutama
yang menyelenggarakan pendidikan
manajemen komputer. Pertumbuhan
perguruan tinggi ini harus diperhatikan agar
dapat diketahui siapa saja yang menjadi
saingan dalam proses bisnis pendidikan ini.
Pendidikan dan Pembinaan Manajemen
perlu direncanakan strategi jangka panjang
perusahaan untuk dapat bersaing dengan
perguruan tinggi lain.
2. Suppliers; Adalah merupakan pihak-pihak yang bertindak sebagai penyedia baik
mahasiswa sebagai subyek yang akan
dididik maupun peraturan pemerintah yang
mendukung kegiatan pendidikan di
Indonesia adalah sbb:
o Sekolah menengah tingkat atas seperti
SMA, SMU, MA dll. Merupakan
supplier terbesar yang menyediakan
calon mahasiswa yang akan menjadi
kustomer dunia pendidikan perguruan
tinggi. Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen perlu kerja sama dengan
pihak sekolah menengah atas ini
dibutuhkan untuk selalu menarik lulusan
sekolah menengah atas tersebut untuk
menjadi kustomer.
o Peraturan pemerintah yang secara
khusus untuk perguruan tinggi ditangani
oleh DIKTI (Dirjen Pendidikan Tinggi)
dan KOPERTIS (Koordinator Perguruan
Tinggi). Pihak DIKTI dan KOPERTIS
ini yang bertanggung jawab untuk
mengelola dan mengatur perguruan
tinggi agar dapat berjalan pada
aturan-aturan pendidikan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah melalui Departemen
Pendidikan Nasional. Pendidikan dan
Pembinaan Manajemen harus
memperhatikan aturan - aturan yang
telah ditetapkan agar dapat bersaing,
bertahan dan menang dalam persaingan.
New Entrant:
Perguruan Tinggi Baru
Competitor
Universitas Lain
Substitutes:
Lembaga Kursus, Training Lembaga Seritifikasi
Suppliers:
SMA, SMU, MA etc. DIKTI, KOPERTIS
Orang Tua/Wali Dunia Bisnis
Customers:
o Masyarakat, Orang tua/wali, Dunia
bisnis. Pandangan / “image” masyarakat
sangat dibutuhkan agar menjadi suatu “trade mark” dan dikenal masyarakat bahwa institusi pendidikan tersebut
adalah benar-benar berkualitas dan
memenuhi standar keinginan
masyarakat. Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen harus selalu memperhatikan
kebutuhan dunia bisnis saat ini dalam
dunia kerja dan kemungkinan dunia
kerja yang ada.
3. New Entrant; Adalah merupakan pendatang baru dalam dunia pendidikan tinggi. Pihak
Pendidikan dan Pembinaan Manajemen
harus selalu memperhatikan dan
mewaspadai pertumbuhan perguruan tinggi
baru, apalagi dengan diperbolehkan pihak
perguruan tinggi di luar Indonesia untuk
mengembangkan sayapnya di Indonesia.
4. Customer; Adalah merupakan individu yang menjadi sumber pendapatan dan target
sasaran bisnis pendidikan tinggi. Mahasiswa
dan mahasiswi yang puas tersebut akan
menjadi iklan yang berjalan dan hidup dan
secara terus menerus akan menjadi indikator
kenaikan jumlah mahasiswa. Pihak
Pendidikan dan Pembinaan Manajemen
harus selalu memperhatikan dan memuaskan
mahasiswa sebagai pemakai jasa pendidikan
tinggi ini.
5. Subtitutes; Adalah merupakan pengganti yang akan mempengaruhi mengurangnya
jumlah mahasiswa yang menjadi sumber
pemasukan bagi perguruan tinggi. Institusi
pengganti tersebut adalah seperti lembaga
kursus, training dan pelatihan serta lembaga
sertifikasi. Pihak Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen perlu memikirkan bagaimana
agar perguruan tinggi dapat masuk juga
kedalam bidang pengganti ini.
2.5 Business Model Dan IT-Strategic
Model bisnis adalah cara bagaimana
organisasi berinteraksi dengan lingkungannya
dalam upaya memutuskan strategi tertentu yang
unik, menggunakan sumberdaya untuk
membangun kemampuan organisasi guna
menjalankan strategi itu yang akhirnya
menghasilkan value yang memuaskan bagi
stakeholder.
Untuk menjadi sukses perusahaan harus
memiliki rencana tindakan untuk mencapai
tujuan dan sasaran organisasi. Sebuah model
bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang
bagaimana organisasi menciptakan memberikan
dan menangkap nilai (Osterwalder dan Pigneur,
2010:14). Osterwalder & Pigneur (2010),
memperkenalkan 9 komponen penting yang
menggambarkan bagaimana menciptakan
manfaat bagi dan mendapat manfaat para
pelanggannya dari business models perusahaan: 1. Customer Segments; Target pelanggan
untuk produk dan jasa bisnis. Customer Segments atau segmen pelanggan adalah pihak yang menggunakan jasa/produk dari
organisasi dan mereka yang berkontribusi
dalam memberikan penghasilan bagi
organisasi.
Mengutip Osterwalder (2004) , sebuah nilai
proposisi adalah pandangan keseluruhan
terhadap produk dan jasa yang
bersama-sama mewakili nilai untuk segmen
pelanggan tertentu. Ini menggambarkan cara
suatu perusahaan membedakan dirinya dari
para pesaingnya dan merupakan alasan
mengapa pelanggan membeli dari
perusahaan tertentu dan bukan dari yang
lain. Value propositions ini memberi tawaran untuk memecahkan masalah
pelanggan atau semaksimum mungkin
memenuhi keinginan pelanggan.
3. Channels; Sarana yang digunakan perusahaan untuk memberikan produk dan
layanan kepada pelanggan. Ini termasuk
pemasaran perusahaan dan strategi
distribusi. Channel menggambarkan interaksi dengan pelanggan dan berperan
penting dalam proses yang dialami oleh
pelanggan.
4. Customer Relationship; Hubungan pelanggan dimana perusahaan menetapkan
antara dirinya dengan berbagai segmen
pelanggan yang berbeda. Proses pengelolaan
hubungan pelanggan disebut sebagai
manajemen hubungan pelanggan.
Pembinaan hubungan dengan pelanggan
bertujuan untuk mendapatkan pelanggan
baru (akuisisi), mempertahankan pelanggan
lama (retention), dan menawarkan produk atau jasa lama dan baru pada pelanggan
lama.
5. Revenue Streams; Cara perusahaan menghasilkan uang melalui berbagai
pendapatan (pendapatan perusahaan). Pada
intinya ada dua jenis pendapatan yaitu yang
bersifat transaksional dan yang berbentuk
pengulangan (recurring).
6. Key Resources; Sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan nilai bagi
pelanggan. Key Resources menggambarkan aset-aset terpenting yang menentukan
keberhasilan pengoperasian model bisnis.
Aset-aset berharga inilah yang
memungkinkan organisasi mewujudkan
value proposition yang dijanjikannya kepada pelanggan, dengan baik.
7. Key Activities; Kegiatan yang diperlukan untuk menjalankan model bisnis perusahaan.
Key Activities berperan penting dalam mewujudkan value proposition. Kegiatan inti dari ini adalah konsultan TI (Information Technology) adalah kemampuan menerjemahkan kebutuhan pelanggan ke
dalam suatu sistem TI yang tepat.
8. Key Partnerships; Aliansi bisnis yang melengkapi aspek-aspek lain dari model
bisnis. Organisasi membutuhkan kemitraan
ini untuk berbagai motif yang umumnya
adalah: penghematan karena tidak
tercapainya ekonomi skala, mengurangi
risiko, memperoleh sumber daya atau
pembelajaran.
9. Cost Structure; Konsekuensi moneter terhadap praktik yang digunakan dalam
model bisnis. Cost Structure atau struktur
biaya menggambarkan semua biaya yang
muncul sebagai akibat dioperasikannya
Key Partners lembaga di dalam
dan luar negeri yang terkait kasus & diskusi. Cost Structure
( 9 )
Biaya Sumber Daya Manusia dan bahan pelatihan.
Revenue Streams ( 5 )
Pembayaran peserta Program Pendanaan oleh Perusahaan sponsor.
Gambar 2: Bisnis Model PPM-Manajemen saat ini.
2.6 Analisis SWOT
Analisis SWOT akan dipetakan dari
hasil analisis lingkungan. Dengan
mengetahui kekuatan yang dimiliki
organisasi akan dapat mempertahankan dan
bahkan meningkatkan kekuatan sebagai
modal untuk dapat bersaing.
Mengidentifikasi kelemahan untuk dapat
mengetahui apa kelemahan yang masih ada,
dan dengan mengetahui
kelemahan-kelemahan tersebut, maka perusahaan dapat
berusaha untuk memperbaiki agar menjadi
lebih baik. Dengan semakin cepat
mengetahui kelemahan, maka perusahaan
juga dapat sesegera mungkin mencari solusi
untuk dapat menutupi kelemahan tersebut.
Dengan mengetahui peluang, berbagai
strategi dapat disiapkan lebih dini dan
terencana dengan lebih baik sehingga
peluang yang telah diidentifikasi dapat
direalisasikan. Ancaman yang dapat
teridentifikasi dapat dicarikan jalan
keluarnya sehingga organisasi dapat
No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
1 Customer Segments Jumlah Peserta yang banyak setiap tahunnya.
Tidak secara spesifik memisahkan asing yang masuk pasar Indonesia.
2 Value Propositions Fokus pada pelatihan manajemen.
Kurang tajam untuk segmen tertentu. di fungsi tertentu. 3 Channels Program tahunan
terjadwal dan program yang sudah dikenal oleh customer.
Special event untuk mengundang calon peserta masih jarang diadakan.
5 Revenue Streams Pembayaran peserta program
sponsorship.
Hanya transaksional. Eksistensi PPM-Manajemen
6 Key Resources Citra PPM-Manajemen sebagai unit usaha kosultasi sekolah tinggi. lintas seluruh unit usaha PPM-Manajemen dan dunia luar.
Peluang untuk bekerja di industri lain dapat mengurangi jumlah instruktur.
7 Key Activities Pengajaran standar PPM-Manajemen.
Biaya SDM akan terus menigkat.
Dari hasil analisis SWOT unit bisnis
PPM-Manajemen ini ternyata banyak hal
yang perlu disempurnakan agar unit bisnis
ini dapat lebih efektif dan efisien di masa
mendatang, diharapkan dapat menjaga
keunggulan unit bisnis PPM-Manajemen.
Key Partners lembaga di dalam
dan luar negeri yang terkait lintas unit usaha.
Pengajaran Pilih topic lengkap
Konten aplikatif. iklan dan special
event.
Biaya Sumber Daya Manusia dan bahan pelatihan. Biaya riset dan pengembangan bahan pelatihan
Biaya sertifikasi dan peningkatan kompetensi pengajar.
Revenue Streams ( 5 )
Pembayaran peserta Program. Pendanaan oleh Perusahaan sponsor. Pendapatan dari membership program.
Pemasukan dari pemasang iklan.
Gambar 3: Bisnis Model PPM-Manajemen yang disempurnakan.
2.7
Model Kematangan
Menurut Luftman, (2007). Proses
pengukuran tingkat kematangan keselarasan
dapat memberikan informasi kepada organisasi
mengenai kondisi terkini dari keselarasan
strategi mereka dan mengidentifikasi apasaja
yang harus dilakukan untuk meningkatkan
kematangan keselarasan strategi bisnis dan TI
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sebagai
berikut:
o Metode agar organisasi dapat menentukan
tingkat kematangan keselarasan bisnis dan
TI berdasarkan kondisinya terkini.
o Dengan mengetahui tingkat kematangan,
organisasi dapat menentukan hal-hal apasaja
yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki.
o Dengan pengukuran tingkat kematangan,
organisasi dapat mengetahui performa -
kemajuan mereka dalam mencapai target
yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Gambar 4: Gap antara Strategi Bisnis dengan TI di setiap tingkat kematangan, (Luftman, J., 2003).
Gambar 4 diatas adalah mengilustrasikan
gap antara strategi bisnis dan strategi TI untuk
setiap level keselarasan.
III.
KESIMPULAN
Sebuah organisasi yang telah mengadopsi
teknologi informasi ke dalam proses bisnis yang
dilakukannya, tentunya akan ikut memikirkan
peranan yang akan dilakukan oleh TI.
Penyelarasan TI dengan strategi bisnis
merupakan kegiatan yang telah lama menjadi
perhatian, tetapi sulit untuk dilakukan karena
pada dasarnya strategi bisnis itu sendiri selalu
berubah-ubah. Dalam menyelaraskan TI dan
strategi bisnis perlu diperhatikan arah yang ingin
dicapai dengan jelas, komitmen, komunikasi,
dan integrasi dari fungsi-fungsi yang ada dalam
organisasi.
Antara satu perguruan tinggi dengan
perguruan tinggi lainnya mempunyai keunikan
masing-masing yang bisa saja berbeda dalam
proses bisnis dan implementasi penerapan
teknologi informasi. Dukungan dari semua
manajemen sangat dibutuhkan untuk kelancaran
implementasi dan pengembangan kedepan.
IV.
SARAN
Beberapa saran yang disampaikan disini
lebih bersifat sebagai sebuah penyempurnaan
untuk penelitian yang lebih lanjut.
1. Bagi pembaca yang tertarik untuk
melakukan penelitian sejenism disarankan
untuk menambah variable-variabel yang
mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan.
2. Bagi Perusahaan diharapkan dapat menjaga
V.
DAFTAR PUSTAKA
Cumps, B., Viaene, S., Dedene, G., “Managing for Better Business IT Alignment”, IEEE, 2006.
Jonathan Adams, Srinivas Koushik, Guru
Vasudeva, & George Galambos, “Patterns for ebusiness: A Strategy for Reuse”, IBM Press, 2001.
Luftman, J., Competing in The Information Age: Align in The Sand. 2nd Edition, Oxford University Press, New York, 2003.
Luftman, J., Kempaiah, R. An update on Business-IT Alignment: "A Line" has been Drawn. MIS Quarterly Executive. Vol.6, No.3, 2007.
Lukito Edi Nugroho. "Pemanfaatan Teknologi Informasi Di Perguruan Tinggi". Prajnya Media, Yogyakarta. 2009.
Osterwalder, Alexander dan Yves Pigneur,
"Business Model Generation" (terjemahan), PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012.
Porter, M.E., “Strategy and the Internet”,
Harvard Business Review, pp. 62-78, 2001.
Ward, J. & Peppard, J.,”Strategic planning for Information Systems”,3rd, John Willey & Sons, Ltd, West Sussex, England, 2003.
Whitaker, B. & Coste,T.G. "Developing an Effective IT Integration and Support System". Journal of Information Technology Education Volume 1 No. 1 2002, 53-64.
2002.
Yoon, S. Effects of e-Service Quality on Perceived Value, Satisfaction, and Reuse Intentions in, 2011.
http://www.ppm-manajemen.ac.id diakses pada