• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUARA JANTUNG DAN DENYUT NADI.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SUARA JANTUNG DAN DENYUT NADI.docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SUARA JANTUNG DAN DENYUT NADI

LAPORAN PRAKTIKUM

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Fisiologi Hewan dan Manusia

yang dibina oleh Ibu Sri Rahayu Lestari

Oleh

Kelompok 3/ Offering A

1. Aisyatur Robia (150341600791) 2. Koko Murdianto (150341605345) 3. Lelly Luckitasari (150341600339) 4. Regia Ilmahani (150341600415) 5. Shela Emilia P. (150341603981) 6. Siti Nurhalizah (150341607130)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI

(2)

SUARA JANTUNG DAN DENYUT NADI

A. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa sebagai berikut.

(1) Mendefinisikan sistol, diastol, dan siklus jantung

(2) Menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara jantung dan menghubungkan suara jantung dengan siklus jantung

(3) Menentukan panjang normal siklus jantung, perubahan tekanan relatif yang terjadi di dalam atria dan ventrikel selama siklus, dan waktu stetoskop selama kontraksi jantung. Ada dua suara jantung yang jelas dapat di dengar pada setiap siklus jantung. Suara jantung biasanya digambarkan dengan lub dan dup, dan urutannya adalah: lub-dup, istirahat, lub-dup, istirahat, dan seterusnya. Lub (S1) adalah bunyi akibat tertutupnya katup trikuspidalis dan mitral (katup atrio ventrikular) pada permukaan sistole. Sedangkan S2 adalah bunyi akibat tertutupnya katup semilunar yang bertepatan dengan akhir sistole (Tim pengajar fisiologi hewan, 2014).

Bunyi timbul karena getaran yang terjadi di dinding ventrikel dan arteri-arteri besar ketika katup menutup, bukan oleh derik penutupan katup. Karena penutupan katup AV terjadi pada awal kontraksi ventrikel ketika tekanan ventrikel pertama kali melebihi tekanan atrium, bunyi jantung pertama menandakan awitan sistol ventrikel. Penutupan katup semilunaris terjadi pada awal relaksasi ventrikel ketika tekanan ventrikel kanan dan kiri turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Dengan demikian, bunyi jantung kedua menandakan permulaan diastole ventrikel (Lauralee, 2001).

(3)

di ruang inter kostal V sebelah kiri sternum di atas apeks jantung. Sedangkan suara katup trikuspidalis paling jelas dapat di dengar bila stetoskop digeser ke daerah agak tengah di sebelah kiri sternum. Demikian juga pada katup semilunar terdapat desinkronisasi penutupan katup. Katup semiluar aortik secara normal mengatup dengan bunyi keras lebih dulu daripada katup semilunar pulmonari (Tim pengajar fisiologi hewan, 2014)

Suara jantung pertama, S1 terjadi saat katup atrio ventrikula rmenutup. S1 bernada rendah dan redup yang disebut dengan lub. Setelah itu katup semilunaris menutup menghasilkan suara jantung kedua, S2, disebut sebagai dup yang bernada lebih tinggi dan lebih pendek dari S1. S1 dan S2 (lub-dup) terjadi dalam 1 detik atau kurang, bergantung pada frekuensi jantung. S1 dan S2 dinamakan bunyi systole dan diastole. Sistole adalah periode kontraksi ventrikel. Diawali saat bunyi jantung pertama dan diakhiri saat bunyi jantung kedual. Sistole normalnya lebih pendek daripada diastole. Diastole adalah periode relaksasi ventrikel. Dimulai saat bunyi jantung kedua dan diakhiri saat bunyi jantung pertama berikutnya (Berman et al, 2009).

Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).

Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior (Michael, 2006).

(4)

Dibersihkan bagian stetoskop yang akan dipasang di telinga dengan alkohol 70%, dibiarkan kering dulu, kemudian dipasang dengan cara pemasangan yang benar

5

Ditempelkan bel stetoskop pada dada subyek, pada ruang sela iga 5 di sebelah kiri sternum dekat puting susu kiri. Daerah ini merupakan daerah untuk mendengarkan katup mitral dengan baik. Didengarkan baik-baik suara jantung, dimana suara pertama lebih panjang, lebih keras daripada suara kedua yang lebih pendek namun lebih nyaring.

dapat mewakili detak jantung per menit atau yang dikenal dengan heart rate (Guyton, 2007).

(5)

Setelah mendengarkan beberapa menit, coba dihitung waktu istirahat antara suara kedua dari satu denyut jantung dan suara pertama dari denyut jantung berikutnya. Dicatat hasilnya dalam detik. Bagaimana interval waktu ini bila dibandingkan dengan interval waktu antara suara pertama dan kedua dari suatu denyut jantung tunggal.

Subyek diminta duduk tenang, dicari posisi arteri radial di permukaan pergelangan tangan, persis pada pangkal ibu jari

Subyek dibiarkan duduk dengan tenang dan rileks

Lengan subyek diletakkan di atas meja dengan posisi menekuk dan posisi telapak tangan menghadap ke atas sampai setinggi jantung

Manset dipasang pada lengan atas, dengan batas bawah manset 2 – 3 cm dari lipatan siku dan diperhatikan posisi pipa manset yang akan menekan tepat di atas denyutan arteri di lipatan siku (arteri brankhialis)

2. Palpasi Denyut Nadi Radialis

3. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi

4. Tekanan Arteri

Sekarang dilakukan pengamatan pada katup semilunar. Untuk mendengarkan katup semilunar aortik lebih jelas, ditempelkan bel stetoskop pada ruang sela iga ke 2, tepat di kanan sternum. Bila sudah didengarkan oleh Anda, subyek diminta menarik nafas dalam-dalam dengan pelan. Kemudian dipindahkan stetoskop secara horizontal ke kiri sternum untuk mendengarkan katup pulmonari.

Dilakukan palpasi, mula-mula arteri radial ditekan dengan ujung jari ke 2 dan ke 3. Kemudian dikendorkan tekanan pelan-pelan sampai denyut nadi dirasakan oleh Anda. Dilakukan perhitungan denyut nadi per menit. Diulangi 2 kali diambil rata-ratanya

(6)

Diletakkan stetoskop tepat di atas arteri brankhialis

Dipompa manset hingga manometer air raksa mencatat 140 mmHg

Katup manset dibuka dan dibiarkan tekanan manset turun perlahan dengan kecepatan 2 – 3 mmHg/detik

Diingat dan dicatat bunyi pertama yang terdengar sebagai tekanan sistolik, dan dicatat pula bunyi terakhir yang masih terdengar sebagai tekanan diastolik

Dibuat garis lurus di papan tulis

Subyek berdiri dengan sisi tubuh sebelah kanan dekat papan tulis

Tangan dinaikkan sampai vena superfisial menghilang 5. Tekanan Vena

E. Data Pengamatan

1. Mendengarkan Suara Jantung

Perlakuan Waktu (detik)

Diturunkan tekanan manset sampai 0 mmHg dan manset dilepaskan

(7)

Lup-dup 00: 41

Dup-lup 00: 63

Lup-lup 00 : 98

Dup-dup 01 : 17

2. Palpasi Denyut Nadi Radialis Subyek : Regia

Perlakuan Denyut nadi per menit Palpasi ke-1 75/menit

Palpasi ke-2 75/menit Rata-rata : 75/menit

3. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi

Denyut jantung (apeks) Denyut nadi radial

60/menit 80/menit

4. Tekanan Arteri Subyek : Aisyatur

Tekanan arteri = 120/80 mmHg 5. Tekanan Vena

Subyek : Shela

(8)

Keterangan:

1,056 = gaya berat khusus darah

13,6 = gaya berat khusus Hg

X= 30 = jarak vertical antara ketinggian atrium dengan menghilangnya vena

F. Analisis Data

1. Mendengarkan Suara Jantung

Praktikum kali praktikan mengamati suara jantung dengan cara mendengarkan suara detak yang berbunyi lup dan dup, serta mengukur waktu antara lup ke dup, dup ke lup, lup ke lup, dan dup ke dup. Subjek yang diamati berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh waktu lup ke dup adalah 0,41 detik. Waktu dup ke lup adalah 0,63 detik. Waktu lup ke lup adalah 0,98 detik. Sedangkan waktu untuk jarak dup ke dup adalah 1,17. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa waktu lup ke dup, dup ke lup, lup ke lup, dan dup ke dup berbeda pada waktu.

2. Palpalasi Denyut Nadi Radialis

Pada pengamatan denyut nadi radialis, pengamatan dilakukan dengan cara palpasi pada permukaan pergelangan tangan, pada pangkal ibu jari. Kemudian dilakukan perhitungan denyut nadi per menit. Perhitungan dilakukan dua kali sebagai ulangan. Perhitungan ulangan pertama dan kedua sama yaitu sebesar 75 kali per menit. Oleh Karena itu, hasil rata-rata dari jumlah denyut nadi radialis per menit subyek adalah sebesar 75 kali per menit.

Pv=1,056x X

13,6 mmHg

Pv=1,056x30

13,6 mmHg

Pv=31, 68

(9)

3. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan perbedaan antara denyut jantung apikal dan denyut nadi radial. Percobaan dilakukan pada waktu bersamaan dan subyek yang sama. Percobaan pertama mengukur jumlah denyut jantung bagian apeks pada subyek selama satu menit dengan menggunakan stetoskop didapatkan hasil 60 kali dalam satu menit. Sedangkan pada percobaan mengukur jumlah denyut pada arteri radial dengan cara menekan arteri yang lurus dengan jempol tangan subek didapatkan hasil 80 kali permenit.

4. Tekanan Arteri

Berdasarkan data pengamatan hasil pengukuran tekanan pembuluh darah sistol dan diastol subyek menggunakan sphygmomanometer adalah 120/80 mmHg. Tekanan sistol sebesar 120 mmHg mewakili tekanan ventrikel pada aorta yang menjadi dorongan atau tekanan awal darah agar menyebar keseluruh tubuh, sedangkan 80 mmHg mewakili tekanan diastol dimana tekanan akhir pada arteri yang lebih lemah. Diketahui tekanan sistol dan diastol dapat menjadi petunjuk beasr tekanan arteri/nadi. Tekanan rata-rata arteri dapat ditarik dari selisih nilai sistol 120 mmHg dengan diastol 80 mmHg yaitu sebesar 40mmHg pada subjek.

5. Tekanan Vena

Untuk memperkirakan menghitung tekanan vena maka dapat dilakukan pengukuran terhadap jarak vertikal antara atrium kiri dengan menghilangnya vena. Pertama subjek berdiri disamping papan tulis dengan sisi tubuh sebelah kiri mengahadap ke papan tulis dengan lengan tergantung pada sisi tubuh. Kemudian subyek dengan pelan-pelan menaikkan lengan kirinya dan mengamati vena superfisial pada bagain dorsal lengan pada saat subjek mengangkat tangannya. Saat diukur diperoleh jarak vertical antara ketinggian atrium dengan menghilangnya vena adalah 30 mm. Angka tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus untuk mencari tekanan vena dan diperoleh hasil bahwa tekanan vena subjek adalah 2, 33 mmHg.

G. Pembahasan

(10)

Mendengarkan suara dalam tubuh dengan menggunakan stetoskop disebut juga auskultasi (Guyton, 2006). Suara denyut jantung yang dating terutama dari bergejolaknya darah yang disebabkan oleh menutupnya katub-katub jantung. Selama setiap siklus jantung suara jantung yang dapat didengarkan dengan jelas adalah suara pertama yaitu “lup”, lebih keras dan sedikit lebih panjang dari suara kedua. Suara “lup” dihasilkan oleh gerak balik darah atau menutupnya katub atrio vascular segera setelah sistol ventrikel mulai. Suara kedua lebih pendek dan tidak sekeras suara pertama tetapi lebih jelas, terdengar “dub”. Suara “dub” ini akibat gerak balik darah yang menutup katub semilunar pada awal diastol semilunar (Guyton, 2006). Pada seseorang yang sedang istirahat, waktu antara suara jantung kedua dengan suara jantung yang pertama berikutnya kira-kira dua kali lebih lama dari pada waktu antara suara jantung pertama dan suara jantung kedua dalam satu siklus (Soewolo, 2005)

Pada kegiatan praktikum yang dilakukan, suara pertama yang lebih panjang dan lebih keras adalah suara yang terdengar “lup”, dan suara kedua yang terdengar lebih jelas yaitu “dub”. Pada kegiatan penghitungan suara denyut jantung yang pertama dilakukan adalah menghitung jeda antara suara lup ke dup, dup ke lup lup ke lup dan dup ke dup dari jantung. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh waktu Lup ke Dup adalah 0,41 detik. Waktu Dup ke Lup adalah 0,63 detik. Waktu Lup ke Lup adalah 0,98 detik. Sedangkan waktu untuk jarak Dup ke Dup adalah 1,17 detik.

(11)

Berdasarkan analisa data, telah diketahui bahwa pada praktikum mendengarkan suara jantung ini terdapat ketidak sesuaian dengan teori. Akan sesuai bila interval antara lup dan dup adalah kurang lebih 0.25-0.3 detik, sedangkan interval antara dup ke lup adalah 0.45-0.5 detik dan interval antara lup ke lup adalah penambahan dari interval lup ke dup dan dup ke lup sebesar 0,8 detik (Pococket al , 2006). Ketidak sesuaian ini dikarenakan praktikan kurang teliti dalam mendengarkan suara jantung, dan kurang cepatnya praktikan dalam menekan stopwatch menyebabkan ketidak tepatan dalam mengambil data.

2. Palpasi Denyut Nadi Radialis

Arteri yang digunakan untuk mendeteksi denyut nadi terletak dekat dengan kulit. Sebagian besar diberi nama beradasarkan tulang di mana arteri berada. Tempat denyut nadi secara kolektif disebut denyut perifer (peripheral pulse) karena terletak jauh dari jantung. Dari semua denyut perifer, arteri radial, yang terletak di bagian dalam pergelangan tangan adalah tempat yang paling sering digunakan untuk mendeteksi denyut nadi (Timby, 2009).

Salah satu cara untuk mendektesi denyut jantung pada arteri radial adalah dengan palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari, sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).

(12)

Untuk membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara periodik, kontraksi dan relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung seiring dengan dipompanya darah menuju arteri. Oleh karena itu, denyut nadi dapat mewakili detak jantung per menit atau heart rate (Crawford, 1983).

Untuk orang dewasa dan remaja, ketika beristirahat, rata-rata denyut nadi 60 sampai 100 denyut per menit (denyut per menit) (Pritchard dan Mallett, 2001). Pada subyek didapatkan perhitungan denyut nadi sebesar 75 per menit. Hal tersebut menunjukkan bahwa subyek memiliki keadaan jantung yang normal. Jika seseorang memiliki denyut jantung melebihi 100 atau kurang dari 60 denyut per menit maka orang tersebut mengalami gangguan pada jantungnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pengaruh obat-obatan, stress, atau penyakit jantung. Menurut Pritchard dan Mallett (2001) denyut nadi yang normal bervariasi sesuai dengan usia yaitu sebagai berikut.

 Setelah lahir : 120 –160 denyut per menit

 1 – 12 bulan : 80 – 140 denyut per meni

 12 bulan – 2 tahun : 80 – 130 denyut per menit

 2 – 6 tahun : 75 – 120 denyut per menit

 6 – 12 tahun : 75 – 110 denyut per menit

3. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi

(13)

mendorong darah ke distal menuju arteri yang lebih kecil dan arteriola. Di dalam aorta akan terjadi desakan darah kedalam arteri yang disebut dengan denyut nadi (Silverthorn, 2014). Dalam keadaan normal, frekuensi denyut nadi sama dengan frekuensi denyut jantung. Pada keadaan tertentu (penyakit) dapat terjadi pulsus deficit, yaitu adanya selisih frekuensi denyut jantung dan denyut nadi (Murtiati, 2005). Pulsus defisit disebabkan oleh denyut jantung yang lemah sehingga menyebabkan denyut nadi tidak terasa. Berdasarkan hasil pengamatan, denyut nadi lebih besar dari pada denyut jantung, hal ini bertolak belakang dengan teori baik teori pulsus defisit maupun teori mekanisme terjadinya denyut nadi yang dapat dirasakan, karena tidak mungkin terjadi gesekan / gelombang nadi yang lebih dari jumlah kontraksi jantung karena kontraksi jantung merupakan sebab dari adanya gelombang nadi itu sendiri. Faktor perbedaan denyut tersebut disebabkan adanya kesalahan pengamatan saat menghitung nadi dan denyut jantung disebabkan kurang telitinya praktikan.

4. Tekanan Arteri

Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup, tanpa tekanan ini, otot dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh telalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningktkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan lupturnya pembuluh-pembuluh halus (Lauralee, 2001).

(14)

ditempatkan di sekitar lengan atas di sekitar yang sama vertikal tinggi sebagai jantung, terlampir ke air raksa atau aneroid manometer. Cara auskultasi untuk menentukan tekanan arteri sistolik dan diastolik dibantu sebuah stetoskop diletakkan pada arteri antecubiti, dan disekeliling lengan atas dipasang sebuah manset tekanan darah yang digembungkan. Selama manset menekan lengan dengan sedikit sekali tekanan sehingga arteri tetap terdistensi dengan darah, tidak ada bunyi yang terdengar melalui stetoskop ,walaupun sebenarnya darah alam arteri tetap berdenyut . Apabila tekanan dalam manset itu cukup besar untuk menutup arteri selama sebagian siklus tekanan arteri, pada setiapa denyutan akan terdengar bunyi. Bunyi-bunyi ini di sebut bunyi korotkoff. (Guyton, 2007)

Pada subyek menggunakan metode auskultasi didapatkan bunyi korotkoff pertama dapat didengar pada saat raksa menunjukkan pada angka 120, sedangkan bunyi terakhir yang terdengar dari stetoskop pada angka 80, sehingga tekanan arteri tergolong normal dengan besar 120/80 mmHg. Nilai 120/80 mmHg menunjukkan tekanan darah di aorta dan di brakial dan arteri besar lainnya pada tekanan sitolik sebesar 120 mmHg selama siklus jantung dan turun menjadi minimum (tekanan diastole) sekitar 80 mmHg. Takanan darah arteri biasanya ditulis dengan tekanan systole per tekanan diastole, 120/80 mmHg. Tekanan nadi, berbeda antara tekanan sistole dan diastole, yaitu sebesar 40 mmHg pada subyek. Tekanan rata-rata nadi mewakili tekanan rata-rata seluruh siklus jantung, karena systole lebih singkat daripada diastole, tekanan rata-rata merupakan nilai tengah antara tekanan systole dan diastole, sehingga pada subyek selisih tekanan sistolik 120mmHg dengan tekanan diastolik 80 mmHg didapatkan nilai tekanan rata-rata nadi sebesar 40mmHg. Hal ini sebenarnya bisa hanya ditentukan oleh luas integritas dari kurva tekanan, bagaimanapun sabagai perkiraan, tekanan rata-rata sebanding dengan tekanan diastole ditambah satu-tiga dari tekanan nadi (Ganong, 2000).

(15)

(1) Kekuatan jantung memompakan darah membuat tekanan yang dilakukan jantung sehingga darah bisa beredar ke seluruh bagian tubuh dan darah dapat kembali lagi ken jantung

(2) Visikositas atau kekentalan darah, disebabkan oleh protein plasma dan jumlah sel darah ang beredar dalam aliran darah

(3) Elastisitas dinding aliran darah. Didalam arteri tekanan lebih besar daripada di dalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis dari pada vena

(4) Tahanan tepi. Tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalkir dalam pembuluh darah dalam sirkulasi darah besar yang berda dalam arterial. Turunnya tekanan mengakibatkan denyut jantung pada kapiler dan vena tidak teraba (Guyton, 2007).

5. Tekanan Vena

Setelah dilakukan percobaan diperoleh jarak vertical antara ketinggian atrium dengan menghilangnya vena adalah 30 mm, kemudian angka tersebut dimasukkan dalam rumus untuk mencari tekanan vena dan diperoleh hasil bahwa tekanan vena subjek adalah 2, 33 mmHg. Sedangkan menurut Soewolo dkk (2001), tekanan normal vena bervariasi antara 30-90 mmHg dan tekanan vena pada tangan antara 30-40 mmHg. Jika dibandingkan dengan teori, subjek yang diukur tekanan darah pada venanya memiliki nilai yang jauh dibawah batas normal. Tekanan vena dari subjek mungkin tidak normal.

Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kesalahan mengukur ketinggian vena dan kesalahan dalam mengukur jarak ketinggian atrium kiri dengan letak menghilangnya vena. Faktor lain yang mempengaruhi tekanan vena adalah jenis kelamin, usia, pekerjaan, asupan nutrisi/makanan, gaya hidup dll.

(16)

terjadi pemenjetan vena oleh berkas otot yang berkontraksi sehingga darah terdorong kearah jantung dan tidak sebaliknyasebab pada vena ada katup semilunar yang mencegah aliran darah bergerak balik. Ketika otot relaks, aliran darah balik di dalam vena dihalangi oleh katup semilunar. (Soewolo, 2005).

H. Simpulan

1. Sistole adalah periode kontraksi ventrikel. Diastole adalah periode relaksasi ventrikel. Siklus jantung adalah terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastole (relaksasi dan pengisian jantung).

2. Suara pertama yaitu“ lup”, lebih keras dan sedikit lebih panjang dari suara kedua. Suara “lup” dihasilkan oleh gerak balik darah atau menutupnya katub atriovaskular segera setelah sistol ventrikel mulai. Suara kedua lebih pendek dan tidak sekeras suara pertama tetapi lebih jelas, terdengar “dub”. Suara “dub” ini akibat gerak balik darah yang menutup katub semilunar pada awal diastol semilunar.

3. Interval antara lup dan dup adalah kurang lebih 0.25- 0.3 detik, sedangkan interval antara dup ke lup adalah 0.45- 0.5 detik dan interval antara lup ke lup adalah penambahan dari interval lup ke dup dan dup ke lup sebesar 0,8 detik. 4. Suara jantung pertama (S1) dapat didengarkan pada ruang interkostal V

sebelah kiri sternum di atas apeks jantung. Suara jantung ke dua (S2) dapat didengarkan pada ruang interkostal II sebelah kanan sternum.

5. Tekanan nadi pada siklus peredaran darah dapat diwakili dengang tekanan rata-rata nadi yang didapatkan dari selisih besar sistol dan diastol. Tekanan sistol diastol subyek diukur dengan bantuan alat shpygmomanometer dan stetoskop dengan metode auskultasi dengan nilai perbandingan sistol dengan diastol sebesar 120/80 mmHg. Sehingga dengan selisihnya didapatkan besar nilai tekanan rata-rata nadi subyek yang mengedarkan darah sebesar 40 mmHg.

I. Saran

1. Berhati-hati dalam menggunakan alat maupun bahan 2. Lebih teliti dalam melakukan praktikum

(17)

Daftar Pustaka

Audrey Berman, Shirlee J, Barbara K., et al. 2009. Pengkajian Kesehatan Pada Orang Dewasa. Available from:

http//books.google.co.id/books?

id=9tLaDcEaV7wC&pg=PA133&lpg=PA133&dq=pembagian+4+kuadran +bagi+payudara&source (Accessed: 29 March 2010)

Crawford, Michael. 1978. Inspection and Palpation of Venous and Arterial Pulses. USA: American Heart Association

F. ganong, William. 2001. Review of Medical Pghysiology. New York: Lange Medical Books

Guyton, Arthur C. 2006. Textbook of medical physiology / Arthur C. Guyton, John E. Hall.—11th ed.

Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC. Kumboyono. 2012. Tekanan Darah Arteri. Available from:

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/download/702/pdf (Online) diakses pada 3 November 2016

(18)

Michael, dkk. 2006. KecepatanDenyutNadiSiswa SMA Kelas X. Jakarta: Mahatma Gading School

Murtiati, Tri. 2005. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: UNJ.

Pocock, Gillian; Richards, Christopher D. 2006.Human Physiology: The basis of Medicine 3rd Edition. Oxford University Press

Pritchard, A.P., Mallett, J. 2001. The Royal Marsden Hospital Manual of Clinical Nursing Procedures. Oxford: Blackwell Science

Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Third Edition. New-York: McGraw-Hill

Soewolo, dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia. Malang: JICA Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UMPress

Silverthorn, Dee unglaub. 2014. FISIOLOGI MANUSIA. Jakarta. EGC

Referensi

Dokumen terkait

+engkajian kepera"atan keluarga menggunakan teori riedman yang terdiri dari )  penjajakan! adapun yang dikaji dalam penjajakan , secara teori tidak ada  perdedaan

Pelaksanaan pengelolaan pesisir dan laut secara terpadu melalui Program Pantai Lestari perlu dilakukan dengan konsisten serta dilaksanakan secara berkesinambungan,

 Penyakit yang menyerang pada gangguan penglihatan ini ada beragam jenis nya diantaranya Miopi (tidak dapat melihat dengan jelas objek yang berada jauh), Hiperopi (tidak dapat

2+N%$N 2+-/K/$N 9 P$ dan Penedia telah *ersepakat untuk )enandatangaan Kontrak ini pada tanggal terse*ut diatas dan )elaksanakan Kontrak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan

Dalam tulisannya, Spradley memberikan kriteria tentang informan yang baik dalam penelitian, yaitu : informan harus berasal dari kebudayaan yang menjadi fokus; pada saat

Use case atau diagram use case merupakan pemodelan untuk kelakuan (behaviour) sistem informasi yang akan dibuat. Use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara

Monitoring service ini akan memantau perubahan nilai suatu kolom pada suatu tabel dalam database tertentu.. Jika nilai tersebut berada di luar standar yang telah

Oleh karena itu, untuk dapat melakukan shooting akurat peneliti berupaya untuk meningkatkan kemampuan akurasi shooting siswa yang mengikuti Ekstrakulikluer Futsal