a. Positivisme Logis
Pada tahun 1922 berkembanglah suatu gerakan filsafat baru yang dirintis oleh seorang fisikus sekaligus seorang filsuf bernama Moritz Schlick (1882-1936). Gerakan filsafat baru ini berpusat di wina, yaitu suatu kota yang sekaligus sebagai pusat kelompok ilmuan yang terkenal dengan nama vienna Circle atau dikenal juga mazhab wina ( kring Wina). Anggota –anggota lingkungan Wina ini antara lain : Kuzt Goedel, seorang ahli matematika, Hans Hann juga seorang ahli matematika, Karl Menger ahli Matematika Philip Frank seorang ahli fisika, Otto Neurath seorang sosioloog ,Victor Craft seorang filsuf , Rudolf Carnap ahli matematika dan fisika, serta beberapa mahasiswa antara lain, Friedrich Wismann dan Herbert Feighl ( Bertens, 1981: 166).
Aliran ini sangat dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Ludwig Wittgenstein, walaupun pengaruhnya bersifat tidak langsung dan sebenarnya Witgenstein, sendiri tidak ikut dalam kelompok Wina tersebut. melalui suatu karangan kecil yang yang disusun oleh Neurath, Hans Hahn dan Rudolf Carnap mengeluarkan suatu deklarasi ilmiah dalam suatu Kongres Internasional pertama dengan judul Wissenschafftliche Weltauffaussang; Der Wiener Kreis( Pandangan dunia yang bersifat ilmiah : Lingkungan Wina). Pandangan ini menguraikan tentang pendirian filosofis kelompok linhkungan Wina yang yang sangat diwarnai oleh ilmu-ilmu pengetahuan positiv. Aliran ini sangat dipengaruhi oleh tradisi empirisme logis dan oleh karena nama tersebut lazim digunakan oleh aliran filsafat yang berkembang di Amerika, Inggris dan Skandinavina. Oleh karena itu aliran tersebut disepakati kdengan nama “neopositivisme” atau populer dikenal dengan nama “positivisme logis”. Posivisme logis menerima pandangan-pandangan filosofis dari atomisme logis tentang logika dan cara atau teknik analisisnya namun demikian positivisme logis menolak metafisika atomisme logis. Positivisme logis menggunakan teknik analisis untuk dua macam tujuan:
Pertama; untuk menghilangkan metafisik. Ungkapan-ungkapan metafisis itu ditolak oleh kaum positivisme logis bukan karena bersifat emotive, melainkan pada dirinya sendiri tak dapat ditolak, namu karena berpura-pura sebagai ungkapan atau hal hal yang bersifat kognitif. Oleh karena itu ungkapan-ungkapan metafisis itu pada hakikatnya tidak menyatakan apa-apa sehingga bersifat nirati atau tidak bermakna ( Poerwowidadgo : 52)
Sebagaimana diungkapkan oleh Rudolf Carnap sebagai seorang tokoh positivisme logis dalam suatu tulisannya yang berjudul “ The elimination of Metaphysics Through Logical Analysis”
Penghapusan metafisika melalui Analisis Logis) menyatakan:
logis menghasilkan hal yang negatif yaitu pernyataan-pernyataan bidang ini( metafisika dll) semuanya adalah nirarti”
Lebih lanjut ia mengemukakan sebagai berikut:
Analisis logis dengan demikian memberi keputusan dan menyatakan nirarti pada setipa apa yang disebut pengetahuan yang berpura-pura melampaui batas-batas pengalaman. Keputusan ini pertma-tama mengenai pada metafiska yang spekulatif, apa yang dimaksud dengan pengetahuan yang berasal dari pemikiran murni, atau aoleh intuisi murni yang berpura-pura dapat dilakukan tanpa pengalaman”. ( Ayer 1959 : 60).
Penekanan pada pengalaman menunjukkan aspek empirisme yang kuat dalam positivisme logis. Oleh karena itulahh maka positivisme sering disebut juga empirisme logis.
Penolakan terhadap metafisika oleh positivisme logis tidak boleh diartikan bahwa positivisme logis tidak boleh diartikan bahwa positivisme logis itu menolak atau mengingkari keberadaan dunia luar atau dunia yang trasenden, menyatakan bahwa pernyataan-pernyataan metafisika itu nirati tidaklah berarti suatu pengingkaran atanya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Moritz Schlick sebagai berikut:
“ pengingkaran tentang keberadaan dunia luar yang trasenden itu akan sama saja dengan pernyataan metafisis tentang pengakuan keberadaan dunia luar yang trasenden itu. dengan demikian seorang empirisis yang konsisten tidak mengingkari dunia trasenden, tetapi menunjukkan bahwa baik pengingkaran maupun pengakuan kedua-duanya adalah nirarti (Schlick, 1959 ; 107).
Jadi kaun positivisme logis atau empirisme logis itu tidak menyatakan bahwa apa yang dikatakan oleh kaum metafisika itu salah, akan tetapi bahwa apa yang dikatakan kaum metafisika itu tidak menyatakan sesuatu sama sekali. Positivisme logis tidak melawan metafisika, hanya dinyatakannya bahwa apa yang dikatakannya oleh kaum metafisikus itu tidak dapat dipahami, atau tidak menyatakan sesuatu sama sekali ( Poewowidagdo, 55).