• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelaparan di Amerika mura di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kelaparan di Amerika mura di"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat

Kelaparan di Amerika

Disusun Oleh:

Gigih Unggul Halim W. D0412018

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2015

Kelaparan di Amerika

(2)

diserang berbagai macam krisis, kemajuan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan dan tentu saja kekuatan militer yang sangat megah dan kuat. Tapi tak ada gading yang tak retak. Amerika tetap saja sebuah negara, yang perilakunya seperti manusia; memiliki kelemahan. Kelaparan yang sebelumnya hanya menjadi bagian dari fenomena kemiskinan, yang sudah lebih dulu ada sejak bahkan sebelum bangsa Amerika terbentuk, kini menjadi masalah dan fenomena terpisah yang harus diselesaikan oleh pemerintah pusat dan federal secara serius. Berbagai usaha telah dilakukan, mulai dari usaha yang menjadi bagian penyelesaian depresi ekonomi di masa pemerintahan Roosevelt, program-program seperti Food Stamp, National School Lunch Program, hingga usaha yang dirintis oleh masyarakat secara mandiri seperti Dapur Amal, Soup Kitchen dan usaha lainnya. Tulisan ini akan berusaha menjelaskan secara singkat bagaimana fenomena, masalah dan paradoks kelaparan yang terjadi Amerika Serikat.

Sejarah Singkat

Kemiskinan adalah bagian yang selalu ada dalam sejarah umat manusia. Begitu juga di Amerika Serikat. Koloni-koloni yang dibentuk oleh orang-orang Eropa di tanah baru ternyata tidak mampu membangun penghidupan yang lebih baik. Kemiskinan tetap menjadi fenomena, bahkan tetap berlangsung jauh setelah bangsa Amerika merdeka dan telah mapan sebagai sebuah negara. Amerika yang kemudian terkenal mampu mencukupi segala kebutuhannya secara mandiri, termasuk supply bahan makanan, ternyata tidak cukup memberi makan warga negaranya. Kemiskinan yang dibarengi dengan resesi ekonomi, membawa masalah sendiri; kelaparan. Di era The Great Depression ini, kelaparan menjadi masalah terpisah yang mulai ditangani secara serius oleh masyarakat, lembaga amal dan pemerintah federal.1

Pemerintahan Hoover ternyata belum mampu menyelesaikan gabungan masalah yang kompleks ini. Kemudian, pada pemerintahan Roosevelt,

1 Doug O’Brien, Halley Torres Aldeen, Stephanie Uchima, and Erinn Staley, “Hunger in America” (Makalah

(3)

dibuatlah Federal Emergency Relief Administration (FERA) dan Federal Surplus Relief Corporation (FSRC) yang dibuat satu paket dalam The New Deal-nya yang terkenal itu. Berangsur-angsur, banyak program-program turunan yang khusus dibuat untuk menyelesaikan masalah ini di tingkat yang lebih kecil, seperti Food Stamp Program di tahun 1939, memberi kemudahan bagi warga Amerika untuk mendapat produk pertanian seperti jeruk, susu dan produk lain. Program ini sempat terhenti ketika Amerika mulai “melibatkan diri” dalam Perang Dunia II. Kebutuhan akan alutsista dan angkatan bersenjata membuat fokus pemerintah pusat bergeser, dan supply anggaran untuk program-program bantuan makanan domestik menjadi merosot dan kelaparan tetap menjadi masalah besar. Buktinya, 40 % dari seluruh pendaftar tentara untuk angkatan bersenjata Amerika, ditolak atas dasar kondisi kesehatan yang buruk.2

Pasca perang, pemerintah pusat justru tidak menolehkan kepala pada usaha menyelesaikan masalah kelaparan, kecuali dalam satu kebijakan, yaitu National School Lunch Program yang dimulai tahun 1946. Pemerintah Eisenhower lebih fokus pada usaha “mengamankan” dunia di situasi Perang Dingin tersebut. Baru pada thaun 1960-an kelaparan kembali isu yang menyeruak di permukaan ketika dilakukan serangkain investigasi di Amerika Serikat bagian selatan yang menunjukkan kelaparan yang menyebarluas.3 Warga Amerika baru menyadari bahwa terselip sejumlah orang kurang beruntung yang harus kelaparan di negara mereka yang memiliki cadangan makanan yang melimpah. Tahun 1966, program School Breakfast Program diluncurkan untuk memberi manfaat lebih banyak dan melanjutkan program makan siang yang sudah dimulai sebelumnya. Setelah itu pemerintah federal baru terlihat benar-benar serius menerapkan langkah-langkah penyelesaian masalah ini.

Meskipun begitu, banyak ahli berpendapat bahwa langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah tidak benar-benar mencabut akar masalah yang

(4)

menyebabkan masalah ini. Langkah pemerintah lebih bersifat responsif dan tidak preventif. Terbukti langkah-langkah yang diterapkan tidak memberi solusi yang final, walaupun memiliki sisi positif yaitu bersifat sustainable.

Masalah kelaparan tetap menjadi masalah yang belum selesai sampai sekarang di era pemerintahan Obama. Banyak ahli menilai kunci masalah ini ada di level pembuatan kebijakan.

Penyebab

Akar masalah kelaparan ini adalah perpaduan rumit antara pengangguran, tingkat pendidikan, pendapatan, status pernikahan, kehadiran anak, dan terutama akses terhadap bantuan makanan, entah itu dari sektor swasta maupun sektor publik.4 Ketika krisis perbankan muncul di tahun 1920-an, mulai muncul ketidakseimbangan sosial di masyarakat. Banyak pengangguran, perkelahian, demonstrasi dan bahkan kejahatan. Di tahun 1932 sampai 1933, cadangan produk makanan yang tadinya melimpah dibajak oleh oknum-oknum tertentu, akibat jatuhnya harga dan kurangnya pasar. Ketidaktersediaan bahan pertanian ini lah yang menjadi penyebab kelaparan di Amerika pada periode itu.

Kemudian, ketika perekonomian mulai membaik pasca perang, dan ketersediaan bahan makanan sudah mulai terjamin, penyebab kelaparan di sebagian wilayah di Amerika bergeser. Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan kelaparan. Tapi pendapatan bukan satu-satunya penyebab kelaparan. Penelitian menunjukkan, 45% dari rumahtangga dengan pendapatan terbawah, 23% dari rumahtangga dengan pendapatanan di sekitar tingkat kemiskinan dan kurang dari 10% dari rumahtangga dengan pendapatan diatas kemiskinan, berada pada status food insecure5.

4 Ibid.

5 Mark Nord, Margaret Andrews, and Steven Carlson, “Household Food Security in the United States”, 2002,

(5)

Artinya ada faktor lain kenapa orang-orang Amerika tidak punya akses terhadap makanan.

Dalam sebuah film dokumenter berjudul A Place at the Table, digambarkan bagaimana kelaparan benar-benar telah melanda Amerika, mulai dari wilayah pinggiran seperti Appalachia yang sudah terkenal sebagai daerah miskin, hingga di kota besar seperti New York. Masalahnya bukan terletak pada sanggup atau tidaknya orang-orang Amerika membeli makanan yang baik, tapi karena bahan-bahan makanan tersebut sangat jarang ditemui. Jikapun ada, pasti mahal. Kemudian akibatnya, yang mampu mereka beli adalah makanan olahan dalam kemasan atau makanan cepat saji, yang tentu sudah umum diketahui, miskin nutrisi. Lalu muncullah masalah baru; obesitas. Muncul paradoks yang mungkin aneh dan membingungkan bagi sebagian orang di belahan bumi bagian lain; penduduk Amerika mengalami kelaparan dan obesitas di saat yang bersamaan.

(6)

kelaparan. Pada level ini, dilema juga berada di pundak pemerintah; apakah tetap membiarkan mekanisme pasar, yang diwakili oleh perusahaan multi-nasional, untuk bekerja menghasilkan keuntungan bagi semua pihak (perusahaan, negara dan petani) atau melakukan intervensi pada kebijakan ini agar masyarakat Amerika segera terbebas dari kelaparan, dengan konsekuensi akan kehilangan banyak devisa negara yang dihasilkan dari ekspor produk perusahaan-perusahaan ini. Sebuah hubungan yang rumit antara pemerintah, perusahaan, petani, dan masyarakat luas. Kemampuan seorang pemimpin yang bijak benar–benar diuji dalam masalah ini. Dan tampaknya, Amerika belum memiliki pemimpin tersebut sampai saat ini. Atau mungkin, ada sebuah hubungan yang lebih rumit yang bersifat politis antara aktor-aktor dibalik sulitnya menemukan solusi menyelesaikan kelaparan di Amerika ini.

Solusi

Untuk mengatasi masalah ini, ada tiga program besar yang dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Departemen Pertanian Amerika Serikat yang diamanatkan pada Food and Nutrition Service. Yang pertama adalah The Supplemental Nutrition Assistance Program (SNAP). Program ini adalah kelanjutan dari program Food Stamp yang diinisiasi oleh pemerintah Presiden Roosevelt di tahun 1939. Program ini menyediakan bantuan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah agar bisa membeli makanan yang diperbolehkan di toko-toko resmi. Rata-rata perolehan bagi tiap orang per bulan adalah $134, dan ini pemerintah federal telah menghabiskan 75 juta dollar untuk program ini.6

Program kedua adalah National School Lunch Program yang berusaha memberikan solusi bagi pelajar-pelajar di Amerika kurang mampu yang kekurangan asupan makanan bergizi. Program ini telah berjalan di lebih dari 100.000 sekolah negeri dan swasta maupun institusi-institusi serupa. Kita dapat melihat di film-film Hollywood bahwa anak-anak sekolah mengantri untuk mendapat makanan gratis. Itulah bukti dari program

(7)

ini. 58 % dari makan siang yang disajikan di tahun 2011 adalah gratis dan 8% tambahan disajikan dengan potongan harga.7

Ketiga adalah program The Special Supplemental Nutrition Program for Women, Infants, and Children (WIC). Program ini didanai pemerintah federal sebagai bentuk preventive nutrition prgoram yang membantu mendistribusikan makanan suplemen, fasilitas kesehatan dan edukasi nutrisi bagi ibu-ibu hamil dengan pendapatan rendah, ibu menyusui dan wanita tidak menyusui postpartum, bagi bayi-bayi dari keluarga berpenghasilan rendah dan bagi anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah yang lebih muda dari 5 tahun dan teridentifikasi miskin nutrisi.8 Ketiga program ini, dan banyak program lain, adalah langkah nyata pemerintah Amerika Serikat untuk menyelesaikan kelaparan di negaranya. Meskipun begitu, masalah ini tidak kunjung selesai dan masyarakat tetap direpotkan dengan kelaparan.

Tapi masyarakat Amerika tidak menyerah untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Ada sebuah gerakan berwujud food security movement di masyarakat yang mencoba menawarkan cara baru untuk menyelesaikan masalah kelaparan ini. Mereka mencoba pendekatan baru yang mungkin selama ini dilupakan pemerintah yang fokus pada sistem yang berlaku di masyarakat. Daripada merespon food insecurity dengan intervensi yang bersifat lokal, gerakan ini mencoba memahami hubungan antara para petani, distributor makanan, para retailer, masyarakat, oeneliti, lembaga non-profit, pengambil kebijakan dan pelaku lain dalam sistem makanan yang ada.9

Banyak pelaku-pelaku gerakan ini yang mencoba mendekatkan petani dan masyarakat. Mereka mencoba memberikan akses yang lebih baik bagi masyarakat untuk mendapatkan makanan bernutrisi tinggi seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, dan di waktu yang sama memberikan transparansi tentang bagaimana makanan mereka dibuat, diproses dan

7 Ibid. 8 Ibid.

9 A Project of The Johns Hopkins Center for a Livable Future, Teaching The Food System, John Hopkins

(8)

didistribusikan.10 Kemudian bedirilah pusat-pusat bantuan seperti Dapur Amal dan Soup Kitchen yang disediakan bagi masyarakat luas.

Kesimpulan

Penulis, dan mungkin juga banyak masyarakat awam di Indonesia atau di negara lain, berpikir bahwa Amerika sebagai negara pemenang Perang Dunia II, pemenang Perang Dingin, dengan tingkat PDB yang $ 17 triliun (di tahun 2014)11 dan gambaran luar biasa dalam film-film Hollywood, adalah negara yang hampir sempurna. Kenyataannya tidak juga. Ada masalah yang seharusnya sudah diselesaikan jauh hari sebelum citra-citra tersebut sampai di mata dunia; kelaparan. Dan sepertinya, pemerintah pusat dan federal Amerika Serikat belum menemukan solusi yang tepat bagi masalah ini. Banyak ahli menilai bahwa kuncinya ada di pengambilan kebijakan. Apakah pemerintah sanggup menarik subsidi bagi bahan pertanian untuk MNC-MNC besar dan restoran scepat saji yang sudah menyumbang devisa berkali-kali lipat dari petani di pinggiran Kentucky atau di Tennessee? Apakah para anggota dewan mau mengurangi anggaran bagi alutsista dan militer dan menambah anggaran bagi penyelesaian masalah kelaparan ini? Apakah Barack Obama mampu membuktikan diri sebagai seorang demokrat sejati yang lebih berpihak pada rakyat ketimbang melulu mengurusi bagaimana cara agar perdamaian dunia dan demokrasi harus terus ditegakkan? Jawabannya ada di political will dari politisi-politisi White House atau malah mereka yang ada di Gedung Capitol.

10 Allen P. Agriculture and Human Values. 1999. 117-129.

11 “GDP (current US$),” The World Bank, dilihat pada 27 Oktober 2015,

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Mink, Gwendolyn dan Alice O’Connor, ed. “Poverty in the United states; An Encyclopedia of History, Politics, and Policy.” California: ABC-CLIO, Inc, 2004.

Artikel dan Makalah

Nestle, Marion. “Hunger in Americ: A Matter of Policy”. Social Research Vol. 66 (1999). Dilihat pada 22 Oktober 2015,

http://www.unc.edu/courses/2008spring/geog/804/001/Nestle.pdf

Nord, Mark, Margaret Andrews, dan Steven Carlson. “Household Food Security in the United States.” United States Department of Agriculture, Economic Research Service, 2003.

O’Brien, Doug, Halley Torres Aldeen, Stephanie Uchima, and Erinn Staley. “Hunger in America.” Makalah dipresentasikan dalam pertemuan National Hunger Forum, Washington D.C, Amerika Serikat, 2004.

A Project of The Johns Hopkins Center for a Livable Future. Teaching The Food System. John Hopkins Bloomberg School of Public Health. Dilihat pada 22 Oktober 2015,

http://www.jhsph.edu/research/centers-and-institutes/teaching- the-food-system/curriculum/_pdf/Hunger_and_Food_Security-Lesson.pdf

Website

The World bank. “GDP (current US$).” Dilihat 27 Oktober 2015.

Referensi

Dokumen terkait

masyarakat untuk memiliki pemahaman yang sama dengan kelompok teroris. Dalam mendukung strategi kontra-terorisme yang dicanangkan oleh

Pokok permasalahan penelitian ini yaitu apakah faktor umur, pendidikan dan pendapatan keluarga berpengaruh terhadap curahan jam kerja pekerja perempuan pada keluarga miskin

[r]

Penelitian dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemberian ekstrak n- heksan kulit batang jaloh terhadap morfologi vili usus (duodenum, yeyunum, dan ileum) dalam hubungannya

Dari Tabel 6 di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata hasil nilai pretest pada materi ajar menghindari perilaku seks bebas pada kelas eksperimen adalah 65,50 dengan

Antenatal care (ANC) yang adekuat dan dilakukan lebih dini dalam trimester pertama (kehamilan kurang dari 16 minggu) atau sesuai rekomendasi WHO, telah diakui menjadi salah

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kurun waktu pengamatan antara tahun 2008 sampai

Kontribusi Physical Fitness dan Self Control terhadap Performa Atlet Squash Jawa Barat1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu