• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGRARIAN CONFLICT IN WATMURI VILLAGE NIRUNMAS DISTRICT SOUTH EAST WEST OF MALUKU REGENCY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AGRARIAN CONFLICT IN WATMURI VILLAGE NIRUNMAS DISTRICT SOUTH EAST WEST OF MALUKU REGENCY"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

88 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

KONFLIK AGRARIA DI DESA WATMURI KECAMATAN

NIRUNMAS KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

AGRARIAN CONFLICT IN WATMURI VILLAGE NIRUNMAS DISTRICT SOUTH EAST WEST OF MALUKU REGENCY

Adrana Batlajery, August E. Pattiselanno, Leunard O. Kakisina

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura Jln. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon, 97233

E-mail : Adranabatlajery@gmail.com

augustpattiselanno@gmail.com Leunard_k@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya konflik, dampak yang ditimbulkan akibat adanya konfik agraria serta resolusi konflik yang ditawarkan. Metodologi wawancara dan observasi digunakan dalam penelitian ini dengan jumlah informan sebanyak 14 orang. Sampel dipilih dengan menggunakan Snowball sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab konflik agraria yang terjadi di desa Watmuri adalah faktor ekonomi dan sosial. Dampak yang ditimbulkan yaitu berhubungan dengan ladang berpindah. Resolusi konflik yang ditawarkan adalah bersama-sama mencari dan mengupayakan solusi yang baik. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah konflik agraria yang terjadi di desa Watmuri merupakan konflik yang bersifat horizontal dan perlu mediasi kembali untuk tercapainya kesepakatan untuk menghindari terjadinya konflik dari kedua belah pihak.

Kata kunci: Dampak konflik; konflik agraria; resolusi konflik

Abstract

This study was aimed to determine the factors causing the conflict, the impact caused by the agrarian conflict and conflict resolution offered. Interview and observation methodology were used in this study with a sample size of 14 people. Samples were chosen by using Snowball sampling. The results of this study indicated that the factors causing agrarian conflicts occurred in Watmuri village were economic and social factors.The impact caused was related to shifting cultivation. Conflict resolution offered was seeking a good solution together. Conclusion that can be drawn from this research are agrarian conflict occurred in Watmuuri village was horizontal conflict and mediation was needed to reach agreement in order to avoid conflict between both parties.

(2)

89

Volume 5 No.2 Juni 2017

Pendahuluan

Konflik telah menjadi bagian dari kehidupan manusia yang mendorong

terjadinya dinamika sosial baik itu politik dan budaya. Konflik bisa terjadi di mana

saja, kapan saja, dan oleh siapa saja, baik bersifat vertikal ataupun horisontal. Konflik

dapat berbahaya jika menyebabkan terjadinya kerusuhan massa yang mengakibatkan

jatuhnya korban, baik itu secara sosial, psikis, maupun fisik. Banyak sekali jenis

konflik yang terjadi misalnya saja, konflik antar mahasiswa, konflik perebutan lahan,

konflik antar suporter sepak bola, maupun konflik antar partai politik. Konflik

merupakan bentuk interaksi sosial yang terjadi pada perorangan atau kelompok yang

berupaya untuk mencapai tujuannya sendiri dengan mengalahkan atau menundukkan

pihak lainnya.

Salah satu konflik yang disebabkan oleh faktor sumber daya alam adalah

konflik agraria. Konflik agaria merupakan hal yang tidak terhindarkan dalam

pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Alasannya sederhana, karena banyak

pihak yang berkepentingan terhadap alam, sementara masing-masing pihak berbeda

Kebutuhan dan tujuannya. Kebutuhan akan sumberdaya alam mengalami peningkatan

bersamaan dengan berbagai perkembangan yang terjadi, sedangkan tujuan adalah

masing-masing pihak mengklaim bahwa daerah berupa tanh yang dikonflik adalah

miliknya. Peningkatan standar hidup, turunnya angka kematian, dan perkembangan

infrastuktur yang pesathingga menimbulkan kesenjangan sosial dalam masyarakat,

kesenjangan dapat terjadi antara yang kaya dan miskin, kota dan desa, kawasan

bagian Barat dan Timur, dan juga antara laki-lakidan perempuan.

Konflik agraria yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir menurut

Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Pada periode 2010-2014 menunjukkan

peningkatan. Jika di tahun 2010 terdapat sedikitnya 106 konflik agraria di berbagai

wilayah Indonesia, kemudian naik empat kali lipat lebih pada tahun 2014, yaitu

sebanyak 472 konflik agraria di Indonesia. Tahun 2015 turun menjadi 252 konflik,

(3)

90 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

luasan wilayah konflik sekitar 1.265.027 hektar lahan, serta melibatkan 86.745

KK.Konflik agraris ini bukan hanya terjadi antara individu dengan individu, individu

dengan kelompok, tetapi juga bisa terjadi antara kelompok dengan kelompok karena

sama-sama merasa tanah tersebut menjadi hak kepemilikan mereka(Setiarsih, 2012).

Indonesia merupakan negara agraris, sehingga tidak jarang konflik yang

terjadi adalah konflik dalam hal memperebutkan tanah sebagai salah satu lahan

produksi yang menunjang kehidupan manusia dan merupakan salah satu faktor

penentu kesejahteraan masyarakat di dalam suatu negara. Konflik agraris ini bukan

hanya terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, tetapi juga

bisa terjadi antara kelompok dengan kelompok karena sama-sama merasa tanah

tersebut menjadi hak kepemilikan mereka.Sengketa agraria ini bahkan seringkali

menimbulkan.konflik yang berkepanjangan dan memunculkan adanya kontak fisik

antara pelaku dan hingga pada akhirnya menyebabkan ketidakstabilan politik di

Indonesia.

Maluku merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang tidak terlepas dari

berbagai masalah konflik, baik itu konflik antara suku dengan suku, konflik yang

berbau agama maupun konflik penguasaan lahan yang sering mengakibatkan berbagai

perpecahan yang terjadi di dalam masyarakat yang menimbulkan dampak yang

kurang baik bagi masyarakat lingkungan dimana terjadi konflik tersebut. Dilihat

sekarang ini banyak terjadi di daerah pedesaan karena di daerah pedesaan inilah

sering muncul berbagai polemik yang diakibatkan oleh kurangnya kemampuan

masyarakat pedesaan untuk menangani masalah yang terjadi, karena sebagian besar

masyarakat petani di Indonesia hidup di daerah pedesaan dan memaknai tanah atau

lahan sebagai suatu sumberdaya yang sangat di butuhkan untuk memulai suatu proses

produksi.

Seperti halnya yang terjadi di kepulauan Yamdena akhir-akhir ini, dimana

adanya konflik antara warga desa Watmuri dan warga Arma dalam memperebutkan

(4)

91

Volume 5 No.2 Juni 2017

tersebut, konflik ini telah terjadi dari tahun 1977. Konflik perebutan lahan memang

konflik yang sering muncul dalam masyarakat.

Berdasarkan uraian penjelasan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:bagaimana penyebab konflik, dampak konflik dan resolusi konflik, dengan

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab, dampak konflik

dan resolusi konflik. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

referensi bagi peneliti lain dalam penelitian tentang konflik agrarian.

Metode Penelitian

Lokasi penelitian di Desa Watmuri Kecamatan Nirunmas Kabupaten Maluku

Tenggara Barat. Metode penentuan sampel menggunakan metode snowball sampling

terhadap populasi (492 KK) yang dianggap mengetahui informasi tentang tema

penelitian. Terhadap penggunaan metode ini, informan yang terjaring sebanyak 14

orang. Prinsip penggunaan metode ini yakni data/ informasi yang dikumpulkan telah

sama atau jenuh dari informan. Data diperoleh dengan menggunakan metode

wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan secara langsung dengan informan

kunci, berpedoman pada daftar pertanyaan semi terstruktur untuk memperoleh

informasi. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang di peroleh

peneliti secara langsung dari lapangan, seperti wawancara mendalam dan pengamatan

lapangan berdasarkan kuesioner yang telah di persiapkan. Data sekunder di peroleh

dari kantor desa serta instansi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Hasil Dan Pembahasan

Sejarah Konflik Perebutan Lahan di Watmuri

Konflik yang yang terjadi di desa Watmuri tidak dapat dipisahkan dari sejarah

dan dialektika historis dari keberadaan desa yang menjadi dasar terjadinya konflik

warga masyarakat Watmuri dengan warga masyarakat Arma. Desa Watmuri

(5)

92 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang memiliki sejarah konflik agraria yang

panjang, sampai ke tingkat Mahkama Agung. Sebelum terjadinya konflik masyarakat

Watmuri dan Arma hidup saling berdampingan dan rukun. Hal tersebut terjadi karena

masyarakat Watmuri menganggap orang Arma seperti saudara sendiri karena orang

Arma tidak mempunyai tempat tinggal.hal tersebut terjadi hingga tahun 1977 dimana

terjadi persaingan antara kedua desa untuk memeperebutkan tanah disekitar petuanan

Ukur sampai Leyat. Setelah persaingan terjadi maka munculah konflik laten antara

kedua desa.

Konflik Laten (konflik tersembunyi) tersebut terjadi tepat pada tahun 1978

selang satu tahun setelah terjadinya persaingan, konflik laten terjadi dilihat dari

pembunuhan satu orang Arma oleh orang Watmuri dikarenakan pembukaan lahan

baru atau lading berpindah yang dilakukan oleh orang Arma dan sidang tertutup

pertama yang dilakukan oleh oleh kedua desa di Pengadilan Negeri Saumlaki dan

hasil dari persidangan tersebut Watmuri dinyatakan menang tetapi karena Arma tidak

menerima kekalahan tersebut mengajukan banding ke Mahkamah Agung di Jakarta.

Hasil sidang di Jakarta menyatakan bahwa Arma memenangkan persidangan.

Konflik laten terus berlenjut hingga tahun 1997. Pada tahun tersebut konflik

Manifest (konflik terbuka) pun terjadi yaitu yaitu peperangan dilaut (pada waktu itu

air surut) yang dilakukan oleh kedua desa sehingga menimbulkan korban jiwa dari

kedua belah pihak dari situlah konflik manifest terjadi hingga tahun 2005 sampai

dengan sekarang ini dan telah diketahui oleh banyak orang. Konflik tersebut dimulai

dari awal mula datangnya masyarakat Arma dan meminta tanah dari Watmuri untuk

ditinggali, sejak mereka tinggal bersama-sama mereka saling membantu dan saling

menghargai, namun pada akhirnya mereka mulai saling menuduh dan

memperebutkan tanah tersebut.

Berikut sari dari uraian informan mengenai sejarah konflik.; 1) Orang Arma

meminta kepada orang Watmuri untuk memberikan sebagian tanah atau petuanannya

(6)

93

Volume 5 No.2 Juni 2017

Watmuri tidak mengizinkan tetapi hanya satu Soa yaitu Soa Dabu-dabu yang

memberikan tanahnya untuk orang Arma dengan catatan hanya tinggal sementara; 3)

Seiring berjalanya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk orang Arma mereka

tidak mau meninggalkan daerah tersebut, tetapi mempertahankan dan klaim bahwa

daerah tersebut milik orang Arma dan hal itulah yang menyebaabkan terjadinya

konflik; 4) Awal konflik tahun 1977 orang Watmuri membunuh satu orang Arma

sedangkan orang Arma membakar kampung Watmuri; 5) Konflik berlanjut tahun

1978 kedua belah pihak mempertahankan tempat yang bernama Werbat, serta orang

Watmuri mempertahankan petuanan hasil lola teripang yang di ambil oleh orang

Arma; 6) Selang 19 tahun konflik terjadi dengan perang yang di lakukan kedua bela

pihak di laut dan menyebabkan orang watmuri 3 orang meninggal dan orang Arma 20

orang; 7) Konflik tahun 2005 menyebabkan dua orang Watmuri meninggal dan

konflik tidak terjadi lagi hingga sekarang. Artinya konflik berupa perang yang

dilakukan antara kedua desa baik Arma maupun Watmuri dari tahun 2005 tidak

terjadi lagi hingga sekarang.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa konflik antara Watmuri dan

Arma tidak terjadi lagi hingga sekarang ini. Tetapi konflik masih terlihat jelas dari

kehidupan antara orang Watmuri dari awal terjadinya konflik hingga sekarang yaitu

antara warga masyarakat tidak saling bersuara, tidak makan makananan orang Arma

untuk keluarga ketua adat hal-hal inilah yang menyebabkan hilangnya solidaritas

antara sesama manusia.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Konflik

Tanah atau lahan digunakan petani untuk menanam berbagai jenis tanaman

agar bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, tanah merupakan

cerminan status sosial dalam masyarakat agraris, semakin luas lahan yang dimiliki

maka semakin tinggi status sosial seseorang dalam masyarakat artinya luas lahan

(7)

94 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

itu seringkali didalam masyarakat seseorang yang mempunyai Dusun kelapa banyak

selalu diartikan sebagai kalangan atas dengan memiliki uang yang banyak. Begitu

berharganya tanah sehingga seringkali menimbulkan konflik, baik yang bersifat

individual maupun konflik antar kelompok. Konflik perebutan lahan tersebut

seringkali mengakibatkan hilangnya mata pencaharian kelompok masyarakat yang

berbasis pada pertanian (Reskiawan, 2016).

Jenis-jenis konflik merujuk dari Soetopo, (1999) konflik agraria yang terjadi

seperti di Watmuri dipandang dari segi materinya adalah konflik tujuan. Desa Arma

dan Watmuri memiliki tujuan masing-masing yaitu berkonflik karena batas tanah

pertanian, disini terlihat jelas bahwa kedua desa tersebut masyarakatnya mayoritas

bekerja sebagai petani dan mngolah lahan untuk diatanami sehingga konflik pun tidak

dapat terhindarkan. Sedangkan berdasarkan polanya, konflik agraria yang terjadi,

tergolong konflik terbuka. Masyarakat desa Arma dan Watmuri, berkonflik sangat

nyata dengan akar penyebab yang jelas yaitu karena memperebutkan tanah pertanian.

Konflik ini memerlukan bantuan pihak lain untuk mengatasinya.

Faktor Ekonomi

Kesenjangan ekonomi dan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

sangat terlihat jelas. Salah satu penyebab konflik adalah kebutuhan atau kepentingan

manusia tidak terpenuhi atau terhalangi oleh pihak lain. Pemicu dan penyebab konflik

banyak disebabkan oleh perebutan sumber ekonomi sehingga setiap konflik terjadi,

persoalan mereka tertuju pada distribusi ekonomi dan kesenjangan sosial yang tidak

merata atau perebutan sumber-sumber ekonomi. Faktor ekonomi penyebab konflik di

Watmuri selain dari tanah yang merupakan tempat berkebunnya orang Arma dan

Watmuri. Konflik juga disebabkan karena pengambilan hasil laut oleh orang Arma.

Karena baik tanah maupun laut bagi orang Watmuri mempunyai arti dan nilai yang

(8)

95

Volume 5 No.2 Juni 2017

Faktor ekonomi penyebab konflik antara Watmuri dan Arma adalah karena

hasil laut berupa lola dan teripang orang Watmuri di ambil oleh orang Arma,

mengingat sumberdaya laut selain merupakan sumber makanan bagi

masyarakat, juga diambil untuk dijual karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi

(teripang, lola); 1) Tanah yang diperebutkan oleh Orang Watmuri dan Arma tersebut

merupakan tempat berkebunnya orang Watmuri, dari hasil pertanian dan

perkebunannya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari juga untuk menyekolahkan

anak-anak; 2) Orang Watmuri menganggap bahwa tanah tersebut merupakan hidup

orang Watmuri karena dari tanah tersebut dapat digunakan untuk menanam tanaman

yang dapat dijual untuk menopang perekonomian keluarga;

Masyarakat Desa Watmuri terlibat langsung dalam konflik agraria ini sejak

dulu, mereka telah kehilangan mata pencaharian, baik sebagai petani maupun sebagai

buruh (Sebagian dari mereka tidak lagi berkebun, tapi berusaha sebagai pedagang

menjual minyak tanah (Bapak AB). Ada yang membuka usaha kios (Bapak YS dan

bapak AK). Tuntutan ekonomi dan kesenjangan sosial yang mendesak bagi mereka

tidak terpenuhi, sementara sebagian dari mereka yang tidak memiliki lahan bekerja

secara umum. Masyarakat menginginkan penyelesaian sengketa lahan secepatnya.

Masyarakat sudah lelah berkonflik selama berpuluh-puluh tahun untuk mendapatkan

hak mereka. Walaupun tidak menjadikan pendapatan, tetapi tanah sebagai sumber

pendapatan masih sulit diakses. Oleh karena itu masyarakat cenderung mengusahakan

sumber-sumber mata pencaharian lain.

Faktor Sosial

Konflik dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial antara individu atau

kelompok dengan salah satu pihak bertujuan untuk membuat pihak lain mejadi tidak

berdaya atau menghancurkannya dengan dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri

individu seperti perbedaan yang menyangkut fisik, pengetahuan, adat istiadat,

keyakinan, dan lain-lain. Konflik merupakan perbedaan atau pertentangan antar

(9)

96 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

adanya usaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan disertai dengan

ancaman atau kekerasan yang sering kali menimbulkan korban. Korban tersebut dari

kedua pihak masyarakat yang berkonflik.

Konflik lahan ini menggunakan teori dari Fisher (2001) teori kebutuhan

manusia, bahwa konflik yang muncul ditengah masyarakat disebabkan perebutan

kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan fisik, mental dan sosial yang tidak

terpenuhi dalam perebutan tersebut. Berdasarkan teori konflik menurut Simon, maka

konflik yang terjadi di masyarakat Watmuri disebabkan karena perebutan lahan yang

menjadi kebutuhan sosial masyarakat karena tanah merupakan tempat berkebun, dan

menjadi suatu symbol bagi orang Watmuri, karena tanah inilah hubungan antara

orang Arma dan Watmuri masyarakat hidup dan makan dari tanah tersebut sehingga

membuat masyarakat harus mempertahankannya.

Konflik agraria atau perebutan lahan/tanah dengan pola pengklaiman

kepemilikan lahan/tanah di desa Watmuri ini, yang tidak adil dan merata, secara

subtansi berpengaruh pada aspek pemanfaatan tanah oleh petani. Ketidakdilan dalam

pemanfaatan lahan tersebut akan menambah jumlah masyarakat miskin diakibatkan

faktor ekonomi dan kesenjangan sosial yaitu katidakseimbangan social yang ada di

masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok sehingga

menyebabkan terjadinya konflik. Seperti yang terlihat jelas dari konflik yang terjadi

di desa Arma dan Watmuri yaitu terjadi ketidakadilan yang dirasakan masyarakat

Watmuri terhadap masyarakat Arma hal tersebut memungkinkan terjaadinya suatu

perbedaan yang sangat besar dari kedua desa tersebut. Adanya klaim yang dilakukan

masyarakat arma terhadap tanah yang dimiliki oleh masyarakat Watmuri turut

mendukung konflik yang berkepanjangan. Kejelasan status kepemilikan tanah

memang sangat penting, agar tidak terjadi konflik seperti di Desa Watmuri ini. Selain

itu, juga harus berlandasakan hukum yang mempertimbangkan rasa keadilan serta

melindungi hak dan kewajiban semua pihak serta melihat pada kondisi sosial dan

(10)

97

Volume 5 No.2 Juni 2017

Dampak Terjadinya Konflik Agraria Di Watmuri

Konflik adalah suatu kenyataan hidup yang tidak terhindarkan dan sering

bersifat kreatif.Berbagai perbedaan pendapat dan konflik biasanya diselesaikan tanpa

kekerasan, dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagaian besar atau

semua pihakyang terlibat (Fisher, et. al., 2001: 4).Terjadinya konflik perebutan lahan

antara masyarakat desa Watmuri dan Arma telah berdampak besar bagi kedua belah

pihak yang telah berkonflik.Dampak yang sangat besar terjadi pada desa Watmuri

adalah (1) berpindahnya Soa Sorluri untuk berkebun di tempat lain, (2) hubungan

komunikasi antara dua Desa menjadi tergganggu.

Strategi manajemen konflik menurut Thoha (2006:134), ialah: strategi

menang – kalah (lose-win), strategi kalah-kalah (lose-lose), dan strategi

menang-menang (win-win). Dalam kasus ini masyarakat Watmuri sebagai pihak yang kalah

sedangkan masyarakta Arma pada pihak yang menang, kekalahan ini memberikan

banyak dampak, salah satu dampak negatif adalah mendatangkan kesengsaraan dan

kesenjangan sosial bagi masyarakat, kesengsaraan yang dirasakan masyarakat

Watmuri adalah ada masyarkat yang tidak berani ke kebun karena merasa takut dan

terancam akibat perang yang dilakukan, serta hubungan komunikasi antara kedua

desa yang tidak lagi harmonis.

Resolusi Penyelesaian Konflik

Melalui strategi tersebut resolusi konflik di masyarakat pedesaan lebih kepada

upaya pengembangan proses analisis dan penyelesaian masalah yang

mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan individu, komunitas dan kelompok seperti

identitas dan pengakuan, juga perubahan-perubahan kelembagaan yang diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan masyarakat (Kolopaking,

Lubis, Pattiselanno, 2007)

Menurut Boedi Harsono hapusnya hak atas tanah (termasuk hak milik),

(11)

98 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

hapusnya hak atas tanah sesuai ketentuan Pasal 27, 34 dan 40 UUPA.jadi berdasarkan

hasil penelitian yang di lakukan, orang Arma yang memenangkan persidangan yang

di lakukan Mahkama Agung di Jakarta dan keputusannya orang Arma yang

mempunyai hak atas tanah tersebut. Jadi hak orang Watmuri atas tanah tersebut

terhapus dengan sendirinya karena dalam proses hukum orang Arma yang

memenangkan persidangan,(Sukardi, 2016).

Konflik yang terjadi di Watmuri membutuhkan proses pengakuan dari orang

Arma bahwa tanah yang di perebutkan tersebut merupakan milik kepunyaan orang

Watmuri agar kebutuhan-kebutuhan orang Arma berupa berkebun di tempat tersebut

di pertimbangkan oleh orang Watmuri. Berdasarkan hasil kajian dari beberapa jurnal

mengenai resolusi penyelesaian konflik berdasarkan Nasikun (1993), dapat dilihat

bahwa semua pola penyelesaian konflik dalam mayarakat baik berupa

negosiasi,konsiliasi, dan meditasi tidak dapat berjalan dengan baik. Salah satu contoh

pola penyelesaian negosiasi yang di lakukan oleh Dassir (2008) Resolusi konflik

yang di tawarkan oleh orang Watmuri dapat di sarikan sebagai berikut : 1) Ada upaya

penyelesaian konflik dari orang Watmuri untuk masalah ini, namun orang Arma

sampai sekarang tidak menyetujui solusi konflik tersebut malah sempat dilanggar; 2)

Orang Watmuri sudah lelah berkonflik bertahun-tahun dengan orang Arma dan

menawarkan resolusi konflik tersebut; 3) Ada juga upaya yang dilakukan oleh pihak

ketiga yaitu pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat namun belum ada hasil

yang pasti untuk penyelesaian konflik kedua desa tersebut.; 4) Resolusi konflik yang

ditawarkan oleh orang Watmuri adalah orang Arma boleh berkebun tetapi tidak

diizinkan menanam tanaman umur panjang seperti kelapa dalam tetapi berdasarkan

fakta di lapangan orang Arma masih menanam kelapa di petuanan desa Watmuri

yaitu Awol.

Upaya penyelesaian konflik dalam konflik perebutan lahan antara masyarakat

Watmuri dengan masyarakat Arma selalu dilakukan oleh pihak-pihak yang berkaitan

yaitu oleh pemerintah daerah, pemerintah desa, pihak-pihak lainnya. Upaya yang

(12)

99

Volume 5 No.2 Juni 2017

terkait tetapi belum ada titik temu yang pas untuk menyelesaikan masalah ini.

Masing-masing pihak mempertahankan aspirasinya bahwa tanah itu milik masyarakat

Watmuri maupun milik masyarakat Arma. Pemerintah tidak ada yang bertanggung

jawab dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dialog yang dilakukan tetapi belum

ada keputusan yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini.

Walaupun sudah mengadakan pertemuan dengan kedua belah pihak tetapi tidak

ada kesepakatan, itu sama saja. Apabila penyelesaian masalah tersebut tidak ada

pihak ke tiga, yang netral, adil, bijaksana dan tegas dalam mengambil keputusan,

maka sulit untuk menemukan jalan keluarnya. Tidak hanya itu saja, tidak adanya

komunikasi dari kedua belah pihak dalam menyelesaikan masalah tersebut (Setiarsih

2012). Konflik akan menjadi sulit untuk diatasi ketika aspirasi masing-masing pihak

menjadi kaku dan semakin menetap (Pruitt dkk, 2009). Kakunya aspirasi dari kedua

belah pihak yang berkonflik mempertegang hubungan antara kedua belah pihak

sehingga sulit untuk menemui kesepakatan bersama. Sebenarnya konsensus dapat

diupayakan jika mereka mau duduk bersama dan berkompromi sehingga tidak ada

yang merasa dirugikan dalam masalah ini.

Kesimpulan

Sengketa lahan antara masyarakat Desa Watmuri dengan Arma terjadi karena

masing-masing saling mengklaim lahan yang ada di sana. Masing-masing pihak

merasa mereka memiliki hak atas tanah tersebut: berdasarkan pembahasan yang telah

dibahas diatas, maka kesimpulan dari koflik agraria di Watmuri adalah sebagai

berikut :1) Faktor penyebab konflik di Watmuri yaitu faktor ekonomi dilihat dari

perebutan sumber daya baik tanah sebagi sumber daya pertanian maupun sumberdaya

laut yaitu hasil Lola dan Teripang. Sedangkan faktor sosial penyebab konflik yaitu

terjadi perebutan lahan antara keluarga-keluarga di desa Watmuri. Konflik ini bersifat

horizontal artinya konflik hanya terjadi antara masyarakat dan masyarakat dan tidak

dengan pemerintah; 2) Dampak konflik agraria di desa Watmuri yaitu, berhubungan

(13)

100 AGRILAN : Jurnal Agribisnis Kepulauan

dan dampak lain yang ditimbulkan akibat adanya konflik adalah komunikasi antara

dua pihak baik Watmuri maupun Arma terganggu tidak lagi seperti dulu sebelum

terjadi konflik; 3) Resolusi konflik yang diupayakan oleh orang Watmuri yaitu, telah

dilakukan negosiasi oleh tokoh-tokoh adat antara kedua belah pihak. Hasil negosiasi

yaitu orang Arma boleh berkebun tetapi tidak boleh menanam tanaman umur panjang

seperti kelapa. Masyarakat Watmuri memanfaatkan sumber mata pencaharian lain

diluar pertanian guna menghindari terjadinya konflik dengan Arma. Oleh karena itu,

perlu mediasi kembali untuk tercapainya kesepakatan yang menghindari terjadinya

konflik dari kedua belah pihak`

Daftar Pustaka

Dassir, M. 2008. “Resolusi Konflik Pemanfaatan Lahan Masyarakat Dalam Kawasan Hutan Di Kabupaten Luwu Timur”.Jurnal Hutan Dan Masyarakat 3(1) : 100-110.

Fisher, Simon, dkk (2001). Mengelola Konflik : Keterampilan dan Strategi Untuk Bertindak, Cetakan Pertama, Alih Bahasa S.N. Kartikasari, dkk, The British Counsil, Indonesia, Jakarta.

Kolopaking, L.M., Lubis.P.D., & Pattiselanno, A.E. 2007 . “Jejaring Sosial Dan Resolusi Konflik Masyarakat Di Pedesaan (Kasus Di Pulau Saparua Provinsi Maluku)”. Jurnal llrnu Pertanian Indonesia. 12(3):188-203

Nasikun (1993). Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Pruitt Dean G, Jeffrey Z. Rubin. 2009. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Reskiawan S,2016. Penanganan Konflik Sosial Dengan Pendekatan Keadilan Restoratif, Jurnal Hukum & Pembangunan 46 No. 1 (2016): 70-89 ISSN: 0125-9687 E-ISSN: 2503-1465

Setiarsih. K.A. 2012 Konflik perebutan lahan antara masyarakat Dengan TNI periode tahun 2002-2011 (Studi Kasus di Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen)

Sukardi. 2016. “Penanganan Konflik Sosial Dengan Pendekatan Keadilan

Restoratif”. Jurnal Hukum & Pembangunan 46(1):70-89.

Soetopo (1999). Teori Konflik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum melakukan proses prediksi penyebaran penyakit dalam kasus ini adalah penyebaran penyakit demam berdarah, kita harus memasukkan nilai ± nilai pada variabel

Selain dari staff, kami juga meminta bantuan dari para pengajar LTC untuk menjadi pembawa acara sekaligus juga ada yang menjadi pembuka dalam berdoa dan juga ada

Salah satu kunci keberhasilan strategi peningkatan kinerja adalah pada sistem informasi yang handal memang tidak bisa dipungkiri,diharapkan dengan adanya informasi yang efektif

Panel juri independen Danamon Award 2008 terdiri dari para individu terkenal dengan latar belakang yang beragam, yaitu; Ade Suwargo Mulyo, Senior Project Manager

Penelitian yang dilakukan oleh (Antunes , Quirós , Justino, 2016) yang berjudul “ The Relationship Between Inovation And Total Quality Management And The Innovation Effects On

[r]

Langkah-langkah dalam pemanfaatan media antara lain: (1) dalam mempersiapkan media, guru menyesuaiakan dengan KD yang akan dipelajarai (2) dalam kegiatan

Dari data tersebut basis formula maupun ke 3 formula dengan ditambahkan ekstrak kulit buah naga merah nilai bobot zat tidak ada yang mencapai persyaratan yaitu