• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI NaOH, TEMPERATUR PEMASAKAN, DAN LAMA PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP DARI BATANG RAMI DENGAN PROSES SODA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI NaOH, TEMPERATUR PEMASAKAN, DAN LAMA PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP DARI BATANG RAMI DENGAN PROSES SODA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI NaOH, TEMPERATUR

PEMASAKAN, DAN LAMA PEMASAKAN PADA

PEMBUATAN PULP DARI BATANG RAMI DENGAN

PROSES SODA

Tri Kurnia Dewi, Dandy, Wahyu Akbar

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

ABSTRACT

Research has been conducted to study the effect of NaOH concentration, cooking temperature and cooking time on the production of pulp from Rami stalk using soda process. The use of Rami as raw material under study was because availability of wood as raw material for pulp is getting lesser by time, whilst Rami stalk may be a good substitute for it. Large stock of NaOH available in the market is the cause of the use of this chemical for the study. The range of variables studied were : NaOH concentrations at 5-15%, cooking temperatures of 100-120oC, and cooking time of 60-180 minutes. Analyses of the product was done for percent yield of the pulp produced, concentration of cellulose in the pulp, and lignin content in the pulp. Results show that in the range of values studied, the three variables, NaOH concentration, temperature of cooking and cooking time, did not give any significant effect on the amount of pulp produced and the concentration of cellulose in the pulp, whilst they give proportional effect on the lignin content in the pulp. Best condition with smallest lignin concentration of 6.83%, was found at NaOH concentrations of 5%, cooking temperature of 105oC, and cooking time of 60 minutes.

I. PENDAHULUAN

Hampir sebagian besar bahan baku pulp berasal dari kayu-kayu hutan alam, di antaranya kayu bulat, merang, bambu, dan lain-lain. Dengan terus bertambahnya kapasitas industri pulp dan kertas yang tidak seiring dengan pertumbuhan hutan alam, maka persediaan kayu-kayu hutan alam akan menipis. Usaha reboisasi atau penanaman kembali hutan gundul saja tidak cukup untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku kayu bagi industri pulp dan kertas. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya penemuan bahan baku alternatif, terutama yang murah dan berwawasan lingkungan. Salah satu sumber serat yang sangat potensial adalah Rami (Boehmeria Nivea).

Tanaman rami umumnya terdapat di daerah Asia seperti China, Kambodja, Thailand, Vietnam, Filipina, Taiwan, India, Bangladesh, Pakistan dan juga Indonesia. Negara penghasil rami dalam jumlah besar pada waktu ini adalah China, Filipina, Bangladesh dan Brasil. Jenis tanaman rami dapat tumbuh dengan mudah di

daerah tropis maupun sub-tropis hingga 400 LU/LS. Di daerah tropis, kebun rami ideal adalah pada ketinggian 400 - 1.200 meter di atas permukaan laut, dengan suhu 20 - 280C dan curah hujan minimal 90 mm/bulan.

Pada umumnya pulp dibuat dengan menggunakan proses sulfit, proses kraft, ataupun proses soda.

Mengingat potensi rami yang besar untuk dijadikan pulp dan belum adanya penelitian pembuatan pulp berbahan baku Rami dengan proses soda, maka diteliti kemungkinan pemanfaatan rami sebagai bahan baku pembuatan pulp dengan proses soda.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Rami (Boehmeria Nivea)

PENJELASAN UMUM

(2)

tumbuh-tumbuhan, sebagaimana halnya dengan serat kapas, linen (flax) dan sejenisnya. Serat rami dihasilkan dari kulit pohonnya melalui cara tertentu, dan disebut serat kulit atau bast-fiber, seperti linen.

Produksi serat rami/Ha/tahun di daerah sub-tropis (China) jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi di daerah tropis seperti Indonesia. Di China panen rami hanya 2 atau 3 kali setahun, karena terhalang oleh musim gugur dan musim dingin, sedang panen di Indonesia dapat 4 atau 5 kali setahun.

Tabel 2.1 Beberapa varietas rami yang dikenal di masyarakat

No Varietas Asal Ton/Ha/Panen 1 Florida Jepang via

Florida

11,60

2 Kumamoto Jepang 11,50 3 Saikeiseishin Jepang 11,02 4 Miyazaki

Hasil panen yang rendah mungkin disebabkan oleh kurangnya unsur organik (Kirby.1963). Akan sukar bagi orang awam untuk memilih atau menentukan varietas tanaman rami yang baik, kecuali seorang yang ahli di bidangnya. Paling tidak pemilihan berpedoman pada sifat berikut : 1) Dapat beradaptasi dengan kondisi tanah, curah

hujan dan suhu dengan baik.

2) Memiliki pertumbuhan yang cukup panjang dan mudah dalam proses dekortikasinya 3) Tanaman dewasanya tidak cenderung untuk

tumbuh bercabang 4) Tahan terhadap penyakit

5) Mampu menahan angin, tanpa runtuh.

2.2 Pulp

Pulp merupakan bahan baku pembuatan kertas dan senyawa-senyawa kimia turunan selulosa. Pulp sebagai bahan baku kertas, terdiri dari serat-serat (selulosa dan hemiselulosa) yang banyak dijumpai pada hampir semua jenis tumbuh-tumbuhan sebagai pembentuk dinding sel. Pulp dapat dibuat dari berbagai jenis kayu, bambu, dan rumput-rumputan. Pulp adalah hasil pemisahan selulosa dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatan, baik secara mekanis, semikimia, maupun kimia.

.

2.3. Selulosa dan Lignin 2.3.1 Selulosa

Selulosa merupakan polimer dengan rumus kimia polimer gula, (C6H10O5)n. Di sini, n

adalah jumlah pengulangan unit gula atau derajat polimerisasi yang harganya bervariasi bergantung sumber selulosa dan perlakuan yang diterimanya. Kebanyakan serat untuk pembuat pulp mempunyai derajat polimerisasi 600–1500.

Selulosa terdapat pada sebagian besar dinding sel dan bagian-bagian berkayu dari tumbuh-tumbuhan. Selulosa mempunyai peran yang menentukan sifat serat yang memungkinkannya untuk membuat kertas. Untuk membuat pulp diperlukan serat-serat yang mempunyai kadar selulosa yang tinggi.

Sifat-sifat bahan yang mengandung selulosa berhubungan dengan derajat polimerisasi molekul selulosa. Berkurangnya berat molekul di bawah tingkat tertentu akan menyebabkan berkurangnya ketangguhan. Ketangguhan serat terutama ditentukan oleh bahan mentah dan proses yang digunakan dalam pembuatan pulp. Serat selulosa memiliki sifat-sifat yang memenuhi syarat pembuatan kertas. Sifat terbaik bahan pembuat kertas adalah jika banyak lignin yang tersisih dari serat.

Molekul selulosa seluruhnya berbentuk linier dan mempunyai kecenderungan kuat untuk membentuk ikatan-ikatan hidrogen, baik dalam satu rantai polimer selulosa maupun antar rantai polimer yang berdampingan. Ikatan hidrogen ini menyebabkan selulosa bisa berada dalam ukuran molekul yang besar, dan memiliki sifat kekuatan tarik yang tinggi.

2.3.2. Lignin

(3)

lignin terdiri dari sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil propana. Sifat-sifat lignin yaitu tidak larut dalam air dan asam mineral kuat, larut dalam pelarut organik dan larutan alkali encer.

Lignin yang terikut dalam produk pulp menurunkan kekuatan kertas dan menyebabkan kertas menguning. Lignin dapat dihilangkan dari bahan dinding sel yang tak larut dengan klor dioksida. Pulp akan mempunyai sifat fisik atau kekuatan yang baik apabila mengandung sedikit lignin. Hal ini karena lignin bersifat menolak air dan kaku sehingga menyulitkan dalam proses penggilingan. Kadar lignin untuk bahan baku kayu 20-35 %, sedangkan untuk bahan baku non-kayu lebih kecil lagi.

Tabel 2.2 Perbedaan Antara Lignin, Selulosa, dan Hemiselulosa

Selulosa Lignin

- Tidak larut dalam pelarut organik dan air

- Tidak larut dalam alkali

- Larut dalam asam pekat

- Terhidrolisis relatif lebih cepat pada temperatur tinggi.

- Tidak larut dalam air dan asam mineral kuat - Larut dalam pelarut

organik dan larutan alkali encer

2.4. NaOH

Natrium Hidroksida anhidrat berbentuk kristal berwarna putih. NaOH bersifat sangat korosif terhadap kulit. Istilah yang paling sering digunakan dalam industri yaitu soda kaustik. Soda kaustik apabila dilarutkan dalam air akan menimbulkan reaksi eksotermis.

Tabel 2.3 Sifat Fisika NaOH

NaOH Nilai

Berat molekul 39,998 gr/mol Spesific Gravity 2,130

Titik leleh 318oC Titik didih 1390oC Kelarutan pada

20oC, gr/100gr air

299,6

2.5. Proses Pembuatan Pulp Secara Kimia

Proses pembuatan pulp secara kimia dilakukan untuk melemahkan hubungan lignin-karbohidrat sebagai perekat serat dengan pengaruh bahan kimia. Umumnya serat kayu dan bukan kayu merupakan bahan berserat yang terdiri

dari selulosa, hemiselulosa, zat ekstraktif dan mineral

Pemisahan lignin tergantung dari proses yang digunakan, apakah proses sulfit, proses kraft atau proses soda. Pelepasan selulosa lebih mudah jika digunakan proses semi kimia dan proses soda dibandingkan dengan proses kraft. Zat ekstraktif lebih mudah larut pada suasana alkali daripada suasana asam. Pada proses sulfit netral, terbentuk lignin sulfonat dan karbohidrat yang terlarut, sehingga ikatan fiber menjadi lemah. Jumlah lignin dan karbohidrat yang bereaksi tergantung jumlah bahan-bahan kimia yang digunakan, sedangkan pemilihan bahan-bahan kimia yang digunakan tergantung pada jenis bahan baku pulp yang diolah.

Penelitian pembuatan pulp dengan proses kraft sudah dilakukan sejak tahun 1983. Proses kraft menggunakan larutan NaOH dan larutan Na2S sebagai komponen aktif tambahan.

Pemasakan dilakukan pada temperatur 160-180O

C, tekanan 7 - 11 bar dan waktu pemasakan 4-6 jam. Pulp yang diperoleh dari proses ini bersifat kuat, tetapi proses ini memberikan dampak lingkungan yang serius. Warna pulp yang dihasilkan cukup gelap. Hal ini disebabkan oleh gugus kromofor dalam lignin yang tersisa yang terbentuk selama pemasakan alkalis. Dengan hasil warna yang lebih gelap maka diperlukan proses bleaching yang berulang-ulang untuk mendapatkan tingkat keputihan yang tinggi, sehingga zat kimia yang diperlukan untuk bleaching juga lebih banyak.

Hasil pembuatan bubur kertas secara kimiawi menghasilkan serat-serat yang murni dan panjang, sehingga akan diperoleh kertas yang kuat.

2.6. Proses Pembuatan Pulp dengan Pelarut Organik

Pemanfaatan biomassa secara efisien dapat dilakukan dengan menerapkan konsep biomass refining, yaitu pemrosesan dengan menggunakan pelarut organik (organosolv processes), yang dilanjutkan dengan melakukan fraksionasi biomassa menjadi komponen-komponen utama penyusunnya, ialah selulosa, hemiselulosa dan lignin, tanpa banyak merusak ataupun mengubahnya.

2.7. Proses Soda

(4)

dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan. Proses alkali lebih jarang dipergunakan dibandingkan dengan proses sulfit, karena proses alkali memerlukan larutan pemasak dari zat kimia yang lebih sulit diperoleh.

Keuntungan proses soda adalah mudah diperolehnya kembali bahan kimia, hasil pemasakan dari lindi hitam menjadi bahan baku yang dapat dipakai kembali (NaOH recovery).

2.8. Proses Sulfit

Dalam proses sulfit digunakan campuran asam sulfit dan bisulfit untuk melarutkan lignin. Proses ini memisahkan lignin sebagai garam-garam asam lignosulfonat tetapi sebagian besar struktur molekul lignin tetap utuh. Bahan kimia basa (kation) dari bisulfit dapat berupa ion kalsium, magnesium, sodium, atau ammonium. Pembuatan pulp proses sulfit berlangsung dalam rentang pH yang lebar. Asam sulfit memberikan kondisi yang lebih asam (pH 1-2), sedangkan bisulfit memberikan kondisi yang kurang asam (pH 3-5). Pulp hasil proses sulfit lebih cerah dan mudah diputihkan, tetapi lembaran kertasnya lebih lemah dibandingkan pulp hasil proses sulfat (kraft).

2.9. Proses Sulfat

Proses sulfat atau proses kraft menggunakan natrium hidroksida dan natrium sulfat. Dalam proses ini natrium sulfat yang ditambahkan, direduksi di dalam tungku pemulihan menjadi natrium sulfida yang dibutuhkan untuk delignifikasi. Pada proses ini digunakan bahan pemutih sehingga pulp yang dihasilkan mempunyai derajat putih yang berkualitas tinggi. Proses ini banyak digunakan dalam pembuatan pulp karena proses pemulihan bahan kimianya lebih sederhana dan sifat-sifat pulpnya lebih baik. Walaupun proses ini sering digunakan, namun proses mempunyai kelemahan yang sukar diatasi seperti bau gas (SO2 dan Cl2)

yang tidak enak dan kebutuhan bahan kimia pemutih yang tinggi untuk pulp dari kayu lunak (Clark, 1978). Keuntungan proses kraft adalah proses ini lebih fleksibel karena dapat digunakan untuk berbagai jenis kayu (Bakara, 1999).

2.10. Faktor yang Berpengaruh Pada Proses Pembuatan Pulp

Adapun faktor yang berpengaruh pada pembuatan pulp sebagai berikut :

1) Konsentrasi Pelarut

Semakin tinggi konsentrasi larutan alkali, akan semakin banyak selulosa yang

larut. Larutan NaOH berfungsi dalam pemisahan dan penguraian serat selulosa dan nonselulosa.

2) Perbandingan Cairan Pemasak terhadap Bahan Baku

Perbandingan cairan pemasak terhadap bahan baku harus memadai agar pemecahan lignin dalam proses degradasi berlangsung sempurna dan dapat larut semua dalam cairan pemasak. Perbandingan yang terlalu kecil dapat menyebabkan terjadinya redeposisi lignin sehingga dapat meningkatkan bilangan kappa yang menurunkan kualitas pulp. Perbandingan yang dianjurkan ialah lebih dari 8 : 1.

3) Temperatur Pemasakan

Temperatur pemasakan berhubungan dengan laju reaksi. Temperatur yang tinggi juga dapat menyebabkan terjadinya pemecahan makromolekul yang semakin banyak, sehingga produk yang larut dalam alkali pun akan semakin banyak.

4) Lama Pemasakan

Lama pemasakan yang optimum pada proses delignifikasi adalah sekitar 60-120 menit. Kandungan lignin tidak berubah lagi setelah rentang waktu tersebut. Semakin lama waktu pemasakan, maka kandungan lignin di dalam pulp semakin tinggi, karena lignin yang semula telah terpisah dari raw pulp dengan berkurangnya konsentrasi NaOH akan kembali menyatu dengan raw pulp dan sulit untuk dipisahkan lagi.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Peralatan yang Digunakan

3.1.1Peralatan untuk pemasakan pulp adalah:

1) Autoclave (Digester) 2) Erlenmeyer

3) Gabus

3.1.2 Peralatan untuk analisa adalah:

• Alat-alat gelas standar : erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur, pipet tetes, corong pemisah, batang pengaduk, dll

• kertas saring

• pompa vakum

• eksikator

• pH meter

• oven

(5)

1) Bahan baku : batang rami kering

2) Larutan pemasak : NaOH 5 %, 10%, 15%, 20%, 25%

3.2.1. Bahan-bahan untuk analisa :

1) Larutan NaOH 17,5 % 2) Larutan asam asetat 98% 3) Larutan asam sulfat 99,8% 4) Aquadest

3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Prosedur Persiapan

1) Rami dibersihkan dari pengotor, daunnya dibuang, diambil batangnya, lalu dipotong menjadi seperti chips.

2) Chips dijemur selama 3 hari di bawah sinar matahari sampai kering.

3) Chips dikeringkan lanjut di dalam oven selama 1 jam dan disimpan/didinginkan dalam eksikator sebelum dipakai sebagai bahan baku pembuatan pulp.

3.3.2 Prosedur Penelitian

1) Ditimbang bahan baku sebanyak 10 gr. 2) Bahan baku kemudian dihaluskan dengan

menggunakan blender dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebagai reaktor. 3) Disiapkan larutan pemasak berupa NaOH

dengan konsentrasi yang telah ditentukan dan dimasukan ke dalam reaktor (erlenmeyer). Perbandingan berat larutan pemasak dengan bahan baku yang digunakan adalah 20:1.

4) Reaktor (erlenmeyer) ditutup dengan gabus lalu dimasukkan ke dalam Autoclave. Kondisi Autoclave diatur sesuai dengan temperatur dan waktu pemasakan yang ditentukan.

5) Pada saat melakukan penelitian dengan variasi konsentrasi NaOH, maka variabel yang lain di-set konstan, yaitu lama pemasakan ditentukan 60 menit dan temperatur pemasakan 100 oC

6) Penelitian dilanjutkan dengan memvariasikan temperatur pemasakan dengan menggunakan konsentrasi NaOH terbaik yang didapat pada poin 5), sedangkan waktu pemasakan tetap 60 menit.

7) Penelitian dilanjutkan dengan memvariasikan lama pemasakan. Temperatur pemasakan di-set berdasarkan temperatur terbaik yang didapat pada poin 6) dan konsentrasi

NaOH di-set berdasarkan konsentrasi NaOH terbaik yang didapat pada poin 5). 8) Padatan (pulp) dipisahkan dari larutan

pemasak dengan kertas saring. Padatan dibilas dengan aquadest sampai filtrat kelihatan jernih.

9) Padatan kemudian dikeringkan dalam oven. Selanjutnya padatan pulp ini siap untuk dianalisa kualitasnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap berat rendemen pulp, kandungan selulosa pulp, dan kandungan lignin pulp.

Berikut adalah gambar pengaruh konsentrasi NaOH terhadap berat rendemen pulp (0-100%), kandungan selulosa pulp (0-100%), dan kandungan lignin pulp (0-25%).

Gambar 4.1 Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap berat rendemen pulp, kandungan selulosa pulp dan kandungan lignin pulp (10

gram rami kering, 200 gram NaOH, lama pemasakan 60 menit dan temperature 100oC)

Dari grafik di atas terlihat bahwa bertambahnya konsentrasi NaOH tidak begitu berpengaruh terhadap rendemen pulp dan kandungan selulosa dalam pulp yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena larutan NaOH yang digunakan tidak cukup kuat untuk mendegradasi polisakarida yang terdapat dalam pulp, sehingga kandungan karbohidrat pada pulp tidak banyak terdegradasi. Sebaliknya kandungan lignin bertambah seiring dengan naiknya konsentrasi NaOH. Hal ini terjadi karena proses depolimerisasi dari lignin di dalam bahan pulp, yang polimernya berubah menjadi monomer-monomer. Selanjutnya monomer-monomer tersebut bereaksi dengan polimer yang masih

0 20 40 60 80 100

5 10 15 20 25

% (NaOH)

%

(6)

terkandung pada pulp dan menghasilkan suatu polimer baru atau lignin baru.

Rendemen pulp tertinggi adalah 51,18%, yabg diperoleh pada konsentrasi NaOH 5%, sedangkan rendemen pulp terendah adalah 44,94%, pada konsentrasi NaOH 25%. Kandungan selulosa tertinggi didapat pada konsentrasi NaOH 5 % yaitu sebesar 82,80%, dan kandungan selulosa terendah adalah 81,45% pada konsentrasi NaOH 25%. Kandungan lignin tertinggi adalah 14,39% pada konsentrasi NaOH 25% dan kandungan lignin terendah adalah 8,50% pada konsentrasi NaOH 5%.

4.2.Pengaruh Temperatur Pemasakan terhadap berat rendemen pulp, kandungan selulosa pulp dan kandungan lignin pulp.

Berikut adalah gambar pengaruh temperatur terhadap berat rendemen pulp (0-100%), kandungan selulosa pulp (0-100%), dan kandungan lignin pulp (0-25%).

Gambar 4.2 Pengaruh Temperatur terhadap berat rendemen pulp, kandungan selulosa pulp

dan kandungan lignin pulp (10 gram rami kering, 200 gram NaOH, lama pemasakan 60

menit dan NaOH 5%)

Dari gambar 4.2 terlihat bahwa bertambahnya temperatur tidak begitu berpengaruh terhadap rendemen pulp dan kandungan selulosa pulp yang dihasilkan. Hal ini disebabkan variasi temperatur yang diterapkan tidak cukup kuat untuk melepaskan ikatan selulosa pada pulp sehingga hanya sedikit selulosa yang terdegradasi selama pemasakan pulp. Sebaliknya peningkatan temperatur pemasakan pulp mengakibatkan terjadinya kenaikan kandungan lignin pulp. Hal ini terjadi karena dengan semakin tinggi temperatur pemasakan maka semakin banyak

lignin yang terurai menjadi monomer – monomer. Monomer tersebut bereaksi dengan polimer yang masih ada pada pulp sehingga menghasilkan suatu polimer baru atau lignin baru. Rendemen pulp tertinggi yaitu 54,46%, pada temperatur pemasakan 120 oC dan Rendemen Pulp terendah didapat yaitu 51,09% pada Temperatur Pemasakan 100 oC. Kandungan selulosa tertinggi didapat pada temperatur 115oC yaitu sebesar 86,69%. Sedangkan kandungan selulosa terendah didapat pada temperatur 100oC yaitu 82,81%. Kandungan lignin terendah ialah 6,61%, pada temperatur 105oC, sedangkan kandungan lignin tertinggi ialah 19,56%, pada temperatur 120oC

4.3.Pengaruh waktu pemasakan terhadap berat rendemen pulp, kandungan selulosa pulp dan kandungan lignin pulp.

Gambar 4.3 berikut menunjukkan pengaruh waktu pemasakan terhadap berat rendemen pulp100%),, kandungan selulosa pulp (0-100%), dan kandungan lignin pulp (0-25%).

Gambar 4.3 Pengaruh waktu pemasakan terhadap berat rendemen pulp, kandungan selulosa pulp dan kandungan lignin pulp (10

gram rami kering, 200 gram NaOH, temperatur 105oC dan NaOH 5%)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa waktu pemasakan tidak begitu berpengaruh terhadap berat rendemen pulp dan kandungan selulosa pulp yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena selama berlangsungnya reaksi pemasakan pulp, hanya sedikit polisakarida yang terdegradasi. Sedikitnya polisakarida yang terdegradasi disebabkan oleh kuatnya ikatan polisakarida pada bahan pulp. Sebaliknya bertambahnya waktu pemasakan meningkatkan kandungan lignin. Hal ini disebabkan karena

0 20 40 60 80 100

100 105 110 115 120

Temperatur (Celcius)

%

Rendemen Selulosa Lignin

0 20 40 60 80 100

60 90 120 150 180

Waktu (menit)

%

(7)

semakin lamanya waktu pemasakan, semakin banyak monomer – monomer baru yang terbentuk akibat pemecahan lignin. Monomer – monomer tersebut bereaksi dengan polimer yang masih terkandung pada pulp, sehingga menghasilkan suatu polimer baru atau lignin baru.

Rendemen pulp tertinggi didapat pada waktu pemasakan 180 menit, yaitu 58,05%, dan Rendemen Pulp terkecil didapat pada waktu pemasakan 60 Menit yaitu 53,57%. Kandungan selulosa tertinggi didapat pada lama pemasakan 60 menit yaitu 84,19%, sedangkan kandungan selulosa terendah didapat pada lama pemasakan 180 menit, yaitu 73,48%. Kandungan lignin terendah didapat pada kondisi lama pemasakan 60 menit, yaitu 6,83%, dan kandungan lignin tertinggi didapat pada kondisi lama pemasakan 180 menit. yaitu 24,41%.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan :

1) Makin tinggi konsentrasi NaOH, maka rendemen pulp semakin rendah, kandungan selulosa pulp semakin rendah, dan kandungan lignin pulp semakin tinggi.

2) Makin tinggi temperatur pemasakan, maka rendemen dan kandungan lignin pulp yang dihasilkan semakin tinggi. Pada temperatur yang terlalu tinggi, selulosa ikut terdegradasi.

3) Makin tinggi lama pemasakan, maka rendemen pulp yang dihasilkan cenderung makin tinggi, kandungan selulosa pulp semakin tinggi, dan kandungan lignin pulp semakin tinggi. 4) Kondisi variabel pemasakan terbaik

pada range penelitian ini adalah : konsentrasi NaOH 5%, temperatur pemasakan 105oC dan waktu pemasakan 60 menit, dengan hasil : rendemen pulp 5,357%, kandungan selulosa 84,18%, dan kandungan lignin 6,83%

5.2 Saran

1) Penelitian dilanjutkan dengan tahapan proses selanjutnya seperti bleaching dan pencetakan lembaran kertas.

2) Pulp yang dihasilkan diuji kualitasnya berdasarkan karakteristik pulp lainnya

seperti indeks retak, indeks tarik, dan derajat putih.

3) Pembuatan pulp berbahan baku rami dapat dilakukan dengan proses lainnya sebagai pembanding dari penelitian yang dilakukan.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008a. “Ramie”. Diakses pada 20

Oktober 2008 dari http://en.wikipedia.org.

Anonim. 2008b. “Sodium Hydroxide ”. Diakses pada 20 Oktober 2008 dari http://en.wikipedia.org.

Anonim. 2008c. “Pulping Process”. Diakses pada 4 November 2008 dari http://www.wikipedia.com/.

Anonim. 2009a. “Lignin” . Diakses pada 20 Juni 2009 dari http://en.wikipedia.org. Anonim. 2009b. “Cellulose”. Diakses pada 20

Juni 2009 dari http://en.wikipedia.org. Anonim. 2009c. “Sodium Hydroxide Used in

Paper Pulping”. Diakses pada 27

Februari 2009 dari http://www.bulkmsm.com/research/ms

m/page6.htm.

Fessenden. 1994. ”Kimia Organik Jilid II”. Erlangga. Jakarta

Montrismen. 2003. ”Pengaruh Temperatur Pemasakan dan Konsentrasi Soda Kaustik Terhadap Lignin pada Pembuatan Pullp dari Enceng Gondok”. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Palembang

Robinson, T. 1995. “Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi”. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Satria, A. 2003. ”Pembuatan Pulp dari Tandan Kosomg Kelapa Sawit dengan Proses Asam Asetat”. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang.

Gambar

Tabel 2.1 Beberapa varietas rami yang dikenal di masyarakat
Tabel 2.2 Perbedaan Antara Lignin, Selulosa, dan Hemiselulosa
Gambar 4.1 Pengaruh Konsentrasi NaOH
Gambar 4.2  Pengaruh Temperatur terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Rekam medis merupakan bukti tertulis mengenai proses pelayanan yang diberikan kepada pasien oleh Dokter dan tenaga kesehatan lainnya, yang mana dengan adanya

Tembakan yang tidak konsisten menunjukkan darjah Kepersisan yang rendah.. Kejituan suatu bacaan dalam suatu pengukuran adalah berapa hampir pengukuran itu dengan nilai sebenar

berdasarkan tinggi muka air tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya tidak dibatasi oleh.. lapisan

campak adalah diare. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Pemberian kaporit pada sumur gali 2 minggu sekali. Tahu, dapat menyebutkan jawaban dengan benar 7 jawaban diatas.

Analisis hasil penelitian untuk tahap Define adalah terdefinisinya masalah produk cacat yang jumlahnya (0,57136) melebihi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.Pada

Berdasarkan prinsip, tujuan, dan nilai-nilai yang dikembangkan dalam sistem keuangan syariah tersebut maka artikel ini akan mengkaji tentang penerapan prinsip

Berdasarkan pada pembahasan hasil penelitian berjudul pengaruh kinerja lingkungan dan biaya lingkungan terhadap kinerja keuangan dengan pengungkapan lingkungan

Vegyük most a korábban már említett példát, a családi háttér iskolai teljesítmény- re gyakorolt hatását. Robusztus összefüggés-megközelítésben megfigyeléses adatok-