• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA RIBOFLAVIN PADA PHASEOLUS AUREUS DENGAN VARIASI KONSENTRASI HCl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISA RIBOFLAVIN PADA PHASEOLUS AUREUS DENGAN VARIASI KONSENTRASI HCl"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teknik Kimia No. 7, Vol. 17, Agustus 2011 Page | 22

ANALISA RIBOFLAVIN PADA PHASEOLUS AUREUS

DENGAN VARIASI KONSENTRASI HCl

Rosdiana Moeksin

*

, Rica Novitasari

*Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

Abstrak

Vitamin yang menonjol dalam Phaseolus Aureus adalah vitamin B2. Manusia tidak dapat menghasilkan vitamin di dalam tubuhnya, oleh karena itu diperlukan intake vitamin yang berasal dari bahan makanan. Kandungan vitamin B2 (riboflavin) yang cukup tinggi dalam Phaseolus Aureus sangat bermanfaat bagi kesehatan. Hal ini yang melatarbelakangi penelitian ini. Vitamin B2 mempunyai fungsi kesehatan yang lebih beragam dan juga berperan membantu proses pertumbuhan. Penelitian ini dilakukan laboratorium Bioproses, Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. Bahan baku dihaluskan dengan blender, kemudian bahan baku dibedakan atas 3 perlakuan yaitu bahan baku mentah,dikukus dan direbus. Analisa yang dilakukan adalah analisa kadar Riboflavin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi HCl dan semakin lama pemanasan maka kadar Riboflavin akan semakin tinggi, Dari ketiga perlakuan sampel yaitu mentah, kukus dan rebus didapatkan bahwa yang terbaik adalah sampel mentah dengan kadar Riboflavin 2,173 mg dan semakin lama pengukusan dan perebusan maka kadar Riboflavin

akan menurun.

Kata kunci :Phaseolus Aureus, riboflavin, HCl.

1. PENDAHULUAN

Kacang hijau merupakan tanaman kacang-kacangan yang terbanyak ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Selain itu kacang hijau merupakan sumber protein yang cukup potensial disamping keunggulan kandungan gizi lainnya, dengan harga yang relatif terjangkau untuk masyarakat dari berbagai tingkat sosial dan usia (Marzuki,1997).

Vitamin yang menonjol dalam kacang hijau adalah vitamin B2. Manusia tidak dapat menghasilkan vitamin di dalam tubuhnya, oleh karena itu diperlukan intake vitamin yang berasal dari bahan makanan.

Kandungan vitamin B2 (riboflavin) yang cukup tinggi dalam kacang hijau sangat bermanfaat bagi kesehatan. Hal ini yang melatarbelakangi penelitian ini. Vitamin B2 mempunyai fungsi kesehatan yang lebih beragam dan juga berperan membantu proses pertumbuhan.

Adapun perumusan masalah dala penelitian ini adalah pengaruh variasi konsentrasi HCl terhadap variasi perlakuan bahan baku dan variasi waktu pada Phaseolus Aureus.

Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh perlakuan bahan baku yang mentah, dikukus dan di rebus terhadap kadar Riboflavin., mengetahui pengaruh waktu pengukusan dan perebusan terhadap kadar

Riboflavin, dan mengetahui pengaruh variasi konsentrasi HCl terhadap kadar Riboflavin.

Manfaat penelitian ini yaitu Sebagai sumbangsih dalam pengetahuan tentang analisa kadar Riboflavin pada kacang hijau (Phaseolus Aureus), meningkatkan nilai tambah biji kacang hijau karena harga kacang hijau relatif murah, dan mengetahui kadar Riboflavin pada kacang hijau (Phaseolus Aureus).

Ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Bahan baku yang digunakan adalah

Phaseolus Aureus.

2. Variabel yang digunakan pada penelitia ni adalah :

a. Konsentrasi larutan HCl, yaitu 0,5%, 1%, 1,5%

b. Waktu pengukusan dan perebusan, yaitu 10 menit, 15 menit, 20 menit

c. Temperatur pemanasan, yaitu 100oC, 110oC, 120oC

3. Analisa bahan baku yang dilakukan pada penelitian ini adalah kadar air. 4. Analisa akhir yang dilakukan pada

penelitian ini adalah kadar Riboflavin.

Dalam ilmu tumbuhan, tanaman kacang hijau diklasifikasikan sebagai berikut :

(2)

Jurnal Teknik Kimia No. 7, Vol. 17, Agustus 2011 Page | 23 Clas (kelas) : Dicotyledoneae

Ordo (bangsa) : Leguminales

Familia (suku) : Leguminoceae Subfamilia : Papillionoideae

Genus (marga) : Phaseolus

Spesies (jenis) :Phaseolus Aurus

atau Phaseolus Radiatus L

Asal dan persebaran geografis kacang hijau berasal dari India atau daerah Indo-Burma di mana kacang ini telah ditanam sejak beberapa ribu tahun lalu. Kacang ini tersebar pada awal zaman. Hampir semua negara-negara Asia, dan baru-baru ini ke lain benua. Kendati kacang ini telah tersebar luas, kacang hijau tidak pernah menjadi suatu hasil panen komersil utama di luar Asia. Di Asia Tenggara, kacang hijau tergolong kacang terpenting (Siswono, 2004).

Biji kacang hijau terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%), dan lembaga (2%). Kotiledon banyak mengandung pati dan serat, sedangkan lembaga merupakan sumber protein dan lemak. Kacang hijau memiliki kandungan gizi yang banyak diperlukan oleh tubuh. Kandungan gizi tiap 100 gr kacang hijau dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi Tiap 100 gr Kacang Hijau

Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin yang

tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh melalui suplemen makanan.

Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan.

b. Fungsi Vitamin

Vitamin merupakan satu dari berbagai jenis senyawa yang dapat menghambat reaksi perusakan tubuh oleh senyawa radikal bebas terkait dengan aktivitas antioksidannya. Asupan vitamin antioksidan yang cukup akan membantu tubuh mengurangi efek penuaan oleh radikal bebas, terutama oleh oksigen bebas yang reaktif. Selain itu, vitamin juga berkontribusi dalam menyokong sistem imun yang baik sehingga risiko terkena berbagai penyakit degeneratif dan penyakit lainnya dapat ditekan, terutama pada manula. Jadi, secara tidak langsung, asupan vitamin yang cukup dan seimbang dapat menciptakan kondisi tubuh yang sehat dan berumur panjang.

c. Vitamin B

Vitamin merupakan nutrisi penting yang ditemukan dalam makanan. Persyaratan kecil, tetapi mereka melakukan yang spesifik dan fungsi-fungsi pentng untuk menjaga kesehatan. Vitamin diklasifikasikan oleh bahan baku di mana mereka akan larut. Yang larut dalam lemak vitamin-vitamin A, D, E, dan K larut dalam lemak sebelum diserap dalam aliran darah untuk melaksanakan fungsi mereka. Ekse dari vitamin disimpan dalam hati. Karena mereka disimpan, mereka tidak diperlukan setiap hari dalam makanan. Sebaliknya, vitamin yang larut dalam air dan tidak disimpan mereka dieliminasi dalam urin. Vitamin yang larut dalam air adalah kelompok B-kompleks dan vitamin C.

Delapan dari vitamin yang larut dalam air yang dikenal sebagai kelompok B-kompleks, yang terdiri dari :

 Vitamin B1 (Tiamin)

(3)

Jurnal Teknik Kimia No. 7, Vol. 17, Agustus 2011 Page | 24 1. Vitamin B1 (Tiamin)

Tiamina, vitamin B1, aneurin (bahasa Inggris: thio-vitamine, thiamine, thiamin) adalah vitamin yang terlarut dalam air. Turunan fosfatnya ikut serta dalam banyak proses sel.

Tiamin disintesis dalam bakteri, fungi dan tanaman. Hewan harus memenuhi keperluan tiamin dari makanan. Asupan yang tidak cukup menyebabkan penyakit beri-beri, yang mempengaruhi sistem saraf tepi dan sistem kardiovaskular.

Sebuah senyawa turunan tiamina yang disebut benfotiamina, dengan efektif, mengurangi plak amiloid dan fosforilasi protein tau pada area kortikal otak tikus dan menekan aktivitas enzim glikogen sintase kinase 3. Penelitian ini sangat mirip dengan kondisi penderita Alzheimer in vivo.

2. Vitamin B2 (Riboflavin)

Riboflavin, dikenal juga sebagai vitamin B2, adalah mikronutrisi yang mudah dicerna, bersifat larut dalam air, dan memiliki peranan kunci dalam menjaga kesehatan pada manusia dan hewan. Vitamin B2 diperlukan untuk berbagai ragam proses seluler. Seperti vitamin B lainnya, riboflavin memainkan peranan penting dalam metabolisme energi, dan diperlukan dalam metabolisme lemak, zat keton, karbohidrat dan protein. Vitamin ini juga banyak berperan dalam pembetukkan sel darah merah, antibodi dalam tubuh, dan dalam metabolisme pelepasan energi dari karbohidrat. Susu, keju, sayur hijau, hati, ginjal, kacang-kacangan seperti kacang kedelai, ragi, dan jamur merupakan sumber utama vitamin B2, namun paparan terhadap cahaya akan menghancurkan riboflavin. Nama riboflavin

berasal dari kata ribosa dan flavin.

Sumber vitamin B2 terbanyak ditemukan pada makanan hewani, seperti daging, hati, ginjal, dan jantung, serta susu. Beberapa tanaman juga mengandung vitamin ini dalam kadar yang cukup tinggi, antara lain kacang almond, jamur, gandum, dan kacang kedelai. Tepung dan sereal biasanya juga diperkaya dengan vitamin ini. Walaupun bersifat tahan panas, riboflavin cenderung larut dalam air selama proses pemasakan. Makanan yang mengandung riboflavin sebaiknya tidak disimpan dalam wadah transparan karena vitamin ini mudah rusak oleh paparan cahaya.

Konsumsi riboflavin sangat bergantung pada berat tubuh, laju metabolisme, dan asupan kalori di dalam tubuh. Berdasarkan RDA, konsumsi perhari bagi pria adalah 1,7 mg dan

bagi wanita adalah 1,3 mg, sedangkan bagi wanita hamil perlu tambahan 0,3 mg.

d. Sumber Vitamin B2.

Sumber yang mengandung vitamin B2, sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, susu, dan banyak lagi lainnya. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B2, turunnya daya tahan tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, sariawan, dan sebagainya.

2. METODOLOGI PENELITIAN Alat dan bahan yang digunakan Bahan yang digunakan :

Kacang Hijau, air aquadest, HCl 0,1 N, NaOH I N, HCl 1 N, dan Ribolflavin murni

Alat yang Digunakan :

Gelas kimia 1000 ml, gelas kimia 50 ml, corong gelas, erlemeyer 100 ml, pipet ukur, pipet tetes, batang pengaduk, neraca Analitik, blender, elas ukur 10 ml, magnetic stirrer, hot plate, oven, dan autoclave.

Rancangan Percobaan

Pada penelitian ini menggunakan bahan baku berupa Phaseoulus Aureus. Dimana variasi yang digunakan adalah variasi perlakuan bahan baku (mentah, kukus dan rebus), variasi waktu pengukusan dan perebusan masing-masing 10 menit, 15 menit dan 20 menit, variasi konsentrasi HCl (0,5%; 1% dan 1,5%), variasi temperatur pemanasan yaitu 1000C, 1100C dan 1200C.

Prosedur Percobaan

Prosedur Persiapan

1.Bahan baku dibersihkan dahulu. Lalu ditiriskan agar cepat kering.

2.Penelitian dilanjutkan dengan memvariasikan perlakuan bahan baku yaitu, bahan baku mentah, kukus dan rebus. Dimana untuk bahan baku kukus dan rebus dilakukan variasi pengukusan dan perebusan masing – masing 10 menit, 15 menit dan 20 menit

3.Kemudian bahan baku tersebut di blender hingga menjadi serbuk/bubuk.

Proses Analisa Vitamin B2 (Riboflavin)

(4)

Jurnal Teknik Kimia No. 7, Vol. 17, Agustus 2011 Page | 25 2.Dinginkan dan atur dengan 1 N NaOH

menjadi pH 6,0, jagalah jangan sampai melampaui pH karena Riboflavin tidak stabil diatas pH 6,0.

3.Dengan 1 N HCl asamkan kembali menjadi pH 4,5, kemudian pindahkan suspensi secara kuantitatif kedalam labu ukur 100 ml dan encerkan sampai tanda dengan aquades, dan saring melalui kertas saring whatman no. 42.

4.Ambil filtrate yang jernih, masukkan dalam cuvette dan bacalah transmittance pada spectrofluorometer dengan panjang gelombang antara 440-400 nm (vitamin B2 berfluoresensi pada panjang gelombang ini).

5.Untuk menentukan berat absolute vitamin B2 yang terkandung dalam filtrate perlu dibuat larutan standar dengan vitamin B2 yang murni. Bacalah transmittance dari larutan standar (yang diketahui konsentrasi vitamin B2 nya). Sehingga didapat hubungan antara transmittance dan kadar vitamin B2 dalam larutan yang ingin diketahui kadar vitamin B2 nya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Perlakuan Bahan Baku dan Konsentrasi HCl terhadap Kadar

Riboflavin

Hasil penentuan kadar riboflavin dengan menggunakan bahan baku Phaseolus Aureus. Dalam penelitian ini kami menggunakan variasi perlakuan bahan baku yaitu, mentah, di kukus dan di rebus. Untuk variasi bahan baku dan konsentrasi HCl tertentu terhadap kadar

riboflavin dapat dilihat pada gambar dibawah ini dimana dengan konsentrasi HCl yang semakin besar maka kadar riboflavin akan semakin meningkat.

1. Bahan Baku Mentah

Untuk Pemanasan 120ᵒC

Dari gambar dapat dilihat pada grafik bahwa untuk bahan baku mentah pada suhu pemanasan 120ᵒC , untuk konsentrasi HCl 0,5% didapat kadar Riboflavin 1,33 mg. Sedangkan untuk konsentrasi HCl 1% didapat kadar

Riboflavin 1,76 mg dan untuk konsentrasi HCl 1,5% didapat kadar Riboflavin 2,99 mg. Pada tahap ini merupakan hasil yang terbaik, dimana didapatkan kadar Riboflavin yang paling tunggi bila dibandingkan dengan tahap proses pengukusan dan perebusan. Ini dikarenakan zat Riboflavin yang terdapat pada

Phaseoulus Aureus mentah tidak ikut menguap atau terbuang seperti pada tahap pengukusan dan perebusan.

2. Bahan Baku Yang Dikukus

Untuk Suhu 120ᵒC dan Waktu Pengukusan 10 Menit

Dari gambar dapat dilihat pada grafik bahwa untuk bahan baku yang dikukus selama 10 menit dengan pemanasan 120ᵒC, untuk konsentrasi HCl 0,5% didapat kadar Riboflavin

1,11 mg. Sedangkan untuk konsentrasi HCl 1% didapat kadar Riboflavin 1,94 mg dan untuk konsentrasi HCl 1,5% didapat kadar Riboflavin

2,73 mg.

Grafik diatas merupakan hasil yang terbaik untuk proses pengukusan dengan kadar Riboflavinnya 2,73 mg, dimana dari grafik dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengukusan maka kadar Riboflavin akan semakin menurun. Ini dikarenakan selama pengukusan zat Riboflavin yang terdapat pada

(5)

Jurnal Teknik Kimia No. 7, Vol. 17, Agustus 2011 Page | 26

3. Bahan Baku Yang Direbus

Untuk Suhu 120ᵒC dan Waktu Perebusan 10 Menit

Dari gambar dapat dilihat pada grafik bahwa untuk bahan baku yang direbus selama 10 menit dengan pemanasan 120ᵒC, untuk konsentrasi HCl 0,5% didapat kadar Riboflavin

0,95 mg. Sedangkan untuk konsentrasi HCl 1% didapat kadar Riboflavin 1,51 mg dan untuk konsentrasi HCl 1,5% didapat kadar Riboflavin

1,85 mg.

Grafik diatas merupakan hasil yang terbaik untuk proses perebusan dengan kadar Riboflavinnya 1,85 mg, dimana dari grafik dapat dilihat bahwa hampir terdapat persamaan dengan proses hasil pengukusan tetapi perbedaannya bahwa hasil kadar Riboflavin

pada proses perebusan akan semakin kecil dibandingkan dengan proses pengukusan. Ini dikarenakan selama proses perebusan zat

Riboflavin yang terdapat pada Phaseolus Aureus

akan terurai bersama air sisa perebusan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. “Kacang Hijau” . Diakses pada 5 Juni 2010 dari http://en.wikipedia.org. Anonim. 2010. “Persentase Riboflavin pada

Kacang Hijau” . Diakses pada 10 Juni

2010 dari

http://www.moodpro.tripod.com/infoob at/vit_B2.htm.

Anonim. 2010. “Phaseoulus Aureus ” . Diakses pada 10 Juni 2010 dari http://www.cara

hidup.um.ac.id/2009/10/0bat-alami-phaseoulus-aureus/.

Anonim. 2010. “Seribu Manfaat Kacang Hijau” .Diakses pada 6 Juni 2010 dari

http://www.wikimu.com/news/Display News.aspx/id=1843.

Anonim. 2010. “Vitamin B2” . Diakses pada 5 Juni 2010 dari http://en.wikipedia.org.

Anonim. 2010. “Kacang Hijau”. Diakses pada 5

Juni 2010 dari

http://yartati.multiply.com/reviews/ite m/29.

Almatsier, S. 2006. ”Prinsip Dasar Ilmu Gizi”. Cetakan 6. PT.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Efriandi, Y. 2002. ”Penentuan Kadar Vitamin C pada Juice Nanas”. Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.

Marzuki, R. dan S.H. Sumadi. 2001. “Bertanam Kacang Hijau”. Penebar Swadaya: Jakarta

(6)

Gambar

Tabel 1. Kandungan Gizi Tiap 100 gr Kacang
Grafik diatas merupakan hasil yang terbaik
Grafik diatas merupakan hasil yang terbaik

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan PMR menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan model pembelajaran TSTS dengan PMR; (2) Peserta

Kesulitan dalam penerapan metode SRI pada masyarakat adalah; (a) sulit dalam pengontrolan air, apalagi kalau hari hujan lebat; (b) tenaga kerja diperlukan lebih banyak

Pada penelitian ini mengusulkan model Naïve Bayes dan seleksi fitur Greedy Forward Selection (NB+GFS) untuk mengatasi permasalahan fitur-fitur yang tidak relevan, sedangkan

Pelaksanaan Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat pada Pemerintah Kota Banjarmasin dan Pemerintah Kabupaten Banjar sudah memenuhi beberapa elemen sukses

Diagnosa SH ditegakkan apabila ditemukan 5 dari 7 keadaan berupa eritema palmaris, spider nevi, vena kolateral atau varises esofagus, asites dengan atau tanpa

Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian,

S., 2015, Sintesis Dan Karakterisasi Zeolite X Dari Abu Vulkanik Gunung Kelud Dengan Variasi Suhu Hidrotermal Menggunakan Metode Sol-Gel, Skripsi, Jurusan Fisika

Praktikum didesain untuk meningkatkan keterampilan proses sains (pengenalan alat dan bahan, penentuan hipótesis, penentuan variabel, penerapan konsep, serta desain