Kuliah 3
Kelembagaan dan
instrumen penaatan
wajib
Harsanto Nursadi
Materi Kuliah
•
Kelembagaan
–
RPPLH,
–
Inventarisasi,
–
KLHS
•
Instrumen Penaatan Wajib
–
Amdal,
–
Izin Lingkungan,
–
standar lingkungan,
–
analisa resiko
•
Kaitan antara
RPPLH-inventarisasi-bioregion dan ketiganya dgn RPJP/M
•
Penyusunan dan fungsi
A. Kelembagaan
•
Instansi-instansi Sektoral
–
Kementrian sektoral terkait dengan
lingkungan hidup tetap memiliki
kewenangan pengelolaan
lingkungan dalam batas-batas
kewenangan mereka sebagaimana
ditetapkan dalam UU sektoral
–
Kementrian Lingkungan Hidup
melakukan koordinasi disamping
tugas-tugas pelaksanaan
pengelolaan lingkungan dalam
batas-batas yang ditetapkan oleh
UUPPLH
Kementrian Lingkungan Hidup
Sejarah
•
1978-1983 (III): Mentri Negara Pengawas
Pembangunan dan Lingkungan Hidup
•
1983-1988 (IV) dan 1988-1993 (V) Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup
•
1993-1998 (VI): Mentri Negara Lingkungan
Hidup
•
1998-1999: Menteri Negara Lingkungan
Hidup/Kepala Bapedal
•
1999-2001, 2001-2004, 2004-2009, Mentri
Negara Lingkungan Hidup
Badan
Pengendali
Dampak
Lingkungan
•
1990 dibentuk Bapedal (Keppres 23)
–
Tugas operasional pengendalian lingkungan
hidup
•
Upaya pencegahan kerusakan
•
Penanggulangan dampak, serta
•
Pemulihan kualitas lingkungan
–
Langsung di bawah Presiden
–
1995, Bapedal membentuk Bapedalwil
•
Wilayah I Sumatera
•
Wilayah II Denpasar (Bali, NTT, NTB)
•
Willayah III Makasar (Selawesi, Maluku,Irian)
•
2000, dilebur ke Meneg LH
Badan
Pengendali
Dampak
Lingkungan
Daerah
•
Sebelum 1994: Biro Bina Lingkungan
Hidup
•
1994 Daerah Membentuk
BAPEDALDA Provinsi di bawah
Gubernur (aparat Daerah)
–
Membantu Gubernur dalam hal
pembinaan
–
Koordinasi Bapedalda Kabupaten
•
Kabupaten membentuk Bapedalda
Kab
–
Melakukan Pengawasan, pemantauan
dan penegakan hukum adm di bidang
pengelolaan limbah B3
•
2003: Badan Pengelolaan Lingkungan
Penguatan Kewenangan MLH
•
Second Line Inspection
(Ps 73)
–
Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang izin lingkungannya diterbitkan oleh
pemerintah daerah jika Pemerintah menganggap
terjadi pelanggaran yang serius di bidang
perlindungan dan pengelolaan LH
–
Kewenangan PPLH untuk menghentikan
pelanggaran tertentu di lapangan
•
Second Line Enforcement
(Ps 76)
–
Menteri dapat menerapkan sanksi administrasi,
jika pemerintah menganggap Pemda secara
sengaja tidak menerapkan sanksi adm terhadap
pelanggaran yang serius
• Tingkat Nasional
• Tingkat Pulau/Kepulauan
• Tingkat Wil Ekoregion
PENETAPAN WIL EKOREGION
PENETAPAN WIL EKOREGION
Diatur dengan: • PP,
• PERDA DASAR dan • dimuat dalam
• RPJP DAN
Rencana
Perlindungan
Dan
Pengelolaan
Lingkungan
INVENTARISASI LH INVENTARISASI LH
PERENCANAAN
Memuat :
•Pemanfaatan/
•Pencadangan Sda
•Pemeliharaan Dan
Perlind-•Ungan Kualitas/Fungsi LH Memuat :
•Pemanfaatan/
•Pencadangan Sda
•Pemeliharaan Dan
Perlind-•Ungan Kualitas/Fungsi LH
•Karakterisik Bentang Alam
•Daerah Aliran Sungai
•Iklim
•Flora Dan Fauna
•Sosial Budaya
•Kelembagaan Masyarakat
•Hasil Inventarisasi Lh
•Karakterisik Bentang Alam
•Daerah Aliran Sungai
•Iklim
•Flora Dan Fauna
•Sosial Budaya
•Kelembagaan Masyarakat
BERDASARKAN
RPPLH
APABILA RPPLH BELUM ADA
BERDASARKAN
DAYA TAMPUNG DAN DAYA DUKUNG
MENTERI NASIONAL DAN PULAU/KEPULAUAN
GUBERNUR PROP dan EKOREGION LINTAS KAB/KOTA BPT/WALIKOTA KAB/KOTA DAN EKOREGION KAB/KT
DITETAPKAN OLEH
P
Memperhatikan : • Keberlanjutan
Proses Dan • Fungsi
Lingkungan Hidup
• Keberlanjutan Produksi LH • Keselamatan,
Mutu Hidup Dan • Kesejahteraan
Masyarakat Memperhatikan : • Keberlanjutan
Proses Dan • Fungsi
Lingkungan Hidup
• Keberlanjutan Produksi LH • Keselamatan,
Mutu Hidup Dan • Kesejahteraan
Masyarakat
PENCADANGAN SDA
PELESTARIAN FUNGSI ATMOSFIR
PEMELIHARAAN (ps 57)
PEMELIHARAAN (ps 57)
TIDAK BOLEH DIMANFAATKAN UTK WAKTU TERTENTU
• UPAYA MITIGASI DAN ADAPTASI
• UPAYA PERLINDUNGAN LAPISAN OZON
• UPAYA PERLINDUNGAN THDP HUJAN ASAM PERLINDUNGAN SDA
PENGAWETAN SDA
KLHS
Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan
partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau Program (pasal 1 angka 10
UUPPLH)
1. “SEA is a systematic process for evaluating the
environmental consequences of proposed
policy
,
plan
or programmed
initiatives in order to ensure they are
fully included and appropriately addressed at the
earliest appropriate stage of decision making on par
with economic and social considerations”
(Sadler &
Verheem)
2. ”
SEA is the formalized, systematic and comprehensive
process of evaluating the environmental effects of a
policy
,
plan
or
programmed
(PPPs) and its
alternatives, including the preparation of a written
report on the findings of that evaluation, and using the
findings in publicly accountable decision-making”
(Therievel
et al
)
Atribut
AMDAL
KLHS
Posisi Tahap studi kelayakan dari Proyek
Tahap Kebijakan, Rencana & Program
Sifat Wajib Sukarela
Keputusan Kelayakan rencana kegiatan/ usaha dari segi lingkungan hidup
Keputusan yang berbasis pada prinsip Pembangunan
Berkelanjutan Wilayah
garapan
Site based project Kebijakan, regional/tata ruang, program, atau sektor
Kumulatif
dampak Kumulatif dampak dianalisis terbatas Peringatan dini akan fenomena kumulatif dampak Alternatif Terbatasnya jumlah alternatif
kegiatan proyek yang ditelaah
Mempertimbangkan banyak alternatif pilihan
Kedalaman
kajian Sempit, dalam, dan rinci Lebar, tidak terlampau dalam, lebih sebagai kerangka kerja Artikulasi Kegiatan proyek sudah
terformulasi dengan jelas dari awal hingga akhir
Proses muti-tahap, saling tumpang-tindih komponen, alur
kebijakan-rencana-program masih berjalan dan iteratif
Fokus Fokus pada kajian dampak penting negatif dan
pengelolaan dampak lingkungan
Fokus pada agenda
keberlanjutan, bergerak pada sumber persoalan dampak lingkungan
11/23/2018
B. Instrumen Penaatan
Wajib
–
Amdal,
–
Izin Lingkungan,
–
standar lingkungan,
•
PEMBERIAN INFORMASI
•
PENGISOLASIAN PENCEMARAN/
KERUSAKAN
PENGENDALIAN
• PENGHENTIAN SUMBER
PENCEMARAN
• REMEDIASI
• REHABILITASI
• RESTORASI
PEMULIH
•
BAKU MUTU LINGKUNGAN
(BML)
•
KRITERIA BAKU KERUSAKAN
LH
•
AMDAL
•
UKL/UPL
•
PERIZINAN
•
INSTRUMEN EKONOMI
LINGKUNGAN
•
PERUU BERBASIS
LINGKUNGAN
•
ANGGARAN BERBASIS
AMDAL
Dasar pemberian
Izin lingkungan
wajib
bagi usaha/kegiatan
yang berdampak
penting
Penyusun
mempunyai
Sertifkat
kompetensi
Komisi
Amdal
(pasal 18 ayat 1 UU23/1997;
pasal
22-33 UU 32/2009
;
jo
. PP no. 27/1999)
–
Isi: KA, Andal, RKL, RPL
–
Penyusun: pemrakarsan dan dapat dibantu oleh
penyusun (pihak ketiga) yang berserfifikat (ps.
27-28 UUPPLH)
–
Penilai:
•
Komisi Penilai Pusat, menilai kegiatan yang:
–
Bersifat strategis dan/atau menyangkut hankam
–
Meliputi lebih dari satu wilayah provinsi
–
Berlokasi di wilayah sengketa dgn negara lain
–
Berlokasi di laut
–
Berlokasi di perbatasan dgn negara lain
•
Komisi Penilai Daerah (di provinsi)
•
Komisi Penilai Amdal harus berlisensi (ps. 29 ayat 2
UUPPLH)
11/23/2018
•
Fungsi Amdal:
–
Dokumen hukum
–
Dokumen ilmiah
kelayakan lingkungan sebuah
usaha/kegiatan
–
Prasyarat perizinan
izin lingkungan
•
Amdal batal (pasal 24-27 PP. 27/1999), jika:
–
Kadaluwarsa (lebih dari 3 tahun sejak dikeluarkannya
persetujuan Amdal, pemrakarsa tidak memulai
usaha/kegiatannya)
–
Jika pemrakarsa memindahkan lokasi kegiatannya
–
Pemrakarsa mengubah: desain atau proses atau
kapasitas atau bahan baku atau bahan penolong
–
Terjadi perubahan lingkungan yang sangat mendasar,
bagi
usaha/kegiatan
yang tidak wajib
amdal
Usaha dan/atau
kegiatan
yang tidak wajib
UKL-UPL
wajib membuat
surat
pernyataan
kesanggupan
pengelolaan &
pemantauan
Lingkungan Hidup
Dasar
pemberian
Izin
lingkungan
UKL/UPL
UKL/UPL
•
Pasal 34
(1)Setiap usaha dan/atau kegiatan yang
tidak termasuk dalam kriteria wajib
amdal, wajib
memiliki UKL/UPL.
(2)Gub atau B/W menetapkan jenis
usaha/kegiatan yang wajib dilengkapi
UKL-UPL.
•
Pasal 35
(1)Usaha/kegiatan yang tidak wajib
dilengkapi UKL-UPL wajib membuat surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup.
(2)Penetapan jenis usaha/kegiatan wajib
UKL/UPL dilakukan berdasarkan kriteria:
a. tidak termasuk dalam kategori berdampak
11/23/2018
RPPLH
Komisi berlisensi
N apabila
•Cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan,
ketidakbenaran, pemalsuan data, dokumen/infrmasi
•penerbitannya tidak
memenuhi syarat dalam keputusan komisi Amdal
•Tidak melaksanakan kewajiban dalam AMDAL/ UKL-UPL
Izin Ling dicabut, izin usaha batal demi hukum Usaha atau kegiatan berubah
Izin Lingkungan diperbaharui
IZIN
LINGKUNGAN
11/23/2018
Campur tangan pemerintah
Degrees of Intervention
Low High
Information
Standards
Prior
Approval
Target
Performance
Specification
I. Regulasi ttg Informasi
•
Mengapa butuh regulasi ttg informasi?
–
Ketiadaan informasi merupakan bentuk
kegagalan pasar (information asymmetry)
–
Hak atas informasi
–
Distributional goal: masyarakat yang miskin
biasanya kurang memperoleh informasi, karena
itu kewajiban membuka informasi dianggap
sebagai peningkatan “welfare” mereka.
–
Regulasi atas informasi adalah bentuk campur
tangan yang paling murah: konsumen yang
menentukan apakah mereka akan membeli
sebuah produk atau tidak
•
Ogus:
A.
Mandatory disclosure
B.
Control of misleading information
•
Ad A. (contoh di Indonesia):
–
kandungan (ingredients) suatu produk (pasal 3
ayat 2 PP No. 69/1999)
–
produk pangan transgenik harus mencamtumkan:
“PANGAN REKAYASA GENETIKA” (pasal 35 PP.
69/1999)
–
Audit lingkungan wajib (pasal 29 UU No. 23/1997)
•
Ad B (contoh di Indonesia):
–
Hak atas informasi lingkungan (pasal 5 UU No.
23/1997)
–
Kewajiban untuk menyampaikan informasi
II. Standar
1.Target/ambient
2.Emission
3.Specification
Kolstad:
–
Emission: emission is what the producers or
consumers release
–
Ambient: Emissions are transformed into
ambient concentrations, namely the
concentrations of pollution around us. It is
ambient concentrations that cause damage.
•
Ad. 1. Standar Target
•
Disebut juga: Standar ambien,
baku mutu
lingkungan/ambien
standar ini
menentukan kualitas lingkungan
yang ingin dicapai
•
Antara 1970-1980an, biasanya
standar ditetapkan dalam bentuk
standar target (environmental
quality atau ambient standards).
Hal ini dikarenakan kegagalan
sistem standar emisi yang
PENCEMARAN / KERUSAKAN LINGKUNGAN
KRITERIA
BAKU
KERUSAKA
N
•
air;
•
air limbah;
•
air laut;
•
udara ambien;
•
emisi;
•
gangguan;
•
Baku mutu lain sesuai
dgn
•
Perkembangan IPTEK
(pasal 20 ayat 2)
Diukur melalui
•
Tanah untuk biomassa
•
Terumbu karang
•
Mangrove
•
padang lamun
•
Gambut
•
Karst
•
Kebakaran Hutan
•
Baku Kerusakan
ekosistem lainnya sesuai
dengan perkembangan
IPTEK
11/23/2018
•
Ad 2. Standar emisi (
emission
standards/emission limit
values/performance standard
)
–
menentukan performa apa yang harus
dilakukan. Dalam hal ini, yang
ditentukan adalah batasan emisi (baku
mutu emisi/baku mutu limbah) yang
diperbolehkan
–
Standar ini masih memberikan
kebebasan tentang kepada industri ttg
bagaimana/dengan cara apa mereka
akan memenuhi standar emisinya
•
Contoh di Indonesia
:Baku mutu limbah cair untuk industri tekstil terpadu (lampiran dari
Keputusan Gubernur Jabar No. 6/199 ttg baku mutu limbah cair utk
Industri di Jabar)
Parameter Kadar Maksimum (mg per
liter limbah) Beban pencemaran maksimum (kg per ton produk tekstil)
BOD 60 6
COD 150 15
Crom 1 0,1
Fenol 0,5 0,05
Amonia 8 0,8
Sulfida 0,3 0,03
Minyak dan lemak 3 0,3
pH 6-9
Debit limah maksimum (m3 per ton produk
tekstil)
100
11/23/2018
•
Standar spesifikasi/ proses produksi
• Yang ditentukan adalah teknologi (tindakan) tertentu untuk
mencegah pencemaran.
• Contoh:
Kewajiban pengolah limbah B3 dgn cara thermal (pasal 34 PP No. 18/1999) :
– mempunyai insinerator dengan spesifikasi sesuai dengan karakteristik dan
jumlah limbah B3 yang diolah;
– mempunyai insinerator yang dapat memenuhi efisiensi pembakaran minimal
99,99 % dan efisiensi penghancuran dan penghilangan sebagai berikut :
1.efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Principle Organic Hazard Constituent (POHCs) 99,99%;
2.efisiensi penghancuran dan penghilangan untuk Polyclorinated Biphenyl (PCBs) 99,9999 %;
•
Variant dari specification standards
adalah
product standards
. Ini adalah
bentuk standar yang menentukan
karakteristik, komponen, cara
pengemasan suatu produk, yang
dibuat untuk meminimalkan resiko
atau mencegah bahaya terhadap
lingkungan atau kesehatan manusia
akibat dari penggunaan atau
pembuangan produk tersebut.
–
Mis.: standar yang mewajibkan industri
otomotif untuk memenuhi batasan emisi
tertentu atas produknya; lemari es
non-CFC
•
Merupakan bentuk paling intervensionis,
karena pada dasarnya adalah larangan
terhadap masyarakat untuk melakukan
tindakan tertentu. Hanya mereka yang
memiliki izin lah yang dapat melakukan
tindakan tersebut.
•
Beberapa contoh “izin lingkungan”
izin yang
diturunkan dari UULH/UUPLH (Siti Sundari, hal. 165):
–
Izin pembuangan limbah cair, dikeluarkan oleh
Bupati/walikota (pasal 40 PP No. 82/2001)
–
Izin yang terkait dengan pengelolaan limbah B3 (pasal 40,
PP No. 18/1999), yaitu:
1. Izin operasi untuk kegiatan: penyimpanan, pegumpulan,
pemanfaatan, pengolahan, penimbunan. Diberikan oleh MenLH 2. Izin pengangkutan, diberikan oleh MenHub
3. Izin pemanfaatan sebagai kegiatan utama, diberikan oleh instansi yang berwenang
4. Izin operasi alat pengolahan limbah, diberikan oleh MenLH
5. Izin lokasi pengolahan atau penimbunan limbah B3, diberikan oleh Kepala kantor pertanahan daerah (pasal 42 PP No.
18/1999)
–
Izin
Dumping
diberikan oleh MenLH (pasal 18, PP No.
19/1999 ttg pengendalian pencemaran dan/atau perusakan
laut)
–
Izin impor dan ekspor B3 dari Menteri Perdagangan (PP No.
74/2001)
–
Izin HO dari Bupati/walikota
11/23/2018
–
Izin
Dumping
di laut diberikan oleh
MenLH (pasal 18, PP No. 19/1999 ttg
pengendalian pencemaran dan/atau
perusakan laut)
–
Izin impor dan ekspor B3 dari Menteri
Perdagangan (PP No. 74/2001)
Analisa Resiko
•
Pasal 47
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem
dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan
keselamatan manusia wajib melakukan analisis
risiko lingkungan hidup.
(2) Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengkajian risiko;
b. pengelolaan risiko; dan/atau
c. komunikasi risiko.
11/23/2018
•
Contoh standar target di Indonesia:
•
Pengkajian risiko (Risk Assessment) menurut
EC Communication on the precautionary
principle
:
–
Hazard identification
: identifying the biological, chemical
or physical agents that may have adverse effects.
–
Hazard characterization:
determining, in quantitative and/
or qualitative terms, the nature and severity of the adverse
effects associated with the causal agents or activity
relationship between the amount of the hazardous
substance and the effect has to be established.
–
Appraisal of exposure:
quantitatively or qualitatively
evaluating the probability of exposure to the agent under
study.
–
Risk characterization :
the qualitative and/or quantitative
estimation, taking account of inherent uncertainties, of the
probability, of the frequency and severity of the known or
potential adverse environmental or health effects liable to
occur.
11/23/2018
•
Risk management
didasarkan pada
hasil dari
risk assessment
. Biasanya
memuat kebijakan dan
langkah-langkah apa yang akan diambil
sehubungan dengan potensi dampak
yang diperkirakan dalam
risk
assessment
•
Risk communication
merupakan
upaya untuk memberitahu publik
tentang risiko yang “sesungguhnya”
(risiko berdasarkan
risk
assessment
)
berangkat dari asumsi
bahwa publik tidak tahu risiko, dan
11/23/2018
laboratory and field observation of advers health effect
and exposure to particular agens
Information on extrapolation methods for high to
low dose and animal to human
field meassurment, estimated exposure, characterization of
population
RESEARCH
Hazzard identification (Does the agent cause the
advrse effect)
Dose-Response Assessment (What
is the relationship between dose and
incidence in humans?)
Exposure Assessment (What
exposure are currently experienced or anticipated under
different conditions?)
Risk Characterization
(What is the estimated in acidence of the adverse effect in a given population?)
RISK ASSESSMENT
Evaluation of public health, economic,
social, political consequences of regulatory option
Agency decisions and action
Development of regulatory option
RISK MANAGEMENT ELEMENTS OF RISK ASSESSMENT AND RISK MANAGEMENT
John S Applegate, Jan G.Laitos and Celia Campbell-Mohn, The Regulation of Toxic Substances a Hazardous Waste, New York, New York Foundation Press, 2000, hal. 83