• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP PPP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP PPP"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

“PENGARUH PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPPs),

KONTRAK DAN HAK KEPEMILIKAN TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI:

ANALISIS DATA PANEL LIMA NEGARA ASEAN TAHUN 2005-2015”

Ekonomi Kelembagaan

Alexander Michael

(14/369292/EK/20125)

Departemen Ilmu Ekonomi

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

PENGARUH PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPPs), KONTRAK DAN

HAK KEPEMILIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI:

ANALISIS DATA PANEL LIMA NEGARA ASEAN TAHUN 2005-2015

Alexander Michael Tjahjadi1

Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada

Jl. Sosio Humaniora 01 Sleman, Yogyakarta

Pembahasan teori kelembagaan berasal dari teori biaya transaksi yang mengasumsikan bahwa terdapat hubungan pasar yang tidak sempurna antara penjual dan pembeli, selain itu biaya transaksi akan berpengaruh terhadap efisiensi ekonomi. Di lain sisi, dengan pendekatan ekonomi biaya transaksi (Transaction Cost Economics) salah satu basis analisisnya adalah kontrak, kontrak biasa diasumsikan mempunyai kelengkapan aturan yang mampu mengatasi permasalahan. Kontrak dibuat untuk menegakkan aturan dan hak kepemilikan entitas bisnis. Salah satu pembahasan dalam kontrak adalah kerjasama antar pihak swasta dan pemerintah.dan menjamin bagaimana kerjasama tersebut bisa berjalan efektif dan efisien. Permasalahan lain yang terjadi adalah adanya permasalahan hak kepemilikan dalam bisnis

Paper ini bertujuan untuk melihat keterkaitan antara PPP transportasi, kontrak, dan hak kepemilikan dalam pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN. Kawasan ini mempunyai lalu lintas modal, tenaga kerja, dan barang yang bebas sehingga memiliki potensi luar biasa pengembangan ekonomi.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Menggunakan metodologi ekonometeri. Pembahasan deskriptif akan melalui studi literatur mengenai PPPs, kontrak yang belum selesai, dan hak kepemilikan. Selain itu akan menggunakan studi kasus PPP transportasi. Pembahasan kuantitatif akan menggunakan ekonometrika data panel untuk melihat pengaruh tiga indikator terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Data berasal dari Ease of Doing Business tahun 2005 sampai 2015, infraPPP.com untuk nilai nominal proyek PPP infrastruktur, dan CEIC

(3)

Premium database. Pengolahan dilakukan dengan uji Hasuman, uji LM, dan uji F untuk menentukan penggunaan common effects, random effects, ataupun fixed effects.

Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Malaysia pada tahun 2005 sampai dengan 2015 dipengaruhi oleh presentase pembentukan modal tetap, jumlah hari proses kepemilikan, dan PPP transportasi. Selain itu, skor perbaikan doing business di ASEAN terpengaruh signifikan dari jumlah hari proses kepemilikan, dan jumlah hari proses kontrak. Di lain sisi, penelitian ini juga mengusulkan perlunya penguatan kelembagaan dalam promosi PPP antar pemerintah dan swasta

Kata kunci: Kontrak, Hak Kepemilikan, PPPs, Pertumbuhan Ekonomi, Data Panel

1. Pendahuluan

Ekonomi kelembagaan memiliki cara pandang yang berbeda dengan teori ekonomi konvensional. Asumsi-asumsi seperti tindakan rasional, atau dimana individu memiliki possibility outcome yang sama menjadi dasar pengembangan ekonomi konvensional. Berbeda dengan aliran itu, ekonomi kelembagaan bermula dari pengembangan normatif mengenai ekonomi. Beberapa tokoh yang terkenal adalah Veblen, Commons, maupun Mitchell. Ekonomi kelembagaan berkembang dengan metodologi dan paradigmanya. Salah satunya adalah cabang ekonomi kelembagaan baru (NIE) yang memiliki tokoh-tokoh seperti Coase, dan Rutherford. Jika menganalisis perkembangan ekonomi kelembagaan lebih menyeluruh, maka dapat ditemukan bahwa terdapat pengertian atau konsepsi yang sama mengenai ekonomi kelembagaan misalnya penegakan hak kepemilikan, dan kontrak. Dari sini dapat dianalisis bahwa proses kelembagaan merupakan sesuatu yang cakupannya sangat luas.

(4)

kegagalan pasar. Ekonomi kelembagaan berupaya agar kegagalan pasar ini dapat dicegah dan diselesaikan permaslahannya.

Dengan konsep demikian, maka ekonomi kelembagaan ingin membangun gagasan agar kelembagaan bisa mencapai efisiensi, meminimalisasi biaya yang ada di pasar akibat transaksi yang tidak sempurna, antara bisnis dengan bisnis, bisnis dengan pemerintah, maupun pemerintah dengan pemerintah. Dalam beberapa aspek NIE dapat dibagi menjadi beberapa jenis studi mulai dari,

 Sejarah Ekonomi baru

 Pilihan publik dan ekonomi politik

 Ekonomi Sosial Baru

 Ekonomi Biaya Transaksi

 Teori tindakan Kolektif

(5)

Ekonomi biaya transaksi (TCE) memiliki beberapa indikator salah satunya adalah Hak kepemilikan dan kontrak. Dua studi ini yang menjadi fokus paper ini selanjutnya. Biaya transaksi merupakan biaya yang digunakan untuk memakai sistem ekonomi yang ada, biaya ini mencakup bukan saja biaya eksplisit tetapi biaya implisit yang ada di masyarakat. Penelitian mengenai TCE jarang di Indonesia, terutama yang memakai pendekatan empiris atau ekonometri, sehingga penelitian ini bisa memberikan sumbangsih bagi penelitian ekonomi kelembagaan.

Di lain sisi, latar belakang indikator hak kepemilikan dan kontrak dipilih sebagai proxy kelembagaan adalah masih lemahnya indikator tersebut di Indonesia melalui laporan Doing Business 2016. Indikator tersebut menyatakan masih lemahnya penegakan aturan, lamanya proses hak kepemilikan bisnis, dan juga tidak terjadinya penekanan kontrak. Walaupun peringkat Indonesia mengalami peningkatan dari 106 ke 91 pada tahun 2017, negara-negara lain juga mengalami peningkatan peringkat yang serupa.

Masa yang penuh kompetisi ini memerlukan stimulus kelembagaan terutama dalam membuat perekonomian bisa tumbuh lebih tinggi lagi. The Economist menunjukkan bahwa masa tahun 2017 akan membuat beberapa teori ekonomi tidak berlaku, selain itu adanya perlambatan global yang dikenal dengan nama stagflation (The World in 2017). Kondisi ini mengharuskan pembuat kebijakan menaruh isu kelembagaan sebagai penyelesai masalah, di samping kondisi aman fiskal dan moneter.

Akan tetapi, permasalahan tidak sesederhana itu, dalam praktik pelaksanaannya masih terdapat kendala dalam kerjasama pemerintah dengan swasta. Kerjasama pemerintah dan swasta dikenal dengan nama public private partnership (PPP). Tujuan kerjasama ini adalah untuk menutup defisit pembiayaan yang dialami pemerintah karena tidak bisa mencukupi kebutuhan. PPP sangat marak dilakukan pada tahun 2016, terutama setelah indeks kemudahan bisnis di Indonesia membaik, bahkan beberapa program PPP mencakup pengairan, infrastruktur dan transportasi. Paper ini membahas secara khusus PPP dalam kerangka transportasi.

(6)

pengaruh public private partnership, kontrak, dan hak kepemilikan terhadap total nilai indeks kemudahan berbisnis di Indonesia.

Dengan demikian, diharapkan paper ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap metodologi ekonomi kelembagaan dalam studi kontrak dan hak kepemilikan.

2. Studi Literatur

Studi empiris mengenai institusi kelembagaan sering dilakukan dengan model probit atau logit, dikarenakan suatu kebijakan perusahaan mengenai kontrak atau transaksi dapat dianalisis melalui binary variabel (0 atau 1). Akan tetapi, studi empiris mengenai institusi kelembagaan terkait TCE dan pertumbuhan ekonomi dilakukan oleh Kovac (2016). Dalam studi tersebut, diidentifikasi implikasi biaya transaksi terhadap pertumbuhan ekonomi. Paper ini menggunakan data antar negara dan antar waktu sehingga menjadi data panel. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan biaya transaksi yang rendah akan menstimulus pertumbuhan ekonomi, setelah mengontrol beberapa variabel. Selain itu, biaya transaksi bisa menjadi studi lanjutan produktivitas antar negara.

Ketika mengaplikasikan PPP dalam konteks kelembagaan, beberapa studi di Tiongkok menunjukkan bahwa terdapat keharusan agar institusi kelembagaan memfasilitasi proyek PPP agar berhasil (Zhang, et al., 2014) karena terdapat faktor-faktor budaya, dan administratif yang mempengaruhi keberhasilan proyek PPP. Terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi PPP (Liu, et al., 2016) seperti business case, kualitas, kapasitas sektor publik, susunan pemerintahan, efektifitas komunikasi, kompetisi, dan keterbukaan proses tender. Dalam penelitian ini, juga dibahas mengenai analisis Australia dan Tiongkok, dan analisis menunjukkan bahwa untuk mencapai kesuksesan PPP diperlukan keterlibatan swasta pemerintah dalam posisi tender.

Proses tender yang ada juga tidak luput dari kontrak yang dibuat. Dalam ekonomi konvensional, diasumsikan bahwa kontrak bisa berjalan sesuai dengan kapasitasnya, pasar begitu sempurna sehingga tidak adaa alasan agar kontrak itu gagal. Namun, asumsi tersebut diubah dalam kerangka ekonomi kelembagaan. Kelembagaan menganalisis bahwa dengan tidak adanya kontrak yang efektif, maka bisa juga mengakibatkan perbedaan atau gap diantara penerimaan pendapatan (Kovac, 2016).

(7)

negara sehingga kerangka demikian memberikan insentif kepada masyarakat agar tidak mengikuti kontrak, sehingga pada gilirannya kontrak menjadi gagal. Kondisi ini diperparah dengan pemerintah yang korup, dan tidak bisa dipercaya. Alhasil, seluruh biaya transaksi menjadi semakin tinggi dan mengurungkan niat pembisnis menyelesaikan kontrak.

Kontrak yang tidak selesai membuat imbal balik/ return dari entitas bisnis tidak terjadi baik melalui perhitungan net present value, di lain sisi kontrak juga harus mempertimbangkan harga yang optimal dalam proses tender (Bonnafous, 2010). Jika tanpa perhitungan yang baik, maka tidak akan memberikan pembiayaan yang surplus. Di lain sisi, ketika suatu proyek PPP telah berhasil, maka diperlukan kerjasama lanjutan dalam penyediaan atau procurement agar kualitas transportasi ataupun infrastruktur berhenti disana. Di Indonesia sendiri, kerjasama PPP telah dianalisis terutama untuk kerjasama bandara udara (Carnis, 2013). Permasalahan yang terjadi untuk PPP bandara udara adalah imbal balik yang kecil ditengah ketersediaan dana yang harus besar. Hampir 63 persen dari pendanaan airport tidak bisa ditutupi oleh pemerintah, sehingga diperlukan kerjasama dengan pihak swasta, dan ‘iklim’ yang lebih baik bagi sektor swasta untuk berinvestasi di bandara udara.

3. Kerangka Teori

Analisis biaya transaksi dalam perekonomian terjadi karena adanya masalah kelembagaan atau institusi. Biaya transaksi mengisyaratkan biaya-biaya yang bukan saja berasal dari nilai moneter tetapi biaya yang dipakai untuk menggunakan sistem ekonomi. Analisis tersebut dikenal dengan biaya transaksi ekonomi (TCE). Selain itu, biaya transaksi ekonomi dapat dibedakan menjadi tiga hal yaitu biaya untuk menyiapkan kontrak, seperti mempersiapkan dan peneyediaan informasi, biaya mengeksekusi kontrak yang melibatkan negosiasi dan pengambilan keputusan, dan yang terakhir adalah biaya pengawasan (Yustika, 2012). Terdapat faktor-faktor yang mengakibatkan biaya transaksi yang tinggi yaitu adanya rasionalitas terbatas dan perilaku yang oportunis dari individu atau organisasi.

(8)

Sehingga dari bagan diatas dapat terlihat bahwa hak milik dan kontrak termasuk faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap biaya transaksi. Ketika kontrak dan hak milik lemah dalam arti pengawasan institusinya maka akan berpengaruh terhadap efisiensi dan efektifitas ekonomi. Untuk melihat efektifitas dan efisien ekonomi, penelitian ini menggunakan pertumbuhan ekonomi sebagai proxy penelitian, di lain sisi, pertumbuhan ekonomi tidak bisa terjadi tanpa determinan output yaitu modal, dan tenaga kerja, sehingga digunakanlah dalam penelitian ini presentase pembentukan modal tetap dan pertumbuhan populasi.

Kontrak merupakan bagian dari analisis biaya transaksi ekonomi. Pengembangan teori ekonomi kontrak terutama terjadi sudah lama dan dianugerahi nobel ekonomi tahun 2016. Pengembangan Hart dan Holmstrom dalam membuat beberapa analisis kontrak yang belum selesai terutama melengkapi teori kontrak. Terdapat penyebab kenapa kontrak bisa tidak selesai salah satunya adalah moral hazard karena sudah dilengkapi dengan asuransi, asuransi tersebut menjadi insentif bagi tiap pihak untuk mundur dari kontrak.

(9)

dipunyai oleh entitas yang memiliki kapabilitas pembuatan ataupun institusi yang telah mengusahakannya karena terkait dengan inovasi yang dimiliki.

4. Metodologi

Analisis dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari beberapa database. Database yang penelitian ini gunakan adalah CEIC premium database yang telah dilanggankan oleh UGM, selain itu, dalam penelitian ini digunakan database Doing Business untuk menganalisis kelembagaan tiap negara. Di lain sisi, untuk mengetahui nilai kontrak PPP tiap negara, penelitian ini menggunakan data infrappp.com.

Data diolah dengan menggunakan Stata 13.0 yang memiliki kelebihan mengolah data panel dengan banyak observasi dan banyak runtut waktu. Data panel digunakan untuk mengurangi beberapa permasalahan yaitu heteroskedastisitas, serial korelasi, maupun multikolinier dalam data tersebut, sehingga bisa dilanjutkan pengolahan data. Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa pengaruh tiap variabel tidak terkait dengan variabel lain dan variance error kontan, sehingga penelitian ini bisa dilanjutkan.

Penelitian ini menggunakan empat model dalam melihat pengaruh hak kepemilikan, dan kontrak terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu akan dilihat pengaruh kontrak dan hak kepemilikan terhadap indeks kemudahan berbisnis. Model ekonometrikanya adalah,

RGDPi ,t=β0+β1Ki ,t+β2Li ,t+β3LPPPi , t+β4dt f¿i , t+β5da y¿i ,t+β6cost¿i ,t…(1)

RGDPi ,t=β0+β1Ki ,t+β2Li ,t+β3LPPPi , t+β4dt fconti ,t+β5da ycont i ,t+β6costconti ,t(2)

dtfoveralli , t=β0+β1LPPPi ,t+β2dt f¿i , t+β3da y¿i ,t+β4cost¿i ,t…(3)

dtfoveralli , t=β0+β1LPPPi ,t+β2dt fconti ,t+β3da ycont i ,t+β4costconti , t…(4)

Pada model (1) dan model (2) analisis difokuskan kepada pengaruh hak kepemilikan dan penegakan kontrak dalam rangka pertumbuhan ekonomi di beberapa negara ASEAN. i menunjukkan observasi negara yang bersangkutan, sedangkan t menunjukkan waktu dari 2005 sampai dengan 2015. RGDP merupakan pertumbuhan PDB Riil tahunan, K merupakan presentase pembentukan modal tetap, L adalah tingkat pertumbuhan populasi. LPPP merupakan logaritma dari jumlah nilai proyek infrastruktur tahunan di negara tertentu.

(10)

Analisis ditentukan dengan pemilihan efek yang tepat (efek common, efek random, atau efek tetap) untuk masing model, lalu akan dilihat bagaimana pengaruh masing-masing variabel terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemudahan bisnis.

5. Analisis

Pertumbuhan ekonomi di lima negara ASEAN memiliki perbedaan karateristik, secara rata-rata dari tahun 2005 sampai dengan 2015, Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Indonesia bisa tumbuh 5,13 persen jauh dari rata-rata global dunia (lebih lengkapnya dapat dilihat di lampiran).

-5

0

5

10

-5

0

5

10

2005 2010 2015

2005 2010 20152005 2010 2015

Indonesia Filipina Thailand

Vietnam Malaysia

rg

dp

tahun Graphs by id

(11)

kepemilikan dan kontrak yang ada di negara masing-masing sehingga bisa dibandingkan dengan praktik terbaik bisnis.

50

60

70

80

50

60

70

80

2005 2010 2015

2005 2010 20152005 2010 2015

Indonesia Filipina Thailand

Vietnam Malaysia

O

ve

ra

ll

D

T

F

tahun Graphs by id

(12)

20

Negara Indonesia memiliki kendala pada masalah kontrak karena membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih besar dalam hal penanganan kontrak. Negara yang mengalami perkembangan signifikan yaitu Malaysia terkait hak kepemilikan yang dijamin. Permasalahan utama yang hampir sama dengan negara-negara ASEAN yaitu masalah kontrak. Permasalahan Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam hampir serupa yaitu nilai tdf kontrak yang lebih rendah dibandingkan hak kepemilikan.

(13)

(0.293)

Model (1) menggunakan OLS biasa karena Uji LM tidak ditolak (hasil lengkap uji pada model dapat dilihat di lampiran). Pada model (1) dapat dianalisis bahwa pertumbuhan PDB riil dipengaruhi oleh kenaikan presentasi pembentukan modal tetap, selain itu, terdapat variabel dari hak kepemilikan yang signifikan yaitu nilai dtf, jumlah prosedur, jumlah hari untuk mendapat hak kepemilikan, dan biaya untuk mendapat kepemilikan. Di kasus beberapa negara ASEAN, pertumbuhan PDB riil bisa ditingkatkan dengan menurunkan biaya memproses hak kepemilikan, hal ini akan membuat investor merasa aman.

Di sisi lain, jika melihat faktor penegakan kontrak (model (2)), variabel yang signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan PDB Riil yaitu nilai dtf kontrak dan presentase biaya klaim kontrak. Semakin rendah presentase klaim penegakan kontrak maka pertumbuhan PDB riil akan semakin baik.

(14)

registeringpropertyproceduresnum -0.535 transportasi mempengaruhi kemudahan berbisnis di suatu negara. Studi ini menunjukkan bahwa peningkatan 0.0030 sampai 0.0056 persen nilai proyek transportasi PPP akan meningkatkan nilai DTF sebanyak 1 poin. Selain itu, nilai kemudahan berbisnis dipengaruhi signifikan oleh biaya, dan jumlah prosedur dari hak kepemilikan dan penegakan kontrak. Agar kemudahan berbisnis di negara dapat meningkat, maka diperlukan efisiensi dan efektifitas dari sistem kepengurusan hak kepemilikan dan penegakan kontrak.

6. Kesimpulan dan Kebijakan

(15)

Namun, besaran nilai PPP transportasi berpengaruh signifikan terhadap nilai total kemudahan berbisnis. Dari analisis tersebut, pemerintah bisa meningkatkan kemudahan berbisnis dengan menambah jumlah proyek terkait PPP transportasi, mengingat transportasi merupakan barang publik yang harus disiapkan oleh pemerintah. Selain itu, kemudahan berbisnis juga dipengaruhi siginifkan oleh jumlah hari dan prosedur dari hak kepemilikan dan kontrak, sehingga pemerintah harus menurunkan jumlah prosedur dan hari agar institusi kelembagaan menjadi efisien dan efektif.

LAMPIRAN

(16)
(17)

Prob > chibar2 = 1.0000 chibar2(01) = 0.00 Test: Var(u) = 0

u 0 0 e .0223597 .1495316 rgdp 1.242791 1.114805 Var sd = sqrt(Var) Estimated results:

rgdp[id,t] = Xb + u[id] + e[id,t]

H0 tidak ditolak lebih baik meggunakan pooled least square

Uji F model (2)

F test that all u_i=0: F(4, 2) = 19.34 Prob > F = 0.0498 H0 ditolak maka lebih baik menggunakan fixed effect

Uji LM model (3)

Prob > chibar2 = 1.0000 chibar2(01) = 0.00 Test: Var(u) = 0

u 0 0 e 3.998156 1.999539 overall~f 76.60318 8.752325 Var sd = sqrt(Var) Estimated results:

overalldtf[id,t] = Xb + u[id] + e[id,t]

Breusch and Pagan Lagrangian multiplier test for random effects

H0 tidak ditolak lebih baik menggunakan pooled least square

(18)

(V_b-V_B is not positive definite) Prob>chi2 = 0.0221

= 11.44

chi2(4) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B) Test: Ho: difference in coefficients not systematic

B = inconsistent under Ha, efficient under Ho; obtained from xtreg b = consistent under Ho and Ha; obtained from xtreg enforcingc~m .4942704 .1873448 .3069256 .1148194

enforcingc~s -.1080403 -.0018344 -.1062059 .0405382 enforcingc~f .2978538 .836931 -.5390773 . lppp .3050214 1.252757 -.9477353 .

f r Difference S.E.

(b) (B) (b-B) sqrt(diag(V_b-V_B)) Coefficients

H0 ditolak, lebih baik menggunakan fixed effect

REFERENSI

Bonnafous, Alain. 2010. “Programming, optimal pricing and partnership contract for infrastructure”.

Research in Transportation Economics. Vol. 30. 15-22

Cameron, A. Colin. 2007. “Panel Data methods for econometrics using Stata”. Presentation for West Coast Stata Users’ Group Meeting

Carnis, Laurent dan Eny Yuliawati. 2013. “Nusantara: Between sky and earth could the PPP be the solution for Indonesian airport infrastructures”. Case Studies on Transport Policy. Vol. 1.18-26 Iossa Elisabetta, dan David Martimort. 2015. “Corruption in PPPs, Incentives and Contract

Incompleteness”. International Journal of Industrial Organization. DOI: 10.1016/j.ijindorg.2015.10.007

Kovac, Mitja dan Rok Spruk. 2016. “Institutional development, transaction costs and economic growth: evidence from a cross country investigation”. Journal of Institutional Economics. Vol 12(1). 129-159

Kruger, Niclas A. 2012. “To kill a real option – Incomplete contracts, real options and PPP”.

(19)

Liu, Tinting, et al. 2016. “Identifying critical factors affecting the effectiveness and efficiency of tendering processes in PPPs: A comparative analysis of Australia and China”. International Journal of Project Management. Vol. 34. 701-716

Royal Swedish Academy of Sciences. 2016. “Contract Theory”. The Prize in Economics Sciences:

Popular Background.

https://www.nobelprize.org/nobel_prizes/economic-sciences/laureates/2016/popular-economicsciences2016.pdf. Diakses 30 November 2016

Royal Swedish Academy of Sciences. 2016. “Oliver Hart and Bengt Holmstrom: Contract Theory”.

Scientific Background on the Economics Sciences Nobel 2016.

https://www.nobelprize.org/nobel_prizes/economic-sciences/laureates/2016/advanced-economicsciences2016.pdf. Diakses 30 November 2016

Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Gambar

Tabel 2 Hasil Uji-Uji

Referensi

Dokumen terkait

Misalkan v adalah titik dalam G dengan derajat , maka setiap titik lain adjacent dengan v sehingga {v} adalah himpunan dominasi dari graf G, dengan bilangan dominasi

Nilai indeks keanekaragaman jenis yang tergolong sedang pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan bahwa stasiun pengamatan mulai mengalami tekanan ekologis sehingga

Pendataan keluarga dilakukan dengan mengunjungi rumah setiap keluarga yang ada dalam lingkungan area kerja Puskesmas Tegal Sari dan petugas pelayanan

20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26, ayat (6):bahwa hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil pendidikan formal setelah

 Jika sampel ditarik dari populasi yang terdistribusi normal, maka distribusi sampling dapat didekati dengan distribusi...(14).  Jika standar deviasi populasi tidak diketahui,

Suspensi ibuprofen yang dihasilkan mempunyai organoleptis, massa jenis dan viskositas yang tidak  stabil setelah penyimpanan selama 30 hari. F2 mempunyai ketabilan fisik

Indikasi imunosupresi yang dapat memicu CRD pada kelompok ayam broiler ini adalah infeksi virus Gumboro, CAV, avian retrovirus dan disertai pula oleh adanya kekurangan nutrisi

Bagaimana cara merancang media pembelajaran film animasi pendek 2D tentang penerapantrik dasar menghafal yang efektif untuk mengingat maupun menghafal cepat dengan metode