• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Perdata Hukum Waris menurut hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "H. Perdata Hukum Waris menurut hukum "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum Waris Yang Berlaku di Indonesia

http://www.gultomlawconsultants.com/hukum-waris-yang-berlaku-di-indonesia/#

July 1, 2014By Obbie Afri Gultom0 Comments

Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang meninggal dunia, dengan kata lain, mengatur peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta akibat – akibatnya bagi ahli waris

Hukum Waris yang berlaku di Indonesia ada tiga yakni Hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Perdata. Setiap daerah memiliki hukum yang

berbeda-beda sesuai dengan sistem kekerababatan yang mereka anut.

Berdasarkan Surat Mahkamah Agung (“MA”) RI tanggal 8 Mei 1991 No.

MA/kumdil/171/V/K/1991 ditentukan mengenai ketentuan kewenangan hukum berdasarkan masing-masing kelompok Penduduk di Indonesia yaitu::

Penduduk Asli Indonesia, berlaku Hukum Adat;

Orang Belanda, Eropa dan yang dipersamakan dengan itu berlaku Hukum Perdata BW;

Keturunan Tiong Hoa sejak tahun 1919 berlaku Hukum Perdata Barat

Keturunan Timur Asing Lainnya (Arab, Hindu, Pakistan dan Lain-lain) dalam Pewarisan Berlaku Hukum Negara Leluhurnya.

Namun setelah lahirnya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991 atau yang disebut Kompilasi Hukum Islam (“KHI”), masalah Pewarisan bagi Penduduk Indonesia yang beragama Islam diatur dalam Buku II Hukum Kewarisan (Pasal 171-214) KHI tersebut, adapun lembaga pengawas atas pewarisan tersebut adalah Peradilan Agama.

(2)

UU No. 7 / 1989 tentang Peradilan Agama. Fatwa Waris dikeluarkan oleh Pengadilan Agama atas dasar permohonan ahli waris. Fatwa Waris berlaku sebagai keterangan siapa saja yang berhak untuk mewarisi harta peninggalan si Pewaris (ahli waris). Berdasarkan Fatwa Waris tersebut, Notaris/PPAT dapat menentukan siapa saja yang berhak untuk menjual tanah warisan dimaksud.

Berkenaan dengan itu, dalam prakteknya yang terjadi sekarang banyak dari Penduduk warga Negara Indonesia yang beragama selain Islam lebih memilih dan memakai Hukum Waris yang diatur dalam KUHPerdata daripada Hukum Waris yang ditentukan sesuai dengan isi “Fatwa Waris MA”, adapun upaya ini sering disebut dengan “Penundukan secara Sukarela” dan diperbolehkan berdasarkan Pasal 131 ayat (2) huruf b yang menjelaskan bahwa:

“Untuk orang-orang Indonesia, golongan Timur Asing atau bagian-bagian dari golongan-golongan itu, yang merupakan dua golongan dari penduduk, sepanjang kebutuhan masyarakat megnghendaki, diberlakukan baik ketentuan perundang-undangan untuk golongan Eropa, sedapat mungkin dengan mengadakan

perubahan-perubahan seperlunya, maupun ketentuan perundang-undangan yang sama dengan golongan Eropa, sedangkan untuk hal-hal lain yang belum diatur di situ, bagi mereka berlaku peraturan hukum yang bertalian dengan agama dan adat-kebiasaan mereka, yang hanya dapat menyimpang dari itu, apabila temyata

kepentingan umum atau kebutuhan masyarakat menghendakinya”

Sehingga dengan adanya fasilitas Penundukan secara sukarela ini, sebagian besar Penduduk Indonesia yang beragama selain Islam melaksanakan kegiatan

pewarisannya berdasarkan KUHPerdata. Oleh karena kecenderungan seperti itu banyak yang berspekulasi bahwa Hukum Kewarisan di Indonesia yang berlaku hanya 2 (dua) yaitu Hukum Kewarisan Islam berdasarkan KHI dan UU No. 3/ 2006 untuk Penduduk Indonesia yang beragama Islam dan Hukum Kewarisan Perdata Barat berdasarkan KUHPerdata untuk Penduduk Indonesia selain Islam. Pernyataan adalah salah meskipun dalam prakteknya terjadi demikian. Akan tetapi Hal tersebut tidak merubah keberlakukan Hukum Adat dan Hukum Agama masing-masing dari Penduduk Selain Islam untuk diterapkan.

(3)

mereka menginginkan untuk menggunakan KUHPerdata dalam penyelesaian

Kewarisan mereka maka hal itu diperbolehkan. Karena dalam prakteknya demikian, Penulis hanya membatasi pembahasan mengenai Hukum Kewarisan selain Islam khusus hanya sebatas Hukum Kewarisan menurut KUHPerdata sebagaimana banyak digunakan dalam praktek.

Dasar Hukum:

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“BW”);

Surat Mahkamah Agung No. MA/kumdil/171/V/K/1991 (“Surat MA Tahun 1991”)

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 (“UU No.3 / 2006”) tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (“UU No.7 / 1989”)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (“UU No.1/1974”)

Mengenal Hukum Waris di Indonesia

https://www.futuready.com/artikel/keuangan/mengenal-hukum-waris-di-indonesia

(4)

Mengenal Hukum Waris di Indonesia

Warisan sering menimbulkan perselisihan dan bahkan pecahnya persaudaraan. Untuk itu mengenal hukum waris sangat penting.

Pengaturan hukum waris merupakan hal yang cukup rumit dan sering kita jumpai sebagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun peliknya hukum waris dan tata cara pembagian warisan membuat orang menomor duakan masalah ini.

Sebenarnya melakukan perencanaan dana warisan

sangat penting. Namun agar tidak timbul perselisihan yang tak jarang terjadi saat membicarakan warisan, Anda harus terlebih dahulu memahami hukum waris di Indonesia.

Apa itu hukum waris?

Menurut pakar hukum Indonesia, Prof.Dr. Wirjono Prodjodikoro (1976), hukum waris diartikan sebagai hukum yang mengatur tentang kedudukan harta kekayaan

seseorang setelah ia meninggal dunia (pewaris), dan cara-cara berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain (ahli waris).

Meskipun pengertian hukum waris tidak tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata, namun tata cara pengaturan hukum waris tersebut diatur oleh KUH Perdata.

Sedangkan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991, pengertian hukum waris adalah hukum yang mengatur pemindahan hak pemilikan atas harta

peninggalan pewaris, lalu menentukan siapa saja yang berhak menjadi ahli waris dan berapa besar bagian masing-masing.

(5)

Saat membicarakan hukum waris ada beberapa unsur yang harus Anda tahu:

1. Pewaris: Orang yang meninggal dunia atau orang yang memberikan warisan disebut pewaris. Biasanya pewaris melimpahkan baik harta maupun kewajibannya (hutang) kepada orang lain (ahli waris).

2. Ahli waris: Orang yang menerima warisan disebut sebagai ahli waris yang diberi hak secara hukum untuk menerima harta dan kewajiban (hutang) yang ditinggalkan oleh pewaris.

3. Harta warisan: warisan yaitu segala sesuatu yang diberikan kepada ahli waris untuk dimiliki pewaris, baik itu berupa hak atau harta seperti rumah, mobil, dan emas maupun kewajiban berupa hutang.

Hukum waris di Indonesia

Hingga kini belum ada hukum waris di Indonesia yang berlaku secara nasional. Namun ada tiga hukum waris yang berlaku di Indonesia, yaitu hukum waris adat, hukum waris Islam, dan hukum waris perdata. Masing-masing hukum waris itu memiliki aturan yang berbeda-beda dan berikut penjelasannya secara umum:

- Hukum Waris Adat:

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku bangsa, agama, dan adat-istiadat yang berbeda satu dengan lainnya. Hal itu mempengaruhi hukum yang berlaku di tiap golongan masyarakat yang dikenal dengan sebutan hukum adat.

Menurut Ter Haar, seorang pakar hukum dalam bukunya yang berjudul Beginselen en Stelsel van het Adatrecht (1950), hukum waris adat adalah aturan-aturan hukum yang mengatur penerusan dan peralihan dari abad ke abad baik harta kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud dari generasi pada generasi berikut.

(6)

Oleh karena itu, hukum waris adat banyak dipengaruhi oleh struktur

kemasyarakatan atau kekerabatan. Di Indonesia hukum waris mengenal beberapa macam sistem pewarisan. Apa saja?

1. Sistem keturunan: sistem ini dibedakan menjadi tiga macam yaitu sistem

patrilineal yaitu berdasarkan garis keturunan bapak, sistem matrilineal berdasarkan garis keturunan ibu, dan sistem bilateral yaitu sistem berdasarkan garis keturunan kedua orang tua.

2. Sistem Individual: berdasarkan sistem ini, setiap ahli waris mendapatkan atau memiliki harta warisan menurut bagiannya masing-masing. Pada umumnya sistem ini diterapkan pada masyarakat yang menganut sistem kemasyarakatan bilateral seperti Jawa dan Batak.

3. Sistem Kolektif: ahli waris menerima harta warisan sebagai satu kesatuan yang tidak terbagi-bagi penguasaan ataupun kepemilikannya dan tiap ahli waris hanya mempunyai hak untuk menggunakan atau mendapat hasil dari harta tersebut. Contohnya adalah barang pusaka di suatu masyarakat tertentu.

4. Sistem Mayorat: dalam sistem mayorat, harta warisan dialihkan sebagai satu kesatuan yang tidak terbagi dengan hak penguasaan yang dilimpahkan kepada anak tertentu. Misalnya kepada anak tertua yang bertugas sebagai pemimpin keluarga menggantikan kedudukan ayah atau ibu sebagai kepala keluarga, seperti di masyarakat Bali dan Lampung harta warisan dilimpahkan kepada anak tertua dan di Sumatra Selatan kepada anak perempuan tertua.

- Hukum Waris Islam:

Hukum waris Islam berlaku bagi masyarakat Indonesia yang beragama Islam dan diatur dalam Pasal 171-214 Kompilasi Hukum Indonesia, yaitu materi hukum Islam yang ditulis dalam 229 pasal. Dalam hukum waris Islam menganut prinsip

(7)

Menurut hukum waris Islam ada tiga syarat agar pewarisan dinyatakan ada sehingga dapat memberi hak kepada seseorang atau ahli waris untuik menerima warisan:

1. Orang yang mewariskan (pewaris) telah meninggal dunia dan dapat di buktikan secara hukum ia telah meninggal. Sehingga jika ada pembagian atau pemberian harta pada keluarga pada masa pewaris masih hidup, itu tidak termasuk dalam kategori waris tetapi disebut hibah.

2. Orang yang mewarisi (ahli waris) masih hidup pada saat orang yang mewariskan meninggal dunia.

3. Orang yang mewariskan dan mewarisi memiliki hubungan:

A. Hubungan keturunan atau kekerabatan, baik pertalian garis lurus ke atas seperti ayah atau kakek dan pertalian lurus ke bawah seperti anak, cucu, paman, dll.

Hubungan pernikahan, yaitu suami atau isteri. Pernikahan itu harus memenuhi dua syarat:

1. Perkawinan sah menurut syariat islam, yakni dengan akad nikah yang memenuhi rukun dan syarat-syaratnya.

2. Saat terjadi pewarisan salah satu pihak suami atau istri tidak dalam keadaan bercerai.

B. Apabila seseorang meninggal dunia tidak meninggalkan orang yang mewarisi maka hartanya akan diserahkan kepada baitul Mal (perbendaharaan Negara Islam) untuk dimanfaatkan untuk kepentingan umat islam.

- Hukum Waris Perdata:

(8)

Hukum waris perdata menganut sistem individual dimana setiap ahli waris mendapatkan atau memiliki harta warisan menurut bagiannya masing-masing. Dalam hukum waris perdata ada dua cara untuk mewariskan:

1. Mewariskan berdasarkan undang-undang atau mewariskan tanpa surat wasiat yang disebut sebagai Ab-instentato, sedangkan ahli warisnya disebut Ab-instaat. Ada 4 golongan ahli waris berdasarkan undang-undang:

- Golongan I terdiri dari suami istri dan anak-anak beserta keturunannya

- Golongan II terdiri dari orang tua dan saudara-saudara beserta keturunannya

- Golongan III terdiri dari kakek, nenek serta seterusnya ke atas

- Golongan IV terdiri dari keluarga dalam garis menyamping yang lebih jauh, termasuk saudara-saudara ahli waris golongan III beserta keturunannya

2. Mewariskan berdasarkan surat wasiat yaitu berupa pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya setelah ia meninggal dunia yang oleh si pembuatnya dapat diubah atau dicabut kembali selama ia masih hidup sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 992. Cara pembatalannya harus dengan wasiat baru atau dilakukan dengan Notaris.

Syarat pembuatan surat wasiat ini berlaku bagi mereka yang sudah berusia 18 tahun atau lebih dan sudah menikah meski belum berusia 18 tahun. Yang termasuk golongan ahli waris berdasarkan surat wasiat adalah semua orang yang ditunjuk oleh pewaris melalui surat wasiat untuk menjadi ahli warisnya.

Contoh - Contoh Cara Pembagian

Waris

(9)

Grafik Silsilah Kelurga

Di dalam sebuah keluarga besar terdiri dari seorang bapak/kakek, ibu/nenek, suami, isteri, anak laki-laki, dan 2anak perempuan, bagaimanakah cara pembagian

warisnya jika salah satu dari mereka mati ?

(Status ahli waris bisa berubah sesuai atau dinisbatkan dengan si mati).

Soal 1. Jika (C)suami meninggal dunia, siapa sajakah ahli warisnya, dan berapakah bagiannya ?

Gambar 1. Tata Cara Pembagian Waris.

Penjelasan:

-Sisa 13 harus dibagi rata menjadi 4 (2 bagian untuk anak perempuan+2 bagian untuk seorang anak laki-laki).

-Kalau tidak bulat hasilnya, kalikan saja 13 x 4, kalikan juga hasil bagian ahli waris lain dan penyebutnya dengan angka yang sama: 4.

Mudah kan ?

(10)

Gambar 2. Penyelesaian Soal 2

Penjelasan:

Kolom A. Status ahli waris harus selalu dinisbatkan dengan si mati. Karena yang meninggal bapak maka terjadi perubahan status: "Ibu" berubah menjadi "isteri (nya si mati)". "Suami" berubah menjadi "Anak (nya si mati)". B2 tidak dapat karena cuma besan - D bukan ahli waris karenamenantu - E,F,G, dalam hal ini adalah cucu, tidak mendapat bagian waris karena terhalangoleh bapaknya (C).

Kolom B,C dan D rasanya cukup mudah dipahami.

Soal 3. Jika yang meninggal adalah E (Anak Laki-laki) siapa sajakah ahli warisnya, dan berapa bagian masing-masing ?

Penjelasan:

Kolom A. (C) "Suami" berubah menjadi "Bapak (nya si mati)". (D) "Isteri " berubah Menjadi "Ibu (nya si mati)". F dan G berubah menjadi "Saudara perempuan (nya si mati)".

Gambar 3. Penyelesaian soal 3.

Kolom B. Mestinya ibu mendapat bagian 1/3 karena si mati tidak punya anak, tetapi karena si mati memiliki 2 saudara atau lebih ( di sini F dan G) maka bagian ibu menjadi 1/6. (Q.S. An-Nisa: 11). Akan halnya saudara-saudara perempuan, mereka tidak mendapat bagian karena terhalang oleh "Bapak", kehadiran mereka hanya mengurangi bagian ibu dari 1/3 menjadi 1/6.

Soal 4.

Assalamu'alaikum wr.wb ustaz yg dirahmati Allah.

Ibu sy wafat 15 thn yg lalu saat itu msh ada kakek&nenek. Namun saat itu warisan belum dibagi. Kemudian ayah sy wafat 1 tahun yg lalu dg meninggalkan istri (tanpa anak) & selama menikah dg beliau tidak ada aset yg bertambah hanya

(11)

& rumah) yg org tua tinggalkan. Apakah ibu tiri & nenek (dr ibu) masih dapat hak waris?

Sy minta arahan dr ustaz. Jazakumullah khairan katsiro. Jawab:

'Alaikum salam wr. wb.

Terima kasih telah memberi kesempatan saya untuk membantu menyelesaikan masalah waris pada keluarga anda.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembagian waris menurut hukum Islam, diantaranya:

1. Yang disebut HARTA WARISAN adalah : semua harta peninggalan dari si mati (saja), baik dari perolehan, peninggalan, pemberian atau dari jalan manapun yang telah dinyatakan sah sebagai milik ybs. jadi pisahkan dulu, mana yang harta milik ayah, dan mana yang milik ibu.

2. Jika yang meninggal lebih dari satu orang dengan ahli waris yang berbeda, maka proses pembagiannya dipisahkan berdasarkan urutan kronologis kematian.

A. DATA INPUT:

* Yang meninggal: ibu dan ayah.

* Ahli waris: kakek (ayahnya ibu anda), nenek (ibunya ibu anda), ayah, isteri (ibu tiri anda), anak laki-laki dan anak perempuan

* Harta pusaka : rumah dan tanah. B. PERTANYAAN:

[1].Cara pembagian waris keluarga anda

[2].Waktu pembagian: jika belum berniat menjual harta pusaka. [3].Apakah ibu tiri dan nenek dari ibu masih dapat hak waris ? C. JAWABAN:

[1]. Cara pembagian waris dalam keluarga anda adalah,sbb.: 1.A. Ketika ibu anda meninggal dunia (lihat lampiran tabel 1) 1.B. Ketika ayah anda meninggal dunia (lihat lampiran tabel 2)

[2]. Waktu pembagian waris:

- Jika memungkinkan, sebaiknya harta warisan dibagikan secepatnya, agar para ahli waris sempat menikmati hak bagiannya, disamping mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

- Akan tetapi jika karena alasan tertentu hendak ditunda, silakan saja asal semua ahli waris menyepakatinya, dan tidak ada kekhwatiran ada kemudharatan/kerugian. [3]. -Ibu tiri tidak mendapat waris jika yang meninggal adalah anak tiri, tetapi jika yang meninggal adalah suaminya, maka dia beroleh bagian waris karena statusnya sebagai "Isteri" (lihat tabel 2).

(12)

SARAN:

Sebaiknya saat pembagian warisan, dibuatkan semacam berita acara yang

ditandatangani semua ahli waris dan para saksi, untuk menghindari pengingkaran, sengketa dan tuntutan di kemudian hari.

Semoga bermanfaat.

Soal 5.

Assalaamu'alaikum. Wr. Wb.

Selamat siang pak Ustadz. Terimakasih atas responnya. Saya mengirim infaq dengan maksud meminta bantuan pak ustadz atas masalah pembagian waris menurut islam .

Adapun kronologisnya sebagai berikut :

Pada saat ibu saya meninggal, hal2 yang ditinggalkan adalah : - Bapak saya

- Harta yg didapat selama pernikahan bpk ibu sebesar 250jt rupiah. -4 anak laki2 dan 6 anak perempuan.

- kedua orangtua ibu .

Selama hidup ibu saya adalah bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sepeninggal ibu, 2 anak laki dan kedua orang tua ibu meninggal dunia. Kemudian bapak saya menikah lagi dengan ibu baru dan dikaruniai 1 anak

perempuan dan 1 anak laki. Kemudian Bapak saya meninggal dunia dengan harta yang ditinggalkan selama menikah dengan ibu baru tsb sebesar 150jt rupiah. Pekerjaan ibu baru adalah juga ibu rumah tangga. Saat meninggal kedua orang tua dari bpk saya sdh meninggal duluan.

Dengan kronologis tersebut mohon bantuan ustadz bagaimana pembagian warisnya.

Atas bantuan ustadz kami ucapkan terimakasih. Wass. Wr. Wb.

Jawab.

'Alaikum salam Wr. Wb.

Ibu xxx yang dirahmati Allah, terima kasih ibu telah menghubungi kami dan berkomitmen dengan pembagian waris berdasarkan syari'at Islam. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pembagian waris ini, diantaranya: 1. Bahwa yang dimaksud harta warisan adalah harta peninggalan yang sah menjadi milik si mati (saja), bukan harta gono-gini sebagaimana yang dipakai dalam hukum adat dan hukum waris negara (KHI). Hitunglah berapa kira-kira besaran saham (kepemilikan ibu anda dalam 250 juta itu), jika sulit, bisa diambil kesepakatan dengan semua ahli waris, hal ini dibenarkan menurut syari'at, (silakan baca artikel kami, ( Harta Gono-Gini )

Untuk pembagian waris kasus keluarga anda, silakan anda cari tahu kepemilikan saham masing-masing alm./almarhumah; saya akan berasumsi bahwa 250 juta yang pertama milik ibu semua, dan 150 juta yang kedua adalah milik bapak semua; anda cukup memperhatikan prosentase perolehan masing-masing ahli waris.

(13)

keluarga,perkawinan, serta masih hidup saat pewaris meninggal dunia. Maka 2 saudara laki-laki sekandung anda yang meninggal sebelum bapak, hanya mendapat bagian dari warisan ibu saja, yang bagiannya diserahkan kepada ahli warisnya. INPUT DATA: (Kasus I):

1. Pewaris: ibu

2. Harta warisan: Rp. 250 juta.(belum dipilah berapa yang milik ibu) 3. Ahli waris:

- Suami - Ayah - Ibu

- 4 Anak laki-laki - 6 Anak perempuan INPUT DATA (Kasus II): 1. Pewaris: Bapak

2. Harta Warisan: Rp. 150 juta (belum dipilah berapa yang milik bapak) 3. Ahli Waris:

- Isteri (kedua): - 3 Anak laki-laki - 7 Anak perempuan PERTANYAAN:

- Bagaimana pembagian warisnya ? JAWABAN:

A. Saat Ibu meninggal dunia, ahli waris dan bagiannya adalah, sbb.:

Keterangan:

- Anak laki-laki dan perempuan mendapat sisa (ashabah) sebesar 5/12, dengan komposisi bagian anak laki-laki = 2x bagian anak perempuan.

- Karena 5 tidak bisa dibagi 12, maka 12-nya dikali jumlah bagian anak =14 (lihat kolom X); dan bagian ahli waris yang lain juga mengikuti dikalikan 14.

(14)

Gambar

Grafik Silsilah Kelurga
Gambar 3. Penyelesaian soal 3.

Referensi

Dokumen terkait

Selain dipengaruhi oleh kadar air, rendemen juga dipengaruhi oleh komponen- komponen bahan organik yang hilang serta losses disebabkan oleh mengkudu yang

Dalam upaya mengenal, memahami dan mengelola Organisasi Siswa Inmtra Sekolah (OSIS) perlu keje;lasan mengenai Pengertian, Fungsu dan Tujuan Serta Struktur Organisasi Siswa

memproduksi dari serat hingga menjadi benang sampai menjadi kain jadi... Asset / Kekayaan yang dimiliki oleh PT. Daya Manunggal :.. Mesin

bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya menerima yang baik-baik saja. 2) Motivasi negative (insentif negatif), seorang manajer memotivasi karyawannya dengan

Konsep perlindungan anak mengakui bahwa karena kemampuan anak-anak masih terus berkembang, mereka mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan dari kedua orang tuanya dan

[r]

Menurut Hartono (2000) dalam Subalno (2009) semakin tinggi risiko suatu investasi, maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan oleh investor, sehingga

Berbagai program sudah dilakukan ALZI untuk meningkatkan kepedulian publik mengenai demensia alzheimer, khususnya cara merawat orang dengan demensia seperti dalam