• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Ekonomi Lokal Kabupaten Asa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Ekonomi Lokal Kabupaten Asa"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Latar Belakang Masalah

Ekonomi wilayah merupakan suatu sub disiplin ilmu yang membahas dan menganalisis suatu wilayah secara keseluruhan atau melihat berbagai wilayah dengan potensinya yang beragam beserta cara mengatur suatu kebijakan yang dapat mempercapat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah (Eko Budi Santoso, 2013). Salah satu kebijakan yang diharapkan mampu meningkatkan ekonomi seluruh wilayah di Indonesia adalah otonomi daerah yang memberikan peluang secara mandiri bagi tiap wilayah untuk mengembangkan perekonomiannya berdasarkan potensi yang ada di wilayah tersebut.

Akan tetapi adanya era otonomi daerah yang dipersiapkan menjadi katalisator peningkatan ekonomi wilayah di Indonesia, justru menimbulkan masalah baru yaitu diparitas pertumbuhan ekonomi antar wilayah akibat tidak mampunya pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya asli daerah. Untuk itu perlu adanya suatu kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal berbasis potensi ekonomi daerah. Potensi ekonomi daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat mendorong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan (Suparmoko, 2002).

Menurut Arsyad dalam Sadau (2002), untuk dapat menentukan sektor potensi ekonomi lokal maka dapat digunakan teori basis ekonomi. Inti dari teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu wilayah berhubungan dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah.

Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Wilayah ini memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar mulai dari perkebunan, peternakan, perikanan, hidroenergi, wisata alam, hingga industri. Namun kurangnya fokus kerja pemerintah dalam pengembangan sektor unggulan mengakibatkan perekonomian Kabupaten Asahan semakin tahun semakin menurun (Hutasoit, 2013).

(2)

Asahan melalui kondisi faktual yang dihubungkan dengan literatur terkait serta perbandingan penerapan pengembangan ekonomi lokal di contoh wilayah studi kasus lain.

Gambaran Umum Studi Kasus

Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor Potensial di

Kabupaten Asahan

Konsentrasi pembangunan perekonomian Kabupaten Asahan pada tahun 2010 masih tetap mengarah kepada pembangunan pertanian, infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan bidang perekonomian lainnya. Jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Asahan pada tahun 2009 mengalami penurunan. Penurunan ini diakibatkan oleh adanya penurunan potensi produk komoditi unggulan pada beberapa sektor. Hal ini terjadi akibat adanya beberapa pergeseran alih fungsi lahan pertanian serta kurangnya penanganan khusus pada sektor basis berdasarkan partisipasi masyarakat . Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Asahan pada tahun 2009 adalah sebesar 4,67% mengalami penurunan sebesar 0,29% dari kondisi tahun 2008 sebesar 4,96%. Terjadinya penurunan ini bukan hanya semata-mata diakibatkan oleh kebijakan pemerintah daerah. Namun juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional dan regional bahkan internasional (pemkab-asahan.go.id).

Melihat kondisi tersebut, Taufik Zainal Abidin melalui jurnalnya yang berjudul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor Potensial di Kabupaten Asahan”, telah mengkaji tiga rumusan permasalahan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Asahan yaitu mencari sektor – sektor ekonomi yang paling strategis dan potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi wilayah, meneliti keterkaitan wilayah studi dengan daerah – daerah di sekitarnya yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi, dan merumuskan strategi sektoral yang tepat untuk mendukung ketercapaian pertumbuhan ekonomi guna mengembangkan sektor – sektor potensial yang ada.

(3)

sektor yaitu pertanian, industri, serta listrik, gas , dan air minum sebagai sektor yang paling potensial untuk mendorong perekonomian Kabupaten Asahan.

Kedua, untuk mengetahui kemajuan sektor unggulan dan keterkaitan secara ekonomi dengan wilayah di sekitarnya maka dilakukan analisis Shiff-Share. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa sektor unggulan memiliki pertumbuhan yang cepat dengan daya saing yang baik terhadap wilayah lain. Selain itu Kabupaten Simalungun dan Kota Tanjung Balai mempunyai keterkaitan ekonomi yang sangat kuat dengan Kabupaten Asahan karena nilai elastisitasnya lebih besar dari 1.

Ketiga, untuk dapat menetapkan strategi sektoral yang tepat maka digunakan analisis SWOT. Hasil dari analisis ini adalah berupa rekomendasi strategi Stregths – Opportunities yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi tersebut diantaranya adalah meningkatkan potensi sumber daya alam terutama pada sektor yang menjadi basis utama, memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki untuk menarik investor dan bekerjasama dengan pihak swasta, serta mengoptimalkan koordinasi antara dalam peningkatan produksi dan pemanfaatan perkembangan teknologi.

Tinjauan Pustaka

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)

Menurut Kementrian PU dalam Acuan Penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal (2012), definisi Pengembangan Ekonomi Lokal adalah terjalinnya kerja sama kolektif antara pemerintah, dunia usaha serta sektor non pemerintah dan masyarakat untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan secara optimal sumber daya yang dimiliki dalam upaya merangsang dan menciptakan perekonomian lokal yang kuat, mandiri dan berkelanjutan. Konsep pengembangan ekonomi ini memiliki beberapa sasaran dan tujuan, yaitu :

- Mengembangkan dan membangun kerja sama yang positif antar daerah

- Meningkatkan daya saing ekonomi daerah terhadap daerah lain

- Meningkakan pendapatan dan memperbaiki distribusi pendapatan masyarakat

- Memeratakan dan menciptakan lapangan kerja

(4)

Teori Basis Ekonomi

Menurut Tarigan (2007, h.28), teori basis ekonomi merupakan suatu pandangan yang beranggapan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu kegiatan basis dan non basis. Kegiatan basis mengekspor barang dan jasa ke luar batas perekonomian masyarakat setempat, sedangkan kegiatan non basis tidak mengekspor melainkan hanya kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di dalam wilayah itu sendiri. Triyuwono dan Yustika (2003, h.93) menguatkan pendapat tersebut dan menambahkan untuk dapat mengetahui sektor basis dan non basis maka dapat digunakan beberapa metode analisis

Location Quantient (LQ).

Gambar 1 Skema Komponen Utama Basis Ekonomi Sumber : Disperindag, 2007

Studi Kasus Pembanding

Pengembangan Sektor Potensial Pertanian Jagung di Gorontalo

(5)

jagung hanya 76.573 ton meningkat menjadi 451.094 ton pada tahun 2005. Selain itu, pendapatan perkapita meningkat dari Rp1,2 juta pertahun tahun 2001 kini sudah meningkat hingga Rp3,5 juta pertahun.

Keberhasilan budidaya jagung, juga didukung oleh kebijakan pemerintah daerah di bidang perlindungan harga dasar jagung sehingga masyarakat memiliki kepercayaan yang kuat untuk menanam jagung. Perlindungan harga di tingkat petani dituangkan dalam bentuk perda sehingga memiliki kekuatan hukum yang cukup untuk mengatur harga komoditi tersebut. Mutu, jagung Gorontalo dikenal tak hanya di Asia tapi juga Afrika. Ekspor jagung Gorontalo antara lain ke Malaysia dan Singapura dengan total 275.000 ton pertahun yang tadinya hanya 70-80 ribu ton pertahun (Andi Malaipadi, 2009).

Menurut Iwan Setiajie (Pembangunan Perekonomian Pedesaan Berbasis Agribisnis Jagung di Gorontalo, 2010), keberhasilan Gorontalo menjadikan komoditi jagung sebagai sektor potensial pembangunan perekonomian wilayah tidak terlepas dari peran aktif pimpinan daerah dalam mengatur sistem tata kelola pemerintahan melalui prioritas pembangunan yang berbasis pada potensi sumberdaya unggulan yang dimiliki wilayahnya. Selain itu juga dibutuhkan proses pemberdayaan masyarakat secara partisipatif sehingga mampu memberikan manfaat bagi pembangunan wilayah baik dari segi fisik, ekonomi, maupun sosial. Konsep ini telah terbukti berhasil mendorong pembangunan di Gorontalo menuju suatu prestasi fenomenal melalui pengembangan agropolitan pertanian jagung sebagai subyek utama dalam program pengembangan ekonomi lokal.

Kajian Kritis Masalah

(6)

Kemudian berdasarkan gambaran studi kasus di atas jika dihubungkan dengan tinjauan pustaka, maka dapat dilihat jika pengembangan ekonomi di Kabupaten Asahan masih belum berkonsepkan pengembangan ekonomi lokal (PEL). Hal ini jelas menjadi masalah karena jika dilihat pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2008 hingga sekarang mengalami penurunan yang cukup konstan akibat belum adanya fokusan pengembangan sektor potensial pada suatu produk tertentu. Padahal adanya konsep PEL justru akan membawa beberapa keuntungan perekonomian seperti meningkatkan daya saing ekonomi lokal, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan menciptangan lapangan kerja, seperti yang telah diterapkan oleh Pemerintah Gorontalo.

Melalui konsep PEL Pemerintah Gorontalo telah berhasil mengembangkan perekonomian lokalnya dengan komiditi pertanian jagung sebagai basis unggulan, bahkan telah terbukti mampu menumbuhkan perekonomian wiayah hingga 10 persen tiap tahun. Keberhasilan ini tentu berkat kerja keras pemerintah setempat dalam menetapkan prioritas pembangunan berbasis potensi lokal dengan peran masyarakat secara aktif di dalamnya. Hal ini perlu dicontoh Pemerintah Kabupaten Asahan jika ingin meningkatkan perekonomian wilayah dengan mengembangkan sektor potensial yang ada.

Untuk dapat menentukan sektor potensial di Kabupaten Asahan, penulis jurnal menggunakan Analisis LQ, Analisis Shiff-Share dan Analisis SWOT dalam melakukan pendekatan model basis ekonomi. Namun penulis tidak dapat menyajikan keterkaitan output dari ketiga hasil analisis tersebut sehingga masih bersifat parsial dan tidak membentuk suatu kesimpulan yang bersifat komprehensif. Selain itu, Analisis LQ juga memiliki beberapa kelemahan dalam menentukan sektor basis, diantaranya

- Analisis LQ berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan negara serta produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama dengan produktivitas pekerja dalam industri-industri nasional.

- Analisis LQ berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi.

(7)

suatu metode analisis lain yang melihat permasalahan secara lebih detail dan terperinci, seperti Model Basis Ekonomi Tiebout.

Model Basis Ekonomi Tiebout

(8)

Tabel 1. Perbandingan Analisis LQ dengan Tiebout dalam Menentukan Basis Ekonomi

Aspek Tiebout Location Quotient

Alat Ukur Meninjau dari sisi produksi Meninjau dari sisi value added

Sektor yang

Ditinjau Sektor ekspor, investasi, dan konsumsi Peran sektor kabupaten terhadap propinsi

Rumus

cr = proporsi konsumsi yang menggunakan produk lokal

LQ=

- Memperhitungkan ekspor langsung dan tidak langsung

- Sederhana dan dapat diterapkan pada data historis untuk mengetahui trend

Kelemahan - Hanya bisa diterapkan di wilayah kecil dengan kegiatan ekonomi yang belum terlalu bervariasi dan agak terisolasi.

- Analisis yang terperinci membutuhkan data yang sulit didapatkan. - Tidak semua sektor investasi ditinjau oleh Tiebout (investasi yang

tidak masuk dalam kategori bisnis murni dan investasi di bidang sosial)

- Meninjau secara detail yang mana produk lokal dan impor serta proporsinya dalam menghitung total pendapatan. Masalahnya dalam produk lokal pun sering kali ada unsur impor di dalamnya.

- Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan negara

- Produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama dengan produktivitas pekerja dalam industri-industri nasional. -Berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat

disagregasi.

- Diperlukan akurasi data untuk mendapatkan hasil yang valid. karena tidak memiiki acuan yang jelas dalam penentuan ruang lingkup deliniasi wilayah sehingga perlu adanya klarifikasi ulang agar mendapatkan hasil yang akurat.

(9)

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat jika kedua metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing, namun untuk lebih melihat sektor wilayah secara terperinci sehingga dapat diketahui faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuhnya basis ekonomi di Kabupaten Asahan perlu dilakukan metode Tibout mekipun metode tersebut memiliki proses yang sedikit lebih rumit daripada analisi LQ.

Setelah melakukan analisis untuk menentukan sektor yang paling berpotensial, masih ada satu hal lagi yang perlu dilakukan dalam pengembangan sektor potensial melalui pendekatan model basis ekonomi, yaitu dengan menggunakan alat analisis tipologi Klassen. Analisis ini memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah dengan membagi wilayah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi wilayah dan pendapatan per kapita wilayah (Imelia, 2011). Dalam jurnal tersebut, penulis tidak menggunakan analisis tipologi Klassen sehingga tidak dapat diketahui indikator mana yang lebih berpengaruh signifikan. Selain itu hasil dari analisis ini juga dapat menjadi masukan bagi penulis untuk merumuskan strategi pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Asahan, sehingga strategi yang ditetapkan tidak hanya melalui hasil analisis SWOT yang bersifat subyektif seperti pada jurnal tersebut.

Strategi Pengembangan Sektor Potensial Wilayah

(10)

disesuaikan dengan acuan penerapan PEL untuk kota dan kabupaten dari Kemen PU Dirjen Cipta Karya.

Gambar 2 Diagram Strategi Pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Lokal Sumber : Kemen PU Dirjen Cipta Karya

Berdasarkan diagram di atas maka dapat dilihat bahwa strategi pelaksanaan pengembangan ekonomi lokal terdiri dari empat tahapan utama, yaitu tahap persiapan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap monev. Tahap persiapan merupakan tahap awal yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan PEL, sedangkan tahap perencanaan lebih ke arah pembentukan

TAHAP PERENCANAAN TAHAP PERENCANAAN Sosialisasi PEL

(11)

pondasi – pondasi dasar ketika akan melaksanakan PEL. Setelah itu ada tahap pelaksanaan yang merupakan tahapan inti dan membutuhkan proses yang cukup panjang untuk menyelenggarakan suatu konsep pengembangan mulai dari memperkuat kapasitas daerah hingga kerja sama antar daerah. Setelah ketiga tahapan tersebut selesai, maka tahap yang terakhir adalah monev, yaitu monitoring dan evaluasi. Pada tahap ini seluruh hasil proses kegiatan dari persiapan sampai pelaksanaan akan ditinjau serta dievaluasi terkait hal – hal yang perlu diperbaiki sebelum melakukan pelaksanaan kegiatan berikutnya. Jika strategi ini berhasil diterapkan, maka dapat dipastikan sektor potensial yang ada pada wilayah tersebut akan berkembang secara ekonomi dan sangat berpotensi untuk menjadi rapid growth region yaitu kabupaten dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih tinggi dari rata – rata propinsi (Elvis, 2007).

Kesimpulan

Kabupaten Asahan merupakan salah satu wilayah dengan potensi ekonomi cukup tinggi. Akan tetapi, potensi tersebut belum dapat dikembangkan secara komprehensif akibat tidak adanya program dari pemerintah daerah terkait pengembangan sektor potensial. Hal ini menyebabkan perlambatan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun, sehingga perlu adanya suatu sistem baru yang mampu membangun perekonomian Kabupaten Asahan berbasis sektor unggulan yang diharapkan dapat memiliki daya saing tinggi.

Melihat kondisi tersebut, maka dilakukanlah pendekatan model basis ekonomi berupa analisis LQ, analisis Shiff-Share, dan analisis SWOT untuk menetapkan strategi pengembangan ekonomi. Namun hasil dari ketiga analisis tersebut belum mampu mengintrepasikan strategi yang sesuai karena masih ada beberapa faktor yang belum diperhatikan. Untuk itu perlu dilakukan perumusan masalah secara lebih tajam yang kemudian disempurnakan dengan penghitungan analisis Tiebout dan tipologi Klassen.

(12)

komoditi jagung sebagai salah satu penggerak utama perekonomian masyarakat dan wilayah secara spasial.

Tentu saja untuk dapat menerapkan konsep PEL tersebut diperlukan suatu arahan pelaksanaan hasil dari identifikasi masalah dan kajian masalah yang dapat dijadikan acuan kerja bagi pemerintah untuk mempersiapkan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengembangan ekonomi lokal khususnya di Kabupaten Asahan. Arahan tersebut selanjutnya juga dapat digunakan sebagai strategi pengembangan sektor wilayah yang dapat diterapkan di wilayah – wilayah lain di Indonesia.

Lesson Learned

Di dalam tugas ini telah didapatkan beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran baru guna mendukung kompetensi perencanaan wilayah dan kota, antara lain

- Untuk dapat mengetahui sektor basis ekonomi di suatu wilayah maka dapat digunakan analisis LQ ataupun analisis Tiebout. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing. Analisis LQ lebih sederhana namun cenderung mengeneralisasi beberapa faktor, sedangkan analisis Tiebout lebih rumit namun sangat detail karena melihat seluruh faktor secara cermat.

- Untuk dapat menerapkan pengembangan ekonomi lokal secara optimal maka diperlukan suatu sistem tata pemerintah yang mengintegrasikan seluruh komponen penting ekonomi yang didukung penuh oleh partisipasi masyarakat setempat sebagai sasaran utama serta suatu mekanisme kerja yang menjadi acuan bagi pemerintah maupun masyarakat untuk mensukseskan pembangunan sektor basis bersama demi mewujudkan

rapid growth region yaitu kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan rata – rata propinsi.

Daftar Pustaka

(13)

Munir, Risfan., dan Fitanto, Bahtiar. 2007. Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif : Masalah, Kebijakan, dan Panduan Pelaksanaan Kegiatan. Local Governance Support Program.

Husna, Nailatul dkk. Analisis Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal untuk Menguatkan Daya Saing Daerah di Kabupaten Gresik. Jurnal Administrasi Publik Vol 1 No.1. Universitas Brawijaya Malang.

Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara Bab 3. Jakarta

Setiajie, Iwan. 2010. Pembangunan Perekonomian Pedesaan Berbasis Agribisnis jagung di Propinsi Gorontalo. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian Volume 8 No. 4. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor.

Rachmawati, Rini. 2010. Pokok – Pokok Pikiran Menuju Kesuksesan Pengembangan Sumberdaya Ekonomi Lokal Kabupaten Purworejo. Simposium Nasional Universitas Gadjah Mada Jogjakarta.

Rizal, Jose. Location Quotient Versus Shift-Share. www.scribd.com. Diakses pada tanggal 11 Maret 2014 pukul 11.36 BBWI.

Imelia. 2011. Analisis Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jambi. Jurnal Paradigma Ekonomika Vol. 1 No.4.

Lampiran

Gambar

Gambar 1 Skema Komponen Utama Basis Ekonomi
Tabel 1. Perbandingan Analisis LQ dengan Tiebout dalam Menentukan Basis Ekonomi
Gambar 2 Diagram Strategi Pelaksanaan Pengembangan Ekonomi LokalSumber : Kemen PU Dirjen Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

CIPINANG LATIHAN RT/RW 013/14 CIP BESAR UTARA... KAYU

Pembelajaran Kooperatif Pada Topik Pecahan di SD (Dalam Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika Dalam Menghadapi Era Globalisasi: Perspektif Pembelajaran

`Penelitian didahului dengan uji lerak di tingkat laboratorium untuk menganalisis senyawa aktif dan menguji efektivitas fraksi-fraksi dari buah lerak (fraksi air

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman Pengangkatan Dewan Pengawas Pada

Dari hasil tersebut, melati air yang paling efektif menyerap kandungan limbah binatu yaitu pada perlakuan jerami dengan fermentasi karena mempunyai jumlah anakan

21 Masjid al-Haram yang megah terus menerus dalam taraf pembangunan: penambahan bangunan, pengubahan lokasi, penggantian lantai, relokasi, perubahan maket, dan selalu ada yang

Advantageous is the high operation safety of SUSI 62 (coming down with comparatively low speed in case of loss of control), the short learning time to operate the system, the

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Mengimplementasikan Hukum Maritim untuk Menerapkan Hukum Laut dan Pelayaran Kapal niaga.. keilmuan yang mendukung mata