• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Partai Politik dan Pemilu I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Partai Politik dan Pemilu I"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara multikultural, yang dimana masyarakatnya terdiri dari beragam suku dan budaya yang berbeda. Perlu adanya sebuah wadah atau organisasi untuk menampung dan menyatukan perbedaan-perbedaan tersebut. Kehadiran partai politik dijadikan wadah untuk menampung asprasi masyarakat. Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara, dan saat ini partai politik sudah sangat akrab dengan lingkungan kita.1 Adanya partai politik diharapkan terjadi

komunikasi politik antara masyarakat dan pemerintah.

Perkembangan partai politik di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan. Partai politik lahir zaman kolonial sebagai manifiesta bangkitnya kesadaran nasional.2 Indonesia menganut sistem multi partai, dimana terdapat lebih dari dua

partai politik, adanya partai Masyumi, PNI, dan PKI merupakan beberapa partai bersar pada era orde lama. Pada awal revolusi fisik, partai-partai politik memainkan peran penting dalam proses membuat keputusan yang menentukan nasib masyarakat Indonesia.3 Fenomena multipartai ini mengakibatkan banyaknya

partai politik yang bermunculan. Kehadiran partai politik baru tidak dapat terbendung lagi. Dengan banyaknya partai politik di Indonesia menimbulkan konflik antar partai politik.

1 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), 397 2 Ibid, 423

(2)

Keberhasilan partai politik dalam berkomunikasi politik dengan masyarakat yaitu dengan banyaknya masyarakat yang berpartisipasi dalam pemilihan umum. Pemilihan umum adalah cara dengan mana pemilih dapat mengekspresikan pilihan politiknya melalui pemberian suara, dimana suara tersebut ditransformasikan menjadi kursi di parlemen atau pejabat publik.4

Pemilihan umum di Indonesia sendiri pertama kali dilaksanankan pada tahun 1955 dan sampai saat ini sudah tercatat ada 11 kali pemilihan umum. Pada pemilihan umum yang ada di Indonesia, kerap kali hasil dari pemilihan umum tersebut memicu konflik di masyarakat. Indonesia terakhir mengadakan pemilihan umum yaitu, pemilihan umum presiden yang dilaksanakan 9 Juli 2014 lalu dengan mengusung 2 calon kandidat. Sebelumnya dilaksanakan pemilihan umum legislatif yang di ikuti oleh 11 partai politik. pemilihan umum di Indonesia dilaksanakan 5 tahun sekali. Dalam setiap pemilihan umum legislatif maupun pemilihan presiden, partai politik yang berhak ikut dalam pemilihan umum berbeda-beda tiap pemilihan umumnya. Perubahan-perubahan dalam pemilu dan partai politik di Indoenesia kurang lebihnya mempengaruhi terhadap pemilihan umum dan partai politik yang ada saat ini.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perkembangan partai politik dan pemilihan umum di Indonesia saat masa orde baru hingga saat ini ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bagaimana perkembangan partai politik dan pemilihan umum di Indonesia dan mengetahui dampak dari perubahan-perubahan partai politik dan pemilihan umum hingga saat ini.

1.4 Manfaat Penulisan

 Secara akademis : makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang perkembangan partai politik dan pemilihan umum di Indonesia

4 Indah Maisuri, Pemilihan Umum, dalam web

(3)

 Secara praktis: makalah ini diharapkan bisa memberikan pemahaman faktor dan dampak dari perubahan dalam partai politik dan pemilihan umum di Indonesia

1.5 Sistematika penulisan

BAB I : Pendahluan

Bab ini berisi uraian singkat mengenai alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kerangka Pemikiran

Dalam bab ini menjelaskan mengenai demokrasi yang menciptakan partai politik dan pemlihan umum.

BAB III : Isi

Dalam bab ini membahas mengenai bagaimana perkembangan partai politik dan pemilihan umum di Indonesia sejak orde baru hingga saat ini. Dan juga apa saja yang mempengaruhi dalam perubahan partai politik dan pemilihan umum di Indonesia.

BAB IV: Kesimpulan

(4)

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

Adanya partai politik dan pemilihan umum di Indonesia, di dasari atas keinginan masyarakat untuk bisa menentukan sendiri nasib kehidupan bangsanya, atau bisa dikaitkan dengan teori demokrasi sebagai suatu sistem politik dimana partai-partai politik berlomba untuk mendapatkan suara massa pemilih, elitnya relatif “terbuka” dan direkrut atas dasar kualitas dan masa penduduk dapat berpartisipas dalam mengatur masyarakat, setidaknya dalam hal kebebasan untuk memilih elit tandingan.5 Partai politik merupakan unit yang membuat pemilihan

umum berjalan, dimana dengan pemilihan umum masyarakat dapat memilih secara langsung pemimpin untuk negaranya. Diadakannya pemilihan umum merupakan bentuk kebebasan masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Indonesia mulai mengenal adanya partai politik sejak zaman kolonial, kepartaian pasa masa itu menunjukan keanekaragaman dan pada masa ini dihidupkan kembali dalam bentuk multi-partai.6 Adanya partai politik di awali dengan adanya

organisasi-organisasi yang bertujuan sosial, maupun agama, membuat kehidupan masyarakat Indonesia bisa duduk di lembaga kolonial Volksraad , namun sayangnya pada masa pendudukan Jepang 1942-1945 semua partai politik dibubarkan untuk membantu pemerintahan penjajahan Jepang dalam perang melawan Sekutu.7

Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 mencatakan sejarah baru bagi bangsa Indonesia sendiri dan terpilihnya Ir. Soekarno sebagai Presiden RI pertama dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden RI. Adanya kebijakan-kebijakan baru yang dibuat oleh Presiden dan Wakil Presiden setelah kemerdekaan. Pada tahun 1945 sebagai respon atas keluarnya maklumat Wakli Presiden RI No. X atas usul Badan Pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) 3 November 1945

5 SP. Varma, Teori Politik Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 210 6 Miriam, 423, Op.cit.

(5)

yang isinya mengukuhkan kedudukan KNIP dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat Indoensia untuk membentuk partai politik.8 Dengan adanya

maklumat tersebut membuat banyaknya partai politik baru yang bermunculan, hingga Januari 1946 sudah ada sepuluh partai politik di Indonesia. Dalam masa revolusi fisik (1945-1949) wakil-wakil yang duduk dalam KNIP, dan orang-orang yang duduk dalam kabinet kebanyakan wakil partai, pada masa ini kabinet menghadapi berbagai tantangan baik dari luar maupun dari dalam, adanya pemberontakan-pemberontakan yang tejadi dan juga adanya ketidaksepakatan partai-partai dalam strategi perjuangan menghadapi pihak sekutu.9 Pada zaman

Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949-1950 partai-partai politik mendukung untuk Indonesia kembali bersatu. Pada tahun 1949 kemerdekaan Indonesia diakui oleh dunia internasional. Adanya UUDS pada tahun 1950, pola kabinet koalisi berjalan terus, dan koalisi melibatkan kedua partai yaitu Masyumi dan PNI.10 Namun stabilitas negara yang didambakan tidak tercapai melalui

kabinet koalisi tersebut.

KNIP pada tahun 1953 mengeluarkan Undang-Undang No.7 tahun 1953 tentang Partai Politik dan Persyaratan untuk mengikuti pemilihan umum. Maka pada 29 September 1955 dilaksanakan pemilihan umum anggota DPR, dan diikuti oleh 28 partai dan perorangan, sementara untuk pemilihan umum anggota konstituante dilaksanakan 15 Desember 1955 diikuti 34 partai politik dan perorangan.11 Namun terjadinya kekacauan dalam tubuh konstituante memaksa

Presiden Soekarno memaklumatkan Dekrit 5 Juli 1959, yang berisikan kembali ke Undang-Undang Dasar RI 1945, membubarkan DPR dan Konstituante, membentuk DPRS dan Presiden mimilih langsung anggota DPRS dengan menerapkan demokrasi terpimpin.12 Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno

adanya penjegalan oleh partai-partai politik terhadap badan usaha milik negara, dan munculnya perselisihan kepentingan antar golongan. Kabinet ini mengalami jatuh bangun, kondisi tersebut membuat pihak militer ikut serta memelihara kestabilan dan keamanan negara, maka pihak militer mealukan dwifungsi ABRI

8 Ibid, 234

9 Miriam, 430, op.cit 10 Ibid, 432

(6)

dan hal ini mengawali masuknya militer diranah politik Indonesia. Kondisi ketidak stabilan kabinet tersebut berlangsung hingga jatuhnya Soekarno sebagai presiden. Pemilihan umum pada 1955 adalah pemilihan umum yang terakhir pada masa orde lama. Pemilu pertama pada masa orde baru dilaksanakan pada 1971, lalu diselenggarakan secara berkala hingga tahun 1998. Pada masa orde baru otoritarian masih terjadi, malah pada pemerintahan Presiden Soeharto paraktik otoritarian dikembangkan melalu cara-cara yang lebih sistematis dan canggih.13

(7)

BAB III

ISI

3.1 Masa Orde Baru

Masa orde baru berjalan dimulai pada tahun 1966 dimana Presiden Soekarno digantikan oleh Presiden Soeharto, hingga tahun 1998 yaitu saat Presiden Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden. Pada maa Orde baru terjadi enam kali pemilihan umum. Adanya keikutsertaan ABRI dalam pemilihan umum dengan bergabung dalam Golongan Karya. Pada masa pemerintahan orde baru, salah satu tindakan MPRS saat itu yang berhubungan dengan partai politik adalah pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) melalui TAP MPRS No. XXV/1966 disamping ketetapan pencabutan penetapan Presiden Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Sementara itu, terjadi perdebatan melalui berbagai seminar dan media massa, antara lain mengenai perlunya mendirikan demokrasi dan membentuk suatu sistem politik yang demokratis dengan merombak struktur politik yang ada.14 Partai politik menjadi sasaran utama dari kecaman masyarakat

dianggap telah bertindak memecah belah karena terlalu mementingkan ideologi serta kepentingan masing-masing.15

A. Pemilu pada tahun 1971

Pada masa ini terdapat instansi yang menarik perhatian yakni Seskoad, Bandung yang menjadi sebagai pusat pemikir (think tank) yang pada tahun 1966 mereka mengadakan seminar angkatan darat II yang membahas tentang dua sistem pemilihan, yaitu sistem perwakilan berimbang dan sistem distrik. Sebagai hasil perdebatan baik di dalam maupun di luar seminar akhirnya sistem distrik dituang dalam RUU pemilu yang diajukan ke parlemen awal tahun 1967 bersama dengan RUU lainnya.16 Akan tetapi ternyata RUU ini sangat dikecam oleh

partai-14 Miriam, 442, Op.cit.

15 Ibid.

(8)

partai politik, tidak hanya karena dianggap dapat merugikan mereka, akan tetapi juga karena mencakup beberapa ide baru, seperti duduknya wakil ABRI sebagai anggota parlemen.17 Akhirnya pada tanggal 27 Juli 1967 pemerintah dan partai

mecapai kosensus dimana pemerintah akhirnya mengalah dengan menyetujui sistem pemilihan umum proporsional tetapi dengan beberapa modifikasi. Berdasarkan kosensus itu pada tanggal 8 Desember 1967 RUU diterima baik oleh parlemen dan pemilihan umu Orde Baru yang diikuti oleh sepuluh partai politik.

Pemilu pada masa orde baru dilaksanakan pada tahun 1971, berarti ini merupakan pemilu pertama pada masa orde baru. Total ada 10 partai politik yang bertarung kali ini dan hanya delapan parpol yang meraih kursi. Muncul dua partai baru, yaitu Golongan Karya (Golkar) dan Partai Muslimin Indonesia (Parmusi). Beberapa parpol pada Pemilu 1955 tak lagi ikut serta karena dibubarkan, seperti Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Sosialis Indonesia (PSI), dan Partai Komunis Indonesia (PKI).18 Jika pemilu merupakan sebuah

penyampaian langsung kemauan rakyat atas presiden yang diinginkannya dimana rakyat dapat memilih langsung calon presiden yang diinginkannya tersebut secara bebas sesuai haknya. Namun, pada pemilu periode tahun ini proses pemilu tidak berlangsung fair karena adanya pemihakan pemerintah kepada salah satu organisasi peserta pemilu, yaitu Golkar, birokrasi dengan monoloyalitasnya dan militer mendukung Golkar untuk mencapai kemenangan.19 Jika hal tersebut terjadi

maka pemilu pada periode ini bisa dibilang jauh dari harapan demokrasi yang seharusnya melibatkan hak rakyat untuk ikut serta dalam pemilihan serta tersampaikan hak suaranya yang dihasilkan oleh hasil voting calon presiden ataupun calon legislatif dengan memperoleh suara terbanyak saat itu. Namun, jika tertulis bahwa adanya keberpihakan pemerintah terhadap satu sudut saja hal ini bisa menyebabkan ketidak puasan rakyat pada masa itu. Meskipun golkar merupakan partai baru dalam pemilu pertama di orde baru ini namun partai

17 Ibid.

18 http://nasional.kompas.com/read/2014/01/11/1932246/Pemilu.1971.Demokrasi.Semu, diakses pada 26 November 2014 pukul 19.00

19http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?

(9)

tersebut bisa membuat kemenangan dengan cara keberpihakannya pemerintah tersebut. Partai yang pada masa orde lama ini belum tercantum sebagai kandidat parpol terpilih namun setelah muncul pertama kalinya di awal pemilu pada masa Orde Baru ini dapat membuat kemenangan. Sekretariat Bersama Golkar dijadikan kendaraan politik Soeharto, dengan berbagai cara Soeharto melemahkan kekuatan parpol besar lain sambil membesarkan Golkar, misalnya soal nama tidak digunakan istilah ”partai”, tetapi ”golongan”, padahal dalam praktiknya Golkar jelas-jelas partai politik.20 Jika dijelaskan pada kalimat sebelumnya bahwa Golkar

telah menjadi kendaraan politik Soeharto dan saat itu Soeharto telah menjabat menjadi presiden yang bisa berkuasa penuh maka banyak kemungkinan bahwa terjadinya kemenangan atas golkar meskipun merupakan partai baru.

Tabel 1

Perolehan Suara Pemilihan Umum 1971

No. Partai Suara % Kursi

1. Golkar 34.348.673 62,82 236

2. NU 10.213.650 18,68 58

3. Parmusi 2.930.746 5,36 24

4. PNI 3.793.266 6,93 20

5. PSII 1.308.237 2,39 10

6. Parkindo 733.359 1,34 7

7. Katolik 603.740 1,10 3

(10)

8. Perti 381.309 0,69 2

9. IPKI 338.403 0,61

-10. Murba 48.126 0,08

-Jumlah 54.669.509 100,00 360

Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/9/PEMILU-1971/MzQz

Sementara itu golongan militer bertambah kuat yang menimbulkan sebuah rezim yang otoriter. Usaha penyederhanaan partai dilanjutkan dengan cara yang sedikit banyak radikal.21 Di depan kesepuluh partai tersebut Presiden Soeharto

mengemukakan sarannya agar partai mengelompokkan diri untuk mempermudah kampanye pemilihan umum tanpa partai yang harus kehilangan identitasnya masing-masing. Pengelompokkan ini mencakup tiga kelompok, yaitu Golongan Nasional, Golongan Spiritual, dan Golongan Karya.22 Pengelompokkan tiga

golongan ini baru terjadi pada tahun 1973. Partai-partai Islam, yaitu NU, PARMUSI, PSII, dan PERTI bergabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kemudian lima partai sisanya seperti PNI, PARKINDO, Partai Katolik, MURBA, dan IPKI bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Dengan demikian pada pemilihan umum tahun 1977 hanya ada tiga partai politik, yaitu PPP, PDI, dan Golkar. Dengan demikian proses penyederhanaan partai yang telah dimulai pada zaman demokrasi terpimpin, akhirnya terlaksana secara efektif pada zaman demokrasi Pancasila dengan tiga partai yang berasas Pancasila.23

21 Miriam, 446, Op.cit.

22 Ibid.

(11)

B. Pemilu pada tahun 1977

Pada pemilu 1977, yang terdiri dari hasil gabungan beberapa partai lalu hanya menjadi partai yang maju kedalam pemilihan umum 1977 ini, yakni PDI, PPP dan Golkar. Pada pemilu ini dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1977.24 Pada

pemilu ini juga mengikuti sistem pemilu sebelumnya, dimana menentukan jumah pemenang pemilu pada porsi suara yang diperolehnya. Masyarakat hanya memilih parpolnya saja sedangkan kandidat yang terpilih dalam parpol tersebut akan dipilih oleh pemerintah secara selektif.

Tabel 2

Perolehan Suara Pemilihan Umum 1977

No. Partai Suara % Kursi % (1971) Keterangan

1. Golkar 39.750.096 62,11 232 62,80 - 0,69

2. PPP 18.743.491 29,29 99 27,12 + 2,17

3. PDI 5.504.757 8,60 29 10,08 - 1,48

Jumlah 63.998.344 100,00 360 100,00

Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/10/PEMILU-1977 1997/MzQz

Pada pemilu kedua didalam orde baru ini dapat dilihat bahwa hasil menunjukkan kemenangan kembali oleh Golkar, yang kemdian diposisi kedua oleh PPP lalu PDI. Golkar mengalami keningkatan jumlah pemilih dibandingkan dengan pemilu pertama masa orde baru yakni dengan selisih pada pemilu 1971

24http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?

(12)

mendapatkan 34.348.673 lalu di pemilu tahun ini mencapai kenaikan hingga mendapatkan perolehan suara sebanyak 39.750.096.

C. Pemilu pada tahun 1982

Pada tahun ini merupakan pemilu ketiga kalinya masa orde baru setelah tahun 5 Juli 1971 dan 2 Mei 1977. Pemilu tahun ini diselenggarakan pada 4 Mei 1982.25

Peserta pemilu sama dengan pemilu di periode sebelumnya yakni mengikutsertakan 3 parpol: PDI, PPP, dan Golkar.

Tabel 3

Perolehan Suara Pemiliha Umum 1982

No. Partai Suara DPR % Kursi % (1977) Keterangan

1. Golkar 48.334.724 64,34 242 62,11 + 2,23

2. PPP 20.871.880 27,78 94 29,29 - 1,51

3. PDI 5.919.702 7,88 24 8,60 - 0,72

Jumlah 75.126.306 100,00 364 100,00

Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/10/PEMILU-1977-1997/MzQz

Dapat kita lihat dari tabel tersebut bahwa kemenangan kembali dimiliki oleh golkar. Pemilu ketiga golkar telah meraih kemenangan tiga kali berturut-turut pada masa ini.

25http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?

(13)

Namun, pada pemilu periode ini terdapat kerusuhan, dimana pihak Golkar dan PPP saling berlawanan. Kerusuhan bermula pada 18 Maret 1982, pada saat itu massa golkar sedang menguningkan Lapangan Banteng yang sedang menunggu juru bicaranya Ali Murtopo lalu situasi berubah ketika massa beratribut PPP melintasi Lapangan Banteng, yang kemudian mereka saling cela satu sama lain dan melempar batu.26 Kerusuhan ini menyebabkan kerugian banyak pihak seperti

korban atas kekerasan yang dilakukan kedua massa tersebut, hal tersebut merupakan sebagian pelanggaran kampanye dalam pemilu. Pada kerusuhan tersebut terdapat rekayasa dimana ditunjukkan agar rakyat bersimpati terhadap salah satu massa, hingga terlaksanya pemilu pada 4 Mei 1982 yang menghasilkan Golkar lah yang memenangkannya kembali.

D. Pemilu pada tahun 1987

Pemungutan suara Pemilu 1987 diselenggarakan tanggal 23 April 1987 secara serentak di seluruh tanah air.27 Pemilu kali ini masih sama seperti pemilu

sebelumnya yang beranggotakan 3 partai politik.

26 http://politik.news.viva.co.id/news/read/4926-perang_batu_di_lapangan_banten_1_2, diakses pada 26 November 2014 pukul 21.01

27http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?

(14)

Tabel 4

Perolehan Suara Pemilihan Umum 1987

No. Partai Suara % Suara Kursi

1. Golongan Karya (Golkar) 62.783.680 73,16 299

2. Partai Persatuan

Pembangunan (PPP)

13.701.428 15,97 61

3 Partai Demokrasi

Indonesia

9.384.708 10,87 40

JUMLAH 85.869.816 100,00 400

Sumber: http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/01/15/272545199/Pemilu-1987

Dalam tabel tersebut juga dinyatakan bahwa Golkar yang mengungguli pemilu periode ini. Semakin meningkatnya jumlah perolehan suara yang

didapatkan golkar dari periode ke periode. Periode sebelumnya Golkar mendapat perolehan suara sebanyak 48.334.724 lalu periode ini meningkat menjadi

62.783.680 suara.

E. Pemilu pada tahun 1992

Pemilihan Umum Tahun 1992 diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 1992.28

Merupakan pemilu kelima dalam legislatif namun, pemilu yang kelima dalam masa orde baru.

Tabel 5

28http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?

(15)

Perolehan Suara Pemilihan Umum 1992

No. Partai Suara % Kursi % (1987) Keterangan

1. Golkar 66.599.331 68,10 282 73,16 - 5,06

2. PPP 16.624.647 17,01 62 15,97 + 1,04

3. PDI 14.565.556 14,89 56 10,87 + 4.02

Jumlah 97.789.534 100,00 400 100,00

Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2014/10/PEMILU-1977-1997/MzQz

Masih dalam hasil yang sama yakni diungguli oleh Golkar dengan perolehan suara tertingginya sebesar 66.599.331. Pada masa Orde Baru juga terdapat ke kisruhan partai politik, yakni pecahnya PDI menjadi 2 kubu pada 27 Juli 1996 yang biasa disebut dengan Sabtu Kelabu yang merupakan puncak konflik PDI. Konflik ini diakibatkan pada awalnya pada Kongres Luar Biasa PDI di Surabaya 1993, Megawati secara aklamasi terpilih sebagai ketua umum PDI. Namun, pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai ketua umum PDI yang kemudian Soerjadi ditetapkan sebagai ketua umum PDI. Kemudian pada 27 Juli 1996 kelompok pendukung Soerjadi melakukan perebutan kantor DPP PDI dari pendukung Megawati. Peristiwa Sabtu Kelabu ini menyebabkan 5 orang meninggal, 149 luka-luka, dan 15 orang hilang yang sebelumnya dilaporkan 74 orang hilang. Karena hal ini kubu PDI terpecah menjadi 2, dan pendukung Megawati membuat partai baru yaitu PDI Perjuangan, sedangkan kubu oposisi sebagian besar massanya berpindah ke PPP.

(16)

Pemilihan umum pada tahun ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1997, masih beranggotakan tetap pada 3 partai politik.29 Akankah pemilu terakhir pada

masa Orde Baru ini Golkar memenangkan kembali dalam pemungutan hasil suara? Jika benar Golkar meraih hasil surat suara terbanyak maka sepanjang Orde Baru ini Golkar selalu mengungguli parpol lainnya yang sebenarnya Golkar itu sendiri tidak mengakui sebagai suatu partai politik namun mereka adalah sebuah golongan karya yang disingkat menjadi Golkar. Untuk melihat kebenaran apakah Golkar masih mengungguli hasil perolehan suara terbanyak hingga periode akhir pemilu masa Orde Baru ini maka bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6

1. Partai Persatuan Pembangunan 25340028 89

2. Partai Golongan Karya 84187907 325

3. PARTAI DEMOKRASI INDONESIA 3463225 11

Sumber: http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/? box=detail&id=26&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=

(17)

kemungkinan bahwa Soeharto yang memajukan nama Golkar. Mungkin kemenangan Golkar sepanjang periode ini telah disesuaikan dengan masa kepemimpinan Soeharto. Jika hal ini benar-benar terjadi bahwa Soeharto lah yang ikut serta dalam kemenangan Golkar maka demokrasi yang mendasar dalam sistem politik Indonesia tidak terlaksana

3.2. Masa Reformasi

Periode ini dimulai pada saat Presiden Soeharto turun dari jabatannya pada 21 Mei 1998 dan sejak saat ini pula, pada periode awal reformasi banyak tuntutan, tekanan, dan desakan politik agar diadakannya pelaksanaan politik yang lebih demokratis karena pada masa Orde Baru rezim yang dijalankan oleh mantan Presiden Soeharto merupakan rezim otoriter. Dalam konteks kepartaian ada tuntutan agar masyarakat mendapat kesempatan untuk mendirikan partai dan atas dasar inilah pemerintahan Soeharto yang digantikan oleh wakilnya yakni B.J. Habibie dan parlemen mengeluarkan UU No. 2/1999 tentang partai politik. Perubahan yang didambakan ialah mendirikan suatu sistem di mana partai-partai politik tidak mendominasi kehidupan politik secara berlebihan, akan tetapi yang juga tidak memberi peluang kepada eksekutif untuk menjadi terlalu kuat (executive heavy).31 Akibat dari pengeluaran UU tentang partai politik ini adalah

berdasarkan angka resmi dari Komisi Pemilihan Umum, partai politik yang mendaftarkan diri ke Departemen Kehakiman berjumlah 141, namun setelah diseleksi tidak semuanya dapat mengikuti pemilihan umum 1999, dan hanya tersisa 48 partai saja yang memenuhi syarat yang dapat mengikuti pemilihan umum.

Pemilu dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 diikuti oleh 48 partai politik didalamnya.32 Jika terhitung dari pemilu terakhir ditahun 1997 harusnya pemilu

diadakan 5 tahun sekali terhitung dari tahun 1997 yang seharusnya pemilu diadakan tahun 2002 bukan tahun 1999. Pemilu ini dipercepat dikarenakan pengunduran diri oleh presiden Soeharto juga merupakan hasil tekanan rakyat pada pemerintahan Habibie karena ia dipandang tidak memiliki legitimasi untuk

31 Miriam, 449, Op.cit.

32http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?

(18)

memegang tampuk kekuasaan.33 Maka pemilu dipercepat menjadi 1999. Jika

dilihat dari jumlah peserta partai politik pada pemilu ini maka terlihat sangat lebih banyak dibanding pemilu pada masa orde baru dimana partai politik yang ikut serta didalam pemilu telah dikeucutkan menjadi 3 oleh Soeharto dengan alasan agar saling bekerja sama. Pluralisme partai politik yang ada bisa menggambarkan bahwa adanya demokrasi kembali pada pemilu ini dimana semua partai politik berhak ikut serta untuk mencalonkan dalam pemilu.

Tabel 7

7. Partai Keadilan 1.436.565 7 6

(19)
(20)
(21)
(22)

61

Sumber: http://www.kpu.go.id/index.php/pages/detail/2008/11/Pemilu-1999

PDI-P yang memperoleh suara dan kursi paling banyak (data dari KPU: 35.689.073 suara dan 153 kursi) ternyata tidak dapat menjadikan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI yang ke-4. Dengan adanya koalisi partai-partai Islam dan beberapa partai baru menjadi kubu tersendiri di DPR, yang dikenal dengan Poros Tengah, posisi PDI-P kalah kuat. Sebagai akibatnya yang dipilih MPR menjadi Presiden adalah pendiri PKB yaitu K.H. Abdurrahman Wahid atau yang biasa dipanggil Gus Dur.

Setelah periode ini menjelang pemilihan umum 2004, partai-partai yang perolehan suaranya pada pemilu 1999 tidak memadai tidak dapat lagi mengikuti pemilihan umum dan harus berbenah lagi untuk dapat ikut, ada yang bergabung dengan partai-partai besar, ada yang berubah menjadi partai baru, dan lain-lain. Bahkan, pada awal tahun 2003 jumlah partai politik yang mendaftarkan diri melonjak cukup tinggi dari 1999 yakni mencapai 237 partai yang terdaftar di Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, hal ini ditenggarai diakibatkan oleh mudahnya pendirian partai dan banyaknya massa yang ingin berebut untuk menjalankan perpolitikan.

Dalam usaha mengurangi jumlah partai, ada persyaratan yang dinamakan

Electoral Threshold. Electoral Threshold ini adalah keadaan yang harus dipenuhi oleh partai politik atau gabungan partai politik yang boleh mengajukan calon Presiden dan Wakil Presiden.34 Electoral Threshold untuk pemilihan legislatif 3%

dari jumlah krusi di DPR dan untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 3% dari jumlah kursi di DPR atau 5% dari perolehan suara sah suara nasional.35

Tabel 8

Hasil Rekapitulasi Perolehan Suara Nasional Pemilu 2004 Dan Jumlah Perolehan Kursi Parpol di DPR RI

(23)

Suara Kursi DPR RI

1 Partai Golongan Karya 24.480.757 21,58 128

2 Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan

21.026.629 18,53 109

3 Partai Kebangkitan Bangsa 11.989.564 10,57 52

4 Partai Persatuan

Pembangunan

9.248.764 8,15 58

5 Partai Demokrat 8.455.225 7,45 57

6 Partai Keadilan Sejahtera 8.325.020 7,34 45

7 Partai Amanat Nasional 7.303.324 6,44 52

8 Partai Bulan Bintang 2.970.487 2,62 11

9 Partai Bintang Reformasi 2.764.998 2,44 13

10 Partai Damai Sejahtera 2.414.254 2,13 12

11 Partai Karya Peduli Bangsa 2.399.290 2,11 2

12 Partai Keadilan dan Persatuan

Indonesia

1.424.240 1,26 1

13 Partai Persatuan Demokrasi

Kebangsaan

1.313.654 1,16 5

14 Partai Nasional Banteng

Kemerdekaan

1.230.455 1,08 1

15 Partai Patriot Pancasila 1.073.139 0,95 0

16 Partai Nasional Indonesia

Marhaenisme

923,159 0,81 1

17 Partai Persatuan Nahdlatul

Ummah Indonesia

895.610 0,79 0

18 Partai Pelopor 878.932 0,77 2

19 Partai Penegak Demokrasi

Indonesia

855.811 0,75 1

20 Partai Merdeka 842.541 0,74 0

21 Partai Sarikat Indonesia 679.296 0,60 0

22 Partai Perhimpunan Indonesia

Baru

672.952 0,59 0

23 Partai Persatuan Daerah 657.916 0,58 0

24 Partai Buruh Sosial Demokrat 636.056 0,56 0

(24)

Pada masa pemilihan umum 2004 ada dua tahap seleksi yang harus dilalui oleh partai-partai politik tersebut untuk dapat menjadi peserta pemilu. Pertama, seleksi yang dilakukan oleh Departemen Kehakiman dan HAM. Kedua, seleksi yang dilakukan oleh KPU. Berdasarkan kedua seleksi tersebut dari 237 partai yang terdaftar berkurang menjadi 24 partai yang berhak mengikuti pemilu 2004, setengah daripada pemilu 1999.

Tidak bertahan lama, akhirnya terjadi revisi UU Pemilu kembali dengan munculnya UU No. 10/2008 dimana terjadi perubahan dihapuskannya Electoral Threshold dan berganti menjadi Parlementary Threshold. Ketetapan ini mengatur bahwa partai politik yang dapat menduduki kursi di DPR RI adalah yang memiliki 2,5% suara secara nasional, sedangkan untuk calon Presiden dan Wakil Presiden didukung partai atau gabungan partai minimal 20% kursi di DPR atau 25% suara secara nasional. Oleh karena ini lah banyak kembali partai yang masuk mendaftar ke Departemen Kehakiman dan HAM yang kemudian menjadi peserta Pemilu yakni 44 Partai, 38 partai nasional, sedangkan 6 yang lain partai lokal khusus daerah Nangroe Aceh Darussalam (NAD).

Pada tanggal 9 april 2009 dilaksanakan pemilihan umum. Pada pemilu tahun ini peserta pemilu tergantung pada jenis pemilihnya. Untuk pemilu DPR/D pesertanya adalah partai politik sedangkan pemilu untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan.36 Jika pemilu presiden seperti kita ketahui yang pasangan

calon presiden dan wakilnya yang didukung oleh partai politik.

Tabel 9

Perolehan Suara Pemilihan Umum 2009.

36http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?

(25)

No Urut

Nama Partai Jumlah Suara Jumlah Kursi

1. Partai Hati Nurani Rakyat 3922870 17

2. Partai Karya Peduli Bangsa 1461182 0

3. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia 745625 0

4. Partai Peduli Rakyat Nasional 1260794 0

5. Partai Gerakan Indonesia Raya 4646406 26

6. Partai Barisan Nasional 761086 0

7. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 934892 0

8. Partai Keadilan Sejahtera 8206955 57

9. PARTAI AMANAT NASIONAL 6254580 46

10. Partai Perjuangan Indonesia Baru 197371 0

11. Partai Kedaulatan 437121 0

12. Partai Persatuan Daerah 550581 0

13. Partai Kebangkitan Bangsa 5146122 28

14. Partai Pemuda Indonesia 414043 0

15. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 316752 0

16. Partai Demokrasi Pembaruan 896660 0

17. Partai Karya Perjuangan 351440 0

18. Partai Matahari Bangsa 414750 0

19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia 137727 0

20. Partai Demokrasi Kebangsaan 671244 0

21. Partai Republika Nusantara 630780 0

22. Partai Pelopor 341914 0

23. Partai Golongan Karya 15037757 107

24. Partai Persatuan Pembangunan 2009 5533214 37

25. Partai Damai Sejahtera 1541592 0

26. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia 468696 0

27. PARTAI BULAN BINTANG 1864752 0

28. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 14600091 95

29. Partai Bintang Reformasi 1264333 0

30. Partai Patriot Pancasila 547351 0

31. Partai Demokrat 21703137 150

(26)

33. Partai Indonesia Sejahtera 320665 0

34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama 1327593 1

35. Partai Aceh Aman Seujahtra 0 0

36. Partai Daulat Aceh 0 0

37. Partai Suara Independen Rakyat Aceh 0 0

38. Partai Rakyat Aceh 0 0

39. Partai Aceh 0 0

40. Partai Bersatu Aceh 0 0

41. Partai Merdeka 111623 0

42. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 146779 0

43. Partai Sarikat Indonesia 140551 0

44. Partai Buruh 266203 0

sumber: http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/? box=detail&id=29&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=

Menurut data diatas yang memenangkan oemilu pada 2009 ini adalah Partai Demokrat, bukan lagi golkar.

Pada pemilu tahun 2014 yang telah berlalu, ada 15 partai yang berhasil lolos seleksi KPU dan menjadi peserta pemilu 2014, 12 diantaranya adalah partai nasional dan ditambah 3 partai lokal dari NAD. Pemilu 2014 ini sempat di ikuti oleh berbagai permasalahan politik dalam negeri mulai dari isu korupsi yang semakin berkembang, sampai UU pilpres itu sendiri digugat di Mahkamah Konstitusi.37 Selain itu gugatan juga terkait ketentuan ambang batas dalam UU

Pilpres yang menyatakan bahwa parpol yang berhak mengusung capres adalah parpol yang mendapatkan 25% suara nasional dan 20% kursi di DPR.38

Tabel 10

Perolehan Suara Pemilihan Umum 2014

Nomo r Urut

Nama Partai Jumlah Suara Persentase Suara

(%)

37 http://www.antaranews.com/pemilu/berita/421351/sejarah-pemilu-pemilu-era-reformasi-1998-sekarang, Diakses pada 28 November 2014

(27)

1. Partai Nasdem 8.142.812 6,72

12. Partai Nasional Aceh -

-13. Partai Aceh -

-3.3 Perbandingan Pelaksanaan Pemilu Pada Masa Orde Baru dan Reformasi

Pemilihan umum pada masa orde baru di tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997 bisa dibilang pembaharuan dari masa jabatan Soekarno. Dimana kebijakan mengenai kepartaian seperti kebijakan yang diambil oleh Presiden Soeharto pada masa itu yakni penyederhanaan partai politik dan penggunaan pancasila untuk menciptakan pemerintahan yang stabil dan terkontrol guna memajukan ekonomi bangsa. Namun, langkah yang diambil oleh pemerintahan Orde Baru justru menumbuhkan keotoriteran yang secara tidak langsung itu berbelok dari demokrasi Indonesia.

(28)

berkuasa, jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif, hampir semuanya diduduki oleh kader-kader Golkar.39 Jika semua sistem pemerintahan

berada ditangan Golkar lalu bagaimana kesempatan partai politik lainnya untuk ikut serta didalamnya. Hal tersebut menunjukkan keotoriteran pemerintah terhadap Golkar bahwa tidak ada kesempatan kepada parpol lain untuk mengelola pemerintahan.

Pemilu Orde Baru ini juga dihiasi dengan bentrokan antar oposisi, seperti yang telah dijelaskan antara golkar dan PPP yang saling cela bahkan sampai terjadi bentrok keduanya dalam masa kampanye. Kemenangan Golkar bisa kita ketahui dalam saran Presiden Soeharto untuk melakukan fusi atau penyederhanaan partai menjadi 3 parpol dari sekian banyak parpol sebelumnya yakni golkar, PPP, PDI. Dan kemenangan mutlak sepanjang orde baru dimiliki Golkar.

Jika dilihat dari segi kuantitatif bahwa pemilu pada masa reformasi lebih mengedepankan demokrasi bahwa bisa dilihat dari banyaknya keikusertaan parpol dalam pemilu di masa reformasi ini tanpa adanya fusi atau pengerucutan partai politik. Masyarakat bisa memilih partai politik sesuai dengan keinginannya. Dan dapat dilihat bahwa setelah mundurnya Presiden Soeharto atas masa jabatan kepresidenannya, Golkar tidak lagi memenangkan hasil perolehan suara terbanyak dalam pemilu, hal tersebut bisa menguatkan alasan adanya kejanggalan pada masa Orde Baru dengan kemenangan terus-menerus diperoleh Golkar dan kemunduran Golkar pasca Orde Baru atau setelah masuknya masa reformasi ini. Sementara itu partai-partai di Indonesia tidak bersaing secara sehat melainkan partai-partai tersebut bersaing dengan cara saling menjatuhkan satu sama lain, hingga pada akhirnya cara koalisi menjadi suatu bentuk yang terus menggambarkan perpolitikan Indonesia bebarapa tahun terakhir (1997-2014). Secara jelas perpolitikan Indonesia hanya mendukung partai-partai besar saja ( PDIP, GOLKAR), sehingga partai-partai kecil hanya menjadi pendukung partai-partai besar dan menyebabkan partai-partai kecil tidak dapat bersaing secara maksimal.

(29)

BAB IV

KESIMPULAN

Perubahan masa dari masa orde baru menuju masa reformasi tentunya mengalami perubahan, baik dalam sistem pemerintahan maupun sikap masyarakat terhadap sistem pemerintahan itu sendiri. Seperti yang telah dijelaskan bahwa adanya perubahan sistem pemerintahan pada masa reformasi dimana pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yang terlalu bersikap otoriter serta mengeluarkan kebijakan fusi atau pengelompokkan partai menjadi lebih sedikit. Hal ini dikarenakan partai politik dianggap terlalu mementingkan ideologi partainya sendiri saja dan bukan menjalankan fungsinya, tapi hal ini kemudian dianggap karena adanya rezim yang otoriter dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Keotoriteran Presiden Soeharto terhadap salah satu parpol yakni Golkar dapat dilihat bahwa sepanjang pemilihan umum masa orde baru tersebut kemenangan selalu ditangan golkar. Kursi kepemerintahan juga mayoritas diisi oleh orang yang berbasis Golkar. Karena perannya sebagai Presiden yang memangku jabatan tertinggi di satu negara Soeharto memperbolehkan ABRI untuk masuk ke ranah politik yang kemudian hal ini tidak disetujui oleh partai-partai politik yang ada.

Lalu hingga waktu pengunduran Soeharto tahun 1998 dan masuknya masa reformasi dengan pemegang jabatan Presiden ialah B.J Habibie. Partai politik dalam reformasi kembali banyak dan tidak dikelompokkan menjadi 3 parpol saja seperti orde baru, namun lebih banyak yang ikut serta untuk dicalonkan kedalam pemilihan umum. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya demokrasi di Indonesia dengan multi partai. Semua partai bisa ikut serta dalam pemilihan umum.

(30)

masyarakat para pemilih ketika pemilihan umum berlangsung akan tertuju pada partai yang sudah terbukti dan suara tersebut tidak menyebar ke seluruh partai sehingga lebih mudah dalam menentukan kemenangan dalam pemilu berdasarkan sistem Parlementary Threshold.

Pemilihan umum juga merupakan acara rakyat besar-besaran di mana demokrasi dapat terlihat jelas melalui acara ini karena pemilu merupakan hal penting untuk menentukan orang-orang yang berkompetensi untuk menjalankan bangsa Indonesia baik keluar negeri maupun memperjuangkan rakyat Indonesia itu sendiri. Karena kerinduan rakyat Indonesia akan adanya pemimpin yang baik dan berwibawa untuk menjalankan bangsa ini maka tidak dapat diragukan lagi bahwa antusiasme warga Indonesia sangat besar hingga mencapai peningkatan suara pemilih setiap pemilu diadakan. Hal ini juga merupakan suatu bukti bahwa rakyat Indonesia peduli terhadap keberlangsungan negara ini sendiri dan sadar demokrasi dimana demokrasi tersebut bertujuan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Daftar Pustaka

Buku

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010.

(31)

Varma, S.P., Teori Politik Modern, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.

Website

Bonnie Triana. 2008. “Politik Batu di Lapangan Banteng.”

(http://politik.news.viva.co.id/news/read/4926-perang_batu_di_lapangan_banten_1_2, Diakses Pada 26 November 2014). Ilham Khoiri. 2014. “Pemilu 1971, Demokrasi Semu”.

(http://nasional.kompas.com/read/2014/01/11/1932246/Pemilu.1971.Demo krasi.Semu, Diakses Pada 26 November 2014).

Indah Maisuri. “Pemilihan Umum”

(https://www.academia.edu/4728332/Pemilihan_Umum, Diakses Pada 26 November 2014).

Komisi Pemilihan Umum Indonesia. (https://kpu.go.id, Diakses pada 26 November 2014).

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. “Kepustakaan Presiden”. (http://kepustakaanpresiden.pnri.go.id/election/directory/election/?

box=detail&id=29&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keywo rd=&activation_status, Diakses Pada 27 November 2014).

Partai Golkar. “Sejarah Partai Golongan Karya.”

(http://partaigolkar.or.id/golkar/sejarah-partai-golongan-karya, Diakses Pada 27 November 2014).

Rangga. 2014. “Sejarah Pemilu, Pemilu Era Reformasi (1998-Sekarang). (http://www.antaranews.com/pemilu/berita/421351/sejarah-pemilu-pemilu-era-reformasi-1998-sekarang, Diakses Pada 28 November 2014). Wahyu Setiawa. 2014. “Pemilu 1987”.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+5

Referensi

Dokumen terkait

Inflasi terjadi pada Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,62 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Rumahtangga

Activity diagram menggambar kan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing- masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi,

Penelitian mengenai pengaruh berbagai jenis pupuk dan penggunaan dekomposer pada pertumbuhan dan produksi padi organik dilakukan karena keingintahuan penulis terhadap

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur atas, rahmat, ridho dan ijin Allah SWT yang selalu dilimpahkan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

*riteria )asil" secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi, mengidentifikasi aktiitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri. *lien

Konfirmasi hasil penandaan dilakukan dengan metode kromatografi kertas menaik dengan fase diam Whatman 3MM dan fase gerak aseton serta NaCl fisiologis Hasil

Negara Tiongkok telah berhasil dalam menciptakan label bahwa Panda merupakan simbol penyelamatan dan pelestarian lingkungan, maka diplomasi Panda pun juga dilakukan

Hasil: Didapati, sebanyak 48,4% mahasiswa yang mengalami stres Data yang ada diuji menggunakan uji korelasi Kendall’s Tau, nilai p yang didapatkan adalah 0,136, menunjukkan