Volume 8 Nomor 1
Juni 2014
V
ol
.
8 N
o. 1
Juni 2014
H
a
l.
1
-3
2
No. 1
Donggala,
Juni 2014
Hal. 1 - 32
Vol. 8
ISSN: 1978-3647
E-ISSN: 2354-8835
Maya Index Aedes spp
. di Kelurahan Kutabanjarnegara
Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara
Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue
di Kota Banjarmasin
Skrining Fitokimia Ekstrak Jarak Pagar
(Jatropha curcas)
dan Ekstrak Jarak Kastor
(Riccinus communis)
Famili
Euphorbiaceae
Efektifitas Biji Pepaya dalam membunuh
Ascaris suum :
uji
in-vitro
Gambaran Kesehatan pada Mencit
(Mus musculus)
Dewan Redaksi
Volume 8 No. 1 Juni 2014
Jurnal Vektor Penyakit merupakan media publikasi dan informasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan hasil-hasil penelitian, metodologi dan pendekatan-pendekatan baru dalam penelitian yang berkaitan dengan vektor
penyakit dan usaha pengendalian penyakit bersumber binatang.
Jurnal ini merupakan jurnal publikasi ilmiah resmi Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (Balai Litbang P2B2) Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI. Penanggung Jawab :
Jastal, SKM, M.Si (Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala)
Pemimpin Redaksi :
Rosmini, SKM, M.Sc (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
Anggota Dewan Redaksi:
w Sitti Chadijah, SKM, M.Si (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes) w Junus Widjaja, SKM, M.Sc (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes) w Hayani Anastasia, SKM, MPH (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes) w Made Agus Nurjana, SKM, M.Epid (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
w Anis Nurwidayati, S.Si, M.Sc (Biologi Lingkungan, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
Mitra Bestari:
w Prof. dr. Agus Suwandono,MPH,Dr.PH ( , Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes) w Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, SKM, M.Kes, M.ScPH ( , FKM, Universitas Hasanuddin)
w Prof. Dr. drg A Arsunan Arsin, M.Kes (Epidemiologi Penyakit Menular, FKM, Universitas Hasanuddin) w dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc, PhD (Entomologi Kesehatan, FKM, Universitas Hasanuddin) w Dr. Lif.Sc I Nengah Suwastika, M.Sc, M.Lif.Sc (Biologi Sel dan Molekuler, Universitas Tadulako)
Redaksi Pelaksana : Mujiyanto, S.Si, MPH
Sekretaris : Riri Arifah Patuba, SKM
Staf Sekretariat : Malonda Maksud, SKM
Alamat Redaksi :
Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (Balai Litbang P2B2) Donggala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jl. Masitudju No. 58, Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah 94252 Website e-journal : http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vektorp E-mail : vektorpenyakit@litbang.depkes.go.id, jvektorpenyakit@gmail.com
Terbit dua kali setahun, edisi Juni dan Desember Dalam proses akreditasi
Biomedik
Epidemiologi
Journal of Disease Vector
ISSN: 1978-3647
E-ISSN: 2354-8835 PETUNJUK PENULISAN ARTIKEL
JURNAL VEKTOR PENYAKIT (JOURNAL of DISEASE VECTOR)
mengenai
.
SYARAT PENULISAN :
?Artikel yang dapat diterima adalah artikel yang belum pernah dan tidak akan dipublikasi dalam
media
?Artikel dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan disertai abstrak dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.
?Abstrak harus singkat dan jelas, terdiri ±200 kata dan disertai 3 - 5 kata kunci yang ditulis di
bawah abstrak dengan maksimal 15 halaman.
?Artikel harus diketik dengan menyesuaikan template yang disediakan oleh Jurnal Vektor
Penyakit. Template dapat diunduh di website e-journalnya Jurnal Vektor Penyakit
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vektorp
?Nama semua penulis ditulis lengkap disertai tempat kerja dan alamat.
?Artikel dalam bentuk softcopy dikirim melalui e-mail ke: vektorpenyakit@litbang.depkes.go.id
cc jvektorpenyakit@gmail.com.
?Artikel yang diterima dapat disunting atau dipersingkat oleh redaksi. Artikel yang tidak
memenuhi ketentuan dan tidak dapat diperbaiki oleh redaksi akan dikembalikan kepada penulis.
SISTEMATIKA PENULISAN :
?Sistematika penulisan artikel :
a. Abstrak f. Kesimpulan
b. Pendahuluan g. Saran
c. Bahan dan Metode h. Ucapan terima kasih (untuk penulisan
d. Hasil hasil penelitian)
e. Pembahasan i. Daftar Pustaka
?Daftar Pustaka :
Penulisan daftar pustaka dengan gaya Vancouver dengan style AMA ( American Medical Association) dan menggunakan aplikasi reference manager yang sudah ada seperti Mendeley, End Note, Procite dan lain-lain yang dikuasai. Rujukan ditulis dengan nomor pemunculan dalam teks.
Contoh:
1. Fuentes SL, Quiroga D., Ale, J.A. P, et al. Use of Google EarthTM to Strengthen Public Health Capacity and Facilitate Management of Vector-Borne Diseases in Resource-poor Environments. Bull World Heal Organ. 2008;86 (9): 65. (Artikel Jurnal)
2. Achmadi UF. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Universitas Indonesia Press; 2008 (Buku).
3. Hii YL. Climate and Dengue Fever: Early warning based on temperature and rainfall. 2013;(1554). (Thesis).
4. Danoedoro P. Fenomena Keruangan Penyakit Menular. Suatu perspektif Geografis. 2003. Available at: www.kompas.com/kompascetak/0306/07/Kesehatan/353686.htm. Accessed September 15, 2011.(Website)
Pengantar Redaksi
Edisi Jurnal Vektor Penyakit Volume 8 No 1 tahun 2014 ini diawali dengan tulisan dari Nova Pramestuti, dkk yang berjudul Maya index Aedes spp di Kelurahan Kutabanjarnegara, Kecamatan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelurahan Kutabanjarnegara memiliki tingkat risiko sedang sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes spp berdasarkan status Maya Index.
M. Rasyid Ridha dan Hijaz Nuhung menyampaikan tulisan yang berjudul Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dasar-dasar regulasi, SOP, pedoman pelaksanaan pengendalian DBD, sarana, pembiayaan masuk dalam kategori cukup. Kegiatan pengendalian umumnya masih berfokus kuratif, tetapi upaya preventif dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pokok program secara kualitatif masih sangat kurang khususnya di tingkat pelaksana program. Peningkatan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian masyarakat terhadap penyakit DBD, kerjasama dan peningkatan peran serta masyarakat/pemberdayaan mayarakat, peningkatan profesionalisme pengelola program DBD.
Artikel selanjutnya ditulis oleh Anis Nurwidayati, dkk yang berjudul Skrining Fitokimia Ekstrak Jarak Pagar (Jatropha curcas) dan Ekstrak Jarak Kastor (Riccinus communis) famili Euphorbiaceae. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi golongan senyawa kimia di dalam ekstrak metanol biji jarak pagar dan jarak kastor.
Tulisan tentang Efektifitas Biji Pepaya dalam Membunuh Ascaris suum : Uji invitro oleh Dicky Andiarsa menunjukkan bahwa biji pepaya muda lebih efektif berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 50% cacing dibandingkan dengan biji pepaya masak dan piperasin sitrat.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan agar hewan laboratorium yang akan digunakan bebas dari penyakit. Untuk itu, Intan Tolistiawaty, dkk akan mengulas tentang Gambaran Kesehatan pada Mencit (Mus musculus) di Instalasi Hewan Coba. Pada artikel ini dijelaskan bahwa pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan pada masing-masing mencit berupa inspeksi dan palpasi pada tubuh mencit dan pemeriksaan feses untuk melihat adanya infeksi parasit. Pemeriksaan dilakukan pada 18 ekor mencit. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 5 ekor mencit mengalami fibrosis pada bagian kaki belakang dan depan, leher serta abdomen. Hasil pemeriksaan feses mencit tidak ditemukan adanya infeksi parasit.
Semoga tulisan pada Volume 8 Nomor 1 Juni 2014 ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan program pengendalian penyakit bersumber binatang. Saran dan masukan demi perbaikan jurnal ini sangat kami nantikan untuk penerbitan selanjutnya.
Salam Sehat
Dewan Redaksi
Volume 8 No. 1 Juni 2014
Journal of Disease Vector
Volume 8 Nomor 1 Juni 2014
DAFTAR ISI
ARTIKEL
vektorpenyakit@litbang.depkes.go.id
Journal of Disease Vector
1 - 6
7 - 14
15 - 20
21 - 26
27 - 32
ISSN: 1978-3647 E-ISSN: 2354-8835
Maya Index
Aedes spp.
di Kelurahan Kutabanjarnegara
Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara
(
)
Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue
di Kota Banjarmasin
(
)
Skrining Fitokimia Ekstrak Jarak Pagar
(Jatropha curcas)
dan
Ekstrak Jarak Kastor
(Riccinus communis)
Famili Euphorbiaceae
(
)
Efektifitas Biji Pepaya dalam membunuh
Ascaris suum
: uji
in-vitro
(
)
Gambaran Kesehatan pada Mencit
(Mus musculus)
di Instalasi Hewan Coba
(
)
Nova Pramestuti, Devy Amelia Nurul Alamsyah
M. Rasyid Ridha, Hijaz Nuhung
Anis Nurwidayati, Yuyun S, Risti
Dicky Andiarsa
Journal of Disease Vector
Volume 8 No. 1 Juni 2014
ABSTRACT SHEET
NLM : QX 525
Nova Pramestuti, Devy Amelia Nurul Alamsyah
Aedes spp. Maya index in Kutabanjarnegara Village Banjarnegara Subdistrict Banjarnegara District
Banjarnegara is a new endemic area of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). In 2009-2010, in Banjarnegara District dengue cases increased. Maya index was used to
identify a high risk area as a breeding sites of Aedes spp.
m o s q u i t o e s . T h e s t u d y w a s c o n d u c t e d i n Kutabanjarnegara sub district in May 2012. Larval survey was done to determine the presence of water shelter around 100 meters of DHF cases. Grouping Maya index status used hygiene risk index and breeding risk index indicators. The results showed a higher proportion of controllable sites (88.6%) with positive larvae 4.9%. Flower pots, plant pot bases, and washstand are type of
containers which are more founded larvae of Aedes spp. on
controllable sites. Bamboo fence was the most prevalent (60%) on disposable sites. Most of household in this study sites included in medium category of breeding risk index (75%), medium category of hygiene risk index (91%), and m e d i u m c a t e g o r y o f M a y a i n d e x ( 7 8 . 2 % ) . Kutabanjarnegara sub dstrict has a medium risk level as
breeding sites of Aedes spp. based on Maya index status.
M aya i n d ex , hyg i e n e r i s k i n d ex ,
breeding risk index, Aedes spp.
M. Rasyid Ridha, Hijaz Nuhung
Implementation of Dengue Hemorhagic Fever Control Policies in Banjarmasin
South Kalimantan is one of the provinces that still have problems with DHF, the prevalence of 0.26% per year. Out of the 13 regencies / cities in South Kalimantan Province, (Zoonoses Research Office of Banjarnegara, NIHRD, Ministry of Health Republic of Indonesia)
(Faculty of Public Health, Diponegoro University)
Journal of Disease Vector Vol 8 No. 1, Jun 2014; p 1-6
Key wo rd s :
_________________________________________________________________ NLM : WC 528
(Zoonoses Research Office of Tanah Bumbu, NIHRD, Ministry of Health Republic of Indonesia)
Journal of Disease Vector Vol 8 No. 1, Jun 2014; p 7-14
City Banjarmasin is the most frequent outbreaks. In order to determine the transmission of dengue fever prevention strategies in South Kalimantan, there should be efforts by utilizing a comprehensive and intensive case prevalence data, measures of health care, presence and program implementation, and evaluation of the success of the program, so it can be determined the type and pattern of effective interventions and efficient.
Q u a l i t a t i v e d e s c r i p t i v e a n d r e t r o s p e c t i v e Characteristically, which qualitatively describes policies and programs that have been done at an earlier time (2010) through depth interview.
The avaibility of basic regulations, Standard Operational Prosedure, Dengue control mannual, infrastructure, and budget are sufficient. Control activities are still largely focused on curative. The implementation of preventive programs are still lacking, particularly, in program manager level. The regulation and financing of the dengue disease control is good enough, the surveillance system has been quite active, still qualitatively less human resources, and community participation in dengue control efforts are lacking. Improved behavior in a healthy life and independence of the community against dengue f e v e r, c o o p e r a t i o n a n d i n c r e a s e c o m m u n i t y participation/ empowerment of society, increased professionalism DBD program managers.
The phytochemical screening of chemical compound in
methanol extract of Jatropha curcas and Riccinus
communis seeds
Schistosomiasis is still a health problem in endemic areas
Napu, Poso, Central Sulawesi. Snail Oncomelania hupensis
lindoensis, intermediate schistosomiasis is widespread in the region Napu. Eradication has been done by spraying chemical molluscicides. The using plant molluscicides need to be examined to controll the snail population. The phytochemical screening is important step to determine the composition of plants extract. The purpose of this study was to identify a class of chemical compounds in the
methanol extract of J. curcas and R .communis seed.
Keywords : control of DHF, policies, surveillance
_________________________________________________________________ NLM : WC 810
Anis Nurwidayati,Yuyun Srikandi, Risti
(Zoonoses Research Office of Donggala NIHRD, Ministry of Health Republic of Indonesia)
Journal of Disease Vector Vol 8 No. 1, Jun 2014; p 15-20
papaya seeds in the same concentrations; pipperazine sitrate 0,2% and NaCl 0,9% and incubated in 370C then observed paralyzed or died worms every 3, 6, 12, and 24-hour. Probit Analysis was used to determine LC50 and LT50 value.
The results showed that raw papaya seeds were more effective than ripe papaya seeds and piperasin sitrat
based on the time needed to kill 50% Ascaris suum
(LC50=14,36167% and LT50=18,97687%).
papaya seeds,anthelmintic, effectivity.
Health Portrait of Mus musculus in Laboratory Condition
Trial animal are use in laboratory for research and
development purpose, such as Mus musculus, Rattus
norvegicus, Lepus curpaeums and Mesocricetus auratus. Approximately 40-80% of the sample animal used is mencit. Mencit are widely used because it's short live period, can have many children, have many trait, easy to handle, and well characterized anatomical and physiological traits.
Medical examination conducted in order to make sure the sample animal are free of diseases. Examination consist of inspection and palpation of the mencit body and stool examination for the presence of parasite infection. the
examination was conducted on eighteen Mus musculus.
Result showed that five Mus musculus have fibrosis at the
rear and front leg, neck, and abdomen. No parasite infection in feces examination.
Laboratory animal, Mice, Medical Examination Keywords :
_________________________________________________________________ NLM : QY 60.R6
Intan Tolistiawaty, Junus Widjaja, Phetisya Pamela F. Sumolang, Octaviani
(Zoonoses Research Office of Donggala, NIHRD, Ministry of Health Republic of Indonesia)
Journal of Disease Vector Vol 8 No. 1, Jun 2014; p 27 -32
Keywords :
_________________________________________________________________ The study was conducted at the Center for Medicinal
Plants and Traditional Medicine (B2P2TOOT)
Tawangmangu in May 2009. The J.curcas and R.communis
seeds extraction was done by percolation method using methanol solvent. Phytochemical screening test
performed with a tube to detect the compound in J.curcas
and R.communis seed extract. Screening followed by thin layer chromatography testing to ensure the screening results of the test tube. Extracts produced from each 500
grams of J.curcas and R.communis dry seed powder with
2500 ml of solvent was 250 ml and 200 ml methanol extract thick yellowish brown. Phytochemical screening with a test tube and thin layer chromatography showed the chemical components contained in the methanol
extract of J.curcas and R.communis seed consist of
alkaloids, saponins, cardenolin, bufadienol, and terpenes.
Keywords : Shistosomiasis, Jatropha curcas, Ricinus
communis, Thin Layer Chromatography
________________________________________________________________________
NLM : QX 277
Dicky Andiarsa
(Zoonoses Research Office of Tanah Bumbu, NIHRD, Ministry of Health Republic of Indonesia)
Journal of Disease Vector Vol 8 No. 1, Jun 2014; p 21 - 26
Effectivity of papaya seeds againsts Ascaris suum : an
in-vitro study
There are many medicine plants have been consumed by community as a traditional medicine and believed empirically as anthelmintic since long time ago, such as
papaya (Carica papaya Linn.). This article compared
anthelmintic affectivity between raw papaya seeds and
ripe papaya seeds against Ascaris suum in vitro.
JURNAL VEKTOR PENYAKIT
Volume 8 No. 1 Juni 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
Dewan Redaksi Jurnal Vektor Penyakit mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada segenap Mitra Bestari yang terlibat dalam proses penelaahan edisi kali ini.
Mitra Bestari
Prof. dr. Agus Suwandono,MPH,Dr.PH (Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes)
Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, SKM, M.Kes, M.ScPH (FKM, Universitas Hasanuddin, Makassar)
Prof. Dr. drg A Arsunan Arsin, M.Kes ( FKM, Universitas Hasanuddin, Makassar)
dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc, PhD (Universitas Hasanuddin, Makassar )
NLM : QX 525
Nova Pramestuti and Devy Amelia Nurul Alamsyah
Maya Index Aedes spp. di Kelurahan Kutabanjarnegara Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara
Kabupaten Banjarnegara merupakan wilayah endemis baru DBD. Pada tahun 2009-2010, di Kabupaten
Banjarnegara terjadi peningkatan kasus DBD. Maya index
digunakan untuk mengidentifikasi suatu area berisiko
tinggi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
spp. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kutabanjarnegara
pada Mei 2012. Survei jentik dilakukan untuk melihat keberadaan tempat penampungan air dalam radius 100 meter dari laporan kasus DBD. Pengelompokan status
Maya index menggunakan indikator hygiene risk index dan
breeding risk index. Hasil penelitian menunjukkan
proporsi controllable sites lebih tinggi (88,6%) dengan
positif jentik sebesar 4,9%. Pot bunga, tatakan pot, dan wastafel adalah jenis kontainer yang sebagian besar
ditemukan jentik Aedes spp. pada controllable sites. Pagar
bambu paling banyak ditemukan (60%) pada disposable
sites. Sebagian besar rumah di lokasi penelitian termasuk
dalam kategori breeding risk index sedang (75%), hygiene
risk index sedang (91%), dan Maya index sedang (78,2%). Kelurahan Kutabanjarnegara memiliki tingkat risiko
sedang sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
spp. berdasarkan status Maya index.
Maya index, hygiene risk index,
breeding risk index, Aedes spp.
M. Rasyid Ridha, Hijaz Nuhung
Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue di Kota Banjarmasin
Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi yang (Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI )
( Fa ku l t a s Ke s e h a t a n M a sya ra ka t , U n ive r s i t a s Diponegoro)
Jurnal Vektor Penyakit Vol 8 No. 1, Jun 2014; Hal 1 - 6
Kata kunci :
_________________________________________________________________ NLM : WC 528
(Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI )
Jurnal Vektor Penyakit Vol 8 No. 1, Jun 2014; Hal 7 - 14
Volume 8 No. 1 Juni 2014
LEMBAR ABSTRAK
Journal of Disease Vector
E-ISSN 2354-8835 E-ISSN 2354-8835 E-ISSN 2354-8835 ISSN 1978-3647 ISSN 1978-3647 ISSN 1978-3647
masih bermasalah DBD dengan angka prevalensi kasus pertahun sebesar 0,26%. Dari 13 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Banjarmasin merupakan wilayah yang paling sering terjadi KLB. Guna menemukan strategi pencegahan penularan DBD yang tepat di Kalimantan Selatan, maka perlu dilakukan upaya-upaya yang komprehensif dan intensif dengan memanfaatkan data prevalensi kasus, tindakan pelayanan kesehatan, keberadaan dan pelaksanaan program. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di Kota Banjarmasin pada tahun 2010.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dasar-dasar regulasi, SOP, pedoman pelaksanaan pengendalian DBD, sarana, pembiayaan masuk dalam kategori cukup. Kegiatan pengendalian umumnya masih berfokus kuratif, tetapi upaya preventif dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pokok program secara kualitatif masih sangat kurang khususnya di tingkat pelaksana program. Regulasi pengendalian penyakit DBD sudah cukup baik, sistem surveilans sudah cukup aktif, SDM secara kualitatif masih kurang, dan perilaku masyarakat dalam pengendalian DBD masih kurang. Peningkatan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian masyarakat terhadap penyakit DBD, kerjasama dan peningkatan peran serta masyarakat/pemberdayaan mayarakat, peningkatan profesionalisme pengelola program DBD.
engendalian DBD, kebijakan, surveilans
Anis Nurwidayati, Yuyun Srikandi, Risti
Skrining Fitokimia Ekstrak Jarak Pagar (Jatropha curcas)
dan Ekstrak Jarak Kastor (Riccinus communis) Famili
Euphorbiaceae
Schistosomiasis saat ini masih menjadi masalah kesehatan di daerah endemis Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi
Tengah. Keong Oncomelania hupensis lindoensis, perantara
schistosomiasis tersebar luas di wilayah Napu. Pemberantasan yang dilakukan selama ini yaitu dengan penyemprotan moluskisida kimia. Upaya pengendalian keong dengan menggunakan bahan tanaman perlu dilakukan. Pendekatan skrining fitokimia merupakan langkah penting dilakukan untuk mengidentifikasi jenis Kata kunci : p
_________________________________________________________________ NLM : WC 810
(Balai Litbang P2B2 Donggala , Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI )
NLM : QX 277
(Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI )
Jurnal Vektor Penyakit Vol 8 No. 1, Jun 2014;Hal 21 - 26 Dicky Andiarsa
Efektifitas Biji Pepaya dalam membunuh Ascaris suum : uji
in-vitro
Banyak tanaman obat yang sejak lama dikonsumsi masyarakat sebagai obat tradisional dan dipercaya secara empirik dapat mengobati penyakit kecacingan, salah satu
yang utama adalah tanaman pepaya (Carica papaya Linn.).
Pada tulisan ini menyajikan perbedaan efektifitas anthelmintik antara biji pepaya muda dan biji pepaya masak.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya bulan Juni-Agustus 2002. Sepuluh ekor cacing dimasukkan ke dalam masing-masing wadah perlakuan yang berisi biji pepaya muda, biji pepaya masak, kontrol golongan senyawa kimia pada suatu tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi golongan senyawa kimia di dalam ekstrak metanol biji jarak pagar dan jarak kastor.
Penelitian dilakukan di Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu pada bulan Mei 2009. Ekstraksi biji jarak merah dilakukan dengan metode perkolasi menggunakan pelarut metanol. Dilakukan skrining fitokimia dengan uji tabung untuk mendeteksi golongan senyawa di dalam ekstrak biji jarak pagar dan jarak kastor. Skrining dilanjutkan dengan uji kromatografi lapis tipis untuk memastikan hasil skrining dari uji tabung. Ekstrak yang dihasilkan dari masing – masing 500 gram serbuk biji jarak pagar dan jarak kastor kering dengan 2500 ml pelarut metanol adalah sebanyak 250 ml dan 200 ml ekstrak kental berwarna coklat kekuningan. Skrining fitokimia dengan uji tabung dan kromatografi lapis tipis menunjukkan komponen kimia yang terkandung dalam ekstrak metanol biji jarak pagar dan jarak kastor terdiri dari alkaloid, saponin, cardenolin, bufadienol, dan terpen.
K a t a k u n c i : S c h i s t o s o m i a s i s ,J a t r o p h a c u r c a s ,
Ricinus communis, Kromatografi Lapis Tipis
_________________________________________________________________
NaCl 0,9% dan piperasin sitrat 0,2% kemudian dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 370C dan
diamati adanya paralisis atau kematian Ascaris suum
pada jam ke-3, ke-6, ke-12, dan ke-24. Nilai LC50 dan LT50 ditentukan dengan analisis probit. Hasil penelitian menunjukkan biji pepaya muda lebih efektif berdasarkan
waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 50% Ascaris
suum dibandingkan dengan biji pepaya masak dan
p i p e r a s i n s i t r a t ( L C 5 0 = 1 4 , 3 6 1 6 7 % d a n LT50=18,97687%).
biji pepaya, anthelmintik, efektifitas.
Hewan coba adalah hewan yang sengaja dipelihara untuk digunakan sebagai hewan model yang berkaitan untuk pembelajaran dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorium. Hewan laboratorium yang sering
digunakan yakni mencit (Mus musculus), tikus putih
(Rattus norvegicus), kelinci, dan hamster. Sekitar 40-80% penggunaan mencit sebagai hewan model laboratorium, mencit banyak digunakan karena siklus hidupnya relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatmya tinggi, mudah ditangani, dan sifat anatomis dan fisiologinya terkarakterisasi dengan baik.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan agar hewan laboratorium yang akan digunakan bebas dari penyakit. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan pada masing-masing mencit berupa inspeksi dan palpasi pada tubuh mencit dan pemeriksaan feses untuk melihat adanya infeksi parasit. Pemeriksaan dilakukan pada 18 ekor mencit. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 5 ekor mencit mengalami fibrosis pada bagian kaki belakang dan depan, leher serta abdomen. Hasil pemeriksaan feses mencit tidak ditemukan adanya infeksi parasit.
hewan coba, mencit, pemeriksaan kesehatan Kata kunci :
_________________________________________________________________ NLM : QY 60.R6
Intan Tolistiawaty, Junus Widjaja, Phetisya Pamela F. Sumolang, Octaviani
(Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI )
Gambaran Serologis Toksoplasmosis pada Wanita Usia Subur di Delapan Puskesmas di Kota Palu
Jurnal Vektor Penyakit Vol 8 No. 1, Jun 2014;Hal 27-32
Kata kunci :