• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di tulis untuk memenuhi salah satu tugas program mata kuliah “Hadits Tarbawi”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Di tulis untuk memenuhi salah satu tugas program mata kuliah “Hadits Tarbawi”"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KURIKULUM PENDIDIKAN

Di tulis untuk memenuhi salah satu tugas program mata kuliah “Hadits Tarbawi

Di Susun oleh:

1. Maulida Zahro Fiddini (201510010311053) 2. Zulfa Firda Zakiyah (201510010311054) 3. Frhimadani Santika (201510010311055) 4. Muhammad Sholeh (201510010311056)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

PEMBAHASAN

Kurikulum Pendidikan

: َلا َق ُهْنَع ُالله َي ِ ضَر ٍّ ي ِلَع ْنَع

: َمَّل َس َو ِهْي

لَع ُالله ى َّل َص ِالله ُلْو ُسَر َلا

َ

َق

ى َل َع ْم ُك َد

لَْو

َ

ا ا ْوُب ِ د

َ

ا

َ

ِالله ِ ل ِظ ْي ِف ُن

أْر ُق

َ

لا َة

ْ

ل ْم َح َّن ِإ

َ

َف ِنَأْرُقْلا ُةَأَرِق َو ِهِتْيَب ِلْهَا ِ بُحَو ْمُك ِيِبَن ِبُح : ٍّلاَص ِخ ِث َلََث

َ ْوَو

) ِم

لْو َّدلا ُها َوَر( ِهِئاَي ِف ْص

َ

ا َو ِهِئاَيِب

َ

ْنَا َعَم ُهَّل ِظ ٌّل ِظ َلَ

Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan

tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)

َق ِه د َج ْنَع ِهْيِب

ا ْنَع ِبْيَع

َ

ُش ُنْبوُرَمُع ْنَع

ا ْوُر ُم : َمَّل َس َو ِهْي

لَع ُالله ى َّل َص ِالله ُل ْو ُسَر َلا

َ

َق : َلا

ِع ِجا

َضَ ْلْا ْيِف ْمُهَنْيَب اْوُقِ رَف َو َر َشَع َءاَنْبَا ْمُهُبِرْضاَو َنْيِن ِس ُءاَنْبَا مُهَو ِة َلََّصلاِب ْمُكَد َلَْوَا

ُها َوَر (

) َد ُوا َد ْوُب

ا

َ

Dari Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata : Raulullah SAW bersabda : “Perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat, pada saat mereka berusia tujuh tahun,

dan pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh tahun jika mereka meninggalkan shalat dan pisahkanlah mereka dalam hal tempat tidur.” (HR. Abu Dawud)

ا َوَر( ِهِلْو ُسَر

َةَّن ُس َو ِالله َباَتِك اًدَبَا اْوُّل ِضَت ْنَل اَمِهِب ْمُتْك َسْمَت ْنِا اَم ِنْيَرْمَا ْمُكْيِف ُتْكَرَت

ُه

) ْم ِكا َح

“Telah aku tinggalkan kepada kalian semua dua perkara yang jika kalian berpegang teguh

padanya maka tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Hakim)

A. Pengertian dan Hakikat Kurikulum

(3)

konteksnya dengan dunia pendidikan menjadi circle of instruction yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat di dalamnya. Dengan demikian, curricu diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari1.

Namun ada juga yang memberikan pengertian atau definisi mengenai kurikulum, yaitu kurikulum sebagai kumpulan subjek yang diajarkan disekolah atau arah suatu proses belajar. Sedangkan dalam bahasa arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Apabila pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan maka manhaj atau kurikulum berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru dengan orang-orang yang dididik untuk menyumbangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka (peserta didik)2. Dalam engertian lain dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengatur lembaga-lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan3.

Menurut al-Ghazali, kurikulum pendidikan terdapat dua hal yang menarik. Pertama, pengklasifikasiannya terhadap ilmu pengetahuan dan segala aspek yang berkaitan dengannya. Kedua, Pemikirannya tentang manusia berikut dengan segala potensi yang dibawa, pada hakekatnya semua manusia esensinya sama. Yakni ia sudah kenal betul dengan pencipta, selalu mendekatkan kepada-Nya dan hal ini tidak akan berubah. Namun, setelah esensi itu menyatu dengan tubuh/fisik, ia menjadi berubah4.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya kearah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan ketrampilan dan sikap mental.

Pada hakikatnya kurikulum adalah model yang diacu oleh pendidikan dalam upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan tujuan pendidikan yang disepakati. Oleh karena itu, setiap lembaga memiliki kurikulum pendidikan yang berbeda. Ada perbedaan antara kurikulum pendidikan umum dengan kurikulum pendidikan kejuruan.

1 Arbangi, KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIKULTURAL: Kajian Kritis

pada ranah Teoritik dan Praktek, Progressiva Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, Vol. 1, No., Februari-Juni 2016, hal. 39-40

2 Ibid, hlm. 39-40

(4)

Jika kurikulum berbeda, cara yang ditempuh dalam mengimplementasikan kurikulum pun berbeda5.

Kurikulum dengan pengertian di atas memberikan indikasi bahwa pedoman rencana pembelajaran tidak bersifat kaku. Kurikulum yang baik adalah yang dinamis, actual, teorotis, dan aplikatif. Sebagaimana tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan, misalnya pendidikan bertujuan meningkatkan penguasaan pengetahuan siswa, pengembangan pribadi siswa, kemampuan social, dan kemampuan ketrampilan kerja6.

B. Dasar Kurikulum

Dasar kurikulum adalah kekuatan-kekuatan utama yang memengaruhi dan membentuk materi kurikulum, susunan atau organisasi kurikulum. Adapun dasar-dasarnya yakni sebagai berikut7 :

1. Dasar Religi

Dasar yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai ilahi yang tertuang dalam Al Qur’an maupun As Sunnah.

Berdasarkan hadist nabi Saw

ا َوَر( ِهِلْو ُسَر

َةَّن ُس َو ِالله َباَتِك اًدَبَا اْوُّل ِضَت ْنَل اَمِهِب ْمُتْك َسْمَت ْنِا اَم ِنْيَرْمَا ْمُكْيِف ُتْكَرَت

ُه

) ْم ِكا َح

“Telah aku tinggalkan kepada kalian semua dua perkara yang jika kalian berpegang teguh

padanya maka tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Hakim)

Kemudian disamping kedua sumber itu masih ada sumber yang lain, yaitu dasar yang bersumber dari dalil ijtihadi, suatu hasil pikiran manusia yang tidak berlawanan dengan jiwa semangat Al Qur’an dan As sunnah. Dalil ijtihadi dapat berupa ijma’

5 Hasan Basri, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 128-129 6Ibid, hlm. 128-129.

(5)

(consensus para ulama), qiyas (analogi), istihsan, istishab, mashalih al mursalah,

madzhab shahabi, sadzdz al dzari’ah, syar’u man qablana, dan ‘uruf.

2. Dasar Falsafah

Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan islam, dengan dasar filosofis, sehingga susunan kurikulum mengandungsuatu kebenaran, terutama kebenaran dibidang nilai-nilai sebagai pandanga hidup yang diyakini suatu kebenarannya. Dasar filosofis membawa rumusan kurikulum pendidikan islam pada tiga dimens, yaitu dimensi ontologis, dimensi epistimologis, dan dimensi aksiologi.

1. Dimensi Ontologi

يِنوُئِب

ْنَأ َلاَقَف ِةَكِئ َلََلْا ىَلَع ْمُهَضَرَع َّمُث اَهَّلُك ِءاَم ْسَلأا ُ َداَء َمَّلَعَو

ْمُتْن ُك ْن ِإ ٍّءلآ

ُؤَه ِءاَم ْسأِب

َنْيِق ِدا َص

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama [benda-benda] seluruhnya, kemudian

mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama

benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (Qs. Al-Baqarah : 31)

Implikansi dimensi ontologi dalam kurikulum pendidikan ialah bahwa pengalaman yang

ditanamkan pada peserta didik tidak hanya pada fisik dan isinya yang berkaitan dengan

pengalaman sehari-hari, melainkan sebagai sesuatu yang tidak terbatas dalam realitas fisik.

Maksud alam tak terbatas adalah alam rohaniah atau spiritual, yang menghantarkan manusia

kepada keabadian.

2. Dimensi Epistimologi

(6)

dihasilkan bersifat tidak mutlak, tentatif, dan dapat berubah-ubah (Qs. Ar-Rahman : 26-27, Al-Isra’ : 85). Umar bin al-Khattab menyatakan :

ْم ُكِنا َمَز َرْي

َغ ٍّناَمَزِلَو ْمُكِلْيَج َرْيَغ ٍّلْيَج ِل اْوُقِلُخ ْدَق ْمُكئاَنْبَا ْنِا

“Sesungguhnya anak-anakmu dijadikan untuk generasi yang lain dari generasimu, dan zaman yang lain dari zamanmu”.

3. Dimensi Aksiologi

Dimensi ini mengarahkan pembentukan kurikulum yang dirancang sedemikian rupa agar meberikan kepuasaan kepada diri peserta didik agar memiliki nila-nilai yang ideal, menjalani hidup dengan baik, sekaligus menghindarkan nilai-nilai yang tidak diinginkan

C. Isi Kurikulum

Dalam buku Bukhari Umar dijelaskan bahwa isi kurikulum (materi) ada 8 yaitu : 1. Pendidikan Aqidah

Pendidikan aqidah proses pembinaan dan pemantapan kepercayaan dalam diri seseorang sehingga menjadi aqidah yang kuat dan benar.

َتا َذ َم ل َس َو ِهْي

لَع ُالله ى ل َص ِالله ِلْو ُسَر َدْنِع ُن ْحَن ا َمَنْيَب َلا

َ

َق ِبا طَخْلا ِنْب َرَمُع ْنَع

ِداَو َس ُدْو ِد َش ِباَيِ ثْلا ٌضاَيَب ٌدْو ِد َش ٌلُجَر َنْيَلَع َعَلَط ْذإ ِ ْوَو

َرُوَلَ ِرع

َّشلا

ُرَث

أ ِهْي

َ

لَع ى

َ

ْي

لَع الله ى َّل َص ي ِب

َ

َّنلا ىَلِإ َسَلَج ىَّتَح ٌدَحَا اَّنِم ُهُفِرْعَيَلَ َوِرَف َّسْلا

ِهْي

َتَبْكُر َدَن ْسَاَف َمَّل َسَو ِه

ِنَع ْيِنْرِب

ْخَأ ٌدَّمَحُم اَو َلاَقَو ِهْوَذْخَف ىَلَع ِهْيَّفَك َعَض َوَو ِهْيَتَبْكُر ىَلِا

َلا َق َف ِ َلَ ْسِلإا

ا ًد َّم َح ُم َّن

أ َو الله َّلَا َهلا َلَ ْن

َ

أ َدَه ْشَت ْن

َ

أ ُ َلَ ْسِلإا َم

َ

َّل َسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْو ُسَر

َمَّل َس َو ِهْي

لَع ُالله ى َّل َص ِالله ُل ْو ُسَر

َ

َّج ُحَت َو َنا َض َمَر ُ ْو ُصَت َو َةاَكَّزلا ىِت ْؤُت َو

َةَلََّصلا ُمْيِقُتَو

(7)

ِر ِخلَا ِ ْوَي

لا َو ِهِل ُس ُر َو ِهِب

ْ

ُتُكَو ِهِتَكِئَلََمَو ِللهاِب ُنِمْؤُت ْنَأ َلاَق َناَمْوِلإا ِنَع ىِنْرِبْخَاَف

َخ ِر ْد

َقْلاِب ُنِمْؤُتَو

ِنْرِب

ْخَأَف َلاَق َتْق َّدَص َلاَق ِهِ ر َشَو ِهِرْي

َلاَق ِنا َس ْحِلإا ِنَع ي

ُدُبْعَت ْن

أ

َ

ْم

ل ْنِإ

َ

َف ُهاَرَت َكَّنَأَك َالله

كاَرَو ُهَّنِإ

َف ُهاَرَت ْنُكَت

Atinya : Umar bin Al-Khathab meriwayatkan, “ Pada suatu hari ketika kami berada didekat Rasulullah tiba-tiba dating kepada kami seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat tanda-tandanya dalam perjalanan, dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Ia duduk didekat Nabi SAW lalu menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua tangannya di atas paha beliau lantas berkata, Hai Muhammad ! Beritahkan kepada saya tentang Islam. Rasulullah SAW bersabdah, Islam adalah pengakuan baha tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirika sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan memunaikan haji bagi orang yang sanggup. Lelaki itu berkata, Engkau benar. Umar meneruskan, Kami tercengang melihatnya ia bertanya dan ia pula yang membenarkannya. Selanjutnya laki-laki itu bertanya lagi, Beritahukan kepaku tentang iman. Beliau menjawab, Iman adalah keyakinan kepada Allah, malaikat-malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qhadar baik serta buruk. Laki-laki itu berkata, engkau benar. Selanjutnya, ia berkata lagi, beritahukan kepadaku tetang ihsan. Beliau menjawab, Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya. Jika engkau tidak dapat melihatnya, maka rasakan bahwa Dia melihatmu “(HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu

Dawud, dan An-Nasai).

(8)

1) Dalam hadits di atas dinyatakan bahwa jibril dating mengajarkan agama kepada sahabat Nabi. Dalam proses ini, jibril berfungsi sebagai guru, Nabi sebagai narasumber, dan para sahabat sebagai peserta didik.

2) Dalam proses pembelajaran, jibril sebagai guru menggunakan metode tanya jawab. Metode ini efektif untuk menarik minat dan memusatkan perhatian para peserta didik.

3) Materi pengajaran agama Islam dalam hadits tersebut meliputi aspek-aspek pokok dalam ajaran Islam, yaitu kaidah, syariat, dan akhlak. Dari ketiganya, aspek yang didahulukan adalah akidah. Ajaran Islam diajarkan secara integral, tidak secara parsial.

Islam menempatkan pendidikan aqidah pada posisi yang paling mendasar, yakni terposisikan sebagai rukun yang pertama, dalam rukun Islam yang lima, sekaligus sebagai kunci yang membedakan antara orang Islam dan non Islam. Lamanya waktu dakwah Rasulullah dalam rangka mengajak umat agar bersedia menauhidkan Allah menunjukkan betapa penting dan mendasarkan pendidikan aqidah Islamiyah bagi setiap umat muslim pada umumnya. Terlebih pada kehidupan anak, dasar-dasar aqidah harus terus menerus ditanamkan agar setiap perkembangan dan pertumbuhannya senantiasa dilandasi oleh aqidah yang benar. Pendidikan Islam dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan aqidah Islamiyah, karena aqidah merupakan inti dan dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan sejak dini.

2. Pendidikan Ibadah

Pendidikan Ibadah yang dimaksud disini adalah proses pengajaran, pelatihan, dan bimbingan dalam pengenalan Ibadah khusus. Materi pendidikan Ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, dan haji.

Hadits Nabi :

َ

لَع ُالله ى َّل َص ِالله ُل ْو ُسَر َلا

َق : َلاَق ِه دَج ْنَع ِهْيِبَا ْنَع ِبْيَع ُش ُنْبوُرَمُع ْنَع

ا ْوُر ُم : َمَّل َس َو ِهْي

ِع ِجا

َضَ ْلْا ْيِف ْمُهَنْيَب اْوُقِ رَف َو َر َشَع َءاَنْبَا ْمُهُبِرْضاَو َنْيِن ِس ُءاَنْبَا مُهَو ِة َلََّصلاِب ْمُكَد َلَْوَا

ُها َوَر (

(9)

Dari Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata : Raulullah SAW bersabda : “Perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat, pada saat mereka berusia tujuh tahun,

dan pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh tahun jika mereka meninggalkan shalat dan pisahkanlah mereka dalam hal tempat tidur.” (HR. Abu Dawud)

Hadits di atas menjelaskan salah satu contoh bagaimana proses pengajaran anak dalam melaksanakan ibadah shalat.

3. Pendidikan Akhlak

Kata akhlak (akhlaq) adalah bentuk jama’ dari kata khuluq. Kata khuluq berarti

budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Abdul Hamid Yunus berpendapat bahwa akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik. Al-Ghazali mengemukakan bahwa, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.

Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlak karimah). Proses tersebut tidak terlepas dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik secara total sehubung dengan pendidikan akhlak, Rasulullah SAW telah mengemukakannya dalam banyak hadits, diantaranya sebagai berikut.

َّل َص ُي ِب

َّنلا ِنُكَو ْمَل َلاَق اَمُهْنَع ُالله َي ِ ضَر وُرْمِع نب ِالله ِدْبَع ْنَع

َمَّل َس َو ِهْي

لَع ُالله ى

َ

ْن ِم َّنِإ ُلو

ُقَو َناَكَو ا ًش ِ خَفَتُم َلََو ا ًش ِحاَف

اًق

لأ ْخ

َ

أ ْم ُكَن َس ْح

َ

أ ْم ُكِراَي ِخ

َ

“Abdullah bin Amru Ra berkata, ‘Nabi SAW bukan orang yang keji dan bukan orang yang bersikap keji.’ Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya yang terbaik diantara kamu adalah yang paling baik akhlaknya.’” (HR. Al-Bukhari).

(10)

3. Pendidikan Hati

Pendidikan hati merupakan bagian dari pembinaan rohani yang ditekankan pada upaya pengembangan potensi jiwa manusia agar senantiasa dekat dengan Allah SWT, cenderung kepada kebaikan, dan menghindari dari kejahatan. Sehubung dengan ini, terdapat hadits-hadist antara lain :

َمَّل َس َو ِهْي

لَع ُالله ى َّل َص ِالله ُلو ُسَر َلا

َ

َق َلاَق َةَرْيَرُه ْي

ِب

أ ْنَع

َ

ْم ُك ِرَوُص ى

ل ِإ ُر

َ

ظْنَو َلَ َالله َّن ِإ

ُ

ْم ُك ِلا َمْع

أ َو ْم ُكِبو

َ

ُلُق ىَلِإ ُرُظْنَو ْنِكَلَو ْمُكِلاَوْمَأَو

“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah

tidak melihat bentuk dan hartamu, tetapi Dia melihat hati dan perbuatanmu.’” (HR. Ibnu Hibban)

Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menegaskan bahwa Allah SWT lebih menghargai hati yang bersih dan amal shaleh daripada bentuk tubuh yang cantik, gagah, dan harta yang banyak. Itu berarti bahwa sebagai hamba Allah, setiap muslim harus berupaya mendapatkan yang lebih baik menurut Rabb-Nya. Dalam hadits lain, Rasulullah menegaskan betapa pentingnya fungsi hati dalam kehidupan seseorang.

َمَّل َس َو ِهْي

لَع ُالله ى َّل َص ِالله ُلو ُسَر ُتْعِم َس ُلو ُقَو ٍّرْي ِشَب َنْب نا َمْعُّنلأ ْنَع

َ

َو

ٌنِ يَب ُل

َلََحلا ُلوُق

ِ يَب ُ اَر َح

لا َو

ْ

ِهِنِو ِدِل

أَرْبَت ْسا ِتاَهَّب َش

َ

ُلْا ىَقَّتا ِنَمَف ِساَّنلا َنِم ٌرْيِثَك اَهُمَلْعَي َلَ ٌةاَهَّب َشُم اَمُهَنْيَبَو ٌن

ِه ِضْرِعَو

ُو ْن

أ ُك ِشوُو ى َم ِحلا َل ْو َح ىَعْرَو ٍّعاَر

َ

َك ِتاَهُب ُّشلا يِف َعَقَو ْنَمَو ,

َو

ِ ل

ُكِل َّنِإَو َلََأ ُهَعِق ا

ًم ِح ٍّكِل َم

َح

ل َص ْت َح

َ

ل َص ا َذِإ

َ

ًةَغْضُم ِد َسَجلا يِف َّنِإَو َلََأ ُهُمِراَحَم ِه ِضْرْأ يِف ِالله ىَم ِح َّنِإ َلََأ ى

ُد َس َجلا

ُبْل َقلا َي ِهَو

َلََأ ُهُّلُك ُد َسَجلا َد َسَف ْت َد َسَف اَذِإَو ُه لُك

“Nu’man bin Basyir bercerita bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Perkara yag halal telah jelas dan yang haram telah jelas pula. Antara keduanya ada

(11)

larangan dan ketahuilah pula larangan Allah adalah segala yang diharamkan-Nya. Ketahuilah dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila daging itu baik, maka baik pula tubuh itu semuanya. Apabila daging itu rusak, maka binasalah tuuh itu seluruhnya. Ketahuilah, daging tersebut adalah hati.’” (HR. Al-Bukhari).

Diantara informasi yang terdapat dalam hadits di atas adalah keadaan hati seseorang sangat menentukan semua kondisinya yang meliputi perkataan, sikap, dan perbuatannya. Artinya, apabila hati seseorang dalam keadaan bersih dan sehat, maka semua perkataannya, sikap, dan perbuatannya akan baik. Sebaliknya, apabila hatinya kotor, maka semua produk dirinya akan buruk. Disini, Rasulullah SAW memberikan motivasi yang sangat besar kepada umatnya untuk berusaha membersihkan hati dari segala sikap yang buruk sekaligus menghiasinya dengan semua sikap yang baik.

5. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat dengan wahana aktivitas jasmani. Dalam pengertian ini terlihat bahwa pendidikan jasmani menekankan pada proses pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani untuk mendapatkan kebugaran dalam berbagai hal.

Diantara tujuan pendidikan jasmani adalah menjaga dan memelihara kesehatan badan termasuk organ-organ pernafasan, peredaran darah, dan pencernaan ; melatih otot-otot dan urat saraf; serta melatih kecepatan dan ketangkasan. Pendidikan jasmani dapat berupa :

a) Memanah

ِرَبْنِلْا ى

َلَع َوُهَو َمَّل َسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلو ُسَر ُتْعِم َس ُلوُقَو ٍّرِماَع ِنْب َةَبْقُع ْنَع

ٍّة َّو

ُق ْنِم ْمُتْعَطَت ْسا اَم ْمُهَل اوُّدِعَأَو ُلوُقَو

َلَ

أ ُي ْمَّرلا َة َّو ُقلا َّن ِإ

َ

َلََأ ُيْمَّرلا َةَّوُقلا َّنإ َلََأ

َّن ِإ

ُيمَّرلا َة َّو ُقلا

“Uqbah bin Amir berkata ‘Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ketika beliau sedang berada di atas mimbar, ‘siapkanlah untuk menghadapi mereka
(12)

memanah. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah.’” (HR. Muslim)

Memanah pada dasarnya adalah menggunakan senjata. Senjata dapat berkembang sesuai dengan perubahan zaman, karna pada saat ini senjata sudah beraneka ragam, maka anjuran memanah itu dapat pula berarti anjuran menggunakan senjata yang modern.

b) Berkuda

Sehubung dengan olah raga berkuda, Rasulullah SAW bersabda :

ْرا َمَّل َس َو ِهْي

لَع ُالله ى َّل َص ِالله ُلو ُسَر َلا

َ

َق َلاَق ِ يِ َهَُجلا ٍّرِماَع ِنْب َةَبْقُع ْنَع

اوُب َكْرا َو او ُم

ْن

أ ْن ِم َّي

َ

ل ِإ ُّب َح

َ

أ او ُمْرَت ْن

َ

أ َو

َ

َةَي ْمَر َّلَ ِإ ٌل ِطاَب ُل ُجَّرلا ِهِب وُه

ْلَو ٍّءْي َ ش َّلُك َّنِإَو اوُبَكْرَت

ِد

أَت َو ِه ِس ْو َقِب ِل ُجَّرلا

ْ

ُهَت

أَر ْما ُهَتَبَعَلَ ُم َو ُه َسَر َف ُهَبْو

َ

“Dari Uqbah bin Amir al-Juhani bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Memanahlah

dan kendarailah olehmu (Kuda). Namun, memanah lebih aku sukai daripada berkuda. Sesungguhnya setiap hal yang menjadi permainan seseorang adalah bathil, kecuali yang memanah dengan busurnya, mendidik atau melatih kudanya, dan bersenang-senang dengan istrinya’”. (HR. Ibnu Majah)

Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa berkuda dan memanah adalah olahraga yang disukai Rasulullah SAW. Kemampuan berkuda dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan termasuk berdagang dan berperang dalam konteks zaman sekarang, anjuran mengendarai kuda dapat pula diterjemahkan sebagai anjuran menguasai teknologi transportasi. Hal ini sangat dibutuhkan oleh umat islam.

c) Menjaga Pola Makan

(13)

ُع ِنْبا ْنَع

ٍّد ِحاَو ىًعِم ُل

ُكْأَو ُنِمْؤُلْا َمَّل َسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلو ُسَر َلاَق َلاَق َرَم

ُءاَع ْم

أ ِةَعْب َس ْي ِف ُل

َ

ُكْأَو ُرِفاَكلاَو

Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Orang yang beriman

itu makan dengan satu usus (perut), sedangkan orang kaafir makan dengan tujuh usus.” (HR. Al-Bukhari)

Menurut Syuhudi Ismail, secara tekstual hadits tersebut menjelaskan bahwa usus orang beriman berbeda dari orang kafir. Padalah dalam kenyataan yang lazim, perbedaan anatomi tubuh manusia tidak disebabkan oleh perbedaan umur. Dengan demikian, pernyataan hadits itu merupakan ungkapan simbolik. Itu berarti harus dipahami secara kontekstual.

Perbedaan usus dalam matan hadits tersebut menunjukkan perbedaan sikap atau pandangan dalam menghadapi nikmat Allah, termasuk tata cara makan orang yang beriman memandang makan bukan sebagai tujuan hidup, sedangkan orang kafir menempatkan makan sebagai bagian dari tujuan hidup. Oleh karena itu, Orang yang beriman semestinya tidak banyak menuntut dalam kelezatan makan. Itu berari bahwa orang yang beriman itu harus membatasi makanannya. Makan harus didasarkan pada kebutuhan tubuh, bukan pada selera nafsu belaka.

d) Menjaga Kebersihan

Kebersihan sangat berpengaruh pada kesehatan dan jasmani seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah SAW sangat memperhatikan masalah ini. Wujud perhatian beliau dapat dilihat dalam hadits berikut :

لا َمَّل َس َو ِهْي

لَع ُالله ى َّل َص ِالله ُلو ُسَر َلا

َ

َق َلاَق ِ يِرَع ْشَلأا ٍّكِلاَم ْيِبَأ ْنَع

ُر

ط َش ُروُهُّط

ْ

ِنا َمْوِلإا

Abu Malik Al-Asy’ari bercerita bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kebersihan itu sebagian dari iman.” (HR. Muslim)

(14)

kebersihan dan ibadah begitu pula dengan mandi. Islam mengajak kepada kebersihan tubuh, hati, pakaian, rumah, dan jalan.

Perhatian dan kesungguhan Nabi dalam menjaga kebersihan perlu dicontoh adapun alat dan teknik yang digunakan sesuai dengan perkembangan zaman. Perhatian Rasulullah SAW yang lebih serius lagi terdapat masalah kebersihan gigi dan mulut terihat dalam hadits berikut :

َع ُالله ى َّل َص ِالله ُلو ُسَر ِ ي ِب

َّنلا ِنَع َةَرْيَرُه ْيِب

أ ْنَع

َ

ى َلَع َّق َش

أ ْن

َ

أ َلَو

َ

ل َلا ق َمَّل َس َو ِهْي

َ

ل

َ

ِ ل

ُك َدْنَع ِكاَو ِ سلاِب ْمُهُتْرَمَ َلأ )يِتَّمُأ ىَلَع ِرْيَهُز ِثْوِدَح ْيِف َو( َنْيِنِمْؤُلْا

ِة

َلََص

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Sekiranya tidak akan

memberatkan bagi orang-orang yang beriman (dalam riwayat zuhair bagi umatku) tentu aku menyuruh mereka menggosok gigi ketika mendirikan setiap shalat.”

(HR. Muslim)

Dari beberapa hadits diatas terlihat bahwa Rasulullah sangat memperhatikan kebersihan jasmani. Itu berarti bahwa beliau mendidik umatnya dengan metode keteladanan dan motivasi.

6. Pendidikan Sosial

Pendidikan sosial adalah proses pembinaan kesadaran sosial, sikap sosial, dan ketrampilan sosial, agar anak dapat hidup dengan baik, dan wajar di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya. Sehubung dengan ini, terdapat hadits-hadits.

a) Orang beriman harus bersatu

ِناَي

ْنُبْلاَك ِنِمْؤُمْلِل َنِمْؤُْلْا َّنِإ َلاَق َمَّل َسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص َيِبَّنلا ِنَع ى َ سْوُم يِبَأ ْنَع

ُهَعِبا َص

أ َكَّب َش َو ا ًضْعَب ُه ُضْعَب ُّد ُشَي

َ

Dari Abu Musa, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin bagi

mukmin yang lain satu bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Beliau pun memasukkan jari-jari tangannya satu sama lain.” (HR. Al-Bukhari)

(15)

Perumpamaan yang beliau gunakan sangat sederhana dan mudah dipahami oleh siapa saja.

b) Orang beriman harus saling mencintai

َع ُالله ى َّل َص َي ِب

َّنلا ِنَع ٍّسَن

أ ْنَع

َ

َّب ِحُو ىَّت َح ْم

ُك ُدَحَأ ُنِمْؤُو َلَ َلاَق َمَّل َسَو ِهْيَل

ا َم ِهْي ِخ

َ

ِلَ

ِه ِس ْفَنِل ُّب ِحُو

Dari Annas, Nabi SAW bersabda, “ Tidak beriman salah seorang kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Al

-Bukhari)

Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang belum diperoleh apabila ia tidak mencintai saudaranya. Itu berarti bahwa beliau memberikan motivasi yang sangat besar kepada umatnya agar memiliki rasa dan perilaku sosial yang baik. Motivasi seperti ini juga perlu diberikan oleh orang tua dan guru pada saat ini.

c) Orang Beriman Harus Saling Membantu

ًةَبْر ُك ٍّنِم

ْؤُم ْنَع َسْفَن ْنَم َمَّل َسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْو ُسَر َلاَق َلاَق َةَرْيَرُه ْيِب

أ ْنَع

َ

ٍّر ِسْع ُم ى

َلَع َر َّسَي ْنَمَو ِةَمَيِقْلا ِ ْوَو ِبَرُك ْنِم ًةَبْرُك ُهْنَع ُالله َسَّفَن اَيْنُّدلا ِبَرُك ْنِم

ِهْي

لَع ُالله َر َّسَي

َ

ِف

ي ِف ُاللهَو ِةَر ِخلآاَو اَي

ْن ُّدلا يِف ُالله ُهَرَت َس اًمِل ْسُم َرَت َس ْنَمَو ِةَر ِخلآاَو اَيْنُّدلا ي

ِهْي ِخ

أ ِنْوَع ي ِف ُدْبَع

َ

لا َناَكا َم ِدْبَع

ْ

لا ِنْوَع

ْ

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya

yang melapangkan seseorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, Allah akan melapangkan dari satu kesulitan di hari kiamat. Siapa yang memudahkan dari satu kesulitan, Allah akan memudahkannya dari kesulitan dunia dan akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

(16)

hamba-Nya apabila ia memudahkan urusan orang lain, (c) Allah akan menutup aibnya seorang hamba yang menutup aib saudaranya, dan (d) Allah akan menolong setiap hamba yang menolong urusan hamba-Nya. Urusan ini semua adalah urusan sosial.

Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak mampu hidup sendiri. Dalam berbagai hal, manusia membutuhkan bantuan orang lain. Oleh sebab itu, manusia harus hidup secara sosial. Ia tidak boleh mementingkan diri sendiri. Untuk itu, Rasulullah mendidik umatnya agar menjadi makhluk sosial dengan metode ganjaran atau motivasi yang besar.

7. Pendidikan Intelek/ Akal

Pendidikan akal adalah proses meningkatkan kemampuan intelektual dalam bidang ilmu alam, teknologi, dan sains modern sehingga anak mampu menyesuaikan diri dengan ilmu pengetahuan dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah SWT dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh-Nya. Sehubungan dengan ini ditemukan hadits sebagai berikut :

َلا َق َر َم ُع ِنْبا ْنَع

ي ِف ا ْوُر

َّكَفَتَت َلََو ِالله ِءلآآ يِف ا ْوُرَّكَفَت َمَّل َسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُلْو ُسَر َلاَق

ِالله

Dari Ibnu Umar, Ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘ Berfikirlah kamu tentang

ciptaan Allah SWT dan jangan kamu memikirkan Dzat-Nya”. (HR. Ath-Thabrani)

Dalam hadits ini, Rasulullah SAW mendorong umatnya agar berfikir sebebas-bebasnya, asal di daerah ciptaan Allah SWT alam semesta. Akan tetapi, karena ketebatasan akal, dia melarang memikirkan dzatnya, karena akan menimbulkan kesalahan dan kerusakan.

8. Pendidikan Seks

(17)

termasuk umat manusia. Allah telah menjadikan masa tertentu untuk melakukan hal ini agar manusia dapat meneruskan keturunannya. Agar fitrahnya tetap terpelihara maka terdapat pilar-pilar yang telah digariskan oleh Rasulullah yaitu :

a) Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan

ُالله ى َّل َص ِالله ُل ْو ُسَر َلا

َق َلاَق ِالله ِدْبَع ْنَع

ْم ُه َو ِة

لَ َّصلاِب ْم

َ

ُكَدَلَْوَأ اوُرُم َمَّل َسَو ِهْيَلَع

ِع ِجا

َضَ ْلْا يِف ْمُهَنْيَب اْوُقَّرَفَو ٍّر ْشَع ُءاَنْبَأ ْمُهَو اَهْيَلَع ْمُهْوُبِرْضاَو َنْيِن ِس َعْب َس ُءاَنْب

أ

َ

Dari Abdullah, Rasulullah SAW berkata, “Suruhlah anakmu mendirikan shalat

ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur sepuluh tahun. (Pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur mereka.”

(HR. Abu Dawud)

Hal yang berhubungan dengan subtema ini adalah pada saat itu (umur 10 tahun), pisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan. Mengapa demikian? Menurut Muhammad Suwaid, karena saat itu naluri anak mulai tumbuh. Lalu bagaimana pemisahan anak itu dilakukan? Apa yang dilakuka adalah jangan sampai dua anak itu tidur dalam satu selimut. Jika keduanya tidur masing-masing di atas ranjang yang sama dengan selimut yang berbed, tidak mengapa. Namun apabila keduanya saling dijauhkan, maka itu lebih baik dan lebih utama.

Al-Allamah Syaikh Waliyullah Ad-dahlawi berkata, “Perintah pemisahan tempat tidur ini disebabkan karena masa-masa seperti itu merupakan masa-masa pubertas. Jika tidak diatur, maka anak bisa-bisa melampiaskan nafsu seksual. Dengan demikian, haruslah jalan kerusakan ini ditutup lebih dini sebelum hal itu terjadi. “

(18)

(b) Posisi Tidur Miring ke Sisi Kanan, Tidak Menelungkup

َّل َص ِالله ُلو ُسَر يِل َلا

َق َلاَق اَمُهْنَع ُالله َى ِ ضَر ٍّبِزاَع ِنْب ِءاَرَبْلا ِنَع

ا َذِإ َم

َّل َسَو ِهْيَلَع ُالله ى

َك َء ْو ُض ُو

أ َّض َوَتَف َكَع َج ْض َم َتْيَت

ُ

أ

َ

ِن َمْو

لأا َك ِ ق ِش ى

َ

َلَع َع ِجَطْضا َّمُث ِة َلََّصلِل

Dari Al-Barra’ bin Azib, ia berkata, “Rasulullah Saw berkata kepadaku apabila engkau mendatangi tidurmu (akan tidur), maka berwudhulah seperti wudhu untuk shalat kemudian tidurlah miring kesisi kanan.

Muhammad Suwaid menjelaskan bahwa meneladani sunnah Rasulullah dalam tidur dengan cara berbaring pada sisi kanan akan menjaukan akan dari sekian banyak gelombang seksual anak ketka tidur. Nabi menganggap tidur menelungkup sebagai tidurnya setan. Tidur telungkup menyebabkan terjadi banyak gesekan alat kelamin anak yang akan membangkitkan syahwatnya. Jika kedua orangtua mendapati anaknya tidur dalam kondisi seperti itu, maka mereka harus segera mengubahnya serta menyuruhnya agar tidur miring pada sisi kanan dan jangan sampai tidur telungkup. Di samping itu, tidur telungkup juga dapat menimbulkan banyak penyakit jasmani. Semua dokter, tanpa terkecuali, menasehatkan agar menjauhi tidur telungkup.

(c) Membiasakan anak menundukkan pandangan dan memelihara aurat

ِهْي

لَع ُالله ى َّل َص ِالله ِلْو ُسَر

َ

َفْو ِدَر ٍّساَّبَع ُنْب ُلْضَفْلا َناَك َلاَق ٍّساَّبَع ِنْب ِالله ِدْبَع ْنَع

ِهْي

لِإ ُر

َ

ظْنَت َو ا َهْي

ُ

لِإ ُر

َ

ظْنَو ُل ْض َف

ُ

لا َلَع َجَف ِهَيِت ْفَت ْس

ْ

َت َمَعْثَخ ْنِم ٌةَأَرْما ُهْتَءاَجَف َمَّل َسَو

َلَع َج َف

ُلو ُسَر

ِر

َخلآا ِ ق ِ شلا ىَلِإ ِلْضَفْلا َهْجَو ُفِرْصَو َمَّل َسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله

Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, “ adalah Al-Fadhl bin Abbas membonceng Nabi

SAW lalu datanglah seorang wanita dari Khats’am yang meminta satwa keepada beliau. A-Fadhl kemudian memandang perempuan itu dan ia pun memandangnya. Lalu Rasulullah memalingkan wajah Al-Fadhl ke sisi yang lain. “ (HR. Abu Daud)

(19)

dengan cepat. Jika ia dibiasakan untuk menundukkan dan menjaga pandangannya dari aurat, disertai dengan adanya rasa selalu diawasi oleh Allah SWT, hal itu akan melahirkan kemanisan iman yang dapat dirasakan oleh anak.

D. Fungsi Kurikulum Pendidikan

Fungsi kurikulum dalam pendidikan islam adalah sebgai berikut : (1) Alat untuk mencapai tujuan dan untuk menpuh harapan manusia sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan; (2) Pedoman dan program harus dilakukan oleh subyek dan objek pendidikan; (3) Fungsi kesinambungan untuk persiapan pada jenjang sekolah berikutnya dan penyiapan tenaga kerja bagi yang tidak melanjutkan; (4) Standar dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan, atau sebagai batasan dari program kegiatan yang akan dijalankan pada caturwulan, semester, maupun pada tingkat pendidikan tertentu.

E. Kesimpulan

Kurikulum adalah bagian penting pendidikan dimana kualitas suatu negara ditentukan oleh kualitas pendidikan. Dalam hal ini, pendidik adalah suatu media penting untuk mengatur dan mengembangkan potensi siswa didalam sekolah untuk lebih aktif dan kreatif dalam menumbuhkan bakat dan minat peserta didik didalam perkembangan kurikulum. Sehingga peserta didik mampu menjadi warga negara yang produktif yang ikut berpartisipasi dalam perkembangan dan kemajuan negaranya, khususnya didalam dunia pendidikan. Karena, generasi muda adalah aset bangsa yang tak ternilai. Namun, didalamnya juga butuh kerjasama dalam penerapan pola kurikulum yang juga tak terlepas dari memanajemen pendidikan itu sendiri untuk memperoleh hasil yang optimal.

F. Daftar Pustaka

Basri Hasan, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia

Safrony, Ladzi, 2013, Al-Ghazali : Berbicara Tentang Pendidikan Islam, Malang: Aditya Media Publishing

(20)

Mujib, Abdul dan Mudzakkir, Jusuf, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Arbangi, Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural: Kajian Kritis

Referensi

Dokumen terkait

Pada awal pembelajaran secara daring, guru menstimulus ide, gagasan, dan motivasi peserta Inti didik dengan menunjukan gambar dan memberikan narasi tentang kekayaan

Gejala CVPD adalah bercak-bercak kekuningan (blotching, mottle) yang tidak beraturan pada daun atau klorosis dengan berbagai pola dari ringan sampai berat.. Berbagai

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan cara memberikan perlakuan terhadap sampel yang akan digunakan yaitu terhadap instrumen medis sebelum

Subyek penelitian adalah kepala sekolah, guru dan siswa sebagai responden, menggunakan teknik wawancara langsung untuk mengetahui pengembangan pembelajaran berbasis

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL PADA SISWA PROGRAM AKSELERASI DI SMPN 1 SUMEDANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jumlah jam praktik mengajar (PPL) yang dilakukan praktikan berdasarkan jadwal dan alokasi waktu pelajaran di SMP N 1 Minggir untuk setiap minggunya adalah 12 jam

Dengan data jumlah kalori yang dimiliki buruh angkut diatas, peneliti dapat menentukan kekurangan kalori buruh angkut yang seharusnya terpenuhi dari makanan

Altkomite SC11; Kaynak ve ilgili proseslerle ilgili personelin vas Kaynak ve ilgili proseslerle ilgili personelin vas ıı fland  fland  ıı rma rma ş ş artlar  artlar  ıı , i