BANJARNEGARA 2009/2010
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Dalam Ilmu Tarbiyah
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2010S K R I P S I
O leh:
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
DEKLARASI
Bismillahirrahmanirrahiim
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat
dal am referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila di kemudian hari temyata terdapat meteri atau pikiran-pikiran orang
lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggungj awabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah
skripsi
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi
Salatiga, 31 Agustus 2010
Peneliti
Siti Muntofingah
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@,stainsalatiga.ac.id
Drs. A. Sulthoni, M.Pd
DOSEN STAIN SALATIGA
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 3 eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara Sitt Muntofingah
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum, wr. wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama
ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama Siti Muntofingah
NIM : 121 05 009
Jurusan/ progdi : Tarbiyah/ pendidikan Agama Islam
Judul : PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ESQ POWER DI MTs N 1 BANJARNEGARA.
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Salatiga, 11 Agustus 2010
imbing
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PENGESAHAN
Skripsi saudara : SITI MUNTOFINGAH dengan Nomor Induk Mahasiswa :
121 05 009 yang beijudul: “PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTION DI MADRASAH TSANA WIYAH NEGERI I BANJARNEGARA”. Telah di munaqosahkan dalam siding panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Selasa
tanggal 31 Agustus 2010 yang bertepatan dengan tanggal 21 Ramadhan 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam
Ilmu Tarbiyah.
31 Agustus 2010 M Salatiga,
---21 Ramadhan 1431 H
Panitia
Drs. Ahmad Sulthoni, M.Pd
“Kemenangan itu tidak akan dihidangkan di atas piring emas. Ia akan datang
bersamaan dengan tetesan air mata, darah, tidak tidur malam, rasa letih, rasa
lapar dan kesulitan ”
(Dr. Aidl al-Qorni)
“Jangan menjuhkan diri dari doa, karena doa dan munajat merupakan
jalan untuk meraih ketenangan dan kebahagiaan. Suatu hari nanti
doa-doa itu akan terkabul dan mengantarkanmu pada apa yang kamu
cita-citakan ”
“Siapapun bisa marah, marah itu mudah, tetapi marah pada orang yang tepat
dengan kadar yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan tujuan yang tepat dan
dengan car a yang tepat, bukanlah hal yang mudah ”
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
1. Kakekku Siswandi aim dan nenekku Siswandi yang telah banyak memberikan
motivasi dan dukungan.
2. Bapak Parjo dan Ibu Tuniarti, yang telah memberikan segalanya untuk aku dan
keluargaku.
3. Adik-adikku, Fayatun Cholidah dan Muhammad Sugeng Abidin yang selalu
menjadi motivator buat aku.
4. Ayah yang selalu sabar menghadapi aku, mendampingi aku dan selalu membantu
Bismillahirrohmaanirrohiim
Segala puji bagi Allah penguasa segala alam dan sumber dari segala hukum,
tiada Tuhan selain Allah. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah Allah terakhir dan sebagai
penyempuma risalah sebelumnya.
Pada akhimya penulisan skripsi ini bisa selesai, penulis sadar bahwa
selesainya penulisan skripsi ini berkat bantuan dari orang-orang disekitamya,
tidak ada kata yang patut untuk di ucapkan kepada beliau-beliau ini, kecuali
terima kasih.
Terima kasih ini dihaturkan kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Dra. Siti Astiqoh, M.Si selaku kaprogdi pendidikan Agama Islam STAIN
Salatiga.
3. Miftahudin, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik.
4. Drs. Ahmad Sulthoni, M.Pd selaku pembimbing skripsi.
5. Semua dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya
6. Kepala sekolah, guru dan siswa-siswi MTs N 1 Banjamegara
7. Kedua orang tuaku yang telah mencurahkan segala kasih sayang dan
dukungannya selama mengikuti kuliah.
8. Ayah yang senantiasa sabar dalam membantu penyelesaian skripsi ini
yang teman-teman beri untukku.
12. Westi Arlini teman baikku terima kasih atas semuanya.
13. Keluarga ibu Ninik (mas, adik, janah) terima kasih atas doa dan suportnya.
14. Saprul Family, Asi Family, Wafda Family terima kasih untuk doa dan
bantuan-bantuannya.
15. PPTI Al-Falah yang pemah menjadi tempat naungan untukku.
Dan semua yang telah membantu dalam penyelesian penulisan skripsi ini,yang
tidak bisa disebut satu persatu.
Salatiga, 7 Agustus 2010
Muntofmgah Siti, 121 05 009. Pengembangan Pembelajaran Berbasis ESQ power di MTs N 1 Banjamegara 2010. Skripsi Jurusan Tarbiyah Progdi Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Skripsi Jurusan Tarbiyah, Program Studi PAI STAIN Salatiga. Pembimbing : Drs. A. Sulthoni, M.Pd.
Kata kunci: Pengembangan Pembelajaran dan berbasis ESQ power.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan pembelajaran berbasis ESQ power terhadap siswa-siswi MTs N 1 Banjamegara. Penggalian data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah kepala sekolah, guru dan siswa sebagai responden, menggunakan teknik wawancara langsung untuk mengetahui pengembangan pembelajaran berbasis ESQ power di MTs N 1 Banjamegara.
HALAMAN JUDUL... i
HALAMANNOTAPEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
DEKLARASI... iv
HALAMAN M OTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK... viii
DAFTARISI... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Penegasan Istilah... 4
C. Rumusan Masalah... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
E. Metode Penelitian... 8
F. Sistematika Penulisan Skripsi ... 12
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran... 14
B. ESQ Power... 29
C. Pengaruh ESQ Power terhadap pembelajaran... 54
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs N I Banjamegara... 64
1. Visi Misi dan Tujuan MTs N I Banjamegara ... 64
2. Sejarah Berdirinya MTs N I Banjamegara... 65
3. Letak Geografis MTs N I Banjamegara... 66
4. Keadaan Gum, Karyawan dan Siswa MTs N I Banjamegara... 66
5. Keadaan Gedung MTs N I Banjamegara... 69
B. Model Pembelajaran ESQ Power di MTs N I Banjamegara... 86
C. Tujuan Pembelajaran ESQ Power di MTs N I Banjamegara... 87
D. Efek dari pembelajaran ESQ Power di MTs N I Banjamegara... 88
E. Permasalahan yang muncul dari pembelajaran ESQ di MTs N I
Banjamegara ... 91
F. Cara mengatasi permasalahan yang muncul dari pembelajaran ESQ
Power di MTs N I Banjamegara... 93
G. Kelebihan Pembelajaran ESQ Power dibandingkan dengan
Pembelajaran-pembelajaran lainnya... 94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 96
B. Saran-saran... 97
C. Penutup... 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai pihak cukup prihatin dengan kualitas pendidikan kita yang
tertinggal jauh dari negara lain yang lebih maju, namun keprihatinan ini tidak
diikuti dengan perbaikan internal yang berhubungan dengan sarana
infrastruktur yang memadai. Pemerintah belum serius meraperhatikan kondisi
fisik instrumen pendidikan. Beberapa kasus yang ada, madrasah yang roboh
bereada di kota ataupun desa-desa terpencil dan kasus lain yang teijadi akibat
dari kurangnya perhatian dari pemerintah. Madrasah-madrasah itu secara fisk
sangat tidak memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Sehingga sangat tidak mungkin untuk menimba ilmu atau akibat yang lebih
parah yaitu keterbelakangan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan pendidikan, perlu ditingkatkan kualitas menejemen
pendidikan. Sebagaimana diketahui bahwasanya pendidikan kita masih jauh
untuk bisa dikatakan mapan, apalagi berhasil. Mengingat masih ada fasilitas
pendidikan yang begitu minim dan terbatas, kurikulum yang belum stabil dan
kurangnya tenaga yang mengelola manajemen pendidikan (Cut Zahri Harun,
2001: 14)
Untuk dapat memenuhi tuntutan mutu pendidikan, perlu dikembangkan
sistem manajemen yang rasional, sistematik dan sistematis, sehingga semua
unsur sistem pendidikan dapat berinteraksi secara optimal bagi pencapaian
mutu pendidikan.
Mutu pendidikan di madrasah dapat di lihat dari proses
pembelajarannya. Dengan kata lain upaya meningkatkan kualitas pendidikan
diawali dengan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Karena
proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama di suatu sekolah. Selain
itu akhlak juga pengaruhnya penting dalam meningkatkan mutu pendidikan,
akan tetapi pada masa sekarang banyak kita jumpai dalam dunia pendidikan
yang seharusnya tercipta akhlakul karimah malah sebaliknya, banyak
dijumpai para siswa maupun guru-guru malakukan tindakan yang tidak
bemorma, contoh-contohnya banyak termuat di media-media dan di layar
kaca, berita tentang guru yang tega mencabuli anak didiknya dengan motif
untuk mencari kekayaan, kekuatan dan agar awet muda. Guru yang tega
memukuli anak didiknya dengan alasan kesal karena anaknya susah diatur,
bandel, tidak memperhatikan. Seorang siswa gantung diri karena takut tidak
lulus ujian, seorang siswa mengkonsumsi obat-obatan terlarang karena
kurang perhatian dari orang tuanya, masih banyak lagi kejadian-kejadian lain
yang setiap hari termuat di media dan di pertontonkan dalam layar kaca.
Kejadian-kejadian di atas adalah bukti bahwa antara kecerdasan
emosional dan spiritualnya tidak menyatu. Mereka akhinya mengambil
Apabila sebagian banyak orang telah mengerti dan menerapkan ESQ power
pada diri mereka, pasti kejadian-kejadian seperti contoh di atas tidak akan
kitajumpai.
Kejadian-kejadian lain yang teijadi dalam dunia pendidikan misalnya
banyak anak yang putus sekolah karena menganggap sekolah adalah penjara,
di sekolah merasa terkekang, membosankan dan menyedihkan, karena ia
dipaksa untuk berfikir-fikir dan berfikir tentang apa yang tidak ia senangi.
Hal ini juga akan hilang apabila di suatu sekolah telah ada pembelajaran
tentang ESQ power. Guru tidak akan mengekang siswa dan memaksa siswa.
Anak tidak hanya dididik agar dirinya cerdas dan mempunyai IQ yang tinggi
tetapi memiliki EQ dan SQ untuk bekal kehidupan mereka.
Selama ini kecerdasan seorang siswa dikonotasikan dengan kecerdasan
intelektual IQ (Intelligence Quotiont) bahkan orang tua juga beranggapan
bahwa jika anak mereka memiliki IQ tinggi maka sudah pasti cerdas dalam
segala hal. Namun saat ini anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya
tertumpu pada dimensi intelektual saja sebenamya tidaklah sepenuhnya
benar. Karena selain IQ manusia juga memiliki dimensi kecerdasan lain,
yaitu kecerdasan emosional EQ (Emotional Quotiont) dan kecerdasan
spiritual SQ (Spiritual Quotiont). (Danil Goiman,1996:5)
Menambahkan (Muhyidin,2006: 232) bahwa menampakan ESQ power
pada proses mendidik siswa adalah suatu perwujudan akan kekuatan dan
kecerdasan emosional dan spiritual selama orang tua melaksanakan
perawatan, pengasuhan, pendidikan dan pembelajaran. Banyak orang tua atau
pendidik yang menganggap penting dalam pembentukan karakter siswa
dengan cara menanamkan nilai-nilai kejujuran, kebaikan, keadilan dan
sebagainya. Namun yang perlu diperhatikan adalah menanamkan nilai tauhid
atau aqidah pada siswa. Hal ini menjadi sangat urgen dalam menerapkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan.
Inilah yang dimaksud dengan ESQ power sebagai poses dalam mendidik
siswa namun juga dibarengi dengan nampaknya ESQ power dalam proses
mendidik tersebut. Ada tujuh keutamaan antara lain: Tidak menampakkan
kejahatan perasaan, menampakkan cinta dan keindahan, menampakan
kesabaran, menampakkan keuletan, menampakkan kejujuran dan keadilan,
menampakkan kreatifitas dan gairah, menampakkan disiplin dan konsisten.
Pengaruh pembelajaran ESQ power dalam mendidik siswa sangat urgen
karena dalam proses pendidikan adanya pembelajaran menuju tingkah laku
yang lebih baik dengan adanya pembelajaran ESQ power siswa akan
mengerti dan memahami, serta siswa setiap kali melakukan perbuatan akan
disadarkan pada Islam dan pengaturan emosi yang lebih baik hingga menjadi
dewasa. (Muhyidin, 2006: 232)
Dari uraian singkat di atas, mendorong penulis untuk melakukan
penelitian pembelajaran berbasis ESQ power dengan judul
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BEBASIS ESQ POWER DI MTs
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan untuk
membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu
dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas,
yaitu ada 2:
1. Pembelajaran
Pembelajaran di artikan suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Demar
Hamalik, 1995: 57), yang penulis maksudkan dengan adanya
pengembangan pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar
maka akan menjadikan tingkat kecerdasan siswa, semangat dalam belajar
dan tingkat prestasi yang maksimal.
2. ESQ (Emotional Spiritual Quotiont)
Kecerdasan emosional memiliki arti kepiawaian, kepandaian dan
ketepatan seseorang dalam mengelola diri sendiri dalam berhubungan
dengan orang lain di sekeliling mereka dengan menggunakan seluruh
potensi psikologis yang dimilikinya. Seperti intisiatif, empati, adaptasi,
komunikasi, keija sama dan kemampuan persuasi yang secara
keseluruhan telah mempribadikan pada diri seseorang (Abuddin Nata,
20002: 47)
Dengan demikian penulis mengartikan kecerdasan emosional
keadaan atau emosi diri sendiri sehingga dapat mengelolanya dengan
baik, kemampuan untuk memotifasi diri, memiliki empati setia mampu
menjaga hubungan baik dengan orang lain disekitamya.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi
dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Yaitu kecedasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya atau kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan
hidup seseorang lebih bermakna dibanding yang lain.
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ adalah landasan yang
diperlukan untuk mengfungsikan IQ dan SQ secara efektif. Bahkan SQ
merupakan kecerdasan tertinggi kita. (Ary Ginanjar Agustian, 2000: 109)
Sedangkan dalam ESQ power kecerdasan spiritual adalah
kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap peikiran, perilaku
dan kegiatan, serta mampu menyinergikan EQ dan SQ secara
komprehensif. (Ary Ginanjar Agustian, 2005:47)
Adapun indikator dari ESQ power antara lain:
a. Mampu menciptakan atau dapat memiliki karakter yang teguh.
b. Mampu meningkatkan kemampuan EQ dan IQ melalui SQ.
c. Mampu mengsinergikan rasionalitas duniawi (EQ) dengan semangat
spiritual (SQ) sehingga terjadi perpaduan yang dahsyat (ESQ).
d. Mampu memberi makna luhur terhadap pekeijaan dan tugas sehari-
makna kehidupan yang sangat indah ketika sedang betugas atau
menghadapi masalah yang berat sekalipun.
e. Mampu untuk mengangkat suara hati spiritual terdalam sehingga
sumber kecerdasan spiritual yang terletak pada god-spot manusia
terangkat ke permukaan.
3. Pembelajaran berbasis ESQ Power
Merupakan suatu pembelajaran yang berdasar pada kekuatan kecerdasan
emosional dan spiritual (Muhyidin, 2006:110)
Yang penulis maksudkan pembelajaran dengan berdasar pad ESQ Power
maka suatu pembelajaran tersebut memiliki nilai lebih dibandingkan
pembelajaran-pembelajaran yang lain. Kekuatan ESQ akan berpengaruh
terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Nilai-nilai emosional dan
spiritual membantu menciptakan suatu pembelajaran yang sempuma,
yang dapat mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa hal yang menjadi
permasalahan dan akan dikaji melalui penelitian ini. Beberapa permasalahan
itu adalah:
1. Bagaimana penerapan pembelajaran berbasis ESQ power di MTs Negeri
1 Banjamegara?
2. Bagaimana problematika yang muncul dari penerapan pembelajaran
3. Bagaimana upaya untuk mengatasi problematika pembelajaran berbasis
ESQ power di MTs Negeri 1 Banjamegara?
4. Apa efek dari pembelajaran berbasis ESQ power bagi siswa-siswi di MTs
Negeri 1 Banjamegara?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian skripsi
dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan pembelajaran berbasis ESQ power di MTs Negeri
1 Banjanegara?
2. Mengetahui problematika pembelajaran berbasis ESQ power di MTs
Negeri 1 Banjanegara?
3. Mengetahui upaya untuk mengatasi problematika pembelajaran berbasis
ESQ power di MTs Negeri 1 Banjanegara?
4. Mengetahui efek dari pembelajaran berbasis ESQ power bagi siswa-siswi
di MTs Negeri 1 Banjanegara?
Sedangkan manfaat dari penelitian di atas adalah:
1. Secara Teoristis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
khususnya tentang pembelajaran berbasis ESQ power pada siswa-siswi di
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapan dapat mengetahui pokok permasalahan dan
pembelajaran ESQ power pada siswa-siswi di MTs Negeri 1
Banjamegara.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiono
menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti kondisi objek secara alamiah, dimana peneliti
adalah sebagai instrument kunci (Sugiono, 2005:1).
Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah guru yang
memberikan pembelajaran ESQ power di MTs Negeri 1 Banjamegara
dengan berbagai latar belakangnya dalam memberikan pembelajaran
ESQ power kepada siswa khususnya kepada siswa-siswi di MTs Negeri 1
Banjamegara. Sehingga akan di temukan problematika upaya dan efek
pembelajaran ESQ power bagi siswa-siswi MTs Negeri 1 Banjamegara.
2. Subjek dan Informasi Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber tempat kita memperoleh
keterangan penelitian dan informan adalah orang yang memberikan pesan
atau memaparkan data. (Tatang M. Arifin, 1990: 92)
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah MTs N
1 Banjamegara dan yang menjadi informan adalah siswa-siswi, kepala
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam membicarakan pengumpulan data ada beberapa komponen
yang akan digunakan dalam mencapai tujuan yang dimaksud. Teknik ini
penulis gunakan untuk mengumpulkan data mengenai sampai di mana
tingkat pembelajaran berbasis ESQ power terhadap siswa di MTs N 1
Banjamegara, dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa
metode sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu
yang dilakukan oleh pewawancara (intrviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee). Wawancara
menurut Suharsimi "pengumpulan data yang diperoleh dengan
wawancara" dalam wawancara atau interview ini untuk mengorek
jawaban responden dengan bertatap muka. (Suharsimi Arikunto,
1991:2)
Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran wawancara adalah
kepala sekolah, guru dan siswa.
b. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati dengan membuat catatan
selektif terhadap menejemen fasilitas madrasah di MTs Negeri 1
Banjamegara. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis tentang gejala-gejala (fenomena) yang diselidiki. (Sutrisno
langsung, observasi tidak langsung dan observasi partisipasi, maka
penulis menggunakan observasi langsung. Adapun langkah-langkah
yang ditempuh antara lain:
1) Terlebih dahulu melakukan pengamatan langsung, lalu mencatat
hal-hal yang dipandang perlu.
2) Berdasarkan gambaran pengamatan, maka peneliti
menghubungkan apa yang seharusnya berdasaran khasanah
ilmiah, dilanjutkan dengn rumusan yang jelas dan spesifxk
sehingga dapat diamati oleh observer.
3) Menentukan bentuk pedoman observasi tanpa perlu jawaban tapi
mencatat apa yang manpak.
4) Sebelum observasi dilaksanakan diskusikan dahulu pedoman
observasi, agar setiap segi yang diamati dapat dipahami
maknanya dan bagaimana cara mengisinya sesuai dengan harapan
dan tujuan penelitian.
5) Apabila ada hal khusus yang menarik tapi tidak ada dalam
pedoman observasi, sebaiknya disediakan catatan khusus.
Sasaran observasi dalam penelitian ini adalah kondisi fasilitas
c. Dokumentasi
Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat agenda
dan sebagainya.
Metode dokumentasi dalam penelitian digunakan dengan alasan:
selalu tersedia di kantor/lembaga, dokumen merupakan sumber data
yang stabil, informasi pada dokumen bersifat realita, dan sumber data
yang kaya berkaitan dengan keadaan subjek penelitian. Adapun yang
dapat dijadikan objek dalam metode dokumentasi adalah buku
administrasi fasilitas madrasah dalam daftar tabel keadaan pertahun
madrasah.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi untuk
meningkatkan pemahaman penelitian terhadap kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk
meningkatkan pemahaman tersebut, analisa pelu dilanjutkan dengan
upaya mencari makna.
Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka-
angka. Data ini dikumpulkan dalam berbagai cara diantaranya
wawancara, observasi, intisari dokumen. Untuk itu analisia kualitatif
menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang
a. Penyajian data
Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data yang baik merupakan suatu cara utama bagi penyajian
data yang shahih.
b. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan
konfigurasi (penggambaran sesuatu) yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan
juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu
kemungkinan setingkat pemikiran kembali yang melintas dalam
penganalisis selama menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan di
lapangan serta tukar pikiran dan akhimya berusaha menarik kesimpulan.
Dengan demikian verifikasi kesimpulan yang pada mulanya
mengambang atau kabur menjadi relevan. Contoh verifikasi, peneliti
melihat kembali keadaan gedung sekolah setelah mendapat keterangan
A. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Lembaga pendidikan adalah sebuah wadah yang digunakan untuk
proses pembelajaran, adapun menurut islam tujuan pendidikan ialah
membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh dan tunduk kepada
perintah Tuahan serta mejauhi larangan - laranganNya. (H Abu Ahmadi,
Nur uhbiyati, 1991:11)
Pembelajaran berasal dari kata "belajar". Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, belajar diartikan (berusaha atau berlatih).
(Poerwadarminto, 1992:94)
Belajar juga diartikan sebagai perbuatan atau tingkah laku yang
relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. (Oemar Hamalik, 2008:54)
Menurut Haijanto, pembelajaran berasal dari kata belajar yang
berarti adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan yang di maksud
mencakup aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Dengan demikian
pembelajaran dapat diartikan proses yang dirancang untuk mengubah diri
seseorang baik aspek kognitif, afektif, maupun psikimotor. (Suwardi,
2007:30)
Dan pembelajaran merupaka suatu proses teijadinya interaksi antara
pelajar (mahasiswa) dan pengajar (dosen / instruktur) dalam mencapai
tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam
jangka satuan waktu tertentu pula.(Oemar Hamalik : 162).
2. Strategi pembelajaran
a. Pengertian strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah pola umum untuk mewujudkan
proses belajar mengajar. Secara operasional strategi pembelajaran
adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh guru, dosen
(pengajar) untuk memberikan kemudahan bagi siswa (peserta didik)
melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. (Oemar Hamalik, 1995:165)
Strategi pembelajaran itu memuat berbagai altematif yang harus
dipertimbangkan untuk dipilih dalam rangka perencanaan pengajaran.
T. Raka Joni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan
urutan umum pembuatan guru murid dalam mewujudkan kegiatan
pembelajaran. Strategi pembelajaran menurut J.R David dalam
Teaching Strategies for College Class Room (1976), ialah a plan,
method, or series of activitas designed to achiezes a particular
educational goal (P36, 1980). Menurut pengertian ini strategi
pembelajaran meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah rencana dan cara-cara membawakan
guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pola dan urutan
umum perbuatan guru-murid itu merupakan suatu kerangka umum
kegiatan pembelajaran yang tersusun dalam suatu rangkaian bertahap
menuju tujuan yang telah ditetapkan. (W.gulo, 2002 : 3).
Strategi secara umum dapat di definisikan sebagai suatu garis
besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Jika diterapkan dalam konteks pendidikan strategi pembelajaran dapat
digambarkan sebagai berikut:
1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan profil perilaku
dan pribadi siswa yang seperti apa atau bagaimana yang harus
dicapai dan menjadi sasaran dari kegiatan pembelajaran itu
berdasarkan aspirasi atau pandangan hidup dan selera masyarakat
yang bersangkutan untuk digunakan dalam mengidentifikasi
entering behavior para siswanya.
2) Memilih sistem pendekatan pembelajaran utama yang dipandang
paling efektif guna mencapai sasaran tersebut sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh para guru dalam merencanakan dan
mengorganisasi kegiatan belajar mengajar atau pengalaman belajar
( learning experiences) siswanya.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar
mengajar ( teaching methods) dengan bagaiman yang dipandang
pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
4) Menetapkan norma- norma dan batas minimum ukuran
keneberhasilan, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru
dalam melakukan pengukuran dan evaluasi hasil kegiatan belajar
mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik ( feed
back) bagi upaya penyempuman sistem rasional yang bersangkutan
secara keseluruhan. ( Abin Syamsudin. M, 2005 :221 )
b. Jenis-jenis strategi pembelajaran
Adapun jenis jenis strategi pembelajaran menurut Oemar Hamalik
adalah sebagai berikut:
1) Latihan dan praktek
Latihan dan praktek bertujuan membantu anak didik untuk
menguasai ketrampilan secara tepat dan perilaku yang tepat dan
otomatik
2) Sinektik
Sinektik bertujuan menciptakan kelas menjadi masyarakat
intelektual yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
mengembangkan perilaku kreatif.
3) Yurisprudential
Yurisprudential bertujuan membantu anak didik memliki pendirian
4) Diskoveri / inkuiri
Diskoveri / inkuiri merupakan prosedur yang menitik beratkan
pada belajar individual, manipulasi objek-objek eksperimen dan
pengambilan kesimpulan.
5) Modifikasi tingkah laku
Modifikasi tingkah laku bertujuan untuk mengubah tingkah laku
dengan cara menempatkannya dalam kondisi yang terkontrol dan
kemudian dimanipulasi.
6) Paket kegitan belajar
Paket kegitan belajar yang berasaskan akuntabilitas , kesadaran
siswa, belajar individual, menyediakan variasi-variasi, cara-cara
belajar dan waktu belajar.
7) Pembelajaran kelompok kecil
Pembelajaran kelompok kecil melalui teknik territorial, individual,
seminar, lokakarya, teknik klinik, diskusi kelompok.
8) Sistem belajar siswa terbimbing
Sistem belajar siswa terbimbing menitikberatkan pada tanggung
jawab belajar pada diri peserta didik, pendidik bertindak sebagai
narasumber.
9) Pembelajaran terprogram
Pembelajaran terprogram yakni suatu pembelajaran dimana siswa
belajar sendiri untuk mencapai tujuan, tingkah laku berdasarkan
10) Pelatihan dal am industri
Pelatihan dalam industri ini dilakukan berdasarkan pendekatan
pembelajaran standar dan latihan dalam pekeijaan.
11) Pengajaran
Pengajaran dengan contoh yang dilaksanakan dalam bentuk
demonstrasi ilustrasi dan modeling.
12) Simulasi
Simulasi diterapkan dengan berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah
laku dan dilaksanakan dalam bentuk latihan simulasi untuk
mengembangkan ketrampilan reproduktif. Hal ini dilaksanakan
dalam bentuk permainan simulasi. Studi kasus bermain peran
(Oemar Hamalik, 2007 : 163).
3. Problematika pembelaj aran
Problematika atau permasalahan pembelajaran adalah merupakan kendala
atau hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran.
a. Problematika pembelajaran yang menyangkut 5 W I H
Menurut Nurulbiyati dan Abu Ahmadi, pembelajaran sebagai suatu
aktivitas yang merupakan proses itu banyak dijumpai problem-
problem yang memerlukan pemikiran pemecahannya. Problematika
pembelajaran yang menyangkut 5 WIH yaitu :
1) Problematika Who
Problematika Who (siapa) yaitu menguraikan kendala dari
pendidikan /pembelajaran.
a) Problem Pendidik
Masalah yang berkaitan dengan pendidik antara lain :
(1) Problem kemampuan ekonomi
(2) Problem kemampuan pengetahuan dan pengalaman
(3) Problem kemampuan
(4) Problem kewibawaan
(5) Problem kepribadian
(6) Problem sikap
(7) Problem sifat
(8) Problem kebijaksanaan
(9) Problem kerajinan
(10) Problem tanggungjawab
(11) Problem kesehatan dan sebagainya.
b) Problem Anak Didik
Problem yang berkaitan dengan anak didik juga tidak kalah
penting untuk diperhatikan, dipikirkan dan dipecahkan. Karena
anak didik adalah pihak yang digarap untuk dijadikan manusia
yang diharapkan, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
Adapun problem - problem yang ada pada anak didik
antara lain :
(1) Problem kemampuan ekonomi keluarga
e. Mengapa pejabat setempat mengijinkan mendirikan pabrik
disebelah sekolah yang mengganggu jalannya proses belajar
mengajar.
f. Mengapa penyaluran buku - buku paket tidak sampai atau
selalu terlambat datang di sekolah.
g. Mengapa teijadi kasus amoral dikalangan guru, murid dan
orang tua anak.
3) Problematika Where
Didalam pendidikan terdapat tiga tempat, yaitu keluarga, sekolah
dan masyarakat. Sistem pendidikan pada masing - masing tempat
tersebut tidak sama dan metode nya pun berbeda.
Lokasi dari pada letak tempat pendidikan pun mempengaruhi
bagi jalannya pendidikan, seperti di desa dan di kota, di masyarakat
religious dengan masyarakat heterogen pemeluk agamanya.
Problem pendidikan keluarga sebagai tempat pendidikan anak -
anak antara lain adalah situasi keluarga itu sendiri dan letak keluarga
yang berada di tengah - tengah lingkungan yang tidak
menguntungkan. Demikian juga sekolah sebagai tempat pendidikan
murid - murid, bila letak sekolah itu di tengah - tengah lingkungan
yang tidak menguntungkan juga akan menjadi problem.
Apabila tempat pendidikan itu di masyarakat, yang menjadi
Masalah sarana adalah bila tidak lengkap sarana pendidikan hal
ini akan mengganggu jalannya pendidikan, seperti kurangnya kursi,
meja dan buku. Dan di beberapa daerah ada pula yang tidak memenuhi
syarat sebagai tempat belajar-mengajar, seperti tidak adanya gedung
sekolah, atau ada tapi membahayakan.
Meskipun dasar dan tujuan jelas tetap materi kurang tepat atau
kekurangan sarana atau tidak adanya media.
6) Problematika How
Masalah how (bagaimana) berkenaan dengan metode atau cara
yang akan digunakan dalam proses pendidikan. Anak didik
mempunyai sifat dan bakat yang berbeda - beda pendidikan harus
mengakui adanya perbedaan tersebut. (H Abu Ahmadi Nuruhbiyati,
1991:255).
b. Problematika pembelajaran internal dan external
Menurut Tuwuh Trisnayadi, pembelajaran adalah suatu proses,
untuk itu di dalam suatu proses hampir dapat dipastikan bahwa
masalah/hambatan selalu muncul dalam setiap usaha yang kita
lakukan. Masalah/problem yang kecil dapat segera diatasi dengan
mudah, sementara masalah yang besar memerlukan kerja keras
tersendiri. Masalah yang muncul bisa timbul dari dalam diri sendiri
(internal) bisa pula muncul dari luar (external)
Probleamatika yang muncul dari dalam diri sendiri ini biasanya
berupa rasa malas, penyakit atau kesulitan dalam menerima dan
menyerap materi pelajaran. Problematika-problematika dari dalam
diri sendiri diantaranya:
a) Rasa malas
Rasa malas bisa timbul karena perasaan jenuh. Kemalasan yang
timbul sewaktu-waktu tidak begitu menghawatirkan, selama
tidak berkelanjutan. Kemalasan yang timbul setiap akan
belajar, jelas akan mengganggu proses pencapaian cita-cita
kita.
b) Kesulitan dalam menerima dan menyerap materi pembelajaran
Kesulitan dalam menerima dan menyerap materi pelajaran bisa
di sebebkan oleh kesulitan berkonsentrasi. Kesulitan ini bisa
timbul dari dalam diri maupun gangguan dari luar.
c) Gangguan penyakit
Penyakit datangnya tidak bisa diduga. Untuk itu, menjaga
kesehatan jiwa dan raga agar tetap sehat dan tidak terserang
suatu penyakit merupakan langkah yang paling bijaksana.
2) Problematika dari luar (external)
Kelancaran belajar terkadang mendapat gangguan dari luar diri
kita. Diantara faktor-faktor tersebut antara lain:
Gangguan belajar yang disebabkan oleh faktor lingkungan
keluarga biasanya ketidak harmonisan kehidupan orang tua
. karena perceraian atau sering bertengkar dan ketidak
harmonisan antara sesama anggota keluarga karena kurang
adanya saling pengertian.
Gangguan belajar yang disebabkan dari lingkungan
masyarakat, diantaranya:
(1) Banyaknya remaja dilingkungan yang tidak bersekolah,
terkadang menjadi buah simalakama. Ketika sedang belajar
diajak main, sebagai teman tentu akan berfikir jika tidak
ikut akan dikucilkan dan jika ikut tidak belajar.
(2) Bergaul dengan teman-teman yang tidak memikirkan masa
depan, hanya menghabiskan waktu untuk bermain dan
hura- hura, keadaan rumah yang letaknya rapat lingkungan
yang ramai oleh anak-anak kecil dan bunyi-bunyi suara
hiburan dari tetangga seringkali menjadi permasalahan
dalam belajar.
b) Faktor biaya
Faktor biaya sering menimbulkan gangguan dalam belajar.
(1) Permasalahan ini bisa timbul dari orang tua, misalnya
karena musibah yang menimpa dalam keluarga, orang tua
sakit, pemerataan keija atau yang lainnya yang
(2) Permasalahan ini juga bisa timbul dari sendiri karena
kenakalan sendiri memakai uang sekolah untuk
kepentingan dirinya sendiri, akibatnya tunggakan
pembayaran sekolah dan diri sendiri tidak sanggup
melunasinya.
c) Gangguan lawan jenis
Sering didapati siswa yang mengalami permasalahan
dalam proses pembelajaran gara-gara gangguan dari lawan
jenis . gangguan-ganguan tersebut biasanya berupa:
(1) Bolos sekolah kemudian pergi pacaran
(2) Berkelahi atau bermusuhan dengan sesama teman karena
berebut pacar atau karena ulah sang pacar.
(3) Semangat belajar menurun karena memikirkansang pacar
(4) Dikeluarkan oleh pihak sekolah karena mengalami
“kecelakaan” dalam pergaulan.
(5) Meminum racun karena diputus pacar
(6) Kabur / meninggalkan rumah dengan sang kekasih
(7) .Berurusan dengan polisi karena ditipu sang pacar
(8) Berurusan dengan dokter karena melanggar asusila.
d) Kenakalan remaja
Sikap dan perilaku para pelajar terkadang melanggar
peraturan dapat menimbulkan permasalahan dalam
kelancaran proses pembelajaran yang sifatnya sementara,
melainkan dapat berakibat lebih jauh dan lama apabila sampai
dikeluarkan dari sekolah, atau dipenjarakan oleh pihak
berwajib.
e) Penyalahgunaan obat terlarang dan minuman keras
Penyalah gunaan pemakaian obat terlarang oleh para
remaja merupakan salah satu gangguan belajar yang berakibat
fatal. Bukan hanya proses pembelajaran yang terhambat, tetapi
kesehtan dan jaringan urat saraf pun akan terhambat mengalami
gangguan.
f) Pandangan -pandangan yang keliru
Dalam bergaul dengan orang lain, kita akan banyak
menerima banyak pengaruh. Ada pengaruh yang baik, ada pula
pengaruh yang buruk bagi kita, ada pengaruh yang berupa
sikap, ada pula yang berupa ide, gagasan,dan pandangan.
Pengaruh yang baik tentu akan menambah wawasan dan
pengetahuan kita, sementara pengaruh buruk dapat
mengacaukan pembelajaran dan cita-cita kita. Dan pengaru-
pengaruh ini merupakan permasalahan atau problem dalam
pembelajaran.
g) Gangguan yang tidak terduga
Hal ini teijadi diluar kesadaran dan rencana, gangguan
lama. Permasalahan ini muncul tanpa kita ketahui dan sadari.
(Tuwuh Trisnayadi, 2007:37)
ESQ Power
1. EQ (Emotional Quotiont)
a. Pengertian Kecerdasan Emosional
Akar kata emosi adalah movere, kata keija Bahasa Latin yang
berarti “menggerakkan, bergarak”, ditambah awalan “e” untuk
memberi arti “bergarak menjauh”, menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Semua
emosi pada dasamya adalah dorongan untuk bertindak, rencana
seketika untuk mengatasi masalah. (Daniel Goleman, 1996:7)
Menurut English and English, yang dikutip oleh Syamsu Yusuf,
emosi adalah “A complex feeling state accompanied by characteristic
motor and glandular activies” (suatu keadaan perasaan yang
kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelanjar dan motoris).
Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi
merupakan setiap keadaan pada pada diri seseorang yang disertai
wama yang efektif (perasaan tertentu pada saat menghadapi situasi
tertentu seperti bahagia, putus asa, terharu, dan sebagainya) baik
tingkat lemah (dangkal) maupun tingkat yang luas (mendalam).
(Syamsu Yusuf LN, 2006:114-115)
Emosi adalah getaran pada kalbu seperti haru, sedih, kecewa,
seseorang. Emosi mudah tersentuh melalui panca indra seperti
penglihatan dan pendengaran.
Dari berbagai pengertian emosi di atas, muncul juga berbagai
pengertian dan teori tentang kecerdasan emosional. Menurut
Goleman kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,
mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas stres
tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo’a.
(Ary Ginanjar Agustian, 2004:100)
Sedangkan menurut menurut Davies dan rekan-rekannya dalam
buku Emotional Intelligence, yang dikutip oleh Monti P. Setiadarma
menjelaskan bahwa intelegensi emosi adalah kemanpuan seseorang
untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain,
membedakan satu emosi dengan yang lainnya, dan menggunakan
informasi tersebut untuk menuntun proses berfikir serta perilaku
seseorang. Kemampuan ini merupakan kemampuan yang unik dan
penting dalam kemampuan psikologis seseorang.
Ary Ginanjar menyatakan bahwa kecerdasan emosional
merupakan serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan di dunia
yang penuh liku-liku permasalahan sosial. Pendapat lain menjelaskan
bahwa kecerdasan emosional diartikan kepiawaian, kepandaian dan
berhubungan dengan orang lain di sekeliling mereka dengan
menggunakan seluruh potensi psikologis yang dimilikinya seperti
inisiatif dan empati, adaptasi, komunikasi, keijasama, dan
kemampuan persuasi yang secara keseluruhan telah mempribadikan
pada din seseorang. (Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Wamwu,
2003:27)
Dari berbagai pengertian tentang kecerdasan emosional di atas,
dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan
ketrampilan atau kemampuan seseorang dalam mengenal, mengelola
dan mengendalikan emosi diri, dari kemampuan ini seseorang akan
mampu memotivasi diri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang
lain (empati), serta mampu membina hubungan baik dengan orang
lain.
b. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional
Menurut Salovey, yang dikutip oleh Goleman dalam bukunya
Emotional Intelligence, membagi ketrampilan-ketrampilan yang
menjadi ciri kecerdasan emosional dalam lima wilayah utama
(Abuddin Nata, 2003:47).
1) Mengenali emosi diri
Kesadaran diri dengan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu
terjadi, merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Dengan
akan sangat mempengaruhi atas pengambilan keputusan dal am
setiap permasalahan.
2) Mengelola emosi
Kemampuan mengelola emosi dengan mengontrol setiap
perasaan sehingga dapat mengungkapkannya dengan pas, seperti
mampu menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan, atau kekecewaan dengan cara yang positif, mampu
bangkit dari keterpurukan hidup, serta berusaha untuk tidak
impulsif.
3) Memotivasi diri sendiri
Menata emosi dan menjadikannya alat untuk mencapai tujuan,
merupakan hal penting dalam memberi perhatian untuk
memotivasi diri dan untuk berkreasi.
4) Mengenali emosi orang lain (empati)
Empati dapat dikatakan sebagai ketrampilam bergaul. Seseorang
yang empatik mampu menangkap, memahami sinyal-sinyal
sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang
dibutuhkan atau dikehendaki orang lain atas dirinya.
5) Membina hubungan
Membina hubungan dengan orang lain merupakan ketrampilan
mengelola emosi orang lain, kemampuan berkomunikasi secara
nantinya mampu menunjang popularitas, kepemimpinan, dan
keberhasilan antar pribadi.
Dengan demikian, ciri dari kecerdasan emosional adalah
memiliki ketrampilan-ketrampilan dalam mengenali emosi diri,
mengelola emosi diri, memotivasi diri, berempati, dan membina
hubungan sosial.
c. Melatih Kecerdasan Emosional
Menurut (John Gotman dan Joan De Claire, 1997:73-114)
Mencerdaskan siswa yang memiliki kecerdasan emosional, terdapat
lima langkah yang dapat dilakukan untuk membantu melatih
ketrampilan-ketrampilan dalam kecerdasan emosional. Lima langkah
tersebut antara lain:
1) Menyadari setiap emosi
Kesadaran emosi merupakan kemampuan mengenali setiap emosi
diri, dapat mengidentifikasi perasaan-perasaan tersebut, dan peka
terhadap hadimya emosi-emosi dalam diri orang lain. Agar
seseorang mampu merasakan emosi dari orang lain, maka ia
harus menyadari setiap emosi diri terlebih dahulu.
2) Mengakui emosi
Dengan berlatih mengakui dan mengenali emosi-emosi yang
intensitasnya rendah, akan sangat membantu sebelum emosi
menyertainya. Hal ini juga dapat melatih kemampuan
mendengarkan dan menyelesaikan masalah.
3) Mendengarkan dengan empati
Maksud dari mendengarkan dengan empati adalah, berlatih
menggunakan mata untuk mengenali petunjuk fisik dari setiap
bentuk emosi orang lain, dan menggunakan hati untuk mengenali
apa yang dirasakan orang lain.
4) Memberi nama emosi dengan kata-kata
Salah satu langkah yang sangat mudah namun penting dalam
pelatihan emosi adalah memberi nama emosi setiap kali emosi-
emosi di alami. Tindakan ini mampu memberi efek
menentramkan sistem syaraf dan lebih cepat memulihkan
kembali emosi-emosi yang dirasakan.
5) Menentukan batas-batas emosi sambil memecahkan masalah
Hal ini dapat dilakukan melalui lima tahap, antara lain:
a) Menentukan batas-batas emosi
b) Menentukan sasaran-sasaran sekitar pemecahan
c) Memikirkan berbagai altematif pemecahan yang mungkin
dilakukan
d) Mengevaluasi pemecahan berdasarkan nilai-nilai yang ada
e) Memilih satu pemecahan dari sekian altematif yang ada.
Dengan cara-cara peningkatan kecerdasan emosional di atas,
diharapkan seseorang mampu mengelola dan memanfaatkan
potensi kecerdasan emosionalnya dengan baik. Setiap orang
memiliki kemampuan mengendalikan emosi diri, untuk
memaksimalkan hasilnya, hams dilatih dengan baik dan terns
menerus.
d. Manfaat Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional sangat berpengaruh dalam kehidupan
seseorang, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Kecerdasan
emosional seseorang akan terlihat melalui bagaimana ia menyikapi
setiap masalah, dan seperti apa kehidupan sosialnya di antara orang
lain. Secara jelasnya tujuan dari kecerdasan emosional antara lain
sebagai berikut: (Syamsu Yusuf LN, 113-114)
1) Mengenal emosi diri
Dengan mengenal emosi diri, seseorang akan mampu:
a) Mengenal dan merasakan emosi diri
b) Memahami penyebab dari perasaan yang timbul
c) Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan
2) Mengelola emosi
Melalui pengelolaan emosi yang baik, seseorang akan mampu:
a) Bersikap toleran terhadap frustasi dan mampu mengelola
amarah dengan lebih baik
b) Mengungkapkan amarah tanpa kekerasan
c) Mengendalikan perilaku agresif yang memsak diri sendiri
d) Memiliki perasaan positif tentang diri sendiri maupun orang
lain
e) Mengurangi perasaan kesepian dan cemas dalam pergaulan
3) Memotivasi diri sendiri
Dengan memotivasi diri sendiri, seseorang akan:
a) Memiliki rasa tanggung jawab
b) Memusatkan perhatian pada tugas yang dikeijakan
c) Optimis, tidak mudah putus asa
4) Mengenali emosi orang lain (empati)
Dengan memiliki empati, seseorang akan mampu:
a) Menerima sudut pandang pemikiran orang lain
b) Memiliki kepekaan terhadap arang lain
c) Mendengarkan orang lain, tidak egois
5) Membina hubungan
Melalui kemampuan membina hubimgan, seseorang akan:
a) Mudah bergaul
b) Memiliki jiwa sosial yang tinggi
c) Mudah bekeijasama dengan orang lain
d) Mampu memahami dan menganalisis hubungan dengan orang
lain
Dari uraian di atas dapat dikatakan, melalui ketranpilan-
yang baik akan sangat bermanfaat bagi seseorang, baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi orang lain.
2. SQ ( Spiritual Quotion).
a. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, spiritual adalah
berkenaan dengan Kejiwaan dan berhubungan dengan Rohani
( Porwadarminta, 1999 : 603 ).
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, makna yang paling
tinggi dan paling bemilai, dimana manusia akan merasa bahagia
justru terletak pada aspek spiritualitasnya.dan hal ini terasakan oleh
manusia, ketika ia ikhlas mengabdi kepada sifat atau kehendak Alloh
( Ary Ginanjar Agustian, 2003 : 97).
Spiritual dalam Islam adalah Islam itu sendiri yang
mempresentasikan ajaran - ajaran yang bersifat holistic dan integral.
Tidak hanya menyangkut dimensi lahir tapi juga yang sangat urgen
adalah batin yang sifatnya kebenaran mutlak yang merupakan
perwujudan dari kedekatan kepada sang Pencipta yaitu keimanan.
Dengan kunci benar dan ikhlas dengan alasan psikologi, sebagian
pendidik dan orang tua mungkin tidak bisa mencontohkan
keterampilan pemecahan masalah di rumah, walaupun sesungguhnya
mereka mempunyai peranan yang sangat penting. ( Abuddin Nata :
SQ adalah kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia
yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri. SQ
merupakan fasilitas yang berkembang selama jutaan tahun, yang
memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna
dalam memecahkan persoalan.
SQ adalah kecerdasan yang berada di bagian diri yang dalam,
berhubungan dengan kearifan diluar ego atau pikiran dasar. SQ
adalah kesadaran yang dengannya kita tidak hanya mengakui nilai -
nilai yang ada, tapi kita juga secara kreatif menemukan nilai - nilai
baru. SQ tidak bergantung pada budaya maupun nilai. Ia tidak
mengikuti nilai nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan
untuk memiliki nilai - nilai itu sendiri. Kecerdasan Spiritual adalah
kecerdasan jiwa, ia adalah kecerdasan yang dapat membantu kita
menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh.
( Danah Zohar dan Ian Marshall, 2001 : 8 ).
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ adalah
“ Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna
dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup
kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan untuk memberi
makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah
- langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang
seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid ( integralistik),
serta berprinsip “ hanya karena Alloh “
Didalam Islam hal - hal yang berhubungan kecakapan emosi
dan spiritual seperti konsistensi (istiqomah), kerendahan hati
(tawadlu), berusaha dan berserah diri (tawakal), ketulusan / sincerity
(keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas
dan penyempumaan ( hsan), semua itu dinamakan Akhlaqul Karimah
( Ary Ginanjar Agustian, 2001 : 199).
Sungguh, orang beriman hanyalah mereka yang bila disebut Allah, hatinya gemetar. Dan bila ayat-ayat-Nya dibacakan kepadanya, mereka bertambah keimannya, dan tawakal kepada Tuhan-Nya. (Qs. Al-Anfaal (Rampasan perang) 8 : 2 ) .
Ary Ginanjar berpendapat, bahwa Sebuah fenomena besar
tentang kehidupan spiritual manusia adalah kecenderungan manusia
' untuk senantiasa menuju sifat - sifat ilahiyah. Manusia lebih merasa
terharu atau bahagia apabila titik spiritualnya tersentuh dan manusia
cenderung ingin mengikuti sifat - sifat Alloh. (Ary Ginanjar
yJ
-3’
y^&zyjjLi’
J-tic-.
i ^ J J 3
'jjLZwe <1)1
J
l^C-* -«
Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Alloh untuk tidak berpaling ke belakang. Dan perjanjian (dengan) Alloh itu akan ditanya.
(Qs. Al-Ahzaab (Golongan-golongan) 33 : 15)
Pendapat lain dari Ary Ginanjar Agustian (2001 : 188 ) yaitu
Nilai spiritual adalah nilai-nilai yang berlaku dan dapat diterima oleh
semua orang yang sesuai dan bisa diterima dalam skala lokal,
nasional, regional ataupun international. Artinya nilai-nilai yang
dianut tersebut harus tetap berada pada garis orbit spiritual yang bisa
diterima oleh seluruh penduduk bumi, bahkan penduduk langit.
Inilah yang dinamakan “nilai puncak” atau ultimate zealuc, yaitu
prinsip-prinsip yang dapat diterima dalam bahasa bulan, matahari,
bintang dan jiwa manusia yang memiliki fitrah tertinggi.
Dalam pelesatan ESQ Power dalam hal ini adalah menitik
beratkan pada pelesatan dari ESQ Power itu sendiri sehingga harapan
bagi siswa-siswi yang mempunyai kecerdasan spiritual dalam
kehidupan. Untuk mencapai maksud yang demikian maka perlu
dipahami sesungguhnya spiritualisme dalam pengertian Islam.
Kecerdasan spiritual yang bagaimanakah yang dimaksud oleh Islam?
Akhir-akhir adanya kecenderungan akan pergeseran makna spiritual.
absurdit dan reduksi pada tingkatan yang parah. Dalam konteks ini,
corak pemahaman spiritual ditarik dalam kerangka-kerangka ilmiah
dan logis sebagai wujud paradigma positif yang ilmiah dan logis.
(Muhyidin, 2007:232).
b. Bukti Ilmiah Mengenai SQ
Banyak bukti ilmiah mengenai SQ sebenamya ada dalam
telaah-telaah neurologi, psikologi, dan antropologi masa kini tentang
kecerdasan manusia, pemikirannya, dan proses-proses linguistik.
Para ilmuan telah melakukan penelitian dasar yang mengungkapkan
adanya fondasi-fondasi saraf bagi SQ di dalam otak, namun dimensi
paradigma SQ telah menutup penelitian lebih jauh terhadap data-
datanya.(Danah Zohar dan Ian Marshall, 2007 : 10).
1. Penelitian oleh neurology Michael Persinger di awal tahun 1990-
an dan penelitian yang lebih baru pada 1997 oleh Neurologi jelas
Ramachandran bersama timnya di universitas California
mengenai adanya “Titik Tuhan” (god spot) dalam otak manusia.
Pusat spiritual yang terpasang ini terletak di antara hubungan-
hubugan saraf dalam cuping-cuping temporal otak.
2. Penelitian neurologi Austria Wolf Singer di tahun 1990-an
tentang “problem ikatan” membuktikan adangan proses saraf
dalam otak yang dicurahkan untuk menyatukan dan memberikan
makna pada pengalaman kita. Semacam proses saraf yang benar-
3. Sebagai pengembangan dari penelitian singer, penelitian
Rodolfo Ilinas pada pertengahan tahun 1990-an tentang
kesadaran saat terjaga dan saat tidur serta ikatan peristiwa -
peristiwa kognitif dalam otak telah dapat ditingkatkan dengan
teknologi MEG ( Magneto - Encepha - Lographic ) barn yang
memungkinkan diadakannya penelitian menyeluruh atas bidang -
bidang elektrik otak yang berosilasi dan bidang - bidang
magnetic yang dikaitkan dengannya.
4. Neurolog dan Antropolog biologi Harvard, Terrance Deacon,
barn - baru ini menerbitkan penelitian baru tentang asal usul
bahasa manusia. Deacon membuktikan bahwa bahasa adalah
sesuatu yang unik pada manusia, suatu aktivitas yang pada
dasamya bersifat simbolik dan berpusat pada makna, yang
berkembang bersama dengan perkembangan yang cepat dalam
cuping - cuping depan otak. ( Danah Zohar dan Ian Marshall :
2007:11)
c. Penggunaan SQ
Dalam istilah evolusioner, karya neurorologi tentang bahasa
dan representasi simbolis deacon menunjukkan bahwa kita telah
menggunakan SQ secara harfiah untuk menumbu otak manusiawi
1) Kita menggunakan SQ untuk menjadi kreatif, kita
menghadirkannya ketika ingin menjadi luas, atau spontan secara
kreatif.
2) Kita menggunakan SQ untuk berhadapan dengan masalah
eksistensial, yaitu saat kita secara pribadi merasa terpuruk
teijebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah - masalah
masa lalu kita, akibat penyakit dan kesedihan SQ menjadikan
kita sadar bahwa kita mempunyai masalah eksistensial dan
membuat kita mampu mengatasinya atau setidak - tidaknya bisa
berdamai dengan masalah tersebut. SQ memberi kita suatu rasa
yang “ dalam “ menyangkut peijuangan hidup. SQ adalah
pedoman saat kita berada “ di ujung “ masalah - masalah
eksistensial yang paling menantang dalam hidup berada di luar
yang diharapkan dan dikenal, diluar aturan - aturan yang telah
diberikan, melampaui pengalaman masa lalu dan melampaui
sesuatu yang dapat kita hadapi. SQ dapat memberi pengalaman
yang dalam dan intuitif akan makna dan nilai, merupakan
petunjuk bagi kita saat berada diujung.
3) Kita dapat menggunakan SQ untuk menjadi lebih cerdas secara
spiritual dalam beragama. SQ membawa kita ke jantung segala
sesuatu, kesatuan dibalik perbedaan ke potensi dibalik ekspresi
nyata. SQ mampu menghubungkan kita dengan makna dan ruh
bukan pula sekedar salah satu jenis aktivitas. Sebaliknya, SQ suatu
aktivitas di ukur melalui kedalaman (kedekatan dan pusat) dari
motivasi bagi aktivitas tersebut, apapun itu. Mungkin saja itu adalah
berdo’a atau bermeditasi, tetapi mungkin juga memasak, bekeija,
bermain cinta atau sekedar minum segelas air, selama aktivitas itu
timbul dari suatu hasrat yang terpusat dari motivasi dan nilai-nilai
kehidupan kita yang paling dalam. (Danah Zohar dan Ian Marshali,
2007:199).
Danah Zohar dan Ian Marshall menambahkan, bahwa terdapat enam
jalan menuju kecerdasan spiritual yang lebih tinggi, yaitu:
1) Jalan tugas
Jalan ini berkaitan dengan rasa dimiliki, keijasama, memberikan
sumbangan, dan diasuh oleh komunitas keamanan dan
kesetabilan bergantung pada pengalaman perkerabatan kita
dengan orang lain dan dengan lingkungan kita, biasanya sejak
masih bayi. Untuk itu, mengikuti jalan ini sangat pemting bagi
kita semua.
2) Jalan pengasuhan
Jalan ini berkaitan dengan kasih sayang, pengasuhan,
perlindungan dan penyuburan. Itulah jalan sang dewi, baik dia
dewi cinta seperti Venus (Aphrodite) atau dewi ibu yang
melahirkan dan kemudian merawat anaknya. Dia adalah juga ibu
karunia dari kesuburannya.
3) Jalan pengetahuan
Jalan pengetahuan merentang dari pemahaman akan masalah
praktis, umum, pencarian filosofis yang paling dalam akan
kebenaran, hingga pencarian spiritual akan pengetahuan
mengenai Tuhan dan seluruh cara-Nya dan pengetahuan terakhir
dengan-Nya melalui pengetahuan.
4) Jalan perubahan pribadi
Jalan ini adalah jalan yang paling erat dikaitkan dengan aktivitas
“Titik Tuhan” dari otak, dengan kepribadian yang terbuka
menerima pengalaman mistis, emosi yang eksterm dengan
mereka yang “eksentrik” atau berbeda dengan kebanyakan orang,
6) Jalan kepemimpinan yang penuh pengabdian.
Kepemimpinan yang penuh pengabdian, dalam suatu pengertian
yang penting, adalah yang tertinggi di jalan spiritual. Melalui
karunia yang diberikan oleh kehidupan dan kepribadian mereka,
oamg-orang ini berkesempatan untuk mengabdi, menyembuhkan,
dan mencerahkan pikiran orang-orang yang mereka pimpin,
namun jalan ini sesungguhnya menuntut integritas besar
(keutuhan). Pemimpin yang penuh pengabdian itu harus mampu
menyerahkan dirinya pada kekuatan tertinggi yang dapat di
bayangkan, bagi jenis kepribadian pengusaha yang secara ilmiah
mampu memegang kekuasaan dan mempengaruhi orang,
penyerahan diri semacam ini tak mudak dilakukan. Kemudian
yang terbesar adalah bertindak dengan mulia. (Danah Zohar dan
Ian Marshall, 2007 : 107).
3. ESQ Power
a. Pengertian ESQ Power
Kedudukan pendidik dalam hal melesatkan kecerdasan jiwa
merupakan faktor utama dalam pembelajaran untuk mencerdaskan
diri dan siswa atau anak didiknya. Sesungguhnya banyak
pengalaman yang biasa dikisahkan tentang kebodohan emosional dan
efeknya terhadap tanggung jawab dan kewajiban arangtua dalam
memberikan pengasuhan, perwatan, pendidikan dan pembelajaran
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional,
ketrampilan sosial dan emosional yang membentuk karakter lebih
penting bagi keberhasilan, siswa dibandingkan dengan kecerdasan
kognitif yang diukur melalui IQ. Kecerdasan emosional dapat
diajarkan pada setiap tahap perkembangan anak. Dalam proses
pendidikan terutama peran pendidik ataupun orangtua yang memiliki
ESQ Power dengan tujuan agar ESQ Power tersebut dapat digunakan
sebagai cara dalam mendidik siswa dapat pula digunakan untuk
diajarkan pada anak-anak.
ESQ Power better life merupakan konsepsi tentang kecerdasan
emosiaonal spiritual menurut pandangan Islam dengan pelaksanaan
tanggung jawab dan kewajiban sebagai pendidik ataupun orangtua
dalam merawat dan mendidik dan melakukan pembelajaran terhadap
siswa atau anak-anaknya.dalam proses pendidikan terutama
pendidikan yang dilakukan oleh pendidik sangat membutuhkan
adanya ESQ power, (artikel, http//:www.kecerdasan emosional 2009,
jum’a t : 20.00 PM).
Menurut (Muhyidin, (2006:84) bahwa Kecerdasan emosi akan
mengantarkan penemuan potensi yang ada pada manusia dengan
ketrampilan-ketrampilan praktis yang didasarkan pada lima unsure,
antara lain : Kecerdasan diri (mengetahui kondisi diri sendiri),
motivasi dalam mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya pada
emosi yang mengantarkan dan memudahkan peraihan sasaran.
Empati yakni kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan
kepentingan orang lain. Ketrampilan sosial (ketrampilan yang
menggugah tanggapan yang dikehendaki orang lain). Jadi pengertian
ESQ Power adalah sinergi antara kekuatan emosional dan spiritual
serta merupakan keharmonisan antara kecerdasan emosional dan
spiritual.
Menurut Lawrence (2003:144) terdapat enam kualitas
kepemimpinan yang perlu ditunjukkan oleh orangtua, diantaranya:
hams mempertahankan kebahagiaan dal am keluarga, hams
mempunyai visi, arah dan tujuan. Mampu mengkomunikasikan
kepemimpinan dengan efektif, adanya usaha agar keluarga mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, adanya pertimbangan kebutuhan lain.
Dalam ESQ power yang berparadigma tauhid yang akan mampu
memberikan solusi dalam kehidupan, membandingkan hakikat
spiritual di dalam Islam dengan ranah spiritual yang dikatakan
modem yakni yang berasal dari barat jelas sangat berbeda. Dalam
pendidikan Islam didasarkan pada dasar aqidah yang diharapkan
setiap perilaku siswa sampai dewasa akan berperilaku sesuai dengan
pemahaman aqidah. “kamus perasaan” dengan jalan menyusun daftar
b. Ciri-ciri ESQ Power
Muhyiddin menambahkan (2006:113) posisi ESQ power ada
tiga nilai yang selalu menjadi tujuan pendidik yakni nilai kebenaran,
nilai kabaikan dan nilai keindahan. Sehingga dapat dijelaskan bahwa
kecerdasan intelektual adalah persoalan logika, kecerdasan
emosional adalah nilai etika dan kecerdasan spiritual merupakan nilai
estetika (puncak estetika adalah keindahan Ilahi). Hal yang diberikan
oleh ESQ Power dalam problem kehidupan adalah:
1) Kemampuan untuk mengerti dan memahami perasaan sendiri.
2) Kemampuan untuk mengerti dan memahami perasaan orang lain.
3) Kemampuan untuk mengarah perasaan sesuai dengan kehendak
nurani.
4) Kemampuan untuk berempati dengan orang lain.
5) Kemampuan untuk mensucikan perasaan.
6) Kemampuan untuk menggerakkan perasaan pada perilaku yang
positif.
7) Kemampuan untuk mengendalikan perasaan-perasaan negatif.
8) Kemampuan untuk selalu berpegang pada keadilan dan
kebenaran.
9) Kemampuan untuk selalu rela dan ikhlas dengan takdir Allah
SWT.