• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTION POWER DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTs N) 1 BANJARNEGARA 20092010 Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Tarbiyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTION POWER DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTs N) 1 BANJARNEGARA 20092010 Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Tarbiyah"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

BANJARNEGARA 2009/2010

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Dalam Ilmu Tarbiyah

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2010

S K R I P S I

O leh:

(2)

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

DEKLARASI

Bismillahirrahmanirrahiim

Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat

dal am referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari temyata terdapat meteri atau pikiran-pikiran orang

lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup

mempertanggungj awabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah

skripsi

Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi

Salatiga, 31 Agustus 2010

Peneliti

Siti Muntofingah

(3)

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@,stainsalatiga.ac.id

Drs. A. Sulthoni, M.Pd

DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 3 eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Saudara Sitt Muntofingah

Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum, wr. wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama

ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama Siti Muntofingah

NIM : 121 05 009

Jurusan/ progdi : Tarbiyah/ pendidikan Agama Islam

Judul : PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS ESQ POWER DI MTs N 1 BANJARNEGARA.

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera

dimunaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Salatiga, 11 Agustus 2010

imbing

(4)

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]

PENGESAHAN

Skripsi saudara : SITI MUNTOFINGAH dengan Nomor Induk Mahasiswa :

121 05 009 yang beijudul: “PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTION DI MADRASAH TSANA WIYAH NEGERI I BANJARNEGARA”. Telah di munaqosahkan dalam siding panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Selasa

tanggal 31 Agustus 2010 yang bertepatan dengan tanggal 21 Ramadhan 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam

Ilmu Tarbiyah.

31 Agustus 2010 M Salatiga,

---21 Ramadhan 1431 H

Panitia

Drs. Ahmad Sulthoni, M.Pd

(5)

“Kemenangan itu tidak akan dihidangkan di atas piring emas. Ia akan datang

bersamaan dengan tetesan air mata, darah, tidak tidur malam, rasa letih, rasa

lapar dan kesulitan ”

(Dr. Aidl al-Qorni)

“Jangan menjuhkan diri dari doa, karena doa dan munajat merupakan

jalan untuk meraih ketenangan dan kebahagiaan. Suatu hari nanti

doa-doa itu akan terkabul dan mengantarkanmu pada apa yang kamu

cita-citakan ”

“Siapapun bisa marah, marah itu mudah, tetapi marah pada orang yang tepat

dengan kadar yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan tujuan yang tepat dan

dengan car a yang tepat, bukanlah hal yang mudah ”

(6)

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

1. Kakekku Siswandi aim dan nenekku Siswandi yang telah banyak memberikan

motivasi dan dukungan.

2. Bapak Parjo dan Ibu Tuniarti, yang telah memberikan segalanya untuk aku dan

keluargaku.

3. Adik-adikku, Fayatun Cholidah dan Muhammad Sugeng Abidin yang selalu

menjadi motivator buat aku.

4. Ayah yang selalu sabar menghadapi aku, mendampingi aku dan selalu membantu

(7)

Bismillahirrohmaanirrohiim

Segala puji bagi Allah penguasa segala alam dan sumber dari segala hukum,

tiada Tuhan selain Allah. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah Allah terakhir dan sebagai

penyempuma risalah sebelumnya.

Pada akhimya penulisan skripsi ini bisa selesai, penulis sadar bahwa

selesainya penulisan skripsi ini berkat bantuan dari orang-orang disekitamya,

tidak ada kata yang patut untuk di ucapkan kepada beliau-beliau ini, kecuali

terima kasih.

Terima kasih ini dihaturkan kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.

2. Dra. Siti Astiqoh, M.Si selaku kaprogdi pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga.

3. Miftahudin, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik.

4. Drs. Ahmad Sulthoni, M.Pd selaku pembimbing skripsi.

5. Semua dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya

6. Kepala sekolah, guru dan siswa-siswi MTs N 1 Banjamegara

7. Kedua orang tuaku yang telah mencurahkan segala kasih sayang dan

dukungannya selama mengikuti kuliah.

8. Ayah yang senantiasa sabar dalam membantu penyelesaian skripsi ini

(8)

yang teman-teman beri untukku.

12. Westi Arlini teman baikku terima kasih atas semuanya.

13. Keluarga ibu Ninik (mas, adik, janah) terima kasih atas doa dan suportnya.

14. Saprul Family, Asi Family, Wafda Family terima kasih untuk doa dan

bantuan-bantuannya.

15. PPTI Al-Falah yang pemah menjadi tempat naungan untukku.

Dan semua yang telah membantu dalam penyelesian penulisan skripsi ini,yang

tidak bisa disebut satu persatu.

Salatiga, 7 Agustus 2010

(9)

Muntofmgah Siti, 121 05 009. Pengembangan Pembelajaran Berbasis ESQ power di MTs N 1 Banjamegara 2010. Skripsi Jurusan Tarbiyah Progdi Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Skripsi Jurusan Tarbiyah, Program Studi PAI STAIN Salatiga. Pembimbing : Drs. A. Sulthoni, M.Pd.

Kata kunci: Pengembangan Pembelajaran dan berbasis ESQ power.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan pembelajaran berbasis ESQ power terhadap siswa-siswi MTs N 1 Banjamegara. Penggalian data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah kepala sekolah, guru dan siswa sebagai responden, menggunakan teknik wawancara langsung untuk mengetahui pengembangan pembelajaran berbasis ESQ power di MTs N 1 Banjamegara.

(10)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMANNOTAPEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

DEKLARASI... iv

HALAMAN M OTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK... viii

DAFTARISI... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Penegasan Istilah... 4

C. Rumusan Masalah... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian... 8

F. Sistematika Penulisan Skripsi ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran... 14

B. ESQ Power... 29

C. Pengaruh ESQ Power terhadap pembelajaran... 54

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs N I Banjamegara... 64

1. Visi Misi dan Tujuan MTs N I Banjamegara ... 64

2. Sejarah Berdirinya MTs N I Banjamegara... 65

3. Letak Geografis MTs N I Banjamegara... 66

4. Keadaan Gum, Karyawan dan Siswa MTs N I Banjamegara... 66

5. Keadaan Gedung MTs N I Banjamegara... 69

(11)

B. Model Pembelajaran ESQ Power di MTs N I Banjamegara... 86

C. Tujuan Pembelajaran ESQ Power di MTs N I Banjamegara... 87

D. Efek dari pembelajaran ESQ Power di MTs N I Banjamegara... 88

E. Permasalahan yang muncul dari pembelajaran ESQ di MTs N I

Banjamegara ... 91

F. Cara mengatasi permasalahan yang muncul dari pembelajaran ESQ

Power di MTs N I Banjamegara... 93

G. Kelebihan Pembelajaran ESQ Power dibandingkan dengan

Pembelajaran-pembelajaran lainnya... 94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran-saran... 97

C. Penutup... 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai pihak cukup prihatin dengan kualitas pendidikan kita yang

tertinggal jauh dari negara lain yang lebih maju, namun keprihatinan ini tidak

diikuti dengan perbaikan internal yang berhubungan dengan sarana

infrastruktur yang memadai. Pemerintah belum serius meraperhatikan kondisi

fisik instrumen pendidikan. Beberapa kasus yang ada, madrasah yang roboh

bereada di kota ataupun desa-desa terpencil dan kasus lain yang teijadi akibat

dari kurangnya perhatian dari pemerintah. Madrasah-madrasah itu secara fisk

sangat tidak memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Sehingga sangat tidak mungkin untuk menimba ilmu atau akibat yang lebih

parah yaitu keterbelakangan kualitas sumber daya manusia.

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi

penyelenggaraan pendidikan, perlu ditingkatkan kualitas menejemen

pendidikan. Sebagaimana diketahui bahwasanya pendidikan kita masih jauh

untuk bisa dikatakan mapan, apalagi berhasil. Mengingat masih ada fasilitas

pendidikan yang begitu minim dan terbatas, kurikulum yang belum stabil dan

kurangnya tenaga yang mengelola manajemen pendidikan (Cut Zahri Harun,

2001: 14)

(13)

Untuk dapat memenuhi tuntutan mutu pendidikan, perlu dikembangkan

sistem manajemen yang rasional, sistematik dan sistematis, sehingga semua

unsur sistem pendidikan dapat berinteraksi secara optimal bagi pencapaian

mutu pendidikan.

Mutu pendidikan di madrasah dapat di lihat dari proses

pembelajarannya. Dengan kata lain upaya meningkatkan kualitas pendidikan

diawali dengan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Karena

proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama di suatu sekolah. Selain

itu akhlak juga pengaruhnya penting dalam meningkatkan mutu pendidikan,

akan tetapi pada masa sekarang banyak kita jumpai dalam dunia pendidikan

yang seharusnya tercipta akhlakul karimah malah sebaliknya, banyak

dijumpai para siswa maupun guru-guru malakukan tindakan yang tidak

bemorma, contoh-contohnya banyak termuat di media-media dan di layar

kaca, berita tentang guru yang tega mencabuli anak didiknya dengan motif

untuk mencari kekayaan, kekuatan dan agar awet muda. Guru yang tega

memukuli anak didiknya dengan alasan kesal karena anaknya susah diatur,

bandel, tidak memperhatikan. Seorang siswa gantung diri karena takut tidak

lulus ujian, seorang siswa mengkonsumsi obat-obatan terlarang karena

kurang perhatian dari orang tuanya, masih banyak lagi kejadian-kejadian lain

yang setiap hari termuat di media dan di pertontonkan dalam layar kaca.

Kejadian-kejadian di atas adalah bukti bahwa antara kecerdasan

emosional dan spiritualnya tidak menyatu. Mereka akhinya mengambil

(14)

Apabila sebagian banyak orang telah mengerti dan menerapkan ESQ power

pada diri mereka, pasti kejadian-kejadian seperti contoh di atas tidak akan

kitajumpai.

Kejadian-kejadian lain yang teijadi dalam dunia pendidikan misalnya

banyak anak yang putus sekolah karena menganggap sekolah adalah penjara,

di sekolah merasa terkekang, membosankan dan menyedihkan, karena ia

dipaksa untuk berfikir-fikir dan berfikir tentang apa yang tidak ia senangi.

Hal ini juga akan hilang apabila di suatu sekolah telah ada pembelajaran

tentang ESQ power. Guru tidak akan mengekang siswa dan memaksa siswa.

Anak tidak hanya dididik agar dirinya cerdas dan mempunyai IQ yang tinggi

tetapi memiliki EQ dan SQ untuk bekal kehidupan mereka.

Selama ini kecerdasan seorang siswa dikonotasikan dengan kecerdasan

intelektual IQ (Intelligence Quotiont) bahkan orang tua juga beranggapan

bahwa jika anak mereka memiliki IQ tinggi maka sudah pasti cerdas dalam

segala hal. Namun saat ini anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya

tertumpu pada dimensi intelektual saja sebenamya tidaklah sepenuhnya

benar. Karena selain IQ manusia juga memiliki dimensi kecerdasan lain,

yaitu kecerdasan emosional EQ (Emotional Quotiont) dan kecerdasan

spiritual SQ (Spiritual Quotiont). (Danil Goiman,1996:5)

Menambahkan (Muhyidin,2006: 232) bahwa menampakan ESQ power

pada proses mendidik siswa adalah suatu perwujudan akan kekuatan dan

kecerdasan emosional dan spiritual selama orang tua melaksanakan

(15)

perawatan, pengasuhan, pendidikan dan pembelajaran. Banyak orang tua atau

pendidik yang menganggap penting dalam pembentukan karakter siswa

dengan cara menanamkan nilai-nilai kejujuran, kebaikan, keadilan dan

sebagainya. Namun yang perlu diperhatikan adalah menanamkan nilai tauhid

atau aqidah pada siswa. Hal ini menjadi sangat urgen dalam menerapkan

nilai-nilai tersebut dalam kehidupan.

Inilah yang dimaksud dengan ESQ power sebagai poses dalam mendidik

siswa namun juga dibarengi dengan nampaknya ESQ power dalam proses

mendidik tersebut. Ada tujuh keutamaan antara lain: Tidak menampakkan

kejahatan perasaan, menampakkan cinta dan keindahan, menampakan

kesabaran, menampakkan keuletan, menampakkan kejujuran dan keadilan,

menampakkan kreatifitas dan gairah, menampakkan disiplin dan konsisten.

Pengaruh pembelajaran ESQ power dalam mendidik siswa sangat urgen

karena dalam proses pendidikan adanya pembelajaran menuju tingkah laku

yang lebih baik dengan adanya pembelajaran ESQ power siswa akan

mengerti dan memahami, serta siswa setiap kali melakukan perbuatan akan

disadarkan pada Islam dan pengaturan emosi yang lebih baik hingga menjadi

dewasa. (Muhyidin, 2006: 232)

Dari uraian singkat di atas, mendorong penulis untuk melakukan

penelitian pembelajaran berbasis ESQ power dengan judul

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BEBASIS ESQ POWER DI MTs

(16)

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan untuk

membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu

dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas,

yaitu ada 2:

1. Pembelajaran

Pembelajaran di artikan suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur

yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Demar

Hamalik, 1995: 57), yang penulis maksudkan dengan adanya

pengembangan pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar

maka akan menjadikan tingkat kecerdasan siswa, semangat dalam belajar

dan tingkat prestasi yang maksimal.

2. ESQ (Emotional Spiritual Quotiont)

Kecerdasan emosional memiliki arti kepiawaian, kepandaian dan

ketepatan seseorang dalam mengelola diri sendiri dalam berhubungan

dengan orang lain di sekeliling mereka dengan menggunakan seluruh

potensi psikologis yang dimilikinya. Seperti intisiatif, empati, adaptasi,

komunikasi, keija sama dan kemampuan persuasi yang secara

keseluruhan telah mempribadikan pada diri seseorang (Abuddin Nata,

20002: 47)

Dengan demikian penulis mengartikan kecerdasan emosional

(17)

keadaan atau emosi diri sendiri sehingga dapat mengelolanya dengan

baik, kemampuan untuk memotifasi diri, memiliki empati setia mampu

menjaga hubungan baik dengan orang lain disekitamya.

Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi

dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Yaitu kecedasan untuk

menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih

luas dan kaya atau kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan

hidup seseorang lebih bermakna dibanding yang lain.

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ adalah landasan yang

diperlukan untuk mengfungsikan IQ dan SQ secara efektif. Bahkan SQ

merupakan kecerdasan tertinggi kita. (Ary Ginanjar Agustian, 2000: 109)

Sedangkan dalam ESQ power kecerdasan spiritual adalah

kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap peikiran, perilaku

dan kegiatan, serta mampu menyinergikan EQ dan SQ secara

komprehensif. (Ary Ginanjar Agustian, 2005:47)

Adapun indikator dari ESQ power antara lain:

a. Mampu menciptakan atau dapat memiliki karakter yang teguh.

b. Mampu meningkatkan kemampuan EQ dan IQ melalui SQ.

c. Mampu mengsinergikan rasionalitas duniawi (EQ) dengan semangat

spiritual (SQ) sehingga terjadi perpaduan yang dahsyat (ESQ).

d. Mampu memberi makna luhur terhadap pekeijaan dan tugas sehari-

(18)

makna kehidupan yang sangat indah ketika sedang betugas atau

menghadapi masalah yang berat sekalipun.

e. Mampu untuk mengangkat suara hati spiritual terdalam sehingga

sumber kecerdasan spiritual yang terletak pada god-spot manusia

terangkat ke permukaan.

3. Pembelajaran berbasis ESQ Power

Merupakan suatu pembelajaran yang berdasar pada kekuatan kecerdasan

emosional dan spiritual (Muhyidin, 2006:110)

Yang penulis maksudkan pembelajaran dengan berdasar pad ESQ Power

maka suatu pembelajaran tersebut memiliki nilai lebih dibandingkan

pembelajaran-pembelajaran yang lain. Kekuatan ESQ akan berpengaruh

terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Nilai-nilai emosional dan

spiritual membantu menciptakan suatu pembelajaran yang sempuma,

yang dapat mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa hal yang menjadi

permasalahan dan akan dikaji melalui penelitian ini. Beberapa permasalahan

itu adalah:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran berbasis ESQ power di MTs Negeri

1 Banjamegara?

2. Bagaimana problematika yang muncul dari penerapan pembelajaran

(19)

3. Bagaimana upaya untuk mengatasi problematika pembelajaran berbasis

ESQ power di MTs Negeri 1 Banjamegara?

4. Apa efek dari pembelajaran berbasis ESQ power bagi siswa-siswi di MTs

Negeri 1 Banjamegara?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian skripsi

dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengetahui penerapan pembelajaran berbasis ESQ power di MTs Negeri

1 Banjanegara?

2. Mengetahui problematika pembelajaran berbasis ESQ power di MTs

Negeri 1 Banjanegara?

3. Mengetahui upaya untuk mengatasi problematika pembelajaran berbasis

ESQ power di MTs Negeri 1 Banjanegara?

4. Mengetahui efek dari pembelajaran berbasis ESQ power bagi siswa-siswi

di MTs Negeri 1 Banjanegara?

Sedangkan manfaat dari penelitian di atas adalah:

1. Secara Teoristis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

khususnya tentang pembelajaran berbasis ESQ power pada siswa-siswi di

(20)

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapan dapat mengetahui pokok permasalahan dan

pembelajaran ESQ power pada siswa-siswi di MTs Negeri 1

Banjamegara.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiono

menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti kondisi objek secara alamiah, dimana peneliti

adalah sebagai instrument kunci (Sugiono, 2005:1).

Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah guru yang

memberikan pembelajaran ESQ power di MTs Negeri 1 Banjamegara

dengan berbagai latar belakangnya dalam memberikan pembelajaran

ESQ power kepada siswa khususnya kepada siswa-siswi di MTs Negeri 1

Banjamegara. Sehingga akan di temukan problematika upaya dan efek

pembelajaran ESQ power bagi siswa-siswi MTs Negeri 1 Banjamegara.

2. Subjek dan Informasi Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber tempat kita memperoleh

keterangan penelitian dan informan adalah orang yang memberikan pesan

atau memaparkan data. (Tatang M. Arifin, 1990: 92)

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah MTs N

1 Banjamegara dan yang menjadi informan adalah siswa-siswi, kepala

(21)

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam membicarakan pengumpulan data ada beberapa komponen

yang akan digunakan dalam mencapai tujuan yang dimaksud. Teknik ini

penulis gunakan untuk mengumpulkan data mengenai sampai di mana

tingkat pembelajaran berbasis ESQ power terhadap siswa di MTs N 1

Banjamegara, dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa

metode sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu

yang dilakukan oleh pewawancara (intrviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee). Wawancara

menurut Suharsimi "pengumpulan data yang diperoleh dengan

wawancara" dalam wawancara atau interview ini untuk mengorek

jawaban responden dengan bertatap muka. (Suharsimi Arikunto,

1991:2)

Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran wawancara adalah

kepala sekolah, guru dan siswa.

b. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati dengan membuat catatan

selektif terhadap menejemen fasilitas madrasah di MTs Negeri 1

Banjamegara. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematis tentang gejala-gejala (fenomena) yang diselidiki. (Sutrisno

(22)

langsung, observasi tidak langsung dan observasi partisipasi, maka

penulis menggunakan observasi langsung. Adapun langkah-langkah

yang ditempuh antara lain:

1) Terlebih dahulu melakukan pengamatan langsung, lalu mencatat

hal-hal yang dipandang perlu.

2) Berdasarkan gambaran pengamatan, maka peneliti

menghubungkan apa yang seharusnya berdasaran khasanah

ilmiah, dilanjutkan dengn rumusan yang jelas dan spesifxk

sehingga dapat diamati oleh observer.

3) Menentukan bentuk pedoman observasi tanpa perlu jawaban tapi

mencatat apa yang manpak.

4) Sebelum observasi dilaksanakan diskusikan dahulu pedoman

observasi, agar setiap segi yang diamati dapat dipahami

maknanya dan bagaimana cara mengisinya sesuai dengan harapan

dan tujuan penelitian.

5) Apabila ada hal khusus yang menarik tapi tidak ada dalam

pedoman observasi, sebaiknya disediakan catatan khusus.

Sasaran observasi dalam penelitian ini adalah kondisi fasilitas

(23)

c. Dokumentasi

Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat agenda

dan sebagainya.

Metode dokumentasi dalam penelitian digunakan dengan alasan:

selalu tersedia di kantor/lembaga, dokumen merupakan sumber data

yang stabil, informasi pada dokumen bersifat realita, dan sumber data

yang kaya berkaitan dengan keadaan subjek penelitian. Adapun yang

dapat dijadikan objek dalam metode dokumentasi adalah buku

administrasi fasilitas madrasah dalam daftar tabel keadaan pertahun

madrasah.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi untuk

meningkatkan pemahaman penelitian terhadap kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk

meningkatkan pemahaman tersebut, analisa pelu dilanjutkan dengan

upaya mencari makna.

Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka-

angka. Data ini dikumpulkan dalam berbagai cara diantaranya

wawancara, observasi, intisari dokumen. Untuk itu analisia kualitatif

menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang

(24)

a. Penyajian data

Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data yang baik merupakan suatu cara utama bagi penyajian

data yang shahih.

b. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan

konfigurasi (penggambaran sesuatu) yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan

juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu

kemungkinan setingkat pemikiran kembali yang melintas dalam

penganalisis selama menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan di

lapangan serta tukar pikiran dan akhimya berusaha menarik kesimpulan.

Dengan demikian verifikasi kesimpulan yang pada mulanya

mengambang atau kabur menjadi relevan. Contoh verifikasi, peneliti

melihat kembali keadaan gedung sekolah setelah mendapat keterangan

(25)

A. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Lembaga pendidikan adalah sebuah wadah yang digunakan untuk

proses pembelajaran, adapun menurut islam tujuan pendidikan ialah

membentuk manusia supaya sehat, cerdas, patuh dan tunduk kepada

perintah Tuahan serta mejauhi larangan - laranganNya. (H Abu Ahmadi,

Nur uhbiyati, 1991:11)

Pembelajaran berasal dari kata "belajar". Dalam Kamus Umum

Bahasa Indonesia, belajar diartikan (berusaha atau berlatih).

(Poerwadarminto, 1992:94)

Belajar juga diartikan sebagai perbuatan atau tingkah laku yang

relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. (Oemar Hamalik, 2008:54)

Menurut Haijanto, pembelajaran berasal dari kata belajar yang

berarti adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan yang di maksud

mencakup aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Dengan demikian

pembelajaran dapat diartikan proses yang dirancang untuk mengubah diri

seseorang baik aspek kognitif, afektif, maupun psikimotor. (Suwardi,

2007:30)

Dan pembelajaran merupaka suatu proses teijadinya interaksi antara

pelajar (mahasiswa) dan pengajar (dosen / instruktur) dalam mencapai

(26)

tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam

jangka satuan waktu tertentu pula.(Oemar Hamalik : 162).

2. Strategi pembelajaran

a. Pengertian strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah pola umum untuk mewujudkan

proses belajar mengajar. Secara operasional strategi pembelajaran

adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh guru, dosen

(pengajar) untuk memberikan kemudahan bagi siswa (peserta didik)

melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran. (Oemar Hamalik, 1995:165)

Strategi pembelajaran itu memuat berbagai altematif yang harus

dipertimbangkan untuk dipilih dalam rangka perencanaan pengajaran.

T. Raka Joni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan

urutan umum pembuatan guru murid dalam mewujudkan kegiatan

pembelajaran. Strategi pembelajaran menurut J.R David dalam

Teaching Strategies for College Class Room (1976), ialah a plan,

method, or series of activitas designed to achiezes a particular

educational goal (P36, 1980). Menurut pengertian ini strategi

pembelajaran meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang

direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran adalah rencana dan cara-cara membawakan

(27)

guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pola dan urutan

umum perbuatan guru-murid itu merupakan suatu kerangka umum

kegiatan pembelajaran yang tersusun dalam suatu rangkaian bertahap

menuju tujuan yang telah ditetapkan. (W.gulo, 2002 : 3).

Strategi secara umum dapat di definisikan sebagai suatu garis

besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Jika diterapkan dalam konteks pendidikan strategi pembelajaran dapat

digambarkan sebagai berikut:

1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan profil perilaku

dan pribadi siswa yang seperti apa atau bagaimana yang harus

dicapai dan menjadi sasaran dari kegiatan pembelajaran itu

berdasarkan aspirasi atau pandangan hidup dan selera masyarakat

yang bersangkutan untuk digunakan dalam mengidentifikasi

entering behavior para siswanya.

2) Memilih sistem pendekatan pembelajaran utama yang dipandang

paling efektif guna mencapai sasaran tersebut sehingga dapat

dijadikan pegangan oleh para guru dalam merencanakan dan

mengorganisasi kegiatan belajar mengajar atau pengalaman belajar

( learning experiences) siswanya.

3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar

mengajar ( teaching methods) dengan bagaiman yang dipandang

(28)

pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran.

4) Menetapkan norma- norma dan batas minimum ukuran

keneberhasilan, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru

dalam melakukan pengukuran dan evaluasi hasil kegiatan belajar

mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik ( feed

back) bagi upaya penyempuman sistem rasional yang bersangkutan

secara keseluruhan. ( Abin Syamsudin. M, 2005 :221 )

b. Jenis-jenis strategi pembelajaran

Adapun jenis jenis strategi pembelajaran menurut Oemar Hamalik

adalah sebagai berikut:

1) Latihan dan praktek

Latihan dan praktek bertujuan membantu anak didik untuk

menguasai ketrampilan secara tepat dan perilaku yang tepat dan

otomatik

2) Sinektik

Sinektik bertujuan menciptakan kelas menjadi masyarakat

intelektual yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk

mengembangkan perilaku kreatif.

3) Yurisprudential

Yurisprudential bertujuan membantu anak didik memliki pendirian

(29)

4) Diskoveri / inkuiri

Diskoveri / inkuiri merupakan prosedur yang menitik beratkan

pada belajar individual, manipulasi objek-objek eksperimen dan

pengambilan kesimpulan.

5) Modifikasi tingkah laku

Modifikasi tingkah laku bertujuan untuk mengubah tingkah laku

dengan cara menempatkannya dalam kondisi yang terkontrol dan

kemudian dimanipulasi.

6) Paket kegitan belajar

Paket kegitan belajar yang berasaskan akuntabilitas , kesadaran

siswa, belajar individual, menyediakan variasi-variasi, cara-cara

belajar dan waktu belajar.

7) Pembelajaran kelompok kecil

Pembelajaran kelompok kecil melalui teknik territorial, individual,

seminar, lokakarya, teknik klinik, diskusi kelompok.

8) Sistem belajar siswa terbimbing

Sistem belajar siswa terbimbing menitikberatkan pada tanggung

jawab belajar pada diri peserta didik, pendidik bertindak sebagai

narasumber.

9) Pembelajaran terprogram

Pembelajaran terprogram yakni suatu pembelajaran dimana siswa

belajar sendiri untuk mencapai tujuan, tingkah laku berdasarkan

(30)

10) Pelatihan dal am industri

Pelatihan dalam industri ini dilakukan berdasarkan pendekatan

pembelajaran standar dan latihan dalam pekeijaan.

11) Pengajaran

Pengajaran dengan contoh yang dilaksanakan dalam bentuk

demonstrasi ilustrasi dan modeling.

12) Simulasi

Simulasi diterapkan dengan berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah

laku dan dilaksanakan dalam bentuk latihan simulasi untuk

mengembangkan ketrampilan reproduktif. Hal ini dilaksanakan

dalam bentuk permainan simulasi. Studi kasus bermain peran

(Oemar Hamalik, 2007 : 163).

3. Problematika pembelaj aran

Problematika atau permasalahan pembelajaran adalah merupakan kendala

atau hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran.

a. Problematika pembelajaran yang menyangkut 5 W I H

Menurut Nurulbiyati dan Abu Ahmadi, pembelajaran sebagai suatu

aktivitas yang merupakan proses itu banyak dijumpai problem-

problem yang memerlukan pemikiran pemecahannya. Problematika

pembelajaran yang menyangkut 5 WIH yaitu :

1) Problematika Who

Problematika Who (siapa) yaitu menguraikan kendala dari

(31)

pendidikan /pembelajaran.

a) Problem Pendidik

Masalah yang berkaitan dengan pendidik antara lain :

(1) Problem kemampuan ekonomi

(2) Problem kemampuan pengetahuan dan pengalaman

(3) Problem kemampuan

(4) Problem kewibawaan

(5) Problem kepribadian

(6) Problem sikap

(7) Problem sifat

(8) Problem kebijaksanaan

(9) Problem kerajinan

(10) Problem tanggungjawab

(11) Problem kesehatan dan sebagainya.

b) Problem Anak Didik

Problem yang berkaitan dengan anak didik juga tidak kalah

penting untuk diperhatikan, dipikirkan dan dipecahkan. Karena

anak didik adalah pihak yang digarap untuk dijadikan manusia

yang diharapkan, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Adapun problem - problem yang ada pada anak didik

antara lain :

(1) Problem kemampuan ekonomi keluarga

(32)

e. Mengapa pejabat setempat mengijinkan mendirikan pabrik

disebelah sekolah yang mengganggu jalannya proses belajar

mengajar.

f. Mengapa penyaluran buku - buku paket tidak sampai atau

selalu terlambat datang di sekolah.

g. Mengapa teijadi kasus amoral dikalangan guru, murid dan

orang tua anak.

3) Problematika Where

Didalam pendidikan terdapat tiga tempat, yaitu keluarga, sekolah

dan masyarakat. Sistem pendidikan pada masing - masing tempat

tersebut tidak sama dan metode nya pun berbeda.

Lokasi dari pada letak tempat pendidikan pun mempengaruhi

bagi jalannya pendidikan, seperti di desa dan di kota, di masyarakat

religious dengan masyarakat heterogen pemeluk agamanya.

Problem pendidikan keluarga sebagai tempat pendidikan anak -

anak antara lain adalah situasi keluarga itu sendiri dan letak keluarga

yang berada di tengah - tengah lingkungan yang tidak

menguntungkan. Demikian juga sekolah sebagai tempat pendidikan

murid - murid, bila letak sekolah itu di tengah - tengah lingkungan

yang tidak menguntungkan juga akan menjadi problem.

Apabila tempat pendidikan itu di masyarakat, yang menjadi

(33)

Masalah sarana adalah bila tidak lengkap sarana pendidikan hal

ini akan mengganggu jalannya pendidikan, seperti kurangnya kursi,

meja dan buku. Dan di beberapa daerah ada pula yang tidak memenuhi

syarat sebagai tempat belajar-mengajar, seperti tidak adanya gedung

sekolah, atau ada tapi membahayakan.

Meskipun dasar dan tujuan jelas tetap materi kurang tepat atau

kekurangan sarana atau tidak adanya media.

6) Problematika How

Masalah how (bagaimana) berkenaan dengan metode atau cara

yang akan digunakan dalam proses pendidikan. Anak didik

mempunyai sifat dan bakat yang berbeda - beda pendidikan harus

mengakui adanya perbedaan tersebut. (H Abu Ahmadi Nuruhbiyati,

1991:255).

b. Problematika pembelajaran internal dan external

Menurut Tuwuh Trisnayadi, pembelajaran adalah suatu proses,

untuk itu di dalam suatu proses hampir dapat dipastikan bahwa

masalah/hambatan selalu muncul dalam setiap usaha yang kita

lakukan. Masalah/problem yang kecil dapat segera diatasi dengan

mudah, sementara masalah yang besar memerlukan kerja keras

tersendiri. Masalah yang muncul bisa timbul dari dalam diri sendiri

(internal) bisa pula muncul dari luar (external)

(34)

Probleamatika yang muncul dari dalam diri sendiri ini biasanya

berupa rasa malas, penyakit atau kesulitan dalam menerima dan

menyerap materi pelajaran. Problematika-problematika dari dalam

diri sendiri diantaranya:

a) Rasa malas

Rasa malas bisa timbul karena perasaan jenuh. Kemalasan yang

timbul sewaktu-waktu tidak begitu menghawatirkan, selama

tidak berkelanjutan. Kemalasan yang timbul setiap akan

belajar, jelas akan mengganggu proses pencapaian cita-cita

kita.

b) Kesulitan dalam menerima dan menyerap materi pembelajaran

Kesulitan dalam menerima dan menyerap materi pelajaran bisa

di sebebkan oleh kesulitan berkonsentrasi. Kesulitan ini bisa

timbul dari dalam diri maupun gangguan dari luar.

c) Gangguan penyakit

Penyakit datangnya tidak bisa diduga. Untuk itu, menjaga

kesehatan jiwa dan raga agar tetap sehat dan tidak terserang

suatu penyakit merupakan langkah yang paling bijaksana.

2) Problematika dari luar (external)

Kelancaran belajar terkadang mendapat gangguan dari luar diri

kita. Diantara faktor-faktor tersebut antara lain:

(35)

Gangguan belajar yang disebabkan oleh faktor lingkungan

keluarga biasanya ketidak harmonisan kehidupan orang tua

. karena perceraian atau sering bertengkar dan ketidak

harmonisan antara sesama anggota keluarga karena kurang

adanya saling pengertian.

Gangguan belajar yang disebabkan dari lingkungan

masyarakat, diantaranya:

(1) Banyaknya remaja dilingkungan yang tidak bersekolah,

terkadang menjadi buah simalakama. Ketika sedang belajar

diajak main, sebagai teman tentu akan berfikir jika tidak

ikut akan dikucilkan dan jika ikut tidak belajar.

(2) Bergaul dengan teman-teman yang tidak memikirkan masa

depan, hanya menghabiskan waktu untuk bermain dan

hura- hura, keadaan rumah yang letaknya rapat lingkungan

yang ramai oleh anak-anak kecil dan bunyi-bunyi suara

hiburan dari tetangga seringkali menjadi permasalahan

dalam belajar.

b) Faktor biaya

Faktor biaya sering menimbulkan gangguan dalam belajar.

(1) Permasalahan ini bisa timbul dari orang tua, misalnya

karena musibah yang menimpa dalam keluarga, orang tua

sakit, pemerataan keija atau yang lainnya yang

(36)

(2) Permasalahan ini juga bisa timbul dari sendiri karena

kenakalan sendiri memakai uang sekolah untuk

kepentingan dirinya sendiri, akibatnya tunggakan

pembayaran sekolah dan diri sendiri tidak sanggup

melunasinya.

c) Gangguan lawan jenis

Sering didapati siswa yang mengalami permasalahan

dalam proses pembelajaran gara-gara gangguan dari lawan

jenis . gangguan-ganguan tersebut biasanya berupa:

(1) Bolos sekolah kemudian pergi pacaran

(2) Berkelahi atau bermusuhan dengan sesama teman karena

berebut pacar atau karena ulah sang pacar.

(3) Semangat belajar menurun karena memikirkansang pacar

(4) Dikeluarkan oleh pihak sekolah karena mengalami

“kecelakaan” dalam pergaulan.

(5) Meminum racun karena diputus pacar

(6) Kabur / meninggalkan rumah dengan sang kekasih

(7) .Berurusan dengan polisi karena ditipu sang pacar

(8) Berurusan dengan dokter karena melanggar asusila.

d) Kenakalan remaja

Sikap dan perilaku para pelajar terkadang melanggar

peraturan dapat menimbulkan permasalahan dalam

(37)

kelancaran proses pembelajaran yang sifatnya sementara,

melainkan dapat berakibat lebih jauh dan lama apabila sampai

dikeluarkan dari sekolah, atau dipenjarakan oleh pihak

berwajib.

e) Penyalahgunaan obat terlarang dan minuman keras

Penyalah gunaan pemakaian obat terlarang oleh para

remaja merupakan salah satu gangguan belajar yang berakibat

fatal. Bukan hanya proses pembelajaran yang terhambat, tetapi

kesehtan dan jaringan urat saraf pun akan terhambat mengalami

gangguan.

f) Pandangan -pandangan yang keliru

Dalam bergaul dengan orang lain, kita akan banyak

menerima banyak pengaruh. Ada pengaruh yang baik, ada pula

pengaruh yang buruk bagi kita, ada pengaruh yang berupa

sikap, ada pula yang berupa ide, gagasan,dan pandangan.

Pengaruh yang baik tentu akan menambah wawasan dan

pengetahuan kita, sementara pengaruh buruk dapat

mengacaukan pembelajaran dan cita-cita kita. Dan pengaru-

pengaruh ini merupakan permasalahan atau problem dalam

pembelajaran.

g) Gangguan yang tidak terduga

Hal ini teijadi diluar kesadaran dan rencana, gangguan

(38)

lama. Permasalahan ini muncul tanpa kita ketahui dan sadari.

(Tuwuh Trisnayadi, 2007:37)

ESQ Power

1. EQ (Emotional Quotiont)

a. Pengertian Kecerdasan Emosional

Akar kata emosi adalah movere, kata keija Bahasa Latin yang

berarti “menggerakkan, bergarak”, ditambah awalan “e” untuk

memberi arti “bergarak menjauh”, menyiratkan bahwa

kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Semua

emosi pada dasamya adalah dorongan untuk bertindak, rencana

seketika untuk mengatasi masalah. (Daniel Goleman, 1996:7)

Menurut English and English, yang dikutip oleh Syamsu Yusuf,

emosi adalah “A complex feeling state accompanied by characteristic

motor and glandular activies” (suatu keadaan perasaan yang

kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelanjar dan motoris).

Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi

merupakan setiap keadaan pada pada diri seseorang yang disertai

wama yang efektif (perasaan tertentu pada saat menghadapi situasi

tertentu seperti bahagia, putus asa, terharu, dan sebagainya) baik

tingkat lemah (dangkal) maupun tingkat yang luas (mendalam).

(Syamsu Yusuf LN, 2006:114-115)

Emosi adalah getaran pada kalbu seperti haru, sedih, kecewa,

(39)

seseorang. Emosi mudah tersentuh melalui panca indra seperti

penglihatan dan pendengaran.

Dari berbagai pengertian emosi di atas, muncul juga berbagai

pengertian dan teori tentang kecerdasan emosional. Menurut

Goleman kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk

memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,

mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan

kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas stres

tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo’a.

(Ary Ginanjar Agustian, 2004:100)

Sedangkan menurut menurut Davies dan rekan-rekannya dalam

buku Emotional Intelligence, yang dikutip oleh Monti P. Setiadarma

menjelaskan bahwa intelegensi emosi adalah kemanpuan seseorang

untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain,

membedakan satu emosi dengan yang lainnya, dan menggunakan

informasi tersebut untuk menuntun proses berfikir serta perilaku

seseorang. Kemampuan ini merupakan kemampuan yang unik dan

penting dalam kemampuan psikologis seseorang.

Ary Ginanjar menyatakan bahwa kecerdasan emosional

merupakan serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan di dunia

yang penuh liku-liku permasalahan sosial. Pendapat lain menjelaskan

bahwa kecerdasan emosional diartikan kepiawaian, kepandaian dan

(40)

berhubungan dengan orang lain di sekeliling mereka dengan

menggunakan seluruh potensi psikologis yang dimilikinya seperti

inisiatif dan empati, adaptasi, komunikasi, keijasama, dan

kemampuan persuasi yang secara keseluruhan telah mempribadikan

pada din seseorang. (Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Wamwu,

2003:27)

Dari berbagai pengertian tentang kecerdasan emosional di atas,

dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan

ketrampilan atau kemampuan seseorang dalam mengenal, mengelola

dan mengendalikan emosi diri, dari kemampuan ini seseorang akan

mampu memotivasi diri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang

lain (empati), serta mampu membina hubungan baik dengan orang

lain.

b. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional

Menurut Salovey, yang dikutip oleh Goleman dalam bukunya

Emotional Intelligence, membagi ketrampilan-ketrampilan yang

menjadi ciri kecerdasan emosional dalam lima wilayah utama

(Abuddin Nata, 2003:47).

1) Mengenali emosi diri

Kesadaran diri dengan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu

terjadi, merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Dengan

(41)

akan sangat mempengaruhi atas pengambilan keputusan dal am

setiap permasalahan.

2) Mengelola emosi

Kemampuan mengelola emosi dengan mengontrol setiap

perasaan sehingga dapat mengungkapkannya dengan pas, seperti

mampu menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,

kemurungan, atau kekecewaan dengan cara yang positif, mampu

bangkit dari keterpurukan hidup, serta berusaha untuk tidak

impulsif.

3) Memotivasi diri sendiri

Menata emosi dan menjadikannya alat untuk mencapai tujuan,

merupakan hal penting dalam memberi perhatian untuk

memotivasi diri dan untuk berkreasi.

4) Mengenali emosi orang lain (empati)

Empati dapat dikatakan sebagai ketrampilam bergaul. Seseorang

yang empatik mampu menangkap, memahami sinyal-sinyal

sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang

dibutuhkan atau dikehendaki orang lain atas dirinya.

5) Membina hubungan

Membina hubungan dengan orang lain merupakan ketrampilan

mengelola emosi orang lain, kemampuan berkomunikasi secara

(42)

nantinya mampu menunjang popularitas, kepemimpinan, dan

keberhasilan antar pribadi.

Dengan demikian, ciri dari kecerdasan emosional adalah

memiliki ketrampilan-ketrampilan dalam mengenali emosi diri,

mengelola emosi diri, memotivasi diri, berempati, dan membina

hubungan sosial.

c. Melatih Kecerdasan Emosional

Menurut (John Gotman dan Joan De Claire, 1997:73-114)

Mencerdaskan siswa yang memiliki kecerdasan emosional, terdapat

lima langkah yang dapat dilakukan untuk membantu melatih

ketrampilan-ketrampilan dalam kecerdasan emosional. Lima langkah

tersebut antara lain:

1) Menyadari setiap emosi

Kesadaran emosi merupakan kemampuan mengenali setiap emosi

diri, dapat mengidentifikasi perasaan-perasaan tersebut, dan peka

terhadap hadimya emosi-emosi dalam diri orang lain. Agar

seseorang mampu merasakan emosi dari orang lain, maka ia

harus menyadari setiap emosi diri terlebih dahulu.

2) Mengakui emosi

Dengan berlatih mengakui dan mengenali emosi-emosi yang

intensitasnya rendah, akan sangat membantu sebelum emosi

(43)

menyertainya. Hal ini juga dapat melatih kemampuan

mendengarkan dan menyelesaikan masalah.

3) Mendengarkan dengan empati

Maksud dari mendengarkan dengan empati adalah, berlatih

menggunakan mata untuk mengenali petunjuk fisik dari setiap

bentuk emosi orang lain, dan menggunakan hati untuk mengenali

apa yang dirasakan orang lain.

4) Memberi nama emosi dengan kata-kata

Salah satu langkah yang sangat mudah namun penting dalam

pelatihan emosi adalah memberi nama emosi setiap kali emosi-

emosi di alami. Tindakan ini mampu memberi efek

menentramkan sistem syaraf dan lebih cepat memulihkan

kembali emosi-emosi yang dirasakan.

5) Menentukan batas-batas emosi sambil memecahkan masalah

Hal ini dapat dilakukan melalui lima tahap, antara lain:

a) Menentukan batas-batas emosi

b) Menentukan sasaran-sasaran sekitar pemecahan

c) Memikirkan berbagai altematif pemecahan yang mungkin

dilakukan

d) Mengevaluasi pemecahan berdasarkan nilai-nilai yang ada

e) Memilih satu pemecahan dari sekian altematif yang ada.

Dengan cara-cara peningkatan kecerdasan emosional di atas,

diharapkan seseorang mampu mengelola dan memanfaatkan

(44)

potensi kecerdasan emosionalnya dengan baik. Setiap orang

memiliki kemampuan mengendalikan emosi diri, untuk

memaksimalkan hasilnya, hams dilatih dengan baik dan terns

menerus.

d. Manfaat Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional sangat berpengaruh dalam kehidupan

seseorang, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Kecerdasan

emosional seseorang akan terlihat melalui bagaimana ia menyikapi

setiap masalah, dan seperti apa kehidupan sosialnya di antara orang

lain. Secara jelasnya tujuan dari kecerdasan emosional antara lain

sebagai berikut: (Syamsu Yusuf LN, 113-114)

1) Mengenal emosi diri

Dengan mengenal emosi diri, seseorang akan mampu:

a) Mengenal dan merasakan emosi diri

b) Memahami penyebab dari perasaan yang timbul

c) Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan

2) Mengelola emosi

Melalui pengelolaan emosi yang baik, seseorang akan mampu:

a) Bersikap toleran terhadap frustasi dan mampu mengelola

amarah dengan lebih baik

b) Mengungkapkan amarah tanpa kekerasan

c) Mengendalikan perilaku agresif yang memsak diri sendiri

(45)

d) Memiliki perasaan positif tentang diri sendiri maupun orang

lain

e) Mengurangi perasaan kesepian dan cemas dalam pergaulan

3) Memotivasi diri sendiri

Dengan memotivasi diri sendiri, seseorang akan:

a) Memiliki rasa tanggung jawab

b) Memusatkan perhatian pada tugas yang dikeijakan

c) Optimis, tidak mudah putus asa

4) Mengenali emosi orang lain (empati)

Dengan memiliki empati, seseorang akan mampu:

a) Menerima sudut pandang pemikiran orang lain

b) Memiliki kepekaan terhadap arang lain

c) Mendengarkan orang lain, tidak egois

5) Membina hubungan

Melalui kemampuan membina hubimgan, seseorang akan:

a) Mudah bergaul

b) Memiliki jiwa sosial yang tinggi

c) Mudah bekeijasama dengan orang lain

d) Mampu memahami dan menganalisis hubungan dengan orang

lain

Dari uraian di atas dapat dikatakan, melalui ketranpilan-

(46)

yang baik akan sangat bermanfaat bagi seseorang, baik bagi dirinya

sendiri maupun bagi orang lain.

2. SQ ( Spiritual Quotion).

a. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, spiritual adalah

berkenaan dengan Kejiwaan dan berhubungan dengan Rohani

( Porwadarminta, 1999 : 603 ).

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, makna yang paling

tinggi dan paling bemilai, dimana manusia akan merasa bahagia

justru terletak pada aspek spiritualitasnya.dan hal ini terasakan oleh

manusia, ketika ia ikhlas mengabdi kepada sifat atau kehendak Alloh

( Ary Ginanjar Agustian, 2003 : 97).

Spiritual dalam Islam adalah Islam itu sendiri yang

mempresentasikan ajaran - ajaran yang bersifat holistic dan integral.

Tidak hanya menyangkut dimensi lahir tapi juga yang sangat urgen

adalah batin yang sifatnya kebenaran mutlak yang merupakan

perwujudan dari kedekatan kepada sang Pencipta yaitu keimanan.

Dengan kunci benar dan ikhlas dengan alasan psikologi, sebagian

pendidik dan orang tua mungkin tidak bisa mencontohkan

keterampilan pemecahan masalah di rumah, walaupun sesungguhnya

mereka mempunyai peranan yang sangat penting. ( Abuddin Nata :

(47)

SQ adalah kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia

yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri. SQ

merupakan fasilitas yang berkembang selama jutaan tahun, yang

memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna

dalam memecahkan persoalan.

SQ adalah kecerdasan yang berada di bagian diri yang dalam,

berhubungan dengan kearifan diluar ego atau pikiran dasar. SQ

adalah kesadaran yang dengannya kita tidak hanya mengakui nilai -

nilai yang ada, tapi kita juga secara kreatif menemukan nilai - nilai

baru. SQ tidak bergantung pada budaya maupun nilai. Ia tidak

mengikuti nilai nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan

untuk memiliki nilai - nilai itu sendiri. Kecerdasan Spiritual adalah

kecerdasan jiwa, ia adalah kecerdasan yang dapat membantu kita

menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh.

( Danah Zohar dan Ian Marshall, 2001 : 8 ).

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ adalah

“ Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna

dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup

kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan

untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih

bermakna dibandingkan dengan yang lain.

(48)

Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan untuk memberi

makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah

- langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang

seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid ( integralistik),

serta berprinsip “ hanya karena Alloh “

Didalam Islam hal - hal yang berhubungan kecakapan emosi

dan spiritual seperti konsistensi (istiqomah), kerendahan hati

(tawadlu), berusaha dan berserah diri (tawakal), ketulusan / sincerity

(keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas

dan penyempumaan ( hsan), semua itu dinamakan Akhlaqul Karimah

( Ary Ginanjar Agustian, 2001 : 199).

Sungguh, orang beriman hanyalah mereka yang bila disebut Allah, hatinya gemetar. Dan bila ayat-ayat-Nya dibacakan kepadanya, mereka bertambah keimannya, dan tawakal kepada Tuhan-Nya. (Qs. Al-Anfaal (Rampasan perang) 8 : 2 ) .

Ary Ginanjar berpendapat, bahwa Sebuah fenomena besar

tentang kehidupan spiritual manusia adalah kecenderungan manusia

' untuk senantiasa menuju sifat - sifat ilahiyah. Manusia lebih merasa

terharu atau bahagia apabila titik spiritualnya tersentuh dan manusia

cenderung ingin mengikuti sifat - sifat Alloh. (Ary Ginanjar

(49)

yJ

-3

y^&zyjjLi’

J-tic-.

i ^ J J 3

'jjLZwe <1)1

J

l

^C-*

Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Alloh untuk tidak berpaling ke belakang. Dan perjanjian (dengan) Alloh itu akan ditanya.

(Qs. Al-Ahzaab (Golongan-golongan) 33 : 15)

Pendapat lain dari Ary Ginanjar Agustian (2001 : 188 ) yaitu

Nilai spiritual adalah nilai-nilai yang berlaku dan dapat diterima oleh

semua orang yang sesuai dan bisa diterima dalam skala lokal,

nasional, regional ataupun international. Artinya nilai-nilai yang

dianut tersebut harus tetap berada pada garis orbit spiritual yang bisa

diterima oleh seluruh penduduk bumi, bahkan penduduk langit.

Inilah yang dinamakan “nilai puncak” atau ultimate zealuc, yaitu

prinsip-prinsip yang dapat diterima dalam bahasa bulan, matahari,

bintang dan jiwa manusia yang memiliki fitrah tertinggi.

Dalam pelesatan ESQ Power dalam hal ini adalah menitik

beratkan pada pelesatan dari ESQ Power itu sendiri sehingga harapan

bagi siswa-siswi yang mempunyai kecerdasan spiritual dalam

kehidupan. Untuk mencapai maksud yang demikian maka perlu

dipahami sesungguhnya spiritualisme dalam pengertian Islam.

Kecerdasan spiritual yang bagaimanakah yang dimaksud oleh Islam?

Akhir-akhir adanya kecenderungan akan pergeseran makna spiritual.

(50)

absurdit dan reduksi pada tingkatan yang parah. Dalam konteks ini,

corak pemahaman spiritual ditarik dalam kerangka-kerangka ilmiah

dan logis sebagai wujud paradigma positif yang ilmiah dan logis.

(Muhyidin, 2007:232).

b. Bukti Ilmiah Mengenai SQ

Banyak bukti ilmiah mengenai SQ sebenamya ada dalam

telaah-telaah neurologi, psikologi, dan antropologi masa kini tentang

kecerdasan manusia, pemikirannya, dan proses-proses linguistik.

Para ilmuan telah melakukan penelitian dasar yang mengungkapkan

adanya fondasi-fondasi saraf bagi SQ di dalam otak, namun dimensi

paradigma SQ telah menutup penelitian lebih jauh terhadap data-

datanya.(Danah Zohar dan Ian Marshall, 2007 : 10).

1. Penelitian oleh neurology Michael Persinger di awal tahun 1990-

an dan penelitian yang lebih baru pada 1997 oleh Neurologi jelas

Ramachandran bersama timnya di universitas California

mengenai adanya “Titik Tuhan” (god spot) dalam otak manusia.

Pusat spiritual yang terpasang ini terletak di antara hubungan-

hubugan saraf dalam cuping-cuping temporal otak.

2. Penelitian neurologi Austria Wolf Singer di tahun 1990-an

tentang “problem ikatan” membuktikan adangan proses saraf

dalam otak yang dicurahkan untuk menyatukan dan memberikan

makna pada pengalaman kita. Semacam proses saraf yang benar-

(51)

3. Sebagai pengembangan dari penelitian singer, penelitian

Rodolfo Ilinas pada pertengahan tahun 1990-an tentang

kesadaran saat terjaga dan saat tidur serta ikatan peristiwa -

peristiwa kognitif dalam otak telah dapat ditingkatkan dengan

teknologi MEG ( Magneto - Encepha - Lographic ) barn yang

memungkinkan diadakannya penelitian menyeluruh atas bidang -

bidang elektrik otak yang berosilasi dan bidang - bidang

magnetic yang dikaitkan dengannya.

4. Neurolog dan Antropolog biologi Harvard, Terrance Deacon,

barn - baru ini menerbitkan penelitian baru tentang asal usul

bahasa manusia. Deacon membuktikan bahwa bahasa adalah

sesuatu yang unik pada manusia, suatu aktivitas yang pada

dasamya bersifat simbolik dan berpusat pada makna, yang

berkembang bersama dengan perkembangan yang cepat dalam

cuping - cuping depan otak. ( Danah Zohar dan Ian Marshall :

2007:11)

c. Penggunaan SQ

Dalam istilah evolusioner, karya neurorologi tentang bahasa

dan representasi simbolis deacon menunjukkan bahwa kita telah

menggunakan SQ secara harfiah untuk menumbu otak manusiawi

(52)

1) Kita menggunakan SQ untuk menjadi kreatif, kita

menghadirkannya ketika ingin menjadi luas, atau spontan secara

kreatif.

2) Kita menggunakan SQ untuk berhadapan dengan masalah

eksistensial, yaitu saat kita secara pribadi merasa terpuruk

teijebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah - masalah

masa lalu kita, akibat penyakit dan kesedihan SQ menjadikan

kita sadar bahwa kita mempunyai masalah eksistensial dan

membuat kita mampu mengatasinya atau setidak - tidaknya bisa

berdamai dengan masalah tersebut. SQ memberi kita suatu rasa

yang “ dalam “ menyangkut peijuangan hidup. SQ adalah

pedoman saat kita berada “ di ujung “ masalah - masalah

eksistensial yang paling menantang dalam hidup berada di luar

yang diharapkan dan dikenal, diluar aturan - aturan yang telah

diberikan, melampaui pengalaman masa lalu dan melampaui

sesuatu yang dapat kita hadapi. SQ dapat memberi pengalaman

yang dalam dan intuitif akan makna dan nilai, merupakan

petunjuk bagi kita saat berada diujung.

3) Kita dapat menggunakan SQ untuk menjadi lebih cerdas secara

spiritual dalam beragama. SQ membawa kita ke jantung segala

sesuatu, kesatuan dibalik perbedaan ke potensi dibalik ekspresi

nyata. SQ mampu menghubungkan kita dengan makna dan ruh

(53)

bukan pula sekedar salah satu jenis aktivitas. Sebaliknya, SQ suatu

aktivitas di ukur melalui kedalaman (kedekatan dan pusat) dari

motivasi bagi aktivitas tersebut, apapun itu. Mungkin saja itu adalah

berdo’a atau bermeditasi, tetapi mungkin juga memasak, bekeija,

bermain cinta atau sekedar minum segelas air, selama aktivitas itu

timbul dari suatu hasrat yang terpusat dari motivasi dan nilai-nilai

kehidupan kita yang paling dalam. (Danah Zohar dan Ian Marshali,

2007:199).

Danah Zohar dan Ian Marshall menambahkan, bahwa terdapat enam

jalan menuju kecerdasan spiritual yang lebih tinggi, yaitu:

1) Jalan tugas

Jalan ini berkaitan dengan rasa dimiliki, keijasama, memberikan

sumbangan, dan diasuh oleh komunitas keamanan dan

kesetabilan bergantung pada pengalaman perkerabatan kita

dengan orang lain dan dengan lingkungan kita, biasanya sejak

masih bayi. Untuk itu, mengikuti jalan ini sangat pemting bagi

kita semua.

2) Jalan pengasuhan

Jalan ini berkaitan dengan kasih sayang, pengasuhan,

perlindungan dan penyuburan. Itulah jalan sang dewi, baik dia

dewi cinta seperti Venus (Aphrodite) atau dewi ibu yang

melahirkan dan kemudian merawat anaknya. Dia adalah juga ibu

karunia dari kesuburannya.

3) Jalan pengetahuan

Jalan pengetahuan merentang dari pemahaman akan masalah

praktis, umum, pencarian filosofis yang paling dalam akan

kebenaran, hingga pencarian spiritual akan pengetahuan

mengenai Tuhan dan seluruh cara-Nya dan pengetahuan terakhir

dengan-Nya melalui pengetahuan.

4) Jalan perubahan pribadi

Jalan ini adalah jalan yang paling erat dikaitkan dengan aktivitas

“Titik Tuhan” dari otak, dengan kepribadian yang terbuka

menerima pengalaman mistis, emosi yang eksterm dengan

mereka yang “eksentrik” atau berbeda dengan kebanyakan orang,

(54)

6) Jalan kepemimpinan yang penuh pengabdian.

Kepemimpinan yang penuh pengabdian, dalam suatu pengertian

yang penting, adalah yang tertinggi di jalan spiritual. Melalui

karunia yang diberikan oleh kehidupan dan kepribadian mereka,

oamg-orang ini berkesempatan untuk mengabdi, menyembuhkan,

dan mencerahkan pikiran orang-orang yang mereka pimpin,

namun jalan ini sesungguhnya menuntut integritas besar

(keutuhan). Pemimpin yang penuh pengabdian itu harus mampu

menyerahkan dirinya pada kekuatan tertinggi yang dapat di

bayangkan, bagi jenis kepribadian pengusaha yang secara ilmiah

mampu memegang kekuasaan dan mempengaruhi orang,

penyerahan diri semacam ini tak mudak dilakukan. Kemudian

yang terbesar adalah bertindak dengan mulia. (Danah Zohar dan

Ian Marshall, 2007 : 107).

3. ESQ Power

a. Pengertian ESQ Power

Kedudukan pendidik dalam hal melesatkan kecerdasan jiwa

merupakan faktor utama dalam pembelajaran untuk mencerdaskan

diri dan siswa atau anak didiknya. Sesungguhnya banyak

pengalaman yang biasa dikisahkan tentang kebodohan emosional dan

efeknya terhadap tanggung jawab dan kewajiban arangtua dalam

memberikan pengasuhan, perwatan, pendidikan dan pembelajaran

(55)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional,

ketrampilan sosial dan emosional yang membentuk karakter lebih

penting bagi keberhasilan, siswa dibandingkan dengan kecerdasan

kognitif yang diukur melalui IQ. Kecerdasan emosional dapat

diajarkan pada setiap tahap perkembangan anak. Dalam proses

pendidikan terutama peran pendidik ataupun orangtua yang memiliki

ESQ Power dengan tujuan agar ESQ Power tersebut dapat digunakan

sebagai cara dalam mendidik siswa dapat pula digunakan untuk

diajarkan pada anak-anak.

ESQ Power better life merupakan konsepsi tentang kecerdasan

emosiaonal spiritual menurut pandangan Islam dengan pelaksanaan

tanggung jawab dan kewajiban sebagai pendidik ataupun orangtua

dalam merawat dan mendidik dan melakukan pembelajaran terhadap

siswa atau anak-anaknya.dalam proses pendidikan terutama

pendidikan yang dilakukan oleh pendidik sangat membutuhkan

adanya ESQ power, (artikel, http//:www.kecerdasan emosional 2009,

jum’a t : 20.00 PM).

Menurut (Muhyidin, (2006:84) bahwa Kecerdasan emosi akan

mengantarkan penemuan potensi yang ada pada manusia dengan

ketrampilan-ketrampilan praktis yang didasarkan pada lima unsure,

antara lain : Kecerdasan diri (mengetahui kondisi diri sendiri),

motivasi dalam mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya pada

(56)

emosi yang mengantarkan dan memudahkan peraihan sasaran.

Empati yakni kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan

kepentingan orang lain. Ketrampilan sosial (ketrampilan yang

menggugah tanggapan yang dikehendaki orang lain). Jadi pengertian

ESQ Power adalah sinergi antara kekuatan emosional dan spiritual

serta merupakan keharmonisan antara kecerdasan emosional dan

spiritual.

Menurut Lawrence (2003:144) terdapat enam kualitas

kepemimpinan yang perlu ditunjukkan oleh orangtua, diantaranya:

hams mempertahankan kebahagiaan dal am keluarga, hams

mempunyai visi, arah dan tujuan. Mampu mengkomunikasikan

kepemimpinan dengan efektif, adanya usaha agar keluarga mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, adanya pertimbangan kebutuhan lain.

Dalam ESQ power yang berparadigma tauhid yang akan mampu

memberikan solusi dalam kehidupan, membandingkan hakikat

spiritual di dalam Islam dengan ranah spiritual yang dikatakan

modem yakni yang berasal dari barat jelas sangat berbeda. Dalam

pendidikan Islam didasarkan pada dasar aqidah yang diharapkan

setiap perilaku siswa sampai dewasa akan berperilaku sesuai dengan

pemahaman aqidah. “kamus perasaan” dengan jalan menyusun daftar

(57)

b. Ciri-ciri ESQ Power

Muhyiddin menambahkan (2006:113) posisi ESQ power ada

tiga nilai yang selalu menjadi tujuan pendidik yakni nilai kebenaran,

nilai kabaikan dan nilai keindahan. Sehingga dapat dijelaskan bahwa

kecerdasan intelektual adalah persoalan logika, kecerdasan

emosional adalah nilai etika dan kecerdasan spiritual merupakan nilai

estetika (puncak estetika adalah keindahan Ilahi). Hal yang diberikan

oleh ESQ Power dalam problem kehidupan adalah:

1) Kemampuan untuk mengerti dan memahami perasaan sendiri.

2) Kemampuan untuk mengerti dan memahami perasaan orang lain.

3) Kemampuan untuk mengarah perasaan sesuai dengan kehendak

nurani.

4) Kemampuan untuk berempati dengan orang lain.

5) Kemampuan untuk mensucikan perasaan.

6) Kemampuan untuk menggerakkan perasaan pada perilaku yang

positif.

7) Kemampuan untuk mengendalikan perasaan-perasaan negatif.

8) Kemampuan untuk selalu berpegang pada keadilan dan

kebenaran.

9) Kemampuan untuk selalu rela dan ikhlas dengan takdir Allah

SWT.

Gambar

TABEL IIKeadaan Pegawai MTS N 1 Banjamegara Tahun 2009/2010
TABEL IIIKeadaan Siswa MTS N 1 Banjamegara Tahun 2009/2010
TABEL IVKeadaan Gedung MTS N 1 Banjamegara Tahun 2009/2010
TABEL Va. Struktur Organisasi MTS N 1 Banjamegara 2009/2010
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Wawancara Dengan Guru Kelas TK Kartika II-26 (Persit) Bandar Lampung, (02 Oktober 2018).. tertalu banyak agar tidak menganggu perhatian anak. dinding di pergunakan

Kepala madrasah sebagai kordinator ia dapat mengkoordinasi program belajar mengajar, tugas-tugas anggota staf berbagai kegiatan yang berbeda-beda diantara guru-guru.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatifpendekatan fenomenologis. yang berlokasi di SMP Negeri 2 Salatiga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

Bekeija bagi perempuan yang menjadi istri dalam rumah tangga adalah. dalam rangka saling membantu, terutama saling menghidupi anak

Dalam menghadapi suatu masalah yang berhubungan dengan proses belajar mengajar, apakah guru anda bersifat terbuka. Ya, selalu bersifat terbuka

Angket ini tidak mempengaruhi privasi anda, tetapi semata-mata untuk mencari data dan diharapkan dengan penelitian ini menjadi sumbangan bagi orang tua untuk

Atas dasar itu maka penulis tertarik untuk mengangkat judul Manajemen Strategi Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam Di SMA Darul Ulum 1 Unggulan BPPT

Disini, guru mata pelajaran PAI di SMPN 36 Semarang menggunakan salah satu dari strategi PAIKEM yaitu Index Card Match ( mencari jodoh kartu tanya jawab ) dan Card Sort (