• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun oleh : ALFIANA TAUFIQ

111 05 017

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA 2010

(2)
(3)

iii

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun oleh : ALFIANA TAUFIQ

111 05 017

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA 2010

(4)

iv

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari:

Nama : ALFIANA TAUFIQ

NIM : 111 05 017

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : PENGARUH SHALAT BERJAMA’AH

TERHADAP KESALEHAN SOSIAL PADA ANAK ASUH PANTI ASUHAN ARRI’AYAH DESA KAUMAN LOR KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009.

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, ... Maret 2010 Pembimbing

Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd NIP. 19681104 199803 1 003

(5)

v

http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail:administrasi@stainsalatiga.ac.id

P E N G E S A H A N

Skripsi Saudara Alfiana Taufiq dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 05 017 yang berjudul PENGARUH SHALAT BERJAMAAH TERHADAP KESALEHAN SOSIAL PADA ANAK ASUH PANTI ASUHAN ARRI’AYAH DESA KAUMAN LOR, KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009” telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada 13 Maret 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Salatiga, 13 Maret 2010 27 Rabiul Awal 1431 Panitia Ujian

Ketua Sidang

Dr. Imam Sutomo, M.Ag. NIP. 19580827 198303 1 002

Sekretaris Sidang

Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag. NIP. 19660215 199103 1 001 Penguji I

Prof. Dr. Mansur, M.Ag NIP. 19680613 199403 1 004

Penguji II

Dra. Siti Farikhah, M.Pd NIP. 19610623 198803 2 001 Pembimbing

Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd NIP. 19681104 199803 1 003

(6)

vi Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini: Nama : ALFIANA TAUFIQ NIM : 111 05 017

Jurusan : TARBIYAH

Program Studi : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, … Maret 2010 Yang Menyatakan,

ALFIANA TAUFIQ NIM. 111 05 017

(7)

vii

ﺓﻼﺼﻟﺍ ﺍﻮﻤﻴِﻗَﺃ ﻭ

ﻭ 

ﻦﻴِﻌِﻛ ﺍﺮﻟﺍ ﻊﻣ ﺍﻮﻌَﻛ ﺭﺍﻭ ﺓﺎَﻛ ﺰﻟﺍ ﺍﻮُﺗﺍ

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk”.

Shalat jamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat (HR. Bukhari Muslim)

ﻥﻮﺤِﻠْﻔَﺗ ﻢُﻜﱠﻠﻌَﻟ ﺮﻴَﺨّﻟﺍ ﻮُﻠﻌْﻓ ﺍﻭ ﻢُﻜﺑﺭ ﺍﻭﺪﺒﻋﺍﻭ ﺍﻮﻌَﻛﺭ ﺍﻮﻨﻣَﺍ ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎﻬﻳَﺄﻳ

.

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan”.

Siapa muslim yang paling utama dan muslim yang paling utama adalah ketika orang muslim lain selamat dari lisan dan amalnya (HR. Bukhari Muslim).

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangga, tamu dan hendaklah berkata yang baik-baik atau kalau tidak bisa, hendaklah diam (HR. Mutafah Allah)

Hiasi hidup dengan ibadah yang benar berdasarkan aqidah yang lukis dan terus berkilau.

(8)

viii

1. Syaekhun dan Siti Juwariah (Ibu Ku Tercinta) yang telah mencurahkan segala usaha untuk membantu melancarkan studi-Ku yang telah mencurahkan kasih sayang, selalu memberikan dorongan semangat dan selalu mendo’akan.

2. Bapak/Ibu dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga dan karyawan.

3. Kakak-kakak Ku tersayang yang sudah memperjuangkan kuliah Ku. 4. Bapak KH. Ghozi Hakin dan Ibu Hj.

Musukhah yang telah membantu sepenuhnya baik dari segi moral dan material dalam penyelesaian skripsi ini sepenuhnya.

5. Santiawan dan santriwati panti asuhan Arri’ayyah Desa Kauman Lor sebagai teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini mulai tahun angkatan 2005 – 2010.

6. Teman-teman Ku dekat yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dorongan hingga terselesaikan skripsi ini.

(9)

ix

Segala puji bagi Allah SWT, kita memujinya mohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya kita berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan diri kita dan kejelekan amalan-amalan kita.

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang maha mengetahui segala apa yang tampak maupun tersembunyi atas rahmat dan hidayah serta taufiq-nya penulis menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman Jahiliyah menuju Islamiyah dan jalan penuh hidayah dari Allah SWT semoga pada akhirnya kita termasuk umatnya amiin.

Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. dengan terselesainya skripsi tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN yang telah berjasa untuk mengasuh penulis dan berkenan memberikan persetujuan penyelesaian terhadap judul skripsi ini.

2. Drs. Miftahuddin, M.Ag. selaku Pembantu Ketua III PAI STAIN Salatiga. 3. Fachurrohman, S.Ag, M.Pd selaku Ketua Program Studi PAI.

(10)

x

mencelahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanannya waktu dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan perpustakaan yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi.

7. Bapak KH. Ghazi Halun selaku pengasuh panti asuhan Arri’ayyah beserta para ustadz dan ustadzah yang telah memberikan pondasi ilmu agama Islam serta dukungan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tabah dan sabar.

8. Semua pengurus panti asuhan yang telah membantu penulis baik dalam bentuk materi maupun non materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak-Ibu serta saudara-saudara Ku dirumah yang telah mendo’akan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di STAIN Salatiga dengan penuh dan kasih sayang serta kesabaran.

10. Semua mahasiswa angkatan 2005 sebagai sahabat yang telah dengan ikhlas memberikan bantuan baik moral maupun spiritual yang tidak dapat di nilai dengan sesuatu apapun.

11. SahabatKu: Ahmad Taufiq, Maghfur, Mustafa, Arif, Husi, Mahsun, Bilah Ikhsan, Anisa’, Wulan Dari, Choiri In, Nining, Faizah, May, Dila, Ulfa,

(11)

xi

tenaga, motivasi kepada penulis hingga terselesaikan skripsinya ini.

Harapan penulis semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini, semoga bisa bermanfaat bagi penulis dan para pembaca umumnya.

Salatiga, 5 Maret 2010 Penulis,

ALFIANA TAUFIQ 111 05 017

(12)

xii

TERHADAP KESALEHAN SOSIAL (Anak Asuh Panti Asuhan Arri’ayah Desa Kauman Lor, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang Tahun 2009). Skripsi jurusan Tarbiyah, Program Studi PAI STAIN Salatiga. Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd

Kata Kunci : Berjamaah dan Kesalehan Sosial

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: adakah pengaruh shalat berjamaah terhadap kesalehan sosial pada anak asuh panti asuhan Arri’ayyah desa Kauman Lor, Kec. Pabelan, Kab. Semarang. Penelitian ini menggunkan metode angket, obervasi. Subjek penelitian sebanyak 60 responden, menggunakan teknik populasi, sampel. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data X dan data Y.

Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik product moment. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan antara shalat berjamaah terhadap kesalehan sosial. Hal ini dapat dilihat dengan hasil angket yang memperoleh kategori A mencapai nilai 58% dari 60 responden yang memandang bahwa shalat berjamaah dalam kategori tinggi, yaitu berada pada interval 25 – 30. Sedangkan untuk kesalehan sosial yang memperoleh kategori 31 mencapai nilai 51%, berada pada interval 25 – 30.

Setelah data berhasil, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel.

Dengan jumlah subyek 60 siswa dengan taraf signifikansi 1%, diperoleh pada tabel N taraf signifikansi 1% = 0,317, dan apabila ditunjukkan dengan hasil rhitung

koefisien korelasi ro = 0,539 > 0,317. Maka hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi

"terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara shalat berjamaah terhadap kesalehan sosial pada anak asuh panti asuhan Arri’ayyah Desa Kauman Lor, Kec. Pabelan, Kab. Semarang" hipotesis yang penulis ajukan diterima.

(13)

xiii

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN DEKLARASI... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... v

HALAMAN PENGESAHAN... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Penegasan Istilah... 4 1. Sholat Berjamaah ... 4 2. Kesalehan Sosial ... 6 C. Rumusan Masalah ... 8 D. Tujuan Penelitian ... 8 E. Manfaat Penelitian ... 9 F. Hipotesis... 10 G. Metode Penelitian ... 10 H. Sistematika Penulisan ... 13

(14)

xiv

1. Pengertian Shalat Berjamaah ... 16

2. Hukum Shalat Berjamaah ... 18

3. Macam-macam Shalat Berjamaah... 19

B. Perintah Melaksanakan Shalat Berjamaah dalam Keadaan Takut ... 20

C. Perintah Nabi untuk Melaksanakan Shalat Berjamaah 21 D. Larangan Keluar dari Masjid Setelah di Kumandangkan Adzan... 22

E. Umurnya yang Sudah Tua Serta Tulang-tulang Sudah Rapu ... 23

1. Keutamaan Shalat Berjamaan ... 24

2. Hikmah Shalat Berjamaah... 26

3. Pahala Shalat Berjamaah... 28

F. Kesalehan Sosial ... 29

1. Pengertian Kesalehan ... 29

2. Bentuk-bentuk Kesalehan Sosial ... 33

G. Hubungan Shalat Berjamaah dan kesalehan Sosial ... 35

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Arriayah Pabelan... 37

1. Sejarah Singkat dan Lokasi... 37

2. Landasan Hukum ... 38

3. Lokasi... 39

4. Objek Penelitian ... 39

5. Kegiatan Panti Asuhan... 39

(15)

xv

1. Jawaban Angket Shalat Berjamaah Panti Asuhan Arriayah Desa Kauman Lor Kec. Pabelan Kab.

Semarang... 48 2. Jawaban Angket Kesalehan Anak Panti Asuhan

Arriayah Desa Kauman Lor Kec. Pabelan Kab.

Semarang... 50

BAB IV DATA ANALISIS

A. Analisis Data tentang Shalat Berjamaah Panti Asuhan Arriayah Desa Kauman Lor Kec. Pabelan Kab.

Semarang... 55 B. Analisis Data tentang Kesalehan Sosial Anak Panti

Asuhan Arriayah Desa Kauman Lor Kec. Pabelan Kab. Semarang ... 63 C. Analisis Data tentang Pengaruh Shalat Berjamaah

terhadap Kesalehan Sosial Anak Panti Asuhan Arriayah Desa Kauman Lor Kec. Pabelan Kab.

Semarang... 71 D. Analisis Uji Hipotesis... 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Shalat berjamaah merupakan syi'ar Islam yang sangat agung, menyerupai shafnya malaikat ketika mereka beribadah, dan ibarat pasukan dalam suatu peperangan, ia merupakan sebab terjalinnya saling mencintai sesama muslim, saling mengenal, saling mengasihi, saling menyayangi, menampakkan kekuatan, dan kesatuan.

Allah mensyari'atkan bagi umat Islam berkumpul pada waktu-waktu tertentu, di antaranya ada yang setiap satu hari satu malam seperti shalat lima waktu, ada yang satu kali dalam seminggu, seperti shalat jum'at, ada yang satu tahun dua kali di setiap Negara seperti dua hari raya, dan ada yang satu kali dalam setahun bagi umat Islam keseluruhan seperti wukuf di arafah, ada pula yang dilakukan pada kondisi tertentu seperti shalat istisqa' dan shalat kusuf.

Hukumnya Shalat berjama’ah wajib atas setiap muslim yang mukallaf, laki-laki yang mampu, untuk shalat lima waktu, baik dalam perjalanan maupun mukim, dalam keadaan aman, maupun takut.

Dari Ibnu Umar ra bahwasanya Rasulullah bersabda: shalat berjamah lebih utama daripada shalat sendirian dengan tujuh puluh derajat. Dalam riwayat lain: dengan dua puluh lima derajat. (Muttafaq alaih) ( HR. Bukhari no. 645. 646)

1 1

(17)

Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: (barangsiapa yang bersuci di rumahnya, kemudian pergi ke salah satu rumah Allah, untuk melaksanakan salah satu kewajiban terhadap Allah, maka kedua langkahnya yang satu menghapuskan kesalahan, dan yang lain meninggikan derajat). (http://assunnah.or.id Disunnahkannya Shalat

Tarawih Dengan Berjama’ah. diakses 19 okteber 09. 08.30)

Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi saw bersabda:

Barangsiapa yang pergi ke masjid di waktu pagi atau di waktu sore, maka Allah menyiapkan baginya makanan setiap kali pergi pagi atau sore. (Muttafaq Alaih) .

Yang lebih utama bagi seorang muslim, shalat di masjid tempat ia tinggal, kemudian masjid lain yang lebih banyak jamaahnya, kemudian berikutnya yang lebih jauh, kecuali masjidil haram, masjid nabawi, dan masjidil aqsha, karena shalat pada masjid-masjid tersebut lebih utama secara mutlak. Boleh shalat berjamaah di masjid yang telah didirikan shalat berjamaah pada waktu itu. Orang-orang yang berjaga di pos pertahanan disunnahkan shalat di satu masjid, apabila mereka takut serangan musuh jika berkumpul, maka masing-masing shalat di tempatnya.

Shalat adalah simbol kesalehan religius dalam Islam. Lima kali dalam sehari kaum muslimin melaksanakannya, nyaris tidak ada satu waktupun yang tertinggal. Setiap minggu pada hari Jum’at, kaum muslimin selalu diingatkan dalam khutbah untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan, berlaku adil dan berbuat kebaikan. Satu bulan penuh di bulan ramadhan, kaum muslimin juga melaksanakan puasa, suatu bentuk ritual keagamaan

(18)

yang penting bagi pembentukan spiritualitas, moralitas dan solidaritas sosial. Bahkan dalam setiap tahun, ribuan kaum muslimin berangkat menunaikan ibadah haji dan umrah ke Baitullah. Suatu ritual keagamaan yang tidak saja membutuhkan kearifan spiritualitas dan kekuatan fisik, melainkan juga membutuhkan modal kapital yang banyak.

Idealnya, beberapa bentuk ritual keagamaan di atas, dapat merefleksi dalam berbagai kearifan hidup dan mendorong lahirnya kesalehan sosial. Tetapi, sayangnya bersamaan dengan merebaknya kesadaran keagamaan tersebut, berbagai praktek ‘kemungkaran dan kezaliman’ justru semakin merajarela. Ketidakadilan sosial, ketimpangan ekonomi, kejahatan politik, kesenjangan kaum kaya dan kaum miskin, penindasan dan ekploitasi atas kaum lemah, muncul menjadi pemandangan keseharian di sekitar kita. Kue pembangunan bangsa hanya dinikmati oleh segelintir orang, terutama orang yang punya kekuasaan politik dan punya kekuasaan ekonomi (modal, kapital), sementara masyarakat lemah semakin termiskinkan dan termarjinalkan. Lihat saja, orang beragama Islam yang punya kuasa politik dan kuasa kapital, masih bisa bersenandung dan berpesta makanan lezat, sementara masyarakat miskin di sekelingnya menderita kelaparan; dan sementara mereka yang tergusur rumahnya merasa kedinginan di malam hari dan kepanasan di siang hari. (artikel: http://assunnah.or.id Disunnahkannya

(19)

Oleh karena itu, agama dalam bentuknya yang bersifat ibadah ritual seperti shalat, puasa dan haji, tidak bisa lagi memberikan pencerahan dan pembebasan dari segala bentuk kemungkaran dan kezaliman sosial. Khususnya tentang ibadah sholat jama’ah, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada dampak atau pengaruh shalat berjama’ah terhadap kesalehan sosial anak.

Dengan latar belakang itulah, maka penulis mengambil judul penelitian : ”PENGARUH SHALAT BERJAMA’AH TERHADAP KESALEHAN SOSIAL STUDI KASUS ANAK ASUH PANTI ASUHAN ARRI’AYAH DESA KAUMAN LOR KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG 2009”.

B. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi penyimpangan dari pokok permasalahan yang akan penulis bahas, maka untuk lebih jelasnya penulis uraikan arti kata-kata yang terangkum dalam judul di atas.

1. Shalat Berjamaah

Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara bersama, dipimpin oleh yang ditunjuk sebagai imamnya yang lainnya di belakang sebagai makmum.

Shalat-shalat yang bisa dikerjakan berjamaah adalah: a. Shalat Lima Waktu: Subuh, dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. b. Shalat Jum’at.

(20)

c. Shalat Tarawih.

d. Shalat Ied Fitri dan ‘Idul Adha. e. Shalat Jenazah.

f. Shalat Istisqa (Minta Hujan).

g. Shalat Gerhana Bulan dan Matahari. h. Shalat Witir

Adapun indikator mengikuti shalat berjama'ah adalah sebagai berikut:

a. Rajin melaksanakan shalat berjama’ah dirumah atau mushola / masjid.

b. Tepat waktu melaksanakan shalat berjama’ah dirumah / mushola atau masjid.

c. Berpakaian terbaik dalam melaksanakan shalat berjama’ah dirumah/mushola atau masjid.

d. Meluruskan shaf dan temapat yang kosong dalam shaf.

e. Mengikuti gerakan imam secara benar, tidak mendahului geakan imam dan tuma’ninah.

f. Selalu berusaha menempati shaf pertama dan sebelah kanan.

g. Mendengarkan bacaan surat Al-Qur’an yang dibaca imam dengan khusuk.

h. Bersama-sama mengucapkan amin setelah imam membaca Al-Fatihah yang di baca keras.

(21)

i. Mengingatkan imam jika ada kesalahan atau kelupaan dalam shalat.

j. Berdzikir dan berdoa setelah shalat berjama’ah 2. Kesalehan Sosial

Kesalehan Sosial yaitu aktualisasi atau perwujudan iman dalam praksis kehidupan sosial. Orientasi baru kesalehan akan ikut memberi solusi bagi problem sosial sebab kesalehan itu membangun etos kerja. Kita akan menjadi bangsa yang dihormati dan didengar suaranya, jika produktivitas bangsa meningkat dan perekonomian kuat. Kehormatan bangsa dibangun di atas dasar kesalehan sosial. (http//. www. Artikel-dadang kahmad diakses 15 oktober 09)

Shalat adalah simbol kesalehan religius dalam Islam. Lima kali dalam sehari kaum muslimin melaksanakannya, nyaris tidak ada satu waktupun yang tertinggal. Setiap minggu pada hari Jum’at, kaum muslimin selalu diingatkan dalam khutbah untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan, berlaku adil dan berbuat kebaikan. Satu bulan penuh di Bulan Ramadhan, kaum muslimin juga melaksanakan puasa.

Adapun iindikator bentuk kesalehan sosial ritual keagamaan yang terpenting bagi pembentukan spiritualitas, moralitas dan solidaritas sosial. Bahkan dalam setiap tahun, ribuan kaum muslimin berangkat menunaikan ibadah haji dan umrah ke baitullah. Suatu ritual keagamaan yang tidak saja membutuhkan kearifan spiritualitas dan

(22)

kekuatan fisik, melainkan juga membutuhkan modal kapital yang banyak.

Adapun Indikator keshalehan sosial antara lain:

a. Kebersamaan, persamaan tanpa membeda-bedakna status sosial yang satu dengan yang lain

b. Mampu berinteraksi secara baik dengan masyarakat. c. Menjaga tali ukhuwah Islamiyah.

d. Bisa mengetahui keadaan saudara yang mungkin sakit sehingga tidka bisa hadir jamaah kemudian menjenguknya.

e. Menghadiri majelis ta’lim saling terjadi perkenalan antara umat. f. Terjadinya rasa kasih sayang antara umat Islam.

g. Mengajari orang lain tentang sesuatu yang belum diketahui secara bijaksana.

h. Sebagai umat Islam yang baik harus mencerminkan perilaku dna berpakiana yang sopan untuk menghormati orang lain.

i. Untuk menampakkan kewibawan umat islam j. Menghadiri majlis taklim

(23)

C. Rumusan Masalah

Dalam penyusunan skripsi ini, masalah yang dibahas beberapa hal sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat aktivitas shalat berjama’ah pada anak asuh panti asuhan Arri’ayah Desa Kauman Lor Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2009?

2. Bagaimana tingkat kesalehan sosial anak asuh panti asuhan Arri’ayah Desa Kauman Lor Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2009?

3. Adakah pengaruh shalat jama’ah terhadap kesalehan sosial pada anak asuh panti asuhan Arri’ayah Desa Kauman Lor Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2009?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak direalisir oleh peneliti dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat aktivitas shalat berjama’ah pada anak asuh panti asuhan Arri’ayah Desa Kauman Lor Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2009.

2. Untuk mengetahui tingkat kesalehan sosial anak asuh panti asuhan Arri’ayah Desa Kauman Lor Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2009.

(24)

3. Untuk mengetahui pengaruh shalat jama’ah terhadap kesalehan sosial pada anak asuh panti asuhan Arri’ayah Desa Kauman Lor Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2009.

E. Manfaat Penelitian

Dari penulisan ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi semua kalangan masyarakat pada umumnya. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan itu antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini, apabila ternyata ada pengaruh yang positif antara keaktifan shalat berjamah dengan kesalehan sosial anak asuh, maka diharapkan adanya pemahaman akan arti pentingnya shalat berjamah terhadap kesalehan sosial.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi para tokoh masyarakat khusunya orang tua asuh untuk mendorong agar anak selalu aktif shalat berjamaah.

b. Sebagai bahan masukan bagi anak untuk jangan menunda-nunda shalat berjama’ah dan bergegaslah kemasjid bila adzan berkumandang untuk ikut shalat berjamaah.

(25)

F. Hipotesis

Menurut Sutrisno Hadi hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel satu dengan variabel lainnya. (Sutrisno Hadi, 1981:63) Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah “Semakin baik shalat berjama’ah, semakin baik pula kesalehan sosial anak”.

G. Metode Penelitian

Hal-hal yang perlu dipaparkan berkaitan dengan metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. (Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1995:152)

Suharsini Arikunto memberikan patokan jika populasinya kurang dari 100 penelitiannya dijadikan penelitian populasi, tetapi jika lebih dari 100 maka diambil sampelnya 10-15% atau sesuai kemampuan. (Suharsini Arikunto, 1984:62) Maka penulis mengambil sampel sebanyak kurang lebih 10% dari total populasi yaitu 60 anak. 3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :

(26)

a. Metode angket

Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. ( Suharsimi Arikunto, 1991:325) Teknik angket sering disebut pula interview tak langsung, karena tidak mengharuskan peneliti berhadapan langsung dengan responden. Teknik ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data mengenai sampai dimana tingkat aktivitas shalat berjama’ah terhadap kesalehan sosial pada anak asuh panti asuhan Arri’ayah Desa Kauman Lor Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang?

b. Dokumentasi

"Dokumen mempunyai arti barang-barang tertulis". Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang situasi-situasi umum berkaitan dengan keadaan anak asuh panti asuhan Arri’ayah serta metode-metode dalam mendidik anak asuh panti asuhan Arri’ayah Desa Kauman Lor Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

c. Observasi

Sebagai teknik ilmiah observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan sistematik dengan fenomena yang diselidiki. ( Suharsimi Arikunto,

(27)

1991:149) Adapun alasan penggunaaan metode ini adalah sebagai pelengkap.

4. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif, yaitu data yang ada disusun, dijelaskan dan dianalisis dalam hal ini penulis menggunakan metode statistik yaitu teknik matematika dalam mengumpulkan, menyusun, menyajikan dan menganalisis dalam bentuk angket, berdasarkan data yang terkumpul, disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan cara statistik dengan teknik product moment. Adapun data yang dianalisis meliputi:

a. Perhitungan persentase frekwensi

% 100 x N F P= Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi N : Jumlah responden

b. Mengenai data tentang pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap minat belajar siswa, dianalisis dengan sistem product moment, yang rumusnya sebagai berikut.

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ Σ − Σ ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ Σ − Σ Σ Σ − Σ = N Y Y N X X N Y X XY rxy 2 2 2 2 ( ) ( ) ) )( (

(28)

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara X dan Y

X : variabel pertama shalat berjamaah anak asuh panti asuhan Ar Riayah Kauman Lor, Kec. Pabelan, Kab. Semarang tahun 2009

Y : variabel kedua keshalehan sosial anak asuh panti asuhan Ar Riayah Kauman Lor, Kec. Pabelan, Kab. Semarang tahun 2009

XY : Perkalian antara X dan Y

N : jumlah responden

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mengetahui pembahasan skripsi ini dengan baik, penulis sampaikan sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Penegasan Istilah C. Pokok Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Hipotesis G. Metode Penelitian

(29)

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Masalah Shalat Berjama’ah 1. Pengertian Shalat Berjama’ah, 2. Hukum Shalat Berjama’ah,

3. Macam-Macam Shalat Berjama’ah,

B. Perintah Melaksanakan Shalat Berjamaah dalam Keadaan Takut

C. Perintah Nabi untuk Melaksanakan Shalat Berjamaah D. Larangan Keluar dari Masjid Setelah Dikumandangkan

Adzan

E. Umurnya yang Usdah Tua Serat Tulung-tulangnya Sudah Rapuh

1. Keutamaan shalat berjamaah 2. Hikmah shalat berjamaah 3. Pahala shalat berjamaah F. Keshalihan Sosial

1. Pengertian keshalehan sosial 2. Bentuk-bentuk keshalehan sosial

(30)

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Panti Asuhan Arri’ayah Pabelan.

1. Sejarah singkat dan lokasi panti asuhan Arri’ayah Pabelan.

2. Landasan hukum

3. Lokasi panti asuhan Arri’ayah Pabelan 4. Objek penelitian

5. Pelayanan kegiatan di panti asuhan Arri’ayah Pabelan B. Penyajian Data

1. Jawaban Angket shalat berjama’ah.

2. Keshalehan sosial anak panti asuhan Ar Riayah desa Kauman Lor, Kec. Pabelan, Kab. Semarang

BAB IV : Analisis Data

A. Analisis Data tentang shalat berjama’ah

B. Analisis Data tentang tentang kesalehan sosial anak

C. Analisis Data Tentang shalat berjama’ah dengan kesalehan sosial anak

D. Analisis Uji Hipotesis BAB V : Penutup

A. Kesimpulan B. Saran-saran. Daftar Pustaka

(31)

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH SHALAT BERJAMA’AH TERHADAP KESALEHAN SOSIAL (STUDY KASUS ANAK ASUH PANTI ASUHAN ARRI’AYAH DESA, KAUMAN LOR KECAMATAN PABELAN

KABUPATEN SEMARANG)

Disusun oleh : Alfiana Taufiq 111 050 17

FAKULTAS TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMNEGERI (STAIN)

(32)

A. Masalah Shalat Berjama’ah

1. Pengertian Shalat Berjama’ah

Shalat berjamaah adalah shalat yang dikerjakan oleh dua atau lebih orang secara bersama-sama dengan satu orang di depan sebagai imam dan yang lainnya di belakang sebagai makmum. Shalat berjamaah minimal atau paling sedikit dilakukan oleh dua orang, namun semakin banyak orang yang ikut shalat berjama'ah tersebut jadi jauh lebih baik. Shalat berjama'ah memiliki nilai 27 derajat lebih baik daripada sholat sendiri. Oleh sebab itu kita diharapkan lebih mengutamakan shalat berjamaah daripada shalat sendirian saja. (HR. Bukhari, no 645)

Cara Melakukan shalat berjama’ah yaitu dengan berniat dalam hati bahwa ia menjadi makmum atau iman. Adapun seseorang yang pada mulanya shalat sendirian, kemudian ada orang lain yang mengikuti di belakangnya, baginya tidak dituntut sebagai imam. Makmum tidak dibenarkan mendahului imam, baik tempat berdirinya maupun gerakannya selama shalat berjama’ah berlangsung. Makmum diharuskan mengikuti sikap/gerak imam, tidak boleh terlambat apa lagi sampai tertinggal hingga dua rukun shalat. Apabila makmum menyalahi gerakan imam (sengaja tidak mengikutinya) maka putuslah arti jama’ah baginya; dan ia disebut munfarrid.

(33)

Antara imam dan makmum harus berada dalam satu tempat yang tidak terputus oleh sungai atau tembok mati kerana itu berjamaah melalui radio atau seumpamanya dalam jarak jauh, tidak memenuhi syarat berjamaah. Imam hendaklah orang yang berdiri sendiri, bukan orang yang sedang makmum kepada orang lain. Selain itu, imam hendaklah seorang laki-laki. Perempuan hanya dibenarkan menjadi imam sesama perempuan dan anak-anak.Shalat berjamaah hukumnya sunnah muakkad yaitu sunnat yang sangat dianjurkan. Perbedaan nilai shalat berjamaah, 27 kali lebih baik daripada shalat sendirian (munfarid). Shalat berjamaah paling sedikit adalah adanya seorang imam dan seorang makmum. ( Muslim, no 650, 649)

Bila seseorang terlambat mengikuti shalat berjamaah, hendaklah ia segera melakukan takbiratul ihram, lalu berbuat mengikuti imam sebagaimana adanya. Bila imam sedang duduk, hendaklah ia duduk, bila iamam sedang sujud iapun harus sujud; demikian seterusnya. Apabila imam sudah memberi salam, hendaklah ia bangun kembali untuk menambah kekurangan raka’at yang tertinggal dan kerjakanlah hingga raka’atnya memenuhi. Ukuran satu rakaat shalat ialah ruku’. Bila seseorang mendapatkan imam ruku dan dapat mengikutinya dengan baik, maka ia mendapatkan satu rakaat bersama imam.

Rasulullah Saw bersabda:

“Apabila seseorang di antara kamu mendatangi shalat, padahal imam sedang berada dalam suatu sikap tertentu, maka hendaklah ia berbuat seperti apa yang sedang dilakukan oleh imam”. (HR

(34)

2. Hukum Shalat Berjama’ah

Hukum Shalat Berjamaah Shalat berjama'ah hukumnya adalah sunat muakkad, yakni sunah yang sangat penting untuk dikerjakan karena memiliki nilai yang jauh lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan shalat munfarid / seorang diri. Sebelum memulai shalat bersama-sama hendaknya / sebaiknya dilakukan azan / adzan sebagai pemberitahuan yang mengajak orang-orang di sekitarnya untuk ikut sholat berjamaah bersama. Jika telah berkumpul di dalam masjid, mushalla, langgar, surau, ruangan, kamar, dan lain sebagainya maka salah satu hendaknya melakukan qamat / qomat sebagai ajakan untuk melakukan/memulai shalat. (Artikel,http//Islam, kitab kuning, pesantren.co.id:2009) Berikut ini adalah halangan dalam melakukan sholat berjamaah :

a. Terjadi badai atau cuaca lain yang tidak memungkinkan. b. Terjadi hujan sehingga sulit untuk ke masjid.

c. Ketika sakit

d. Merasa ingin buang air kecil atau air besar. e. Ketika bahaya mengancam.

f. Datang bulan / haid dan nifas pada perempuan.

g. Ketika lapar dan ada hidangan telah siap tersedia, dan lain sebagainya. Shalat berjama’ah adalah termasuk dari sunnah Rasulullah dan para shahabatnya. Rasulullah dan para shahabatnya selalu melaksanakannya, tidak pernah meninggalkannya kecuali jika ada ‘udzur

(35)

yang syar’i. Bahkan ketika Rasulullah sakit pun beliau tetap melaksanakan shalat berjama’ah di masjid dan ketika sakitnya semakin parah beliau memerintahkan Abu Bakr untuk mengimami para shahabatnya. Para shahabat pun bahkan ada yang dipapah oleh dua orang (karena sakit) untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. (Artikel,http//Islam, kitab kuning, pesantren.co.id:2009)

3. Macam-Macam Shalat Berjama’ah

Kalau kita membaca dan memperhatikan dengan sebaik-baiknya Al-Qur`an, As-Sunnah serta pendapat dan amalan salafush shalih maka kita akan mendapati bahwa dalil-dalil tersebut menjelaskan kepada kita akan wajibnya shalat berjama’ah di masjid. Di antara dalil-dalil tersebut adalah:

a. Perintah Allah Ta’ala untuk Ruku’ bersama Orang-orang yang Ruku’ Dari dalil yang menunjukkan wajibnya shalat berjama’ah adalah firman Allah Ta’ala

(

#θßϑŠÏ%r&uρ

nο4θn=¢Á9$#

(#θè?#u™uρ

nο4θx.¨“9$#

(#θãèx.ö‘$#uρ

yìtΒ

t⎦⎫ÏèÏ.≡§9$#

∩⊆⊂∪

Artinya : "Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat serta ruku’lah

bersama orang-orang yang ruku’."(Al-Baqarah:43).

Berkata Al-Imam Abu Bakr Al-Kasaniy Al-Hanafiy ketika menjelaskan wajibnya melaksanakan shalat berjama’ah: "Adapun (dalil) dari Al-Kitab adalah firman-Nya (yanga artinya): "Dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’." (Al-Baqarah:43), Allah Ta’ala memerintahkan ruku’ bersama-sama orang-orang yang ruku’, yang

(36)

demikian itu dengan bergabung dalam ruku’ maka ini merupakan perintah menegakkan shalat berjama’ah. Muthlaqnya perintah menunjukkan wajibnya mengamalkannya. (Bada`i’ush-shana`i’ fi Tartibisy-Syara`i, 1/155)

B. Perintah Melaksanakan Shalat Berjama’ah dalam Keadaan Takut

Tidaklah perintah melaksanakan shalat berjama’ah dalam keadaan biasa saja, bahkan Allah telah memerintahkannya hingga dalam keadaan takut. Allah berfirman

#sŒÎ)uρ

|MΖä.

öΝÍκÏù

|Môϑs%r'sù

ãΝßγs9

nο4θn=¢Á9$#

öΝà)tFù=sù

×πxÍ←!$sÛ

Νåκ÷]ÏiΒ

y7tè¨Β

(#ÿρä‹äzù'u‹ø9uρ

öΝåκtJysÎ=ó™r&

#sŒÎ*sù

(#ρ߉y∨y™

(#θçΡθä3uŠù=sù

⎯ÏΒ

öΝà6Í←!#u‘uρ

ÏNù'tGø9uρ

îπxÍ←!$sÛ

2”t÷zé&

óΟs9

(#θ=|Áãƒ

(#θ=|Áã‹ù=sù

y7yètΒ

(#ρä‹è{ù'uŠø9uρ

öΝèδu‘õ‹Ïn

öΝåκtJysÎ=ó™r&uρ

3

¨Šuρ

z⎯ƒÏ%©!$#

(#ρãxx.

öθs9

šχθè=àøós?

ô⎯tã

öΝä3ÏFysÎ=ó™r&

ö/ä3ÏGyèÏGøΒr&uρ

tβθè=‹ÏϑuŠsù

Νà6ø‹n=tæ

\'s#ø‹¨Β

Zοy‰Ïn≡uρ

4

Ÿωuρ

yy$oΨã_

öΝà6ø‹n=tã

βÎ)

tβ%x.

öΝä3Î/

“]Œr&

⎯ÏiΒ

@sܨΒ

÷ρr&

ΝçFΖä.

#©yÌö¨Β

βr&

(#þθãèŸÒs?

öΝä3tGysÎ=ó™r&

(

(#ρä‹è{uρ

öΝä.u‘õ‹Ïn

3

¨βÎ)

©!$#

£‰tãr&

t⎦⎪ÌÏ≈s3ù=Ï9

$\/#x‹tã

$YΨ‹Îγ•Β

∩⊇⊃⊄∪

Artinya : dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata.

(37)

orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu. (An-Nisa`:102).

Menurut jumhur mufassirin bila telah selesai serakaat, Maka diselesaikan satu rakaat lagi sendiri, dan Nabi duduk menunggu golongan yang kedua. Yaitu rakaat yang pertama, sedang rakaat yang kedua mereka selesaikan sendiri pula dan mereka mengakhiri sembahyang mereka bersama-sama Nabi. Cara sembahyang khauf seperti tersebut pada ayat 102 ini dilakukan dalam Keadaan yang masih mungkin mengerjakannya, bila Keadaan tidak memungkinkan untuk mengerjakannya, Maka sembahyang itu dikerjakan sedapat-dapatnya, walaupun dengan mengucapkan tasbih saja. (Ma’alimus Sunan karya, 1/160)

Maka apabila Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk melaksanakan shalat berjama’ah dalam keadaan takut maka dalam keadaan aman adalah lebih ditekankan lagi (kewajibannya). Dalam masalah ini berkata Al-Imam Ibnul Mundzir: "Ketika Allah memerintahkan shalat berjama’ah dalam keadaan takut menunjukkan dalam keadaan aman lebih wajib lagi". (Al-Mughniy, juz 3/5).

C. Perintah Nabi untuk Melaksanakan Shalat Berjama’ah

Al-Imam Al-Bukhari telah meriwayatkan dari Malik bin Al-Huwairits: Saya mendatangi Nabi dalam suatu rombongan dari kaumku, maka kami

(38)

tinggal bersamanya selama 20 hari, dan Nabi adalah seorang yang penyayang dan lemah lembut terhadap shahabatnya, maka ketika beliau melihat kerinduan kami kepada keluarga kami, beliau bersabda (yanga artinya): "Kembalilah kalian dan jadilah bersama mereka serta ajarilah mereka dan shalatlah kalian, apabila telah datang waktu shalat hendaklah salah seorang di antara kalian adzan dan hendaklah orang yang paling tua (berilmu tentang Al-Kitab & As-Sunnah dan paling banyak hafalan Al-Qur`annya) di antara kalian mengimami kalian.

Maka Nabi yang mulia memerintahkan adzan dan mengimami shalat ketika masuknya waktu shalat yakni beliau memerintahkan pelaksanakannya secara berjama’ah dan perintahnya terhadap sesuatu menunjukkan atas kewajibannya.

D. Larangan Keluar dari Masjid setelah Dikumandangkan Adzan

Sesungguhnya Rasulullah melarang keluar setelah dikumandangkannya adzan dari masjid sebelum melaksanakan shalat berjama’ah. Al-Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata: "Rasulullah memerintahkan kami, apabila kalian di masjid lalu diseru shalat (dikumandangkan adzan) maka janganlah keluar salah seorang di antara kalian sampai dia shalat (di masjid secara berjama’ah). (Muslim,674)Tidak Ada Keringanan dari Nabi bagi Orang yang Meninggalkan Shalat Berjama’ah. (adib Bisri Mustofa. 1993: 674)

(39)

Sesungguhnya Nabi yang mulia tidak memberikan keringanan kepada ‘Abdullah Ibnu Ummi Maktum untuk meninggalkan shalat berjama’ah dan melaksanakannya di rumah, padahal Ibnu Ummi Maktum mempunyai beberapa ‘udzur sebagai berikut :

1. Keadaannya yang buta

2. Tidak adanya penuntun yang mengantarkannya ke masjid 3. Jauhnya rumahnya dari masjid

4. Adanya pohon kurma dan pohon-pohon lainnya yang menghalanginya antara rumahnya dan masjid

5. adanya binatang buas yang banyak di Madinah.

E. Umurnya yang Sudah Tua Serta Tulang-tulangnya Sudah Rapuh.

Al-Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata: Seorang laki-laki buta mendatangi Nabi lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya tidak mempunyai seorang penuntun yang mengantarkanku ke masjid". Lalu ia meminta Rasulullah untuk memberi keringanan baginya untuk shalat di rumahnya maka Rasulullah memberikannya keringanan. Ketika Ibnu Ummi Maktum hendak kembali, Rasulullah memanggilnya lalu berkata: "Apakah Engkau mendengar panggilan (adzan) untuk shalat?" ia menjawab "benar", maka Rasulullah bersabda: "Penuhilah panggilan tersebut." ( Al-Fathur-Rabbani, 3/297). (Muhammad Ali bin Syukani, 1981: 297)

(40)

Dan juga banyak dalil-dalil lainnya yang menunjukkan akan wajibnya shalat berjama’ah di masjid bagi setiap muslim yang baligh, berakal dan tidak ada ‘udzur syar’i baginya.

1. Keutamaan Shalat Berjama’ah

Mengapa sholat berjamaah begitu penting? Mengapa Rasulullah sangat menekankan sholat berjamaah? Rahasia apa yang ada dibalik sholat berjamaah? Beberapa keutamaan dan rahasia di balik shalat berjamaah antara lain:

a. Orang yang sholat berjamaah akan mendapat pahala 27 derajat dibanding sholat sendirian. Rasulullah saw bersabda, "Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian, dengan dua puluh tujuh derajat" (HR: Bukhori Muslim). Jadi, dengan sholat berjmaaah kualitas sholat kita 27 kali lipat dibanding sholat sendirian. Kalau dianalogikan dengan emas, sholat berjamaah itu 24 karat atau emas murni.

b. Surat An Nisa’ayat 103

#sŒÎ)uρ

|MΖä.

öΝÍκÏù

|Môϑs%r'sù

ãΝßγs9

nο4θn=¢Á9$#

öΝà)tFù=sù

×πxÍ←!$sÛ

Νåκ÷]ÏiΒ

y7tè¨Β

(#ÿρä‹äzù'u‹ø9uρ

öΝåκtJysÎ=ó™r&

#sŒÎ*sù

(#ρ߉y∨y™

(#θçΡθä3uŠù=sù

⎯ÏΒ

öΝà6Í←!#u‘uρ

ÏNù'tGø9uρ

îπxÍ←!$sÛ

2”t÷zé&

óΟs9

(#θ=|Áãƒ

(#θ=|Áã‹ù=sù

y7yètΒ

(#ρä‹è{ù'uŠø9uρ

öΝèδu‘õ‹Ïn

öΝåκtJysÎ=ó™r&uρ

3

¨Šuρ

z⎯ƒÏ%©!$#

(#ρãxx.

öθs9

šχθè=àøós?

ô⎯tã

öΝä3ÏFysÎ=ó™r&

ö/ä3ÏGyèÏGøΒr&uρ

tβθè=‹ÏϑuŠsù

Νà6ø‹n=tæ

\'s#ø‹¨Β

Zοy‰Ïn≡uρ

4

Ÿωuρ

yy$oΨã_

öΝà6ø‹n=tã

βÎ)

tβ%x.

öΝä3Î/

(41)

“]Œr&

⎯ÏiΒ

@sܨΒ

÷ρr&

ΝçFΖä.

#©yÌö¨Β

βr&

(#þθãèŸÒs?

öΝä3tGysÎ=ó™r&

(

(#ρä‹è{uρ

öΝä.u‘õ‹Ïn

3

¨βÎ)

©!$#

£‰tãr&

t⎦⎪ÌÏ≈s3ù=Ï9

$\/#x‹tã

$YΨ‹Îγ•Β

∩⊇⊃⊄∪

Artinya : Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, Kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat)[344], Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu[345]], dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan Karena hujan atau Karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah Telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu[346].

c. Setiap langkah kaki dalam perjalanan kita ke Masjid diangkatnya derajat kita dan dihapuskannya dosa kita. Rasulullah saw bersabda, "Apabila dia wudhu sempurna, kemudian keluar menuju ke masjid dengan niat hanya untuk shalat, maka setiap kali ia melangkah, derajatnya dinaikkan dan kesalahan dosanya dihapuskan" (HR: Bukhori Muslim). (Al-Bukhari, no. 628, 2/110)

d. Orang yang sholat berjamaah senantiasa didoakan oleh para malaikat. Rasulullah saw bersabda, "Malaikat akan senantiasa memohonkan ampun dan rahmat untuknya, selama ia masih tetap berada di tempat shalatnya dan tidak berhadast. Malaikat berkata,"Ya Allah, ampunilah dia, Ya Allah rahmatilah dia" (HR: Bukhori Muslim).

(42)

e. Orang yang rajin shalat berjamaah maka akan terhindar dari penguasaan syetan, seperti kesurupan atau kerasukan. Rasuluillah saw bersabda, "Tidaklah tiga orang berada di suatu desa atau kampung lalu mereka tidak melakukan shalat berjamaah, kecuali mereka telah dikuasai oleh syetan" (HR: Abu Daud). (H.Beni Arif, 1991: 363)

f. Suatu penduduk apabila rajin melaksanakan sholat berjamaah, maka akan diberikan ketentraman, persatuan, persaudaraan dan tidak mudah diprofokasi. Rasulullah saw bersabda, "Karena itu shalatlah dengan berjamaah, karena srigala itu hanya menerkam kambing yang jauh terpencil dari kawan-kawannya (jamaahnya)" (HR: Abu Daud).

g.

ﺔﺟرﺪﻨﻳﺮﺸﻋو ﻊﺒﺴﺑ ﺪﻘﻟا ةﻼﺻ ﻦﻣ ﻞﻀﻓاﺔﻋﺎﻤﺠﻟا ةﻼﺻ

Artinya : Shalat jamaah lebih utama daripada shalat sendirian sebanyak 29 derajat.

2. Hikmah shalat berjama’ah

Sholat berjamaah merupakan salah satu bentuk ibadah yang tentunya memiliki begitu besar dan banyak keutamaan bagi umat muslim. (Shahih Bukhari, no 801, Muslim, no 471) Rasulullah saw, melalui beberapa sabdanya telah memberikan rahasia seputar keutamaan yang terdapat di dalam sholat berjamaah kepada umatnya, yang diantaranya adalah sebagai berikut:

Tidak ada seorang pun yang tidak menginginkan kehidupan yang penuh dengan kedamaian,ketentraman, dan penuh dengan ukhuwah. Ketenangan dalam hidup yang heterogen terkadang satu hal yang sulit untuk didapatkan. Ketentraman dalam kehidupan yang penuh dengan

(43)

keragaman merupakan satu harapan yang selalu ada, namun terkadang berat untuk mewujudkannya. Di sinilah Rasulullah saw kembali menyampaikan salah satu rahasia keutamaan dari sholat berjamaah. Jika satu penduduk atau kelompok dapat mengistiqomahkan sholat berjamaah, maka Allah swt akan memberikan ketentraman dalam kehidupan mereka. Persatuan dan ikatan persaudaraan akan terus menguat dan tidak akan mudah terpecah belah. Rasulullah saw bersabda, "Karena itu shalatlah dengan berjamaah, karena srigala itu hanya menerkam kambing yang jauh terpencil dari kawan-kawannya (jamaahnya)" (HR: Abu Daud). (H.Beni Arif, 1991: 371)

Larangan Mengimami Kaum yang tidak Suka Diimami Olehnya Diriwayatkan dari Abu Umamah r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Tiga orang yang shalat mereka tidak melewati telinga-telinga mereka (yakni tidak diterima); hamba yang melarikan diri hingga ia kembali, wanita yang bermalam sementara suaminya marah kepadanya, seseorang yang mengimami suatu kaum yang mereka benci kepadanya’,"(Hasan, HR Tirmidzi). (H.Beni Arif, 1991: 320)

Diriwayatkan dari Thalhah bin Ubaidillah r.a, bahwasanya ia mengimami shalat di satu tempat. Selesai shalat ia berkata, "Aku lupa bertanya kepada kalian sebelum maju menjadi imam, apakah kalian ridha aku menjadi imam?" Mereka menjawab, "Kami ridha, siapakah yang tidak ridha wahai hawari Rasulullah saw?" Thalhah kemudian berkata, "Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Barangsiapa

(44)

mengimami suatu kaum sementara mereka membencinya, maka shalatnya tidak akan melewati kedua telinganya (tidak diterima)’," (Shahih, Disebutkan dalam kitab Shabiihut Targhiib wat Tarbiib). Diriwayatkan dari 'Atha' bin Dinar al-Hudzali, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tiga macam orang yang shalat mereka tidak akan diterima dan tidak akan terangkat ke langit serta tidak akan melewati kepala mereka; seseorang yang mengimami suatu kaum sementara mereka benci kepadanya, seseorang maju mengimami shalat jenazah sementara tidak ada yang menyuruhnya, seorang isteri yang diajak berhubungan intim oleh suaminya pada malam hari namun ia menolaknya. (H.Beni Arif, 1991: 323)

3. Pahala shalat berjamaah

¨βÎ)

š⎥⎪Ï%©!$#

(#θãΖtΒ#u™

(#θè=Ïϑtãuρ

ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$#

(#θãΒ$s%r&uρ

nο4θn=¢Á9$#

(#âθs?#u™uρ

nο4θŸ2¨“9$#

óΟßγs9

öΝèδãô_r&

y‰ΖÏã

öΝÎγÎn/u‘

Ÿωuρ

ì∃öθyz

öΝÎγøŠn=tæ

Ÿωuρ

öΝèδ

šχθçΡt“óstƒ

∩⊄∠∠∪

Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

a. Shalat berjamaah memiliki pahala yang berlipat daripada shalat sendirian b.

ﺎﻬﻌآر ﻢﺗﺎﻓﺎهﻼﺻاذﺎﻓﺎهﻼﺻ ﻦﻳﺮﺸﻋو ﺎﺴﻤﺧ لﺪﻌﺗﺔﻋﺎﻤﺣ ﻲﻓ ة

ﻼﺻ

ةﻼﺻ ﻦﺒﺴﻤﺧ ﺖﻐﻠﺑ ﺎهﺪﺠﺳو

)

دود ﻮﺒه

(

Artinya : Shalat nilainya du apuluh limaderajat.jika seseorang mengerjakan shalat krtika dia bersafar lalu dia menyempurnakna rukuk, dan sujudnya.maka shalanya tersebut bisa mencapai pahalalima puluh shalat.

(45)

c. Dengan shalat berjamaah akan mendapat pengampunan dosa. Setiaplangkah menuju masjid untuk melaksanakan shalat jamaah akan meninggikan derajatnya dan menghapus dosa. Juga ketika menunggu shalat, malaikat akan senantiasa mendoakannya.

d. Melaksanakan shalat jamaah berarti menjalankan shalat Nabi. Meninggalkannya berarti meninggalkan sunah Nabi.

e. Shalat berjamaah dikerjakan seseorang (di masjid) itu lebih baik daripasa shalat sendiri di rumah selama 40 tahun. (http: //hukum.Islam/Sholat/2725-sangat merugi-meninggalkan shalat jamaah.htm)

F. Kesalehan Sosial

1. Pengertian Kesalehan dalam Islam

Keshalehan dalam kamus bahasa Indonesia kepatuhan dalam beribadah. Sedangkan sosial adalah suatu yang berkenaan dengan masyarakat atau umum suka menolong dan memperhatikan orang lain. (Muhammad Sobari, 2007: 133)

Agama pada dasarnya merupakan upaya manusia untuk melakukan komunikasi ruhani dengan Tuhan. Lebih dari itu, agama merupakan upaya manusia untuk meneladani sifat atau akhlak Tuhan sesuai kapasitas kemanusiaannya (takhallaqa bi akhlaqillah ala taqathil basyariyah). Konsep agama ini mengandung implikasi ajaran yang lebih jauh bahwa tujuan kehidupan manusia adalah untuk beribadah, mengabdikan diri

(46)

sepenuhnya kepada Allah “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. 51: 56) Doktrin bahwa hidup harus diorientasikan untuk pengabdian kepada Allah inilah yang menjadi isue utama manusia.

Di luar kesalehan sosial yang dibirokrasikan pemerintah, kesalehan sosial bangsa Indonesia masih tumbuh dan kuat. Terbukti dari berbagai peristiwa bencana alam yang bertubi-tubi datang. Tsunami, banjir, gempa dan sebagainya, telah membuat bangsa ini bahu-membahu memberikan bantuan dan tampak lebih sigap dibanding aparat pemerintah dalam bidang itu. Masyarakat memberi bantuan dalam berbagai bentuk melalui berbagai cara hanya dengan motivasi menolong atau membantu sesama. Bencana alam telah dengan jelas menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki rasa kebangsaan yang kuat.

Media seperti televisi dan surat kabar mengadakan acara atau ruang khusus pengumpulan dana (fund-raising). Sebagian komunitas tertentu langsung mengumpulkan bantuan dalam berbagai bentuk dan mengantarkannya ke lokasi penampungan pengungsi bencana alam. Birokrasi pemerintah dalam hal ini harus dapat menerapkan sistem prosedur yang memungkinkan bantuan dapat segera disampaikan dan diterima korban. (http//.www. Artikel-dadang kahmad, kesalehan sosial dalam islam, 20:15)

Kesalehan sosial tidak hanya diharapkan terus tumbuh di masyarakat, karena kita hidup dalam sebuah organisasi raksasa bernama

(47)

negara. Adalah kewajiban pemerintah membuat sistem yang memungkinkan kesalehan sosial dapat tumbuh subur dibarengi sikap dan moral pejabat yang dapat menjadi teladan bagi masyarakat. Pandangan bahwa pemerintah adalah penguasa harus direvisi karena pemerintah dalam sistem demokrasi sesungguhnya adalah pelayan masyarakat demi tercapainya kesajahteraan seluruh warga negara dalam segala bidang.

Rasulullah pernah bersabda:

1. “Ada tiga hal yang membahagiakan, tiga hal yang merusak,

tiga hal yang mengangkat derajat dan tiga hal yang menjadi pelebur dosa.

2. Tiga hal yang yang membahagiakan adalah takut kepada

Allah baik dalam keadaan sendiri atau di depan banyak orang, sederhana dalam kehidupan dan kemampuan menyeimbangkan antara kerelaan dan amarah.

3. Adapun tiga hal yang merusak adalah sifat kikir yang

berlebihan, mengikuti hawa nafsu, dan bangga pada dirinya sendiri.

4. Tiga hal yang mengangkat derajat orang yang melakukan

adalah mengawali mengucap salam kepada sesama, membagi makan pada tamu dan orang yang lapar dan menjalankan shalat malam sementara orang lain sedang tidur.

5. Tiga amalan yang mampu melebur dosa adalah

menyempurnakan wudlu hingga melebihi batas anggota yang harus dibasuh, melangkahkan kaki untuk menjalankan shalat berjamaah dan menunggu masuknya waktu shalat di masjid.”

Hadits Rasulullah yang begitu panjang di atas menunjukkan bahwa betapa pendekatan kepada Pencipta tidaklah hanya diwujudkan dengan ibadah murni saja seperti yang termaktub dalam rukun Islam. Karena itulah sebenarnya sejak dimunculkannya pemilahan pemahaman saleh, menjadi saleh ritual dan saleh sosial, penulis tidak menyepakatinya. Bagi penulis kesalehan hanya bisa dimiliki oleh orang yang tidak saja sempurna secara ritual tetapi juga baik dari sisi sosial kemasyarakatan. Hadits ini

(48)

sebagai bukti argumentasi saya. Rasulullah mengaitkan setiap hal yang membahagiakan, merusak, mengangkat derajat dan pelebur dosa dengan perilaku kesalehan sosial. Sederhana dalam kehidupan merupakan cermin dari usaha menghindari kehidupan berlebihan yang seringkali menciptakan kecemburuan sosial masyarakat sekitar. Coba perhatikan juga, hal yang termasuk merusak amal seseorang malah didominasi oleh perkara-perkara yang tidak mungkin menghindari interaksi sosial. Kekikiran, mengikuti hawa nafsu dan kebanggaan terhadap diri sendiri ketiganya sangat terkait erat dengan masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan orang lain.

Dalam surat al Hajj ayat 23, Allah berfirman:

χÎ)

©!$#

ã≅Åzô‰ãƒ

š⎥⎪Ï%©!$#

(#θãΖtΒ#u™

(#θè=Ïϑtãuρ

ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$#

;M≈¨Ζy_

“ÌøgrB

⎯ÏΒ

$yγÏFøtrB

ã≈yγ÷ΡF{$#

šχöθ¯=ptä†

$yγŠÏù

ô⎯ÏΒ

u‘Íρ$y™r&

⎯ÏΒ

5=yδsŒ

#Zσä9÷σä9uρ

(

öΝßγß™$t7Ï9uρ

$yγŠÏù

ÖƒÌym

∩⊄⊂∪

Artinya : "Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera."

Islam adalah agama yang selalu mempertautkan antara kedua kesalehan tersebut, yaitu kesalehan yang bersifat religius individual dengan kesalehan yang bersifat sosial. Dalam Islam orang yang telah mencapai puncak kualitas keagamaan (taqwa, al-muttaqîn) digambarkan sebagai, di samping memiliki kesadaran transenden (keimanan), juga

(49)

memiliki komitmen sosial untuk membangun masyarakat yang saleh (good

society) secara sosial, ekonomi, politik, dan kulturalnya.

Tetapi kemudian konsep agama ini memiliki arus balik kepada manusia. Agama tidak hanya berdimensi ritual-vetikal (hablun minallah), melainkan juga mencakup dimensi sosial-horizontal (hablum minan nas). Agama tidak hanya mengurusi persoalan ibadah-ritual (iman) untuk pembentukan kesalehan individual (private morality), akan tetapi yang terpenting dari itu adalah mewujudkan iman tersebut dalam pembentukan kesalehan sosial (sosial morality)-nya. Sebab, kesalehan individual tidak akan memiliki makna apapun, jika tidak dapat menciptakan kesalehan dalam kenyataan sosial. Itulah makna hakiki dari kehidupan beragama. Karena itu, bisa disebut bahwa, sikap keberagamaan yang tidak melahirkan kesalehan sosial, maka akan kehilangan maknanya yang hakiki.

2. Bentuk-bentuk Kesalehan Sosial a. Reofikasi Kesalehan

Manifestasi keimanan sering terkungkung visi tempat ibadat. Potensi ekonomi umat diinvestasikan untuk bangunan yang tersusun dari batu-batu mati, bukan batu-batu hidup, yakni umat yang saleh. Maka, salah satu obsesi kesalehan umat di negeri yang bersila ketuhanan ini adalah membangun tempat ibadat, kalau perlu, megah. Demi kemuliaan Tuhan, katanya. Hidup saleh seolah-olah harus berbiaya tinggi. Bulan Februari tahun 2009, Muhammad Jusuf Kalla

(50)

meresmikan enam proyek milik Pemerintah Kalimantan Timur. Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2007 yang berjumlah Rp 4,258 triliun, tiga proyek bendungan pengendali banjir bernilai Rp 86,916 miliar. Namun, sebuah pusat kegiatan keagamaan dibangun dengan biaya Rp 550 miliar, hampir 13 persen dari APBD. ( http//kompas, kesalehan sosial, 2009:39)

Komentar serius saat itu, "Paling yang hadir sembahyang pagi 30 orang, tetapi bangunannya setengah triliun." Dana sebesar itu seyogianya bisa dimanfaatkan langsung untuk kesejahteraan rakyat. Untuk memperbaiki gedung sekolah yang roboh. Untuk membangun sekolah kejuruan. Untuk memberikan pembekalan kepada "para santri dengan keterampilan hidup mandiri atau memulai usaha kecil. Indonesia tergolong peringkat atas sebagai negara terkorup di Asia, namun tak tampak korelasi antara peningkatan kesalehan dan berkurangnya korupsi. Energi umat sering dihamburkan untuk membela agama dan reifikasi kesalehan. Jika energi itu disalurkan untuk memerangi korupsi, kemiskinan, dan kebodohan, niscaya peringkat Indonesia di mata dunia akan jauh lebih baik.

b. Reorientasi kesalehan

Mengapa modal sosial yang begitu besar tidak mendorong kemajuan dan peradaban bangsa? Ketiadaan visi kesalehan sosial. Kesalehan berhenti pada tataran individual dan berfungsi sebatas penentu identitas kelompok. Kesalehan hanya berorientasi dunia

(51)

akhirat dan ketenangan batin. Kesalehan seperti itu sudah dijinakkan dan tidak berbahaya bagi status quo.

Perlu transformasi sebagian energi kesalehan menjadi amunisi kritik sosial. Itulah agama profetis. Agama yang berpihak pada yang lemah dan tertindas. Agama yang membuat pejabat korup merasa tidak nyaman. Kesalehan sosial memupuk daya kritis dan daya juang umat. Rakyat akan geram melihat korupsi. Daripada berkolaborasi dengan penguasa, pemuka agama menjaga jarak agar masih bisa menegur penguasa ketika salah.

Mestinya kebangkitan agama-agama di Tanah Air diikuti orientasi kesalehan yang baru. Agama transformatif dan yang membebaskan. Itu sebuah modal sosial yang besar untuk bangkit dari keterpurukan. Jangan sampai kesalehan yang berkembang malah melemahkan motivasi umat untuk mengupayakan kesejahteraan di dunia. Lari dari dunia nyata membuat agama bagai candu masyarakat.

G. Hubungan Shalat Berjama’ah dan Kesalehan Sosial

Setiap ibadah yang diperintahkan atau dianjurkan didalam ajaran Islam mesti memiliki kegunaan dan manfaat bukan hanya terhadap diri sendiri melainkan juga terhadap lingkungan sosialnya. Lalu dari perilaku ibadah yang benar muncul apa yang disebut rrahmat bagi seru sekalian alam. Karenanya seorang muslim yang benar mengamalkan ajaran agamanya akan muncul xebagai pelita dalam kegiatan, menyejuk dalam kepenatan iklim sosial yang

(52)

mengarahkan, dan sebagai juru damai dalam hiruk pikuknya berbagai berebut kepentingan.

Sabda rasulullah yang menjelaskan bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak manfaatnya bagi sesamanya, dan sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik perilakunya, tentu saja sejalan dengan firman Allah ”Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi

Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu” (QS.

Al-Fujarat:13). Taqwa memiliki arti umum menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.(imtitsalu awamirillah wajtinabun nawahihi).

Islam mengajarkan dua hubungan ini sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Satu dengan yang lain saling menopang dan saling menguatkan. Hubungan dengan Allah (hablum minallah) wajib ditegakan melalui ibadah-ibadah maghdoh seperti shalat dan puasasehingga seseorang memperoleh tingkatan keshalehan individual sebaliknya hubungan dengan alam dan lingkungan sosial (hablum minannas) juga wajib dipelihara sehingga ia memperoleh tingkatan keshalehan sosial yang memadai. Allah mengingatkan bahwa :

ôMt/ÎàÑ

ãΝÍκön=tã

èπ©9Ïe%!$#

t⎦ø⎪r&

$tΒ

(#þθàÉ)èO

ωÎ)

9≅ö6pt¿2

z⎯ÏiΒ

«!$#

9≅ö6ymuρ

z⎯ÏiΒ

Ĩ$¨Ψ9$#

∩⊇⊇⊄∪

Artinya : mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali bila mereka berpegang kepada tali (agama) Allah (perjanjian) dengan manusia ”QS. Al-Imron:112”

Amaliah seperti ibadah shalat berjama’ah, kesalehan sosial, berbuat baik, berbakti terhadap orang tua mendidik anak asuh dalam kesalehan individual dan sosial. Kesalehan itu diharapkan lestari dan terjadi peningkatan

(53)

takwa, akhlak karimah, kejujuran, kesabaran, kedisiplinan dan keistiqamahan. (Artikel Ummah, http// Menggugat Didikan Ramadan, edisi Jumat (25/9/2009)

(54)

A. Gambaran Umum Panti Asuhan Arri’ayah Pabelan.

1. Sejarah Singkat dan Lokasi

Kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi merupakan hak-hak anak secara universal yang dijamin melalui konvensi hak-hak anak pada pasal 2,3 dan 5. Di Indonesia pengaturan hak anak tersurat juga ditegaskan melalui UUD no.4 th 1979 tentang kesejahteraan anak. UU mengatakan bahwa orang tua merupakan lingkungan pertama dan utama yang bertanggung jawab kesejahteraan anak baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Persoalannya tidak semua orang tua mampu memberikan jaminan kepada anak untuk mewujudkan hak-haknya.

Menyadari akan kondisi permasalahan tersebut maka panti asuhan Arri’ayah Pabelan dengan landasan provesi pekerjaan sosial melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi anak-anak yatim, piatu / yatim piatu dan terlantar agar mereka dapat hidup mandiri menatap masa depan serta dapat menjalankan fungsi sosialnya secara fajar dan menjadi anggota masyarakat secara normatif.

Di masyarakat saat ini menunjukkan banyaknya kaum miskin, baik di desa maupun di kota. Hal ini semakin diperparah dengan adanya gempa bumi dimana-mana, jadi kesempatan kaum miskin untuk berusaha sangat

(55)

terbatas. Di satu sisi kaum miskin ingin bangkit dari keterpurukan, namun di sisi lain kesempatan mendapatkan pendidikan dan peluang berusaha semakin dipersempit.

Saat ini banyak saudara-saudara kita yang tengah bergelut dengan kesulitan-kesulitan ekonomi, sehingga anak-anak mereka pun ikut menanggungnya dengan terpaksa putus sekolah karena kesulitan biaya. Banyak anak yang akhirnya membuang cita-citanya karena tidak memiliki jaminan masa depan. Mereka saat ini sedang menggantungkan harapan menanti datangnya uluran tangan kita.

Maka dari itu mulai tanggal 15 Maret 2007 lewat panti asuhan Arri’ayah Desa Kauman Lor, Kec. Pabelan Kab, Semarang siap untuk menyantuni anak-anak yatim piatu dan terlantar untuk menatap masa depan yang lebih cerah dan layak demi kelangsungan mereka mewujudkan cita-citanya.

2. Landasan Hukum

Pelayanan di Panti Asuhan Gunungan dilandasi oleh : UUD 1945 pasal 34.

a. UUD no 6 th 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesosialan. b. UUD no 4 th 1979 tentang kesejahteraan anak.

c. UUD no 2 th 1990 tentang sistem pendidikan nasional.

d. Peraturan Pemerintah no 2 th 1998 tentang usaha Kesejateraan bagi anak yang mempunyai masalah.

(56)

e. Keputusan Presiden R.I no 36 th 1990 tentang pengesahan konversi hak anak.

3. Pengertian

Panti asuhan Arri’ayah berlokasi di Desa KAUMAN LOR kec. Pabelan bagian sebelah timur Kab, Semarang adalah suatu lembaga usaha kesosialan yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesosialan kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar memberikan pelayanan pengganti orang tua / wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.

4. Sasaran Garapan

Anak yatim, piatu, yatim piatu yang dalam keadaan terlantar, dari keluarga retak, pecah, diutamakan usia 5 s/d 12 tahun dibawah sekolah lanjutan pertama

5. Pelayanan Kegiatan di Panti Asuhan a Formal

1) Sekolah Dasar

2) Sekolah Menegah Pertama 3) Sekolah Menengah Atas

(57)

b Nonformal a. Komputer b. Bahasa Inggris 4) Kesenian

5) Bimbingan Ketrampilan Dan Jiwa Kewiraswastaan Pada Anak 6) Olahraga

c Kegiatan-kegiatan

Kegiatan rutin pengurus adalah sambil menunggu anak sekolah atau mengantar dan menjemput kemudian singgah ke sekretariat untuk mengaji. Pelajaran mengaji yang dipelajari bukan hanya belajar membaca Al Quran, tetapi juga belajar tentang fikih, terutama fikih wanita, hadits, terjemahan dan diskusi tentang apa saja yang bernafaskan Islam.

Kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan selain mengaji mengerjakan kesekretariatan Panti Asuhan dan Pembimbingan Muallaf juga sekaligus mengumpulan dana baik dari pengurus maupun dari dermawan lainnya yang dipergunakan untuk membangun Gedung. Selain kegiatan tersebut, kegiatan lainnya yang dikerjakan adalah menyantuni anak-anak yatim dan duafa pada hari-hari besar Islam. Sebelum gedung bisa dimanfaatkan panti ini juga telah mempunyai anak asuh tetap yang untuk sementara waktu masih dititip-titipkan dan di kostkan, namun seluruh biaya ditanggung panti asuhan Arri’ayah Pabelan.

(58)

Pada bulan Ramadhan, pengurus menggerakkan ibu-ibu orang tua murid SD, SMP, SMU, masyarakat sekitar dan siapa saja yang mau menyumbangkan pakaian layak pakai. Dari pakaian layak pakai tersebut kita sortir dan diberi lebel harga, untuk dijual dengan harga murah kepada para fakir miskin, tukang becak, pembantu rumah tangga dan duafa lainnya, dengan harapan agar mereka juga dapat merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan pakaian yang baru/ bagus dan kegiatan tersebut dilakukan selama bulan puasa sampai dengan 2 minggu sebelum lebaran (bersamaan dengan masa sekolah).

Dana yang dikumpulan dari hasil penjualan pakaian layak pakai tersebut, dibagikan kepada pegawai/ petugas tukang sapu, penjaga WC, penjaga sendal, tukang parkir yang ada di Musola dan belum berstatus pegawai tetap dan tukang becak disekitar Masjid. Pembagiannya dalam bentuk uang, pakaian (baru) dan parcel.

Untuk dapat menopang kebutuhan rumah tangga Panti, disamping donator tetap dari para pengurus Panti Asuhan, juga telah dirintis usaha-usaha yang diharapkan kedepan dapat membiayai kebutuhan rumah tangga Panti. Usaha yang ada diantaranya adalah menyediakan pakaian seragam, kebutuhan sekolah dan beberapa makanan instan, yang tentunya semua barang yang dijual Insya Allah tidak menyaingi atau mematikan usaha orang lain. Dan yang jelas barang yang dijual benar-benar yang menunjang kebutuhan anak-anak kita.

(59)

Usaha ini semula dari untuk dan oleh ibu-ibu, dari mulai belanja, menjaga dan yang membeli ibu-ibu sendiri, namun sekarang sudah lebih dikenal, sehingga diluar pengurus sudah banyak yang ikut belanja sambil berinfak di Panti.

Di samping usaha toko tersebut mulai bulan Mei 2008 juga telah dirintis penjualan barang-barang elektronik dan barang lainnya yang harganya diatas 1 (satu) juta secara kredit syariah. Kegiatan ini rintisan yang akan dipakai pendirian BMT. Kegiatan lainnya yang akan dilaksanakan adalah merintis beberapa macam usaha dan menjalin kerja sama dengan beberapa sekolah SD dan SMP terdekat untuk memudahkan apabila ada tambahan anak-anak dan untuk mendapatkan bea siswa untuk anak-anak panti.

Dari kegiatan-kegiatan tersebut, pengurus berharap ladang amal yang telah dibuka ini dapat lebih memudahkan para muslimin dan muslimat bercocok tanam amal yang menjadi kewajibannya, disamping dapat lebih meningkatkan iman dan taqwa kita semua tentunya. Amin. d Bimbingan Lanjutan

1) Bimbingan peningkatan kehidupan di masyarakat dan peran serta dalam pembangunan.

2) Bimbingan pengembangan usaha / kerja. 3) Bimbingan pemantapan peningkatan usaha

Gambar

TABEL II  Jawaban  Nilai  A  B  C  D No  Res  A  B  C  D  4  3  2  1  Juml  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  1
TABEL IV
TABEL VI
TABEL VII
+5

Referensi

Dokumen terkait

Persyaratan pelaporan berserta informasi lainnya digunakan untuk mengantisipasi reaksi terhadap informasi yang dilaporkan, karena pada umumnya orang akan bereaksi

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMAN 15 Semarang pada bulan Mei 2013 terhadap 10 orang siswa tentang cara pencegahan hipertensi pada remaja

Sehubungan dengan itu, diperlukan suatu kajian tentang kualitas pelayanan penyuluh pertanian dan kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluhan tersebut serta kaitannya dengan

Organizing Organizing ialah menyusun dan mengatur secara sistematis data yang diperoleh sedemikian rupa sehingga mendapatkan gambaran dari penelitian tentang penyusunan laporan

Judul Skripsi : Efektivitas Hasil Belajar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah Dan Makhluk Gaib Selain Malaikat Pada Peserta

Maharani C Putri (2015) dalam penelitiannya menyatakan, sistem keuangan merupakan sebuah sistem yang berperan utama dalam menjembatani mobilisasi dana antara pihak

Hal ini dapat kita lihat pada kompleks makam Manuba dimana makam-makam yang terdapat pada kompleks tersebut yang menggunakan nisan arca adalah makam para raja yang mempunyai

Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan