• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Strata I (S1) Dalam Ilmu Tarbiyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Strata I (S1) Dalam Ilmu Tarbiyah"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPARASI TINGKAT PEMAHAMAN SISWA TENTANG IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH ANTARA YANG DIAJAR DENGAN METODE KOOPERATIF JIGSAW DAN METODE CERAMAH

DI KELAS XI SMA UNGGULAN NURUL ISLAMI MIJEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Program Strata I (S1) Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh :

RUSMIYATUN

053111422

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Rusmiyatun (NIM: 053111422) Studi komparasi tingkat pemahaman siswa tentang iman kepada Rasul-Rasul Allah antara yang diajar dengan metode kooperatif Jigsaw dan metode Ceramah di kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo Semarang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul-Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan yang diajar dengan metode Ceramah.

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan menerapkan teknik komparasi, yaitu membandingkan dua hal yang sesuai kajian topik penelitian yang diteliti kemudian ditarik simpulan. Subyek penelitian sebanyak 29 responden yang terbagi menjadi dua kelas. Kelas yang pertama merupakan kelas yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw yang berjumlah 14 peserta didik, dan kelas yang kedua merupakan kelas yang diajar menggunakan metode Ceramah yang berjumlah 15 peserta didik. Dalam pengambilan sampel menggunakan teknik populasi karena jumlah populasinya kurang dari 100. Sedangkan pengumpulan datanya menggunakan metode tes untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul-Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan yang diajar menggunakan metode Ceramah di kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang. Sedangkan metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data pendukung yang lainnya.

Data penelitian yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif dan inferensial. Adapun pengujian hipotesis penelitiannya menggunakan analisis t-score. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa, tingkat pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul-Rasul Allah yang diajar dengan metode kooperatif Jigsaw di kelas XI SMA Unggulan Nurul Islam Mijen Semarang termasuk pada kategori baik yaitu dengan nilai rata-rata 88,89 dengan nilai terendah 75, dan nilai tertinggi 95, sedangkan tingkat pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul-Rasul Allah yang diajar dengan metode Ceramah di kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang termasuk pada kategori baik yaitu dengan nilai rata-rata 82,33, adapun nilai terendah 70, dan nilai tertinggi 100. Sehinggga ketika dihitung menggunakan rumus t-score menunjukkan bahwa ada perbedaan yang meyakinkan dalam tingkat pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul-Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan yang diajar menggunakan metode Ceramah di kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami, Mijen Semarang yang ditunjukkan oleh rumus t-score. Dimana to 2,420 lebih besar dari t tabel pada (dk = 27) pada taraf signifikansi 5% (2,052).

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para civitas akademika dan para pengajar di SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang, agar senantiasa bisa menggunakan metode pembelajaran yang tepat, sehingga peserta didik SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang mempunyai pemahaman yang baik dalam menangkap materi yang ada.

(5)

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan

Semarang, 10 Desember 2010 Deklarator,

Rusmiyatun 053111422

(6)

MOTTO

(#qà)Î7tFó™$$sù . . .

ÏNºuŽö•y‚ø9$#

4

. . .

. . . Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan . . . (Al Maidah : 48)1

1

(7)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Orang tua tercinta (Bapak Suwito hadi dan Ibu Rebinem) yang telah mencurahkan kasih sayang dan pengorbanan.

Adik-adik tersayang yang telah memberikan inspirasi dan dukungan. Sahabat seperjuangan yang selalu memberikan motivasi.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut yang selalu setia dijalanNya.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini peneliti tidak terlepas dari bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Sudja’i, M.Ag selaku dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

2. Ahwan Fanani, M.Ag selaku pembimbing satu dan H. Shodiq Abdullah, Drs, M.Ag selaku pembimbing dua yang telah mencurahkan pikiran dan tenaga untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini.

3. Hj. Sukasih, Dr, M.Pd selaku wali studi yang telah memberikan motivasi dan bimbingan.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah yang telah membekali ilmu pengetahuan. Harapan peneliti semoga ilmu yang diterima manfaat.

5. Karyawan dan karyawati fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang telah memberikan fasilitas.

6. H. Sukijo, S.Pd, selaku kepala SMA Unggulan Nurul Islami, M. Jazuli, S.Ag selaku guru Pendidikan Agama Islam dan seluruh jajaran guru beserta karyawan di SMA Unggulan Nurul Islami Mijen yang telah memberikan ijin dan mengarahkan peneliti selama penelitian di SMA Unggulan Nurul Islami. 7. Kedua orang tua tercinta (Bapak Suwito hadi dan Ibu Rebinem) yang telah

memberikan doa, pengorbanan serta dukungan selama ini.

8. Adinda tersayang,(pujo, tati, ulfa) yang telah memberikan doa dan dukungan. 9. Sahabat seperjuangan yang telah memberikan motivasi selama ini.

10. Ikhwah seperjuangan Pesantren Mahasiswa Qolbun Salim dan KAMMI, yang telah memberikan banyak pengalaman.

(9)

11. Kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga kebaikan saudara-saudara mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT, Amin.

Selanjutnya peneliti berharap semoga karya sederhana ini bermanfaat.

Semarang, 10 desember 2010 Peneliti

Rusmiyatun

(10)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL --- i PERSETUJUAN PEMBIMBING --- ii PENGESAHAN PENGUJI --- ii ABSTRAK --- iv MOTTO --- v PERSEMBAHAN --- vi DEKLARASI --- vii

KATA PENGANTAR --- viii

DAFTAR ISI --- x

DAFTAR TABEL --- xii

DAFTAR LAMPIRAN --- xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang --- 1 B. Penegasan Istilah --- 5 C. Pembatasan Masalah --- 7 D. Identifikasi Masalah --- 8 E. Rumusan Masalah --- 9 F. Tujuan Penelitian --- 9 G. Manfaat Penelitian --- 10

BAB II : PEMAHAMAN PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF JIGSAW DAN METODE CERAMAH A. Pemahaman Peserta Didik --- 11

1. Pengertian Pemahaman --- 11

2. Indikator Pemahaman --- 12

3. Keberadaan Pemahaman --- 12

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman --- 13

B. Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan Metode Ceramah Kaitannya dengan Pemahaman --- 19

1. Pengertian Metode Pembelajaran--- 19

(11)

3. Metode Ceramah Kaitannya dengan Pemahaman --- 25

C. Penggunaan Metode Kooperatif Jigsaw dan Metode Ceramah. 28 1. Metode Koperatif Jigsaw dalam Pembelajaran --- 28

2. Metode Ceramah dalam Pembelajaran --- 29

D. Iman Kepada Rasul-Rasul Allah --- 29

1. Pengertian Iman Kepada Rasul-Rasul Allah --- 29

2. Fungsi Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah --- 30

E. Kajian yang Relevan --- 32

F. Hipotesis --- 34

BAB III : METODE PENEITIAN A. Tujuan Penelitian --- 35

B. Waktu dan Tempat Penelitian --- 35

C. Variabel dan Indikator --- 35

D. Metode Penelitian --- 37

E. Teknik Penentuan Responden --- 38

F. Teknik Pengumpulan Data --- 38

G. Teknik Analisis Data --- 39

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian --- 42

B. Pengujian Hipotesis --- 50

C. Pembahasan Hasil Penelitian --- 57

D. Keterbatasan Penelitian --- 58 BAB V : PENUTUP A. Simpulam --- 59 B. Saran --- 59 C. Penutup --- 60 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tabel kerja normalitas data kelas XI program IPS --- 42 Tabel 2 : Tabel kerja normalitas data kelas XI program IPA --- 43 Tabel 3 : Pemahaman awal peserta didik tentang iman kepada Rasul-Rasul Allah kelas XI program IPS --- 45 Tabel 4 : Pemahaman awal peserta didik tentang iman kepada Rasul-Rasul Allah kelas XI program IPA --- 46 Tabel 5 : Tabel kerja pemahaman awal peserta didik tentang iman kepada

Rasul-Rasul Allah kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami Mijen

Semarang --- 47 Tabel 6 : Pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul-Rasul Allah

yang diajar dengan metode kooperatif Jigsaw --- 49 Tabel 7 : Tabel pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul-Rasul

Allah yang diajar dengan metode Ceramah --- 49 Tabel 8 : Tabel kerja pemahaan peserta didik tentang iman kepada

Rasul Allah antara yang diajar dengan metde kooperatif Jigsaw dan Ceramah --- 53 Tabel 9 : Rekapitulasi hasil analisis peneltian --- 56

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Analisis validitas soal iman kepada Rasul-Rasul Allah Lampiran 2 : Perhitungan validitas soal iman kepada Rasul-Rasul Allah Lampiran 3 : Analisis reliabilitas soal iman kepada Rasul-Rasul Allah Lampiran 4 : Perhitungan reliabilitas soal iman kepada Rasul-Rasul Allah Lampiran 5 : Instruman soal iman kepada Rasul-Rasul Allah

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tantangan kehidupan selalu muncul secara alami seiring dengan berputarnya waktu. Berbagai tantangan bebas bermunculan dari beberapa sudut dunia menuntut untuk dihadapi. Berani atau tidak semua itu akan terus berdatangan sehingga hanya muncul dua pilihan yaitu berani bersaing atau tertindas. Tertindas merupakan realita yang sangat dibenci dan ditakuti oleh kebanyakan orang. Kebanyakan orang mempunyai keinginan untuk bersaing demi menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk menuju kehidupan yang lebih mulia.

Keinginan tersebut tidak bisa terwujud tanpa menggunakan senjata yang handal. Pendidikan merupakan senjata yang handal dalam menghadapi berbagai tantangan karena kerja pendidikan yang sangat mendasar dan luas. Hal tersebut dapat dilihat dalam pengertian pendidikan itu sendiri yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia, sehingga tugas dari seorang pendidik adalah menjaga serta mengembangkan fitrah yang ada dalam diri manusia agar menjadi insan yang sempurna sesuai fitrah yang ada. Selain itu juga tertera dalam Undang – Undang sisdiknas No 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara”.2

Menurut Howard Gardner terdapat tujuh potensi kecerdasan yang dimiliki manusia yaitu kecerdasan linguistik, logika matematika, spatial, kinestetik, musik, interpesonal dan Intra personal.3 Dari ketujuh

kecerdasan-2

Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan Islam, (Semarang: Rasail, 2008) hlm. 13

3

Linda Campbell, dkk, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3

(15)

kecerdasan tersebut memiliki karakteristik masing-masing sehingga membutuhkan respon yang berbeda dalam proses pembelajarannya. Ketujuh kecerdasan yang ada mengalami kemunculan yang berbeda-beda antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Terkadang peserta didik yang satu menonjol dalam kecerdasan liguistiknya sedangkan yang lainnya menonjol pada kecerdasan matematikanya atau yang lainnya.

Adanya kenyataan tersebut tidak merubah tujuan dari proses pendidikan antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini tujuan dari pendidikan tetap sama seperti yang tertera dalam Undang-Undang sisdiknas nomor dua. Tujuan umum pendidikan tersebut kemudian memunculkan tujuan instruksional pendidikan untuk memperjelas tujuan umum dari pendidikan itu sendiri.

B.S. Bloom dan kawan-kawannya menyumbangkan tujuan instruksional pendidikan yang disebut dengan taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom diklasifikan menjadi tiga ranah yaitu kognitif,afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan. Ranah psikomotorik meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas.4

Penelitian ini mengkaji ranah kognitif pada aspek pemahaman yang merupakan level kedua dalam aspek tersebut. Pemahaman mencakup kemampuan untuk mencakup inti dan menyampaikan kembali dari materi dalam suatu proses pembelajaran.5 Pemahaman lebih mendalam dari pada pengetahuan sehingga untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan cara yang tepat.

Adanya posisi pemahaman yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya dan didukung dengan berbagai potensi yang berbeda dari masing-masing peserta didik, menuntut kepada pendidik untuk menggunakan

4

W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), hlm. 244-245

5

(16)

metode yang tepat. Hal ini sangat diperlukan agar tidak terjadi pemahaman yang salah dalam diri peserta didik.

Berbagai metode pembelajaran telah bermunculan diakhir-akhir ini dengan karakteristik masing-masing dengan tujuan yang tidak jauh beda. Adapun tujuan dari masing-masing metode tersebut adalah menghantarkan pembelajaran kearah yang lebih ideal dengan tepat dan cepat sesuai yang diinginkan. Sedangkan prinsip umum dalam memfungsikan metode adalah menciptakan suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran itu menjadi lebih mudah untuk diterima peserta didik.6.

Salah satu dari metode pembelajaran yang ada yaitu metode pembelajaran kooperatif Jigsaw. Metode pembelajaran ini memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengeluarkan pendapatnya dalam kelompok masing-masing dengan penuh rasa tanggung jawab dan saling memberikan masukan. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mencari jawaban dari permasalahan yang sedang dibahas. Selain itu peserta didik juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada kelompok lain. Sedangkan guru hanya mengantarkan, memantau serta menyimpulkan materi dalam pembelajaran tersebut.7 Rangkaian kegiatan tersebut sangat mendukung pemahaman bagi peserta didik. Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Bobbi DePorter dalam Quantum Teaching yang menyatakan bahwa ketika seseorang menyatakan sesuatu maka ia akan menangkap sebanyak 70%.8

Selain itu ada lagi metode pembelajaran yang sudah ada sejak dahulu yaitu metode pembelajaran Ceramah. Penggunaan metode pembelajaran ini seorang pendidik cenderung lebih aktif dalam usaha memahamkan kepada peserta didiknya yaitu dengan menjelaskan dengan tuntas sedangkan peserta didik berkonsentrasi untuk mendengarkan dan menanyakan sesuatu yang

6

Ismail, Srategi Pembelajaran Islam Berbagai PAIKEM, (Semarang: Rasail, 2008), hlm. 18

7

Isjono, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 78

8

(17)

belum dipahami9. Metode ini akan menimbulkan kesan yang mendalam bagi peserta didik dari sikapnya yang unik. Kata-kata yang diucapkan dengan khas dari gaya dan nada masing-masing pendidik akan lebih mengena dan efektif sehingga peserta didik akan semakin tertarik .Ungkapan-ungkapan lucu mudah sekali diselipkan ditengah-tengah ceramah sehingga kesegaran dan kegembiraan akan mudah dipertahankan10. Hal ini akan mempermudah pemahaman bagi peserta didik. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bobbi DePorter bahwa keberhasilan belajar juga ditentukan juga oleh pengaruh suasana menyenangkan dan menggembirakan11

Dilihat dari aktifitasnya, antara kedua metode pembelajaran terlihat memiliki kelebihan masing-masing. Pada metode yang pertama peserta didik aktif sedangkan pada metode yang kedua terlihat lebih berkonsentrasi untuk mendengarkan dan keaktifannya hanya terlihat bagi sebagian peserta didik yang suka bertanya.

Secara teoritis bisa dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan metode pembelajaran Ceramah sama-sama dapat memahamkan karena kedua metode tersebut mempunyai cara masing-masing dalam menyampaikannya. Pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw, peserta didik akan memahami materi melalui diskusi bersama temannya dan dimantapkan melalui penyimpulan dari pendidik. Sedangkan dalam metode pembelajaran Ceramah peserta didik akan berkonsentrasi untuk mendengarkan berbagai uraian dari pendidik, tetapi yang perlu diingat bahwa diantara kedua metode mempunyai ciri khas masing-masing sehingga menyebabkan hasil dari tingkat pemahaman dari kedua metode tersebut akan mempunyai perbedaan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang studi komparasi tingkat pemahaman siswa antara yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan yang diajar

9

Djusuf Djajadisastra, Metode-Metode Mengajar,(Bandung: Angkasa,1982), hlm. 16-17

10

Ibid, hlm. 19 11

(18)

menggunakan metode pembelajaran Ceramah di kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami, Mijen, Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Penegasan Istilah

Untuk memperjelas pokok permasalahan yang dibahas serta batasan ruang lingkup dan menghindari kesalahpahaman judul skripsi yang peneliti susun, peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Studi Komparasi

Studi adalah kajian, telaah, penelitian dan penyelidikan secara ilmiah12 Komparasi adalah perbandingan atau pembandingan sehingga penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang apakah ada perbedaan nilai suatu observasi berdasarkan klasifikasi subjek.13 Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa studi komparasi adalah suatu kajian ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang apakah ada perbedaan nilai suatu observasi berdasarkan klasifikasi subjek tertentu. Fokus bahasan dalam penelitian ini adalah pemahaman peserta didik. Adapun pengklasifikasian pemahaman yang digunakan sebagai subjek penelitian adalah pemahaman peserta didik yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan peserta didik yang diajar menggunakan metode pembelajaran Ceramah.

2. Tingkat Pemahaman

Tingkat merupakan susunan yang berlapis-lapis, tinggi rendah martabat, taraf, kelas, dan lain-lain.14 Pemahaman merupakan proses, perbuatan memahami atau memahamkan.15 Sedangkan pemahaman kaitannya dengan pendidikan seperti yang dijelaskan dalam manajemen

12

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka,1990 ), hlm. 160 13

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1987), hlm. 273

14

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, op.cit, hlm. 1469

15

(19)

pembelajaran karya Kelvin Seifert menyatakan bahwa pemahaman merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang sudah diterima dari bahan yang diingat kurang lebih sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan maksud penggunaannya.16 Sedangkan dalam “psikologi pengajaran” karya W.S Winkel menyatakan bahwa pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.17 Berdasarkan beberapa pengertian pemahaman yang ada maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan suatu kemampuan untuk menangkap inti serta menyampaikan kembali baik dalam bentuk tulisan, perkataan maupun simbol dari materi yang telah disampaikan .

Jadi tingkat pemahaman adalah tahapan kemampuan seseorang untuk menangkap inti serta menyampaikan kembali baik dalam bentuk tulisan, perkataan maupun simbol dari materi yang telah disampaikan. Adapun materi yang akan digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah iman kepada Rasul-Rasul Allah.

Dalam pengukurannya, pemahaman akan diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jumlah nilai masing-masing. Adapun tingkat pemahaman peserta didik akan diukur secara tertulis sehingga nilai yang diterima oleh peserta didik merupakan gambaran pemahaman dari peserta didik tersebut.

3. Metode kooperatif Jigsaw

Metode kooperatif Jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan melalui beberapa tahapan.18 Tahapan dalam metode ini diantaranya guru memberikan pandangan umum tentang sekilas materi, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing

16

Kelvin Seifert, Manajemen pembelajaran dan instruksi pendidikan (Yogyakarta: Irasod, 2007), Cet 1,hlm. 151

17

W.S. Winkel, op.cit, hlm. 246

18

(20)

kelompok diberikan bahan untuk didiskusikan. Penerapannya metode ini mempunyai karakteristik tersendiri diantaranya peserta didik akan dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota kelompok dibatasi antara empat sampai enam anggota. Selanjutnya dari masing-masing anggota mempunyai kewajiban untuk memahamkan anggota yang lainnya melalui proses diskusi. Proses penerapan metode ini seorang pendidik hanya mengarahkan proses pembelajaran serta memberikan penguatan di akhir, sehingga peran peserta didik sangat dominan dalam proses pembelajarannya. Metode ini pertama kali diujicobakan oleh Elliot Aronson di Universitas Texas. Ini merupakan metode pertama yang akan digunakan dalam penelitian.

4. Metode Ceramah

Metode Ceramah adalah suatu cara penyajian atau penyampaian bahan pelajaran dengan alat perantara berupa suara atau suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan.19 Peran pendidik dalam metode ini sangat aktif karena mempunyai kewajiban untuk memahamkan kepada peserta didik. Sedangkan peserta didik pasif karena hanya mendengarkan penyampaian dari pendidik dan menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Peserta didik menganggap benar semua yang disampaikan oleh peserta didik. Ini merupakan metode ke dua yang akan digunakan dalam penelitian.

5. SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang

SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang adalah sebuah sekolah yang menjadi sasaran dalam penelitian yang akan dilakukan. Adapun objek penelitiannya adalah peserta didik kelas XI yang ada di SMA Unggulan Nurul Islami Mijen pada tahun Ajaran 2010/2011

C. Pembatasan Masalah

Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pendidik. Pendidik merupakan komponen yang harus ada dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi tidak hanya pendidik saja yang menjadi pendukung tercapainya tujuan

19

(21)

pendidikan. Selain pendidik, metode pembelajaran yang digunakan sangat penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu seorang pendidik harus mampu memilih metode yang tepat dalam kegiatan pembelajarannya karena jika metode yang digunakan tidak sesuai akan berdampak pada hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka peneliti dalam penelitian ini hanya mengukur dari segi kognitifnya saja karena pemahaman merupakan ranah kognitif pada tingkatan kedua. Dalam pemahamannya peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sebenarnya bisa untuk diteliti. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya meneliti satu faktor saja yaitu metode yang digunakan terhadap pemahaman peserta didik.

Sedangkan pemahaman yang diukur adalah pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul - Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan yang diajar dengan metode Ceramah pada peserta didik kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami, Mijen, Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.

D. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang sangat penting karena merupakan salah satu mata pelajaran yang ikut berperan dalam pembentukan kepribadian peserta didik, sehingga pendidik harus mampu memberikan pemahaman yang jelas bagi peserta didiknya agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam menangkap materi yang disampaikan.

Mengacu pada penjelasan yang ada dalam latar belakang masalah bahwa ada berbagai cara untuk memahamkan kepada peserta didik baik menggunakan metode yang sudah lama dipakai ataupun metode yang baru-baru ini dipopulerkan. Dalam penelitian ini difokuskan pada dua metode pembelajaran yaitu metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan metode pembelajaran Ceramah.

(22)

Metode kooperatif Jigsaw merupakan metode pembelajaran yang akhir-akhir ini menjadi kajian oleh para ahli pendidikan. Metode pembelajaran ini mempunyai karakteristik yang sangat populer. Salah satunya dalam proses pembelajaran seorang peserta didik cenderung aktif dan diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya. Sedangkan dalam metode Ceramah peserta didik cenderung pasif karena hanya mendengarkan ceramah dari pendidiknya.

Adanya karakteristik yang berbeda tersebut mengakibatkan orang cenderung pada salah satu metode. Dalam hal ini kebanyakan orang sering berpendapat bahwa metode pembelajaran kooperatif Jigsaw akan lebih mudah memberikan pemahaman karena dalam prosesnya peserta didik banyak terlibat.

Jika hanya dilihat secara sekilas terlihat suatu kebenaran, tetapi sebenarnya ada berbagai kekurangan dan kelebihan masing-masing dalam fungsi untuk memahamkan peserta didiknya. Melihat permasalahan tersebut maka memunculkan permasalahan dalam penelitian mengenai sejauh mana perbandingan tingkat pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul-Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan yang diajar menggunakan metode Ceramah di kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang.

E. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah apakah ada perbedaan tingkat pemahaman peserta didik tentang Iman kepada Rasul-Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan yang diajar menggunakan metode Ceramah pada peserta didik kelas XI di SMA Unggulan Nurul Islami Mijen, Semarang Tahun Ajaran 2010/2011

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

(23)

perbedaan pemahaman peserta didik tentang iman kepada Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan yang diajar dengan metode pembelajaran Ceramah di kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami Mijen, Semarang Tahun Ajaran 2010/2011

G. Manfaat Penelitian

Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti ada manfaatnya masing-masing. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi pendidik untuk menggunakan metode yang lebih tepat dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik.

2. Sebagai bahan acuan bagi sekolah yang dijadikan sebagai objek penelitian dalam upaya meningkatkan mutu dan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran PAI.

3. Menambah khazanah keilmuan bagi para pembaca dimanapun berada. 4. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dengan topik yang relevan

(24)

BAB II

PEMAHAMAN PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DAN METODE

PEMBELAJARAN CERAMAH

A. Pemahaman Peserta didik 1. Pengertian pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. Pemahaman merupakan proses perbuatan, cara memahami20 Menurut Djalaali menyatakan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk menginterpretasikan atau mengulang informasi dengan bahasa sendiri.

Selain itu dalam bukunya Kelvin Seifert menyatakan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang sudah diingat kurang lebih sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan maksud penggunaannya.21 W.S. Winkel, dalam psikologi menyatakan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.22

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pemahaman terdapat karakteristik yang melekat yaitu adanya kemampuan untuk menangkap inti dari materi dan adanya kemampuan untuk mengungkapkan kembali baik dalam bentuk tulisan, perkataan, maupun simbol. Adanya karakteristik tersebut maka memunculkan pengertian pemahaman yaitu suatu kemampuan untuk menangkap inti serta menyampaikan kembali baik dalam bentuk perkataan, tulisan maupun simbol dari materi yang telah disampaikan.

20

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1990), hlm. 965 21

Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, (Yogyakarta: Irasod, 2007), Cet 1, hlm. 151

22

(25)

2. Indikator pemahaman

Untuk memperjelas pengertian dari pemahaman maka akan dijelaskan beberapa indikatornya. Terdapat beberapa indikator dalam pemahaman diantaranya:23

a. Menjelaskan kembali.

Setelah selesai proses pembelajaran, peserta didik akan mampu menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari.

b. Menguraikan dengan kata-kata sendiri.

Setelah selesai proses pembelajaran, peserta didik akan mampu menguraikan kembali materi yang telah disampaikan dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Dalam hal ini peserta didik menjelaskan dengan kata yang berbeda tetapi mempunyai makna yang sama.

c. Merangkum.

Peserta didik mampu meringkas uraian dari pendidik maupun anggota kelompok dalam proses diskusi tanpa mengurangi kandungan makna yang ada dalam materi .

d. Memberikan contoh.

Setelah selesai proses pembelajaran, peserta didik akan mampu memberikan contoh-contoh suatu peristiwa yang berkaitan dengan materi. Dari penjelasan yang ada akan dikembangkan melalui contoh-contoh yang lebih nyata dalam kehidupan yang dialami.

e. Menyimpulkan

Peserta didik akan mampu menemukan inti yang paling mendasar dari materi yang telah dipelajari

3. Keberadaan pemahaman

B.S. Bloom bersama rekannnya berusaha untuk mengklasifikasikan tujuan instruksional pendidikan. Pengklasifikasian tersebut memunculkan istilah taksonomi. Taksonomi ini terdiri dari tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif meliputi

23

(26)

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Ranah psikomotorik meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreatifitas.24

Berdasarkan pegklasifikasian yang ada pemahaman masuk pada ranah yang pertama yaitu ranah kognitif. Pemahaman menempati pada posisi kedua tepatnya setelah pengetahuan. Jika dilihat melalui taksonomi yang ada maka dalam usaha memahamkan memerlukan metode yang tepat karena lebih tinggi dari pengetahuan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman

Seperti yang telah dipaparkan diatas, pemahaman merupakan bagian dari pada tujuan pendidikan, sehingga pemahaman merupakan hasil dari adanya proses pembelajaran. Hal tersebut menggambarkan bahwa pemahaman merupakan salah satu bagian dari hasil belajar sehingga faktor yang mempengaruhi hasil belajar juga sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman.

Keberhasilan suatu pembelajaran bagi peserta didik tidak terlepas dari aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Aktivitas dari masing-masing peserta didik akan memberi kesan tersendiri serta berpengaruh pada cepat dan tidaknya peserta didik dalam menangkap materi yang ada. Hal ini selaras dengan pendapat Bobbi DePorter dalam Quantum Teaching, mengutip pendapat Veron A magnesium yang menyatakan bahwa orang belajar 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan.25

24

Ibid, hlm. 245 25

(27)

Selain itu Bobbi DePorter juga menjelaskan bahwa keberhasilan belajar juga ditentukan oleh pengaruh suasana menyenangkan dan menggembirakan26 Jika pesera didik merasa tidak nyaman dan terbebani dalam mengikuti pembelajaran maka kenikmatan belajar akan hilang dan menyisakan keterpaksaan.

Untuk lebih memperjelas tentang beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman akan dipaparkan secara rinci sebagai berikut: 1. Faktor Internal

Faktor ini berasal dari dalam diri peserta didik diantaranya faktor psikologi yang berhubungan dengan jiwa peserta didik dan keinginan yang meliputi intelegensi, minat dan perhatian, bakat, motif serta kematangan peserta didik. Adapun penjelasan dari beberapa faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Inteligensi

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan dasar potensi bagi pencapaian hasil belajar maksudnya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat Intelegensi, dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat intelegensinya.27 Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa semakin tinggi tingkat Intelegensi maka akan semakin tinggi hasil belajar yang akan dicapai.

b. Minat dan perhatian.

Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan perhatian adalah melihat dan mendengarkan dengan baik dan teliti terhadap sesuatu.28 Perhatian bisa dipupuk dengan memberikan stimulus yang baru, beraneka ragam atau berorientasi

26

Ibid, hlm 76 27

Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet V, hlm. 193-194

28

Abdul Wahib, ”Menumbuhkan Bakat Dan Minat Anak”, Dalam Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 79

(28)

tinggi.29 Dengan demikian jika seseorang peserta didik mempunyai minat dan perhatian terhadap materi dalam mata pelajaran yang diterimanya maka akan memberikan hasil yang positif terhadap hasil atau prestasi belajarnya.

c. Bakat.

Bakat atau aptitude adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebenarnya setiap orang pasti mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.30 Dilihat dari pernyataan tersebut bakat sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar.

d. Motif

Motif merupakan dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu.31 Motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Motif yang kuat akan mempunyai pengaruh terhadap seberapa besar usaha dan kegiatan untuk mencapai tujuan belajar.

e. Kematangan

Kematangan adalah suatu fase dalam pertumbuhan seseorang anak menjadi baik, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

29

S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 180

30

Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos,1999), hlm. 135

31

(29)

melaksanakan kecakapan baru.32 Hal tersebut dapat dilihat dari sudah sempurnanya organ tubuh seperti dengan tangan anak bisa menulis, dengan kaki yang kuat anak bisa berjalan dan dengan otaknya seorang anak bisa berfikir dan lain sebagainya.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang timbul dari luar diri peserta didik yakni faktor yang mendukung hasil belajar pada diri peserta didik diantaranya faktor keluarga, kurikulum, metode mengajar, guru, sarana dan fasilitas, lingkungan Adapun penjelasan dari beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor Keluarga.

Keluarga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Dalam hal ini peran orang tua akan mewarnai sikap seorang peserta didik dalam kegiatan pembelajarannya di sekolah..

b. Kurikulum.

Kurikulum adalah a plan of learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan.33 Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung karena guru harus menyampaikan materi yang sesuai dengan kurikulum yang ada. Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar peserta didik

c. Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode guru yang kurang baik akan mempengaruhi tingkat pemahaman peserta didik dan belajar peserta didik. Sehingga dalam proses pembelajaran seorang guru harus kreatif dalam memilih metode mengajar di dalam suatu instansi pendidikan.

32

Slameto, op. cit, hlm. 58

33

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet 2, hlm. 180

(30)

d. Guru

Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi hasil belajar karena hampir seluruh aktifitas yang dilakukan oleh peserta didik sangat tergantung pada guru. Proses belajar tidak akan berlangsung satu arah (one way system) melainkan terjadi secara timbal balik antara peserta didik dan pendidik. Kedua belah pihak berperan secara aktif dalam kerangka kerja (frame work), serta dengan menggunakan cara dan kerangka berfikir (frame of reference)34

Adapun peranan guru dalam proses pembelajaran diantaranya: 1. Guru sebagai demonstrator sehingga guru hendaknya

menguasai materi pembelajaran dan selalu mengembangkan kemampuannya dalam bidang ilmu yang dimilikinya.

2. Guru sebagai pengelola kelas sehingga guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan serta membimbing proses-proses intelektual, sosial, emosional, moral, spiritual di dalam kelas, serta mengembangkan kompetensi dan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif dikalangan peserta didik.

3. Guru sebagai fasilitator, peran guru erat kaitannya dengan perannya sebagai pengelola kelas.

4. Guru sebagai mediator, guru tidak hanya sebagai penyampai informasi dalam pembelajaran, tetapi sebagai perantara dalam hubungan antar pendidik dan peseta didik.

5. Guru sebagai evaluator, guru harus mampu menilai proses dan hasil belajar yang telah dicapai, serta memberikan umpan balik terhadap keefektifan pembelajaran yang telah dilakukan.35

34

Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: P.T. remaja Rosdakarya, 2005), Cet V, hlm. 193-194

35

(31)

Lebih lanjut lagi, Harvey menunjukkan bahwa pola perilaku guru yang bersifat membantu berkorelasi positif dengan kecenderungan peserta didik untuk bekerja sama, berpartisipasi dalam kegiatan kelas atau sekolah dan hasil belajar.36

e. Sarana dan fasilitas

Sarana yang memadai akan mempermudah pengelola dalam suatu lembaga pendidikan dan meningkatkan kenyamanan dari pengguna. Selain itu, fasilitas juga akan mendukung proses pembelajaran yang ada. Semakin memadai fasilitasnya, pembelajaran akan semakin mudah.

f. Faktor lingkungan.

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan peserta didik yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan alam dan lingkungan sosial.

Lingkungan alam merupakan lingkungan tempat tinggal peserta didik hidup dan berusaha didalamnya yang berkaitan dengan keadaan suhu dan kelembapan udara.37 Hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik karena adanya udara yang segar akan menjadikan peserta didik menjadi nyaman dalam mengikuti pembelajaran sehingga hasilnya akan baik, tetapi sebaliknya udara yang pengap menjadikan peserta didik tidak nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang kurang memuaskan.

Lingkungan sosial merupakan lingkungan tempat tinggal peserta didik yang ada dalam masyarakat38. Berbagai norma-norma yang ada dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku peserta didik.

36

Ibid, hlm. 193 37

Syaiful Bahri Djamarah, op.cit, hlm. 176

38

(32)

B. Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan Metode Ceramah Kaitannya dengan Pemahaman

1. Pengertian metode pembelajaran.

Sebelum membahas apa itu metode kooperatif Jigsaw dan metode Ceramah, terlebih dahulu akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan belajar dan metode pembelajaran.

Clifford T. Morgan memberikan devinisi bahwa Learning is any relatively permanent change in behavior or that is a resalt of past experient.”39 Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil dari pengalaman. Metode pembelajaran dijelaskan dalam buku “strategi pembelajaran paikem”, adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.40 Menurut Kilpatrick dalam

menyatakan bahwa;

41

Artinya: Metode pembelajaran adalah memberikan pengetahuan-pengetahuan berdasarkan sudut pandang kebiasaan-kebiasaan cara serasi dan seimbang dalam berfikir dan lainnya. Jadi metode pembelajaran merupakan suatu cara yang sudah ditetapkan yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal dalam rangka mencapai tujuan dari belajar. Sebenarnya ada banyak cara yang dapat digunakan dalam suatu pembelajaran, tetapi dalam penelitian ini akan membandingkan dua metode yaitu metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan metode pembelajaran Ceramah.

39

Clifford. T. Morgan, Introduction To Psichology, (University of Texas: Austin, 1971), hlm. 63

40

Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, (Semarang: Rasail, 2008), hlm. 7

41

Sholih Abdul Aziz, dkk, Attarbiyatu Wa Turuqi Tadris, (Mesir: Darul Maarif, 1991), hlm. 239

(33)

2. Metode kooperatif Jigsaw kaitannya dengan pemahaman

a. Pengertian metode pembelajaran kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif adalah sebuah kelompok kecil yang bekerjasama sebagai sebuah tim untuk memecahkan masalah (solve a problem), melengkapi, latihan (complete a task) atau untuk mencapai tujuan tertentu (accomplish a common goal). Ada beberapa metode pembelajaran kooperatif yang berbeda tetapi semuanya memiliki ciri-ciri dasar yang sama. Salah satu ciri dasar yang dimaksud adalah peserta didik melakukan pekerjaan dalam kelompoknya, mereka melakukan dengan saling bekerja sama.42

Definisi diatas dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran kooperatif tercipta adanya kerja sama yang baik antar anggota tim, rasa tanggung jawab, rasa memiliki dalam kelompoknya serta adanya ketrampilan hubungan antar sesama anggota kelompok. Dalam suatu kelompok seorang peserta didik wajib memahami sesuatu yang menjadi pokok bahasan, jika dalam anggota kelompok ada yang belum memahami, maka teman satu kelompoknya mempunyai kewajiban untuk memahamkan.

b. Dasar teori pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerjasama kelompok serta interaksi anggota dalam satu kelompok. Adapun teori yang mendasari dalam pembelajaran kooperatif ini adalah teori motivasi dan teori kognitif.43

1) Teori Motivasi

Teori ini beranggapan bahwa motivasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif terletak pada penghargaan atau struktur pencapaian, dimana peserta didik bekerja mengidentifikasi tiga struktur tujuan yaitu kooperatif, kompetitif dan individualistik44

42

Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet.1, hlm. 21-28

43

Robert E Slavin, Cooperatif learning, Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Indah, 2008), hlm. 34

44 Ibid

(34)

Struktur ini menciptakan anggota sebuah situasi, dimana satu-satunya cara anggota kelompok dapat meraih tujuan pribadinya jika kelompoknya sukses. Oleh karena itu untuk meraih tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil dan mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha yang maksimal.

2) Teori kognitif

Teori ini menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu sendiri yang terkait dengan pencapaian tujuan suatu kelompok. Teori kognitif ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu teori pembangunan dan teori elaborasi kognitif.45

a) Teori Pembangunan.

Asumsi dasar dari teori pembangunan ini adalah interaksi antar peserta didik berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai untuk meningkatkan penguasaan bagi peserta didik. Vygotsky mendefinisikan wilayah pembangunan aktual seperti yang telah ditentukan oleh penyelesaian masalah secara independen dan level pembangunan potensial, seperti yang ditentukan oleh penyelesaian masalah dengan bantuan dari orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman yang lebih mampu.46

b) Teori Elaborasi kognitif

Elaborasi adalah suatu proses dimana informasi yang baru diterima dikaitkan sedemikian rupa dengan pengetahuan atau informasi lama yang telah tersimpan di dalam long-term memori47

Pandangan teori elaborasi kognitif ini sangat berbeda dengan pandangan teori pembangunan. Penelitian dalam psikologi kognitif

45

Ibid, hlm. 36 46

Ibid, hlm. 39 47

Abdul Mu’thi, “Proses Belajar Kognitif dalam Chabib Thoha dan Abdul Mu thi, PBM

(35)

telah menemukan bahwa apabila informasi yang sudah ada di dalam memori berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, peserta didik harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif atas elaborasi materi.48 Seperti menulis rangkuman atau ringkasan dari pelajaran yang sudah disampaikan.

c. Prinsip- prinsip pembelajaran kooperatif

Terdapat beberapa prinsip pembelajaran kooperatif di antaranya:

1) Prinsip ketergantungan positif (Positif Interdepensi)

Dalam pembelajaran kelompok keberhasilan dalam penyelesaian tugas sangat tergantung pada usaha yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Setiap anggota akan mendapatkan tugas masing-masing sesuai kemampuannya. Tugas tersebut tidak bisa diselesaikan apabila ada anggota yang tidak mengerjakan tugasnya. Dalam hal ini sangat memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota agar memunculkan keberhasilan. Kerja sama ini sangat memperlihatkan adanya ketergantungan positif antar anggota dalam kelompoknya.

2) Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountable)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang utama. Karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.

3) Interaksi tatap muka (Face to Face Promotion Interaction)

Pembelajaran ini memberikan ruang kebebasan dan kesempatan yang luas pada anggota kelompoknya untuk bertatap muka dan saling memberi informasi. Hal ini akan menimbulkan sikap saling menghargai adanya kekurangan dan kelebihan dari masing-masing anggota kelompoknya.

4) Partisipasi dan komunikasi (Participation Communication)

48

(36)

Pembelajaran kooperatif melatih peserta didik untuk mampu berpartisipasi aktif dalam berkomunikasi. Hal ini karena peserta didik mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ide-idenya yang muncul dari masing-masing.49

d. Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw.

Jigsaw berasal dari dua suku kata yaitu jig yang berarti gigi dan saw yang berarti gergaji sehingga Jigsaw berarti gigi gergaji50. Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan melalui beberapa tahapan51.

Dilihat dari pengertiannya, metode pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif dengan tahapan sebagai berikut:52

1) Penjelasan Materi

Penjelasan materi ini diartikan sebagai proses penyampaian materi pokok sebelum peserta didik belajar dalam kelompok. Tahapan ini pendidik memberikan gambaran umum tentang materi yang akan dijadikan sebagai topik dalam pembelajaran.

2) Diskusi kelompok ahli.

Peserta didik mempelajari topik yang sama bertemu untuk berdiskusi dalam kelompok ahli.

3) Laporan Tim

Setelah selesai diskusi , kelompok ahli kembali ke dalam kelompok asal untuk mengajarkan topik-topik yang mereka dapatkan di kelompok ahli. Selanjutnya guru serta peserta didik

49

Harmuini, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kali Jaga, 2009), hlm. 166-167

50

Al. Krismanto, “Beberapa Teknik, Model dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika”http://hiperkes.com/pdf/beberapa-teknik-model-dan-strategi-dalam-pembelajranan-matematika.html, 18 Desember 2010 51 Isjoni, op,cit, hlm. 77 52 Ibid, hlm. 80-81

(37)

menyamakan persepsi tentang apa yang telah didiskusikan dalam kelompok asal maupun kelompok ahli.

4) Tes

Sebagai Evaluasi peserta didik mengerjakan soal-soal yang mencakup semua topik.

Kunci dari metode pembelajaran ini setiap peserta didik harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan. Dengan demikian pembelajaran kooperatif Jigsaw ini dapat memahamkan peserta didik tentang materi yang ada sebagaimana pendapat Bobbi DePorter dalam uraian sebelumnya.

Jika dilihat aktifitasnya maka dalam prosesnya penerapan metode kooperatif Jigsaw terdapat aktifitas menyampaikan yaitu dalam proses memahamkan kepada kelompok lain sehingga peserta didik akan lebih memahami materi yang ada.

Selain itu konsep yang ditawarkan dalam metode kooperatif Jigsaw juga sesuai dengan prinsip dalam Islam yaitu adanya anjuran untuk saling tolong-menolong dalam suatu kebaikan. Dalam metode kooperatif Jigsaw prinsip utamanya adalah bekerjasama dalam rangka untuk memunculkan keberhasilan dalam pembelajarannya. Sedangkan dalam Islam ada anjuran untuk saling tolong menolong dalam suatu kebaikan. Hal ini seperti yang tertera dalam surat Al- Maidah ayat 2 sebagai berikut:

¢

(#qçRur$yès?ur

’n?tã

ÎhŽÉ9ø9$#

3“uqø)-G9$#ur

(

Ÿwur

(#qçRur$yès?

’n?tã

ÉOøOM}$#

Èbºurô‰ãèø9$#ur

4

(#qà)¨?$#ur

©!$#

(

¨bÎ)

©!$#

߉ƒÏ‰x©

É>$s)Ïèø9$#

ÇËÈ

...Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan suatu kebajikan taqwa. Dan janganlah tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran. Bertakwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah maha besar siksanya.53

53

Departemen Agama RI, Al-Qur an dan terjemah, (Bandung: Jumatul Ali ART, 2004), hlm. 107

(38)

Ayat ini menjadi prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dan saling membantu kepada siapapun selama tujuannya adalah kebaikan.54

Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw pertama kali diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Pembelajaran Jigsaw ini terdiri dari tim-tim belajar yang heterogen yang beranggotakan 4-6 orang peserta didik yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada orang lain.55

e. Kekurangan dan kelebihan metode kooperatif Jigsaw kaitannya dengan pemahaman.

Terdapat kelebihan dari metode pembelajaran kooperatif Jigsaw yaitu akan mempermudah pemahaman peserta didik karena adanya aktifitas menyampaikan kepada peserta didik yang lain serta adanya rasa senang dalam proses pembelajaran.

Sedangkan kekurangannya adalah jika pendidik kurang serius dalam memantau maka proses pembelajaran tidak akan berjalan sehingga peserta didik tidak memahami materi yang disampaikan

3. Metode Ceramah kaitannya dengan pemahaman

a. Pengertian metode Ceramah

Metode Ceramah adalah suatu cara penyajian atau penyampaian bahan pelajaran dengan alat perantara berupa suara atau suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan.56

Dalam metode ini seorang pendidik berusaha memahamkan peserta didiknya secara lesan sehingga peserta didik hanya

54

M. Quraish Syihab, Tafsir Al- Misbah Volume 3, (Jakarta: Lentera hati, 2002), hlm. 12

55

Fandi Achmad, ”Model Pembelajaran Kooperatif Learning”

http //www.idonbiu.com/2009/05/model-pembelajaran-cooperative-learning.html, 12 juli 2010

56

(39)

mendengarkan dan mencatat sesuatu yang dianggap penting serta menanyakan sesuatu yang belum dipahami.

b. Prinsip-prinsip dalam metode Ceramah

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam metode Ceramah selama dalam proses pembelajaran diantaranya:

1) Menarik perhatian murid.

Guru harus berusaha membangkitkan perhatian peserta didiknya baik secara sengaja atau tidak. Apabila menarik perhatian secara sengaja guru bisa memberikan hukuman-hukuman bagi yang tidak memenuhi kewajiban atau tindakan yang lainnya seperti memberikan penghargaan. Sedangkan perhatian yang tidak disengaja dapat dilakukan dengan memberikan selingan-selingan, menggunakan gaya bahasa yang sugestif atau cara-cara yang lain. 2) Mendorong keaktifan murid.

Guru dapat memberikan suatu pertanyaan atau tugas-tugas tertentu agar peserta didiknya lebih aktif.

3) Menghubungkan dengan apa yang diketahui

Guru harus memulai pelajaran dari hal-hal yang konkret dan mudah menuju hal yang abstrak dan sukar.

4) Adanya korelasi.

Guru menghubungkan materi yang ada dengan pelajaran lain agar peserta didik mempunyai pengetahuan yang luas dan tepat dalam menggunakannya.

5) Kepraktisan

Setiap mata pelajaran harus mempunyai nilai-nilai praktis dan teoritis, sekolah dan masyarakat, pembentukan sikap serta latihan dan penambahan pengetahuan.

6) Penyesuaian pada jiwa perseorangan

Guru hendaknya mengarahkan bahasa kepada yang agak terbelakang apabila keadaan kelas heterogen

(40)

7) Pengulangan

Guru harus memeriksa apakah hal-hal yang pernah diajarkan diingat oleh peserta didik atau tidak.57

c. Tahapan-tahapan dalam metode Ceramah.

Terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui dalam menerapkan metode Ceramah diantaranya:

1) Mengetahui dan mengerucutkan tujuan dari materi yang akan disampaikan.

2) Menyusun bahan ceramah dengan baik sehingga materi yang disampaikan mudah dimengerti, menarik dan terlihat sangat penting bagi kehidupan masa depan peserta didik.

3) Menanamkan pengertian yang jelas tentang pokok materi yang akan diuraikan.

4) Menambah cerita singkat mengenai cerita yang bersifat ilusif pada sela-sela materi.58

d. Kekurangan dan kelebihan metode Ceramah kaitannya dengan pemahaman.

Kelebihan metode Ceramah kaitannya dengan pemahaman adalah lebih menarik perhatian, efektif, mengena serta hidup. Keadaan ini akan sangat mudah memahamkan bagi peserta didik59. Hal tersebut menurut pendapat Bobbi DePorter akan sangat mendukung hasil belajar. Sebagaimana dalam Quantum Teaching yang menjelaskan bahwa keberhasilan belajar ditentukan juga oleh pengaruh suasana menyenangkan dan menggembirakan60 Jadi apabila suasana pembelajaran menyenangkan maka keberhasilan akan terwujud.

Disamping mempunyai kelebihan, metode Ceramah juga mempunyai kekurangan kaitannya dengan pemahaman yaitu adanya potensi besar timbul

57

B. Suryosubroto, Proses Belajar-Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet2, hlm. 159-153

58

Ibid, hlm. 158-159 59

Djusuf Djajadisastra, Metode Mengajar, (Bandung: Angkasa, 1982), hlm. 19

60

(41)

salah faham dipihak peserta didik karena salah mengartikan uraian dari pendidik.61 Hal tersebut terjadi karena peserta didik semata-mata hanya mendengarkan saja .

C. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan metode Ceramah.

1. Metode kooperatif Jigsaw dalam pembelajaran

Metode kooperatif Jigsaw merupakan salah satu metode

pembelajaran membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang. Adapun pengelompokannya secara heterogen baik dari segi kemampuan, latar belakang maupun yang lainnya. Metode ini mengedepankan keaktifan dan kebersamaan dalam satu kelompoknya untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Sebelum peserta didik berkumpul dalam kelompoknya, pendidik akan menjelaskan secara global materi yang akan menjadi pokok bahasan selama beberapa menit untuk memberikan gambaran umum kepada peserta didik. Apabila penjelasan sudah dianggap cukup, selanjutnya peserta didik segera mengumpul pada kelompoknya masing-masing sesuai pembagian yang sudah ada. Masing-masing kelompok akan membahas permasalahan yang berbeda-beda dalam satu tema.

Apabila pembahasan sudah selesai, masing-masing akan kembali pada kelompoknya untuk menjelaskan hasil diskusinya. Kegiatan selanjutnya pendidik dan peserta didik akan menyamakan persepsinya untuk menghindari keselahfahaman dari masing-masing.62

Proses dalam metode ini sangat mengedepankan kebersamaan dan kesungguhan. Keberhasilan dari masing-masing individu sangat tergantung terhadap keberhasilan dari kelompoknya, sehingga kerja sama yang baik sesama tim sangat diperlukan demi kesuksesan bersama.

61

Djusuf Djajadisastra, op.cit, hlm. 19-20

62

M.L. Siberman, Active Learning,: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Yappendis, 1996), hlm. 159

(42)

2. Metode Ceramah dalam pembelajaran

Ceramah merupakan suatu cara penyampaian atau penyajian bahan pelajaran dengan alat peraga berupa suara.63 Proses pembelajaran dalam metode ini menjadikan peserta didik pasif karena hanya duduk berkonsentrasi untuk mendengarkan penyampaian dari pendidik. Sedangkan pendidik sangat aktif karena berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memahamkan peserta didik dalam materi tertentu. Pendidik harus mempunyai kreatifitas yang lebih agar menarik perhatian peserta didik dalam proses pembelajarannya.

Peserta didik yang tertarik dengan penjelasan yang ada akan bersungguh-sungguh dalam mengikutinya karena merasa senang. Begitu sebaliknya bagi yang kurang tertarik hanya sekedar mengikuti jalannya pembelajaran tanpa adanya perhatian penuh.

Berdasarkan proses yang ada, pendidik dituntut untuk mempunyai kreatifitas yang lebih agar peserta didik lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran yang ada agar hasilnya lebih memuaskan.

D. Iman Kepada Rasul-Rasul Allah

1. Pengertian iman kepada Rasul-Rasul Allah

Secara bahasa iman berarti percaya, setia, aman, dan mengetahui. Menurut ketetapan dalam Al-Qur’an iman adalah tashdiq yang benar dan teguh disertai dengan tunduknya jiwa menerima dan menyerah. Iman mempunyai beberapa unsur yaitu membenarkan dengan hati, mengakui dengan lidah dan mengerjakan dengan anggota.64 Berdasarkan pengertian yang ada dapat memunculkan pengertian bahwa iman adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang ada dalam diri manusia yang berkaitan dengan sesuatu yang memunculkan kekuatan besar dalam dirinya untuk berbuat sesuatu.

63

Djusuf Djajadisastra, Metode Mengajar, (Bandung: Angkasa, 1982), hlm. 15

64

Tengku Muhammd Hasbi Ash Shiddieqi, Mutiara Hadis 1, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2004), hlm. 29

(43)

Rasul adalah manusia utama pilihan Allah dengan ciri-ciri laki-laki yang sehat jasmani, dan rohani, mempunyai akal yang sempurna, berjiwa ismah (jiwa yang mampu mengendalikan diri dari berbuat dosa) dan mempunyai mu’jizat.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa iman kepada Rasul-Rasul Allah adalah kepercayaan atau keyakinan dalam diri manusia akan adanya Rasul- Rasul Allah.

2. Fungsi beriman kepada Rasul-Rasul Allah

Terdapat beberapa fungsi beriman kepada Rasul-Rasul Allah diantaranya:

a. Menjadikan Risalah sebagai Pedoman Hidup

Manusia dalam hidupnya didunia memiliki keterbatasan. Keterbatasan itu antara lain manusia dengan akalnya tidak akan mampu mengetahui tentang Allah SWT Pencipta alam semesta. Akal manusia tidak dapat memahami keberadaan hidup manusia setelah mati, yaitu hidup di alam barzah dan alam akhirat, serta tidak mampu menyusun pedoman hidup yang menuntun umat manusia agar memperoleh ridlo Allah. Karena hal tersebut, kemudian Allah SWT berkenan mengutus Rasul-Rasul-Nya kepada setiap golongan umat manusia, sejak rasul pertama hingga rasul terakhir Nabi Muhammad SAW. Terkait dengan hal seperti yang termaktub dalam firman Allah surat Yunus ayat 47 sebagai berikut:

Èe@à6Ï9ur 7p¨Bé& ×Aqß™§‘ ……… ) (

Tiap-tiap umat mempunyai Rasul……… (Q.S. Yunus, 10:47). Tujuan diutusnya Rasul itu ialah untuk menyampaikan ajaran Allah (wahyu atau risalah) kepada umat manusiaagar ajaran Allah tersebut dijadikan pedoman hidup.

Inti ajaran Allah yang disampaikan oleh para Rasul itu pada prinsipnya sama yaitu mengajarkan pada umat manusia bahwa :

(44)

2) Setelah manusia meninggal, mereka akan terus hidup di alam barzah dan alam akhirat.

3) Tujuan hidup manusia adalah memperoleh ridla Allah, bahagia di alam dunia, alam barzah, dan alam akhirat.

Cara mencapai tujuan yang mulia tersebut adalah dengan jalan menjadikan ajaran Allah yang disampaikan rasul-Nya sebagai pedoman hidup dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Menuntun Manusia kepada Kesempurnaan dan Derajat yang Tinggi

Pada waktu menciptakan manusia, Allah SWT sudah menegaskan bahwa kedudukan manusia lebih tinggi derajatnya dan lebih mulia dari seluruh makhluk selain manusia. Namun karena dalam diri manusia ada dua sifat yang selalu tarik-menarik yaitu sifat baik dan sifat buruk, maka pada kenyataannya ada manusia yang kedudukannya lebih tinggi derajatnya dan lebih mulia dari seluruh makhluk. Ada juga manusia yang kedudukannya meluncur turun sehingga lebih rendah dari hewan.

Kedudukan manusia lebih rendah daripada kedudukan hewan apabila dalam hidupnya di dunia ini dikuasai oleh sifat buruk yang dikemudikan oleh hawa nafsu setan. Manusia yang demikian itu tidak mau menghambakan diri kepada Allah SWT. Ia berperilaku jahat yang mendatangkan kerugian (bencana), baik buat dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Sebaliknya, kedudukan manusia akan tetap dianggap lebih tinggi derajatnya dan lebih mulia dari seluruh makhluk, apabila selama hidupnya di dunia manusia meyakini kebenaran ajaran yang disampaikan oleh rasul Allah (Risalah) dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang meyakini kebenaran risalah tentu akan mampu melenyapkan sifat-sifat buruk yang terdapat dalam dirinya dan menggantinya dengan sifat-sifat baik yang mendatangkan manfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

(45)

Agar kualitas hidup manusia selalu meningkat ke arah yang lebih maju, selain manusia harus selalu beriman dan bertakwa tentu mereka harus pula meningkatkan ilmu pengetahuannya yang bermanfaat. Misalnya, ilmu pengetahuan tentang pertanian, perikanan, peternakan, teknologi, kedokteran, dan kelautan. Kemudian ilmu-ilmu tersebut digunakan untuk bekal dalam beribadah dan usaha menyejahterakan umat manusia.

c. Menjadikan Rasul sebagai Teladan Hidup

Tujuan diutusnya Rasul adalah agar umat manusia memperoleh rahmat Allah, bahagia dunia dan akhirat. Manusia akan memperoleh itu semua, apabila selama hidupnya menjadikan rasul sebagai teladan hidup baik dalam urusan dunia maupun akhirat, yang harus diteladani itu misalnya:

1) Iman dan ketaqwaannya yang kuat 2) Akhlaknya yang terpuji

3) Keteguhannya menjauhkan dirt dari berbuat jahat

4) Keahlian tertentu yang dimilikinya dalam urusan dunia65

Seseorang yang beriman kepada Rasul-Rasul Allah akan meneladani perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku para Rasul akan dijadikan sebagai referensi dalam menjalankan kehidupannya.

E. Kajian Yang relevan

Penelitian ini, meneliti tentang studi komparasi tingkat pemahaman siswa tentang iman kepada Rasul-Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan yang diajar dengan metode Ceramah di Kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami Mijen, Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.

Peneliti mendapatkan beberapa karya ilmiah berupa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti diantaranya:

65

(46)

1. Skripsi yang disusun oleh Evi Maizun (NIM:3105320) pada tahun 2009, Mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dengan judul Upaya meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Al Qur’an Hadist melalui metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) di kelas VIII- C MTs Nurul Islam, Kriyan, Kalinyamatan, Jepara. Dalam skripsi ini memberikan kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan sangat pesat. Metode ini merupakan salah satu dari metode pembelajaran kooperatif, sehingga antara CIRC dengan Jigsaw mempunyai beberapa kesamaan prinsip. Disamping adanya persamaan tersebut, terdapat perbedaan yaitu jika dalam penelitian lampau membahas peran CIRC dalam meningkatkan hasil belajar. Tetapi dalam penelitian sekarang membahas tentang perbandingan pemahaman antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dengan yang diajar menggunakan dengan metode ceramah. Jadi dalam penelitian ini lebih condong membandingkan dan mencari seberapa besar perbedaannya.

2. Skripsi yang disusun oleh Tri Setya Rakhmawati Nim (3301404502) pada tahun 2009 mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Negeri Semarang dengan judul Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan Metode Konvensional Pada Pokok Bahasan Persamaan Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Bantarbolang, memberikan kesimpulan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan model konvensional. Dalam penelitian ini sama-sama mencari perbandingan hasil belajar antara yang diajar menggunakan metode NHT yang dianggap sebagai metode modern sama seperti metode kooperatif Jigsaw, dan metode konvensional seperti metode ceramah. Tetapi dalam penelitian yang lalu diterapkan pada pembelajaran akuntansi sedangkan yang sekarang diterapkan pada pembelajaran pendidikan agama Islam.

(47)

F. Hipotesis

Setelah peneliti mengadakan telaah yang mendalam tentang landasan teori dari berbagai sumber yang ada, selanjutnya untuk mengupayakan agar peneliti lebih terarah dan memberikan tujuan yang tegas perlu adanya suatu hipotesis yaitu suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.66 Berdasarkan hal diatas sampailah pada dugaan sementara yang akan diuji kebenarannya melalui statistik yaitu bahwa “ada perbedaan tingkat pemahaman siswa tentang Iman kepada Rasul-Rasul Allah antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan yang diajar dengan menggunakan metode Ceramah di kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang Tahun Ajaran 2010/2011“.

Perbedaan ini akan dilihat dari pemahaman masing-masing peserta didik antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan metode Ceramah. Peserta didik yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw akan lebih tinggi tingkat pemahamannya karena aktifitas dalam metode ini sangat mendukung pemahaman. Hal ini terlihat adanya proses menyampaikan terhadap sesama anggota kelompoknya dan perasaan senang dalam prosesnya karena belajar bersama teman sebaya. Dengan menyampaikan maka 70% seseorang akan memahami, begitu juga perasaan bahagia akan sangat mendukung pemahaman.

Sedangkan peserta didik yang diajar dengan metode Ceramah pemahamannya kurang karena aktifitas peserta didik dalam metode ini pasif (kegiatannya banyak mendengarkan uraian dari pendidik). Keaktifan peserta didik dalam metode ini hanya terlihat bagi sebagian kecil yang menanyakan sesuatu yang belum difahami.

66

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet 13, 2004), hlm. 71

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian ini akan membahas tentang tujuan penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, metode penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Adapun pemaparan yang lebih lengkap akan dijelaskan pada bagian sesudah ini.

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya sehingga memunculkan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perbedaan pemahaman peserta didik antara yang diajar menggunakan metode kooperatif Jigsaw dan yang diajar dengan metode Ceramah pada peserta didik kelas XI di SMA Unggulan Nurul Islami Mijen, Semarang Tahun Ajaran 2010/2011

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 September sampai 21 Oktober 2010

2. Tempat penelitian

Penelitan ini dilaksanakan pada peserta didik kelas XI SMA Unggulan Nurul Islami Mijen Semarang

C. Variabel dan Indikator

Menurut Mohamad Ali, Variabel diartikan sebagai gejala, karakteristik, atau keadaan yang kemunculannya berbeda-beda pada setiap subjek.67 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto Variabel adalah objek penelitian atau

67

Referensi

Dokumen terkait

Pada analisis ini dapat ditetapkan parameter laju resesi aliran bawah per- mukaan (IRC) dan aliran air bawah tanah (GWRC) serta komponen aliran sungai yang meliputi

Sehubungan dengan itu, diperlukan suatu kajian tentang kualitas pelayanan penyuluh pertanian dan kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluhan tersebut serta kaitannya dengan

Dalam peraturan tersebut terdapat ketentuan kawasan ruang terbuka hijau perkotaan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan yang terdiri

Penyakit busuk buah pada nanas (fruit collapse) masuk ke Indonesia diduga berasal dari bibit yang diimpor dari Filipina tetapi penyebab penyakit busuk buah pada nanas di

Hal ini dapat kita lihat pada kompleks makam Manuba dimana makam-makam yang terdapat pada kompleks tersebut yang menggunakan nisan arca adalah makam para raja yang mempunyai

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Pada hari Minggu, 7 Agustus 2016 dalam Kebaktian ke-III (Pk.10.00 WIB) akan dilayankan Sakramen Baptis Kudus Anak yang

Persyaratan pelaporan berserta informasi lainnya digunakan untuk mengantisipasi reaksi terhadap informasi yang dilaporkan, karena pada umumnya orang akan bereaksi

Ada 5 jenis tanggung jawab yang perlu kamu ketahui yaitu bertanggung jawab terhadap diri sendiri, Keluarga, Sekolah, Masyarakat, dan Tuhan Yang Maha Esa..