Prosiding SENTIA 2017 – Politeknik Negeri Malang Volume 9 – ISSN: 2085-2347
I-21
PEMBUATAN MULTIMEDIA ANIMASI DALAM PAIKEM
BERDASAR RPOJECT BASED
LEARNING
DAN
COOPERATIVE
LEARNING
AKUNTANSI MANAJEMEN
OLEH: INDRAYATI
JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NGERI MALANG PROPINSI JAWA TIMUR, INDONESIA
Surel: Indrayatimsi@gmail.com
Abstrak:
Pembelajaran Akuntansi Manajemen di Polinema masih belum dapat memberikan hasil yang sesuai dengan kebutuhan dunia nyata yaitu yang memenuhi aspek kognitif, psikomotorik maupun aspek afektif. Oleh karena itu dalam pembelajaran Akuntansi Manajemen ini peneliti mengembangkan metode yang baru yaitu PAIKEM (Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif serta menyenangkan) berdasarkan Project based learning dan cooperative learning serta pembuatan multimedia animasi supaya dapat menghasilkan SDM dengan kualitas yang tinggi yang mampu bersaing di pasar global atau internasional.
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian terapan-kualitatif dengan penelitian tindakan kelas. Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas, memeriksa di lapangan, kemudian membuat rencana soal-soal untuk latihan memecahkan permasalahan yang ada di dunia nyata, pembelajaran dengan metode kolaborasi serta penggunaan multimedia animasi.
Permasalahan yang timbul akan dianalisis dan dipecahkan oleh mahasiswa dengan kemampuan berdasarkan teori yang ada.
Hasil dari penelitian ini adalah mahasiswa menjadi lebih berkompeten dalam memahami serta mengaplikasikan teori ke dalam dunia nyata serta mampu memecahkan permasalahan yang ada di dunia nyata. Kesimpulan terbentuknya prototipe metode pembelajaran yang baru yaitu Paikem dengan PBL dan cooperative learning, RPS, Silabi, bahan ajar dan soal-soal latihan, multimedia power point animasi dan menggunakan website. Saran metode ini dapat diterapkan pada penelitian tindakan kelas di masa yang akan datang.
Kata kunci: Paikem, student achievement,performance cources, multimedia, animasi.
1.PENDAHULUAN
Politeknik Negeri Malang adalah perguruan tinggi dengan latar belakang pendidikan vokasi yang mengutamakan peningkatan kemampuan penerapan (skill) atau ketrampilan untuk menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kompetensi profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Program studi akuntansi merupakan salah satu jurusan di Politeknik Negeri Malang yang mengemban tugas untuk menghasilkan alumni yang siap kerja, terampil dalam bidang akuntansi dan mampu bersaing di pasar global sesuai dengan visi-misinya.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran di Politeknik Negeri Malang tersedianya sumberdaya tenaga kerja (SDM) yang tinggi dan memadai adalah merupakan persyaratan yang diperlukan supaya bisa bersaing di pasar global nasional maupun internasional. Hal ini
harus terus diatur agar dapat menghasilkan kinerja yang tinggi.
Dikti bulan April 2003 memberi amanah yang salah satunya adalah penerapan prinsip
Student-Centered Learning (SCL) dalam proses
pembelajaran. Terdapat beragam metode pembelajaran dalam Student-Centered Learning (SCL) diantaranya adalah Case-Based Learning, Cooperative Learning dan Project Based Learning, problem based learning.
Proses pembelajaran yang banyak dipraktekkan sekarang ini sebagian besar adalah berbentuk ceramah (lecturing). Pada saat mengikuti kuliah atau mendengarkan ceramah, mahasiswa sebatas memahami sambil membuat catatan dan kadang mengantuk. Dosen menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran (teacher-centered learning) dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu.
Pola pembelajaran dosen aktif dengan mahasiswa pasif ini mempunyai efektivitas pembelajaran yang rendah. Efektivitas pembelajaran mahasiswa umumnya terbatas, terjadi pada saat-saat akhir mendekati ujian. Pembelajaran yang diterapkan saat ini berfokus pada pemahaman materi saja. Dari metode yang diterapkan itu, mahasiswa tidak memiliki gambaran penerapan materi pada dunia bisnis. Karena itu metode pembelajaran saat ini belum dapat mengasah kemmpuan analisis mahasiswa, kepekaan terhadap permasalahan, melatih pemecahan masalah serta keammpuan mengevaluasi permasalahan secara holistic.
Dalam penerapan pembelajaran mata kuliah Akuntansi Manajemen sebelumnya dengan metode tradisional ceramah menunjukkan kemampuan mahasiswa yang masih rendah terbukti dari nilai yang didapatkan oleh mahasiswa. Seperti ditunjukkan dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. % kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran Akuntansi Manajemen Tahun 2016 Total mahasiswa : 300
Final Grade Management Accounting Course
A 40%
B+ 15%
B 10%
C+ 20%
C 10%
D 5%
Tampak dalam Tabel 1 dengan metode pembelajaran tradisional ceramah Akuntansi Manajemen menunjukkan bahwa nilai tertinggi A sebanyak 40% mahasiswa, nilai B+ sebanyak 15% mahasiswa, nilai B sebanyak 10% mahasiswa, nilai C+ sebanyak 20% mahasiswa, nilai C sebanyak 10% mahasiswa sedangkan nilai terendah D sebanyak 5% mahasiswa. Untuk yang akan
nilai minimal adalah B dan nilai maksimal adalah A untuk pembelajaran akhir semester 2017. Oleh karena itu, menurut HELTS, strategi pembelajaran yang baru akan didasarkan pada penerapan prinsip student-centered teaching dan learning dengan Implementasi project based learning dan
cooperative learning untuk pembelajaran
Akuntansi Manajemen untuk meningkatkan kompetensi atau kemampuan mahasiswa.
2.LITERATURE REVIEW
Prosiding SENTIA 2017 – Politeknik Negeri Malang Volume 9 – ISSN: 2085-2347
I-23
kasus, tugas serta penggunaan multimedia animasi serta alat peraga.Metode Paikem merupakan salah satu model pembelajaran yang ideal. Metode Paikem membantu siswa mendapatkan ide-ide sendiri dalam pembelajaran yang berlangsung dengan pendekatan lingkungan sekitar. Dampak positif diterapkannya model PAIKEM yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yaitu learning to how (belajar untuk mengetahui), learning to be ( belajar untuk menjadi diri sendiri), learning to do ( belajar untuk mengerjakan), dan learning to live together (belajar untuk hidup bersama-sama) Perbedaan antara metode pembelajaran berbasis Teacher-Centered learning dan Student-Centered Learning disajikan dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Perbandingan Metode Pembelajaran Berpusat Mahasiswa dan Dosen
Teacher
Mahasiswa secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya
Mahasiswa secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuan
Tidak hanya menekankan pada penguasaan materi tetapi juga dalam mengembangkan karakter mahasiswa
D Memanfaatkan media tunggal Memanfaatkan banyak media (multimedia)
E
Fungsi dosen sebagai pemberi informasi utama dan evaluator
Fungsi dosen sebagai fasilitator dan evaluasi dilakukan bersama dengan mahasiswa.
Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan saling berkesinambungan dan terintegrasi
G
Menekankan pada jawaban yang benar saja
Penekanan pada proses pengembangan
pengetahuan. Kesalahan dinilai dapat menjadi salah satu sumber belajar.
H
Sesuai untuk mengembangkan ilmu dalam satu disiplin saja
Sesuai untuk pengembangan ilmu dengan cara pendekatan interdisipliner
I Iklim belajar Iklim yang dikembangkan
lebih
individualis dan kompetitif
lebih bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif
J
Mahasiswa dan dosen belajar bersama di dalam mengembangkan pengetahuan, konsep dan keterampilan.
Mahasiswa dapat belajar tidak hanya dari perkuliahan saja tetapi dapat menggunakan berbagai cara dan kegiatan
L peserta didik dan bukan tuntasnya materi.
bagaimana cara mahasiswa dapat belajar dengan menggunakan berbagai bahan pelajaran, metode interdisipliner, penekanan pada problem based learning dan skill competency. Sumber: Dirjen Dikti Depdiknas, 2004.
Untuk menciptakan situasi pembelajaran yang efektif, Combs (1976) mengatakan bahwa dibutuhkan tiga karakteristik, yaitu: 1).Atmosfer kondusif untuk mengeksplorasi makna belajar. Peserta belajar harus merasa aman dan diterima. Mereka ingin memahami risiko dan manfaat dari mendapatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman baru. Kelas harus kondusif untuk keterlibatan, interaksi, dan sosialisasi, dengan pendekatan yang menyerupai dunia bisnis. 2).Peserta belajar harus selalu diberi kesempatan untuk mencari informasi dan pengalaman baru. Kesempatan ini diberikan dalam bentuk mahasiswa tidak hanya sekedar menerima informasi, tapi mahasiswa didorong untuk mencari informasi. 3).Pemahaman baru harus diperoleh mahasiswa melalui proses personal discovery. Metode yang digunakan untuk itu harus sangat individu dan sesuai dengan personality dan gaya belajar mahasiswa yang bersangkutan. Beberapa aspek yang membedakan pembelajaran Berbasis Kooperatif dengan pembelajaran tradisional dideskripsikan oleh Thomas, Mergendoller, & Michaelson (1999) sebagaimana dalam Tabel 2.2. berikut.
Tabel 2.2. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Kooperatif Dan Pembelajaran Tradisional
ASPEK
Pengetahuan
Urutan Mengikuti urutan kurikulum problem dan isu yang kompleks
guru/dosen Penceramah dan direktur pembelajaran
pengukuran Produk Proses dan produk Skor tes Pencapaian yang
nyata waktu ke waktu Reproduksi
informasi Demonstrasi pemahaman
Bahan-Data dan bahan dikembangkan
periferal Utama, integral
Dijalankan
guru Diarahkan pebelajar Kegunaan Konteks Pebelajar Pebelajar bekerja
kelas bekerja
sendiri dalam kelompok Pebelajar
pebelajar Menjalankan perintah guru Melakukan kegiatan belajar yang diarahkan oleh diri sendiri Pengingat dan istilah, dan isi
Pemahaman dan aplikasi ide dan proses yang
pengetahuan Dalam pengetahuan
Lulusan yang diri, mandiri, dan belajar sepanjang hanyat.
KEUNTUNGAN BELAJAR BERBASIS KOOPERATIF BERBASIS MULTIMEDIA
Moursund, Bielefeldt, & Underwood (1997) meneliti sejumlah artikel tentang proyek di kelas yang dapat dipertimbangkan sebagai bahan testimonial terhadap guru, terutama bagaimana guru menggunakan proyek dan persepsi mereka tentang bagaimana keberhasilannya. Atribut keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:
1). Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan
Prosiding SENTIA 2017 – Politeknik Negeri Malang Volume 9 – ISSN: 2085-2347
I-25
melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.2).Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks. 3).Meningkatkan kecakapan kolaboratif. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi (Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davydov, 1995). 4).Meningkatkan keterampilan mengelola
sumber. Bagian dari menjadi siswa yang
independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Ketika siswa bekerja di dalam tim, mereka menemukan keterampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggungjawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan. Keterampilan-keterampilan yang telah diidentifikasi oleh siswa ini merupakan keterampilan yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan keterampilan yang amat penting di tempat kerja kelak. Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut berlangsung di antara siswa. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.
Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Ada tiga cara dasar bagaimana mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain, yaitu kompetitif, individualistic dan kooperatif. Mahasiswa dapat berkompetisi untuk melihat siapa yang terbaik, mereka daapt bekerja individualistis untuk
mencapai tujuan tanpa memberi perhatian kepada mahasiswa lain, atau mereka dapat bekerjasama and saling memberi perhatian.
Smith dan MacGregor (1992) mendefinisikan cooperative learning sebagai “the most carefully structured end of the coolaborative learning continuum” (Ravenscroft, 1995). Johnon, Johnson and Holubec (1994) mendefinisikan cooperative learning sebagai “ the instructional use of small groups so that students work together to maximize their own and each other’s learning” (Phipps et al., 2001).
Berbagai riset tentang cooperative learning menunjukkan hasil yang konsisten bahwa cooperative learning akan meningkatkan prestasi, hubungan interpersonal yang lebih positif dan
self-esteem yang lebih tinggi dibanding upaya
kompetitif atau individualistis (Phipps et al., 2001). Upaya cooperative learning diharapkan menjadi lebih produktif dibanding upaya kompetitif ataupun individualistis, bila upaya kooperatif tersebut di dalam kondisi tertentu. Kondisi ini kemudian merupakan elemen dasar cooperative learning mencakup perlunya independensi positif, adanya interaksi tatap-muka (face-to-face interaction), dimilikinya individual accountability, digunakannya collaborative skills dan adanya group processing.
Adapun 4 unsur penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Adanya peserta dalam kelompok. 2. Adanya aturan kelompok 3. Adanya upaya belajar setiap kelompok 4. Adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar. Pembelajaran ini berdasarkan sistem pengelompokan tim kecil, yaitu antara 2 sampai 4 orang, yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Pembentukan kelompok ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
3. METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas (Model Lewin dan Kemmis dan Carr serta Taggart )
digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek yaitu perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi merupakan
momen-momen dalam bentuk spiral yang terkait dengan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas menurut Moleong, 2006 adalah sebagai berikut:
identifikasi masalah, diskusi masalah antara peneliti dengan yang diteliti, menelaah perpustakaan dan masalah, redifinisi masalah, memilih metode perubahan dan evaluasi, menerapkan perubahan. Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah 300 mahasiswa, semester ke empat Angkatan 2017/2018 yang menempuh mata kuliah Akuntansi Manajemen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang. Dengan metode pengumpulan data adalah wawancara, pengamatan dan diskusi dan triangulasi.
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian implementasi pengembangan model pembelajaran mata kuliah Akuntansi Manajemen ini adalah terciptanya kompetensi untuk mata kuliah Akuntansi Manajemen, Rencana pengembangan pembelajaran (RPS), dan pembuatan SILABI, bahan ajar Akuntansi Manajemen dengan multimedia power point serta animasi, laporan hasil implementasi Akuntansi Manajemen ke UMKM, serta metode pembelajaran dikembangkan dengan project based learning dan cooperative learning.
Tabel 4. % nilai mahasiswa dalam pembelajaran Akuntansi Manajemen Tahun 2017.
Total mahasiswa 300
Ranking Nilai Pembelajaran Akuntansi Manajemen
A 85%
B+ 10%
B 5%
C+ 5%
C -
D -
Sedangkan tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran mata kuliah Akuntansi Manajemen yang baru yaitu proyect based learning dan
cooperative learning adalah 95 % setuju
diterapkannya model pembelajaran proyect based
learning, karena pembelajaran ini membuat
mahasiswa aktif, inovatif, kreatif, efektif serta menyenangkan, membuat mahasiswa lebih berkompeten, paham terhadap mata kuliah Akuntansi Manajemen baik dalam pengetahuan maupun ketrampilan, sedangkan 5% masih senang dengan pembelajaran tradisional yaitu metode ceramah.
Pembelajaran menjadi lebih mudah, tidak membosankan mahasiswa lebih paham akan teori dan kemudian memecahkan permasalahan yang
ada di dunia nyata sehingga aspek kognitif, psikomotorik dan afektif dapat tercapai. Dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen ini diimplementasikan metode pembelajaran yang baru yaitu Paikem berdasarkan project based learning dengan pemanfaatan bahan ajar, alat peraga yang menggunakan multimedia atau power point animasi .
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan yang didapat adalah: 1).Metode pembelajaran proyect based learning telah berhasil diterapkan di pendidikan vokasi yaitu Politeknik Negeri Malang. 2).Terbuatnya kompetensi pembelajaran berbasis kurikulum (KKNI) melalui rencana pengembangan pembelajaran (RPP) dan silabus. 3).Terbuatnya rencana pengembangan pembelajaran dalam GBPP dan SAP. 4).Terciptanya bahan ajar dan latihan soal dalam pembelajaran Akuntansi Manajemen. 5).Terciptanya alat peraga dengan menggunakan multimedia power point dan animasi dalam pembelajaran Akuntansi Manajemen. 6).Terciptanya metode pembelajaran yang baru yaitu proyect based leraning dan cooperative learning serta student centered learning. 7).Hasil survey menunjukkan bahwa mahasiswa lebih senang dengan metode pembelajaran proyek based
learning dengan alat media multimedia dan
animasi 8).Nilai mahasiswa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
REFERENCES
(1). Kamdi, W. 2010. Project Based Learning, Unpublished Thesis. Malang: Universitas Negeri Malang.
(2). Kemmis, S. And Carr, W. 2005. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung.
(3). Moleong, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung.
(4). Smith, B.L. and MacGregor, J. 1992. Collaborative Learning: A Sourcebook for Higher Education. University Park, PA: National Center on Postsecundary Taeching, Learning, and Assessment (NTCLA): 9-22.
(5). Phipps, M., Phipps, C., Kask, S., and Higgins, S. 2001. University Students’ Perceptions of Cooperative Learning: Implications for Administrators and Instructors. Journal of Experiential Education, 24: 14-21.